PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL
BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN
KELINCAHAN ANAK USIA 8-9 TAHUN
(Studi Ekperimen pada Sekolah Dasar Negeri 1 Cibodas)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh
Ramdhan Nuriman 1001402
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Ramdhan Nuriman, 2014
PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN
2014
LEMBAR PERNYATAAN
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
==========================================================
PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN KELINCAHAN ANAK
USIA 8-9 TAHUN)
(Studi Kuasi Eksperimen pada Sekolaah Dasar Negeri 1 Cibodas)
Oleh
Ramdhan Nuriman
1001402
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas PendidikanOlahragadanKesehatan
© RamdhanNuriman 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Ramdhan Nuriman, 2014
ABSTRAK
PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN KELINCAHAN ANAK
USIA 8-9 TAHUN
(Studi Kuasi Ekperimen pada Sekolah Dasar Negeri 1 Cibodas)
RamdhanNuriman
1001402
Nurlan Kusmaedi1 Sumardiyanto2
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh olahraga tradisional bebentengan terhadap kemampuan kelincahan anak usia 8-9 tahun. Populasinya yaitu siswa kelas III pada tahun pelajaran 2013/2014 di SDN 1 Cibodas Kabupaten Bandung Barat, sampel yang digunakan 20 siswa. Menggunakan metode kuasi eksperimen yang dimulai dari observasi, pre-test, treatment, dan post-test. Penelitian ini dilakukan sebanyak delapan kali treatment berikut pretest dan postest. Terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, pada kelompok eksperimen di berikan permainan olahraga tradisioanl bebentengan dan di berikan treatment latihan kelincahan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak di berikan permainan olahraga tradisional. Instrumen penelitian berupa lembar kerja siswa dan lembar observasi. Pengolahan dan analisis data menggunakan Statistical Product for Social Science (SPSS) Serie 17. Dalam tahapannya, uji asumsi statistik sebagai berikut : Deskripsi Data, Uji Normalitas Data, Uji Homogenitas Data, Paired Sample T-Test. Ditunjukkan dari kelompok eksperimen adanya peningkatan rata-rata kelincahan sesudah melakukan post-test pada permainan olahraga tradisional bebentengan berdasarkan hipotesis yang telah teruji melalui uji paired sample t-test.
Ramdhan Nuriman, 2014
INFLUENCE GAME SPORTS ABILITY TO TRADITIONAL
BEBENTENGAN THE AGILITY CHILDREN AGES 8-9 YEARS
IN SD 1 CIBODAS
(Quasi-Experimental Study On Public Elementary School 1
Cibodas)
Ramdhan Nuriman
Sport Science
Faculty of Physical Education and Health
Indonesia University of Education
Nurlan Kusmaedi1 Sumardiyanto2
ABSTRACT
performing post-test on bebentengan traditional sports game based on the hypothesis that has been tested by paired samples t-test.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 4
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 5
BABII KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A.Permainan Olahraga Bebentengan ... 7
B. Dunia Olahraga Permainan Pada Anak ... 7
D.Kelincahan Dalam Permainan Olahraga Tradisional
Bebentengan ... 10
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 12
F. Kerangka Pemikiran ... 13
G.Hipotesis Penelitian ... 14
BAB III METODE PENELITIAN A.Populasi dan Sampel... 15
B. Desain Penelitian ... 15
C. Metode Penelitian ... 18
D.Definisi Operasional ... 23
E. Instrumen Penelitian ... 23
F. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 28
1. Validitas ... 30
a. Validitas Internal ... 29
b. ValiditasEksternal ... 31
G.Teknik Pengumpulan Data ... 33
H.Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 34
1. Deskripsi Data ... 34
2. UjiNormalitas Data ... 34
3. UjiHomogenitas Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengolahan Data ... 37
B. Analisis Data ... 39
1. Uji Normalitas Data ... 39
2. Uji Homogenitas Data ... 41
3. Uji T... 45
C. Pembahasan dan Analisis Temuan... 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50
B. Saran ... 50
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Permainan merupakan suatu sarana hiburan yang diminati dan
dimainkan oleh banyak orang baik dari kalangan anak-anak, remaja, maupun
orang dewasa. Permainan terdiri dari permainan tradisional dan permainan
modern. Permainan ini berasal dari kata “main” yang artinya melakukan suatu
kegiatan untuk menyenangkan hati, baik menggunakan alat, maupun tidak.
Bermain adalah kegiatan yang sangat dekat dengan dunia anak. Kegiatan ini
dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Jenis permainan,
jumlah peserta serta lamanya waktu yang dialokasikan untuk bermain,
bergantung pada keinginan serta kesepakatan yang dibuat oleh para peserta.
Permainan tradisional saat ini hampir terpinggirkan dan tergantikan
dengan permainan modem, dengan alat yang serba modern pula. Hal ini
terutama karena pesatnya perkembangan teknologi yang mendukung dan
memproduksi berbagai jenis permainan anak. Padahal permainan tradisional
yang diwariskan secara turun temurun memiliki faedah yang tidak sedikit, di
samping dalam melestarikan budaya sebagai karakter bangsa, juga
bermanfaat baik bagi perkembangan psikologis maupun dalam meningkatkan
kreativitas serta meningkatkan ketahanan fisik dan mendukung olahraga yang
lain terutama dalam meningkatkan kemampuan kelincahan anak itu sendiri.
Permainan tradisional merupakan kekayaan khasanah budaya lokal,
yang seharusnya dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran pendidikan
jasmani. Jika dihitung mungkin terdapat lebih dari ribuan jenis permainan
yang berkembang di negara kita, yang merupakan hasil pemikiran,
kreativitas, prakarsa coba-coba, termasuk hasil olah budi para pendahulu kita.
Pada perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan
sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan
dengan tradisi budaya setempat. Kegiatannya dilakukan baik secara rutin
2
luang setelah terlepas dari aktivitas rutin seperti bekerja mencari nafkah,
sekolah, dsb.
Permainan tradisional adalah suatu jenis permainan yang ada pada suatu daerah tertentu yang berdasarkan kepada budaya daerah tersebut. Permainan tradisional biasanya dimainkan oleh orang-orang pada daerah tertentu dengan aturan konsep yang tradisional pada jaman dahulu. Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial. Dengan demikian suatu kebutuhan bagi anak. Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalam permainan tradisional (Semiawan, 2008:22).
Dewasa ini, banyak anak sekolah yang melupakan bagaimana itu
permainan atau olahraga tradisional. Mereka lebih banyak dimanjakan oleh
teknologi yang terus berkembang dan disediakan dengan mudahnya oleh
orangtua peserta didik. Pada akhirnya pertumbuhan psikomotor peserta didik
menjadi lamban dan banyak menghasilkan peserta didik yang malas
berolahraga dan perilaku yang individualistik terhadap teman sebayanya.
Perilaku gerak anak sudah muncul pada saat masih dalam kandungan
ibu dan bulan pertama setelah lahir. Sebagian besar gerak yang dilakukan
anak masih bersifat refleks artinya setiap gerakan dilakukan tidak secara
sukarela, namun sebagai respon terhadap rangsangan tertentu. Contoh,
apabila diberikan rangsangan berupa sentuhan pada telapak tangan bayi,
maka telapak tangan tersebut anak menutup. Hal ini akan terus menerus
dilakukan oleh bayi apabila mendapat rangsangan yang sama. Jadi gerak
refleks dilakukan secara tidak sukarela oleh bayi, namun sebagai upaya tidak
sadar yang dilakukan oleh bayi. Selain gerak refleks yang dilakukan tanpa
kesadaran, ada juga gerak refleks yang dilakukan dengan sadar (postular
refleks). Gerak refleks ini dianggap sebagai dasar dari gerakan-gerakan pada
masa datang karena rangsangan timbul dari pusat otak. Gerak refleks postular
ini diintegrasikan, dimodifikasi, dan diterapkan secara langsung ke dalam
pola-pola gerakan secara sadar yang lebih kompleks (Yudha M Saputra,
Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.
Pada proses perkembangan gerak anak, gerak dapat dilakukan dengan
bermain. Bermain merupakan suatu kebutuhan seperti halnya makan dan
minum. Lutan (1991:2) dalam Wahyu Haerudin (2008) mengungkapkan
bahwa “Bermain merupakan kegiatan hakiki atau kebutuhan dasar bagi
manusia”. Dengan bermain anak dapat mengasah kemapuan geraknya dan
dengan aktivitas tersebut anak dapat merangsang kemampuan berfikir,
berimajinasi, serta dapat mempengaruhi tingkah laku dalam memecahkan
masalah ketika beranjak dewasa. Sejalan dengan itu Lutan (1992:3) dalam
Wahyu Haerudin (2008) menyatakan bahwa “Bermain berguna untuk
merangsang perkembangan fisik dan mental anak”.
Permainan tradisional merupakan permainan yang berawal dari
budaya masyarakat. Untuk memahaminya perlu pemahaman konsep bermain.
Oleh karena itu, permainan dalam konteks pendidikan dapat dimanfaatkan
sebagai pembekalan pentingnya aktivitas fisik untuk meningkatkan kondisi
sehat, kebugaran fisik, hubungan sosial, pengendalian emosi, dan moral.
Salah satunya yang dapat membantu tumbuh kembang psikomotor
anak adalah olahraga tradisional, karena didalam olahraga tradisional peserta
didik dituntut untuk melakukan gerak tubuh, dan didalam olahraga tradisional
siswa akan lebih banyak bersosialisasi pada teman sebayanya dan
meningkatkan softskill serta hardskill peserta didik. Subjek penelitian yang
diambil sebanyak 20 siswa dalam melakukan penelitian ini, diharapkan
peserta didik dapat mencapai peningkatan sebesar 75% dalam permainan
olahraga tradisional terhadap pengaruh kelincahan.
Maka dari itu peneliti mengambil judul penelitian ini adalah
4
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Di zaman modern ini olahraga tradisional kurang diminati oleh
masyarakat khususnya anak-anak, karena sudah banyak munculnya
teknologi yang sangat mudah di dapatkan oleh anak-anak. Maka dari itu
perilaku dan gerak motorik anak-anak sangat lemah terutama kelincahan.
Bahkan orang tua lebih mendukung teknologi-teknolgi yang sudah mudah
didapatkan, contohnya PlayStasion.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah sangat diperlukan dalam sebuah penelitian,
karena dengan terlebih dahulu melakukan terhadap permasalahan yang
akan diteliti, maka peneliti akan mendapat kemudahan dan kejelasan
langkah-langkah yang dapat diambil dalam penelitian. Arikunto (1993:17)
berpendapat bahwa : “Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya,
maka peneliti harus merumuskan masalahnya terlebih dahulu sehingga
jelas dari mana harus mulai, ke mana harus pergi, dan dengan apa”.
Maka dari itu rumusan masalahnya adalah :
Apakah ada pengaruh permainan olahraga tradisional bebentengan
terhadap pengaruh kemampuan kelincahan anak usia 8-9 tahun di
SD N 1 Cibodas ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
Untuk mengetahui apakah pengaruh permainan olahraga tradisional
bebentengan terhadap kemampuan kelincaha anak usia 6-8 tahun di
SD N 1 Cibodas.
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam upaya
meningkatkan kemampuan kelincahan melalui olahraga tradisional
bebentengan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang olahraga bagi peneliti dan
peneliti lainnya yang merasa tertarik untuk meneliti permasalahan
yang sama.
F. Struktur Organisasi Skripsi
PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
B. Identifikasi Masalah Penelitian
C. Rumusan Masalah Penelitian
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penenlitian
F. Struktur Organisasi Skripsi
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Olahraga Tradisional Bebentengan
B. Dunia Olahraga Permainan Pada Anak
6
D. Kelincahan Dalam Permainan Olahraga Tradisional
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
F. Kerangka Pemikiran
G. Hipotesis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
B. Desain Penelitian
C. Metode Penelitian
D. Definisi Operasional
E. Instrumen Penelitian
F. Pengembangan Instrumen Penelitian
G. Teknik Pengumpulan Data
H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengolahan Data
B. Analisis Data
C. Pembahasan dan Analisis Temuan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah 39 siswa yang ada di SD N 1 Cibodas
diantaranya terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan SD N 1
Cibodas yang berusia 8-9 tahun yang akan menjadi subjek penelitian
permainan olahraga tradisional (Bebentengan). Dan sampel penelitian
sebanyak 20 siswa di SD N 1 Cibodas yang berusia 8-9 tahun yang di
ambil secara tidak acak dan terbagi menjadi 10 kelompok eksperimen dan
10 kelompok kontrol.
Menurut Sugioyono (2012:08) “populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
B. Desain Penelitian
Dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran, pelaksanaan
penelitian tidak terlalu selalu memungkinkan untuk melakukan seleksi
subjek secara acak, karena subjek secara alami telah terbentuk dalam satu
kelompok utuh (naturally formed intact group), seperti kelompok siswa
dalam satu kelas. Kelompok-kelompok ini seringkali jumlahnya sangat
terbatas. Dalam kondisi seperti ini kaidah-kaidah dalam penelitian
eksperimen murni tidak dapat dipenuhi secara utuh karena pengendalian
variabel yang terkait subjek penelitian ini tidak dapat dilakukan
sepenuhnya, sehingga penelitian harus dilakukan dengan menggunakan
intact group. Penelitian ini disebut sebagai penelitian eksperimen kuasi
(eksperimen semu).
Penelitian eksperimen kuasi menggunakan seluruh subjek dalam
16
menggunakan subjek yang diambil secara acak. Tidak adanya pengacakan
dalam menentukan subjek penelitian memungkinkan untuk
masalah-masalah yang terkait dengan validitas eksperimen, baik validitas internal
maupun eksternal. Akibatnya, interpreting and generalizing hasil
penelitian menjadi sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, limitasi hasil
penelitian harus diidentifikasikan secara jelas dan subjek penelitian perlu
dideskripsikan. Untuk meningkatkan generalizability dari hasil penelitian,
maka representativeness dari subjek harus di argumentasikan secara logis.
Untuk validitas internal, peneliti harus berusaha membangun derajat
ekuivalen (the degree of equivalence) di antara kelompok-kelompok
subjek dengan mempertimbangkan karakter-karakter atau variabel-variabel
yang mungkin berkaitan dengan variabel eksperimen.
Para peneliti yang menggunakan desain ini (rely instead on other
technicques to control) bermaksud untuk mengurangi sekecil mungkin
mungkin kesulitan terhadap validitas internal. Desain ini di gunakan jika
sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Mengingat desain eksperimen kuasi banyak modelnya, maka akan
dikemukakan dalam bentuk tabel berikut.
Agar penelitian berjalan dengan baik maka perlu adanya desain
penelitian. Penelitian ini menggunakan quasi experimental design. Desain
ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan : Non R = Non Random
X = Treatment
Opre = Pretest
Opost = Posttest
Gambar 1. Model Desain Eksperimen Kuasi-Non Equivalent Control Group Design Versi James A (1973).
Rancangan Non Equivalent Control Group Design ini hampir sama
Non R Opre X Opost
tidak dilakukannya randomisasi dalam rancangan pengukuran ini.
Rancangan Non Equivalent Control Group Design ini sangat baik
digunakan untuk evaluasi program pendidikan atau pelatihan-pelatihan.
1. Karakteristik dari desain Non Equivalent Control Group Design
tersebut, yaitu:
a) Variabel-variabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur
secara tertib ketat (rigorous management), baik dengan
menetapkan kontrol, memanipulasi langsung maupun random
(rambang).
b) Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk
dibandingkan dengan kelompok eksperimental.
c) Terdapat pretest-posttest
d) Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi,
untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan
hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel
penggangu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen,
tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu,
penelitian ini memimalkan variansi kekeliruan, termasuk
kekeliruan pengukuran.
2. Langkah-langkah penelitian eksperimen (Non Equivalen Control
Group Design)
a) Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan erat dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan.
b) Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah
c) Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan,
memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel,
dan merumuskan definisi operasional.
d) Membuat rencana penelitian yang mencakup kegiatan:
1) Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan,
18
3) Memilih rancangan yang tepat.
4) Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang
mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian.
5) Membagi subjek dan kelompok kontrol maupun kelomok
eksperimen.
6) Membuat instrumen, memvalidasi instrumen, dan
melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen
yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang
diperlukan.
7) Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan
menentukan hipotesis.
e) Melaksanakan eksperimen.
f) Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.
g) Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan
variabel yang ditentukan.
h) Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan
teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap
signifikansi hasilnya.
i) Menginterpretasikan hasil, rumusan kesimpulan, pembahasan,
dan pembuatan laporan.
C. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peniliti mnggunakan metode kuasi
eksperimen dengan desain Non Equivalent C ontrol Group Design Versi
James A (1973). Yang di maksud dengan Non Equivalent C ontrol Group
Design ini adalah Variabel penelitiannya diatur secara tertib baik dengan
menetapkan kontrol maupun memanipulasi langsung. Penelitiannya
memusatkan diri pada pengontrolan variansi karena untuk memaksimalkan
variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian dan
meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin
Penelitian eksperimen atau penelitian percobaan dibedakan
menjadi dua yaitu eksperimen murni dan eksperimen kuasi. Penelitian
eksperimen murni mengambil subjek penelitian berupa benda atau hewan
percobaan. Penelitian dilaksanakan di laboraturium yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian dikendalikan oleh peneliti. Dengan
demikian, hasil akhir penelitian adalah murni karena ada pengaruh dari
percobaan atau eksperimen. Penelitian Kuasi Eksperimen (PKE) atau
eksperimen semu mengambil subjek penelitian pada manusia. Kondisi
lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian tidak dapat
dikendalikan oleh peneliti sehingga penelitian tidaklah murni dari
eksperimen atau percobaan yang dilakukan.
Metode eksperimen murni banyak digunakan pada penelitian dasar
(basic research) sedangkan metode penelitian kuasi eksperimen banyak
digunakan pada penelitian terapan (applied researh). Penelitian
eksperimen murni berfungsi untuk menemukan dasar teori tentang
pengaruh percobaan terhadap karakteristik benda atau hewan percobaan
yang sedang diteliti. Penelitian eksperimen kuasi berfungsi untuk
mengetahui pengaruh percobaan atau perlakuan terhadap karakteristik
subjek yang diinginkan oleh peneliti. Dengan demikian, penelitian
eksperimen murni maupun kuasi memiliki maksud yang sama yaitu
menguji pengaruh percobaan terhadap karakteristik subjek setelah
percobaan.
Penelitian kuasi eksperimen dipilih apabila peneliti ingin
menerapkan sasuatu tindakan atau perlakuan. Tindakan dapat berupa
model, strategi, metode, atau prosedur kerja baru untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pekerjaan agar hasilnya menjadi optimal. Dengan
adanya kriteria tersebut, maka peneliti dituntut untuk dapat berpikir kreatif
dalam mencari model, strategi, metode, atau prosedur kerja baru yang
akan diujicobakan. Apabila peneliti tidak menemukan model, strategi,
metode, atau prosedur kerja baru yang akan diujicoba, peneliti masih
20
baru yang pernah diterapkan orang lain untuk diujicobakan pada anggota
kelompoknya.
Eksperimen merupakan cara praktis untuk mempelajari sesuatu
denan mengubah-ubah kondisi dan mengamati pengaruhnya terhadap hal
lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh atau hubungan
sebab-akibat (cause and effect relationship) dengan cara membandingkan
hasil kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan kelompok
kontrol yang tidak diberi perlakuan.
Dalam metode eksperimen, penelitian harus melakukan tiga
kegiataan pokok yaitu mengontrol, memanipulasi, dan mengamati.
Selanjutnya, peneliti harus membagi objek atau subjek yang diteliti
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen (yang mendapat
perlakuan) dan kelompok kontrol (yang tidak mendapat perlakuan). Kedua
kelompok tersebut sedapat mungkin sama (homogen) atau mendekati sama
karakteristiknya. Selanjutnya proses penelitian berjalan dan diobservasi
untuk menentukan perbedaan atau perubahan yang terjadi pada kelompok
eksperimen. Tentunya perbedaan tersebut merupakan hasil bandingan
keduanya. Dalam peneliti eksperimen tidak selalu ditandai dengan adanya
sesuatu perbandingan kelompok yang diberi perlakuan dan yang tidak
diberi perlakuan. Ada banyak tipe, kadar tingkatan eksperimental yang
bisa ditetapkan pada sejumlah kelompok. eksperimen merupakan contoh
konkret dari penelitian yang menggunakan pendekatan positivistik.
Penelitian eksperimen mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang
dibandingkan;
2. Memanipulasi atau mengubah secara sistematis variabel
eksperimen atau perlakuan;
3. Menggunakan kelompok kontrol sebagai acuan untuk
dibandingkan dengan kelompok eksperimen;
4. Adanya pengontrolan variabel, yaitu mengendalikan
5. Melakukan observasi yaitu mengamati hasil manipulasi secara
teliti dan hati-hati;
6. Adanya validitas internal yang merupakan sine qua non dari
desain penelitian dan tujuan pertama dari metode eksperimental.
Validitas internal ini menanyakan apakah manipulasi
eksperimental dalam studi ini benar-benar menimbulkan
perbedaan;
7. Adanya validitas eksternal yang merupakan tujuan kedua dari
metode eksperimen. Validitas eksternal ini menanyakan
seberapa representatifkah temuan-temuan penelitian tersebut dan
dapatkah hasil-hasil tersebut digeneralisasikan terhadap keadaan
dan subjek yang sama.
Selanjutnya, McMilan dan Schumacher (2001)
mengidentifikasikan enam karakteristik penelitian eksperimen, yaitu:
1. Pemerolehan equivalensi statistik dari kelompok subjek yang
berbeda dan biasanya diperoleh dengan penempatan subjek
secara acak. Di samping itu, dapat juga dilakukan juga dengan
cara memadukan kelompok subjek atau menggunakan subjek
sebagai kontrol mereka sendiri.
2. Minimal adanya dua kelompok atau kondisi yang akan
dibandingkan. Penelitian eksperimen tidak bisa dilakukan
dengan satu kelompok subjek dalam satu kondisi pada satu
waktu. Tujuan eksperimen adalah membandingkan pengaruh
suatu kondisi pada satu kelompok dengan pengaruh kondisi
yang berbeda pada kelompok kedua atau membandingkan
pengaruh kondisi yang berbeda pada kelompok yang sama.
Dengan demikian, setidaknya ada dua kelompok atau kondisi
yang diperlukan untuk membuat perbandingan.
3. Memanipulasi langsung terhadap variabel bebas. Maksudnya,
peneliti memberikan perlakuan atau kondisi yang istimewa
22
ditentukan oleh peneliti (pelaku eksperimen). Jika kondisi
tersebut tidak bisa ditentukan sebagaimana yang dibutuhkan
peneliti, maka penelitian tersebut bukanlah penelitian
eksperimen.
4. Memerlukan alat ukur dari variabel terikat. Artinya, penelitian
eksperimental terkonsentrasi pada sesuatu yang dapat ditentukan
dengan angka. Jika hasil eksperimen tidak bisa diukur dan
dihitung, maka itu bukanlah penelitian eksperimen.
5. Memanfaatkan statistik inferensial. Sesuai dengan sifatnya,
statistik ini dapat digunakan untuk membuat
simpulan-simpulannya yang berlaku untuk populasi.
6. Adanya sebuah desain eksperimen untuk mengontrol variabel
asing.
Langkah-langkah umum penelitian eksperimen pada prinsipnya
hampir sama dengan jenis penelitian pada umumnya, yaitu:
1. Memilih masalah (analisis induktif);
2. Mengidentifikasi masalah;
3. Melakukan kajian pustaka yang relevan dengan permasalahan;
4. Merumuskan hipotesis statistik (Ho);
5. Merumuskan definisi operasional dan variabel penelitian;
6. Menyusun desain penelitian eksperimen, yang meliputi:
a) Latar belakang masalah;
b) Rumusan masalah;
c) Landasan teori;
d) Hipotesis;
e) Variabel penelitian, definisi operasional, dan cara mengontrol
variabel;
f) Tujun dan manfaat hasil penelitian;
g) Model desain eksperimen;
h) Populasi dan sampel;
j) Instrumen penelitian;
k) Langkah-langkah pengumpulan data, dan
l) Langkah-langkah pengolahan data.
7. Uji coba instrumen dan langkah-langkah kegiatan eksperimen;
8. Melaksanakan eksperimen yang sesungguhnya;
9. Mengumpulkan, mengelompokkan, dan mendeskripsikan data;
10. Analisis data;
11. Membahas hasil eksperimen sesuai dengan rumusan
masalah;
12. Membuat simpulan, implikasi dan saran, dan
13. Menyusun laporan penelitian eksperimen.
D. Definisi Operasional
Terdapat dua variabel utama yang tercakup dalam penelitian, yaitu
sebagai berikut :
1. Permainan Olahraga Tradisional Bebentengan
Permainan olahraga tradisional Bebentengan adalah suatu
permainan yang terdiri atas dua kelompok. Inti dari permainan ini
adalah menduduki benteng lawan sebanyak-banyaknya (dengan
tanda menyentuh benteng lawan). Setiap tim akan menjaga
bentengnya sekaligus menyerang benteng lawan.
2. Kemampuan Kelincahan siswa
Kemampuan kelincahan dengan melakukan tes lari bolak-balik
dilakukan secepat mungkin sebanyak 6-8 kali dalam jarak 4-5
meter (shuttel run).
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes
kelincahan siswa. Tes kelincahan yang dilakukan adalah shuttle run.
Alat dan fasilitas yang diperlukan untuk tes tersebut diantaranya:
1. Meteran
24
4. Format isian
5. Cons
Petunjuk pelaksanaan dari setiap butir tes adalah sebagai berikut:
Shuttle Run
Lari bolak-balik dilakukan secepat mungkin sebanyak 6-8 kali
dalam jarak 4-5 meter. Setiap kali sampai pada suatu titik sebagai batas, si
pelaku harus secepatnya berusaha mengubah arah untuk berlari menuju
titik lainnya.
Start Finish
Gambar 2. Ilustrasi Shutlle Run.
Sumber (Manusia dan Olahraga, Bandung ITB)
Jarak antara kedua titik tidak terlalu jauh serta jumlah ulangan
tidak terlampau banyak sehingga menyebabkan kelelahan bagi si pelaku.
Dalam latihan ini yang diperhatikan ialah kemampuan mengubah arah
dengan cepat pada waktu bergerak.
1)Tujuan
Untuk mengukur kelincahan seseorang dalam mengubah arah dan posisi
2)Alat dan fasilitas
a) Stopwacth dan sesuai kebutuhan
b) Lintasan lari datar yang panjang minimal 10 meter dengan garis
jarak 4-5 meter dengan setiap lintasan lebar 1,22 meter
3)Tester
a) Seorang yang mengetes dan pencatat waktu
b) Menilai sesuai dengan teste dan lintasan yang tersedia
4)Pelaksanaan
a) Pada aba-aba “bersedia” setiap teste berdiri di belakang garis atau
b) Pada aba-aba “siap” teste dengan start berdiri di setiap lari.
c) Dengan aba-aba “ya” teste segera lari menuju garis kedua dan
setelah melewati kedua garis kedua segera berbalik menuju garis
start.
d) Lari dari garis start atau garis pertama menuju ke garis start.
e) Lari dari garis start atau garis pertama menuju ke garis kedua dan
kembali ke garis start di hitung satu kali.
f) Pelaksanaan lari dilakukan sampai ke empat kalinya bolak-balik
sehingga menempuh jarak 20 meter.
g) Setelah melewati garis finish stopwacth dihentikan.
5)Catatan
Kelincahan lari dihitung sampai 0,1 atau 0,01 detik. Berikut tabel
penilaian tes shuttle run
Tabel 3.1
Tabel Penilaian tes Shuttle Run menurut Dr. Widiastuti, M.Pd
Shuttle run
olahraga tradisional terhadap pengaruh kelincahan anak usia 8-9 tahun ini
adalah memudahkan anak untuk meningkatkan kemampuan pada gerak
motorik salah satunya kelincahan. Karena tes ini hanya dilakukan secara
bolak-balik 6-8 kali dan jaraknya tidak terlalu jauh sehingga si pelaku
26
Berkaitan dengan treatment yang akan dilakukan oleh peneliti,
menurut Direktorat Keolahragaan Diklusepora (1999:25) merumuskan
perturan permainan olahraga tradisional bebentengan berikut :
1. Lapangan dan Peralatan
a. Lapangan
Bentuk : Persegi panjang
Ukuran : Panjang 50 m, Lebar 20 m
Daerah benteng berbentuk lingkaran yang berdiameter 3 m
dengan jarak 10 m dari garis belakang dan garis samping.
Lapangan ditandai garis selebar 5 cm. Daerah tawanan :
Berbentuk persegi panjang dengan ukuran; panjang 10 m lebar
1 m.
1m
10m
20m
5cm
3m 50m
Gambar 3. Ilustrasi Gambar Lapangan Bebentengan
b. Peralatan
1) Bendera;
2) Tiang bendera;
3) Kapur/cat;
4) Pluit;
5) Bendera hakim garis;
6) Jam/stopwatch;
7) Alat tulis;
8) Meja/kursi;
2. Lamanya permainan, yaitu: 2 x 20 menit dengan istirahat 5 menit.
3. Pemain, yaitu: setiap regu terdiri dari 10 orang dan cadangan 4
orang.
4. Seragam pemain, yaitu: setiap pemain diwajibkan memakai
seragam yang bernomor dada dan punggung 1-14 dengan ukuran
15 cm.
5. Jalannya permainan
a. Sebelum permainan dimulai terlebih dulu diadakan undian,
yang menang dapat memilih tempat atau lebih dulu
memancing.
b. Setiap pemain berfungsi sebagai pemancing atau yang dikejar
dan juga berfungsi sebagai pengejar. Seseorang pemain
berfungsi sebagai pengejar pemain lawan, apabila pemain
lawan lebih dulu meninggalkan bentenganya dan dia menjadi
orang yang dikejar oleh pemain lawan.
c. Anggota regu yang tertangkap atau keluar dari lapangan
permainan akan menjadi tawanan dari pihak lawan. Cara
menangkap lawan cukup hanya menyentuh bagian tubuh lawan
dengan tangan terbuka.
d. Tawanan yang terkumpul di daerah tawanan dapat bebas
kembali apabila teman seregunya yang belum tertangkap dapat
membebaskannya dengan cara menyentuh bagian tubuh
temannya. Tawanan yang lebih dari satu orang dapat
dibebaskan dengan cara menyentuh salah seorang dari tawanan
itu dengan ketentuan satu sama lain dalam keadaan
berpegangan atau bergandengan.
e. Kapten regu ditandai dengan ban atau pita dilengan kanan dan
bertugas mengatur setiap anggota regunya. Bila kapten regu
tertangkap, tugas diberikan kepada salah seorang temannya
28
f. Benteng suatu regu dinyatakan terbakar apabila salah seorang
atau lebih dari regu lawan dapat membakar dengan cara
menginjakan salah satu kakinya di benteng lawan.
g. Setelah salah satu regu bentengnya terbakar, permainan
dilanjutkan dengan ketentuan regu yang berhasil membakar
benteng lawannya berfungsi lebih dulu sebagai pemancing.
6. Penggantian pemain, yaitu: selama permainan berlangsung, setiap
regu diperbolehkan mengadakan pergantian pemain sebanyak
empat kali.
7. Wasit, pembantu wasit, dan pencatat nilai, yaitu: permainan
dipimpin oleh 2 orang wasit, 4 orang pembantu, dan 2 orang
pencatat nilai.
8. Hukuman dan sanksi
Hukuman dan sanksi diberikan kepada pemain apabila :
a. Menyentuh pemain lawan dengan tangan.
b. Mendorong lawan dengan sengaja atau menggaet kaki lawan.
c. Menyerang wasit atau membuat keributan.
9. Penilaian dan penentuan pemenang
a. Penilaian
Setiap pembakaran dihitung satu nilai.
b. Penentuan pemenang
1) Regu yang paling banyak membakar benteng lawannya
dinyatakan sebagai pemenang.
2) Apabila nilai sama, pemenang ditentukan berdasarkan
jumlah tawanan.
3) Apabila poin 1 dan 2 tetap sama, pemenang ditentukan
oleh undian/tos.
F. Pengembangan Instrumen Penelitian
Penelitian eksperimental umumnya dianggap sebagai penelitian
dipaksakan untuk senantiasa memenuhi syarat-syarat seperti penelitian
eksperimental apalagi dalam ilmu-ilmu sosial. Selain itu banyak pula
penelitian yang mempunyai ciri-ciri mirip penelitian tetapi bukan
penelitian, tetapi jumlahnya sedikit sekali. Penelitian itu biasanya
dikatakan sebagai penelitian pra-eksperimental. Dalam eksperimen,
dikenal adanya dua jenis validitas, yaitu validitas internal dan validitas
eksternal.
1.Validitas
a. Validitas Internal
Validitas internal berkaitan dengan ketepatan
mengidentifikasi variabel eksperimen. Pertanyaannya adalah
apakah perlakuan eksperimen pada studi ini betul-betul dapat
menimbulakn suatu perbedaan yang spesifik? Validitas internal
akan menunjukan variabel terikat benar-benar ditentutkan oleh
variabel bebasnya. Misalnya, kita ingin meneliti pengaruh kegiatan
ekstra kurikuler terhadap prestasi belajar siswa. Jika prestasi belajar
tersebut yakin disebabkan oleh ekstra kurikuler, berarti mutu
variabel internalnya tinggi. Tujuan variabel internal adalah untuk
menentukan apakah faktor-faktor eksperimen dan apakah variabel
yang diobservasi benar-benar tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor
luar (faktor-faktor yang tidak dikontrol). Jika tujuan tersebut
tercapau berarti validitas internal dalam penelitian eksperimen
sudah terpenuhi. Dengan kata lain, suatu eksperimen memiliki
validitas internal apabila faktor-faktor yang dimanipulasi (variabel
bebas) berpengaruh terhadap variabel terikat.
Validitas internal banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain:
1) Sejarah (hitory): ada kemungkinan terdapat peristiwa
khusus yang terjadi di antara pengukuran yang pertama
dan kedua dalam melengkapi variabel eksperimen.
proses-30
waktu, misalnya (pertambahan usia, rasa lapar,
kelelahan, atau kurangnya minat dan perhatian, dan
lain-lain). Oelh karena itu, jangan terlalu lama
malakukan penelitian karena individu senantiasa
berkembang.
3) Testing procedure: pengaruh prosedur pengujian
terhadap pengujian berikutnya, misalnya prates dan
pascates.
4) Measuring instrument: kesalahan dalam pengukuran
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
kesalahan dalam pengkaliberasian instrumen, kesalahan
di dalam pengamatan atau penimbangan.
Pertanyaannya adalah apakah alat tes pada pascates
sudah pernah digunakan sebelum pelaksanaan
eksperimen? Jika sudah, maka ada kemungkinan akan
mempengaruhi skor pascates.
5) Peristiwa insidentas: penampilan subjek yang
diobservasi oleh peneliti dapat dipengaruhi oleh
peristiwa spesifik yang bersifat eksternal yang muncul
secara insidental.
6) Regresi statistik (statistic regression): kemungkinan
fenomena yang terjadi pada kelompok yang telat
diseleksi terdapat suatu skor yang ekstrem. Untuk itu,
analisis statistik harus dilakukan secara objektif, tanpa
ada yang ditinggalkan.
7) Pemulihan subjek (selection of subjects): kesalahan
pemilihan subjek yang akan dibandingkan dapat
menghasilkan sesuatu yang bias. Oleh karena itu,
subjek kelompok eksperimen dipilih dari kelompok
yang mempunyai latar belakang yang sama dengan
8) Kehilangan sampel (experimental mortality): sampel
penelitian dapat hilang karena kematian atau putus di
tengah jalan sehingga nilai praktis temuannya menjadi
rendah. Dalam pelaksanaan eksperimen, skor pascates
yang tinggi.
9) Pemilihan kematangan interaksi: misalnya efek
interaksi di antara variabel-variabel tersebut dapat
menyebabkan kesalahan atau gangguan terhadap
variabel-variabel eksperimen.
b. Validitas Eksternal
Tujuan kedua dari metode eksperimental adalah validitas
eksternal. Validitas ini menanyakan apakah hasil temuan
penelitian sudah dapat dianggap representatif dan dapat
dipercaya? Dan apakah hasil temuan tersebut dapat
digeneralisasikan terhadap subjek dan kondisi yang sama dengan
populasi yang lebih besar? Jika suatu perlakuan dapat diterapkan
pada kelas lain yang memiliki subjek dan kondisi yang sama
dengan hasil yang sama, berarti validitas eksternalnya tinggi.
Oleh karena itu, seorang peneliti harus memahami teknik
sampling dan populasi yang baik. Kesalahan dalam menentukan
populasi dan sampling akan menyebabkan kesalahan di dalam
penarikan simpulan.
Terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap validitas
eksternal, yaitu:
a) Pengaruh interaksi seleksi yang bias dan variabel
eksperimen.
b) Pengaruh interaksi prates. Subjek yang diberi prates
akan memberikan respon yang berbeda dengansubjek
32
c) Pengaruh reaktif dari prosedur eksperimental yang
muncul dari setting eksperimental, dan tidak akan
terjadi pada setting noneksperimental.
d) Pengaruh intervensi perlakuan yang berulang-ulang dan
menggunakan perlakuan yang berulang-ulang dan
menggunakan perlakuan yang berulang-ulang terhadap
subjek yang sama akan berpengaruh terhadap perlakuan
berikutnya karena pengaruh yang terdahulu tidak dapat
dihilangkan.
Sementara, John W. Best (1977) mengemukakan beberapa
ancaman terhadap validitas eksternal, yaitu latar eksperimen
buatan, pengaruh Placebo Hawthorne, campur tangan perlakuan
sebelumnya, tes, dan pilihan yang bias.
Latar eksperimen buatan. Ada kemungkinan peneliti
membuat suasana dalam kondisi eksperimen buatan yang
sedemikian rupa dalam rangka mempertajam kontrol terhadap
variabel imbuhan. Kondisi buatan tersebut membuat keadaan
menjadi tak serupa lagi dengan kondisi nyata dalam kehidupan
populasi yang berada di luar eksperimen.
Pengaruh Placebo Hawthorn. Pengaruh ini menunjukan
ancaman yang bersifat psikologis. Subjek yang tahu bahwa
dirinya berada dalam suatu eksperimen, dapat marupakan variabel
imbuhan dan membuat biasnya eksperimen. Pada eksperimen
medis, kelompok eksperimen diberi obat yang sesungguhnya,
kelompok kontrol diberi obat pengganti (Placebo). Hasilnya tidak
dapat dibedakan. Demikian juga pada eksperimen Hawtorhn
Plant yang ditangani perusahaan listrik Barat Chicago, yang
melihat pengaruh kualitas penerangan listrik terhadap efektivitas
kerja para pekerja. Penerangan listrik ditingkatkan, hasil kerja
pekerja meningkat. Selanjutnya, penerangan dikurangi, hasilnya
sedang menjadi objek eksperimen. Keadaan ini diistilahkan
hawthorn effect.
Campur tangan perlakuan sebelumnya. Ancaman ini lebih
mengacu ke eksperimen kelompok tunggal, yaitu suatu
eksperimen yang orangnya itu-itu, baik dalam kelompok
eksperimen maupun dalam kelompok kontrolnya. Jika pola
tersebut diterapkan dalam eksperimen pendidikan, maka bisa jadi
pengaruh treatment pertama tidak hilang sama sekali, tetapi ikut
masuk dan mempengaruhi hasil treatment berikutnya.
Tes atau ujian. Tes juga dapat mengancam validitas
eksternal, selain validitas internal sebagaimana diuraikan
sebelumnya. Pola prates bisa jadi kurang valid digeneralisasikan
bagi populasi yang tidak terkena tes.
Pilihan yang bias. Pilihan yang bias terhadap sampel dalam
kelompok eksperimen dan kontrol (tidak ekuivalen) dapat
mengancam validitas eksternal di samping validitas internal. Di
sini, sampel tidak diambil secara rambang. Validitas eksternal
dapat terpenuhi jika pemilihan sampel dilakukan secara rambang.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pada pelaksanaan pengumpulan data, penulis melakukan tes awal
terlebih dahulu pada sampel atau disebut dengan pretest mengenai tes
kemampuan kelincahan (agility). Sampel diberikan shuttle run.
Selanjutnya sampel eksperimen diberikan perlakuan yaitu
permainan tradisional bebentengan. Jumlah pertemuan dalam pelaksanaan
perlakuan adalah delapan kali pertemuan dengan setiap pertemuannya
sampel diberikan perlakuan dengan olahraga permainan tradisional
bebentengan sampai di akhiri dengan pertemuan akhir yaitu postest.
Sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan hanya untuk
membandingkan dengan kelompok eksperimen yaitu sebagai data dasar.
34
seperti bermain sepak bola, bermain basket, futsal dan balap lari. Tidak
untu olahraga tradisional bebentengan.
H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data merupakan rangkaian yang dilakukan
sebagai upaya untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Analisis data
dilaksanakan dengan menggunakan program Statistical Product for Social
Science (SPSS) Serie 17. Adapun langkah pertama yang dilakukan adalah
uji asumsi statistik. Uji asumsi statistik merupakan tahapan pengolahan
data melalui rumus-rumus statistik, dengan tujuan akhirnya menjawab
rumusan masalah penelitian. Dalam tahapannya, uji asumsi statistik
melalui tahapan sebagai berikut:
1. Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan tahapan pengolahan untuk
memperoleh informasi mengenai data, diantaranya rata-rata, standar
deviasi, varians, skor terendah dan skor tertinggi
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data
berada pada taraf distribusi normal atau tidak. Uji normalitas data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji
Kolmogorov-smirnov, dengan asumsi kelompok sampel termasuk ke dalam sampel
kecil atau 30 ke bawah. Format pengujiannya dengan membandingkan
nilai probabilitas (p) atau signifikansi (Sig.) dengan derajat kebebasan (dk) α = 0,05. Uji kebermaknaannya adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai Sig. Atau P-value > 0,05 maka data dinyatakan normal.
b. Jika nilai Sig. Atau P-value < 0,05 maka data dinyatakan tidak
normal.
3. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah data memiliki
varians yang sama atau tidak, dengan kata lain homogen atau tidak.
Selain itu juga untuk menentukan langkah pengujian statistik
nonparametric. Apabila data berdistribusi normal dan homogen, maka
pengolahan dilakukan dengan statistic parametric. Sebaliknya apabila
data berdistribusi normal tapi tidak homogen, maka pengujian dengan
statistic nonmarametrik.
Untuk uji homogenitas data mengacu pada penghitungan
lavene statistik hasil output dari SPSS. Uji kebermaknaannya adalah
sebagai berikut:
(paired); Sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel
dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau
pengukuran yang berbeda, seperti subjek A akan mendapat perlakuan
I dan perlakuan II. Cara mengolah dari paired sample t test adalah
sebagai berikut :
a. Pemasukan Data ke SPSS
Pemasukan Data ke SPSS (secara ringkar)
a) Dari menu utama File, pilih menu New, lali klik mouse pada
Data. Kemudian klik mouse pada sheet tab Variabel View.
b) Pengisian Variabel SEBELUM
c) Pada kotak Name. Seuai kasus, ketik sebelum.
d) Pengisian Variabel SESUDAH
e) Pada kotak Name. Sesuai kasus, ketik sesudah.
Abaikan bagian yang lain, dan tekan CTRL-T untuk kembali ke
DATA VIEW.
b. Mengisi Data
Untuk mengisi data, dari tampilan VARIABEL VIEW,
36
tampak dua nama variabel tersebut di dua kolom pertama SPSS.
Kemudian isi dengan data yang ada
Data di atas disimpan, dengan nama uji_t_paired.
c. Pengolahan Data dengan SPSS
d. Langkah-langkah:
a) Buka file uji_t_paired
b) Menu Analyze Compare-Means
Paired-Samples T test. Kemudian tekan tombol Continue jika
pengisian dianggap selesai; sekarang SPSS akan kembali
kepada kotak dialog utama uji t paired. Selanjutnya tekan OK
untuk mneakhiri pengisian prosedur analisis dan memulai
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai
“Pengaruh Permainan Olahraga Tradisional Bebentengan Terhadap
Kemampuan Kelincahan Anak Usia 8-9 Tahun Di SD N 1 Cibodas”, dapat
ditarik kesimpulan :
Terdapat pengaruh permainan olahraga tradisional bebentengan
terhadap kemampuan kelincahan anak usia 8-9 tahun.
B. Saran
Berikut ini dikemukakan rekomendasi yang diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran Pendidikan Jasmani di SD, khususnya dalam menerapkan
dan mengembangkan kemampuan kelincahan:
1. Olahraga tradisional merupakan olahraga yang menyenangkan dan
dapat mengembangkan motorik anak, kreatifitas, dan sportifitas anak.
Diharapkan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan dapat
mengembangkan olahraga tradisional ini pada kegiatan perkuliahan,
sehingga olahraga tradisional Indonesia dapat dikembangkan dan
dapat diajarkan kepada anak-anak di sekolah maupun pada kegiatan
masyarakat.
2. Guru-guru sekolah dasar pada umumnya dan guru-guru SDN 1
Cibodas khususnya diharapkan dalam mengembangkan kemampuan
kelincahan melalui olahraga tradisional bebentengan pada siswa dapat
melaksanakannya sesuai dengan teori dan disesuaikan dengan latihan
yang teratur serta menyenangkan.
3. Direkomendasikan kepada peneliti berikutnya agar melanjutkan dan
51
tradisional lainnya melalui berbagai macam metode tidak hanya
melalui dapat mengembangkan kemampuan motorik siswa saja.
Semoga dari hasil penelitian yang dilakukan dapat memberi manfaat dan
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. (2011). Penelitian Pendidikan (Metode dan Paradigma Baru). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Giriwijoyo, Santosa dan Dikdik Zafar Sidik. (2012). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Imanudin Iman (2008). Ketertarikan Motor Educability Kebugaran Jasmani dan Prestasi Belajar Dengan Pengawasan Teknik Dasar Anak Sekolah Dasar. Tesis.
Mulyatiningsih, Endang. (2012). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Alfabeta Bandung.
Nurhasan dan Hasanudin. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung : FPOK. Universitas Pendidikan Indonesia.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. (2013).
Rahmat. (2013). Statistik Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia.
Rangga Maulana Akbar (2013). Pengaruh Olahraga Tradisional Terhadap
Kemampuan Motorik (Motor Ability) Anak Usia 6-8 Tahun. Skripsi
Rusli Lutan. (1988). Belajar Ketrampilan Gerak Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : P2LPTK Ditjen Perguruan Tinggi.
Salina Mayo Safitri (2013). Pengaruh Permainan Olahraga Tradisional
Terhadap Kemampuan Agility Dan Kecepatan Anak Di SDN
Kompleks Bojong Bandung. Skripsi
Santoso Singgih. (2012). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta : PT Alex Media Komputindo.
Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.
53
Ramdhan Nuriman, 2014
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan.(Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.
UU. RI. No. 1 Ayat 12 Tahun 2005 tentang Bermain Sambil Belajar. Bandung : Sinar Grafika.
UU. RI. No. 1 Ayat 1 Tahun 2005 tentang Keolahragaan. Bandung : Sinar Grafika.
UU. RI. No. 4 Tahun 2005 tentang Keolahragaan Nasional. Bandung : Sinar Grafika.
Yudha M Saputra. (2012). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Untuk Guru Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Kemenag.
Yudha M Saputra dan Badruzaman. (2009). Perkembangan Pembelajaran Motorik. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
http://eprints.uny.ac.id/7946/3/BAB%202%20-%2008601244199%20.pdf
http://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ei=x5tFVIyf14-wuAS_gILQD&url=http://download.portalgaruda.org/article.php%3F
article%3D22048%26val%3D1286&ved=0CCUQFjAE&usg=AFQjC
NG90T5PX91-SaH-17T0j6YDArKbw&sig2=LsttHa8rxTytFpJBpdNEkcA
http://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ei=x5tFVIyf14-wuAS_gILQD&url=http://repository.upi.edu/9104/2/t_por_0809363_
chapter1.pdf&ved=0CB8QFjAB&usg=AFQjCNEwlRuj3TGluhha8iJ