• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modal Sosial Pedagang Generasi Pertama Etnis Minangkabau di Kota Tanjungpinang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modal Sosial Pedagang Generasi Pertama Etnis Minangkabau di Kota Tanjungpinang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

Modal Sosial Pedagang Generasi Pertama Etnis Minangkabau

di Kota Tanjungpinang

Sulvia Hendika, Suryaningsih, Marisa Elsera Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji E-mail: sulviahendika.sh@gmail.com

ABSTRAK

Merantau bagi masyarakat Minangkabau adalah hal yang biasa dilakukan dan sudah diwarisi secara turun temurun. Ini membuat persebaran orang Minangkabau menjadi luas. Sehingga kita dapat dengan mudah menjumpai orang Minangkabau baik dalam negeri maupun luar negeri, termasuk di Tanjungpinang. Di daerah rantau terdapat banyak jenis pekerjaan yang bisa dijadikan sebagai mata pencaharian. Banyaknya pilihan jenis pekerjaan di daerah rantau, namun kecenderungan orang Minang adalah memilih jenis pekerjaan sebagai pedagang. Dari daerah asal hingga ke Tanjungpinang memilih sebagai pedagang dan mempunyai barang dagangan tidaklah mudah,tetapi mereka di Tanjungpinang berhasil menjadi pedagang bahkan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menjawab fenomena tersebut dengan tujuan untuk mengetahui modal sosial apa yang dimiliki oleh pedagang generasi pertama etnis Minangkabau di kota Tanjungpinang.

Penelitian ini dilakukan di kota Tanjungpinang menggunakan metode penelitian kualitatif. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball atau bola salju. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa wawancara langsung dengan informan yaitu orang yang berprofesi sebagai pedagang generasi pertama etnis Minang. Dan data sekunder berupa buku-buku,dokumen, dan referensi dari perpustakaan dan internet. Untuk menganalisa permasalahan yang ada dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep modal sosial. Putnam (1996) Modal Sosial adalah bagian dari kehidupan sosial-jaringan, norma dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Adapun hasil temuan adalah yang pertama, alasan menjadi pedagang di Tanjungpinang meliputi adanya dorongan dari tradisi merantau, keinginan untuk menjadi lebih baik dan karena masalah pendidikan dan masalah keluarga. Yang kedua, adanya jaringan (adanya keluarga, sahabat, orang-orang yang memiliki persamaan daerah, tempat tinggal hingga suku, serta media sosial). Yang ketiga kepercayan. Yaitu percaya pada diri sendiri, patner dan sesama pedagang. Selanjutnya resiprositas (hubungan timbal balik)

(2)

2

PENDAHULUAN

Keberagaman etnik yang dimiliku oleh bangsa Indonesia menjadikan Indonesia kaya akan budaya, salah satunya etnis minangkabau. Persebaran etnis Minang yang luas dapat dengan mudah kita jumpai di berbagai daerah baik di Indonesia maupun luar negeri dipengaruhi oleh tingginya tingkat migrasi yang dilakukan oleh orang-orang Minang. Dalam hal ini migrasi yang dimaksud adalah merantau. Merantau dalam etnis Minang merupakan suatu kebiasaan yang lahir dari nenek moyang yang dijadikan sebagai salah satu budaya orang Minang dan kebiasaan inipun sudah mendarah daging bagi orang Minang. Kebiasaan ini sering dikaitkan dengan pantun yang biasa orang Minang katakana sebagai berikut;

Karantau madang di hulu (karantau madaang di hulu)

Babuah babungo balun (berbuah berbunga belum)

Marantau bujang dahulu (merantau bujang dahulu)

Dikampuang baguno balun (dikampung berguna belum)

Dalam arti kata, seseorang dianggap belum/tidak berguna bagi kampungnya ketika seseorang tersebut belum merantau. Dalam masyarakat Minangkabau terdapat pepatah yang mengatakan bahwa ketika bujang dan sudah tamat atau berhenti sekolah kemudian buujang tersebut hanya diam dirumah maka hal tersebut akan dinilai sebagai hal yang negative, dengan kata lain hal itu disebut dengan pamali (Rizki Ramadhan, dkk. 2016)

Seperti yang kita ketahui tingginya migrasi orang Minangkabau yang dipengaruhi oleh budaya merantaunya membuat orang Minang ada dimana-mana

(3)

3

bahkan hingga di pelosok daerah. Ini membuat kita mudah untuk menemukan orang Minang dimanapun tak terkecuali di Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Masyarakat etnis Minangkabau yang ada di Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebanyak 162.452 orang (berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 dengan

kriteria penduduk WNI menurur provinsi dan suku bangsa). Jumlah tersebut

tersebar di berbagai wilayah di Kepulauan Riau termasuk Tanjungpinang. Ini menjadikan etnis Minangkabau menjadi suku bangsa terbanyak nomor 4 di Kepulauan Riau, setelah Melayu, Jawa dan Batak.

Di Tanjungpinang terdapat berbagai macam pilihan profesi dan kesempatan kerja/peluang kerja yang terbuka luas. Di Tanjungpinang terdapat hampir 89 bidang pekerjaan yang bergerak di sektor formal maupun informal (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang 2015). Belum lagi karena sulitnya persaingan dan jarak daerah asal (Sumatra Barat) ke Tanjungpinang yang cukup jauh dengan perjalanan yang mengharuskan untuk memakai beberapa jenis transportasi umum karena Tanjungpinang merupakan daerah kepulauan. Namun dari hasil observasi sementara masyarakat etnis Minangkabau di Tanjungpinang lebih dominan berprofesi sebagai pedagang.

Memilih profesi sebagai pedagang bukan lah pilihan yang mudah mengingat bahwa berjualan memiliki resiko misalnya resiko kerugian. Terlebih lagi bagi pedagang yang baru memulai usahanya atau dapat dikatakan sebagai pedagang generasi pertama di Tanjungpinang. Namun bagaimana mungkin seseorang memutuskan meninggalkan kampung halamannya atau daerah sebelumnya dengan tujuan untuk merantau dengan lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan tersedianya berbagai pilihan mata pencarian/profesi, namun

(4)

4

pilihan dominan masyarakat etnis Minangkabau di perantauan khususnya di Tanjungpinang malah memilih menjadi pedagang. Jika tujuannya adalah untuk berdagang maka tentu yang harus dibutuhkan adalah modal berupa materi misalnya uang dan modal lainnya. Mengingat mereka aadalah bukanlah penduduk asli dan berasal dari luar daerah Tanjungpinang. Dengan modal materi saja tentu tidaklah cukup untuk seseorang memilih profesi sebagai pedagang, dan tak jarang pula kita menemui pedagang Minang perantauan yang sukses di Tanjungpinang ini.

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui modal sosial apa yang dimiliki oleh pedagang generasi pertama etnis Minangkabau dikota Tanjungpinang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif karena dianggap dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Peneliti dalam penelitian ini akan memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta yang sesuai dengan ruang lingkup judul penelitian ini yaitu modal sosial pedagang di lokasi penelitian dengan mencari dan menemukan data secara langsung pada informan yang dianggap berkompeten di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data observasi atau pengamatan, wawancara dan dokumentasi dengan teknik analisis mulai pada saat pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data.

(5)

5

TINJAUAN PUSTAKA A. Modal Sosial

Menurut Fukuyama, modal sosial adalah serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka. Sedangkan defenisi modal sosial menurut Putnam, 1996 (dalam Prof. Dr.damsar dan Dr.Indrayani, S.E. M.M. 2009) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial- jaringan, norma dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Putnam menggunakan konsep modal sosial untuk lebih banyak menerangkan perbedaan-perbedaan dalam keterlibatan yang dilakukan warga. Ia baru mendefenisikan istilah modal ini setelah menyajikan diskusi terperinci tentang bukti kinerja institusional relatif dan level-level keterlibatan warga; dalam hal ini modal sosial merujuk pada bagian dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma ,dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan terkoordinasi. (Putnam, 1993 dalam John Field, 2016; 49). Ada 4 komponen modal sosial yaitu;

a) Yang pertama adalah trust. Trust (kepercayaan) merupakan komponen penting dari adanya masyarakat. Trust dapat mendorong seseorang untuk bekerja sama dengan orang lain untuk memunculkan aktivitas ataupun tindakan bersama yang produktif.

(6)

6

b) Yang kedua adalah seperangkat norma dan tata nilai dalam bertindak. Norma merupakan satu identitas khusus yang mampu membentuk modal sosial ( social capital ).

c) Yang ketiga adalah network atau jaringan sosial yang merupakan hubungan diantara para pelaku anggota masyarakat atau organisasi sosial. Jaringan ini bisa dibentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama, hubungan geneologis, dan lain-lain.

d) Yang keempat yaitu Resiprocity. Modal sosial senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri

B. Sektor informal

Sektor informal adalah unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan utama menciptakan kesempatan kerja dan penghasilan untuk dirinya sendiri meskipun mereka menghadapi kendala baik modal maupun sumder daya fisik dan manusia (BPS).

Hidayat, 1978 (dalam Padang Rihim Siregar, 2013) mengajukan sebelas karakteristik sektor informal;

1. Kegiatan usaha tidak terorganisir dengan baik. 2. Pada umumnya tidak memiliki izin usaha

3. Aktivitas usahanya tidak teratur baik dalam arti tempat dan waktunya. 4. Pada umumnya kebijakan pemerintah tidak menyentuh sektor ini.

(7)

7 6. Menggunakan teknologi sederhana.

7. Operasi usahanya dalam skala kecil karena modalnya relatif kecil.

8. Pendidikan formal bukan syarat utama untuk menjalankan sektor ini, tetapi lebih mendasarkan pada pengalaman.

9. Aktifitas kerjanya dilakukan sendiri dan dibantu anggota keluarga yang tidak diupah.

10. Modal diperoleh dari tabungan pribadi atau institusi keuangan yang bukan formal.

11. Sebagian besar barang dan jasa yang di produksi untuk kelompok masyarakat berpendapatan menengah.

C. Etnis Minangkabau

Minang =kaba atau di singkat Minang merujuk pada entitas cultural dan

Geografis yang di tandai dengan penggunaan bahasa, adat yang menganut system kekerabatan matrilineal, dan identitas agama Islam. Dalam percakapan awam, orang minang seringkali di samakan sebagai orang padang, merujuk pada nama ibu kota provinsi Sumatera Barat Kota Padang. Namun, mereka biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.

Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang tumbuh dan besar karena sistem monarki serta menganut sistem adat yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal, walaupun budayanya sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam. Prinsip adat Minangkabau tertuang dalam pernyataan Adat basandi syarak,

(8)

8

syarak basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan

Al-Qur'an) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.

PEMBAHASAN

Peneliti akan menjabarkan hasil-hasil temuan peneliti modal sosial pedagang generasi pertama etnis minangkabau kota Tanjungpinang.

1. Alasan Menjadi Pedagang di Tanjungpinang

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan mereka yang menjadi pedagang generasi pertama yang ada di Tanjungpinang disebabkan karena beberapa hal yakni adanya dorongan dari tradisi dan budaya merantau, adanya keinginan untuk kehidupan yang lebih baik, adanya masalah pendidikan dan masalah keluarga.

Seorang pedagang memang merupakan sesuatu yang telah melekat dalam diri masyarakat Minangkabau. Merantau/bermigrasi bagi masyarakat Minangkabau merupakan kebiasaan yang sudah mendarah daging. Merantau dalam budaya Minangkabau seakan-akan sudah menjadi keharusan dan dianggap menjadi salah satu keunikan dan identitas dari etnis Minangkabau. Sehingga merantau untuk berdagang sudah dianggap sebagai tradisi oleh orang Minang. Jika dulu merantau hanya dianjurkan untuk laki-laki saja karena laki-laki yang dianggap sudah dewasa dan dapat mengurus diri sendiri di haruskan untuk merantau untuk mencari kehidupan baru dan mencari kepandaian. Sekarang telah terjadi perubahan dan pergeseran nilai sehingga merantau tidak hanya dilakukan oleh laki-laki saja tetapi juga perempuan

(9)

9

Selain itu adanya dorongan untuk kehidupan yang lebih baik. Kehidupan sebelumnya di kampung atau daerah sebelumnya dirasa belum bisa memberikan kehidupan yang lebih baik. Ini karena mereka sebelumnya di kampung belum memiliki pekerjaan ataupun karena pekerjaan sebelumnya dianggap tidak memberikan kehidupan yang lebih baik. Selanjutnya, masalah pendidikan seperti untuk melanjutkan pendidikan dan masalah keluarga berupa perceraian dan ketidakakuran sesama saudara menyebabkan mereka ke Tanjungpinang dan menjadi pedagang.

2. Jaringan pada Pedagang Generasi Pertama

Jaringan berperan dalam membantu dan mempermudah mereka dalam menentukan jenis barang yang akan diperdagangkan. Jaringan yang dapat mempengaruhi mereka dalam memilih jenis barang yang diperdagangkan dipengaruhi oleh usaha dominan yang ditekuni oleh keluarga besar. Keluarga besar mempunyai peranan penting dalam memberikan masukan turut memfasilitasi mereka dalam menjalankan profesinya sebagai pedagang. Peranan keluarga besar misalnya mempermudah mereka dalam mendapatkan barang, mengajari cara berdagang dan membantu menyediakan fasilitas seperti memfasilitasi transportasi, rumah, dan modal. Selain itu pengaruh pertemanan juga bisa mempengaruhi dalam memilih jenis barang yang diperdagangkan. Seperti melakukan kerjasama dalam berdagang.

Selanjutnya jaringan yang dipunyai pedagang dapat mempengaruhi dalam pemilihan lokasi. Pemilihan lokasi ini dipengaruhi karena terdapat jaringan yang terbentuk karena adanya hubungan atas dasar persamaan tempat tinggal, daerah dan suku. Terjadi perkumpulan-perkumpulan yang disebabkan oleh kesamaan

(10)

10

tersebut seperti arisan dan kegiatan sosial lainnya. Melalui perkumpulan tersebut terjadi komunikasi yang intens sehingga terjadi komunikasi yang mengarah ke dalam pemilihan lokasi untuk berdagang. Selanjutnya media sosial juga dapat mempengaruhi seseorang memilih lokasi berdagang. Hal ini disebabkan oleh peran media seperti facebook dan instagram yang turut membantu dalam memberikan informasi kepada mereka. Selain media sosial juga dapat mengurangi biaya akomodasi dalam mencari lokasi berdagang.

3. Bentuk Kepercayaan Pedagang Generasi Pertama

Bentuk kepercayaan ini dilihat berdasarkan sumber modal yang didapat oleh pedagang generasi pertama. Adapun sumber modal yang pertama yaitu didapat dari simpanan sendiri atau tabungan pribadi. Modal dari sendiri ini juga berasal dari penjualan harta benda seperti perhiasan dan alat-alat rumah tangga. Selanjutnya sumber modal didapat dari kerjasama dengan orang lain. Hal ini kemudian mengacu pada sistem bagi hasil. Ada dua macam sistem bagi hasil yaitu modal sepenuhnya di berikan oleh orang lain namun pengelolaannya dilakukan oleh sendiri dan yang kedua modal di miliki berdua dan pengelolaannya dilakukan bersama.

Selain itu modal juga didapatkan dari toleransi sesama pedagang. Modal disini berupa modal materi seperti uang. Modal uang ini didapat melalui pinjam meminjam antar sesama pedagang. Sedangkan modal non materi seperti tenaga misalnya membantu dalam menjaga dan menjualkan dagangan. Modal non materi lainnya adalah pemikiran seperti memberikan masukan dan saran terhadap usaha kedepannya.

(11)

11

4. Resiprositas (Hubungan Timbal Balik) Pedagang Minang

Hubungan timbal balik yang terjadi pada pedagaang minang ialah berupa bantuan baik financial maupun tenaga dan pikiran. Seperti membantu dalam menjualkan barang dagangan, saling bertukar barang, pinjam meminjam uang. Hal ini tidak hanya terjadi di lingkungan berdagang saja namun juga di lingkungan tempat tinggal. Hbngan ini berjalan baik jika mereka sama-sama menjaga hubungan tersebuut seperti menjaga ucapan dan sikap sehingga sama-sama memberikan timbale balik yang saling menguntungkan.

PENUTUP A. Kesimpulan

Etnis Minangkabau adalah salah satu etnis yang persebarannya cukup luas bahkan sampai kedalam dan luar negeri. Masyarakat Minangkabau identik dalam pekerjaan sebagai pedagang. Tradisi berdagang ini sudah dimulai oleh nenek moyang dan sudah menjadi satu kebiasaanan. Adapun alasan mereka ke Tanjungpinang sebagai pedagang generasi pertama di Tanjungpinang adalah yang pertama adanya dorongan dari tradisi, yang kedua keinginan untuk kehidupan yang lebih baik, yang ketiga karena adanya masalah keluarga.

Selanjutnya modal sosial yang dimilki pedagang generasi pertama di Tanjungpinang dilihat dari pemilihan jenis barang yang diperdagangkan yaitu dipengaruhi oleh usaha dominan yang ditekuni oleh anggota keluarga besar serta adanya hubungan pertemanan. Sedangakan menurut lokasi berjualan dipengaruhi oleh hubungan yang terjadi atas dasar persamaan-persamaan seperti tempat tinggal, suku, dan daerah. Selain itu media sosial juga turut andil dalam menentuka lokasi berdagang.

(12)

12

Kemudian kepemilikan modal didasrkan pada modal sendiri, modal bersama, dan toleransi sesama pedagang. Selanjutnya ada resiprositas atau hubungan timbal balik sesama pedagang yang menjadi modal sosial bagi mereka.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat disampaikan adalah untuk pedagang diharapkan dapat lebih jeli lagi melihat peluang usaha karena dari hari kehari kebutuhan masyarakat semakin bervariasi. Untuk pihak-pihak yang ikut berperan seperti keluarga, teman maupun pihak lain yang turut berpartisipasi terhadap informan dalam menjalankan profesinya sebagai pedagang diharapkan dapat memberikan support dan masukan yang baik untuk kehidupan pedagang kedepannya. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Kedepannya diharapkan akan ada penelitian lain yang berhubungan dengan modal sosial pedagang etnis Minang di kota Tanjungpinang. Sehingga modal sosial pedagang dapat digali lebih mendalam lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku;

Coleman, S. James. 2011. Dasar-Dasar Teori Sosial ; Foundations of Social

Theory. Nusa Media. Bandung

Damsar dan Dr.Indrayani, S.E. M.M. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi: Edisi

Kedua. Kencana Prenadamedia Group. Jakarta.

Dra. Nurul, Zuriah, M.si. 2009. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan;

Teori-Aplikasi. PT Bumi Aksara. Jakarta

(13)

13

Graves E. Elizabeth. 2007. Asal-Usul Elite Minangkabau Modern ; Respon

Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX. Yayasan Bintang Obor

Indonesia: Jakarta

Hasbullah, J. 2006. Sosial Capital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia

Indonesia. Jakarta: MR-United Press

Koentjaraningrat. 2004. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Djambatan: Jakarta

Lawang M. Z Robert. 2005. Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologi. Jakarta: FISIP UI Press

Naim, Mochtar. 2013. Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau : Edisi Ketiga. PT Raja Grafindo Persada: Depok

Rais, Rahmat.2009.Modal Sosial sebagai Strategi Pengembangan Madrasah. Jakarta: Litbang dan Diklat Departeman Agama RI

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif : Dilengkapi Contoh Proposal

dan Laporan Penelitian. Alfabeta : Bandung.

Sumber Jurnal;

Bimo Haryo Utomo. 2015. Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan

Pedagang Kaki Lima Asal Daerah Padang Di Sandratex Rempoa Ciputat.

Dr. Hermayulis, S.H, M.S. 2012. Transformasi Nilai-Nilai Pada Sistem

Kekerabatan Matrilineal Minangkabau Dalam Penempatan Masyarakat Minangkabau Di Negeri Sembilan Malaysia

M Zulkarnain. 2012. Bab II Tinjuan Pustaka. 2.1 Landasan Teori, 2.2 Penelitian

Sebelumnya.

Nov Novendra. 1999. Peranan Orang Minang Dalam Perekonomian di Kota

Administratif Tanjungpinang: BKNST- Depdikbud

Padang Rihim Siregar. 2011. Modal Sosial Para Pedagang Kaki Lima Etnis Jawa

Studi Di Daerah Nagoya Kota Batam

Padang Rihim Siregar. 2013. Profil Sektor Informal ( Studi Pedagang Kaki Lima

di Jalan Hang Tuah Kota Tanjungpinang).

Rizki Ramadhan, dkk. 2016. Nilai-Nilai sosial Budaya Masyarakat Rantau Etnis

Minangkabau sebagai Pedagang di Pasar al-Wathoniyah Cakung, Jakarta Barat

Rusydi Syahra. 2003. Jurnal Masyarakat dan Budaya (Modal Sosial: Konsep dan

(14)

14

Siahainenia, Royke, dkk. 2012. Media Dan Kekuasaan (Studi Analisis Wacana

Kritis Metro Xin Wen terhadap Etnis Tionghoa)

Sumber internet; http://researchdashboard.binus.ac.id/uploads/paper/document/publication/Proceed ing/ComTech/Volume%205%20No%202%20Desember%202014/55_AR_Nina% 20Nurdiani_OK_a2t.pdf https://bps.go.id/website/pdf_publikasi/watermark%20_Penduduk%20Indonesia% 20Hasil%20SP%202010.pdf http://kepri.bps.go.id/website/pdf_publikasi/PROFIL-INDUSTRI-MIKRO-DAN-KECIL---PROVINSI-KEPULAUAN-RIAU-2015--.pdf https://www.bps.go.id/KegiatanLain/view/id/127

Referensi

Dokumen terkait

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Total sampel penelitian

Sekretariat DPRD Jombang sebagai unsur pelayanan terhadap DPRD merupakan lembaga pemerintah yang berkedudukan sebagai unsur lemabaga pemerintah yang pencapaian tujuan

Model paired storytelling adalah suatu cara pembelajaran dengan cara memberikan stimulus-stimulus kepada siswa untuk dikomunikasikan dengan siswa yang lain dan

Hasil pengenalan wajah ditampilkan pada Gambar 6 dan telah berhasil mengenali bagian citra untuk digunakan sebagai akses (login) ke dalam komputer.. S IMPULAN DAN

Tabel 4.12 Performa sistem hasil pengujian STR dengan estimasi parameter pendekatan jaringan syaraf tiruan pada kondisi adanya perubahan beban dengan pembobotan ...73 Tabel

erupakan keratitis yang disebabkan ole$ infeksi $erpes simplek dan $erpes 6oster. Keratitis $erpetika yang disebabkan ole$ $erpes simplek dibagi dalam  bentuk yaitu epitelial

Dan apabila istri mengajukan gugatan perceraian kepada pengadilan dengan alasan tidak diberikan nafkah dan istri menuntut nafkah seperti aturan dalam Pasal 41

Letak kann dalam kalimat berada atas, terlihat bahwa satuan modalitas können pada posisi kedua, sedangkan plaudern berada 'dapat' sejajar dengan satuan bisa, mampu dan di