• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di enam lahan perkebunan buah naga yaitu Sabila Farm I (SF I), Sabila Farm II (SF II), Agrowisata Kaliurang (AK), lahan di Pantai Trisik (PT), Larso Farm (LF), dan Teguh Farm (TF). Kondisi lahan secara umum baik dan terawat. Perawatan yang dilakukan tidak berbeda jauh antara satu lahan dengan lahan lain. Lahan buah naga putih terdiri dari dua lahan di dataran tinggi dan satu lahan di dataran rendah, sedangkan lahan buah naga merah terdiri dari satu lahan di dataran tinggi dan dua lahan di dataran rendah.

Gambar 3 Peta wilayah pengamatan (Sumber: BPK 2007)

Pengelolaan dan perawatan lahan yang dilakukan di SF I dan di SF II oleh perkebunan yang sama. Sebelum ditanami buah naga, kebun ini merupakan lahan kosong yang ditumbuhi semak belukar. Pola tanam buah naga di SF I adalah monokultur, sedangkan SF II tumpang sari dengan tanaman pepaya. SF I memiliki

(2)

bagian kecil lahan yang ditanami buah sirsak, pepaya, dan srikaya, sedangkan di SF II juga ditanami nanas. Sebelum ditanami buah naga, AK ditanami berbagai jenis tanaman buah tahunan. Tanaman buah naga dilahan ini sudah banyak yang berkayu dan sudah tinggi melebihi 2 m karena umur tanaman sudah mencapai 11 tahun. Gulma dan sulur di lahan ini sangat rimbun. Drainase lahan kurang baik, karena saat pengamatan terdapat genangan air hujan diantar baris pertanaman.

Di pertanaman buah naga PT setiap tiang ditandai dengan bumbunan pasir yang dibatasi oleh sabut kelapa sebagai penahan. Kondisi kebun buah naga ini secara umum agak kurang terawat. Terlihat batok kelapa untuk pembatas bumbunan tanah yang berantakan, banyaknya gulma, serta rimbunnya sulur. LF kondisi pertanaman baik dan rapi. Setiap satu tiang terdapat bumbunan pasir yang disertai pupuk kandang dan dikelilingi oleh sabut kelapa. Di setiap bumbunan tersebut terlihat banyak arthropoda penghuni tanah seperti kelabang, luwing, kaki seribu dan lainnya yang berkaitan dengan sistem budidaya menggunakan sistem organik rasional. Tanaman tertata rapi dan setiap rumpun buah naga dibatasi oleh kotak-kotak semen. Informasi keadaan enam lahan yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pengelola kebun dapat dilihat pada Tabel 4.

Cara Budidaya

Asal bibit dari masing-masing kebun berbeda-beda. Bibit yang digunakan di SF berasal dari daerah Pasuruan, Jawa Timur, dengan harga Rp 1500 per cm pada tahun 2005. Namun sekarang, kebun ini sudah memproduksi bibit stek batang sendiri bahkan sudah menjual bibit ke luar. AK menggunakan bibit daerah Malang, Jember, Surabaya, dan Thailand. Harga bibit yang diimpor dari Thailand dibeli dengan harga Rp 2000 per cm pada tahun 2001. Kebun LF dan petani di PT mendapatkan bibit dari kebun buah naga di Pantai Gelagah, dimana perkebunan buah naga tersebut merupakan pelopor buah naga di daerah setempat sedangkan TF mendapatkan bibit dari Jombang, Jawa Timur.

Contoh pembuatan bibit dilihat dari kebun SF. Bibit berasal dari sulur yang sudah pernah berproduksi buah. Anakan cabang yang sudah berumur dan sehat dapat digunakan untuk bibit. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan stek yaitu warna sulur hijau tua dan lengkungannya panjang, sulur

(3)

pernah berbuah, sulur mulus dan tidak terdapat bercak-bercak (gejala penyakit) atau kerak dan mengambil bagian sulur yang tidak bercabang.

A

B

C

Gambar 4 Kondisi lahan pengamatan buah naga secara umum: (A) Sabila Farm, (B) Larso Farm, dan (C) Teguh Farm.

(4)

Tabel 4 Kondisi dan cara budidaya secara umum enam lahan pengamatan buah naga

a meter di atas permukaaan laut

Informasi lahan Lahan

Sabila Farm I Agrowisata Kaliurang Pantai Trisik Sabila Farm II Larso Farm Teguh Farm

Dataran lokasi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah

Ketinggian

(m dpl a) 495 490 0-10 495 0-10 0-10

Luasan (ha) 1.7 1 1 1 3.5 2

Jenis buah naga Putih Putih Putih Merah Merah Merah

Umur tanaman(tahun) 5-7 11 3-4 1.5 2 3-4

Cara tanam Monokultur Monokultur Monokultur Tumpangsari Monokultur Monokultur

Jarak tanam (m) 2.5 x 2.5 3 x 3 2.5 x 2.5 3 x 3, 3 x 2 2.5 x 2.5 2.5 x 2.5

Jenis tiang penyangga Beton, kayu jaranan Kayu jaranan, kleresede Beton Kayu jaranan Beton Beton

Jumlah tanaman per tiang 4 4-6 4-6 4 4 4

Kondisi lahan Terawat Kurang terawat Kurang terawat Terawat Terawat Terawat

Keberadaan gulma Sedikit Banyak Sedang Sedikit Sedikit Sedikit

Pengendalian gulma Herbisida Manual Manual Herbisida Manual Manual, Herbisida

(5)

Gambar 5 Kondisi lahan pengamatan buah naga putih (A,B,C) dan lahan pengamatan buah naga merah (D,E,F): (A) Kebun Sabila Farm I, (B) Kebun Agrowisata Kaliurang, (C) Kebun di Pantai Trisik, (D) Kebun Sabila Farm II, (E) Kebun Larso Farm, dan (F) Kebun Teguh Farm.

Sulur yang terseleksi diproses menjadi bibit. Sulur dipotong sepanjang 30 cm, kemudian salah satu ujung sulur diruncingkan. Tujuan dari peruncingan ini untuk memudahkan pertumbuhan akar saat ditanam (Soetopo 2010). Kemudian sulur dikeringkan selama 10-15 hari agar sulur tidak mudah busuk dan lebih tahan terhadap penyakit. Sulur tersebut akan terbentuk kalus di bagian yang telah

A B

C D

(6)

dipotong. Penanaman bibit dapat dilakukan di polibag, bedengan khusus pembibitan, ataupun langsung ditanam pada lahan. Stek batang di tanam di media tanah yang terdiri dari tanah, sekam bakar, dan pupuk kandang.

Persiapan lahan yang dilakukan masing-masing kebun tidak jauh berbeda. Persiapan lahan yaitu permukaan diratakan terlebih dahulu untuk memudahkan pengelolaan selanjutnya. Setelah itu pembersihan lahan dilakukan, termasuk gulma. Persiapan lahan meliputi pembuatan lubang tanam yang berukuran 100 cm x 100 cm x 25 cm. Kemudian lubang tanam diisi dengan media tanam yang terdiri dari pupuk kandang, sekam bakar, dan dolomit. Setelah itu dilakukan pemasangan tiang penyangga. Pemindahan bibit ke lahan dilakukan setelah 2-3 bulan, ketika stek batang tersebut sudah muncul anakan sulur sepanjang ± 25 cm. Berdasarkan hasil wawancara, pemupukan semua kebun menggunakan pupuk kandang di awal dan juga aplikasi secara berkala (Tabel 5). Pemupukan selanjutnya menggunakan beberapa jenis pupuk lain, seperti NPK, ZA, urea, dan kompos buah. Aplikasi pupuk lain setiap lahan berbeda baik dosis maupun frekuensi aplikasinya.

Budidaya dilakukan dengan menyiapkan bibit yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tiga hari sebelum tanam, tanah diberi 100 g pupuk NPK sebagai

starter tanaman. Stek bibit ditanam 4 sisi tiang penyangga. Satu tiang

diasumsikan sebagai satu rumpun yang terdiri dari 4 tanaman buah naga. Stek bibit ditanam di tanah sedalam 2-5 cm. Bibit yang telah ditanam kemudian diikat menggunakan tali agar tidak rubuh. Pengikatan ini sebaiknya tidak terlalu kencang agar tidak melukai stek batang tersebut. Apabila batang terluka, dikhawatirkan akan menjadi jalan masuk patogen penyakit.

Setelah penanaman kemudian dilakukan perawatan tanaman. Penyiraman dilakukan pada kondisi tertentu saja, misalnya tidak turun hujan dalam jangka waktu lama. Pertanaman yang berada di daerah pantai cenderung memerlukan penyiraman yang lebih rutin dibandingkan di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanah yang terdiri dari pasir dan suhu yang tinggi sehingga penguapan lebih tinggi. Tetapi umumnya tanaman buah naga tidak memerlukan pengairan. Saat tanaman berada pada 2-3 bulan sebelum tanaman berbunga, sebaiknya dilakukan stressing tanaman dengan pengurangan air. Tujuannya agar tanaman lebih cepat berbunga (Soetopo 2010).

(7)

Tanaman buah naga akan berproduksi tinggi apabila dilakukan perawatan yang baik dan benar. Buah naga menghendaki kondisi sinar matahari yang terpapar langsung dan kondisi lahan yang bersih dari gulma. Agar matahari dapat terpapar langsung ke tanaman buah naga, maka naungan dari bangunan atau pohon lain harus dihindari. Selain itu, sulur yang sudah rimbun sebaiknya dilakukan pemangkasan. Pemangkasan terutama dilakukan pada sulur yang sudah tua, kemudian dapat digunakan sebagai bibit. Pemangkasan sulur juga dilakukan pada sulur yang bergejala penyakit untuk menghindari penyebaran penyakit.

Pemupukan termasuk dalam perawatan buah naga. Pemupukan yang dilakukan di SF pada bulan ke-4 dan bulan ke-8 setelah tanam. Pupuk yang diberikan adalah 10-15 kg pupuk kandang dan 100-200 g pupuk NPK. Apabila pertumbuhan tanaman masih kurang subur maka sebaiknya diberi pupuk daun sesuai aturan dalam kemasan. Kondisi kurang subur ditandai dengan pertumbuhan sulur cabang yang lambat dan tidak besar.

Pemanenan buah dilakukan setelah sekitar 33 hari bunga mekar. Ciri buah yang dapat dipanen yaitu warna merah yang menyeluruh pada permukaan kulit dan tangkai buah mulai retak. Pemanenan harus dilakukan tepat waktu, karena apabila buah telat dipanen maka akan retak dan menjadi cepat busuk. Pemanenan buah dilakukan dengan gunting khusus. Buah yang sudah dipanen kemudian dikemas untuk dikirim ke konsumen. Belum dilakukan perlakuan pascapanen di kebun pengamatan. Perlakuan pascapanen yang dilakukan hanya membersihkan buah dari semut maupun kotoran pada buah.

Buah naga dibedakan berdasarkan jenis buah baik warna kulit maupun warna daging buah. belum banyak diketahui jenis buah naga berdasarkan varietas di Indonesia. Sabila Farm memiliki 2 varietas buah naga yang sudah diuji melalui pelepasan varietas oleh Menteri Pertanian. Dua jenis varietas tersebut adalah Buah Naga Varietas Sabila Putih (2103/Kpts/SR.120/5/2010) dan Buah Naga Varietas Sabila Merah (2105/Kpts/SR.120/5/2010). Kedua varietas ini dapat beradaptasi dengan baik pada dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 1-1000 meter di atas permukaan laut (m dpl). Persentase bunga menjadi buah tinggi, cabang yang sudah berbuah dapat berbuah lagi dan bila panen ditunda buah tidak mudah retak (Soetopo 2010).

(8)

Ukuran buah di kebun pengamatan untuk buah naga putih berkisar antara 500-1300 g, sedangkan untuk buah naga merah antara 300-1000 g. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola kebun, LF memiliki lima jenis buah naga merah dan satu jenis buah naga putih. Jenis I disebut dengan buah naga merah mawar, bentuk sisik buah seperti buah mawar. Buah naga jenis ini memiliki tingkat kemanisan buah 22-24 briks. Jenis II disebut dengan buah naga super merah (super red). Jenis III memiliki tingkat kemanisan 20-22 briks. Jenis IV memiliki ciri buah berwarna merah keemasan dan memiliki tingkat kemanisan 18-22 briks. Jenis V memiliki bentuk buah yang lonjong dan memiliki rasa yang paling masam diantara jenis lainnya yaitu 16-18 briks.

(9)

Tabel 5 Aplikasi pemupukan pada lahan pengamatan buah naga berdasarkan hasil wawancara pengelola kebun

Nama lahan

Jenis pupuk

Pupuk kandang NPK Pupuk lain

Dosis

(kg/tiang) Frekuensi

Dosis

(g/tiang) Frekuensi

Jenis

Pupuk Dosis Frekuensi Sabila Farm I & II 10-15 Awal tanam dan 3

bulan sekali

50 Setahun sekali (menjelang

berbuah)

- - -

Agrowisata Kaliurang 10 Awal tanam dan setahun sekali (setelah panen)

50 3 bulan sebelum berbunga

- - -

Petani di Pantai Trisik 60 Awal tanam saja - - - - -

Larso Farm

20 Awal tanam dan 3 bulan sekali 400 (dicampur dengan pupuk Nopcor*) Saat umur tanaman 6 bulan dan 20 bulan ZA (tidak diketahui) Saat umur tanaman 20 bulan

Teguh Farm 20 Awal tanam dan 6

bulan sekali

- - Kompos

buah

5 l/tiang 2 minggu sekali * Pupuk buatan yang berasal dari bakteri sebagai campuran pupuk NPK .

(10)

Penyerbukan

Penyerbukan tanaman buah naga putih di kebun pengamatan terjadi secara alami. Sehingga tidak dilakukan penyerbukan secara manual. Tidak sama halnya dengan tanaman buah naga merah. Penyerbukan secara alami mungkin terjadi pada tanaman buah naga merah. Tetapi, buah yang dihasilkan dari penyerbukan alami memiliki ukuran kecil dan lebih sering tidak menghasilkan buah sama sekali sehingga harus dilakukan penyerbukan manual oleh pengelola kebun.

Penyerbukan buah naga merah di SF dilakukan sekitar pukul 23:00. Penyerbukan dilakukan secara sederhana yaitu putik dan serbuk sari berasal dari bunga yang sama. Posisi putik yang lebih tinggi dari benang sari menyebabkan bunga tidak dapat terjadi penyerbukan secara normal (Pushpakumara et al. 2005). Penyerbukan buatan dilakukan dengan menaburi serbuk sari ke atas kepala putik menggunakan tangan atau kuas. Cara lain penyerbukan yaitu dengan menarik putik menjadi lebih rendah dari benang sari secara perlahan kemudian menempelkan putik pada serbuk sari dengan cara menggoyang-goyangkan. Keesokkan pagi, bunga akan menguncup perlahan dan layu. Masa kuncup bunga hingga terjadinya antesis berlangsung selama 30 hari.

Hama

Hama belum menjadi permasalahan dalam budidaya buah naga. Namun, beberapa hama di kebun pengamatan sudah banyak ditemukan. Hama yang ditemukan diantaranya kutu putih (Hemiptera:Pseudococcidae), kutu daun (Hemiptera:Aphididae), semut (Hymenoptera:Formicidae), belalang (Orthoptera:Acrididae), tungau (Acarina:Tetranychidae), bekicot (Acathina

fulica), dan burung serta ayam sebagai penganggu dipertanaman.

Tabel 2 dan Tabel 3 menyajikan persentasi kejadian hama berdasarkan bagian tanaman yang terserang (sulur, buah, dan bunga) di enam kebun buah naga yang diamati. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan keberadaan hama belum menjadi permasalahan karena belum menyebabkan kerugian ekonomi yang berarti. Masing-masing kebun memiliki perbedaan kejadian hama yang dominan. SF I, SF II, dan AK memiliki keberadaan hama tertinggi yaitu bekicot. Kedua kebun tersebut berada di dataran tinggi sehingga memiliki kondisi alam yang

(11)

Tabel 6 Kejadian hama pada sulur tanaman buah naga pada lahan buah naga putih dan lahan buah naga merah

Hama

Pertanaman

Buah naga putih a Buah naga merah a

Sabila Farm I Agrowisata

Kaliurang Pantai Trisik

Sabila Farm

II Larso Farm Teguh Farm

n % n % n % n % n % n %

Kutu putih 30 16.67a 29 0.00b 30 10.00ab 30 0.00a 30 0.00a 30 0.00a Kutu daun 30 0.00a 29 0.00a 30 0.00a 30 0.00a 30 3.33a 30 0.00a Belalang Acrididae 30 16.67a 29 6.90a 30 30.00ab 30 3.33a 30 3.33a 30 13.33a

Valanga sp. 30 0.00a 29 0.00a 30 53.33b 30 3.33a 30 3.33a 30 3.33a

Tungau (kusam) 30 10.00a 29 31.03b 30 23.33ab 30 16.67a 30 76.67b 30 35.83a Bekicot 30 56.67a 29 34.48a 30 3.33b 30 36.67a 30 0.00b 30 10.00b a

Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama pada jenis tanaman yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji proporsi dengan α= 0.05

(12)

Tabel 7 Kejadian hama pada buah dan bunga tanaman buah naga pada lahan buah naga putih dan lahan buah naga merah

Hama

Pertanaman

Buah naga putih a Buah naga merah a

Sabila Farm I Agrowisata

Kaliurang Pantai Trisik

Sabila Farm

II Larso Farm Teguh Farm

n % n % n % n % n % n %

Kutu putih 21 0.00a 11 18.18a 23 13.04a 0 0.00a 18 11.11a 16 25.00a Kutu daun 21 14.39a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 11.11a 16 37.50a Semut rangrang merah 21 14.29a 11 27.27a 23 0.00ab 0 0.00a 18 22.22a 16 12.50a

Valanga sp. 21 0.00a 11 0.00a 23 34.78b 0 0.00a 18 0.00a 16 0.00a

Belalang Acrididae 21 0.00a 11 0.00a 23 39.13b 0 0.00a 18 0.00a 16 0.00a

Bekicot 21 8.00a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 0.00a 16 0.00a

Burung 21 23.81a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 0.00a 16 0.00a

Ayam 21 9.52a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 0.00a 16 0.00a

a Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama pada jenis tanaman yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji proporsi dengan α= 0.05

(13)

sama. Kondisi alam yang dimaksud adalah curah hujan, suhu udara, kelembaban, dan angin yang mendukung kehidupan bekicot beserta perkembangbiakannya. Berbeda dengan tiga kebun sebelumnya, kebun di PT, LF, dan TF memiliki kejadian bekicot dibawah 10%. Ketiga kebun ini berada di daerah pantai. Kebun di PT memiliki kejadian hama tertinggi yaitu belalang. Kejadian hama belalang di kebun ini sangat banyak. Hal ini dikarenakan kondisi kebun yang panas dan kering sehingga cocok untuk perkembangan belalang dibanding di dataran tinggi.

Secara umum kejadian hama belalang di daerah pantai lebih besar jika dibandingkan di dataran tinggi. Kejadian hama belalang di kebun pantai Trisik didukung oleh keberadaan gulma. Kebun ini kurang dalam pemeliharaan pertanaman, sehingga gulma jarang dilakukan penyiangan. Saat pengamatan, belalang banyak berada di gulma tersebut. Kebun di Larso Farm dan Teguh Farm hama yang dominan adalah tungau, dimana kejadian hama ini diamati dari gejala kusam yang ditimbulkan di sulur. Kejadian belalang di kedua kebun ini tidak besar karena kebun ini melakukan perawatan kebun yang baik. Penyiangan gulma rutin dilakukan, sehingga keberadaan gulma di lahan sedikit.

Kejadian hama di buah dan bunga tidak ada yang terlihat begitu dominan di masing-masing kebun. Kebun Sabila Farm I memiliki kejadian hama yang tertinggi yaitu burung, sedangkan kebun pengamatan lain tidak ada kejadian hama yang diakibatkan oleh burung. Hal ini dikarenakan saat pengamatan tanaman buah naga di Sabila Farm II dan Agrowisata Kaliurang sedang tidak berbuah banyak seperti di Sabila Farm I sedangkan di ketiga lahan di pantai tidak terlihat keberadaan burung. Kebun Agrowisata Kaliurang dan Larso Farm memiliki kejadian hama di buah yang cukup dominan yaitu semut rangrang merah. Kebun di Pantai Trisik memiliki kejadian hama dominan pada buah yang sama pada sulur, yaitu belalang karena keberadaan belalang di kebun ini sangat banyak jumlahnya. Sedangkan hama dominan di Teguh Farm yaitu kutu daun.

Kejadian hama kutu daun dan kutu putih di Larso Farm dan Teguh Farm memiliki jumlah yang hampir sama. Korelasi keberadaan kutu daun dan kutu putih yaitu tingginya keberadaan semut, baik semut rangrang merah, semut

(14)

simbiosis. Semut mendapatkan makanan yang dihasilkan ekskresi kutu dan penyebaran kutu dibantu oleh semut yang mengambil makanan. Selain hama, terdapat ayam kampung yang menjadi penganggu di pertanaman buah naga. Ayam kampung merupakan hewan peliharaan yang umum masyarakat di sekitar pertanaman buah naga yang jika dibiarkan lepas di pertanaman dapat menimbulkan kerugian karena mematuki buah. Ayam mematuki buah hingga rusak dan terkadang hingga isi buah habis. Buah yang diserang ayam biasanya dekat dengan permukaan tanah, sehingga mudah dijangkau oleh ayam.

Kutu putih

Kutu putih (mealybug) ditemukan ada pada tanaman buah naga. Kutu putih famili Pseudococcidae terdiri atas banyak jenis. Terdapat tiga spesies kutu putih yang ditemukan dan berhasil diidentifikasi pada penelitian ini, yaitu

Pseudococcus jackbeardsleyi, Ferrisia virgata, dan Planococcus sp. Kejadian

hama kutu putih di lahan pengamatan tidak tinggi dan kejadiannya tidak berbeda antar lahan.

Kutu putih banyak ditemukan pada buah bagian sisik maupun permukaan kulit buah. Beberapa juga ditemukan di sulur pada sisi yang tidak langsung terkena cahaya matahari. Menurut Borror et al. (1996), kutu putih dapat ditemukan hampir diseluruh bagian inang. Kutu putih dapat dijumpai dalam koloni maupun individu. Beberapa koloni juga ditemukan bersama dengan ovisac yang terlapisi lilin. Buah yang terserang kutu putih terlihat nekrosis bekas tusukan stilet yang cukup jelas. Kutu putih mengkolonisasi permukaan buah menyebabkan buah menjadi menguning, mengerut, dan mengecil. Kutu putih dan lilinnya tetap tertinggal pada permukaan buah.

Keberadaan kutu putih mengundang kehadiran semut hitam maupun semut rangrang merah. Sebagian kutu putih menghasilkan embun madu dan memiliki hubungan simbiosis dengan semut serta embun jelaga (Faridah 2011). Semut memanfaatkan embun madu untuk makanannya, sehingga semut melindungi kutu putih dari serangan predator serta membantu dalam penyebaran kutu putih.

Ciri serangga famili ini adalah terdapat lapisan lilin berwarna putih pada tubuhnya. Ukuran tubuh kutu putih sekitar 3-4 mm. Tubuh betina berbentuk bulat

(15)

telur-memanjang dan beruas serta memliki tungkai yang berkembang. Beberapa jenis bertelur dan ada juga yang melahirkan nimfa (Borror et al. 2006).

Kutu Daun

Kutu daun (aphid) menjadi salah satu hama yang ditemukan di pertanaman buah naga. Kutu daun termasuk famili Aphididae. Spesies kutu daun yang ditemukan di pertanaman buah naga berdasarkan hasil identifikasi yaitu Aphis

gossypii, Branchycaudus helichrysi, dan Toxoptera odinae. Terdapat beberapa

jenis koloni kutu daun yang ditemukan, diantaranya terdapat koloni kutu yang berwarna tubuh hijau, hitam keabuan, dan coklat.

Kutu ini dapat terlihat pada sisik buah yang masih hijau maupun sudah merah. Kutu daun juga terdapat di kelopak bunga. Sisi buah yang terdapat imago atau nimfa kutu terlihat nekrotik (menguning) akibat hisapan melalui alat mulutnya yang bertipe menusuk menghisap. Buah terserang pertumbuhannya tidak baik sehingga buah mengecil dan mengerut. Eksuvia kutu daun berwarna putih dan ditemukan disekitar koloni.

Keberadaan hama ini mengundang datangnya semut, terutama semut rangrang merah. Aphid menyekresikan embun madu yang dikeluarkan dari dubur. Embun madu terdiri dari cairan tumbuhan yang ditelan serangga secara berlebihan. Cairan tumbuhan itu dicampur oleh gula dan bahan limbah yang dihasilkan dari dalam tubuh aphid. Embun madu ini diproduksi dalam jumlah yang cukup sehingga menyebabkan permukaan objek dibawahnya menjadi lekat. Embun madu adalah makanan kesenangan dari banyak semut (Borror et al. 1996). Ukuran imago antara 2-3 mm. Kutu daun biasanya dapat dikenali dengan bentuk persik mereka yang khas, sepasang kornikel pada ujung posterior abdomen, dan antena yang cukup panjang (Borror et al. 1996). Ketiga spesies kutu daun ini memiliki ciri khas masing-masing. Identifikasi Toxoptera sp. dicirikan oleh adanya stribulatory pada bagian abdomen tubuh kutu. Identifikasi

Branchycaudus helichrysi dicirikan oleh lubang spiracular pendek dan kauda

pendek. Aphis gossypii dicirikan oleh kauda pucat atau kehitam-hitaman dan siphunculi bercorak gelap. Ketiga kutu ini merupakan serangga polifag (Blackman dan Eastop 2000).

(16)

Gambar 6 Hama kutu putih: (A) serangan kutu putih pada buah, (B) Semut yang berasosiasi dengan kutu putih, (C) Pseudococcus

jackbeardsleyi, (D) Ferisia virgata, (E) Planococcus sp., (F)

Gejala akibat kutu putih, buah menjadi kerdil dan mengerut, dan (G) Preparat kutu Ferisia virgata.

A B B G E G D C F

(17)

Gambar 7 Hama kutu daun: (A) Koloni kutu daun berwarna abu-abu pada sisik buah, (B) Koloni kutu daun berwarna coklat yang berasosiasi dengan semut hitam, (C) Preparat slide Aphis

gossypii., (D) Preparat slide Branchycaudus helichrysi, dan (E)

Preparat slide Toxoptera odinae.

A B

C D

(18)

Semut

Semut berperan sebagai predator beberapa jenis hama di alam. Namun pada beberapa kasus, famili Formicidae ini dapat tergolong sebagai hama seperti pada tanaman buah naga. Terdapat beberapa spesies semut yang ditemukan di pertanaman buah naga, yaitu semut rangrang merah, semut hitam, semut hitam abdomen besar, dan semut merah kecil. Semut yang dinilai sebagai hama adalah semut rangrang merah. Spesies semut rangrang merah yang diidentifikasi yaitu

Oecophylla sp., Camponotus sp., dan Euprenolepis sp.

Semut rangrang merah teramati merusak buah dengan membuat sarang. Buah menjadi berlubang dan hitam, sehingga menurunkan kualitas buah beserta harga jual bahkan tidak layak jual. Terdapat juga gejala akibat keberadaan semut rangrang merah yaitu bekas gigitan semut yang mengakibatkan permukaan kulit buah menjadi coklat dan tampilan menjadi tidak menarik lagi. Selain di buah, semut juga membuat sarang di sulur.

Selain menyebabkan kerugian secara langsung, semut juga menyebabkan kerugian secara tidak langsung. Banyaknya semut pada buah mengganggu pada saat panen bagi petani. Beberapa spesies semut juga berasosiasi dengan kutu putih dan kutu daun. Semut memanfaatkan embun madu dari kutu-kutu tersebut. Semut dianggap merugikan petani, namun bermanfaat bagi kutu daun karena membantu melindungi kutu dari serangan parasitoid dan predator serta membantu pemencarannya (Faridah 2011). Hampir semua jenis semut yang diamati berasosiasi dengan kutu. Selain semut rangrang merah, didapati semut hitam yang memiliki abdomen besar. Spesies semut ini teridentifikasi yaitu Polycharis sp. Spesies semut ini dicirikan oleh adanya petiol berbentuk seperti duri.

Belalang

Belalang menyerang tanaman buah naga dengan kejadian yang belum parah. Belalang merupakan famili Acrididae dan beberapa spesies yang ditemukan di pertanaman buah naga. Spesies belalang yang ditemukan yaitu

Valanga sp. (belalang kayu), Oxya sp. dan Atractomorpha sp. (belalang pocong).

(19)

Serangan belalang dapat terlihat pada sulur, terutama sulur muda berupa gigitan. Jenis belalang yang banyak terlihat menyerang tanaman buah naga adalah belalang kayu, terutama di Pantai Trisik. Hanya di lahan ini belalang kayu menyerang hingga buah. Hal ini karena populasi belalang di pertanaman ini sangat tinggi sehingga belalang menyerang buah. Serangan di buah berupa gigitan pada sisik buah, terutama buah yang masih hijau. Menurut wawancara dengan petani di Pantai Trisik, serangan belalang mengakibatkan luka akibat gigitan yang berwarna coklat pada permukaan kulit buah. Populasi belalang jenis lain di Pantai Trisik juga tinggi, sedangkan di pertanaman lain sedikit. Keberadaan belalang ada di seluruh kebun pengamatan, terutama di kebun yang terdapat gulma banyak.

Tungau

Serangan tungau dapat terlihat pada sulur tanaman buah naga. Tungau yang menyerang buah naga berasal dari famili Tetranychidae. Tungau dari famili ini biasa disebut dengan tungau laba-laba karena bentuknya yang menyerupai laba-laba. Tungau tidak dapat terlihat oleh mata telanjang pada saat pengamatan di lapang. Tungau baru terlihat dengan menggunakan mikroskop stereo.

Pengamatan tungau dilihat dari gejala yang timbulkan oleh tungau ini yaitu kusam pada sulur. Sulur kusam yang diakibatkan oleh tungau ini berbeda dengan kusam putih yang terserang patogen penyakit dan kusam yang memang menjadi ciri morfologi satu jenis buah naga merah. Sulur yang terserang tungau berwarna putih bintik-bintik putih pada sulur. Warna putih apabila dipegang tidak ada serbukan tertinggal di tangan. Kusam yang merupakan ciri morfologis sulur buah naga merah, berwarna putih merata pada seluruh sulur. Warna putih tidak seperti bercak-bercak, sedangkan kusam yang diakibatkan oleh patogen, berwarna putih dan bila dipegang akan menempel serbukan spora. Bila dilihat dengan mata telanjang, disekitar warna putih tersebut terdapat bintik-bintik spora.

Tungau Tetranychidae merupakan tungau polifag. Telur-telurnya diletakkan pada tumbuh-tumbuhan saat musim kemarau. Telur tersebut menetas dalam waktu 4-5 hari pada musim kemarau. Pertumbuhan dari telur hingga dewasa membutuhkan waktu 3 minggu. Instar yang belum dewasa biasanya

(20)

berwarna kekuning-kuningan atau pucat, sedangkan imago berwarna kekuningan atau kehijauan (Borror et al.1996).

Gambar 8 Gejala akibat semut yang menjadi hama dan beberapa spesies semut yang ditemukan di pertanaman buah naga: (A) Gejala lubang berwarna hitam pada buah akibat serangan semut rangrang merah, (B) Sarang semut rangrang pada sulur, (C) Semut hitam pada buah, dan (D) Semut Polycharis sp. pada bakal buah.

Gambar 9 Hama belalang: (A) Individu Valanga spp. di pertanaman dan (B) Gejala gerigitan akibat serangan belalang di sisik buah muda.

A B

A B

(21)

Gambar 10 Hama tungau: (A) Kusam yang diakibatkan oleh serangan tungau Tetranychidae, (B) Kusam pada sulur yang merupakan ciri morfologis pada satu jenis tanaman buah naga merah, (C) Imago tungau dalam preparat, dan (D) Imago tungau di jaringan tanaman.

Bekicot

Bekicot ditemukan di pertanaman buah naga pada bagian sulur. Bekicot atau keong (Acathina fulica) dapat menimbulkan dampak negatif terutama pada fase bibit buah naga yang baru dipindah tanam. Bekicot terlihat pada tanaman buah naga terutama di bagian pangkal sulur dan di tiang penyangga tanaman. Hama ini aktif pada malam hari. Gejala serangan bekicot yaitu terlihat gigitan pada tunas sulur atau sulur muda. Gigitan berawal dari bagian pinggirnya. Bekicot menggunakan mulut (rahang) yang juga berfungsi sebagai alat pemotong daun muda yang selanjutnya dimakan dengan bantuan lidahnya (Prihandini dan Alfiah 2006).

Tanda kehadiran hama ini juga dapat terlihat dari kotoran bekicot. Kotoran berwarna hitam dan ditemukan pada sulur, tiang penyangga, ataupun di permukaan tanah. Selain itu, tanda kehadiran bekicot juga dapat dilihat dari keberadaan bekas cangkang. Cangkang berasal dari zat kapur. Panjang cangkang

A

C

B

(22)

keong ini berkisar antara 100-130 mm, lebar 45-60 mm, panjang mulut cangkang 50-55 mm. Bekicot ini bersifat hermaprodit dan dapat berkembang biak dengan sangat cepat (Prihandini dan Alfiah 2006).

Burung

Burung menyerang buah terutama buah di permukaan atas. Gejala buah yang terserang yaitu terdapat lubang-lubang berbentuk khas bekas patukan paruh, berdiameter sekitar 2-3 cm. Lubang tersebut cukup dalam dan mengakibatkan buah menjadi busuk sehingga tidak jarang dihingapi oleh lalat buah Drosophila. Terkadang buah hampir separuh bagian dimakan.

Serangan burung memiliki kejadian yang tidak banyak, namun keparahannya tinggi. Kerusakan yang diakibatkan hama ini cukup berat hingga buah tidak dapat dikonsumsi. Selama pengamatan di lapang, burung tidak dapat terlihat jelas karena mobilisasinya yang sangat tinggi, terutama saat manusia datang mendekati mereka. Oleh sebab itu, tidak diketahui jenis burung yang menyerang buah naga ini. Pengendalian hama ini belum dilakukan hingga saat ini.

Ayam

Ayam menjadi penganggu di kebun buah naga. Ayam menyerang bagian buah, terutama daging buahnya sehingga kehadirannya menyebabkan kerugian. Serangan hama ayam cukup parah, terutama untuk buah yang dekat dengan permukaan tanah sehingga mudah dijangkau oleh ayam tersebut. Ayam dapat memakan buah hingga ketinggian sekitar 70 cm dari permukaan tanah. Pertanaman yang diganggu ayam biasanya berada di sekitar rumah penduduk, karena hewan ini didomestikasikan sehingga tidak dapat dikatakan sebagai hama. Keparahan akibat hama ayam sangat besar, namun kejadian yang disebabkan oleh hama ini tidak banyak. Ayam dapat memakan separuh bagian apabila buah masih menggantung disulur, sedangkan untuk buah yang sudah jatuh ayam dapat menghabiskan daging buah dan hanya tersisa kulit bagian luar. Buah yang terserang ayam dapat rusak parah.

(23)

Gambar 11 Hama bekicot, burung, dan ayam: (A) Bekicot di tiang penyangga dekat sulur, (B) Gejala burung di buah berupa lubang-lubang yang cukup dalam dari paruh burung, (C) Ayam yang berada di tengah pertanaman, dan (D) Buah terserang ayam yang masih berada di sulur.

Penyakit

Tanaman buah naga tergolong relatif tahan terhadap serangan patogen. Penyakit pada tanaman ini hampir sama dengan penyakit yang biasa menyerang kaktus. Beberapa gejala penyakit ditemukan dilapangan, meskipun hingga saat ini belum menjadi masalah yang dapat menurunkan hasil panen. Penyakit yang ditemukan berasosiasi dengan patogen diantaranya yaitu karat merah alga (Cephaleuros sp.), bercak orange sulur (Fusarium sp.), putih sulur (Botryosphaeria sp. dan Phomopsis sp.), hawar sulur (Helminthoporium sp.) dan antraknosa sulur (Colletotrichum sp.), kuning sulur, kusam putih sulur (Dothiorella sp.), antraknosa buah (Colletotrichum sp.), bercak orange buah (Altenaria sp.), dan busuk lunak batang (Pushpakumara et al. (2005) disebabkan oleh Xanthomonas campestris). Selain itu, terdapat juga gejala bintik hitam pada sulur yang belum berhasil diidentifikasi.

B

C D

(24)

Penyakit karat merah alga memiliki gejala bercak merah kecoklatan pada sulur. Penyakit bercak orange memiliki gejala berupa bercak berwarna orange yang menyebar secara tidak beraturan. Sulur putih memiliki tiga gejala berbeda yang disebabkan oleh patogen berbeda. Terdapat gejala yang diduga bentuk dari peristiwa fisiologis setiap sulur tua. Hawar pada sulur menunjukkan gejala yaitu bercak hitam meluas dan antraknosa bercak berwarna coklat jerami. Kusam putih menunjukkan gejala bintik putih serbuk yang merata pada permukaan sulur.

Busuk lunak batang memiliki gejala busuk berwarna coklat dan berair. Gejala sulur menguning diduga akibat kekurangan unsur hara yaitu nitrogen. Kejadian sulur menguning berkorelasi dengan aplikasi pupuk yang dilakukan oleh masing-masing kebun. Penyakit antraknosa pada buah menunjukkan gejala bercak coklat dan hitam yang khas. Penyakit bercak orange pada buah memiliki gejala bercak seperti karat berwarna orange pada permukaan kulit buah. Gejala bintik hitam terlihat bintik-bintik hitam yang menyebar ke seluruh permukaan sulur. Bintik ini apabila diamati di bawah mikroskop stereo, terlihat permukaan sulur menonjol berwarna coklat.

Kejadian penyakit pada sulur dan buah tersedia pada Tabel 3. Penyakit karat merah alga memiliki persentase kejadian yang cukup tinggi pada pertanaman buah naga putih maupun buah naga merah. Penyakit ini akan berkembang dengan baik pada kondisi lingkungan yang lembab seperti di kebun Sabila Farm dan Agrowisata Kaliurang. Kejadian penyakit ini berbeda antar lahan buah naga putih, tetapi tidak saling berbeda di lahan buah merah. Kejadian penyakit bercak orange dan antraknosa ada pada semua lahan pengamatan, tetapi tidak saling berbeda kejadiannya antar lahan buah naga putih maupun buah naga merah. Gejala antraknosa pada sulur tidak tinggi dan setelah diidentifikasi terdapat dua patogen penyebab yaitu Colletotrichum sp. dan Helminthosporium sp. Gejala yang disebabkan oleh Helminthosporium sp. lebih tepat apabila disebut gejala hawar sulur.

Kejadian penyakit tertinggi di sulur pada pertanaman buah naga putih dan buah naga merah adalah sulur putih. Berdasarkan hasil identifkasi gejala ini disebabkan oleh dua patogen (Botryosphaeria sp. dan Phomopsis sp.) dan peristiwa fisiologis yang terjadi pada sulur tua. Saat pengamatan pendataan ketiga

(25)

Tabel 8 Kejadian penyakit pada sulur dan buah pertanaman buah naga pada lahan buah naga putih dan lahan buah naga merah

Penyakit

Pertanaman

Buah naga putih a Buah naga merah a

Sabila Farm I Agrowisata

Kaliurang Pantai Trisik

Sabila Farm

II Larso Farm Teguh Farm

n % n % n % n % n % n %

Pada sulur

Karat merah alga 30 76.67a 29 82.76a 30 60.00ab 30 23.33a 30 46.67a 30 33.33a Bercak orange 30 33.33a 29 31.03a 30 40.00a 30 20.00a 30 26.67ab 30 20.00a Sulur putih 30 100.00a 29 100.00a 30 100.00a 30 66.67a 30 63.33ab 30 100.00c Hawar dan

ntraknosa 30 10.00a 29 13.79a 30 10.00a 30 16.67a 30 16.67a 30 16.67a

Kusam putih 30 0.00a 29 13.79b 30 0.00a 30 6.67a 30 3.33b 30 70.00c Busuk lunak

batang 30 16.67a 29 20.69ab 30 40.00b 30 3.33a 30 10.00b 30 43.33c Kuning sulur 30 16.67a 29 82.76b 30 76.67b 30 0.00a 30 80.00b 30 100.00a Bintik hitam 30 10.00a 29 10.34a 30 0.00a 30 0.00a 30 86.67b 30 53.33c Pada buah

Bercak orange 21 19.05a 11 18.18a 23 41.30a 0 0.00a 18 33.33a 16 50.00a Antraknosa 21 9.52a 11 0.00a 23 13.04a 0 0.00a 18 27.78a 16 6.25a a Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama pada jenis tanaman yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji proporsi dengan α= 0.05

(26)

gejala sulur putih menjadi satu data pengamatan dan peristiwa fisiologis ini yang banyak terdapat di lahan pengamatan karena sulur tua akan menunjukkan gejala memutih. Kejadian gejala sulur putih ini berbeda hanya pada di lahan buah naga merah, sedangkan pada lahan buah naga putih tidak saling berbeda karena kejadian mencapai 100% diketiga lahan buah naga putih.

Kejadian penyakit kusam putih sulur, busuk lunak batang, dan kuning sulur hanya berbeda antar lahan buah naga merah dan kejadian tertinggi ada di lahan Teguh Farm. Kejadian penyakit bintik hitam hanya berbeda pada lahan buah naga mereh, tetapi kejadian tertinggi di lahan Larso Farm. Kejadian penyakit pada buah yang lebih tinggi bercak orange buah dibandingkan antraknosa. Berdasarkan data pada Tabel 8, kejadian penyakit pada buah tidak berbeda di semua lahan, baik pertanaman buah naga putih maupun buah naga merah. Proporsi kejadian penyakit dibuah juga tidak tinggi antar lahan pengamatan, baik lahan buah naga putih maupun lahan buah naga merah.

Karat Merah Alga

Gejala karat merah alga yaitu bercak merah kecoklatan dengan bentuk tidak beraturan pada sulur. Alga ini menyerang sulur utama di bagian bawah dekat permukaan tanah dan terkadang bertumpukan dengan sulur putih. Selain itu, karat merah alga juga menyerang sulur cabang. Terkadang bercak ini disertai halo yang tidak meluas. Karat menyebar di permukaan sulur dan memiliki tekstur agak timbul, terkadang seperti melepuh (Gambar 11A).

Kejadian penyakit sebagian besar dikendalikan dari faktor iklim dan terjadi di tempat yang spesifik. Biasanya C. virescens berada di tempat basah dengan drainase yang buruk (Gokhale et al. 2012). Wilayah dengan curah hujan tinggi merupakan tempat yang paling banyak terjadinya penyakit ini. Kejadian penyakit ini sering terlihat pada sulur. Sulur terinfeksi tidak menimbulkan masalah ekonomi yang berarti.

Penyakit karat merah alga disebabkan oleh Cephaleuros sp. Alga ini merupakan salah satu alga hijau yang tumbuh di lapisan bawah kutikula pada permukaan atas sulur. Fase vegetatif alga ini berbentuk bulat, potongan talus tanpa sekat. Beberapa kondisi C. virescens bersimbiosis dengan alga lain membentuk

(27)

liken yang biasa disebut Strigula. Cendawan ini merupakan parasit di beberapa tanaman inang dan merupakan genus alga yang paling banyak dipelajari sebagai patogen tumbuhan. Alga ini memiliki sebaran distribusi luas di wilayah tropis dan subtropis. Alga ini memiliki sebaran inang yang luas (Gokhale et al. 2012).

Bercak Orange Sulur

Gejala bercak orange lebih banyak ditemukan pada sulur cabang. Penyakit ini menyerang sulur muda. Seluruh kebun pengamatan diperoleh gejala seperti ini, namun dengan intensitas berbeda-beda. Gejala berupa bercak berwarna orange yang menyebar secara tidak beraturan (Gambar 12A). Beberapa titik bercak orange terdapat bintik hitam atau bintik coklat. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. (Gambar 12B). Selain gejala bercak orange, terdapat juga gejala bintik coklat yang dikelilingi halo yang menyebar di permukaan sulur.

Gambar 12 Penyakit karat merah alga pada sulur: (A) Sulur yang terserang karat merah alga dan (B) Bercak karat merah alga dengan perbesaran.

Gambar 13 Penyakit bercak orange sulur: (A) Gejala bercak orange pada sulur dan (B) Konidia Fusarium sp. perbesaran 40x10.

A B

(28)

Putih Sulur

Terdapat beberapa bentuk gejala yang diamati serupa sulur putih. Gejala pertama yaitu sulur terdapat lapisan putih (Gambar 13A). Bentuk gejala seperti ini banyak terdapat di sulur utama. Lapisan putih ini kemudian akan mengelupas dan permukaan sulur menjadi kecoklatan (Gambar 13B). Lama-kelamaan, sulur hanya tertinggal kayunya saja. Gejala sulur putih terlihat jelas utamanya di sulur utama. Gejala ini diduga bukan merupakan akibat serangan patogen, tetapi bentuk dari peristiwa fisiologis setiap sulur yang menjadi tua. Hal ini berdasarkan pada dua alasan. Pertama, pengamatan mikroskopis tidak menunjukkan serangan cendawan apapun. Kedua, kejadian sulur putih ini hampir terjadi diseluruh sulur yang sudah tua, tanaman yang sudah berumur lima tahun ke atas (di kebun Sabila Farm I dan di kebun Agrowisata Kaliurang).

Gejala kedua yaitu sulur putih timbul dan permukaan tidak rata seperti kerak. Kerak putih menyebar di permukaan sulur dan kemudian akan berubah menjadi kerak berwarna coklat (Gambar 13C). Gejala ini ditemukan di sulur cabang, tidak seperti gejala pertama yang banyak ditemukan di sulur utama. Setelah dilakukan pengamatan mikroskopis, ditemukan bahwa penyakit ini berasosiasi dengan patogen Botryosphaeria sp. (Gambar 13D). Menurut Eng (2012), jenis patogen yang menyerang penyakit ini di Malaysia adalah B.

dothidea. Patogen ini menghasilkan bercak coklat dengan ukuran yang bervariasi

pada sulur dan terkadang luka dapat meluas ke seluruh bagian sulur (Valencia et

al. 2003).

Gejala ketiga yaitu sulur berwarna putih jerami dan berlubang-lubang. Lama-kelamaan lubang tersebut menjadi berwarna coklat. Serangan penyakit ini dimulai dari bagian tepi sulur. Lubang-lubang coklat itu tidak beraturan dan disekitarnya jaringan menjadi lunak dan agak berair (Gambar 13E). Setelah dilakukan pengamatan mikroskopis, ditemukan bahwa penyakit ini berasosiasi dengan patogen Phomopsis sp. Ciri khas dari patogen ini adalah adanya konidia alfa dan beta (Barnett dan Hunter 1988) (Gambar 13F).

(29)

Gambar 14 Tiga bentuk gejala putih sulur: (A) Sulur putih sebagai gejala fisiologis pada sulur utama yang sudah menua, (B) Lapisan putih kemudian akan mengelupas dan permukaan sulur menjadi kecoklatan, (C) Gejala sulur putih berbentuk kerak putih, (D) Piknidium dan konidia Botryosphaeria sp., (E) Gejala sulur putih jerami berlubang-lubang, dan (F) Pikinidium, konidia alfa, dan konidia beta Phomopsis sp.

Hawar dan Antraknosa Sulur

Hawar dan antraknosa merupakan salah dua penyakit yang ditemukan pada sulur. Kejadian penyakit ini tidak begitu besar di pertanaman. Penyakit ini ada di seluruh kebun pengamatan dengan persentase kejadian dibawah 20%.

A

C

B

D

(30)

Gejala di lapangan menunjukkan dua bentuk gejala yang teramati. Setelah dilakukan pengamatn mikroskopis ditemukan patogen berbeda untuk setiap gejala.

Gejala pertama yaitu bercak hitam melebar. Bercak ini dimulai dari bagian tepi sulur yang kemudian melebar ke permukaan sulur lain (Gambar 14A). Pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa penyebab gejala ini adalah

Helminthosporium sp. (Gambar 14B). Menurut Barnett dan Hunter (1988),

cendawan Helminthosporium memiliki banyak jenis. Setelah dilakukan pengamatan lebih lanjut, yaitu pengujian dengan preparat gantung, diperoleh adanya perkecambahan konidia pada kedua kutub, sehingga ditentukan bahwa patogen tersebut adalah Bipolaris sp. Setelah diketahui patogen penyebabnya dan munculnya gejala, maka penyakit ini lebih tepat disebut penyakit hawar pada sulur. Menurut Ze’ev et al. (2011), cendawan Bipolaris cactivora ditemukan menyerang tanaman buah naga pada tahun 2006 di Israel. Patogen ini menyerang di bagian sulur dan menyebabkan gejala busuk.

Gejala kedua yaitu bercak berwarna coklat jerami. Bercak juga dimulai dari tepi sulur. Bagian bercak terlihat bintik-bintik hitam yang berbaris secara teratur (Gambar 14C). Beberapa ditemui juga bercak disertai lendir. Pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa patogen yang berasosisasi dengan penyakit ini adalah Colletotrichum sp. Konidia panjang berbentuk sabit dan aservulus disertai seta yang khas berwarna gelap (Gambar 14D).

Kusam Putih Sulur

Sulur terlihat putih sedikit menyerupai upas atau kusam akibat tungau. Namun kusam putih akan terlihat bintik-bintik hitam seperti piknidium. Apabila bagian kusam dipegang maka akan terasa seperti serbuk menempel ditangan. Kusam putih ini berada dipermukaan sulur. Bintik-bintik piknidium terlihat jelas (Gambar 15A). Penyakit ini banyak ditemukan di kebun Teguh Farm. Berdasarkan pengamatan mikroskopis, penyakit ini disebabkan oleh cendawan

Dothiorella sp. (Gambar 15B). Menurut Pushpakumara et al. (2005), patogen ini

(31)

Busuk Lunak Batang

Sulur terserang busuk lunak batang terlihat gejala busuk berair berwarna coklat. Awal gejala bercak berair berwarna coklat berukuran kecil (Gambar 16A). Gejala tersebut kemudian membesar dan menyebar ke seluruh bagian sulur. Tekstur sulur yang terserang sangat berair dan mudah sobek. Bagian busuk lunak batang tercium bau tidak enak. Gejala busuk lunak batang dapat muncul di bagian tengah sulur, pangkal sulur, maupun ujung sulur. Sulur yang sudah bergejala lanjut akan lepas dan tertinggal hanya lapisan kayu saja, lapisan lilin dan daging sulur terkelupas. Di pertanaman buah naga, gejala penyakit ini tidak banyak ditemukan. Apabila ada rumpun yang terlihat gejala ini, dalam satu tiang hanya ditemukan 1-3 sulur yang bergejala ini. Tidak ditemukan dalam satu rumpun tiang terserang busuk lunak batang seluruhnya.

Identifikasi bakteri penyebab busuk lunak pada sulur tidak dilakukan secara lengkap melalui pengujian Postulat Koch karena keterbatasan waktu pengamatan. Pengujian bakteri dimulai dari isolasi bakteri dari tanaman bergejala hingga uji patogenisitas saja. Isolasi bakteri hanya menggunakan media NA yang umum digunakan untuk bakteri secara umum.

Isolasi bakteri dilakukan dari contoh tanaman yang bergejala busuk lunak batang. Isolasi bakteri diperoleh koloni bakteri berbeda. Koloni bakteri tersebut diberi nama isolat BN-R1, BN-R2a, BN-R2b, BN-R3, dan BN-R4 (Gambar 16 B-F). Kelima bakteri tersebut telah diuji gram menggunakan uji KOH sederhana. Hasil pengujian adalah bakteri pada koloni BN-R1 merupakan bakteri gram negatif, BN-R2a merupakan bakteri gram positif, BN-R2b merupakan bakteri gram negatif, BN-R3 merupakan bakteri gram positif, dan BN-R4 merupakan bakteri gram negatif. Bakteri-bakteri tersebut diuji hipersensitifitas pada daun tembakau dan diperoleh hasil bahwa kelima bakteri ini merupakan bakteri patogenik terhadap tanaman (Lampiran 2).

Setelah dilakukan inokulasi isolat bakteri ke jaringan tanaman sehat, hasil menunjukkan tidak terjadi kemunculan gejala apapun terhadap sulur buah naga yang diinokulasikan masing-masing bakteri ini. Hal ini mungkin disebabkan oleh kemungkinan kelima bakteri yang terisolasi bukan merupakan patogen penyebab busuk lunak batang ini. Menurut literatur dari Pushpakumara et al. (2005), busuk

(32)

lunak batang disebabkan oleh Xanthomonas campestris, sedangkan menurut Masyahit et a.l (2009) patogen penyebab adalah Enterobacter cloacae. Penyakit ini menjadi permasalahan penting ketika terjadi pengairan yang berlebihan atau pada saat musim hujan. Penyakit ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan khususnya suhu dan ketinggian (Masyahit et al.2009).

Gambar 15 Penyakit hawar dan antraknosa pada sulur: (A) Gejala bercak hitam melebar, (B) Mikroskopis konidia Helminthosporium sp. perbesaran 40x10, (C) Gejala antraknosa berwarna coklat jerami, dan (D) Mikroskopis aservulus dan konidia Colletotrichum sp. perbesaran 10x10.

Gambar 16 Penyakit kusam putih: (A) Gejala kusam putih pada sulur, dan (B) Mikroskopis konidia Dothiorella sp.

A B B A D C m n

(33)

Gambar 17 Penyakit busuk lunak batang: (A) Gejala busuk lunak pada sulur berwarna coklat dan berair, (B) Koloni bakteri BN-R1, (C) Koloni bakteri BN-R2a, (D) Koloni bakteri BN-R2b, (E) Koloni bakteri BN-R3, dan (F) Koloni bakteri BN-R4.

Kuning Sulur

Sulur berwarna kuning sebagian atau menyeluruh. Kejadian penyakit ini cukup banyak, baik kebun daerah dataran tinggi maupun di dataran rendah. Terdapat perbedaan gejala sulur menguning pada pertanaman di kedua dataran tersebut. Gejala pada dataran tinggi yaitu sulur menguning di bagian tengah berbentuk berkas dan masih terlihat bagian tepi sulur yang berwarna hijau.

A B

C D

(34)

Ukuran dan ketebalan sulur tidak jauh berbeda dengan sulur sehat, sedangkan gejala di pertanaman buah naga daerah pantai, sulur menguning di seluruh bagian. Terdapat sulur yang memiliki ukuran dan ketebalan sangat berbeda dengan sulur sehat. Sulur menjadi tipis dan kadang hingga menjadi kerut (Gambar 17B). Sulur menjadi sangat tipis dengan kandungan air yang menyusut hingga 70% dari sulur biasanya. Sulur yang tipis dan kerut banyak ditemukan di Larso Farm.

Gejala sulur menguning diduga akibat kekurangan unsur hara karena kejadian gejala ini terlihat pada seluruh bagian sulur dari bawah hingga ujung sulur. Tidak ditemukan bekas tusukan atau gigitan yang menyebabkan sulur menguning. Pengamatan di laboratorium juga tidak ditemukan cendawan yang menyerang serta tidak ditemukan tanda-tanda serangan bakteri (bau atau lendir). Sulur menguning diduga akibat kekurangan unsur hara. Menurut Kristanto (2009), gejala menguning pada sulur merupan tanda kekurangan unsur nitrogen. Namun dalam satu tiang tidak semua sulur menguning. Hal ini diduga karena dalam satu tiang ditanam jenis buah naga yang berbeda-beda sehingga pada jenis tertentu saja yang sensitif terhadap kekurangan unsur tersebut. Kejadian sulur menguning berkorelasi dengan aplikasi pupuk yang dilakukan oleh masing-masing kebun.

Pemupukan ideal telah dilakukan di Sabila Farm. Kebun ini tidak banyak ditemukan gejala sulur menguning. Kebun ini mengaplikasikan pupuk kandang dengan dosis 15 kg/tiang setahun empat kali. Kondisi geografis kebun ini berada di kaki gunung, sehingga pada dasarnya tanah sudah subur. Berbeda halnya dengan kebun di daerah pantai yang memiliki jenis tanah berpasir. Larso Farm, Teguh Farm, dan Pantai Trisik mengaplikasikan pupuk kandang dengan dosis 15-20 kg/tiang dengan frekuensi aplikasi yang berbeda-beda. Kesuburan tanah di daerah pantai berbeda dengan di daerah pegunungan, sehingga apliasi dosis pupuk seharusnya lebih tinggi atau frekuensi pemupukan ditingkatkan.

Antraknosa Buah

Penyakit antraknosa pada buah menunjukkan gejala bercak coklat dan hitam yang khas. Apabila diperhatikan dengan seksama, terdapat bintik-bintik hitam pada bercak tersebut. Bintik-bintik hitam itu tersusun beraturan. Awalnya bercak berukuran kecil, pada serangan lanjut bercak melebar hingga keseluruh

(35)

permukaan buah. Serangan lanjut, buah menjadi busuk kering dan menghitam. Antraknosa merupakan salah satu penyakit penting, meskipun penyakit ini belum menjadi permasalahan di kebun pengamatan.

Pengamatan secara mikroskopis menunjukkan bahwa penyakit antraknosa disebabkan oleh Colletotrichum sp. dan Helminthosporium sp. Kedua cendawan ini menyerang secara bersamaan. Menurut Eng (2012), di Malaysia cendawan

Colletotrichum sp., Helminthosporium sp, dan Curvularia spp. menyerang buah

secara bersamaan. Di Brazil, serangan antraknosa oleh Colletotrichum menyebabkan kehilangan sebesar 5% (Masyahit et al. 2009).

Bercak Orange Buah

Penyakit bercak orange pada buah memiliki gejala bercak seperti karat berwarna orange pada permukaan kulit buah. Berdasarkan pengamatan mikroskopis, penyakit ini berasosiasi dengan patogen Alternaria sp. Kejadian penyakit ini cukup tinggi dan ditemukan di seluruh kebun pengamatan. Menurut wawancara petani di pantai Trisik, gejala bercak orange ini akibat dari serangan belalang. Keberadaan belalang di patai Trisik memang sangat banyak. Petani menduga luka tersebut akibat dari gigitan belalang dan banyak terjadi pada buah muda.

Bintik Hitam Sulur (Belum Teridentifikasi)

Gejala bintik hitam ditemukan di sulur. Sulur terlihat bintik-bintik hitam yang menyebar ke seluruh permukaan sulur. Bintik ini apabila diamati dibawah mikroskop stereo, terlihat permukaan sulur menonjol berwarna coklat dan pusat seperti berlubang (Gambar 20C). Pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa tidak ditemukan patogen apapun pada gejala ini. Menurut Merten (2003), di California, Amerika Serikat, gejala ini lebih terlihat sebagai respon fisiologis atau stres, bukan disebabkan oleh patogen. Gejala yang terlihat pada perkembangannya yaitu respon terhadap suhu ekstrim, paparan sinar matahari, pemupukan tanah yang buruk, praktek irigasi yang tidak layak atau stress lainnya pada tanaman.

(36)

Gambar 18 Gejala kuning sulur: (A) Kondisi sulur yang menguning dan (B) Sulur menguning, menipis, dan mengerut.

Gambar 19 Penyakit antraknosa di buah: (A) Bercak hitam pada buah, (B) Gejala perkembangan penyakit, bercak melebar ke seluruh permukaan buah, (C) Konidia Colletotrichum sp., perbesaran 40x10, dan (D) Konida dan konidiofor Helmintosporium sp.

A B

A B

(37)

Gambar 20 Penyakit bercak orange pada buah: (A) Gejala bercak orange dan (B) Konidia Alternaria sp. perbesaran 40x10.

Gambar 21 Bintik hitam pada sulur: (A) Gejala bintik hitam pada sulur di lahan dan (B) Jaringan yang terdapat bintik hitam di bawah mikroskop

compuond perbesaran 10x10.

Organisme Lain Pertanaman Buah Naga Organisme Pengunjung Bunga

Peran organisme penyerbuk memiliki arti penting pada beberapa komoditas misalnya tanaman kelapa sawit. Lain halnya tanaman buah naga, peran organisme penyerbuk tidak banyak diketahui karena kaetidakhadiran penyerbuk di pertanaman. Bunga buah naga jenis tertentu memerlukan agen untuk membantu terjadinya penyerbukan.

Penyerbukan manual dilakukan dengan tangan manusia untuk keberhasilan penyerbukan dan meningkatkan peluang terjadinya buah. Namun dari segi ekonomi, penyerbukan manual akan menambah biaya produksi untuk membayar tenaga kerja tersebut dalam proses penyerbukan. Pengamatan ini dimaksudkan

A B

A B

(38)

untuk mengamati organisme pengunjung yang berperan sebagai agen penyerbuk (pollinator) di pertanaman buah naga. Pengamatan ini hanya dilakukan sebagai pengamatan awal saja. Pengamatan dilakukan satu kali mulai pukul 21.00 hingga 04.00 keesokan harinya pada masa berbunga. Berdasarkan pengamatan organisme yang pengunjung bunga tanaman buah naga, terdapat ngengat Glypodes caesalis (Lepidoptera:Pyralidae) dan kelelawar. Organisme yang ditemukan di bunga buah naga merah yaitu ngengat Pyralidae (Sub Famili Pyraustinae).

Berdasarkan hasil pengamatan, belum ditemukan organisme yang efektif menjadi agen penyerbukan bunga buah naga. Ngengat yang ditemukan pada bunga memiliki ukuran tubuh yang kecil. Menurut Pushpakumara et al. (2005), tidak sesuainya proporsi antar ukuran tubuh lebah kecil dibandingakan dengan ukuran bunga yang besar. Sedangkan jenis kelelawar yang ditemukan tidak dapat dipastikan dapat menjadi penyerbuk karena saat pengamatan tidak terlihat kelelawar mengunjungi bunga, tetapi hanya lewat di sekitar bunga mekar.

Organisme Lain

Beberapa organisme lain yang ditemukan pada pengamatan yang tidak menunjukkan kerusakan pada tanaman buah naga. Organisme lain tersebut yaitu semut, ulat kantung, kumbang Hybothorax sp. (Coleoptera:Scarabaeidae), belalang sembah (Matodea:Mantidae) beserta parasitoidnya (Hemiptera:Chalcididae), laba-laba, Pelargoderus bipunctalis

(Coleoptera:Cerambicidae), Physomerus oedimerus (Hemiptera:Coreidae), kumbang kecil (Coleoptera:Staphyllinidae), dan (Coleoptera:Nitidulidae),

Brachyplaris sp. (Hemiptera:Plataspidae), lalat buah, dan kecoa coklat Eoblatta

sp. (Orthoptera:Blattidae).

Semut yang ditemukan adalah semut hitam yang memiliki abdomen besar dengan hasil identifikasi Polycharis sp., semut hitam kecil dan semut merah kecil (Hymenoptera:Formicidae). Lalat buah yang diidentifikasi yaitu jenis Drosophila

trillutea dan Zaprionus bororiensis (Diptera:Drosophilidae). Selain jenis

serangga, banyak ditemukan laba-laba di pertanaman buah naga. Keberadaan laba-laba dapat menjadi ukuran kesehatan tanaman, dimana arthropoda ini berperan sebagai predator di alam.

(39)

Tabel 9 Keberadaan organisme lain pada sulur tanaman buah naga pada lahan buah naga putih dan lahan buah naga merah

Organisme

Pertanaman

Buah naga putih a Buah naga merah a

Sabila Farm I Agrowisata

Kaliurang Pantai Trisik Sabila Farm II Larso Farm Teguh Farm

n % n % n % n % n % n %

Semut Polycharis sp. 30 26.67a 29 0.00b 30 0.00b 30 23.33a 30 13.33b 30 0.00c Semut hitam 30 30.00a 29 24.14a 30 16.67a 30 20.00a 30 63.33ab 30 43.33b Semut merah kecil 30 0.00a 29 6.90a 30 10.00a 30 6.67a 30 13.33a 30 10.00a Kumbang

Scarabaeidae 30 0.00a 29 0.00a 30 0.00a 30 10.00a 30 1.67a 30 3.33a Belalang sembah 30 0.00a 29 0.00a 30 0.00a 30 0.0a0a 30 0.00a 30 6.67a Ulat kantung 30 6.67a 29 20.69ab 30 30.00b 30 13.33a 30 0.00b 30 23.33a Kecoak Blattidae 30 0.00a 29 0.00a 30 3.33a 30 0.00a 30 0.00a 30 0.00a Laba-laba 30 70.00a 29 41.38b 30 90.00a 30 80.00a 30 83.33b 30 100.00c a Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama pada jenis tanaman yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji proporsi dengan α= 0.05

(40)

Tabel 10 Keberadaan organisme lain pada bunga dan buah tanaman buah naga pada lahan buah naga putih dan lahan buah naga merah

Organisme

Pertanaman

Buah naga putih a Buah naga merah a

Sabila Farm I

Agrowisata

Kaliurang Pantai Trisik

Sabila Farm

II Larso Farm Teguh Farm

n % n % n % n % n % n %

Semut Polycharis sp. 21 4.76a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 5.56a 16 12.50a

Semut hitam 21 52.38ac 11 18.18b 23 21.74c 0 0.00a 18 38.89a 16 25.00a

Semut merah kecil 21 0.00a 11 0.00a 23 8.70a 0 0.00a 18 0.00a 16 18.75a Kumbang

Scarabaeidae 21 0.00a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 16.67a 16 6.25a

Kumbang kecil 21 0.00a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 16.67a 16 0.00a

Belalang sembah 21 0.00a 11 0.00a 23 4.35a 0 0.00a 18 0.00a 16 4.00a

Ulat kantung 21 0.00a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 0.00a 16 6.25a

Kecoak Blattidae 21 0.00a 11 0.00a 23 26.09b 0 0.00a 18 19.35a 16 12.50a

Lalat buah 21 9.52a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 5.56a 16 0.00a

Laba-laba 21 4.76a 11 0.00ab 23 17.39ab 0 0.00a 18 11.11a 16 31.25a

a Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama pada jenis tanaman yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji proporsi dengan α= 0.05

(41)

Gambar 22 Organisme lain di pertanaman buah naga: (A) Kumbang

Hybothorax sp. pada bakal bunga, (B) Belalang sembah pada

sulur, (C) Parasitoid Chalcididae, (D) kecoak coklat Eoblatta sp. pada bunga setelah mekar, (E) Salah satu jenis laba-laba yang ditemui di pertanaman buah naga, (F) Kepik Mictis

profana beserta kumpulan telur pada sulur, (G) Telur belalang

sembah, (H-I) Ulat kantung Lepidoptera:Pyralidae, (J) Kumbang Pelagoderus bipunctalis, (K) Kumbang Nitidulidae yang ditemukan di bunga kering, (L) Lalat buah Dhrosopila

trillutea, (M) Kepik Physomerus oedimerus, (N) Pengunjung

bunga ngengat subfamili:Pyraustinae, dan (O) Pengunjung bunga ngengat Glypodes caesalis.

A A B A C A D A G A E A F A H A I A J A K A L A M A N A O A

(42)

Pengendalian

Adanya hama dan penyakit di pertanaman buah naga belum menjadi masalah yang berarti. Hal ini dikarenakan belum terjadi kerugian secara ekonomi yang terjadi. Belum timbulnya permasalahan ini menyebabkan pengendalian terhadap keberadaan hama maupun penyakit yang dilakukan pembudidaya. Prinsip pengendalian adalah pemantauan dan percegahan serangan hama dan penyakit baik untuk dilakukan. Menurut Masyahit et al. (2009), mengetahui kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan bagi patogen dapat menjadi informasi dasar dalam mengembangkan strategi yang sesuai untuk mencegah kejadian penyakit pada tanaman buah naga. Beberapa faktor lingkungan yang memengaruhi adalah suhu, pH, dan salinitas.

Beberapa jenis hama telah dilakukan pengendalian sederhana, misalnya bekicot. Pengelola Sabila Farm sudah melakukan pengendalian untuk hama ini yaitu melalui cara mekanis dengan mengumpulkan secara manual kemudian menginjaknya ditempat ataupun membuangnya jauh dari pertanaman. Hama ini muncul lebih banyak apabila kondisi sekitar pertanaman lembab dan basah, misalnya sesudah hujan. Keong ini berada pada kondisi lingkungan yang lembab. Selain itu keberadaan gulma juga mempengaruhi kehadiran hama ini, di mana semakin banyak gulmanya maka kehadiran bekicot juga akan meningkat karena kondisi kelembaban mikro akan meningkat dan mendukung tempat yang nyaman untuk hidup bekicot. Selain itu pencegahan untuk gangguan ayam yaitu dengan mengikat sulur yang terdapat buah dan sudah hampir menyentuh tanah. Pengikatan dilakukan kira-kira ayam tidak dapat menjangkau buah tersebut.

Hal sederhana yang dapat dilakukan misalnya aplikasi jarak tanam yang ideal disarankan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan penetrasi cahaya yang dapat mengurangi permasalahan penyakit (Pushpakumara et al. 2005). Kaktus mungkin terserang hama minor yang harus dipantau dan dikontrol dengan pengukuran yang tepat (Luders dan McMahon. 2006), sehingga nantinya akan mencegah masalah ledakan hama dan penyakit (McMahon 2003).

Menurut Eng (2012), rekomendasi manajemen penyakit tanaman buah naga dari Pusat Penelitian Pertanian di Sarawak, Malaysia, yaitu menghindari penanaman buah naga di wilayh yang memiliki curah hujan tinggi. Saat memulai

(43)

penanaman diawal, berusaha unuk menggunakan material yang bebas penyakit. Pemupukan yang digunakan yaitu menghindari pupuk yang mengandung nitrogen tinggi karena apabila nitrogen berlebih maka dapat meningkatkan kerentanan penyakit, jadi lebih baik menggunkan pupuk organik. Jumlah sulur yang ada di pertanaman agar mengurangi kelembaban, karena kelembaban yang tinggi akan memacu kejadian penyakit. Selain itu, pengendalian gulma dilakukan untuk mengurang persaingan hara. Apabila bagian tanaman sudah ada yang terinfeksi cendawan atau bakteri, maka dilakukan pemangkasan atau pemusnahan. Kebersihan alat pemotong atau pemangkas harus diperhatikan setelah melakukan pemangkasan ataupun pemanenan buah.

Bunga yang telah kering setelah terbentuk buah lebih baik disingkirkan dari pertanaman. Pemantauan terhadap semut dan bekicot juga baik dilakukan untuk pengelolaan penyakit karena dapat membatasi penyebaran spora cendawan atau bakteri. Pemantauan tersebut misalnya dengan memusnahkan sarang, menyingkirkan secara manual, atau menggunakan umpan untuk bekicot. Eng (2012) juga menyebutkan bahwa penggunaan tiang penyangga kayu kleresede dapat mengurangi kejadian penyakit. Perlakuan pascapanen dapat dilakukan untuk penyimpanan buah yang lebih lama, misalnya dengan perlakuan air panas pada suhu 55 ˚C selama 15 menit, kemudian simpan pada kantung plastik suhu 10 ˚C.

Menurut MSIRI (2010), rekomendasi untuk pengendalian bekicot dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu mengambil bekicot manual dengan tangan, aplikasi umpan, dan pertanaman dengan sanitasi baik. Pengambilan bekicot manual dengan tangan merupakan cara yang paling umum dilakukan. Pengendalian ini dilakukan pada dini hari. Bekicot diambil kemudian diletakkan pada kantung plastik. Aplikasi umpan untuk bekicot menggunakan pelet

Methaldehyde (umpan meta) yang digunakan secara berkala di sekitar tanaman

atau penyangga. Penjagaan sanitasi yang baik dapat dilakukan dengan pengontrolan gulma dan menghilangkan seluruh bagian tanaman yang terinfeksi di sekitar pertanaman buah naga. Selain itu pengendalian burung dapat dilakukan pembungkusan buah yang berada di bagian atas tanaman dengan plastik. Namun cara ini memerlukan tenaga kerja yang intensif.

Gambar

Gambar 3  Peta wilayah pengamatan (Sumber: BPK 2007 )
Gambar  4    Kondisi  lahan  pengamatan  buah  naga  secara  umum:  (A)  Sabila  Farm,  (B) Larso Farm, dan (C) Teguh Farm
Tabel 4  Kondisi dan cara budidaya secara umum enam lahan pengamatan buah naga
Gambar  5    Kondisi  lahan  pengamatan  buah  naga  putih  (A,B,C)  dan  lahan  pengamatan  buah  naga  merah  (D,E,F):  (A)  Kebun  Sabila  Farm  I,   (B) Kebun Agrowisata Kaliurang, (C) Kebun di Pantai Trisik, (D)   Kebun  Sabila  Farm  II,  (E)  Kebun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh akupresur pada titik pericardium 6 terhadap penurunan mual dan muntah pada pasien dyspepsia di Ruang Rawat

Sebagaimana diatur dalam SDVDO E \DQJ EHUEXQ\L ³VHPXD ELD\D hadhanah dan nafkah anak, menjadi tanggung jawab ayah menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut

50 data hasil analisis observasi terhadap aktivitas siswa dan guru, serta tes untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam memahami dan menguasai materi yang

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Umur, Gaya hidup, Disposable income, Nisbah/Tingkat keuntungan, dan Lokasi terhadap Preferensi Menabung : Mahasiswa UIN Sunan

Sementara ini pendekatan legal formal dengan pemberlakuan un- dang-undang ITE dan penerapannya secara tegas, sedikit banyak telah membantu meredakan potensi kemunculan fenomena

Survey pada suatu Rumah Sakit Umum Daerah di Jawa Tengah oleh mahasiswa residensi dari Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) UI tahun 2009 menjalaskan bahwa 58,33%

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji pengaruh kepercayaan pada merk dan kepuasan terhadap loyalitas merek, maka dapat diambil kesimpulan