• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa kedokteran laki-laki dan perempuan angkatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi ujian OSCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa kedokteran laki-laki dan perempuan angkatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi ujian OSCE"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

v Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Mahasiswa Kedokteran Laki-Laki dan Perempuan Angkatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Menghadapi Ujian OSCE dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penulisan laporan penelitian sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti kepaniteraan dan kelulusan sarjana kedokteran. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan laporan skripsi ini banyak mengalami kesulitan. Namun berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak, kesulitan yang dihadapi peneliti dapat diatasi. Oleh sebab itu, peneliti menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada dr. Ahmad Azwar Habibi, M. Biomed selaku pembimbing 1 dan dr. Marita Fadhilah, Ph.D selaku pembimbing 2 yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan juga memberi semangat, saran dan motivasi yang sangat berharga untuk peneliti selama proses menyelesaikan skripsi.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada :

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah, DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, selaku Dekan dan wakil dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(6)

vi

4. Kedua orang tua, Ahmad Zarkasyi dan Rina Ramayanti atas dukungan dan doa yang selalu diberikan untuk peneliti.

5. Teman-teman Program Sudi Pendidikan Dokter (PSPD) angkatan 2011 yang telah bersedia menjadi responden untuk menyelesaikan penelitian ini.

6. Teman kelompok riset Rhandy Septianto, Faizal Rachmadi dan Johan Lazuardi yang telah berjuang bersama dan saling mendukung satu sama lain untuk menyelesaikan penelitian.

7. Teman-teman satu kosan VLDL yang telah memberikan dukungan semangat, do’a, dan bantuannya apabila peneliti sedang mengalami kesulitan.

Peneliti berterima kasih kepada semua pihak yang namanya tidak tersebutkan diatas. Peneliti juga menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini jauh dari kata sempurna. Akhir kata, peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca laporan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Ciputat, 3 September 2014

(7)

vii

Leily Badrya. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Mahasiswa Kedokteran Laki-Laki dan Perempuan Angkatan 2011 FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Menghadapi Ujian OSCE. 2014.

Kecemasan merupakan perasaan keprihatinan, ketakpastian dan ketakutan tanpa stimulus yang jelas, dikaitkan dengan perubahan fisiologis (takikardia, berkeringat, tremor, dan lain-lain). prevalensi kecemasan diperkirakan 20% dari populasi dunia dan sebanyak 47,7% remaja merasa cemas. Didapatkan bahwa perempuan lebih rentan 2 kali untuk menderita suatu kecemasan dibanding laki-laki. Tujuan dari penelitian ini adalah ntuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa kedokteran laki-laki dan perempuan angkatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi ujian OSCE. Desain penelitian ini yaitu cross sectional. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan total sampling. Cara kerja penelitian ini, responden mengisi identitas, kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), dan kuesioner coping strategies. Dari hasil uji deskriptif yang dilakukan, terdapat 11 (22%) mahasiswa perempuan yang menderita kecemasan dan 8 (20%) mahasiswa laki-laki yang menderita kecemasan. Sedangkan dari hasil uji analisis menggunakan chi square terdapat lebih dari 1 tabel yang memiliki nilai expected count < 5. Selanjutnya menggunakan uji alternatif yaitu Kolmogorov-Smirnov, didapatkan nilai p value = 0.500. Dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan perbedaan bermakna skor kecemasan antara laki-laki dan perempuan.

(8)

viii

Leily Badrya. Medical Education Study Programme. Identify The Difference of

Anxiety Score Between Male And Female Medical Students Class of 2011 FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta in OSCE exams.

Anxiety is a feeling of uncertainty and fear without apparent stimulus,

associated with physiological changes (tachycardia, sweating, tremors, etc.).

Prevalence of anxiety is estimated 20% of the global population, that was known

47.7 % of teenagers feel anxious. It was found that women are 2 times more

susceptible to suffer from anxiety than men. The purpose of this research is to identify

the difference of anxiety score between male and female medical students class of

2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in OSCE exams. The design of this

research is cross-sectional. 90 sample for this research were taken by total sampling.

Respondents filled identity form, Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

questionnaire, and coping strategies questionnaire. The results of the descriptive test

is there were 11 (22%) female students who suffer anxiety and 8 (20%) of male

students who suffer from anxiety. While the results from analysis using chi-square

test, it was found more than one table that has expected count value < 5.

Furthermore, alternative test used by researcher is Kolmogorov-Smirnov, and

obtained p value = 0.500. The conclusion is no significant differences in anxiety

score between male and female students.

(9)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... LEMBAR PERNYATAAN ... LEMBAR PERSETUJUAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.3.1 Tujuan Umum ... 1.3.2 Tujuan Khusus ... 1.4 Manfaat Penelitian... 1.4.1 Bagi Mahasiswa Kedokteran... 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan... 1.4.3 Bagi Penelitian... 1.4.4 Bagi Peneliti... 1.4.5 Bagi Masyarakat... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ... 2.1.1 Pengertian Kecemasan... 2.1.2 Epidemiologi Kecemasan... 2.1.3 Etiologi Kecemasan... 2.1.4 Gejala Klinis Kecemasan... 2.1.5 Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf... 2.1.5.1. Elemen Sistem Saraf…... 2.1.5.2. Diensefalon... 2.1.5.3. Sistem Saraf Otonom Perifer... 2.1.5.4. Sistem Limbik...... 2.1.6 Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) ...

(10)

x

2.1.7 Lie Minnesota Multiphasic Personallity Inventory (L-MMPI)…... 2.1.8 Taylor Minnesota Anxiety Scale (T-MAS)... 2.2 Kerangka Teori... 2.3 Kerangka Konsep...... 2.4 Definisi Operasional...... BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian... 3.2 Desain Analisis Data... 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 3.4 Populasi dan Sampel... 3.5 Variabel Penelitian... 3.6 Instrumen Penelitian... 3.7 Cara Kerja Penelitian... 3.8 Alur Penelitian... BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian... 4.1.1 Karakteristik Dasar Responden... 4.1.1.1 Usia... 4.1.1.2 Jenis Kelamin... 4.1.2 Tingkat Kecemasan...

4.1.2.1 Berdasarkan Usia... 4.1.2.2 Berdasarkan Jenis Kelamin... 4.1.3 Analisis Bivariat... 4.1.4 Coping Strategies... 4.2 Pembahasan... 4.2.1 Karakteristik Dasar Responden... 4.2.1.1 Usia dan Jenis Kelamin... 4.2.2 Tingkat Kecemasan... 4.2.2.1 Berdasarkan Usia... 4.2.2.2 Berdasarkan Jenis Kelamin... 4.2.3 Analisis Bivariat... 4.2.4 Coping Strategies... 4.3 Keterbatasan Penelitian... BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

(11)
[image:11.612.93.524.119.535.2]

xi

Tabel 1. Tingkatan Usia... Tabel 2. Jenis Kelamin Perempuan dan Laki-Laki... Tabel 3. Tingkat Kecemasan dengan Usia... Tabel 4. Tingkat Kecemasan dengan Jenis Kelamin... Tabel 5. Analisis Bivariat antara Tingkat Kecemasan dengan Jenis Kelamin.. Tabel 6. Lima Peringkat Teratas untuk Coping Stategies...

(12)

xii

[image:12.612.92.525.111.544.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diensefalon... Gambar 2. Sistem Limbik... Gambar 3. Sintesis GABA telah diolah kembali...

(13)

xiii

Lampiran 2. Hasil Uji Statistik... Lampiran 3. Data Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... Lampiran 4. Kuesioner ... DAFTAR RIWAYAT HIDUP...

(14)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang, dimana setiap tahunnya angka kecemasan semakin meningkat, prevalensi kecemasan diperkirakan 20% dari populasi dunia dan sebanyak 47,7% remaja merasa cemas.1 Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia, berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 diketahui bahwa 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental emosional.2 Kecemasan yang menjadi suatu penyakit atau gangguan (anxiety disorder) terdapat pada 18 % (40 juta) penduduk Amerika pada usia lebih dari 18 tahun.3

(15)

Mahasiswa memiliki kewajiban yang mutlak, yaitu belajar. Memasuki perguruan tinggi, kegiatan belajar mahasiswa harus didukung dengan kesadaran yang penuh. Seorang mahasiswa dituntut harus mampu mengembangkan daya pikirnya dan meningkatkan rasa penasaran terhadap disiplin ilmu yang ditekuninya. Oleh karena itu, mahasiswa rentan terhadap kecemasan.7 Mahasiswa Kedokteran angkatan 2011 merupakan mahasiswa preklinik yang sedang menjalankan masa pembelajarannya pada tahun terakhir di Universitas sebelum memasuki masa klinik (Ko-Asisten). Pada penelitian Sibel, et al (2012) menunjukan bahwa mahasiswa yang akan menuju tahap pembelajaran klinik memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Kecemasan yang banyak terjadi pada mahasiswa tingkat akhir preklinik adalah kekhawatiran diri terhadap keterampilan untuk mengobati pasien yang telah didapat pada masa pembelajaran preklinik.8

Mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan berbagai macam ujian di masa preklinik. Ujian didalam buku panduan universitas dibagi menjadi ujian tertulis dan ujian keterampilan klinik dasar. Ujian tertulis digunakan untuk menguji aspek kognitif dan Uji skill lab ini bertujuan untuk menguji aspek psikomotor, kognitif, dan professional behavior dengan menggunakan checklist yang telah disepakati. Salah satu ujian keterampilan klinik yang

harus dilewati yaitu Objective Structure Clinical Examination (OSCE). OSCE merupakan suatu metode untuk menguji kompetensi klinik (skill lab) yang di uji secara obyektif dan terstruktur. Cara pengujian OSCE yaitu dalam bentuk putaran (station) dan dengan waktu tertentu di setiap putarannya.9 OSCE pada FKIK UIN dilaksanakan setiap semester genap dan akan menentukan kelulusan mahasiswa untuk menuju tahap pembelajaran klinik. Pada pedoman buku FKIK UIN, OSCE memiliki presentase penilaian sebesar 40% dan merupakan presentase penilaian terbesar dibandingkan dengan ujian tulis dan ujian lainnya untuk menentukan kelulusan mahasiswa. berdasarkan fakta diatas, faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh yang tinggi untuk terjadinya kecemasan pada mahasiswa yang akan melaksanakan ujian.

(16)

3

dapat mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat, mengganggu kemampuan menghubungkan satu hal dengan yang lain.10

Dari buku Pasiak, 2009, didapatkan bahwa perempuan lebih rentan 2 kali untuk menderita suatu kecemasan dibanding laki-laki.11 Hal ini dibuktikan juga oleh Brizendine bahwa remaja perempuan lebih mungkin mengalami kecemasan 2 kali lipat dibandingkan dengan laki-laki, terutama pada usia reproduktif.12

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa ujian yang dilakukan oleh mahasiswa berpengaruh besar terhadap terjadinya kecemasan pada mahasiswa dan terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Maka, peneliti melakukan penelitian mengenai perbedaan tingkat kecemasan antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi OSCE.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa kedokteran laki-laki dan perempuan angkatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi ujian OSCE?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan anatara mahasiswa kedokteran laki-laki dan perempuan angkatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi ujian OSCE.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1Mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa kedokteran angkatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi ujian OSCE.

(17)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Mahasiswa Kedokteran

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa kedokteran preklinik dalam menambah pengetahuan tentang tingkat kecemasan pada mahasiswa kedokteran dan dapat menghadapi kecemasan yang terjadi dengan coping strategies.

1.4.2 Institusi Pendidikan

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran kepada institusi terhadap jenis ujian dalam penelitian ini dan sebagai satu langkah institusi dalam menciptakan kebijakan demi kelancaran pembelajaran dalam institusi.

1.4.3 Penelitian

Bermafaat sebagai rujukan untuk mengembangkan penelitian ini dan sebagai motivasi dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

1.4.4 Peneliti

Bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti mengenai permasalahan kejiwaan yang banyak dihadapi di masyarakat dan membantu peneliti untuk kelancaran proses belajar dalam menyelesaikan studi preklinik.

1.4.5 Masyarakat

a. Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi yang dapat membantu masyarakat umum untuk mengetahui pentingnya menjaga kesehatan jiwa mereka mengenai kecemasan yang banyak dihadapi oleh sebagian besar orang.

(18)

5 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kecemasan

Terdapat beberapa pengertian kecemasan pertama, kecemasan adalah sebagai “kesulitan” atau “kesusahan” dan merupakan konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas dan makna hidup.10 Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas, berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik.1 Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat di identifikasi sebagai stimulus kecemasan.13 Menurut pendapat para ahli diatas, kecemasan dapat disimpulkan sebagai perasaan khawatir yang bersifat subjektif karena tidak terdapat objek yang dapat diindentifikasi sebagai stimulus kecemasan dan hal ini merupakan konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas dan makna hidup. Karakteristik utama pada kecemasan adalah khawatir atau cemas, yang terjadi secara berlebihan dihubungkan dengan situasi yang tidak jelas objeknya. Cemas yang berlebihan tidak akan terjadi jika seseorang memiliki kemampuan berupa suatu tindakan untuk memecahkan masalah.6

(19)

memberikan dorongan untuk lebih kuat, dan siap untuk melawan (fight) atau melarikan diri (flight) dalam upaya menyelamatkan diri.12

2.1.2 Epidemiologi Kecemasan

Indonesia merupakan negara berkembang, dimana setiap tahunnya angka kecemasan semakin meningkat, prevalensi kecemasan diperkirakan 20% dari populasi dunia dan sebanyak 47,7% remaja merasa cemas.1 Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia, berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 diketahui bahwa 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental emosional.2

Gangguan kecemasan adalah penyakit mental yang paling umum di Amerika Serikat. Gangguan kecemasan juga mempengaruhi sekitar 40 juta atau sekitar 18% orang dewasa Amerika usia 18 tahun keatas.3 Prevalensi gangguan kecemasan berkisar antara 13,6% sampai dengan 28,8% di US. Dari variasi prevalensi gangguan kecemasan tersebut, berkaitan dengan perbedaan tingkat respon individu dan perbedaan usia maupun jenis kelamin.13

2.1.3 Etiologi Kecemasan a. Stres

(20)

7

b. Teori Genetik

Ansietas (kecemasan) dapat memiliki komponen yang diwariskan. Insinden gangguan panik mencapai 25%, dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih besar daripada pria. Horwath dan Weissman (2000) menjelaskan suatu kemungkinan “sindrom kromosom 13”. Kromosom ini dikatakan terlibat dalam hubungan genetic yang mungkin pada gangguan kecemasan.14

c. Teori Neurokimia

Terdapat 4 kelas besar neurotransmiter & neuromodulator di otak :14 1. Monoamin serotonin, 3 katekolamin (epinefrin, norepinefrin,

dopamin)

2. Asam amino Gamma-Amino Butyric Acid (GABA) 3. Neurotransmiter peptide

4. Neurotrophic Factor Nerve Growth Factor (NGF)

(21)
[image:21.612.95.553.102.588.2]

 Sintesis GABA

Gambar 3. Sintesis GABA telah diolah kembali GABA

Inhibisi fungsi SSP Inhibisi transmisi

saraf Hiperpolarisasi membrane sel saraf

Ion Cl- masuk Membuka kanal Cl

-Berikatan dengan reseptor di pascasinaps

Melepaskan GABA menuju celah sinaps

Glutamat GAD

Metabolit GABA Re uptake (transporter

GABA)

Degradasi oleh GABA transaminase

(22)

9

Neuron-neuron inhibitori berfungsi untuk mnegurangi pembakaran neuron-neuron lainnya. Berkurangnya fungsi neuron-neuron inhibitori diakibatkan karena tingkat neurotransmitter GABA yang rendah dan mengakibatkan neuron-neuron eksitatorik terus bekerja dan menyebabkan kerja sistem saraf simpatis meningkat sampai pada akhirnya menimbulkan kecemasan. Dalam keadaan stress, maka sekresi kortisol akan meningkat. Disamping kortisol yang meningkat, terdapat substansi lain yang menyerupai beta carboline, yaitu antagonis GABA yang diduga sebagai penyebab turunnya jumlah reseptor GABA. Berkurangnya jumlah reseptor GABA menyebabkan berkurangnya hambatan terhadap timbulnya kecemasan.14

d. Teori Psikodinamik  Interpersonal

Harry Stack Sulliven (1952) berpendapat bahwa kecemasan timbul dari masalah-masalah dalam nilai kelompok budayanya. Semakin tinggi tingkat kecemasan, semakin rendah kemampuan untuk mengomunikasikan dan menyelesaikan masalah dan semakin besar pula kesempatan untuk terjadi gangguan kecemasan.14

 Perilaku

(23)

2.1.4 Gejala Klinis Kecemasan

Gejala Klinis dibedakan menjadi 2, yaitu :6 a. Gejala – Gejala Psikologik

o Khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, o Khawatir dengan pemikiran orang mengenai dirinya

o Penderita tegang terus menerus dan tak mampu berlaku santai.

o Pemikirannya penuh dengan kekhawatiran o Bicaranya cepat terputus-putus.

b. Gejala – Gejala Somatik o Sesak Napas, o Dada tertekan, o Nyeri epigastrium o Cepat lelah o Palpitasi

o Keringat dingin

o Dan gejala lainnya yang mungkin mengenai motorik, pencernaan, pernapasan, system kardiovaskuler, genitourinaria, atau susunan syaraf pusat.

2.1.5 Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf

Sistem saraf melakukan kontrol terhadap hampir sebagian besar aktivitas otot dan kelenjar tubuh untuk mempertahankan homeostasis. Neuron dikhususkan untuk menghasilkan sinyal listrik dan biokimia cepat. Neuron juga mengolah, memulai, mengkode dan menghantarkan perubahan-perubahan pada potensial membrannya sebagai suatu cara untuk menyalurkan pesan dengan cepat melintasi panjangnya. 16

(24)

11

 Meneruskan impuls saraf ke sistem saraf pusat (oleh saraf sensorik)  Mengolah rangsangan untuk menentukan tanggapan (oleh sistem saraf

pusat)

 Meneruskan rangsangan dari sistem saraf pusat ke efektor (oleh saraf motorik).

2.1.5.1Elemen Sistem Saraf

Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma. Neuron terdiri dari tiga bagian, yaitu : badan sel, dendrit, dan akson tunggal. Badan sel neuron, juga dikenal sebagai perikaryon atau soma adalah bagian tengah sel dimana terdapat inti (nukleus) dan organel-organel sel seperti sitoplasma perinuklear, badan golgi dan mitokondria. Nucleus pada sel saraf tidak memiliki sentriol dan tidak bereplikasi.16 Neuron menghantarkan informasi hanya ke satu arah karena bersifat bipolar, sel tersebut menerima informasi dari neuron lain pada salah satu ujung dan menghantarkan informasi ke neuron berikutnya pada ujung sisi lain.15

Dendrit disebut juga sebagai struktur reseptif sel saraf yaitu penonjolan yang bercabang dan melekat pada badan sel.15 Dendrit berfungsi untuk membawa impuls ke arah badan sel. Pada sebagian besar neuron, membran plasma badan sel dan dendrit mengandung reseptor-reseptor protein untuk mengikat antar zat kimiawi dari neuron lain. 16

(25)
[image:25.612.92.527.124.519.2]

2.1.5.2Diensefalon dan Sistem Saraf Otonom

Gambar 1. Diensefalon

Diensefalon terletak di antara batang otak dan otak tengah. Diensefalon memiliki empat komponen, yaitu : thalamus, epitalamus, subtalamus dan hipotalamus.15

1. Talamus

Ditemukan pada kedua sisi ventrikel tiga dan terdiri dari berbagai nucleus dengan fungsi yang berbeda. Talamus merupakan kompleks meuron yang meliputi sekitar empat perlima volume diensefalon.15

Fungsi talamus, yaitu :15

(26)

13

 Merupakan titik pertemuan subkortikal terbesar untuk semua impuls sensorik propioseptif dan eksteroseptif.

 Sebagai pusat integrasi dan koordinasi yang penting. Impuls aferen dengan berbagai modalitas, dari region tubuh yang berbeda, diintegrasikan dan diberikan pewarnaan afektif, seperti nyeri, rasa tidak senang, dan rasa nyaman telah terdapat di talamus sebelum ditransmisikan ke atas menuju korteks.

 Talamus memodulasi fungsi motorik, beberapa diantaranya melewati ganglia basalia dan serebelum.

 Beberapa nuclei talami juga merupakan komponen ascending reticular activating system (ARAS), sistem kewaspadaan spesifik

yang berasal dari nukleus yang terletak di sepanjang formasio retikularis batang otak.

2. Epitalamus

Terutama terdiri dari epifisis (glandula pinealis/korpus pineale) dan nukleus habenularis, berperan dalam regulasi irama sirkadian.habenula dan nukleus habenularis membentuk stasiun relay sistem olfaktori. Serabut olfaktori aferen berjalan melalui stria medularis talami ke nukleus habenularis, yang membentuk proyeksi eferen ke nukleus otonom (salivatorik) batang otak, dengan demikian berperan penting pada asupan nutrisi. Epifisis terdiri dari sel-sel khusus diesebut pinealosit. Kalsium dan magnesium disimpan di epifisis dari usia 15 tahun.15

3. Subtalamus

(27)

Nukleus subtalamus (korpus Luysii) secara fungsional, merupakan komponen ganglia basalia.15

4. Hipotalamus

Hipotalamus mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon. Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat seksual.

Nuklei hipotalami :15

 Kelompok nuclear anterior  Kelompok nuklear medial

Yaitu nukleus infundibularis, nukleus tuberalis, nukleus dorsomedialis, nukleus ventromedialis dan nukleus lateralis.  Kelompok nuklear posterior

Meliputi nukleus mamilaris (nukleus supramamilaris, nukleus mamilaris, nukleus interkalatus, dan lainnya) dan nukleus posterior. Area ini dinamakan zona dinamogenik (Hess), dari tempat ini sistem saraf otonom dapat segera diaktivasi, jika diperlukan.

(28)

15

supraoptikus, dan nukleus paraventrikularis. Kedua nukleus terakhir berproyeksi melalui traktus supraoptikus-hipofisis, ke neurohipofisis.15

2.1.5.3Sistem Saraf Otonom Perifer

Bekerja secara bersama-sama dengan sistem endokrin dan berbagai nukleus batang otak, mengatur fungsi-fungsi vital yang diperlukan untuk mempertahankan lingkungan internal (homeostasis), termasuk respirasi, sirkulasi, metabolism, suhu tubuh, keseimbangan cairan, pencernaan, sekresi dan fungsi reproduktif. Fungsi-fungsi tersebut dikontrol oleh mekanisme yang tidak disadari (involunter). Hipotalamus merupakan pusat regulasi utama untuk seluruh sistem otonom perifer.15

[image:28.612.92.521.134.606.2]

2.1.5.4Sistem Limbik

Gambar 2. Sistem Limbik

(29)

Sistem limbik terdiri dari area neokortikal dan area kortikal dan beberapa nuklei. Struktur utama sistem limbuk adalah formasio hipokampalis, giruus parahipokampalis dan area entorhinal, girus cinguli, korpus mamilare, dan amigdala. Struktur tersebut saling berhubungan di sirkuit papez, dan juga membentuk hubungan yang luas dengan region otak lainnya (neokorteks, talamus, batang otak). Melalui hubungannya dengan hipotalamus dan juga dengan sistem saraf otonom, sistem limbik ikut dalam pengaturan dorongan dan perilaku afektif. Dikatakan fungsi utamanya, dari sisi teleologis, adalah pembentukan perilaku yang meningkatkan ketahanan (survival) individu dan spesies. Selanjutnya hipokampus memainkan peran yang sangat penting dalam belajar dan memori.15

Nukleus-nukleus pada amigdala dan daerah otak lainnya memiliki perluasan untuk gejala kecemasan, seperti :14

 Area kortikal : ketakutan

 Region periakueduktal kelabu : sikap defensif dan sikap kaku  Nukleus parabrakhial : hiperventilasi (respiratory rate )  Talamus lateralis : aktivasi sistem saraf simpatis

 Nukleus paraventrikularis pada hipotalamus : aktivasi sistem endokrin

 nukleus kaudatus pontis : peningkatan rasa takut  Striatum : aktivasi sistem motorik

2.1.6 Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

HARS digunakan untuk mengukur kecemasan pada seseorang. Pada tes ini terdapat 14 gejala yang diobservasi, yaitu :

(30)

17

5. Gangguan kecerdasan 6. Perasaan depresi (murung) 7. Gejala somatik/fisik (otot) 8. Gejala somatik/fisik (sensorik) 9. Gejala kardiovaskuler

10.Gejala respiratori (pernapasan) 11.Gejala Gastrointestinal (pencernaan)

12.Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) 13.Gejala autonom

14.Tingkah laku (sikap)

HARS terdiri dari 14 item. Penilaian setiap itemnya diberi skor antara 0 sampai dengan 4 berdasarkan berat ringannya gejala. Setiap skor memiliki kategori yang berbeda, yaitu :18

0 = Tidak ada gejala atau keluhan 1 = Gejala ringan

2 = Gejala sedang 3 = Gejala berat 4 = Gejala berat sekali

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil:18

a. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan. b. Skor 14 – 20 = kecemasan ringan.

(31)

2.1.7 Skala Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)

L-MMPI yaitu skala validitas yang berfungsi untuk mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subyek penelitian. Skala L-MMPI berisi 15 butir pernyataan untuk dijawab responden dengan ”ya” bila butir pernyataan sesuai dengan perasaan dan keadaan responden, dan ”tidak” bila tidak sesuai dengan perasaan dan keadaan responden. Nilai batas skala adalah 10, artinya apabila jawaban ”tidak” dari responden ≤ 10, maka data responden dinyatakan invalid dan tidak diikut sertakan dalam pengolahan data penelitian.19

2.1.8 Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS)

TMAS merupakan instrumen pengukur kecemasan dari Janet Taylor. Tingkat kecemasan akan diketahui dari tinggi rendahnya skor yang didapatkan. Makin besar skor maka tingkat kecemasan semakin tinggi, dan makin kecil skor maka tingkat kecemasan semakin rendah.

Kuesioner TMAS berisi 40 butir pertanyaan, dengan 2 pilihan yaitu ”ya” dan ”tidak”. Responden menjawab sesuai dengan keadaan dirinya dengan cara memberi tanda (X) pada kolom jawaban “ya” atau “tidak”. Jawaban “ya” pada pilihan yang favorable dan jawaban “tidak” pada pilihan yang unfavorable diberi skor 1. TMAS memiliki derajat validitas yang cukup tinggi, akan tetapi dipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden dalam mengisinya. Karena itu, digunakan tes L-MMPI untuk menghindari terjadinya perhitungan hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran responden. Untuk hasil dari penilaian tes TMAS, yaitu :18

(32)

19

2.2 Kerangka Teori

Hipokampus Hipotalamus Proses neurokognitif dan modulasi informasi sensorik Talamus Sensorik Traktus nukleus solitarius Nukleus amigdala sentralis Lokus seruleus Nukleus amigdala lateral basal Regio Periakueduktal Kelabu Aktivasi sistem saraf simpatis Mempengar uhi respon fisiologis dan perilaku Sekresi

norepinefrin Perilaku defensif dan

sikap ketakutan Takikardia,

dlilatasi

Berbicara di depan umum Pekerjaan/Lingkungan baru Ujian

Stressor

reseptor GABA

Sekresi antagonis GABA (β carboline)

Genetik Kortisol Sekresi adrenalin Aktivasi neuron-neuron eksitatorik Kecemasan Alat ukur

(33)

2.3 Kerangka Konsep

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK

Keadaan Interpersonal

Neurokimia ( reseptor GABA) Genetik

Ujian OSCE (Stressor)

Tingkat Kecemasan (ansietas)

Laki-Laki Perempuan

(34)

21

2.4 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

(35)

22 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik menggunakan pendekatan cross sectional yang dilakukan hanya satu kali di saat yang sama. Dalam pelaksanaannya akan meliputi pengumpulan data, analisis dan interpretasi hasil yang telah didapat. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kuesioner. Penelitian ini disusun sebagai penelitian yang bersifat kuantitatif, karena penelitian ini menilai ada atau tidaknya perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa kedokteran laki-laki dan perempuan dalam menghadapi ujian OSCE.

3.2 Desain Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian akan di analisis menggunakan uji Chi Square. Chi Square digunakan untuk semua hipotesis kategorik tidak berpasangan. Syarat uji Chi square adalah sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5. Jika syarat Chi square tidak terpenuhi, maka

menggunakan uji alternatif. Uji alternatif yang digunakan untuk tabel 2 x K (kategori) yaitu uji Kolmogorov-Smirnov.20

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

(36)

23

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2011yang berjumlah 90. Sampel dipilih dilihat dari fakta pada penelitian Sibel, et al (2012) yang menunjukan bahwa mahasiswa yang akan menuju tahap pembelajaran klinik memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Kecemasan yang banyak terjadi pada mahasiswa tingkat akhir preklinik adalah kekhawatiran diri terhadap keterampilan untuk mengobati pasien yang telah didapat pada masa pembelajaran preklinik.

Teknik sampling yang digunakan untuk penelitian ini yaitu total sampling. Pemakaian total sampling didasarkan atas jumlah populasi yang

kurang dari 100, sehingga dapat dijadikan sampel untuk penelitian ini.20 Terdapat kriteria eksklusi yang ditetapkan pada penelitian ini, yaitu bila responden tidak menyetujui untuk mengikuti penelitian ini, maka responden dikeluarkan dari sampel penelitian ini.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian dibagi menjadi dua, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat karena terdapatnya variabel bebas.20 Variabel bebas pada penelitian ini adalah jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Variabel terikat penelitian ini adalah tingkat kecemasan.

3.6 Instrumen Penelitian Alat bantu penelitian :

1. Formulir Persetujuan Responden 2. Formulir Identitas Responden

(37)

3.7 Cara Kerja Penelitian

1. Penggunaan total sampling untuk mengambil sampel dari populasi yang telah tersedia

2. Responden mengisi formulir persetujuan untuk mengikuti penelitian ini

3. Responden mengisi formulir identitas yang telah tersedia

4. Responden mengisi kuesioner kecemasan HARS untuk mengetahui angka kecemasan.

5. Menghitung data dengan SPSS menggunakan uji Chi square.

3.8 Alur Penelitian

Mahasiswa Kedokteran Angkatan 2011

Kuesioner Kecemasan HARS

Perempuan

Hasil

(38)
(39)
(40)

27

[image:40.612.93.542.125.557.2]

4.1.2.2Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4. Tingkat Kecemasan dengan Jenis Kelamin JENIS KELAMIN & TINGKAT KECEMASAN

JENIS KELAMIN TINGKAT KECEMASAN Total Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Cemas Sangat Berat Perempuan Laki-Laki

39 7 3 1 0 50

32 4 3 0 1 40

Total 71 11 6 1 1 90

4.1.3 Analisis Bivariat

Tabel 5. Analisis Bivariat antara Tingkat Kecemasan dengan Jenis Kelamin

Hasil Uji Kuesioner Kecemasan

JENIS KELAMIN TINGKAT KECEMASAN P* Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Cemas Sangat Berat

N % N % N % N % N %

Perempuan 39 78 7 14 3 6 1 2 0 0 0.5

Laki-Laki 32 80 4 10 3 7.5 0 0 1 2.5

TOTAL 71 78.9 11 12.2 6 6.7 1 1.1 1 1.1

(41)
[image:41.612.94.551.119.716.2]

4.1.4 Coping Strategies

Tabel 6. Lima Peringkat Teratas untuk Coping Stategies

No. Coping Strategies Nilai Total

1 Memperbanyak ibadah (shalat, membaca al-qur'an) 79

2 Mendengarkan Musik 71

3 Menonton Televisi 67

4 Membuat rencana untuk mengatasi permasalahan 64

5 Pergi keluar rumah dengan teman 63

4.2 Pembahasan

4.2.1 Karakteristik Dasar Responden 4.2.1.1Usia dan Jenis Kelamin

Berdasarkan data usia responden diatas, didapatkan usia responden yang beragam. Usia responden dibedakan meenjadi 4 kategori, yaitu usia 17 tahun, 20 tahun, 21 tahun dan 22 tahun. Terdapat 1 responden yang berusia 17 tahun, 30 responden berusia 20 tahun, 48 responden berusia 21 tahun dan 11 responden berusia 22 tahun. Total responden yang dijadikan sampel untuk penelitian ini adalah 90 responden. Penelitian ini menggunakan total sampling untuk menentukan jumlah responden yang akan mengikuti penelitian ini. Penelitian ini menggunakan total sampling karena peneliti ingin mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dengan jenis kelamin pada mahasiswa PSPD angkatan 2011. Kriteria eksklusi yang dilakukan oleh peneliti yaitu apabila pada saat penyebaran kuesioner, terdapat mahasiswa yang tidak setuju untuk mengikuti penelitian ini. Jumlah mahasiswa PSPD angkatan 2011 yaitu berjumlah 95 orang. Terdapat 5 orang yang memenuhi kriteria eksklusi dari peneliti, maka 5 orang tersebut tidak dapat dipaksakan untuk mengikuti penelitian ini.

(42)

29

data kategorik yang akan dibandingkan dengan tingkat kecemasan. Pada diagram pie didapatkan jumlah responden perempuan yaitu 50 orang dan laki-laki berjumlah 40 orang. Perbandingan laki-laki-laki-laki dan perempuan yang didapatkan tidak seimbang karena peneliti menggunakan metode total sampling dan tidak menghitung N1=N2.

4.2.2 Tingkat Kecemasan 4.2.2.1Berdasarkan Usia

Tingkat kecemasan pada penelitian ini diukur menggunakan kuesioner HARS. Dari sekian banyak kuesioner untuk mengetahui tingkat kecemasan, peneliti memilih menggunakan kuesioner HARS karena item pada kuesioner HARS menunjukan gejala-gejala yang dapat timbul pada saat terjadinya kecemasan.

(43)

4.2.2.2Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada tabel 4 dan 5, didaptkan bahwa jenis kelamin perempuan memiliki angka kecemasan yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Pada data diatas, terdapat 11 (22%) responden perempuan menderita kecemasan, sedangkan pada responden laki-laki didapatkan 8 (20%) responden menderita kecemasan. Pada perempuan terdapat 39 (78%) responden tidak menderita kecemasan, 7 (14%) responden menderita kecemasan ringan, 3 (6%) responden menderita kecemasan sedang, 1 (2%) responden menderita kecemasan berat dan tidak terdapat responden yang menderita kecemasan sangat berat. pada responden laki-laki terdapat 32 (80%) responden tidak menderita kecemasan, 4 (10%) responden menderita kecemasan ringan, 3 (7,5%) responden menderita kecemasan sedang, tidak terdapat responden yang menderita kecemasan berat, dan terdapat 1 (2,5%) responden menderita kecemasan sangat berat.

4.2.3 Analisis Bivariat

Pada penelitian ini dilakukan analisis bivariat. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Chi Square jika memenuhi syarat. Jika tidak memenuhi syarat, maka menggunakan uji alternatif yaitu Kolmogorov-Smirnov. Skor p value <0,05 dinyatakan bermakna secara statistik. Pada penelitian ini, terdapat data yang tidak memenuhi syarat untuk uji Chi Square, karena terdapat lebih dari 1 tabel yang memiliki nilai expected count < 5, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov sebagai uji alternatif untuk uji Chi Square.20 Dengan analisis Kolmogorov-Smirnov, didapatkan nilai significancy adalah 0.500. Karena nilai p value pada

(44)

31

Dari hasil penelitian ini, didapatkan tingkat kecemasan dalam menghadapi OSCE yang terjadi pada responden sangat beragam. Kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

1. Lingkungan : lingkungan atau tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir seseorang. Kecemasan mungkin timbul ketika seseorang merasa tidak aman terhadap lingkungannya sendiri. 2. Emosi yang ditekan : kecemasan dapat terjadi jika seseorang

tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya dalam berbagai hubungan personal maupun dalam menghadapi berbagai macam ujian.

(45)

a. Mata : menyebabkan dilatasi pupil

b. Kelenjar lakrimal, sublingual dan submandibular : vasokonstriksi dan penurunan sekresi kelenjar (cairan kental)

c. Sistem Kardiovaskular (jantung) : peningkatan kekuatan kontraksi jantung, peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah yang meningkat

d. Sistem Gastrointestinal (lambung dan usus) : motilitas lambung dan usus yang berkurang (peristaltik menurun, sekresi menurun)

e. Sistem Kemih : aktivasi muskulus sfingter interiud kontraksi otot kandung kemih.

f. Kelenjar keringat : sintesis keringat meningkat

Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa stres fisik atau stres mental dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan. Seperti pada penelitian ini didapatkan bahwa ujian OSCE yang menjadi stres mental untuk responden sangat berpengaruh untuk terjadinya kecemasan pada diri responden.

(46)

33

faktor respondennya sendiri, yaitu responden sudah belajar sejak lama untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian OSCE, maka dari itu kecemasan tidak terdapat saat ingin menghadapi ujian OSCE. Faktor lainnya dari responden yang diduga berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dialami responden yaitu adanya coping strategies. Coping strategies ini dapat digunakan responden untuk menghilangkan

kecemasan yang ada di dalam diri respon, maka dari itu pada saat diberi kuesioner HARS, responden tidak menunjukan gejala-gejala yang berkaitan dengan kecemasan. Faktor-faktor diatas dapat menjadi faktor perancu yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Faktor perancu ini merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada hasil analisis bivariat penelitian ini, yaitu nilai p value > 0,05 yang menyebabkan hasil penelitian menjadi tidak bermakna.

4.3 Coping Strategies

Coping Strategies merupakahn upaya kognitif maupun perubahan

sikap untuk mengatasi dan mengendalikan stressor yang dimiliki setiap individu. Pada penelitian ini, peneliti memberikan 10 pernyataan yang berkaitan dengan coping strategies. Coping strategies dimaksudkan untuk mengetahui bentuk kegiatan yang banyak dilakukan pada responden dalam mengahadapi kecemasan. Dari 10 pernyataan yang ada, pernyataan mengenai coping strategies yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah

(47)

menunjukan bahwa lebih dari 50% responden memiliki suatu kegiatan yang dapat dikerjakan oleh responden pada saat responden mengalami kecemasan. Maka dari itu peneliti menganggap bahwa coping strategies adalah salah satu faktor perancu untuk penelitian ini.

4.4 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan variabel lain selain variabel dependen dan independen namun tidak dilakukan analisis lebih lanjut terhadap variabel lain tersebut.

2. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner HARS sebagai diagnosis kecemasan padaa responden dan tidak melakukan pemeriksaan langsung oleh dokter kejiwaan. Hal ini dapat menimbukan kesalahan diagnosis dari gejala yang ada pada responden. Penelitian ini juga tidak mengikuti perkembangan responden karena hanya bersifat cross sectional.

(48)

45 BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Prevalensi gangguan cemas pada mahasiswa laki-laki angkatan 2011 yaitu 8 orang dari 40 mahasiswa dan untuk mahasiswa perempuan yaitu 11 orang dari 50 mahasiswa. Dalam penelitian ini didapatkan kesimpulan yang sama dengan hipotesis yaitu mahasiswa perempuan memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki angakatan 2011. Berdasarkan hasil yang didapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat kecemasan dengan jenis kelamin pada mahasiswa kedokteran angkatan 2011.

5.2Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan mencari lebih banyak mengenai coping strategies untuk menghadapi kecemasan.

(49)

36

DAFTAR PUSTAKA

1. Gail, Stuart W. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. 2002. p 144.

2. Departemen Kesehatan RI. Kesehatan Jiwa Sebagai Prioritas Global. Jakarta. 2009.

3. National Institute of Mental Health (NIH). Anxiety Disorder. US : NIH Publication No. 09 3879. 2009.

4. Dorland. Kamus Saku Kedokteran Dorland, ed. 25. Jakarta : EGC. 1998

5. Huberty, Thomas, J. Anxiety and Anxiety Disorder in Children : Information for Parents. Bloomington, IN : National Assosiation Of School Physicologists.

2004.

6. Maramis W.F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. 2005.

(50)

37

8. Kalaa, Sibel, et al. What Do We Know About the Anxieties of Students Starting Clinical Studies?. Turkey : Department of Medical Education Marmara University, School of Medicine. 2012.

9. Ahmad, Tri Hanggono, dkk. Pedoman Persiapan dan Penyelenggaraan OSCE. Jakarta : HPEQ Kementrian Pendidikan dan Kebuyaan Repubik Indonesia. 2011.

10.Videbeck, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. 2008

11.Pasiak, Taufiq. Unlimted Potency of the Brain. Bandung : PT Mizan Pustaka. 2009.

12.Brizendine, Louann. The Female Brain. Jakarta : UFUK PRESS. Penerjemah : Meda Satrio. 2007.

13.Rector, Niel A, et al. Anxiety Disorder An Information Guide. Canada : Centre for Addiction and Mental Health (CAM) & WHO Collaborating Centre. 2008.

(51)

15.Baehr, Frotscher. DUUS Diagnosis Topik Neurologi. Jakarta : EGC. 2010.

16.Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed 2nd. Jakarta: EGC. 2008

17.Snell, R S. Clinical Neuroanatomy ed 7. Lippincott Williams & Wilkins. 2006.

18.Chandratika, Dyah dan Susy Purnawati. Gangguan Cemas Pada Mahasiswa Semester I dan VII Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Univ. Udayana. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2013.

19.Butcher, James N.A Beginner’s Guide To The MMPI-2.2nd ed. Washington D.C : American Psychological Association. 2005.

(52)

Lampiran

39 1. Jenis Kelamin dengan Tingkat Kecemasan

JENIS_KELAMIN * TINGKAT_KECEMASAN Crosstabulation

TINGKAT_KECEMASAN Total tidak cemas cemas ringan cemas sedang cemas berat cemas sangat berat JENIS_KELAMIN peremp

uan

Count 39 7 3 1 0 50

Expected Count 39.4 6.1 3.3 .6 .6 50.0

% within

JENIS_KELAMIN 78.0% 14.0% 6.0% 2.0% .0% 100.0%

Std. Residual .0 .4 -.2 .6 -.7

Adjusted Residual -.2 .6 -.3 .9 -1.1

laki-laki

Count 32 4 3 0 1 40

Expected Count 31.6 4.9 2.7 .4 .4 40.0

% within

JENIS_KELAMIN 80.0% 10.0% 7.5% .0% 2.5% 100.0%

Std. Residual .1 -.4 .2 -.7 .8

Adjusted Residual .2 -.6 .3 -.9 1.1

Total Count 71 11 6 1 1 90

Expected Count 71.0 11.0 6.0 1.0 1.0 90.0

% within

(53)

40 2. Hasil Uji Statistik

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 2.427a 4 .658

Likelihood Ratio 3.179 4 .528

N of Valid Cases 90

a. 7 cells (70,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,44.

3. Data Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Frequencies

JENIS_KELAMIN N

TINGKAT_KECEMASAN PEREMPUAN 50

LAKI-LAKI 40

(54)

Lampiran

41 Test Statisticsa

TINGKAT_KE CEMASAN Most Extreme Differences Absolute .025

Positive .025

Negative -.020

Kolmogorov-Smirnov Z .118

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

(55)

42 4. Kuesioner Penelitian

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya Leily Badrya mahasiswi semester 6 Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah yang pada saat ini sedang menyelesaikan skripsi. Untuk penyelesaian skripsi saya, saat ini saya sedang melaksanakan penelitian tentang perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa kedokteran laki-laki dan perempuan angkatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi ujian OSCE. Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Anda dalam membantu saya meluangkan waktu mengisi kuesioner ini.

Kuesioner ini berisi tentang gejala-gejala yang biasa terjadi dalam menghadapi suatu masalah. Kuesioner ini terdiri atas 2 bagian, bagian pertama yaitu kuesioner tingkat kecemasan dan bagian kedua yaitu kuesioner coping strategies. Saya berharap Anda dapat mengisi kuesioner ini dengan jujur dan sesuai dengan yang Anda rasakan sekarang. Jawaban yang Anda berikan tidak akan dinilai benar atau salah. Jangan sampai ada kolom yang terlewat. Hasil kuesioner dan data pribadi Anda bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Atas kesedian Anda meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini dan bekerjasama dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

(56)

Lampiran

43

NIM : 1111103000079

Data Responden

Nama :

NIM :

Usia :

Jenis Kelamin : Pendidikan :

Suku :

No. Telp : Alamat Rumah :

Dengan ini saya bersedia untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

Ciputat, - - 2014

(57)

44 Bagian 1

KUESIONER HARS

Kuesioner ini berisi gejala-gejala yang akan timbul saat terjadinya kecemasan. Silahkan Anda memberi tanda (√) pada kolom isi sesuai dengan yang anda rasakan saat ini. Skala penilaian berupa :

Nilai 0 : Tidak Ada Gejala (Keluhan) Nilai 1 : Gejala Ringan

Nilai 2 : Gejala Sedang Nilai 3 : Gejala Berat Nilai 4 : Gejala Berat Sekali Contoh :

Dari contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala cemas dengan skala ringan yang sedang dirasakannya saat ini.

No. Gejala Kecemasan Nilai Angka (Score)

1 Perasaan Cemas 0 1 2 3 4

(58)

Lampiran

45

No. Gejala Kecemasan Nilai Angka (Score)

1 Perasaan Cemas 0 1 2 3 4

cemas firasat buruk

takut akan pikiran sendiri mudah tersinggung

2 Ketegangan 0 1 2 3 4

merasa tegang lesu

tidak dapat istirahat tenang mudah terkejut

mudah menangis gemetar

gelisah

3 Ketakutan 0 1 2 3 4

pada gelap pada orang asing ditinggal sendiri pada binatang besar

pada keramaian atau lalulintas pada kerumunan orang banyak

4 Gangguan Tidur 0 1 2 3 4

sukar tidur

(59)

46 mimpi menakutkan

5 Gangguan Kecerdasan 0 1 2 3 4

sukar konsentrasi daya ingat menurun daya ingat buruk

6 Perasaan Depresi (murung) 0 1 2 3 4

hilangnya minat

berkurang kesenangan pada hobi sedih

bangun dini hari

perasaan berubah ubah sepanjang hari

7 Gejala Somatik/Fisik (otot) 0 1 2 3 4

sakit dan nyeri di otot-otot kaku

kedutan otot gigi gemeletuk suara tidak stabil

8 Gejala Somatik/Fisik (sensorik) 0 1 2 3 4

tinitus (telinga berdenging) penglihatan kabur

muka merah atau pucat merasa lemas

perasaan ditusuk-tusuk

9 Gejala Kardiovaskuler 0 1 2 3 4

takikardia berdebar-debar nyeri di dada

denyut nadi mengeras

(60)

Lampiran

47

detak jantung menghilang (berhenti sekejap)

10 Gejala Respiratori (pernapasan) 0 1 2 3 4

rasa tertekan atau sempit di dada rasa tercekik

sering menarik nafas nafas pendek/sesak

11 Gejala Gastrointestinal (pencernaan) 0 1 2 3 4 sulit menelan

perut melilit

gangguan pencernaan

nyeri sebelum dan sesudah makan perasaan terbakar di perut

rasa penuh atau kembung mual

muntah

sukar buang air besar (konstipasi) kehilangan berat badan

12

Gejala Urogenital (perkemihan dan

kelamin) 0 1 2 3 4

sering buang air kecil tidak dapat menahan air seni tidak datang bulan

darah haid berlebihan darah haid amat sedikit masa haid berkepanjangan masa haid amat pendek

(61)

48 ejakulasi dini

ereksi melemah ereksi hilang

13 Gejala Autonom 0 1 2 3 4

mulut kering muka merah mudah berkeringat kepala pusing kepala terasa berat kepala terasa sakit bulu-bulu berdiri

14 Tingkah Laku (sikap) 0 1 2 3 4

gelisah

tidak tenang

jari gemetar

kerut kening

muka tegang

otot tegang/mengeras

nafas pendek dan cepat

(62)

Lampiran

49 Bagian 2

Kuesioner ini berisi penyataan mengenai coping strategies untuk menghadapi kecemasan.

Silahkan Anda memberi tanda (√) pada kolom isi sesuai dengan yang anda lakukan dengan skala penilaian :

Ya = Melaksanakan

Tidak = Tidak melaksanakan

Apabila Anda mengalami gejala-gejala diatas, maka Anda akan :

No. Coping Strategies Ya Tidak

1 Pergi keluar rumah dengan teman

2 Berdiam diri dengan perasaan yang sedang dihadapi

3 Mendengarkan musik

4 Menonton televisi

5 Memperbanyak ibadah (shalat, membaca alqur’an)

6 Makan makanan yang disukai

7 Membuat rencana untuk mengatasi permasalahan

8 Bermain games

9

Menceritakan permasalahan yang sedang dihadapi kepada

seseorang

(63)

50

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Leily Badrya

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : 14 November 1993

Agama : Islam

Alamat : Kompleks Batan Indah Blok C no. 46, Serpong-Tangerang

No. Telepon/HP : 085719467126

Email : Leily_0912@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Batan Indah (1999-2005) 2. SMP Negeri 4 Puspiptek (2005-2008) 3. MA Pembangun UIN Jakarta (2008-2011)

Gambar

Tabel 1. Tingkatan Usia....................................................................................
Gambar 1. Diensefalon.....................................................................................
Gambar 3. Sintesis GABA telah diolah kembali
Gambar 1. Diensefalon
+4

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya adalah bahwa alat pengikat (fastener) tersebut harus digunakan dengan benar, dan untuk mur-mur serta baut- baut, yang merupakan alat pengikat mekanis yang paling

Dari Tabel 3 dan Gambar 5 dapat dilihat bahwa perbandingan asam campuran sangat berpengaruh terhadap kadar nitrogen dalam produk, dimana H2SO4 selain sebagai

Harapan dan tujuan dari pelaksanaan pelatihan ini memberdayakan penduduk setempat dengan keterbatasan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang uang ada sebagai

Reduplikasi fonologis merupakan peristiwa reduplikasi yang dapat berupa perulangan suku, atau suku-suku kata sebagai bagian kata, bentuk dasar dan reduplikasi morfologis ini

Perlakuan macam varietas berpengaruh terhadap semua parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang, berat segar &amp; kering

Suatu penelitian selama dua tahun pada suatu perusahaan milik pemerintah US oleh Zamanou dan Gleser (1994) meneliti progam intervensi komunikasi dalam proses

6. Jika 27 gram Al direaksikan dengan 24 gram S, maka berdasarkan hukum Proust, pernyataan berikut yang benar adalah.. Jika dalam senyawa kalsium oksida terdapat 4 gram Ca

Memperbaiki sistem pengadaan obat antipsikotik baik yang Katalog maupun pembelian langsung, terutama yang berkaitan dengan kecepatan pengiriman obat sampai Penyediaan