DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 10 A. Permainan ... 10
1. Permaian Perorangan ... .. 13
2. Permaian Beregu ... ... 15
B. Manfaat Bermaian ... 18
C. Permaian Tradisional ... 20
D. Manfaat Permainan Tradisional ... 22
E. Permaian Tradisional Kucing-kucingan ... 24
F. Kemampuan Gerak Dasar ... 27
1. Gerak Dasar Lokomotor ... ... 28
2. Gerak Dasar Nonlokomotor ... .. 28
3. Gerak Dasar Manipulatif ... ... 29
G. Berlari ... 33
H. Melompat ... 35
I. Kerangka Pemikiran ... 37
J. Hipotesis ... 38
BAB III METODE PENELITIAN 39 A. Metode Penelitian ... 39
B. Desain Penelitian dan Langkah Penelitian ... 40
1. Desain Penelitian ... 40
Yayang Krisnayati, 2012
Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Kemampuan Gerak Dasar Berlari Dan Melompat Anak
C. Definisi Operasional Variabel ... 43
D. Populasi dan Sampel ... 46
1. Populasi ... 46
2. Sampel ... 47
E. Instrument Penelitian ... 49
1. Lari Cepat 30 Meter ... ... 50
2. Lompat Tegak ... .... 51
F. Teknik Pengumpulan Data ... 53
G. Analisis Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 57 A. Hasil Penelitian ... 57
1. Deskripsi Data ... 57
2. Hasil Uji Normalitas Data ... 68
3. Uji Homogenitas ... 73
4. Uji Hipotesis... 80
B. Pembahasan ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Rekomendasi ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 95
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pada dasarnya gerakan dasar pada manusia adalah gerakan berjalan,
berlari, dan melompat. Sebagaimana dikemukakan oleh Yudha (2008: 21) bahwa
“Kemampuan gerak dasar merupakan gerak dasar yang biasa siswa lakukan guna
meningkatkan kulitas hidup”. Kemampuan gerak dasar di bagi menjadi 3, yaitu
gerak lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif.
1) Gerak dasar lokomotor artinya suatu kemampuan yang digunakan untuk
memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk
mengangkat tubuh keatas lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya
yang termasuk gerakan lokomotor adalah berjalan, berlari, melompat,
meluncur.
2) Gerak dasar nonlokomotor adalah suatu kemampuan individu
beraktivitas tanpa harus memindahkan posisi tubuh dari satu tempat ke
tempat yang lainnya. Contoh gerakan nonlokomotor adalah menekuk,
meregang, mendorong, menarik, mengangkat, menurunkan melipat..
3) Gerak dasar manipulatif adalah kemampuan individu melakukan aktivitas
dengan merekayasa obyek bentuk - bentuk kemampuan manipulatif
terdiri dari : gerakan mendorong (melempar,memukul menendang),
dapat diajarkan dengan menggunakan bola karet (bola medisin)atau
macam – macam bola yang lainnya.
Berlari merupakan perluasan dari berjalan (Yudha 2008: 4.26). Gerak dasar
lari dan lompat merupakan gerak dasar Iokomotor yang perlu dikembangkan pada
usia anak sekolah dasar atau usia 6-8th. Gerak dasar lokomotor merupakan dasar
macam-macam keterampilan yang sangat perlu adanya bimbingan, latihan, dan
pengembangan agar anak-anak dapat melaksanakan dengan benar dan baik.
Namun yang menjadi permasalahannya sekarang adalah bagaimana cara
menanamkan dan mengembangkan bentuk-bentuk gerak dasar yang telah
dimiliknya itu, agar dapat dilakukan dengan benar dan baik, karena pada dasarnya
anak usia 6-8th cenderung lebih masih belum bisa melakukan gerakan berlari dan
melompat dengan baik.
Menurut Sukintaka (1992: 41) dalam Yudanto (2005: 69) karakteristik
jasmani dan tahap perkembangan motorik anak umur 6-8tahun (kelas I-III) adalah
sebagai berikut: Karakteristik jasmani anak umur 6-8 tahun (kela sI dan II) antara
lain;
1) Waktu reaksi lambat, koordinasi jelek, membutuhkan banyak variasi otot
besar, senang kejar-mengejar, berkelahi, berburu, dan memanjat,
2) Aktif, energik dan senang kepada suara berirama,
3) Tulang lembek dan mudah berubah bentuk,
4) Jantung mudah dalam keadaan yang membahayakan,
6) Koordinasi mata dan tangan berkembang, masih tetap belum dapat
menggunakan otot-otot halus dengan baik,
7) Kesehatan umum tidak menentu, mudah terpengaruh terhadap penyakit,
dan daya perlawanannya rendah.
Sedangkan pada umur 6-8 tahun tahap kemampuan motoriknya antara lain:
1) Keterampilan dalam menggunakan mekanika tubuh yang baik dalam
berbaring, duduk, berjalan , dan berlari.
2) Mengembangkan keseimbangan tendo otot dan kekuatan otot untuk
membentuk tubuh yang layak dan benar,
3) Mengembangkan keterampilan dan reaksi,
4) Mengembangkan latihan kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan daya
tahan untuk berpartisipasi dalam aktivitas.
Pada dasarnya anak-anak usia Sekolah Dasar membutuhkan banyak
keterampilan gerak, maka dari itu salah satu cara untuk melatih keterampilan
gerak tersebut adalah dengan cara memberikan permainan tradisional yang
mempunyai manfaat sangat besar untuk perkembangan kemampuan gerak dasar
motorik anak karena dengan permainan tradisional anak sudah melatih
perkembangan motoriknya dengan berlari, jongkok, mengelak, melompat.
Permaianan tradisional mempunyai manfaat yang cukup besar, terutama
bagi perkembangan kemampaun anak, seperti perkembangan emosi, fisik atau
motorik, kognitif,serta perkembangan sosial. Permainan tradisional sangat
membuat anak lebih aktif. Dikatakan Shelomita dalam wawancaranya dengan
salah satu media massa mengatakan bahwa, permainan tradisional yang dulu
sering dimainkan pada waktu kecil, seperti congklak, petak umpet, bola bekel,
taplak gunung atau karet. Permainan tradisional merupakan kegiatan yang sesuai
bagi anak-anak untuk melatih kemampuan motorik mereka. Kemampuan motorik
yang baik sangat diperlukan anak-anak dalam masa pertumbuhan mereka. "Ini
disebabkan permainan tradisional mengharuskan anak-kanak untuk menggerakkan
seluruh anggota tubuhnya dengan berlari, melompat, berjongkok, dan menjaga
keseimbangan," sebut Shelomita yang sedang disibukkan dengan mengurus dan
mengembangkan "Langkahku" Child & Family Educare- Home Education sejak
tahun 2002. Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para pemainnya
untuk bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan-gerakan.
Namun pada zaman sekarang kebanyakan anak- anak lebih tertarik
memainkan permainan modern seperti game online yang cenderung lebih banyak
dudduk dan kurang bergerak, dibandingkan dengan permainan tradisional yang
mempunyai banyak manfaat terhadap kemampuan gerak dasar motorik berlari dan
melompat.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa anak pada zaman sekarang ini
cenderung lebih senang dan sering memainkan permainan game online yang
cenderung diam dan aktifitas fisiknya kurang gerak. Sebuah penelitian pernah
dilakukan oleh Kaiser Family Foundation terhadap 2.032 anak-anak dengan usia
antara 3 tahun sampai 12 tahun mengenai seberapa sering anak-anak tersebut
laki-laki berusia 8 tahun sampai 10 tahun rata-rata bermain game satu jam per hari
dan hampir 68 persen anak usia 12 tahun sampai 14 tahun rata-rata bermain game
3 jam per hari dan untuk usia 17 tahun ke atas rata-rata bermain game lebih dari 3
jam perhari.
Rusli Lutan (2001: 21) menyatakan bahwa “kemampuan gerak dasar dapat
diterapkan dalam aneka permainan, olahraga, dan aktivitas jasmani yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari”. Melalui aktivitas bermain, sangatlah
tepat untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar anak di Sekolah Dasar,
karena pada dasarya dunia anak-anak adalah bermain.
Salah satu permainan yang dapat digunakan dalam mengembangkan
keterampilan gerak dasar seperti berlari dan melompat adalah permainan
tradisional karena dalam permainan tradisional banyak terdapat unsur gerak fisik
seperti berlari, mengelak, melompat. Selain itu permainan tradisionalpun banyak
memberikan manfaat terhadap perkembangan anak , maka tidak dapat diremehkan
sumbangan dari pembelajaran permainan ini dalam khasanah pendidikan jasmani,
seperti yang dikemukakan oleh Laksono dkk (2006: 2) yaitu sebagai berikut :
Persyaratan tekhnik yang ada didalam permainan tradisional iti diantaranya:
1) Kekuatan tubuh
2) Kelenturan tubuh
3) Kecepatan gerak
Permainan tradisional merupakan permainan yang telah di mainkan oleh
anak-anak pada suatu daerah tertentu secara tradisi. Yang di maksud tradisi disini
adalah permainan ini telah diwariskan dari generasi yang satu ke generasi
berikutnya. Pada waktu sekarang ini mungkin sekali permainan itu tidak lagi di
mainkan oleh anak-anak. Permainan yang merupakan hasil budi daya manusia
pada masa lampau itu, sebenarnya telah menggairahkan anak untuk
bersenang-senang dan mempunyai pengaruh yang sangat bermakna pada perkembangan
anak-anak.
Permainan tradisional sudah di kenalkan sejak nenek moyang kita dulu.
Permainan ini tidak memerlukan biaya, bahkan sangat mudah di mainkannya.
Berbagai olahrga tradisional yang dikenal di Indonesia mungkin dapat
diklasifikasikan kedalam 4 bentuk, seperti yang dikemukakan oleh Laksono dkk
(2006: 2) yaitu sebagai berikut:
1. Olahraga untuk seorang diri contoh : olahraga panjat tiang/pohon,
olahraga loncat batu yang terdapat di pulau Nias, akrobatik serta
pereganan kekebalan.
2. Olahrag berpasangan / berlawanan contoh : perang pandan, pencak
silat, adu kepala antara dua orang seperti di kabupaten Bima
3. Olahraga pacu contoh : karapan sapi di Madura, pacuan kuda di NTT
dan lomba dayung di berbagai daerah.
4. Olahraga tanding beregu contoh : sepak raga yang berasal dari
5. Olahraga kelompok bergilir contoh : permainan –permainan di pulau
Jawa seperti sondah-mandah / taplak, sumbar suru dan lain – lain.
Permainan-permainan tradisional di atas banyak memiliki nilai positif,
misalnya anak menjadi banyak bergerak sehingga terhindar dari masalah obesitas
anak. Sosialisasi mereka dengan orang lain akan semakin baik karena dalam
permainan dimainkan oleh minimal 2 sanak. Selain itu, dalam permainan
berkelompok mereka juga harus menentukan strategi, berkomunikasi dan bekerja
sama dengan anggota tim.
Adapun kendala yang menyebabkan anak- anak pada zaman sekarang tidak
bermain permainan tradisonal adalah terbatasnya lapangan di kota-kota besar,
sementara banyak permainan yang memerlukan arena yang luas. Kendala besar
lainnya adalah karena larangan dari orang tua. Mereka takut anak-anak mereka
terluka, kotor atau kulit anak menjadi terbakar karena bermain di lapangan
terbuka. Hasilnya, banyak orang tua yang memberikan mainan elektronik yang
disukai anak dan menyuruh anak menonton telivisi. Padahal permainan ini
cenderung membuat anak sulit bersosialisasi sehingga anak menjadi pemalu,
penyendiri dan individualistis juga makin banyak anak menjadi obesitas karena
kurang bergerak.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh G.D. Kopelman terhadap anak
Amerika pada tahun 2000 menunjukkan, mereka yang menonton televisi 5 jam
per hari mempunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka
Berdasarkan pemaparan dan uraian latar belakang, maka penulis mencoba
memecahkan permasalah yang terkait dengan pola aktivitas kurang gerak yang
kian berkembang di masyarakat, terutama pada anak usia kelas 1, 2, dan 3 SD
atau usia 6-8th. Dengan pemikiran bahwa, permainan tradisional dapat membuat
anak menjadi tidak malas untuk melekukan aktivitas fisik dan terhindar dari
obesitas yang mengakibatkan kemampuan gerak dasr berlari dan melompatnya
tidak maksimal. Dalam hal ini penulis mencoba mengkaji mengenai “Pengaruh
permainan tradisional terhadap kemampuan gerak dasr berlari dan melompat anak
usia 6-8th ”. Dengan harapan bahwa pola aktivitas kurang gerak pada usia anak
SD atau 6-8th dapat diminimalisir.
B.Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat diidentifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Apakah terdapat pengaruh permainan tradisional kucing-kucingan
terhadap kemampuan gerak dasar berlari dan melompat pada anak usia 6-8
tahun?
C.Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional kucing-kucingan terhadap
D.Manfaat penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan tersebut, hasil penelitian ini
dharapkan mempunyai manfaat sebgai berikut :
1. Secara teoritis dapat menambah ilmu dan pemahaman bagi pihak terkait
tentang pengaruh permainan permainan tradisional terhadap kemampuan
gerak dasar berlari dan melompat pada anak usi 6-8th;
2. Sebagai sumbangan keilmuan bagi perpustakaan FPOK UPI;
3. Secara praktis bagi sekolah, guru, dan siswa SDN Kayuambon I Lembang,
agar lebih dapat mengembangkan bentuk pembelajaran penjas agar
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam pelaksanaan
sebuah penelitian. Penggunaan sebuah metode dalam penelitian bertujuan agar
dapat memperoleh data yang akhirnya akan mengungkap permasalahan yang
hendak diselesaikan. Sugiyono (2011: 2) berpendapat: “Metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.”
Mengenai bentuk dan jenis metode penelitian yang digunakan dalam sebuah
penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah
penelitian tersebut. Di samping itu, penggunaan metode tergantung kepada
permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode
harus dilihat dari efektivitasnya, efisiennya, dan relevansinya metode tersebut.
Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya
perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan.
Sedangkan suatu metode dapat dikatakan efisien apabila penggunaan waktu,
fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun dapat
mencapai hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu
penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi
Metode penelitian yang digunakan penulis untuk mengungkap permasalahan
dalam penelitian adalah dengan metode penelitian eksperimen. Sugiyono
(2011:72) mengemukakan bahwa, “metode penelitian experimen dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Pada metode
eksperimen terdapat kelompok kontrol sebagai pembanding terhadap kelompok
yang diberikan perlakuan (treatment).
Selanjutnya Sugiyono (2011:73) membagi jenis penelitian eksperimen
berdasarkan desain menjadi empat jenis, yaitu Pre-experimental Design,
True-experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design. Dari ke
empat jenis desain penelitian tersebut, peneliti menggunakan pendekatan desain
True Experimental Design, kareana ciri utama dari True Experimental Design
adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk kelompok eksperiment maupun
kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu.
B. Desain Penelitian dan Langkah Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest
Posttest Control Group Design. Sampel dipilih secara acak dan dibagi ke dalam
dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Selanjutnya kedua kelompok diberikan tes awal berupa tes lompat tegak dan lari
30 meter dengan Pretest.
Setelah diberikan pretest, untuk kelompok eksperimen diberikan perlakuan
kontrol tidak diberikan perlakuan seperti kelompok eksperimen. Pada akhir
setelah diberikan perlakuan, kelompok eksperimen diberikan tes lari 30 meter dan
lompat kedua yang dinamakan dengan posttest. Untuk kelompok kontrol juga
diberikan tes yang sama seperti pada kelompok eksperimen. Berikut ini adalah
gambar desain penelitian yang digunakan beserta keterangan.
Gambar 1.1
Randomized Pretest Posttest Control Group Design Sumber: Sugiyono (2011: 76)
Keterangan:
R = Random menentukan sampel dengan cara diacak.
X = treatment yang diberikan kepada sampel yaitu permainan tradisional
kucing-kucingan
O1 = pre-test kemampuan berlari dan melomopat kelompok eksperiment
O2 = post-test kemampuan berlari dan melomopat kelompok kontrol
O3 = pre-test kemampuan berlari dan melomopat kelompok eksperiment
O4 = post-test kemampuan berlari dan mekomopat kelompok kontrol R O1 X O2
2. Langkah Penelitian
Langkah penelitian dibuat merupakan sebagai rencana atau rancangan kerja
dalam penelitian. Dengan dibuatnya langkah penelitian maka diharapkan dapat
mempermudah dalam pelaksanaan sebuah penelitian. Oleh karena itu, penulis
membuat rencana kerja yang diharapkan dapat membantu penulis dalam
pelaksanaan penelitian. Adapun langkah penelitian didahului dengan observasi
permasalahan, perencanaan, pelaksanaan, analisis dan menyimpulkan hasil
penelitian. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan adalah sebagai
berikut:
a. Penulis menentukan populasi yang akan dijadikan objek dalam penelitian.
b. Menentukan jumlah atau ukuran sampel yang akan digunakan, yang dianggap
dapat mewakili populasi.
c. Menentukan sampel yang telah diketahui jumlahnya dengan cara melakukan
acak (random) terhadap populasi yang ada.
d. Membagi sampel ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang
diberikan perlakuan permainan tradisional kucing-kucingan dan kelompok
kontrol yang tidak diberikan perlakuan.
e. Memberikan tes awal (pre-test) tes lari cepat 30 meter dan lompat tegak.
f. Memberikan perlakuan (treatment) pada kelompok eksperimen sebanyak 12
kali pertemuan, yaitu memberikan tretment permainan tradisonal
g. Pada kelompok kontrol, penulis tidak memberikan perlakuan seperti pada
kelompok eksperimen. Artinya untuk kelompok kontrol dibiarkan saja tanpa
adanya perlakuan yang dilakukan.
h. Melakukan tes akhir (post-test) tes lari cepat 30 meter dan lompat tegak pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan treatment pada
kelompok eksperimen.
i. Melakukan pengolahan dan analisis data dari hasil pre-test dan hasil post-test
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
j. Menyimpulkan hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan hasil pengolahan
dan analisis data.
C. Definisi Operasional Variabel
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
obyek, yang mempunyai „variasi‟ antara satu orang dengan yang lain atau suatu
obyek dengan obyek yang lain.” (Hatch dan Farhady, 1981) dalam Sugiyono
(2011:38). Variabel dalam penelitian merupakan atribut dalam penelitian.
Selanjutnya Sugiyono (2011:38) menyatakan bahwa, “Tinggi, berat badan, sikap,
motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap
orang.” Atribut-atribut tersebut dapat menjadi variabel yang bervariasi dalam
sebuah penelitian.
Kerlinger (1973) dalam Sugiyono (2011:38) menyatakan bahwa, „variabel
adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.‟ Dengan kata lain,
variabel adalah berbagai sifat atau sesuatu yang hendak diteliti atau dipelajari oleh
yang memiliki sifat tertentu yang dapat diteliti dan dipelajari. Selanjutnya Kidder
(1981) dalam Sugiyono (2011:38) menyatakan bahwa, „variabel adalah suatu
kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulannya.‟
Variabel menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel lain dalam
penelitian terdiri dari, variabel independen, variabel dependen, variabel
moderator, variabel intervening dan variabel kontrol. Dalam penelitian ini terdiri
atas dua variabel, yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen
(terikat). Menurut Sugiyono (2011:39) bahwa, “Variabel bebas adalah merupakan
variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat).” Sedangkan mengenai variabel terikat
Sugiyono (2011:39) menyatakan bahwa, “Variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”
Pandangan atau penafsiran suatu istilah dapat berbeda-beda, sehingga Untuk
menghindari salah penafsiran terhadap terhadap istilah yang dipergunakan maka
penulis perlu mendefinisikan sesuai dengan judul penelitian yaitu “ pengaruh
permainan tradisional terhadap kemampuan dasar berlari dan melompat anak usia
6-8th”. Adapun penjelasannya yaitu:
1) Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009: 536) adalah “ daya
yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk watak, kepercayaan
atau perbuatan seseorang”.
2) Permainan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009: 447) adalah
“berasal dari kata main yang berarti melakukan permainan yang
3) Tradisional Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009: 808) adalah “sikap
dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpeganag teguh pada norma dan
adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun.”
4) Terhadap Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009: 251) adalah “ kata
depan untuk menandai arah kepada.”
5) Kemampuan Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Kemampuan adalah sebuah
penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
6) Gerak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009: 238) adalah peralihan
tempat atau kedudukan, baik hanya sekali maupun berkali-kali.
7) Dasar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:135) adalah bakat atau
pembawaan sejak lahir.
8) Berlari Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009: 418) adalah “berasal
dari kata lari yang artinya melangkah dengan kecepatan tinggi.”
9) Melompat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009: 438) adalah
“berasal dari kata lompat yang diartikan bergerak dengan mengangkat kaki ke
depan, bawah, atas, dan dengan menurunkannya lagi.”
Berdasarkan desain penelitian yang digunakan, maka variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
Permainan tradisional (X)
Permainan tradisional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
permainan tradisional kucing-kucingan. Penulis selanjutnya memberikan
2. Variabel Terikat
Kemampuan gerak dasar berlari dan melompat anak usia 6-8 tahun (Y)
Kemampuan gerak dasar pada anak terbagi atas 3 kompenen yaitu gerak dasar
lokomotor,nonlokomotor dan manipulatif. Pada dasarnya anak usia SD adalah
masa dimana anak mengembangkan kemapuan geraknya.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam suatu penelitian untuk memperoleh data, diperlukan sumber data
yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Sumber dari penelitian tersebut bisa
dari orang, binatang atau pun benda sesuai dari tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian tersebut.
Adapun mengenai objek yang hendak diteliti adalah dinamakan dengan
populasi dan sampel penelitian. Mengenai populasi, Sugiyono (2011:80)
menjelaskan bahwa, “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Sesuai dengan penjelasan tersebut dan berdasarkan kebutuhan dalam
penelitian, maka yang menjadi populasi adalah siswa kelas 1,2,3 SDN
Kayuambon I Lembang yang berjumlah 90 orang. Dipilihnya siswa kelasi 1,2,3
SDN Kayuambon I Lembang sebagai populasi dengan asumsi sebagai berikut:
a. Siswa berusia antara 6-8 tahun yang sesuai dengan karakteristik kebutuhan
bahwa usia anak antara 6-8 tahun adalah masa dimana anak belajar
mengembangkan kemampuan gerak dasarnya .
b. SDN Kayuambon I Lembang memiliki lapangan olahraga yang dapat
digunakan sebagai tempat pelaksanaan penelitian (treatment).
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian objek yang diambil dari populasi penelitian.
Sampel yang diambil harus dapat menggambarkan atau mewakili populasi secara
keseluruhan. Mengenai sampel, Sugiyono (2011:81) mengemukakan bahwa,
”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut”. Jadi dalam hal ini sampel yang diambil dalam penelitian, harus
merupakan bagian dari populasi.
Surakhmad (1994) dalam Riduwan (2008:65) menjelaskan mengenai ukuran
sampel sebagai berikut:
Apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi.
Untuk menentukan jumlah sampel, selanjutnya Riduwan (2008:65)
merumuskan jumlah sampel berdasarkan jumlah populasi, pada rumus yang
dikembangkannya sebagai berikut:
�= 15% + 1000− �
1000−100 50%−15%
di mana:
n = Jumlah anggota populasi
Selanjutnya untuk memperoleh jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian, penulis menghitungnya berdasarkan rumus tersebut di atas sebagai
berikut:
�= 15% + 1000−90
1000−100 50%−15%
�= 15% +910
900 35%
�= 15% + 1,011 35%
�= 15% + 0,35385%
�= 15,35%
Berdasarkan hasil penghitungan menggunakan rumus tersebut, maka
diperoleh jumlah sampel dari populasi 90 orang sebesar 15,35% x 90 orang = 13,8
≈ 14 responden. Untuk lebih memudahkan, maka jumlah sampel di tambah satu
orang menjadi 15 orang. Dalam hal ini penulis mengambil sampel 15 orang
kelompok eksperimen dan 15 orang kelompok kontrol. Setelah diketahui jumlah
sampel, selanjutnya menentukan siapa saja siswa yang akan dijadikan sampel
dalam penelitian. Cara yang digunakan untuk menentukan sampel disebut dengan
teknik sampling.
Sugiyono (2011:82) menjelaskan bahwa, “teknik sampling pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability
bahwa, “Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel.” Cara ini dilakukan agar setiap anggota populasi
mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel dalam penelitian.
Selain itu juga agar pengambilan sampel tidak ada kerancuan atau berdasakan
subjektivitas, tetapi berdasarkan objektivitas. Selanjutnya Sugiyono (2011:82)
menjelaskan bahwa,
Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Non-probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
Berdasarkan penjelasan tersebut, cara yang digunakan untuk memilih sampel
dari anggota populasi, adalah dengan simple random sampling yang merupakan
bagian dari probability sampling. Mengenai simple random sampling Sugiyono
(2011:82) menjelaskan bahwa, “Dikatakan simple (sederhana) karena
pengambilan anggota sampel berasal dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.”
E. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lari cepat 30 meter
dan loncat tegak, seperti yang dijelaskan oleh Nurhasan (2007 : 104), bahwa
berdasarkan norma, tes kesegaran jasmani indonesia untuk mengukur kemampuan
1. Tes lari cepat 30 meter
Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan lari seseorang
Alat/Fasilitas :
Lintasan lurus, rata dan tidak licin, jarak antara garis start dan finish 30
meter
Peluit
Stopwatch
Bendera start dan tiang pancang
Pelaksanaan : subyek berdiri di belakang garis start dengan sikap berdiri,
aba-aba “ya” subyek lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 30 meter.
Pada saat subyek menyentuh/melewati garis finish stopwatch dihentikan.
Kesempatan lari diulang bilamana :
Pelari mencuri start
Pelari terganggu oleh pelari yang lainnya
Skor : Skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk
Penilaian :
Tabel 3.1
Penilaian tes lari cepat 30 Meter, Nurhasan (2007: 106)
6-9 Tahun
Putera Puteri Nilai
sd- 5,5” sd-5,8” 5
5,6-6,1” 5,9-6,6” 4
6,2-6,9” 6,7-7,8” 3
7,0-8,6” 7,9-9,2” 2
8,7-dst 9,3-dst 1
2. lompat tegak
Tujuan : mengukur daya ledak (tenaga eksplosif) otot tungkai
Alat/fasilitas :
dinding yang rata dan lantai yang rata dan cukup luas
papan berwarna gelap berukuran 30 x 150 cm, berskala satuan ukuran
sentimeter yang digantung pada dinding dengan ketinggian jarak antara
lantai 0 (nol), pada papan skala ukuran 150 cm
serbuk kapur dan alat penghapus
formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis
Pelaksanaan : Subyek berdiri tegak dekat dinding, kedua kaki, papan
dinding berada di samping tangan kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang
berada dekat dinding diangkat lurus ke atas telapak tangan ditempelkan pada
lurus berada disamping badan kemudian subyek mengambil sikap awalan
dengan membengkokan kedua lutut dan kedua tangan diayun ke belakang,
kemudian subyek melompat setinggi mungkin sambil menepuk papan berskala
dengan tangan tangan yang terdekat dengan dinding, sehingga meninggalkan
bekas raihan pada papan berskala. Tanda ini menampilkan tinggi raihan
loncatan subyek tersebut. Subyek diberi kesempatan melakukan sebanyak tiga
kali loncatan.
Skor : Ambil tinggi raihan yang tertinggi dari tiga loncatan
tersebut, sebagai hasil tes loncat tegak. Hasil loncat tegak diperoleh dengan
cara hasil raihan tertinggi dari salah satu loncatan tersebut dikurangi tinggi
raihan tanpa loncatan.
Penilaian :
Tabel 3.2
Penilaian tes lompat tegak, Nurhasan (2007: 115)
6-9 Tahun
Putera Puteri Nilai
38 ke atas 38 ke atas 5
30-37 29-37 4
22-29 22-28 3
13-21 13-21 2
F. Teknik Pengumpulan Data
Seperti telah dijelaskan pada bagian metode dan pendekatan penelitian,
penulis menggunakan metode penelitian true eksperimen dengan desain pretest
posttest control group design. Langkah awal pelaksanaan pengumpulan data
adalah penulis menentukan ukuran atau jumlah sampel, lalu membagi sampel ke
dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pemilihan sampel seperti dijelaskan di atas adalah dengan cara acak, sehingga
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Pada pelaksanaan pengumpulan data, penulis melakukan tes awal terlebih
dahulu pada sampel atau disebut dengan pre-test mengenai tes kebugaran jasmani
anak. Sampel diberikan tes lari 30 menit dan tes loncat tegak 30 detik untuk
mengetahui keadaan awal mereka terhadap perkembangan gerak dasar berlari dan
melompat, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Selanjutnya sampel yang termasuk ke dalam kelompok eksperimen
diberikan perlakuan yaitu permainan tradisional kucing-kucingan. Jumlah
pertemuan dalam pelaksanaan perlakuan adalah 12 kali pertemuan dengan setiap
pertemuannya sampel diberikan permainan tradisional kucing-kucingan.
Sedangkan untuk sampel yang tidak termasuk ke dalam kelompok
eksperimen (kelompok kontrol) tidak diberikan perlakuan apapun. Ini dilakukan
untuk melihat perbedaan pada kedua kelompok sampel, apakah sampel yang
diberikan perlakuan (treatment) ada perubahan yang signifikan atau tidak bila
dibandingkan dengan kelompok sampel yang tidak diberikan perlakuan
Dengan diberikan perlakuan ini diharapkan sampel dapat terbiasa
memainkan permainan tradisional lagi sebagai alat untuk mengembangkan
perkembangan gerak dasar, selain itu guna untuk melestarikan warisan budaya
negeri.
Berikut ini adalah rancangan susunan program perlakuan dari pertemuan
pertama sampai pertemuan terakhir pada tabel 3.3
Tabel 3.3
Rancangan Umum Program Perlakuan (treatment)
No. Pertemuan
Ke- Hari/Tgl
Perlakuan yang diberikan (tratment)
1 1 Sabtu,11 Agustus 2012 permainan tradisional kucing-kucingan
2 2 Rabu,29 Agustus 2012 permainan tradisional kucing-kucingan
3 3 Sabtu,1 September 2012 permainan tradisional kucing-kucingan
4 4 Senin, 3 September 2012 permainan tradisional kucing-kucingan
5 5 Rabu,5 September 2012 permainan tradisional kucing-kucingan
6 6 Kamis,6 September 2012 permainan tradisional kucing-kucingan
7 7 Sabtu,8 September 2012 permainan tradisional kucing-kucingan
8 8 Senin, 10 September 2012 permainan tradisional kucing-kucingan
9 9 Rabu,12 September 2012 permainan tradisional kucing-kucingan
10 10 Kamis,13 September 2012 permainan tradisional kucing-kucingan
11 11 Sabtu,15 September 2012 permainan tradisional kucing-kucingan
Untuk langkah teknis pelaksanaan dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan
ke-12 yang berlangsung selama 3 minggu penulis merancangnya dimulai dari
pendahuluan, isi dan penutup. Rancangan program ini akan menjadi bahan
rujukan bagi penulis selama pelaksanaan perlakuan terhadap sampel. Pada
pelaksanaannya kemungkinan dapat terjadi perbedaan dengan program yang telah
dibuat. Hal ini dimungkinkan oleh adanya situasi dan kondisi yang terjadi pada
saat pelaksanaan perlakuan. Namun secara garis besar, pelaksanaan program
tidak akan menyimpang jauh dari program yang telah dibuat. Adapun program
pelaksanaan eksperimen, penulis jabarkan pada tabel 3.4 rancangan program
pelaksanaan eksperimen setiap pertemuan.
Tabel 3.4
Rancangan Program Setiap Pertemuan
No. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN WAKTU
1 PENDAHULUAN 5 Menit
Peneliti Sampel
Berdo'a dan cek sampel Berdo'a
Penyampaian tujuan
Mendengarkan dan bertanya apabila ada yang kurang difahami
Menjelaskan mengenai cara melaksanakan permainan tradisional kucing-kucingan.
Menyimak dan bertanya apabila ada yang kurang difahami
2 INTI 25 Menit
Peneliti Sampel
Memperhatikan dan memberikan bantuan apabila ada sampel yang tidak mengerti atau memahami tentang jalanya permainan tradisional.
Memainkan permainan
tradisional kucing-kucingan
3 PENUTUP 5 Menit
Peneliti Sampel
Tabel 3.4 diatas adalah program umum yang dilakukan pada setiap
pelaksanaan eksperimen. Selain melaksanakan treatment yang dilakukan
sebanyak 12 kali pertemuan dalam 3 minggu, penulis juga bekerjasama dengan
guru mata pelajaran penjas di sekolah dan orant tua murid dengan menghimbau
agar anak-anak dirumah dapat memainkan permainan tradisional tidak hanya
memainkan permainan modern saja seperti gameonline dan permainan komputer.
Sedangkan selama pelaksanaan perlakuan (treatment), kelompok kontrol tidak
diberikan perlakuan yang sama seperti kelompok eksperimen.
G. Analisis Data
Penghitungan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk
mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah
penelitian. Adapun jenis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan statistik SPSS paired–sample t-test. Karena uji paired
sampel t-test dilakukan terhadap 2 sampel yang berpasangan (paired); Sampel
yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subyek yang sama
namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, seperti subjek A
diberi perlakuan I dan subjek B diberi perlakuan II. Dan dihitung sebelum diberi
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah diuraikan pada
bab IV, dapat terlihat bahwa kemampuan berlari dan melompat anak yang
diberikan permainan tradisional kucing-kucingan mengalami peningkatan yang
relatif tinggi dibandikan denagan anak yang tidak diberikan permainan tradisional
kucing-kucingan, terlihat dari hasil skor rata-rata lari cepat 30 meter kelompok
eksperiment yang diberikan permainan tradisional kucing-kucingan skor awalnya
adalah 50,2660 dan sesudah diberi perlakuan adalah 59,4880, sedangkan pada
kelompok kontrol skor awalnya adalah 49,6613 dan skor akhirnya adalah
49,6647, jadi dapat terlihat bahwa kelompok yang diberikan perlakuan permainan
tradisional kucing-kucingan peningkatan kemampuan gerak dasar berlarinya lebih
signifikan atau lebih terlihat dibandingkan kelompok yang tidak diberikan
perlakuan.
Hasil skor rata-rata lompat tegak kelompok eksperiment yang diberikan
permainan tradisional kucing-kucingan skor awalnya adalah 50,1013 dan sesudah
diberi perlakuan adalah 53,2840, sedangkan pada kelompok kontrol skor awalnya
adalah 46,6247 dan skor akhirnya adalah 46,9120, jadi dapat terlihat bahwa
kelompok yang diberikan perlakuan permainan tradisional kucing-kucingan
peningkatan kemampuan gerak dasar melompatnya lebih signifikan atau lebih
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Permainan tradisional berpengaruh terhadap kemampuan gerak dasar berlari
dan melompat anak usia 6-8 tahun. Degan demikian dapat dikatakan bahwa
permainan tradisional itu memiliki banyak manfaat bagi anak-anak terutama
terhadap perkembangan kemampaun gerak dasar anak.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan selama pelaksanaan penelitian,
penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi guru khususnya guru pendidikan jasmani di sekolah
Pada siswa usia 6-8 tahun cenderung lebih senang melakukan berbagai
kegiatan yang sifatnya bermaian. Banyak anak yang merasa bosan dengan
kegiatan olahraga yang tidak bervariasi atau monoton. Berkaitan dengan hal
tersebut guru penjas di sekolah diharapkan dapat meminimalisir rasa bosan anak
dan juga mengembangkan pelajaran penjas agar anak menyenangi pelajaran
penjas dan tidak merasa bosan melakukan olahraga. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan cara memberikan permainan tradisional kepada anak
pada saat pemanasan. Ini dapat bermanfaat terhadap anak dalam mengembangkan
2. Bagi siswa usia sekolah
Permainan tradisional banyak sekali manfaatnya, terutama dalam
perkembangan kemampaun gerak dan motorik anak. Selain itu, permainan
tradisionalpun dapat digunakan sebagai alat untuk menumbuhkan sikap sportif
pada diri anak.
Oleh karena itu penulis memberikan rekomendasi kepada siswa agar dapat
memainkan permainan tradisional selain bermanfaat terhadap perkembangan
kemampuan gerak dan motorik anak, dengan kita memainkan permainan
tradisional maka kita telah membantu untuk melestarikan warisan kebudayaan
negeri kita.
3. Bagi orang tua
Bagi orang tua siswa sebaiknya jangan terlalu mengekang anak untuk tidak
bermain diluar rumah seperti memainkan permainan tradisional karean takut
anaknya kotor ataupun takut anaknya merasa kecapean dan celaka. Terlalu
banyak bermain di dalam rumah seperti bermain game online dan komputerpun
tidak baik untuk perkembangan gerak anak karena permaina tersebut tidak terlalu
banyak gerak seperti permainan tradisional.
4. Bagi lembaga FPOK UPI
FPOK UPI sebagai lembaga akademis dalam bidang olahraga dan
kesehatan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai
manfaat yang ada dalam permainan tradisional, yang dipubikasikan melalui media
5. Bagi peneliti selanjutnya
Dalam penelitian ini penulis menggunakan media permainan tradisional
yang terbatas yaitu permainan tradisional kucing-kucingan saja, dan
perkembangan gerak dasarnyapun terbatas hanya berlari dan melompat saja.
Dengan demikian, penulis berharap agar ada peneliti berikutnya yang dapat
mengungkap mengenai permainan tradisional lain yang mempengaruhi
kemampuan gerak dasar yang lain
Adanya kelemahan dan keterbatasan penulis, sehingga masih adanya
variabel-variabel luar yang mempengaruhi penelitian tidak dapat terkontrol secara
ketat. Oleh karena itu, penulis berharap agar peneliti selanjutnya dapat
memperhatikan metode yang digunakan, sehingga tidak banyak bias (prasangka)
yang terjadi dalam pengambilan kesimpulan penelitian. Penulis menduga bahwa
penggunaan sampel yang lebih banyak akan lebih baik dalam meneliti .Mengenai
pengaruh permainan tradisional terhadap kemampuan gerak dasar berlari dan
Yayang Krisnayati, 2012
Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Kemampuan Gerak Dasar Berlari Dan Melompat Anak DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono (2011). Metode penelitian kuntitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta
Yudha M. Saputra (2008). perkembangan dan belajar motorik . redpoint
Laksona dkk (2006). Kumpulan permainan rakyat olahraga tradisional
Singgih Santoso (2009). Panduan lengkap menguasai statistika dengan spss17. Elex Media Komputindo
Nurhasan (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Redpoint
Nurhasan,dkk (2008) Statistika Bandung Fpok
Qonita Alya (2009) Kamus Besar Untuk Pendidikan Dasar. PT INDAHJAYA
adipratama
Yudanto. (2005). Pengembangan Gerak Dasar Lari dan Lompat melalui
pendekatan bermain di Sekolah Dasar [online] http://eprints.uny.ac.id [10 februari 2012]
Zaviera (2008). Mengembangkan keterampilan gerak dasar lompat dengan permainan tradisional. [online]. http://digilib.unimus.ac.id [10 februari 2012]
Yuliyono (2012). Permainan Tradisional Syarat akan Pembelajaran [online]
http://vivanews.vivalog.com [2 maret 2012]
Sukirman dkk (2004). Kucing-kucingan (permainan anak tradisional-37) [online]
http://ensiklopedia.htm [9 mei 2012]
Moh Arif Ikaha (2009). Implementasi Contextual Teaching And Learning (Ctl) Pada Pembelajaran Sains Melalui Permainan Tradisional [online]
http://moharifikahapha.blogspot.com [12 februari 2012]
Elgisha (2011) . Mengembangkan keterampilan gerak dasar lompat dengan permainan tradisional [online] http://newsalloy.htm [12 februari 2012]
(2009) membuat anak lebih aktif dan kreatif [online] http://gaya-
(2011) permainan tradisional memberikan manfaat lebih besar bagi perkembangan anak daripada permainan modern[online] http://google.com [20 juni 2012]
(2011) bahaya maniak game pada anak [online] http://showthread.php [19 mei 2012]
Permainan Tradisional [online] http://www.google.co.id/url [15 februari 2012]
Media informasi permainan tradisional jawa barat [online] http://elib.unikom.ac.id [22 April 2012]
Amuung dan Yudha (2000) perkembangan gerak dan belajar gerak [online]
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/ [20 juli 2012]
http://digili.unimus.ac.id [27 Agustus 2012]
http://Library.gunadarma.ac.id [27 Agustus 2012]
http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/08/pengertian-kemampuan.html
[23 Oktober 2012]
www.candlelight229.wordpress.com [30 oktober 2012]
www.gaya-hidup.infogue.com. [30 oktoberr 2012]