• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN. a. Definisi dan Konsep Dasar Efektivitas. berdasarkan pencapaian tujuan tindakan tersebut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN. a. Definisi dan Konsep Dasar Efektivitas. berdasarkan pencapaian tujuan tindakan tersebut."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Teori 1. Efektivitas

a. Definisi dan Konsep Dasar Efektivitas

Menurut Kamus Bahasa Indonesiapengertian efektivitas adalah :“Efektivitas adalah keberhasilan suatu tindakan yang diukur berdasarkan pencapaian tujuan tindakan tersebut.”

Pengertian efektivitas menurut Bayangkara (2008:14) adalah sebagai tingkat keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Menurut Handayaningrat dalam Rizal (2009), efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, maka sasaran dan tujuan tersebut efektif.

Menurut Mulyadi dalam Rizal (2009), “Pengukuran efektivitas dan efisiensi perusahaan didasarkan pada apakah sumber daya organisasi telah diperoleh dan digunakan secara ekonomis dalam artian tidak terjadi pemborosan, kebocoran, salah alokasi, salah sasaran dalam mencapai tujuan”.

(2)

Untuk menilai efektivitas menurut Bayangkara dalam Lilin (2010) dijelaskan bahwa auditor menekankan perhatiannya pada :

1) Pencapaian tujuan program dan kegiatan yang sudah ditetapkan.

2) Pemanfaatan hasil program atau kegiatan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Penilaian efektivitas didasarkan atas suatu lingkup atau luas tujuan suatu organisasi dalam menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Auditor internal harus memperhatikan aspek ketaatan dalam melakukan penilaian efektifitas yang diinginkan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas menyangkut derajat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Singkatnya efektivitas adalah melakukan sesuatu yang “benar”. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

(3)

2. Pengendalian Internal

a. Pengertian Pengendalian Internal

Pengertian pengendalian internal yang dikemukakan oleh Mulyadi ( 2002;180) yaitu :

“Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut :

1) Keandalan pelaporan keuangan

2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku 3) Efektivitas dan efisiensi operasi

Sedangkan pengertian pengendalian intern menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) dalam Jogiyanto (2000: 373) yaitu :

Pengendalian intern meliputi struktur suatu organisasi dan semua metode-metode yang terkoordinir serta ukuran-ukuran yang ditetapkan di dalam suatu perusahan untuk tujuan menjaga keamanan harta milik perusahaan, mmeriksa ketepatan dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi kegiatan dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.

Menurut IAI (2009:319.2) dalam Siti Aisah, mendefinisikan Pengendalian Intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personal lain entitas yang di desain untuk memberikan gambaran keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan laporan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

(4)

b. Tujuan Pengendalian Internal

Tujuan pengendalian internal menurut Mulyadi (2002;180)adalah sebagai berikut:

1) Keandalan informasi keuangan

Pengendalian intern ini membuat manajemen bertanggungjawab menyiapkan laporan keuangan untuk kepentingan pihak intern dan ekstern perusahaan.Laporan yang disajikan harus dapat diandalkan.

2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Pengendalian intern ini dimaksudkan agar organisasi melakukan kegiatannya sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku. 3) Efektivitas dan efisiensi operasi

Pengendalian intern dalam perusahaan merupakan alat untuk mengurangi kegiatan pemborosan dan mengurangi penggunaaan sumber daya yang tidak efektif dan efisien dalam operasi perusahaan.

Ketiga tujuan pengendalian internal tersebut dapat dicapai melalui pengendalian internal yang efektif dan unsur-unsur pengendalian internal juga merupakan proses untuk menghasilkan pengendalian internal yang memadai. Oleh karena itu agar tujuan

(5)

pengendalian dapat tercapai perusahaan harus mempertimbangkan komponen-komponen pengendalian internal.

c. Unsur-unsur Pengendalian Internal

Agar tujuan pengendalian terpenuhi maka didalamnya harus terdapat beberapa unsur yang merupakan bagian dari struktur pengendalian intern yang baik. Hall Singleton (2007:28) mengemukakan unsur-unsur dari pengendalian internal sebagai berikut:

1) Lingkungan Pengendalian (control environment)

Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern, yang membentuk disiplin dan struktur. Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain :

a) Nilai integritas dan etika

b) Komitmen terhadap kompetensi c) Dewan komisaris dan komite audit d) Filosofi dan gaya operasi manajemen e) Struktur organisasi

(6)

g) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik dan manajer entitas mengenai pentingnya pengendalian intern entitas.

2) Penilaian Risiko

Perusahaan harus melakukan penaksiran risiko untuk mengidentifikasi menganalisis, dan mengelola risiko yang berkaitan dengan pelaporan keuangan. Penaksiran risiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan seperti :

a) Perubahan dalam lingkungan operasional yang membebankan berbagai tekanan persaingan baru atas perusahaan

b) Personel baru yang memiliki pemahaman berbeda atau tidak memadai atas pengendalian internal

c) Sistem informasi baru atau yang direkayasa ulang sehingga memengaruhi pemrosesan transaksi

d) Pertumbuhan yang signifikan dan cepat hingga mengalahkan pengendalian internal yang ada

(7)

e) Implementasi teknologi baru ke dalam proses produksi atau sistem informasi yang berdampak pada pemrosesan transaksi.

3) Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi akuntansi terdiri atas berbagai record dan metode yang digunakan untuk memulai, mengidentifikasi, menganalisis, mengklasifikasi, serta mencatat berbagai transaksi perusahaan dan untuk menghitung aktiva serta kewajiban yang terkait. Kualitas dari informasi yang dihasilkan oleh SIA berdampak pada kemampuan pihak manajemen untuk melakukan tindakan dan mengambil keputusan sehubungan dengan operasi perusahaan serta untuk membuat laporan keuangan yang andal.

4) Pengawasan

Pengawasan adalah proses dimana kualitas dari desain dan operasi pengendalian internal dapat dinilai. Penilaian ini dapat dicapai dengan prosedur yang terpisah atau melalui aktivitas yang berjalan. Para auditor internal perusahaan dapat memonotor aktivitas entitas terkait dalam berbagai prosedur terpisah.Auditor internal dapat mengumpulkan bukti kecukupan pengendalian internal dengan menguji berbagai pengendalian, kemudian

(8)

mengomunikasikan kekuatan serta kelemahan pengendalian ke pihak manajemen.

5) Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah berbagai kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah dilakukan untuk menangani berbagai risiko yang telah diidentifikasi perusahaan.

d. Keterbatasan Struktur Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (2006:87) dalam Siti Aisah, Keterbatasan struktur pengendalian intern mencakup tiga hal, yaitu :

1) Kekeliruan-kekeliruan (errors)

Setiap karyawan terkadang kurang perhatian terhadap tugasnya, akibat kelalaian dan terlalu banyak pekerjaan. Perhatian yang kurang akan mengakibatkan karyawan tersebut melakukan kesalahan, bahkan karyawan yang kompeten masih membuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaannya.

2) Persekongkolan (collution)

Persekongkolan terjadi apabila dua orang atau lebih karyawan bekerja sama untuk membuat perjanjian antara mereka, misalnya seorang pelaksana penjualan bekerja sama dengan penyedia

(9)

penjualan sepakat untuk menggelapkan uang dari kas register dan menutupnya dengan rekonsiliasi kas register yang palsu.

3) Penolakan Manajemen (Management override)

Penolakan manajemen hamper sama dengan persekongkolan, akan tetapi pada berbagai situasi, biaya untuk mendesain struktur pengendalian intern yang dapat mencegah penolakan manajeman akan lebih bermanfaat.

Terlepas dari bagaimana desain dan operasinya, pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian intern entitas. Kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawahan yang melekat dalam pengendalian intern. Hal ini mencakup kenyataan bahwa pertimbangan dalam pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut, seperti kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana. Disamping itu, pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi diantara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian intern. Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut.

(10)

3. Audit Internal

a. Pengertian Audit Internal

“Menurut Sawyer dkk (2005), internal audit adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi”.

Menurut Mulyadi (2002) Audit intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Audit internal adalah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan oleh auditor internal dalam organisasi untuk menentukahn apakah :

1) Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan andal. 2) Risiko dapat diidentifikasi dan diminimalkan.

3) Peraturan eksternal, kebijakan, dan prosedur internal yang bisa diterima bisa diikuti.

4) Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi.

5) Sumber daya telah digunakan secara ekonomis dan efisien.

6) Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Sawyer (2005:10). Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah audit yang ada dalam perusahaan yang bertugas

(11)

membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis yang berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi. Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, (2004:28) dalam Citra menjelaskan bahwa tugas dari audit internal adalah memberikan jasa assurance dan jasa konsultasi secara objektif dan independen, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal memberikan nilai tambah bagi organisasi dengan cara meningkatkan peluang untuk mencapai tujuan organisasi, mengidentifikasi perbaikan operasi melalui jasa assurance dan konsultasi.

b. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal

“Menurut Abdul Halim (2003). Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup”.

Audit internal membantu memberikan analisa-analisa, penilaian-penilaian, saran-saran, dan keterangan-keterangan mengenai kegiatan yang diperiksannya. Selain itu audit internal dapat membantu manajemen dalam meningkatkan dan memperbaiki pengendalian

(12)

internal pada seluruh organisasi pada harga yang wajar. Namun audit internal dalam praktiknya lebih banyak melakukan pekerjaan yang menekankan pada ketelitian dan perhitungan, pencatatan, pengikhtisaran, dan penyajian dalam bentuk laporan serta memeriksa apakah pelaksanaannya telah dilakukan berdasarkan bukti-bukti yang ada.

Ruang lingkup audit internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan keefektivan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggungjawab yang diberikan. Tujuan peninjauan terhadap kecukupan suatu sistem pengendalian internal tersebut adalah untuk menentukan apakah sistem yang ditetapkan telah memberikan kepastian yang layak dan masuk akal bahwa tujuan dan sasaran organisasi akan dapat dicapai secara ekonomis dan efisien.

c. Fungsi dan Tanggung Jawab Audit Internal

Fungsi audit internal terbentuk karena adanya pendelegasian wewenang kepada sejumlah unit organisasi kepada sejumlah unit organisasi oleh pemimpin perusahaan. Fungsi audit internal ada berdasarkan kebijakan yang dibuat oleh manajemen atau dewan direksi.

(13)

Fungsi audit internal merupakan kegiatan penilaian yang bebas yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan lainnya untuk memberikan informasi kepada manajemen dengan menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar-komentar yang penting.

Dapat dikatakan bahwa audit internal berfungsi untuk memantau kinerja pengendalian suatu organisasi, menelaah, mempelajari, dan menilai kegiatan perusahaan serta membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan.

“Menurut Sawyer dkk.(2005), fungsi internal audit adalah melakukan penilaian yang sistematis dan objektif terhadap operasi dan pengendalian yang berbeda-beda dalam organisasi”.

Tanggungjawab audit internal adalah memberikan pelayanan kepada manajemen dalam suatu organisasi dan mempertanggung jawabkan pekerjaannya sesuai dengan kode etik yang berlaku. Tanggungjawab ini juga mencakup pengkoordinasian aktivitas-aktivitas audit internal dengan bagian-bagian lain sehingga pemeriksaan yang objektif dan tujuan organisasi dapat dipakai secara optimal.

(14)

d. Standar Profesi Audit Internal

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internaldalam Citra, menjelaskan audit independen mempunyai standar kerja yang disebut Standar Profesional Akuntan Publik, audit internal juga memiliki standar yang disebut Standar Profesi Audit Internal (SPAI). Standar tersebut digunakan sebagai kerangka dasar untuk mengevaluasi kegiatan dan kinerja satuan audit internal maupun individu auditor internal. Standar Profesi Audit Internal terdiri dari:

1) Standar Atribut

a) Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab

Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab Fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal, konsisten dengan SPAI, dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:15).

b) Independensi dan Objektivitas

Fungsi audit internal harus independen, dan auditor internal harus objektif dalam melaksanakan pekerjaannya (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:15).

(15)

c) Keahlian dan Kecermatan Profesional

Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan profesional (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:16).

d) Program Quality Assurance Fungsi Audit Internal

Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengembangkan dan memelihara program quality assurance, yang mencakup seluruh aspek dari fungsi audit internal dan secara terus menerus memonitor efektivitasnya. Program ini mencakup penilaian kualitas internal dan eksternal secara periodik serta pemantauan internal yang berkelanjutan. Program ini harus dirancang untuk membantu fungsi audit internal dalam menambah nilai dan meningkatkan operasi perusahaan serta memberikan jaminan bahwa fungsi audit internal telah sesuai dengan standar dan kode etik audit internal (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:17).

2) Standar Kinerja

a) Pengelolaan Fungsi Audit Internal

Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai

(16)

tambah bagi organisasi (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:19).

b) Lingkup Penugasan

Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur, dan menyeluruh (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:20). c) Perencanaan Penugasan

Audit internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu, dan alokasi sumber daya (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:22).

d) Pelaksanaan Penugasan

Dalam melaksanakan audit, audit internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:24).

(17)

e) Komunikasi Hasil Penugasan

Audit internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:24).

f) Pemantauan Tindak Lanjut

Penanggung jawab Fungsi Audit Internal harus menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada manajemen (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:25).

g) Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen

Apabila manajemen senior telah memutuskan untuk menanggung risiko residual yang sebenarnya tidak dapat diterima oleh organisasi, penanggung jawab fungsi audit internal harus mendiskusikan masalah ini dengan manajemen senior. Jika diskusi tersebut tidak menghasilkan keputusan yang memuaskan, maka penanggungjawab fungsi audit internal dan manajemen senior harus melaporkan hal tersebut kepada pimpinan dan dewan pengawas organisasi untuk mendapatkan resolusi (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:26).

(18)

3) Standar Implementasi

Standar implementasi hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu. Standar implementasi yang akan diterbitkan di masa mendatang adalah standar implementasi untuk kegiatan assurance (A), standar implementasi kegiatan consulting (C), dan standar implementasi Control Self Assessment (CSA).

a) Independensi

Setiap auditor internal harus independen dalam menjalankan pekerjaannya. Independen berarti bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna laporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari pengaruh subjektifitas para pihak yang terkait, sehingga pelaksanaan dan hasil auditnya dapat diselenggarakan secara objektif. Independensi yang dimaksud meliputi independensi dalam kenyataan dan dalam penampilan. Independensi dalam kenyataan lebih cenderung ditunjukkan oleh sikap mental yang tidak terpengaruh oleh pihak manapun. Independensi dalam penampilan ditunjukkan oleh keadaan tampak luar yang dapat mempengaruhi pendapat orang lain terhadap independensi auditor. Independensi akan meningkat

(19)

jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap pimpinan dan dewan pegawas organisasi.

b) Kompetensi

Selain independen, auditor internal juga harus kompeten dalam menjalankan tugasnya. Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya. Kompetensi seorang auditor di bidang auditing ditunjukkan oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan, idealnya seorang auditor memiliki latar belakang pendidikan (pendidikan formal atau pendidikan dan latihan sertifikasi) di bidang auditing. Dari sisi pengalaman, lazimnya ditunjukkan oleh berapa lama auditor berkarir di bidang audit atau intensitas/sering dan bervariasinya melakukan audit.Jika auditor menugaskan orang yang kurang/belum berpengalaman, maka orang tersebut harus disupervisi (dibimbing) oleh seniornya yang berpengalaman. Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar belakang pendidikan dan memahami dengan baik proses penyusunan laporan keuangan dan standar akuntansi yang berlaku. Demikian pula dengan auditor yang melakukan audit

(20)

operasional dan ketaatan, dia harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kegiatan operasional yang diauditnya, baik cara melaksanakannya, maupun kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian. Jika auditor kurang mampu atau tidak memiliki kemampuan tersebut, maka dia (auditor) wajib menggunakan tenaga ahli yang sesuai.Selain itu, auditor internal harus memiliki ketelitian dalam menjalankan tugasnya. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, “auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat mengenali, meneliti, dan menguji adanya indikasi kecurangan” (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:16).

c) Program audit internal

Pekerjaan auditor internal yang harus dilakukan sebelum melaksanakan audit internal adalah membuat program audit. Program audit internal adalah pedoman bagi auditor internal dan merupakan satu kesatuan dengan supervisi audit dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu. Program audit merupakan alat yang menghubungkan survey pendahuluan dengan pekerjaan lapangan.“Audit internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk

(21)

setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu, dan alokasi sumber daya” (Konsorsium Organisasi Audit Internal, 2004: 22).

Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus mempertimbangkan:

1) Sasaran dari kegiatan yang direviu dan mekanisme yang digunakan kegiatan tersebut dalam mengendalikan kinerjanya.

2) Risiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumber daya, dan operasi yang direviu serta pengendalian yang diperlukan untuk menekan dampak risiko ke tingkat yang dapat diterima oleh organisasi.

3) Kecukupan dan efektivitas pengelolaan risiko dan Sistem Pengendalian Internal.

4) Peluang yang signifikan untuk meningkatkan pengelolaan risiko dan Sistem Pengendalian Internal. Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program audit, antara lain:

a) Memberikan bimbingan yang prosedural untuk melaksanakan pemeriksaan.

(22)

c) Merevisi program audit sebelumnya, jika ada perubahan standar dan prosedur yang digunakan perusahaan.

d) Pelaksanaan audit internal

Pekerjaan yang dilakukan auditor internal setelah menyusun program audit adalah melaksanakan audit. Pelaksanaan audit internal dilakukan berdasarkan program audit yang telah disusun oleh auditor internal sebelumnya. Terdapat empat langkah kerja pelaksanaan audit internal, antaralain:

(1) Perencanaan pemeriksaan Perencanaan pemeriksaan meliputi:

(a) Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan. (b) Penentuan tenaga yang diperlukan untuk melakukan

pemeriksaan.

(c) Pemberitahuan kepada pihak yang dipandang perlu. (d) Melaksanakan survei secara tepat untuk mengenali

kegiatan yang diperlukan, risiko-risiko, dan pengawasan-pengawasan untuk mengidentifikasi area pemeriksaan dan memperoleh ulasan dan sasaran dari bagian yang akan diperiksa.

(23)

(2) Pengujian dan pengevaluasian informasi

Pemeriksaan internal dilakukan dengan mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan. Proses pengujian dan pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut:

(a) Mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan tujuan pemeriksaan dan lingkup kerja.

(b) Informasi yang dikumpulkan harus cukup, kompeten, relevan, dan berguna untuk membuat dasar yang logis bagi temuan audit dan rekomendasi.

(c) Prosedur pemeriksaan, termasuk penggunaan teknik pengujian dan penarikan contoh, harus diseleksi terlebih dahulu. Prosedur pemeriksaan dapat ditambah atau diubah sesuai dengan keadaan yang ada.

(d) Proses pengumpulan, analisis, penafsiran, dan pembuktian kebenaran harus diawasi guna memberikan kepastian bahwa sikap obyektif pemeriksa terus dijaga dan sasaran pemeriksaan dapat dicapai.

(24)

(e) Adanya kertas kerja pemeriksaan (KKP).

(3) Auditor internal harus melaporkan hasil pemeriksaan. (4) Auditor internal juga harus menyampaikan laporan hasil

pemeriksaan. Hiro Tugiman dalam Citra (2006).

Fungsi audit internal harus mengevaluasi kecukupan danefektivitas Sistem Pengendalian Internal (SPI), yang mencakup kegiatan operasi dan sistem informasi organisasi. Evaluasi SPI harus mencakup:

(a) Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi (b) Keandalan dan integritas informasi

(c) Kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku (d) Pengamanan aset organisasi

e) Laporan yang dihasilkan

Langkah yang selanjutnya dilakukan oleh auditor internal setelah melaksanakan audit adalah menyusun laporan audit, yang berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasikan hasil audit kepada para penggunanya. Laporan audit internal merupakan kesempatan bagi auditor internal untuk mendapat perhatian dari manajemen. Laporan audit biasanya berisi temuan-temuan dan opini audit. Laporan audit harus disusun secara objektif, jelas, dan singkat. Laporan

(25)

audit memiliki tiga fungsi, yaitu mengkomunikasikan, menjelaskan, dan mempengaruhi dan, jika diperlukan, meminta dilakukan suatu tindakan. Laporan audit sebaiknya menciptakan di pikiranpembacanya keyakinan bahwa apa yang dilaporkan dapat dipercaya dan yang direkomendasikan adalah valid dan berharga, Sawyer (2003:253) dalam Citra.

f) Tindak lanjut atas laporan yang dihasilkan

Setelah laporan audit diserahkan pada pihak yang berkepentingan, langkah yang terakhir adalah tindak lanjut. Tindak lanjut dimaksudkan agar auditor internal mempunyai keyakinan bahwa tindakan yang layak telah diambil sesuai dengan laporan temuan audit yang telah dilaporkan. Menurut Konsorsium Organisasi Profesional Audit Internal dalam Citra, Penanggung jawab Fungsi Audit Internal harus menyusun prosedur tindak lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa manajemen telah melaksanakan tindak lanjut secara efektif, atau menanggung risiko karena tidak melakukan tindak lanjut.

(26)

4. Penjualan

a. Pengertian Penjualan

Persaingan dalam dunia usaha yang begitu pesat menyebabkan aktivitas penjualan memegang peran penting dalam aktivitas perusahaan secara keseluruhan karena keberhasilan perusahaan dinilai dari kemampuan untuk menjual produk atau jasanya di pasaran. Hasil penjualan tersebut setelah dikurangi biaya-biaya akan menghasilkan laba yang akan digunakan oleh perusahaan untuk kelangsungan kegiatan perusahaannya. Suatu siklus penjualan melibatkan keputusan dan proses yang diperlukan untuk mentransfer kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah barang dan jasa tersebut tersedia untuk dijual. Siklus ini berawal dari permintaan pelanggan dan berakhir dengan pengubahan barang dan jasa tersebut kedalam bentuk piutang yang akhirnya menjadi laba.

Kotler (2000:120) mengemukakan pengertian penjualan adalah “Sales is business transaction involving the delivery (i.e giving) of a commodity, an item of merchandise…in exchange for (the receipt of) cash, a promise to pay or money equivalent, or for combination of these item, it is recorded and reported in terms of amounts of it such cash, promise to pay, or more equivalent”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan suatu perusahaan adalah kondisi organisasi perusahaan, kondisi pasar modal dan kemampuan penjual serta daya beli masyarakat. Selain itu hasil

(27)

penjualan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan internal maupun eksternal perusahaan, Rizki Fauzi (2011).

Menurut Swastha (1997:404) dalam Rizki Fauzi mengungkapkan bahwa perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu “Mencapai penjualan tertentu, mendapat laba tertentu, menunjang pertumbuhan perusahaan”.

b. Tahap-tahap Penjualan

Tahap-tahap ini diperlukan keterampilan bernegoisasi yang baik. Tahap-tahap penjualan yang harus dilakukan perusahaan , meliputi kegiatan :

1) Menentukan calon pembeli atau orang yang dianggap potensial untuk dijadikan pembeli.

2) Berkomunikasi dengan calon pembeli, guna memperoleh data yang diperlukan dalam pemilihan strategi penjualannya.

(28)

Tahap-tahap dalam melakukan penjualan adalah sebagai berikut :

Gambar1. Tahap-Tahap Penjualan Sumber : PT Krakatau Steel (Persero)

Menurut Oktaviani Martianingsih (2009) Tahap-tahap penjualan : 1) Persiapan sebelum menjual, yaitu kegiatan mempersiapkan tenaga

penjual dan memberikan pengertian tentang barang yang dijual, pasar yang dituju dan teknik penjualannya.

2) penentuan lokasi pembelian yaitu dengan menentukan lokasi dari segmen pasar yang menjadi sasaran, dan dari lokasi tersebut dapat disusun sebuah daftar tentang calon pembeli atau pembeli potensial.

(29)

3) pendektan endahuluan, dilakukan dnegan mempelajari semua masalah dan reaksi calon pembeli terhadap barang yang ditawarkan.

4) melakukan penjualan, dimana penjualan dilakukan berawal dari usaha memikat calon pembeli mengetahui dya tarik konsumen dan menutup penjualan tersebut.

c. Tujuan Penjualan

Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut akan terbentuk laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan umum perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah mencapai volume tertentu dari penjualan, mendapat laba maksimal, dan mempertahankan bahkan berusaha meningkatkan serta menunjang pertumbuhan perusahaan.Kemampuan perusahaan di dalam menunjang penjualan barang dan jasanya dapat dijadikan suatu tolak ukur penilaian keberhasilan perusahaan.

5. Peran Audit Internal sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Atas Penjualan

Dirmansyah (2004), Pengendalian internal merupakan alat bantu bagi manajemen dalam usaha untuk mencapai tujuan perusahaan, sedangkan audit internal diharapkan sedapat mungkin mencegah adanya

(30)

penyimpangan atau penyelewengan dengan suatu tindakan pengawasan. Sehubungan dengan hal itu maka penjualan yang merupakan ujung tombak perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan memerlukan pengendalian internal yang baik. Dalam hal ini audit internal terhadap penjualan sangat dibutuhkan dalam mengawasi kegiatan penjualan dalam perusahaan. Hasil audit internal akan mengurangi atau mencegah penyelewengan dan kesalahan dalam pekerjaan akuntansi karena adanya pengecekan yang berkelanjutan dari audit internal. Oleh karena itu audit internal merupakan tahap penting dalam pengendalian internal.

Peran audit internal sebagai alat bantu manajemen dapat dilihat dari unsur-unsur audit internal, ruang lingkup audit internal, dan fungsi audit internal. Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:21) dalam Ahmad menyatakan bahwa : “Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian internal yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian internal secara berkesinambungan”. Bagian audit internal mempunyai tanggung jawab kepada pimpinan perusahaan dalam kegiatan penilaian aktivitas perusahan secara menyeluruh.Audit internal dapat mengetahui sejauh mana pengendalian internal penjualan dapat dijalankan oleh bagian yang diberi wewenang dan tanggung jawab. Dengan demikian, adanya audit

(31)

internal perusahaan dapat membantu manajemen dalam mencapai efektivitas pengendalian internal penjualan.Ahmad, (2010).

Efektivitas pengendalian internal penjualan terbatas pada entitas manusia sebagai pelaksananya. Pengendalian internal tidak dapat berjalan efektif karena adanya keterbatasan bawaan yang memungkinkan pengendalian internal tidak dapat tercapai seperti : kesalahan dalam pertimbangan, kemacetan, kolusi, dan pelanggaran. Pengendalian internal penjualan dapat berjalan efektif jika entitas yang terlibat didalamnya menaati apa yang telah menjadi prosedur dan kebijakan perusahaan, sehingga penjualan dapat dikendalikan dan mampu menunjang kelancaran kegiatan operasional perusahaan.

Jadi dapat dinyatakan bahwa audit internal merupakan bagian dari pengendalian internal yang fungsinya melakukan pengawasan dan penilaian terhadap pengendalian internal untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau penyelewengan dalam berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Iriyadi (2004) dalam penelitian yang berjudul Peran Internal Auditor dalam Menunjang Efektifitas Sistem

(32)

Pengendalian Intern Penggajian pada PT Organ Jaya menyimpulkan bahwa :

a. Sistem penggajian yang diberlakukan sesuai dengan kebijakan manajemen berupa sistem gaji tetap dan sistem gaji variabel. Dalam sistem gaji tetap absensi pegawai tidak mempengaruhi besarnya gaji yang akan diterima. Sedangkan sistem variabel, ketidakhadiran karyawan akan mempengaruhi langsung gaji yang akan diterima, tetapi bila karyawan lembur akan mendapatkan uang tambahan.

b. Prosedur penggajian melibatkan beberapa fungsi dalam perusahaan. Dalam struktur manajemen PT Organ Jaya yang terlibat dalam prosedur penggajian adalah bagian umum yang bertugas sebagai pencatat waktu sekaligus sebagai pembuat daftar gaji dan upah, bagian keuangan, direktur utama berfungsi sebagai distributor gaji dan upah, dan bagian akunting.

c. Perusahaan telah memiliki pelaksana audit internal yang dilakukan oleh pengawas intern yang bertanggung jawab kepada direktur utama, yang salah satu fungsinya adalah memeriksa dan mengevaluasi efektivitas sistem pengendalian pengeluaran petty cash yang termasuk juga penggajian.

d. Pengawas intern yang dimiliki perusahaan mempunyai kedudukan yang independen terhadap bagian-bagian yang diperiksanya. Hal ini

(33)

terlihat dengan tidak terlibatnya pengawas intern terhadap salah satu fungsi yang ada pada PT Organ Jaya.

e. Pemeriksaan penggajian dilaksanakan 3 kali dalam setahun dan dilakukan secara acak tanpa konfirmasi sebelumnya kepada bagian penggajian untuk menjamin kebenaran data tanpa rekayasa. Pengawas intern pada PT Organ Jaya sangat berperan dalam efektivitas sistem pengendalian intern penggajian.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak variabel dependennya. Dalam penelitian kali ini penulis variabel dependennya adalah efektivitas pengendalian internal sistem penjualan sedangkan pada penelitian terdahulu sistem pengendalian intern penggajian. Penelitian dahulu dilakukan pada PT. Organ Jaya sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada PT Krakatau Steel (Persero).Persamaan anatara penelitian terdahulu dan sekarang adalah sama-sama menggunakan variabel independen peran audit internal.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Kartika Megasari (2010) dalam penelitian yang berjudul Pengujian Kepatuhan (Compliance Test)Untuk Menilai Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Pengeluaran Kas Pada PT Madu Baru Yogyakarta. Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa :

a. PT Madu Baru telah menerapkan sistem akuntansi pengeluaran kas yang telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan telah

(34)

disesuaikan dengan kondisi perusahaan yaitu menggunakan sistem pinjaman dinas. PT Madu Baru juga telah menerapkan elemen-elemen pengendalian intern dalam sistem akuntansi pengeluaran kas berdasarkan COSO walaupun masih terdapat beberapa kelemahan. b. PT Madu Baru meskipun telah menerapkan sistem pengendalian intern

pengeluaran kas dengan baik namun masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya :

1) Masih terdapat peluang terjadinya kesalahan yaitu dalam penjumlahan matematis, pemberian nomor urut tercetak dan input data di komputer.

2) Pengeluaran kas PT Madu Baru menggunakan sistem pinjaman dinas dimana dengan sistem tersebut dapat memunculkan peluang terjadinya penyimpangan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

3) Masing-masing bagian PT Madu Baru belum mempunyai flowchart paling tidak sebagai arsip agar masing-masing bagian tersebut memahami prosedur yang ada dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern pengeluaran kas.

c. Pelaksanaan pengujian kepatuhan atas sistem akuntansi pengeluaran kas pada PT Madu Baru dilakukan dengan metode stop or go attribute sampling. Peneliti mengambil sampel berupa BKK (Bukti Keluar Kas) dan menetapkan empat atribut yang digunakan. Hasil pengujian

(35)

tersebut menunjukkan bahwa seluruh sampel memenuhi seluruh atribut yang ditetapkan oleh peneliti yaitu AUPL = DUPL yaitu sebesar 5 % denagn R sebesar 95%. Berdasarkan hasil pengujian atribut dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern dalam sistem akuntansi pengeluaran kas pada PT Madu Baru dapat dikatakan efektif, dengan melihat fakta yang terjadi di perusahaan dan selama ini belum pernah terjadi kesalahan yang fatal. Selain menggunakan pengujian kepatuhan juga digunakan analisis berdasarkan komponen pengendalian intern menurut COSO yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak variabel independen dan dependennya. Dalam penelitian kali ini penulis variabel independennya adalah peran audit internal sedangkan pada penelitian terdahulu adalah Pengujian Kepatuhan (Compliance Test). Variabel dependen pada penelitian sekarang adalah efektivitas pengendalian internal system penjualan sedangkan pada penelitian terdahulu adalah efektivitas sistem pengendalian intern pengeluaran kas. Penelitian dahulu dilakukan pada PT Madu Baru Yogyakarta sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada PT Krakatau Steel (Persero) Cilegon.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Citra Khoirotun Nisak (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Audit Internal Terhadap

(36)

PerwujudanGood Corporate Governance (Studi Empiris Pada Perusahaan Daerah di Kota dan Kabupaten Magelang). Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa Audit Internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap perwujudan Good Corporate Governance. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel (4,661>2,0423) dengan probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05). Hal ini berarti jika audit internal di suatu organisasi dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka Good Corporate Governance dapat diwujudkan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar 0,437, hal ini memberikan pengaruh positif dan signifikan antara Audit Internal terhadap Good Corporate Governance dengan persentase 43,70%, sedangkan sisanya sebesar 56,30% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak variabel dependennya. Variabel dependen pada penelitian sekarang adalah efektivitas pengendalian internal system penjualan sedangkan pada penelitian terdahulu adalah Perwujudan Good Corporate Governance Penelitian dahulu dilakukan pada Perusahaan Daerah di Kota dan Kabupaten Magelang sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada PT Krakatau Steel (Persero) Cilegon. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan variabel independen audit internal.

(37)

C. Kerangka Berpikir

Semakin berkembang dan kompleksnya suatu perusahaan akan mengakibatkan aktivitas-aktivitas yang ada semakin luas dan rumit sehingga manajemen harus mendelegasikan wewenang kepada bawahannya. Namun pendelegasian wewenang ini harus dalam batas-batas tertentu dan disertai dengan adanya pengawasan agar tidak disalahgunakan oleh orang yang diberikan wewenang karena tanggungjawab atas keberhasilan perusahaan tetap berada di tangan manajemen.

Namun pendelegasian wewenang ini dapat memberikan dampak negatif. Dampak negatifnya ialah sulit bagi manajemen mendapatkan informasi yang akurat tentang area yang menjadi tanggungjawabnya dan pengetahuan manajemen akan jalannya operasi pun terbatas, oleh karena itu dibuatlah suatu cara untuk membantu manajemen melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya.

Menurut Al. Haryono Jusup (2001:252) mendefinisikan pengendalian internal sebagai berikut :

Pengendalian internal ialah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil usaha lainnya, yang direncanakan untuk mendapatkan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal-hal sebagai berikut : keandalan laporan keuangan, kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi.

Pengendalian internal merupakan salah satu cara pengendalian yang dikembangkan dalam perusahaan. Pengendalian internal dilaksanakan melalui

(38)

penerapan metode, prosedur, dan tolak ukur lainnya dengan maksud agar seluruh kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sehingga diharapkan dapat mengurangi atau menekan sekecil mungkin kesalahan, penyelewengan, dan kecurangan terhadap aktiva perusahaan. Mendasari perlunya pengendalian internal atas penjualan adalah pendapatan perusahaan. Dampak yang timbul dari pengelolaan yang kurang efektif terhadap penjualan akan mengakibatkan sasaran penjualan tidak dapat tercapai, hal ini berdampak langsung terhadap berkurangnya pendapatan perusahaan. Selain itu perusahaan harus mampu menghasilkan aliran pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dan juga diharapkan dapat menghasilkan suatu pengembalian investasi yang cukup bagi pemberi modal, inilah yang mendasari alasan mengapa kegiatan penjualan ini perlu diamankan.

D. Paradigma Penelitian

Gambar 2. Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat Y

(39)

Keterangan :

: Variabel

: Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

X : Peran Audit Internal

Y : Efektivitas Pengendalian Internal Penjualan

E. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana keefektivan pengendalian internal atas penjualan pada PT Krakatau Steel Persero apabila dilihat dari unsur-unsur dan tujuan pengendalian internal,

a. Unsur-unsur pengendalian internal yang meliputi : 1) Lingkungan pengendalian penjualan

2) Penilaian risiko

3) Informasi dan komunikasi 4) Pengawasan

5) Aktivitas pengendalian, dan

b. Tujuan pengendalian internal yang meliputi ; 1) Keandalan informasi keuangan

(40)

2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlakuefektivitas dan efisiensi operasi

2. Bagaimana peran audit internal sebagai alat bantu manajemen dalam menunjang efektivitas pengendalian internal atas penjualan pada PT Krakatau Steel Persero?

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa pengendalian internal adalah proses, kebijakan dan prosedur yang dirancang dan dipengaruhi oleh

Adapun pengendalian intern adalah suatu proses atau berbagai kegiatan yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lain entitas yang diharapkan dapat mencapai tujuan

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah suatu proses yang dilaksanakan atau dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen,

Menurut Mulyadi (2002: 181), menyatakan bahwa, “Sistem Pengendalian Internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain,

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukan sebelumnya, dijelaskan bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen

Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pengendalian internal merupakan proses yang dirancang, diimplementasi, dan dipengaruhi oleh seluruh tingkatan

Sedangkan menurut Sukrisno Agoes 2008:79, pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk