• Tidak ada hasil yang ditemukan

METAMORFOSIS DIMENSI KINERJA PERUSAHAAN: REFLEKSI ATAS PERSPEKTIF POLITICAL ECONOMY OF ACCOUNTING (PEA) Ayudia Sokarina 1 Universitas Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METAMORFOSIS DIMENSI KINERJA PERUSAHAAN: REFLEKSI ATAS PERSPEKTIF POLITICAL ECONOMY OF ACCOUNTING (PEA) Ayudia Sokarina 1 Universitas Mataram"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

METAMORFOSIS DIMENSI KINERJA PERUSAHAAN:

REFLEKSI ATAS PERSPEKTIF

POLITICAL ECONOMY OF ACCOUNTING (PEA)

Ayudia Sokarina

1

Universitas Mataram

ABSTRACT

This study aims to reveal the metamorphosis of the company's performance

dimensions by using the perspective of Political Economy of Accounting (PEA). With the

perspective of PEA, requires the company's performance over the balance between egoistic and

altruistic nature. This is a qualitative research using a critical paradigm.

The results showed that the privatization of PT Telkom and PT Indosat is a paradox.

Indeed, privatization is intended to enhance performance, profitability, service, financial

strengthening and expansion of ownership (Ministry of Enterprise, 2003: 2). However, the fact

pasca-privatization of PT Indosat has not been able to improve performance, especially its

financial performance, on the other side of PT Telkom has not been able to distribute profits

equitably to stakeholders.

No less important is the concentrated ownership of PT Indosat and PT Telkomsel (a

subsidiary of PT Telkom) by Temasek which incidentally shares are 100% owned by the

Singapore Government. This is where the sovereignty of our country in danger.

Key words: corporate performance, privatization, and the Political economy of accounting.

ABSTRAk

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan metamorfosis dimensi kinerja

perusahaan dengan menggunakan perspektif Political Economy of Accounting (PEA).

Kinerja perusahaan yang dibangun berdasarkan perspektif PEA, lebih menghendaki

keseimbangan antara sifat egoistik dan altruistik. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan menggunakan paradigma kritis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa privatisasi PT Telkom dan PT Indosat

adalah sebuah paradoks. Sejatinya, privatisasi ditujukan untuk meningkatkan kinerja,

profitabilitas, jasa pelayanan, penguatan keuangan dan perluasan kepemilikan

(Kementerian BUMN, 2003: 2). Namun, kenyataannya pascaprivatisasi PT Indosat

belum mampu meningkatkan kinerja khususnya kinerja keuangannya, di sisi lain PT

Telkom belum mampu mendistribusikan laba secara merata kepada stakeholders.

Tidak kalah penting adalah terkonsentrasikan kepemilikan PT Indosat dan PT

Telkomsel (anak PT Telkom) oleh Temasek yang notabene sahamnya 100% dimiliki

oleh Pemerintah Singapura. Di sinilah kedaulatan Negara kita mulai terancam.

Kata kunci: Kinerja perusahaan, Privatisasi, dan Political Economy of Accounting

(PEA).

1

(2)

PENDAHULUAN

Perubahan

pandangan

dalam

mengukur

kinerja

perusahaan

terus

menggelinding seiring kebutuhan para

pengguna laporan keuangan. Cooper dan

Sherer (1984) telah merangkum dengan

apik perkembangan penelitian akuntansi

dalam penilaian kinerja perusahaan. Jika

sebelumnya penilaian kinerja perusahaan

masih sebatas menggunakan aspek

keuangan (selanjutnya disebut kinerja

keuangan) dan akhir-akhir ini telah

diperluas dengan aspek lingkungan

(selanjutnya disebut kinerja lingkungan)

dengan

harapan

penilaian

kinerja

lingkungan

mampu

memenuhi

kepentingan

pemangku

kepentingan

(stakeholders)

terutama

dalam

hal

lingkungan

hidup,

namun,

pada

pelaksanaannya masih berorientasi pada

shareholders (Sokarina, 2011b).

Orientasi pada shareholder semata ini,

tidak terlepas dari sejarah pemikiran

ekonomi yang didominasi oleh pemikiran

ekonomi neoklasik (marjinalis) dalam

berbagai disiplin ilmu (lihat Tinker, 1980).

Tanpa terkecuali pada pembentukan teori

akuntansi. Dampaknya antara lain pada

pemaknaan laba dan modal. Menurut

pemikiran ekonomi neoklasik sifat makna

laba hanya sebagai indikator dari efisiensi

ekonomi semata sehingga segala upaya

yang tidak mampu menghasilkan efisiensi

akan diabaikan. Penjelasan teoritis atas

penentuan

tingkat

laba

berdasarkan

pemikiran

ekonomi

neoklasik

lebih

menfokuskan pada kekuatan produksi

yaitu dengan melihat seberapa besar selisih

antara hasil yang diperoleh dengan

pengorbanan yang dikeluarkan dalam

melakukan proses produksi. Selain itu

ekonomi neoklasik hanya mengenal satu

dimensi modal yaitu nilai produktivitas

marjinal (Tinker, 1980: 147-154).

Secara garis besar dengan berpijak

pada pemikiran ekonomi neoklasik, teori

akuntansi lebih mengedepankan sifat

egoistiknya daripada sifat altruistiknya.

Padahal, banyak kenyataan menunjukkan

bahwa prinsip-prinsip akuntansi dan

ekonomi

yang

digunakan

dalam

pengambilan keputusan aktual yang hanya

melibatkan aspek kecil, ternyata berada di

antara keputusan-keputusan sosial dan

politik yang lebih luas (Morgan, 1988; 483).

Berdasarkan kelemahan pemikiran

ekonomi neoklasik inilah kemudian Tinker

(1980) mengungkapkan pandangannya

tentang realitas akuntansi tidak hanya

dilihat dari perspektif ekonomi semata.

Karena hasil kinerja keuangan dari suatu

perusahaan yang tercermin oleh laporan

keuangan adalah hasil yang tidak bebas

dari situasi dan kondisi yang ada saat itu,

baik internal dan eksternal perusahaan.

Menurut Tinker (1980) hasil kinerja

keuangan sebuah perusahaan akan dapat

dipahami lebih komprehensif karena

setting politik yang ada pada saat

menghasilkan kinerja keuangan. Selain itu

melalui perspektif PEA ini, Tinker juga

mengonsentrasikan

pada

distribusi

pendapatan

sebuah

perusahaan

diharapkan berpengaruh pada distribusi

kesejahteraan masyarakat dalam lingkup

suatu Negara.

Pada

perusahaan

perusahaan

multinasional atau Badan Usaha Negara

(BUMN) terutama yang telah diprivatisasi

atau bahkan Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD), peningkatan pendapatan pada

perusahaan-perusahaan

multinasional

ataupun BUMN bahkan BUMD di suatu

Negara diharapkan mampu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat luas di Negara

tersebut. Dalam artian ada pengaruh

tetesan menurun (tricle down effect).

Implikasinya hasil perusahaan dalam

wujud kinerja keuangan tidak bebas dari

pengaruh

lingkungan

internal

dan

eksternal perusahaan. Hal inilah yang

menyebabkan setting sosial politik turut

berperan dalam mempertahankan going

(3)

concern

perusahaan-perusahaan

ini.

Menggunakan kasus privatisasi PT

Telkom atas anak perusahaannya PT

Telkomsel dan PT Indosat pada tahun

2002. penelitian ini mencoba menguraikan

metamorfosis dimensi kinerja perusahaan

berdasarkan perspektif Political Economy Of

Accounting (PEA).

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan paparan di atas, maka

yang menjadi pertanyaan dalam penelitian

ini adalah: bagaimanakah metamorfosis

dimensi kinerja perusahaan berdasarkan

Political Economy of Accounting (PEA)?

Tujuan Penelitian

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengungkapkan metamorfosis dimensi

kinerja perusahaan dengan menggunakan

perspektif Political Economy of Accounting

(PEA).

PIJAKAN TEORITIS

Dimensi Kinerja Perusahaan Berdasarkan

Political Economy Of Accounting (PEA)

Berlandaskan

pada

perspektif

Political Economy of Accounting (PEA),

Sokarina

(2011a

dan

2011b)

telah

merumuskan

pemahaman

kinerja

perusahaan mempunyai tiga dimensi,

yaitu sebagai parameter fisik, sebagai

keadilan sosial, dan sebagai kesadaran

sosial dan politik (lihat Gambar 1) berikut

ini

Gambar 1.

Dimensi Kinerja Perusahaan

2

2

Gambar ini merupakan pemikiran peneliti yang diilhami oleh konsep dimensi modal pada penjelasan Tinker (1980: 153).

Tipe keadilan sosial: keadilan sosio redistributif dan

keadilan sosio kultural

Penentu kualifikasi dan efisiensi perusahaan dalam pengoperasian

bisnis Kesadaran Sosial

dan Politik

Keadilan Sosial

Parameter

Tipe keadilan sosial: keadilan sosio redistributif dan keadilan sosio kultural

Kesadaran individual, kolektif, dan sosial merupakan tumpukan sumber daya

(4)

Berdasarkan gambar di atas, dapat

dijelaskan

bahwa

dimensi

kinerja

perusahaan tidak hanya berwujud sebagai

aspek fisik. Ada wujud lain yang menurut

Pribadi (2010: 7) dan Sztompka (2008: 258)

tidak kalah penting, yaitu aspek keadilan

sosial (sosio redistributif dan sosio

kultural) dan kesadaran sosial dan politik.

Hal ini menegaskan bahwasanya dimensi

kinerja perusahaan berdasarkan perspektif

PEA menentang pendapat para ahli

ekonomi neoklasik yang memisahkan

kehidupan ekonomi dengan aspek sosial

dan politik (Hoogvelt dan Tinker, 1978:

68).

Kinerja perusahaan tidak sebatas

tercapainya efisiensi dalam pengoperasian

perusahaan namun juga kemampuan

perusahaan

mewujudkan

konsolidasi

keadilan

sosial

yaitu

memberikan

distribusi laba terhadap stakeholders dan

penghormatan dan kepedulian terhadap

yang lain sebagai manusia yang setara,

contohnya identitas lokal dan asing.

Apabila

perusahaan

telah

berhasil

memenuhi

dua

wujud

kinerja

ini

menumbuhkan kekuatan positif (berterima

oleh semua pihak) bagi kesadaran sosial

dan politik. Demikian juga sebaliknya,

kesadaran ini menjadi kekuatan negatif

(mogok kerja, unjuk rasa, pembakaran

infrastruktur dan sebagainya) jika keadilan

sosial

tidak

terkonsolidasikan,

lebih

dahsyat lagi jika terjadi ketidakadilan

sosial. Dalam lingkup suatu Negara, tanpa

kemakmuran merata, itu berarti ada

ketidakadilan. Padahal ketidakadilan yang

terus menerus dilihat dan dirasakan oleh

rakyat bisa memicu konflik. Baik itu

konflik antar kelompok dan golongan,

rakyat dan aparat (Suruji, 2010).

METODOLOGI PENELITIAN

Paradigma Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif

dengan

paradigma

kritis.

Perspektif Political Economy Of Accounting

(PEA) digunakan untuk menganalisis hasil

perhitungan

rasio-rasio

keuangan,

distribusi laba dan mencatat realitas yang

tercipta dari berbagai wacana yang

diproduksi oleh Pemerintah, Manajemen,

Karyawan dan Masyarakat mengenai isu

privatisasi pada BUMN yang menjadi

amatan penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian

ini menggunakan teknik dokumentasi dan

penelusuran data online. Dokumen yang

dikumpulkan berupa laporan tahunan PT

Telkom dan PT Indosat dan wacana

berupa teks tulis empat pihak penutur

wacana yang dipilih melalui media cetak

dan internet.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teori dan praktek akuntansi selama

ini sangat dipengaruhi oleh teori marjinalis

dari ekonomi neo klasik (Tinker, 1980).

Namun sayangnya, realitas akuntansi

(munculnya angka-angka dalam laporan

keuangan) hanya dilihat dari perspektif

ekonomi dan tidak mengikutsertakan

perspektif lainnya (Andrianto, 2007: 116).

Padahal, hasil kinerja keuangan dari suatu

perusahaan tidak bebas dari pengaruh

lingkungan saat itu, baik internal maupun

eksternal perusahaan.

Berdasarkan argumentasi di atas,

pembahasan dimulai dengan menguraikan

kinerja keuangan tidak hanya melalui

rasio-rasio

keuangan,

namun

juga

melakukan analisis atas distribusi laba

perusahaan. Sejalan dengan konsep PEA

yang mengedepankan metode agar bisa

mendistribusikan laba yang didapatkan

oleh perusahaan secara lebih merata dan

adil kepada pihak-pihak terkait.

Berdasarkan rasio-rasio keuangan PT

Telkom (lihat Tabel 1 pada Lampiran)

menunjukkan realitas bahwa praprivatisasi

(5)

PT

Telkom

memiliki

kemampuan

likuiditas yang lebih tinggi dibandingkan

pascaprivatisasi. Namun, pascaprivatisasi

perusahaan

senantiasa

mampu

meningkatkan

laba

usaha,

mempertahankan marjin laba bersih di atas

10%, ROE di atas 20%, dan tingkat

solvabilitasnya semakin tinggi sehingga

risiko perusahaan menjadi lebih kecil dan

aman

bagi

investor.

Jadi

dapat

disimpulkan

bahwa

PT

Telkom

pascaprivatisasi berkinerja lebih baik

dibandingkan praprivatisasi.

Analisis laporan nilai tambah PT

Telkom (lihat Tabel 2 pada Lampiran)

diperoleh realitas bahwa porsi nilai tambah

bagi karyawan pascaprivatisasi lebih tinggi

dibandingkan praprivatisasi. Sedangkan

porsi kreditor yang terlihat dalam beban

bunga pascaprivatisasi semakin menurun.

Demikian juga dengan porsi pemegang

saham

yang

direpresentasikan

oleh

dividen pada pascaprivatisasi semakin

menurun. Porsi pemerintah melalui beban

pajak pascaprivatisasi semakin menurun.

Secara umum porsi nilai tambah laba

ditahan

pascaprivatisasi

semakin

meningkat. Maknanya laba ditahan PT

Telkom lebih banyak yang dicadangkan

daripada

didistribusikan

kepada

stakeholders. Maka dapat disimpulkan

bahwa

distribusi

laba

PT

Telkom

pascaprivatisasi semakin membaik hanya

kepada karyawan dan stakeholders lainnya

terabaikan.

Analisis rasio-rasio keuangan PT

Indosat (lihat Tabel 3 pada Lampiran)

diperoleh realitas bahwa praprivatisasi PT

Indosat memiliki kemampuan likuiditas

yang

lebih

tinggi

dibandingkan

pascaprivatisasi.

Di

samping

itu

praprivatisasi

tingkat

solvabilitas

perusahaan lebih tinggi dibandingkan

pascaprivatisasi.

Meskipun

pascaprivatisasi perusahaan senantiasa

mampu

meningkatkan

laba

usaha,

mempertahankan marjin laba bersih di atas

10%, ROE di atas 20% namun dengan

kenaikan yang tidak signifikan dibanding

industri sejenis. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa

PT

Indosat

pascaprivatisasi

berkinerja lebih buruk dibandingkan

praprivatisasi.

Analisis laporan nilai tambah PT

Indosat (lihat Tabel 4 pada Lampiran)

diperoleh realitas bahwa porsi nilai tambah

bagi karyawan pascaprivatisasi lebih tinggi

dibandingkan praprivatisasi. Demikian

juga porsi kreditor yang terlihat dalam

beban bunga pascaprivatisasi semakin

meningkat. Porsi pemegang saham yang

direpresentasikan

oleh

dividen

pascaprivatisasi semakin menurun. Porsi

pemerintah

melalui

pajak

semakin

meningkat. Porsi nilai tambah laba ditahan

cenderung menurun. Maknanya laba

ditahan PT Indosat telah terdistribusi

kepada stakeholders. Dapat disimpulkan

distribusi laba PT Indosat pascaprivatisasi

cenderung mengutamakan stakeholdersnya.

Realitas ini menunjukkan bahwa

privatisasi PT Telkom dan PT Indosat

adalah

sebuah

paradoks.

Sejatinya,

privatisasi

BUMN

ditujukan

untuk

meningkatkan kinerja, profitabilitas, jasa

pelayanan, penguatan keuangan dan

perluasan

kepemilikan

(Kementerian

BUMN, 2003: 2). Namun, kenyataannya

pascaprivatisasi PT Indosat belum mampu

meningkatkan kinerja khususnya kinerja

keuangannya, di sisi lain PT Telkom belum

mampu mendistribusikan laba secara

merata kepada stakeholders. Tidak kalah

penting

adalah

terkonsentrasikan

kepemilikan PT Indosat dan PT Telkomsel

(anak PT Telkom) oleh Temasek yang

notabene sahamnya 100% dimiliki oleh

Pemerintah

Singapura.

Di

sinilah

kedaulatan Negara kita mulai terancam.

PT

Indosat

adalah

pemilik

satelit

kebanggaan kita yaitu satelit Palapa

sehingga semua informasi dan data-data

yang seharusnya menjadi rahasia negara

RI dapat diperoleh dengan mudah oleh

(6)

Singapura

serta

keamanan

nasional

(National security) akan kedaulatan turut

terancam.

KESIMPULAN

Berdasarkan bukti-bukti empiris

yang diperoleh, berikut ini disajikan

beberapa

simpulannya.

Pertama,

eksplorasi aspek ekonomi PT Telkom dan

PT Indosat menunjukkan bahwa kinerja

keuangan PT Telkom pascaprivatisasi

semakin membaik. Di sisi lain, distribusi

labanya semakin membaik hanya kepada

karyawan sedangkan stakeholders lainnya

terabaikan. Adapun kinerja keuangan PT

Indosat

pascaprivatisasi

semakin

memburuk namun distribusi labanya

semakin

membaik

pada

karyawan,

kreditor, dan pemerintah.

Kedua, karena privatisasi jika

ditinjau dari aspek ekonomi belum mampu

meningkatkan kinerja keuangan dan

memberikan

distribusi

laba

kepada

stakeholders, maka itulah privatisasi pada

PT Telkom dan PT Indosat adalah sebuah

paradoks. Melalui eksplorasi aspek sosial

politik dalam wacana pro dan kontra

privatisasi dan hegemoni Temasek atas PT

Indosat dan PT Telkom (melalui PT

Telkomsel) (lihat Sokarina, 2011c). Kedua

diskusi ini menunjukkan bahwa telah

terjadi problem kelembagaan pada wacana

privatisasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, J. (2008). Analisis Kritis Kinerja

Perbankkan BUMN Di Indonesia:

Perspektif

Political

Economy

of

Accounting,

Skripsi.

Universitas

Brawijaya, Malang.

Andrianto, J. dan Irianto, G. (2008).

Akuntansi dan Kekuasaan: [dalam

konteks]

Bank

BUMN

Indonesia,

Fakultas

Ekonomi

Universitas

Brawijaya. Penerbit Aditya Media

Publishing.

Cooper, D dan Sherer. M. (1984). The Value

of

Corporate

Accounting

Reports:

Arguments for A Political Economy of

Accounting,Accounting,

Organizations and Society 9 (3/4):

207-32.

http:// www.indosat.co.id

http://www.telkom.co.id

Hoogvelt, A & Tinker, A. M. (1978). The

Role of Colonial and Post Colonial States

in Imperialism-a Case Study of The

Sierra Leone Development Company,

The Journal of Modern African

Studies 16 (1): 67-79.

Morgan, G., (1988). Accounting As Reality

Construction:

Towards

A

New

Epistemology For Accounting Practice,

Accounting,

Organizations

and

Society 13 (5): 477-485.

Pribadi, A. (2010). Konsolidasi Keadilan

Sosial. Kompas, 9 Juli.

PT Indosat Persero Tbk. 2000-2004. Laporan

Tahunan, Jakarta.

PT Telkom Persero Tbk. 2000-2004. Laporan

Tahunan, Jakarta.

Rosser, A. (1999). The Political Economy of

Accounting Reform In Developing

Countries: The Case of Indonesia, Asia

Research Centre, Working Paper No.

93. July.

Sokarina, A. (2011a). Analisis Kritis Kinerja

Pra dan Pascaprivatisasi Dari Perspektif

Political Economy Of Accounting (Studi

Pada PT Telkom Tbk dan PT Indosat

Tbk).

Tesis

Tidak

dipublikasi.

Universitas Brawijaya.

Sokarina, A. (2011b). Menggagas Dimensi

Kinerja

Perusahaan

Berdasarkan

Perspektif

Political

Economy

Of

Accounting

(PEA),

Proceeding

Simposium Nasional Akuntansi XIV

Aceh.

(7)

Sokarina, A. (2011c). Tafsir Kritis Privatisasi

Berdasarkan Hermeneutika Gadameria:

kasus Privatisasi PT Telkom dan PT

Indosat,

Jurnal

Akuntansi

Multiparadigma, Vol 2, Nomor 2

Agustus:186-368.

Suruji, A. (2010). Leadership dan Lederless.

Kompas. 26 Juni.

Sztompka, P. (2008). Sosiologi Perubahan

Sosial, Prenada Media Group.

Tinker, A.M. (1980). Towards a Political

Economy of Accounting: An Empirical

Illustration

of

The

Cambridge

Controversies,

Accounting,

Organizations and Society 5 (1):

147-60.

Lampiran 1

Tabel 1.

Pertumbuhan Kinerja PT Telkom

Tahun 2000-2004 (dalam persen)

Pasca Privatisasi

Privatisasi

Pra Privatisasi

Keterangan

2004

2003

2002

2001

2000

Laba usaha terhadap

pendapatan usaha

43

44,2

43,9

45,5

45,9

Laba usaha terhadap

jumlah ekuitas

80,5

69,1

62,5

81,7

38,6

Laba usaha terhadap

jumlah aktiva

25,9

23,8

20,6

22,4

17,5

Marjin EBITDA

62,6

64,5

61,5

63,5

65,8

Marjin laba bersih

19,5

22,4

38,6

25,0

22,8

Pengembalian Modal

36,5

35,2

55,0

44,8

19,2

Pengembalian aktiva

11,8

12,1

18,1

12,3

8,7

Rasio lancar

78,8

80,1

108,6

76,5

248,9

Rasio utang terhadap

jumlah ekuitas

91,7

88,5

100,2

129,7

71,6

Rasio total utang terhadap

total aktiva

58,9

58,2

61,2

68,8

52,3

Price Earnings Ratio (PER)

(8)

Lampiran 2

Tabel 2.

Laporan Nilai Tambah Komparasi PT Telkom

untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2004 (dalam jutaan rupiah)

Pascaprivatisasi

Privatisasi

Praprivatisasi

Keterangan

2004

2003

2002

2001

2000

Nilai Tambah yang tersedia

untuk didistribusikan

22.980.000 18.997.000 15.039.000 11.264.000

8.385.000

Diaplikasikan sbb:

Karyawan

5.571.000

4.440.000

4.388.000

2.281.000

1.770.000

Pemilik Modal :

Bunga

1.270.000

1.383.000

1.583.000

1.330.000

817.000

Dividen

143.377

3.043.614

3.338.614

2.125.055

888.654

Pemerintah

4.003.000

3.861.000

2.899.000

2.007.000

1.520.000

Laba Ditahan

12.561.623

6.919.386

3.964.386

4.011.945

8.043.346

Aplikasi Nilai Tambah

23.549.000 19.647.000 16.173.000 11.755.000 13.039.000

Koreksi Non Trading

Credits:

Pendapatan bunga

318.000

366.000

480.000

572.000

692.000

Laba (rugi)kurs

(1.221.000) (1.383.000) (1.583.000) (1.330.000)

(817.000)

Bagian Laba Bersih

1.141.000

1.303.000

2.273.000

896.000

4.466.000

Lain-lain Net

331.000

364.000

(36.000)

353.000

313.000

Koreksi

569.000

650.000

1.134.000

491.000

4.654.000

(9)

Lampiran 3

Tabel 3.

Pertumbuhan Kinerja PT Indosat

Tahun 2000-2004 (dalam persen)

Pasca Privatisasi

Privatisasi

Pra Privatisasi

Keterangan

2004

2003

2002

2001

2000

Laba Usaha terhadap

pendapatan usaha

30,66

28,53

27,74

35,63

49,30

Laba usaha terhadap

jumlah ekuitas

24,26

19,50

18,00

17,05

43,92

Laba usaha terhadap

jumlah aktiva

11,47

9,01

8,59

8,19

20,17

Marjin EBITDA

57,69

53,29

54,11

55,32

55,65

Marjin laba Bersih

16,66

73,90

5,03

28,28

54,88

Pengembalian Modal

12,39

50,52

3,27

13,53

48,89

Pengembalian aktiva

5,86

23,24

1,56

6,50

22,45

Rasio Lancar

146,30

217,74

155,05

160,30 458,74

Rasio Utang terhadap

jumlah ekuitas

72,03

86,35

76,29

51,54

4,44

Rasio total Utang terhadap

total aktiva

52,11

53,23

51,64

50,88

52,82

Price Earnings Ratio (PER)

(10)

Lampiran 4

Tabel 4

Laporan Nilai Tambah Komparasi PT Indosat

untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2004 (dalam jutaan rupiah)

Pascaprivatisasi

Privatisasi

Praprivatisasi

Keterangan

2004

2003

2002

2001

2000

Nilai Tambah yang tersedia

untuk didistribusikan

6.357.922 4.409.304

3.505.302 2.979.300 2.894.348

Diaplikasikan sbb :

Karyawan

1.264.653 1.028.500

687.200

496.300

333.263

Pemilik Modal :

Bunga

1.097.531

838.666

566.900

402.500

392.133

Dividen

15.700

753.600

151.300

581.100

443.953

Pemerintah

215.366

(22.600)

774.400

412.200

323.539

Laba Ditahan

4.234.632 2.189.300

2.483.400 2.400.100 2.221.823

Aplikasi Nilai Tambah

6.827.882 4.787.466

4.663.200 4.292.200 3.714.711

Koreksi Non Trading Credits:

Pendapatan bunga

187.430

147.712

822.302

642.100

159.783

Laba (rugi)kurs

(66.116)

200.050

393.820

524.100

469.301

Bagian Laba Bersih

286.204

33.700

72.300

132.300

15.227

Lain-lain Net

62.442

(3.300)

(130.524)

14.400

176.052

Koreksi

469.960

378.162

1.157.898 1.312.900

820.363

Referensi

Dokumen terkait

Dan yang terakhir pada menit kesepuluh logam Zn semakin berwarna hitam pekat, warna larutan semakin biru muda bening, dan logam Zn semakin

Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol buah merica bolong konsentrasi 100 bpj tidak menunjukkan aktivitas penolak serangga, sedangkan konsentrasi 200 bpj, 500 bpj, 1000

penekanannya pada lingkungan social pembelajaran. Karena menurutnya, funsi kognitif manusia berasal dari interaksi social masing-masing individu dalam konteks budaya. Vygotsky

Untuk keperluan penelitian lebih lanjut mengenai metode klasifikasi data mining dengan menggunakan data dibidang kredit perbankan dapat dilakukan dengan m enggunakan

Jumlah Saham yang ditawarkan 2.111.994.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai Nominal Rp.. PRAKIRAAN

memperbaiki persentase penyerapan hara oleh tanaman yang ditambahkan dalam bentuk.. pupuk; c) mencegah kehilangan hara karena bahan organik mempunyai kapasitas. pertukaran ion

Hasil penelitian diperoleh adalahBaku Makulolong basah (hasil glatinasi) memiliki kadar fenolat 2,381 % dan Baku Pukus basah (hasil glatinasi) memiliki kadar

Pada halaman pelanggan, pelanggan dapat mendapatkan informasi tentang paket wisata yang ada pada perusahaan yang dimana apabila pelanggan memilih salah satu paket