• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREVALENSI SUSPEK DEMENSIA PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS BANJARANGKAN II TAHUN Pinky Pradika Shandy 1 ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREVALENSI SUSPEK DEMENSIA PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS BANJARANGKAN II TAHUN Pinky Pradika Shandy 1 ABSTRAK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 PREVALENSI SUSPEK DEMENSIA PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI

WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS BANJARANGKAN II TAHUN 2015 Pinky Pradika Shandy1

1

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

ABSTRAK

World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah lansia yang berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2013 sekitar 841 juta jiwa, sedangkan di Indonesia menurut Riskesdas 2013 jumlahnya sebesar 6,65 juta jiwa. Tingginya jumlah lansia berbanding lurus dengan peningkatan penyakit kronis dimana salah satunya adalah demensia. Demensia adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan gangguan fungsi intelektual dan memori tanpa adanya gangguan tingkat kesadaran. Di Indonesia sendiri tahun 2006 dikatakan dari 20 juta total lansia diperkirakan 1 juta diantaranya mengalami demensia. Penyakit demensia sangat sulit disembuhkan sehingga penting untuk dilakukan suatu pencegahan dan deteksi dini. Deteksi dini dapat dilakukan dengan alat skrining berupa Mini Mental State Examination (MMSE) atau alat skrining yang lebih efektif yaitu Early Dementia Questionnaire (EDQ). Kuisioner ini dicobakan di negara Malaysia dengan hasil sensitivitas 79,2% dan spesifisitas 52,7%. Pencegahan dengan metode ini lebih baik dikerjakan di fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas dengan melibatkan lansia diatas 60 tahun baik yang memiliki faktor risiko maupun tidak. Dengan dilakukannya pencegahan dapat meminimalisasi biaya perawatan akibat demensia. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan demensia antara lain penyakit alzheimer, penyebab vaskuler seperti hipertensi, penyakit parkinson, dan penyebab lainnya. Di puskesmas Banjarangkan II sendiri, hipertensi menduduki peringkat 5 besar kasus tersering di puskesmas sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menskrining kejadian demensia pada lansia dengan hipertensi.

Metode rancangan dalam penelitian ini adalah cross sectional berupa survei lapangan dengan teknik accidental sampling. Besar sampel yang dihitung menggunakan rumus sebesar 97 orang. Hasil dan simpulan penelitian ini adalah dari 97 sampel, didapatkan yang hipertensi sebanyak 50 orang (51,5%) dan sampel tanpa hipertensi sebanyak 47 orang (48,5%). Dari 50 sampel dengan hipertensi didapatkan sampel yang suspek demensia adalah sebanyak 20 orang (40%) dan sampel yang tidak suspek demensia sebanyak 30 orang (60%). Dari 47 sampel tanpa hipertensi didapatkan sebanyak 14 orang (30%) suspek demensia sedangkan 33 orang (70%) tidak suspek demensia.

(2)

2 PREVALENCY OF SUSPECT DEMENTIA IN ELDERLY WITH HYPERTENSION IN

WORKING AREA OF PUSKESMAS BANJARANGKAN II 2015 ABSTRACT

World Health Organization estimated total eldery more than 60 years old in 2013 are about 841 million, in Indonesia according to Riskesdas 2013 almost 6,65 million. Hisghest amount of eldery is directly proportional to the increasement of dementia. Dementia is chronic progressive disease which is marked by memory and intelectual function impairment without impairment in conciousness. In Indonesia 2006, from total 20 million of elderly estimated 1 million have dementia. Dementia disorder is very difficult to be recovered so that is very important to do prevention and early detection. Early detection can be done by screening tools that called Mini Mental State Examination (MMSE) or the more effective tools called Early Dementia Questionnaire (EDQ). This questionnaire was tried in Malaysia and has sensitivity of 79,2% and specificity 52,7%. Prevention with this method is better to be done in primary health care and including elderly who has risk factor or not. Prevention can minimalize cost therapy because of dementia. Some factor that can causing dementia such as: alzheimer disease, vascular factor such as hypertension, parkinson disease, and the other causes. In Puskesmas Banjarangkan II, hypertension is the top 5 most often case so it is very important to do screening of dementia in elderly with hypertension.

This research use cross sectional method by field survey using accidental sapling technique. Number of sample are 97 people.

The result and conclution oh this research is there are 50 people (51,5%) with wypertension and 47 people (48,5%) without hypertension. From those with hypertension, 20 people (40%) are suspect dementia and 30 people (60%) are not suspect dementia. From those who doesn’t have hypertension, 14 people (30%) suspect dementia and 33 people (70%) are not suspect dementia. Keywords: dementia, hypertension, elderly

PENDAHULUAN

Demensia merupakan suatu sindroma klinis yang di tandai dengan adanya gangguan fungsi intelektual dan gangguan fungsi memori tanpa adanya gangguan tingkat kesadaran.1

Sebagian besar demensia menyerang kelompok umur lansia pada usia setelah 65

tahun, tetapi dapat juga menyerang pada berbagai usia.2

Data WHO menunjukan pada tahun 2001, sebanyak 24,3 juta jiwa orang tua yang berusia lebih dari 60 tahun menderita demensia, dimana setiap tahunnya, 4,6 juta kasus baru ditemukan, dan diprediksikan akan meningkat pada tahun 2040, sebanyak 81,1 juta jiwa penderita demensia. Di

(3)

3 Indonesia sendiri pada tahun 2006 di

katakan dari 20 juta total lansia, diperkirakan 1 juta diantanya mengalamai demensia. Untuk di Bali sendiri belum ada data yang terkumpul untuk jumlah pasien yang mengalami demensia.3

Penyebab demensia tersering pada usia lebih dari 65 tahun adalah penyakit alzheimer, demensia vaskuler, dan campuran antara keduanya.4 Sekitar 10 persen lainnya yang merupakan penyebab lain demensia yaitu demensia jisim Lewy (Lewy body dementia), demensia fronto temporal, penyakit Pick, demensia alkoholik, hidrosefalus tekanan normal, demensia infeksiosa (misalnya HIV dan sifilis), dan penyakit parkinson.5

Demensia dapat ditegakkan apabila ditemukan : (1) Penurunan kemampuan daya ingat dan daya fikir yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living) seperti: Mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar, dan kecil, (2) Tidak adanya gangguan kesadaran (clear conciousness), gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan. 1

Pemeriksaan yang sering dilakukan untuk evaluasi dan konfirmasi penurunan fungsi kognitif adalah the mini mental status examination (MMSE), yang dapat pula digunakan untuk memantau perjalanan penyakit. MMSE merupakan pemeriksaan yang mudah dan cepat dikerjakan, berupa 30 soal scoring-test terhadap fungsi kognitif dan berisikan pula uji orientasi, memori kerja dan memori episodik. Baru-baru ini terdapat sebuah penelitian yang menunjukan

sebuah alat pemeriksaan penunjang baru untuk membantu mendiagnosis demensia yaitu Early Dementia Questionnaire (EDQ). EDQ merupakan sebuah kuisioner yang digunakan untuk skrining suspek demensia. Konsepnya mirip dengan MMSE berupa 20 soal kuisioner yang lebih mudah dijawab dan dimengerti dibandingkan dengan soal pada MMSE. 6

Dengan melakukan skrining MMSE atau EDQ pada lansia akan didapatkan suatu hasil apakah lansia tersebut memiliki kecendrungan untuk menjadi demensia atau tidak. Jika didapatkan lansia tersebut suspek demensia, dapat dilakukan pencegahan agar penyakitnya tidak terlanjur parah antara lain dengan mengoptimalkan fungsi otak seperti ; a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan. b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari. c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif. Seperti kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.tetap berintraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi. d. Mengurangi stres dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat. 7

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPT Puskesmas Banjarangkan II pada bulan April 2015

(4)

4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional berupa survei lapangan yang dilakukan untuk memperoleh angka kejadian dan gambaran faktor risiko suspek demensia pada lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Banjarangkan II

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan berupa data primer, dimana data primer merupakan data yang berupa hasil wawancara dengan responden yaitu lansia yang berusia ≥ 60 tahun di wilayah kerja UPT Puskesmas Banjarangkan II.

Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh penduduk lansia yakni mereka yang berusia ≥ 60 tahun dan berdomisili di Kecamatan Banjarangkan Klungkung.

Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dipilih melalui teknik Accidental Sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara bertemu sampel secara acak di lingkungan kerja UPT Puskesmas Banjarangkan II, lalu dilakukan wawancara. Besar sampel dihitung menggunakan rumus, didapatkan besar sapel sebesar 97 orang.

Kerangka Penelitian

Alur Penelitian

Penelitian diawali dengan mengajukan permohonan izin kepada Kepala Puskesmas Banjarangkan II. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data. Tahap selanjutnya adalah mengkaji data yang telah didapatkan dan menganalisis hasilnya. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti mewawancarai responden untuk kemudian mengisi kuesioner berdasarkan jawaban-jawaban dari responden. Kuesioner diberikan pada responden yang setuju diwawancarai setelah diberi inform consent. Dalam satu wawancara diperkirakan menghabiskan waktu 15 menit. Wawancara dilakukan sesuai dengan daftar pertanyaan atau kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan variabel-variabel yang diteliliti kepada responden.

Fakto Risiko yang Dapat Dikontrol Lansia ≥ 60 tahun Fakto Risiko yang Tidak dapat Dikontrol Demensia suspek

(5)

5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dengan pertanyaan terstruktur untuk memperoleh data kuantitatif dan kualitatif. Adapun pertanyaan dalam kuisioner ini dibagi menjadi 4 bagian yang terdiri dari :

1. Catatan untuk pewawancara berisi lamanya waktu wawancara.

2. Identitas responden berisi nama, umur, pendidikan, pekerjaan

3. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur tingkat kepatuhan pasien

4. Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang diteliti

Analisis Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat distribusi jawaban responden terhadap masing-masing

pertanyaan. Kemudian disajikan dalam bentuk naratif atau tabel (persentase).

Analisa data kemudian dilanjutkan dengan cara deskriptif menggunakan software SPSS Windows versi 17.0 pada variabel yang diteliti dengan cara analisa univariate dan bivariat. Data yang diperoleh dari hasil wawancara ditabulasi dan hasil penelitian dijabarkan dalam bentuk tabel dan dijelaskan secara naratif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Penyakit Hipertensi pada Responden

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPT Puskesmas Banjarangkan II. Kemudian diperoleh prevalensi penyakit Hipertensi yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.

Penyakit Kronis Frekuensi Persentase

Hipertensi 50 51,5

Normotensi 47 48,5

Jumlah 97 100

Dari hasil wawancara didapatkan sebanyak 50 responden (51,5%) mengalami penyakit hipertensi, dan sebanyak 47 responden (48,5%) tidak menderita hipertensi yang sesuai dengan kuisioner.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian ini sebanyak 50 orang lansia (51,5%) dari 97 responden mengalami hipertensi, dan sisanya 47 orang (48,5%) tidak memiliki riwayat hipertensi.

Ini sesuai dengan daftar 10 besar penyakit yang didata oleh Puskesmas dengan hipertensi menduduki peringkat 5. Berdasarkan penelitian8, sebanyak 52,7% lansia mengalami hipertensi. Perbedaan penelitian ini dengan data tersebut kemungkinan dikarenakan tidak seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas dapat didata, hanya sebagian saja, sehingga perlu penelitian lebih lanjut tentang jumlah prevalensi hipertensi pada

(6)

6 lansia di wilayah kerja Puskesma

Banjarangkan II.

Prevalensi Suspek Demensia pada lansia berdasarkan riwayat Hipertensi

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPT Puskesmas Banjarangkan II. Kemudian diperoleh prevalensi Suspek Demensia pada lansia berdasarkan adanya riwayat hipertensi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Riwayat Penyakit Kronis Status Demensia Total Suspek demensia Normal Hipertensi 20 (40%) 30 (60%) 50 (100%) Normotensi 14 (30%) 33 (70%) 47 (100%)

Didapatkan Proporsi demensia suspek pada responden yang mengalami hipertensi sebanyak 20 orang (40%), sedangkan yang tidak memiliki riwayat penyakit kronis proporsi suspek demensianya lebih kecil yakni sebanyak 14 orang (30%).

Dilihat dari data penelitian ini, proporsi suspek demensia berdasarkan riwayat penyakit Hipertensi, didapatkan sebanyak 20 orang (40%) mengalami suspek demensia dengan riwayat hipertensi. Sisanya 14 orang (30%) mengalami demensia tanpa memiliki riwayat penyakit Hipertensi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, memiliki hasil yang sama dimana terjadi peningkatan suspek demensia seiring dengan banyaknya jumlah penyakit kronis yang diderita.6 Tetapi berbeda dengan hasil penelitian ini, pada penelitian ini riwayat penyakit kronis yang didapat hanya berupa hipertensi, tidak ada riwayat penyakit kronis yang lain seperti diabete melitus, stroke, maupun

hiperlipidemia. Literatur mengatakan hipertensi yang lama sekitar 5 sampai 10 tahun dapat menyebabkan seseorang tersebut mengalami demensia. Namun ini perlu dibuktikan dengan penelitian lebih lanjut.9

SIMPULAN

Pada penelitian ini, berdasarkan riwayat Penyakit Hipertensi didapatkan sebanyak 50 orang (51,5%) responden mengalami Hipertensi. Sedangkan dari 50 orang tersebut, 20 orang (40%) suspek demensia. Dari 47 orang responden (48,5%) yang tidak memiliki Hipertensi diperoleh sebanyak 14 orang (30%) suspek demensia. Jadi dapat disimpulkan melalui penelitian ini bahwa kejadian suspek demensia lebih tinggi pada responden dengan penyakit Hipertensi.

(7)

7 DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. (2003). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. PT Nuh Jaya : ISBN 979-3543-00-0. Indonesia.

2. Sudoyo AW, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing. Indonesia.

3. Tantowi, Achmad Iwan. Baabdullah, AO., Sagita Andri. (2013). TREN FENOMENA ‘PisiDi’ (Pikun Usia Dini) SEBAGAI DUGAAN AWAL GEJALA DEMENSIA DI KOTA MALANG. Indonesia.

4. WHO. (2012). Dementia A public health priority. Alzheimer Disease International Organization : ISBN 978 92 4 156445 8. United Kingdom.

5. Julianti Riri., Budiono Ari. (2008). Demensia. Universitas Riau. Indonesia. http://yayanakhyar.wordpress.com

6. Arabi Zurraini., dkk. (2013). Early Dementia Questionnaire (EDQ): A new screening instrument for early dementia in primary care practice. BMC Family Practice Arabi et al. BMC Family Practice 2013, 14:49. Malaysia.

http://www.biomedcentral.com/1471-2296/14/49

7. Anonim. (2014). National Dementia Research and Prevention Plan. Gouverment of Canda, ISBN:

978-1-100-24891-2. Canada.

www.Canada.ca/Dementia

8. Rees Glenn. (2010). Towards a National Dementia Preventative Health Strategy. Alzheimer's Australia Paper 21. Australia.

9. Tzourio D. (2007). Hypertension, cognitive decline, and dementia: an

epidemiological perspective. INSERM U708 Neuroepidemiology, Paris, France ; Department of Neurology, Hôpital Lariboisière, Paris. France.

Gambar

Tabel 2  Riwayat Penyakit  Kronis  Status Demensia  Total Suspek  demensia  Normal  Hipertensi  20 (40%)  30 (60%)  50 (100%)  Normotensi  14 (30%)  33 (70%)  47 (100%)

Referensi

Dokumen terkait

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap mutu dalah untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap mutu teh celup serta menentukan umur simpan

Sebagai perbandingan bangunan fasilitas cottage, ada beberapa kawasan wisata dengan fasilitas akomodasinya yang memanfaatkan lingkungan sekitarnya sehingga fasilitas wisata

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain pre-test and post-test group design yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran

Pasar tradisional dikelola tanpa inovasi yang berarti mengakibatkan pasar menjadi tidak nyaman dan kompetitif (Kasali, 2007).Revitalisasi pasar merupakan salah satu

Dalam kasus penerbitan sertifikat yang cacat hukum administratif atas nama pihak yang tidak berhak berdasarkan putusan pengadilan, untuk dapat diminta tanggung jawabnya

Pada pembahasan ini, peneliti akan menganalisa kualitas akustik ruang dalam masjid Raudhaturrahman dengan membuat simulasi dan modeling menggunakan software computer

Apakah penerapan Model Kooperatif tipe The Power of Two pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pokok bahasan jenis pekerjaan dapat meningkatkan hasil belajar

Kenyataan menunjukkan bahwa tidak jarang manajemen bank lebih tertarik pada upaya mengalokasikan penyaluran dana banknya pada berbagai bentuk penempatan, investasi, dan