ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
RASA AMAN DAN NYAMAN:NYERIPADA Ny. S DI BANGSAL
BAROKAHRSU PKU MUHAMADIYAH
GOMBONG
Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan
Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh:
ALIEF SUBHI BAKHTIAR
A01301716
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
RASA AMAN DAN NYAMAN:NYERIPADA Ny. S DI BANGSAL
BAROKAHRSU PKU MUHAMADIYAH
GOMBONG
Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan
Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh:
ALIEF SUBHI BAKHTIAR
A01301716
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016
iv
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN: NYERI PADA Ny. S DI BANGSAL BAROKAH RSU PKU MUHAMADIYAH
GOMBONG
Latar Belakang: Kebutuhan rasa aman dan nyaman adalah masalah yang harus di penuhi jika tidak ditangani akan menyebabkan permasalahan yang lebih serius seperti nyeri yang menggangu aktifitas dan kenyamanan seseorang. Untuk penanganan nyeri dapat dilakukan dengan distraksi relaksasi karena dapat memberikan stimulasi berupa mengalihan konsentrasi klien dari nyeri yang sedang dirasakan dan lebih mudah dilakukan.
Tujuan: Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhn rasa aman dan nyaman pada Ny. S di ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah Gombong.
Pembahasan: Masalah keperawatan nyeri akut dan perubahan pola eliminasi urine. Intervensi dan Implementasi yang telah dilakukan adalah pengkajian fokus nyeri, management nyeri, pemantauan karakteristik urin dan pengeluaran batu, mendorong untuk meperbanyak asupan cairan, melakukan perawatan kateter dan inovasi keperawatan relaksasi genggam jari.
Hasil: Evaluasi yang di dapatkan selama tiga hari, masalah nyeri akut dan perubanahn pola eliminasi urine belum teratasi.
Kata kunci: distraksi, asuhan keperawatan, aman dan nyaman
v
MUHAMMADIYAH HEALTY SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG Scientific Paper, August 2016
Alief Subhi Bakhtiar1, Diah Astutiningrum2, M.Kep, Ns
ABSTRACT
NURSING CARE OF COMFORT NEED FULFILLMENT ACUT PAIN TO Ny. S IN BAROKAH ROOM OF MUHAMMADIYAH HOSPITAL
GOMBONG
Background: Secure and comfort needs are very important human basic needs. If these needs are untreated very well, it will lead to more serious problem such as pain interfering the person’s activities and comfort. Pain can be cused by imflammation resulting from an infecion. Pain management can be done action distraction relaxtion because it can provide stimulation in the form of client concentration distract from the paint that is beingfelt and is easier to do.
Objective: To describe nursing care of fulfilling scured and comfort needs Miss. Sin Barokah room, Hospital PKU Muhammadiyah Gombong.
Discussion: The nursing diagnosis were acut pain and change in urinari elimination patterns. Intervention and implementation that has been done is the focus of the assesment of pain, pain management, monitoring characteristicsof urine and the stone, pushing to increase fluid intake, undergo a catheter care and nursing inovation relaxsation finger hold.
Result: Evaluasiont were obtained for three day, the problem of acut pain and the changing patterns of urinary elmination is not resolfed.
Keyword: distraction, nursing care, secured and comfort need.
1.University Student Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Helath Science Institute of Gombong
vi
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiyah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada Ny. S di Ruang Barokah
RSU PKU Muhammadiyah Gombong”. Penulisan karya tulis ilmiah ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir ujian komprehensif jenjang pendidikan diploma III
keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan.
Tahap proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak
memperoleh bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga
karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan sesuai dengan baik, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep. Ns selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
2. Bapak Sawiji, S.Kep.NS., M.Sc selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
3. Direktur Utama RSU PKU Muammadiyah Gombong yang telah
memberikan izin untuk dilakukannya ujian Komprehensif dirumah sakit
tersebut.
4. Ibu Diah Astutiningrum, M.Kep. Ns selaku dosen pembimbing akademik
yang telah membimbing dan mengarahkan dalam proses pembuatan Karya
Tulis Ilmiah.
5. Ibu Eka Riyati, M.Kep., Sp. Kep. Mat selaku dosen penguji ujian stase
akhir Diploma III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong yang
telah memberikan masukan, saran dan bimbingan kepada penulis.
6. Perawat Ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah yang telah
vii
senang hati sebagai klien kelolaan selama proses ujian komprehensif.
8. Dosen serta Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama proses
belajar di STIKes muhammadiyah periode 2013-2016.
9. Orang tua kandung yang saya sayangi dan yang saya cintai bapak Bakhrun
dan ibu Atun Setiowati yang selalu memberikan dukungan baik secara
moral maupun material, Noffal Rifai Rahman dan Hanna Ummu Aisyah
selaku adik-adik yang saya sayangi yang telah memberikan doa dalam
kelancaran pembuatan Karya Tulis Ilmiah Ini.
10.Anggit Sumbiyanti Amd. Keb wanita yang selalu mengoprak-oprak
penulis jika penulis mulai malas dalam membuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
11.Teman-teman angkatan 2013-2016 yang tak bisa penulis sebutkan satu
persatu, namun khususnya teman-teman dari DIII Keperawatan kelas A
yang telah bersama sama berjuang dalam waktu 3 tahun ini dan berjuang
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah masih ditemukan
kekeliruan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Tuis Ilmiah ini.
Gombong, 27 Juli 2016
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I : PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN PENULISAN ... 4
1. Tujuan Umum ... 4
2. Tujuan Khusus ... 4
C. MANFAAT PENULISAN ... 5
1. Manfaat Keilmuan ... 5
2. Manfaat Aplikatif ... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA RASA AMAN DAN NYAMAN ... 6
B. NYERI ... 8
C. DISTRAKSI RELAKSASI ... 15
BAB III : RESUME KEPERAWATAN ... 18
A. PENGKAJIAN ... 18
B. ANALISA DATA ... 20
C. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI ... 21
BAB IV : PEMBAHASAN ... 26
A. ASUHAN KEPERAWATAN ... 26
B. ANALISA INOVASI TINDAKAN KEPERAWATAN ... 35
BAB V : PENUTUP ... 40
A. KESIMPULAN ... 40
B. SARAN ... 41
ix DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Konsul 2. Asuhan Keperawatan 3. Laporan Pendahuluan
1 A. Latar Belakang
Keselamatan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan, hal tersebut di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu: lingkungan, genetik, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Apabila faktor tersebut tidak simbang, maka individu berada dalam keadaan yang di sebut sakit. Dankeadaan tersebut yang menjadi pertimbangan bagi individu untuk mencari bantuan ke pada pelayanan kesehatan.
Setiap orang membutuhkan rasa nyaman dan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Salah satu yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien adalah rasa nyeri. Nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang bersifat individual, sehingga pasien biasanya merespon rasa nyeri yang dialaminya dengan cara yang berbeda-beda (Asmadi, 2008).
Vesikolitiasis adalah batu yang berada pada kandung kemih yang yang disebabkan oleh subtansi tertentu, seperti penumpukan kalsium, kalsium oksalat, fosat dan lainnya. Zat tersebut mengkristal dan membentuk sebuah gumpalan di kandung kemih. Sedangkan menurut Corwin (2009), batu (kalkulus) ginjal adalah batu yang terdapat dimana saja yang terdapat disaluran kemih. Batu yang sering di jumpai adalah pengkristalan dari kalsium.
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional
Kenapa pada kasus vesikolitiasis ini nyeri yang di alami klien terasa sangat mengganggu dikarenakan nyeri yang dialami disebabkan oleh benda asing yang berada pada kandung kemihklien dan benda itu dapat menyebabkan pergesekan dengan lumen di dalam kandung kemih dimana lumen tersebut terdapat syaraf syaraf yang mennyalurkan rangsangan nyeri ke otak. Dan nyeri yang dialami klien pada kasus batu kandung kemih ini adalah nyeri yang berat dimana jika nyeri yang di alami tidak di tangani akan menyebabkan gangguang pada psikologis klien dan nyeri yang tidak diatasi dengan adekuat dapat menyebabkan gangguan pada sistem kardiovaskuler, pulomnari, gastrointestinal, dan sistem imun.
Berdasarkan angka kejadian perubahan mikroskopik pada usia 30-40 tahun bila perubahan berkembang maka akan terjadi perubahan patologik, anatomi, yang ada pada pria usia 50 tahun, angka kejadian sekitar adalah 50 %. Pada usia 80 tahun sekitar 80 % dan usia 90 tahun 100 %, dan prevalensi meningkat sejalan dengan peningkatan usia pada pria. (Alimul, 2012). Penyakit vesikolithiasis ini penyebarannya rata diseluruh dunia, akan tetapi lebih utama didaerah yang dikenal dengan stone belt atau lingkar batu (sabuk batu). Di Amerika dan Eropa hanya 2 % sampai 10 % dari populasi penduduknya. Tingkat kekambuhan setelah serangan pertama adalah 14 %, 30 %, dan 52 % pada tahun ke satu, kelima dan ke sepuluh secara berurutan (Jurnal profesi keperawatan, 2014).
pembedahan yang akan dilakukan maka kemungkinan resiko tinggi infeksi bisa terjadi, hal ini dibutuhkan perlunya perawatan luka yang efektif. Perawatan luka yang efektif ini merupakan suatu penanganan luka yang terdiri atas pembersihan luka, menutup, dan membalut kembali luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka. Angka kejadian vesikolithiasis di RSUD RA Kartini Jepara dari tanggal 1 Oktober 2013 sampai 1 Januari 2014 menurut Rekam Medik RSUD RA Kartini Jepara, yang menderita vesikolithiasis berdasarkan laporan program kasus tercatat di Ruang Dahlia ada 18 pasien masing-masing umurnya berkisar antara 45-65 tahun, dan 100% atau 18 pasien semuanya menjalani operasi (vesikolithotomy), angka ini menunjukkan tingkat resiko dilakukan pembedahan sangat tinggi (Jurnal Profesi keperawatan, 2014).
Dari beberapa uraian di atas penulis tertarik dengan inovasi tindakan keperawatan relaksasi distraksi gengam jari sebagai teknik pengurangan nyeri pada klien dengan vesikolithiasis.Pada penelitian Pinandita (2012) dengan judul Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi dengan hasil penelitian yaitu ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparotomi dengan p value sebesar 0,000 (p < α). Dengan adanya penurunan nyeri membuktikan bahwa teknik relaksasi genggam jari dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Liana (2008) yang mengemukakan bahwa menggenggam jari sambil menarik nafas dalam-dalam (relaksasi) dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energi pada meridian (energi chanel) yang terletak pada jari tangan kita.
Dari latar belakang yang telah disampaikan diatas tentang gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman, penulis tertarik
KeperawatanPemenuhan Rasa Aman dan Nyaman: Nyeri pada Ny S di ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah Gombong”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada gangguan pemenuhan kebutuhan rasa Aman dan Nyaman pada Ny. S dengan kasus vesikolhitiasisdi ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kasus gangguang pemenuhan rasa aman nyaman terhadap penderita vesikolithiasis.
b. Penulis mampu menganalisa masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan penemuhan kebutuhan dasar nyeri.
c. Penulis mampu menegakan diagnosa dengan tepat sesuai kebutuan dasar manusia pada klien dengan gangguann pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
d. Penulis mampu merencanakan tindakan yang sesuai kondisi pada klien dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
e. Penulis mampu melakukan implementasi untuk proses
keperawatan.
f. Penulis mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadappemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri pada Ny S diruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah gombong.. g. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan
pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri pada Ny S diruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah gombong.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat keilmuan
Dapat memberikan referensi, serta menambah wawasantentang penanganan terhadap kasus pemenuhan kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman pada klien Vesikolithiasis.
2. Manfaat Aplikatif
a. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang penanganan tindakan keperawatan yang tepat untuk dilakukan terhadap klien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman
b. Hasil karya ilmiahini diharapkan akan memberikan masukan kepada rumah sakit, agar dapat memberikan tindakan keperawatan yang tepat terhadap klien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
c. Hasil karya ilmiahini diharapkan akan menjadi masukan bagi akademis dalam rangka merumuskan intervensi keperawatan yang tepat berkaitan dengan kondisi klien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
d. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan inovasi tindakan keperawatan pada klien dalam memenuhi gangguan kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman. e. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi wawasan bagi
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Cane, PM (2013). Hidup Sehat dan Selaras: Penyembuh Trauma. Alih Bahasa: Maria, S & Emmy, L.D. yogyakarta: Capacitar Internasional. INC.
Corwin, Elzabeth aja. 2009. Buku saku Patofisisologi. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta.
Effendi, Imam dan Markum, HMS. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKU.
Fatmawati, (2009). Komunikasi Perawat Plus Materi Komunikasi Terapeutik, Nuha Medika : Yogjakarta
Goodman & Gilman.(2008). Manual of Pharmacology and Therapeutic. NewYork: Mc GrawHill.
Guyton and Hall, 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedekteran, Edisi 11, EGC, Jakarta.
Hall PM. 2009. Kidney stones: formation, treatment, and prevention. Journal Cleveland Clinic.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014.NANDA International NursingDiagnoses: Definitions & Classification, 2015–2017.10nd ed.Oxford: Wiley Blackwell.
Hidayat, Alimul (2012).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medica.
Jess Feist. (2014)Teori Kepribadian :Theories Of Personality. Edisi. 7. Salemba Humanika
Kozier dkk. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan
Praktik, Ed. 7. Vol 2. Alih bahasa Pamilih Eko Karyuni. Jakarta : EGC
Le Mone, P, Burke, Karen, 2008, Medical Surgical Nursing, Critical Thinking in Client Care(4th Edition), New Jersey: Prentice Hall Health
Lina, E. (2008). Teknik Relaksasi: genggam Jari Untuk Keseimbangan Emosi.
Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi;32(3)
Potter and Perry, 2006, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktek, Volume 2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Prasetyo, S. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha ilmu.
Pujiati, eny (2014). jurnal profesi keperawatan. Vol 1. No 1. Akademi Keperawatan Krida Husada Kudus. Hal 48-49.
Puwahang., 2011. Pijat Tangan untuk Relaksasi. Jurnal ilmiah kesehatan
keperawatan, vol 8, no 1. Februari 2008.
Satwiko. 2009. Pengertian Kenyamanan Dalam Suatu Bangunan. Yogyakarta: Wignjosoebroto.
Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2006). Buku
ajar ilmu penyakit dalam. (ed-3). Jakarta: Pusat penerbit departemen
penyakit dalam fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Tamsuri. (2007). Kosnse Dan Penatalaknsaaan Nyeri. Jakarta : EGC.
Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Disusun Guna Memenuhi Ujian Akhir Program
DISUSUN OLEH :
ALIEF SUBHI BAKHTIAR
A01301716
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
VESIKOLITHIATIS
A.Definisi
Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang
menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke
paha, abdomen dan daerah genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan
pada banyak klien mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif
dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama
mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat,
oksalat, dan zat-zat lainnya (Brunner and Suddarth, 2007).
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran
kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada
vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar
mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp.
And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2006 ).
Jadi, vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada
vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu
kandung kemih.
B.Etiologi
1. Obstruksi kelenjar prostat yang membesar
2. Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra)
3. Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada neuron yang
menginervasi bladder)
4. Benda asing , misalnya kateter
5. Divertikula,urin dapat tertampung pada suatu kantung di dinding vesika
urinaria
6. Shistomiasis, terutama oleh Shistoma haemotobium, lesi mengarah
statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan
metabolisme kalsium). Faktor- faktor yang mempengaruhi batu kandung kemih
(Vesikolitiasis) adalah :
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan
tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,
khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I
(lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan
masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan
jus anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium
intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak
dijumpai predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiperurikosuria (primer dan sekunder).
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan
organisme yang memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
a) 75 % kalsium.
b) 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
c) 6 % batu asam urat.
d) 1-2 % sistin (cystine).
C.Manifestasi Klinis / Tanda Gejala
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi
obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa
menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan
pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut
kembung (Smeltzer, 2005).
1. Dapat tanpa keluhan
2. Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing)
3. Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian dijalarkan
ke ujung penis (pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita).
4. Terdapat hematuri pada akhir kencing
5. Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing
walaupun VU belum penuh).
6. Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna.
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya
secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala
atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain adalah:
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria.
9. Menggigil.
D.Patofisiologi
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, baik parsial
maupun total. Obstruksi total dapat berakibat menjadi hidronefrosis. Batu
saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seperti
pus, darah, tumor dan urat. Komposisi mineral dari batu bervariasi, kira-kira
3/2 bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam,urine dan custine.
Peningkatan konsentrasi larutan urine akibat intake cairan yang rendah
dan juga peningkatan bahan organic akibat ISK atau urine statis, menjadikan
sarang untuk pembentukan batu, ditambah adanya infeksi, meningkatkan
lapisan urine yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium
a. Teori matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansia organic
sebagai inti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan
memepermudah kristalisasi dan agregasi substansu pembentukan batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urine seperti sistin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid, fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi
pemeriksaan:
1. Urinalisa
a) Warna kuning, coklat atau gelap.
b) pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme
dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah
menyebabkan pengendapan batu asam urat.
c) Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita
dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
d) Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi
dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
e) Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah
terjadi hiperekskresi.
2. Darah
a) Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b) Lekosit terjadi karena infeksi.
c) Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d) Kalsium, fosfat dan asam urat.
3. Radiologis
a) Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak.
b) Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada
keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan
antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.
c) PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih
d) Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing.
4. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
5. Endoskopi ginjal
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
8. IVP ( intra venous pylografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan
derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan
abnormal otot kandung kemih.
9. Vesikolitektomi ( sectio alta )
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
10. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.
11. Pielogram retrograde
12. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi
intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24
jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume
total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta
adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di
dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya
batu kandung kemih pada klien.
G.Penatalaksanaan
Menurut Soeparman ( 2008) pengobatan dapat dilakukan dengan :
1. Mengatasi Simtom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis,
berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi
a. Batu dapat keluar sendiri
Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi 6
mm.
b. Vesikolithotomi : Suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu
dari buli-buli dengan membuka buli-buli dari arterior.
c. Ruang Lingkup : Semua penderita yang datang dengan keluhan nyeri
pada akhir miksi, hematuria dan miksi yang tiba-tiba berhenti serta dalam
pemeriksaan penunjang (foto polos abdomen, pyelografi intravena dan
ultrasonografi) diketahui penyebabnya adalah batu buli-buli. Dalam
kaitan penegakan diagnosis dan pengobatan, diperlukan beberapa disiplin
ilmu yang terkait antara lain; Patologi Klinik dan Radiologi
Indikasi Operasi : Batu buli-buli yang berukuran lebih dari 2,5 cm pada
orang dewasa dan semua ukuran pada anak--anak.
Pemeriksaan penunjang : Darah lengkap, tes faal ginjal, sediment urin,
kultur urin dan tes kepekaan antibiotika, kadar kalsium, fosfat, dan asam
urat dalam serum serta ekskresi kalsium, fosfat dan asam urat dalam urin
24 jam, foto polos abdomen, pyelografi intravena, USG.
Komplikasi Operasi : Komplikasi adalah perdarahan, infeksi luka
operasi, fistel.
Perawatan Pasca Bedah : Pelepasan catheter minimal 6 hari Setelah hari
operasi,pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-turut produksi <
20cc/24 jam Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca operasi.
d. Pengangkatan Batu
1) Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu.
Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu
tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas
ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani
Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi
mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat
dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu alat
ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang
ultrasonik untuk menghancurkan batu.
3) Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik,
atau ultrasound kemudian diangkat.
e. Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)
1) Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat
(kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon
malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan masukan
cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.
Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari
masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB
/hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100
meq/hari), dan masukan kalsium.
2) Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan
1. Pengkajian Dan Pemeriksaan Fisik
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku,
warga negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat
rumah.
2). Data Medik
Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat
pengkajian.
3). Keluhan Utama
Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes
setelah berkemih, merasa tidak puas setelah berkemih, sering
berkemih pada malam hari, penurunan kekuatan, dan ukuran pancaran
urine, mengedan saat berkemih, tidak dapat berkemih sama sekali,
nyeri saat berkemih, hematuria, nyeri pinggang, peningkatan suhu
tubuh disertai menggigil, penurunan fungsi seksual, keluhan
gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual,muntah dan
konstipasi.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum
Meliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan
tanda-tanda vital.
2) Kepala
Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah
terdapat masa bekas terauma pada kepala, bagaimana keadaan rambut
klien.
3) Muka
Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat
apakah daya penglihatan klien masih baik.
5)Telinga
Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret,
serumen dan benda asing, membran timpani utuh atau tidak, apakah
klien masih dapat mendengar dengan baik.
6) Hidung
Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi
diviasi, apakah terdapat secret, perdarahan pada hidung, apakah daya
penciuman masih baik.
7) Mulut Faring
Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih utuh,
mukosa mulut apakah terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot lidah
apakah masih baik, pada tonsil dan palatum masih utuh atau tidak.
8) Leher
Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar
limfe terjadi pembesaran atau tidak.
9) Dada
Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.
10) Abdomen
Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat,
peristaltic usus meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah
teraba, apakah terdapat nyeri pada abdomen.
11) Inguinal /Genetalia/ anus
Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk
penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus
apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun tumor, pada
klien vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer
Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan
gerak, nyeri sendi atau edema, bagaimana kekuatan otot dan
refleknya.
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan
fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit
yang ditimbulkan.
Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris, anemia, syok. Pemeriksan fisik
khusus urologi:
1) Sudut kosto vertebra : nyeri tekan , nyeri ketok, pembesaran ginjal
2) Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
3) Genitalia eksterna : teraba batu di uretra
4) Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)
2. Nursing Care Plan
NO Diagnosa Keperawatan
Tujuan-Kriteria yang
diharapkan
Intervensi Rasional
1 Nyeri akut b/d
peningkatan
frekuensi/
dorongan
kontraksi
ureteral, trauma
jaringan,
pembentukan
edema, iskemia
seluler.
Nyeri hilang
dengan spasme
terkontrol.
Kriteria:
Pasien tampak
rileks.
Pasien mampu
tidur/ istirahat
dengan tenang
Tidak gelisah,
tidak merintih
Catat lokasi,
lamanya intensitas,
penyebaran,
perhatikan
tanda-tanda non verbal,
misalnya merintih,
mengaduh dan
gelisah / ansietas.
Jelaskan penyebab
nyeri dan
perubahan
karakteristik nyeri.
Berikan tindakan
nyaman, misalnya
pijatan punggung,
ciptakan
Evaluasi tempat
obstruksi dan
kemajuan gerakan
kalkulus
Membantu dalam
meningkatkan
kemampuan koping
pasien serta
menurunkan ansietas
Meningkatkan
relaksasi,menurunkan
tegangan otot,
Mengarahkan
kembali perhatiandan
membantu dalam
berfokus
Bantu dengan
ambulasi sering s/d
indikasi tingkatkan
pemasukan cairan
sedikitnya 3-4
lt/hariatau s/d
indikasi.
Perhatikan keluhan
peningkatan/meneta
pnya nyeri
abdomen.
Berikan kompres
hangat pada
punggung
KOLABORASI:
Berikan obat sesuai
dengan indikasi:
Narkotik
Antispasmodik
Kortikosteroid
Pertahankan patensi
kateter bila
digunakan.
pembentukan batu
selanjutnya.
Obstruksi lengkap
ureter dapat
menyebabkan
ferforasi,dan
ekstravasasi urine ke
dalam area perirenal.
Dipakai selama
episode akut,untuk
menurunkan kolik
ureter dan relaksasi
otot.
Menurunkan refleks
spasme shg.
Mengurangi nyeri
dan kolik.
Menurunkan edema
jaringan ,shg.
Membantu gerakan
batu.
Mencegah stasis
urine,menurunkan
resiko peningkatan
tekanan ginjal dan
infeksi.
2 Perubahan
eliminasi urine
b/d stimulasi
kandung kemih
oleh batu, iritasi
ginjal, atau
Perubahan
eliminasi urine
tidak terjadi
Kriteria :
Haematuria
tidak ada.
Awasi pemasukan
dan pengeluaran serta
karakteristik urin.
Tentukan pola
berkemih normal.
Dorong
Evaluasi fungsi ginjal
dgn.memerhatikan
tanda-tanda
komplikasi misalnya
infeksi, atau
inflamsi.
terjadi
Rasa terbakar
tidak ada.
Dorongan
ingin
berkemih terus
berkurangi.
Catat adanya
pengeluaran dalam
urinek/p kirim ke lab
untuk dianalisa.
Observasi keluhan
kandung kemih,
palpasi dan
perhatikan output,
dan edema.
Obserevasi
perubahan status
mental, prilaku atau
tingkat kesadaran.
KOLABORASI:
Monitoring pem.Lab,
BUN. kreatinin
Ambil urine untuk
kultur dan sensitivitas
Berikan obat sesuai
dgn program:
diamox, alupurinol
Esidrix, Higroton
Amonium Klorida,
Kalium, atau
Natrium, fosfat
Agen antigon,
(Ziloprim)
Antibiotik
Nabic
Asam Askorbat
Pertahankan patensi
kateter.
Irigasi dgn. Asam
menyebabkan
eksitabiliats saraf, yg
menyebabkan
kebutuhan sensasi
berkemih segera.
Membilas bakteri,
darah dan debris,
membantu lewatnya
batu.
Identifikasi tipe batu
dan alternatif terapi
Retensi urine,
menyebabkan
distensi jaringan,
potensial resiko
infeksi dan GGK.
Ketidakseimbangan
elektrolit dpt menjadi
toksik pada SSP.
Peninggian BUN,
indikasi disfungsi
ginjal.
Evaluasi adanya
ISK.atau penyebab
komplikasi.
Meningkatkan pH urine
menurunkan
pembentukan batu
asam.
Mencegah stasis
urine
Menurunkan
pembentukan batu
pembentukan batu.
Mencegah
pembentukan
beberapa kalkuli.
Mencegah
berulangnya
pembentukan batu
alkalin.
Mencegah retensi,dan
komplikasi.
Mengubah pH.urine
mencegah
pembentukan batu.
3 Resiko tinggi
kekurangan
volume cairan
b/d mual,
muntah,
diuresis pasca
obstruksi.
Keseimbangan
cairan adekuat
Kriteria:
Intake dan
output
seimbang
Tanda vital
stabil (TD
120/80
mmHg. Nadi
60-100,
RR16-20, suhu
36.5°-37°C)
Membran
mukosa
lembab
urgor kulit
baik.
Catat insiden muntah,
diare, perhatikan
karakteristik, dan
frekuensi.
Tingkatkan
pemasukan cairan
3-4 lt / hari dalam
toleransi jantung.
Awasi tanda vital,
evaluasi nadi, turgor
kulit dan membran
mukosa.
Timbang berat badan
tiap hari
KOLABORASI:
Awasi Hb,Ht,elektrolit,
Berikan cairan IV
Berikan diet tepat,
cairan jernih, makanan
Mengesampingkan
kejadian abdominal
lain.
Mempertahankan
keseimbangan cairan
dan homeostasis.
Penurunan
LFG.merangasang
produksi renin, yg.
Bekerja
meningktakan TD.
Peningkatan BB.yang
cepat,waspada retensi
Mengkaji hidrasi,
kebutuhan
intervensdi.
Mempertahankan
volume sirkulasi
indikasi antiemetik,
(misal compazin )
Menurunkan mual
muntah
4 Kurang
pengetahuan
tentang diet,
dan kebutuhan
pengobatan
Pasien dapat
memahami
tentang diet,
dan program
pengobatan
Kriteria :
Berpartisipasi
dalam
program
pengobatan
Menjalankan
diet
Kaji ulang proswes
penyakit dan harapan
masa datang.
Kaji ulang program
diet, sesuai dengan
indikasi
Diskusikan tentang:
Pemberian diet
rendah purin,
(membatasi daging
berlemak, kalkun,
tumbuhan polong,
gandum, alkohol)
Pemberian diet
rendah
Ca.(membatasi susu,
keju, sayur hijau,
yogurt.)
Pemberian diet
rendah oksalat
membatasi konsumsi
coklat, minuman
kafein, bit, bayam.
Diskusikan program
obat-obatan, hindari
obat yang dijual
bebas dan baca
labelnya.
Tunjukan perawatan
yang tepat
thd.insisi/kateter bila
ada.
Memberikan
pengetahuan
dasar,membuat
pilihan berdasarkan
informasi
Pemahaman
diet,memberikan
kesempatan untuk
memilih sesuai dgn.
Informasi,mencegah
kekambuhan.
Menurunkan
pemasukan oral thd
prekursor asam urat
Menurunkan
resikopembentukan
batu kalsium.
Menurunkan
pembentukan batu
oksalat.
Obat yang diberikan
untuk mengasamkan
urin, atau
mengalkalikan,
menghindari produk
Brunner and Suddarth’s . 2007.Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi kedelapan). Jakarta : EGC.Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem perkemihan. Salemba Medika:
Jakarta.Smeltzer, Suzanne. C. 2005. Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah. EGC: Jakarta.
( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2006
Nursalam, 2006, Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Volume 4 | No.3 | September – November 2015
1. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Latihan Slow Deep Breathing (Nafas Dalam) Pada Pasien Hipertensi Primer Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Tahan Adrianus Manalu ... 1-12 2. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Pra Operatif Di Rawat Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Deli Serdang
Tati Murni Karokaro... 13-27 3. Perbandingan Penyembuhan Luka Terbuka Derajat 2 Setelah Dilakukan
Balutan Madu Dirumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Dian Anggri Yanti,
Ely Gustina Barus ... 28-37
4. Pengaruh Pemberian Posisi Miring Kanan Dan Miring Kiri Terhadap
Pencegahan Luka Dekubitus Pada Pasie Stroke Di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Deli Serdang
Rahmad Gurusinga ... 38-50
5. Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat
Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Kardina Hayati ... 51-61
6. Perbedaan Inkontinensia Urine Pada Lansia Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Latihan Kegel Di Panti Jompo Yayasan Harapan Jaya Marelan Kecamatan Medan Kabupaten Deli Serdang
Layari Tarigan, Suryani Sihombing ... 62-69
7. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Grace Erlyn D.Sitohang ... 70-81
8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pasien Post Partum
Dengan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Juni Mariati Simarmata ... 82-91
9. Hubungan Teknik Distraksi Relaksasi Nafas Dalam Dengan Intensitas Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Appendiktomy Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
Ni Nyoman Ayu Tamala H, Anita Sri Gandaria Purba ... 92-103
10. Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Terapi Relaksasi Pada
Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Indra Agussamad, Rentawati Purba ... 104-116
11. Pengaruh Akupresur Pada Titik Pericardium 6 Terhadap Penurunan Mual
dan Muntah Pada Pasien Dyspepsia Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
ISSN : 2252-4487
NESTRA-JURNAL
JURNAL ILMIAH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PENGANTAR REDAKSI
Volume : 4, No : 3 September - November 2015
DAFTAR ISI
1. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Latihan Slow Deep Breathing (Nafas Dalam) Pada Pasien Hipertensi Primer Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Tahan Adrianus Manalu ... 1-12 2. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Pra Operatif Di Rawat Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Deli Serdang
Tati Murni Karokaro ... 13-27 3. Perbandingan Penyembuhan Luka Terbuka Derajat 2 Setelah Dilakukan
Balutan Madu Dirumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Dian Anggri
Yanti, Ely Gustina Barus ... 28-37 4. Pengaruh Pemberian Posisi Miring Kanan Dan Miring Kiri Terhadap
Pencegahan Luka Dekubitus Pada Pasie Stroke Di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Deli Serdang
Rahmad Gurusinga ... 38-50 5. Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien
Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Kardina Hayati ... 51-61 6. Perbedaan Inkontinensia Urine Pada Lansia Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Latihan Kegel Di Panti Jompo Yayasan Harapan Jaya Marelan Kecamatan Medan Kabupaten Deli Serdang
Layari Tarigan, Suryani Sihombing ... 62-69 7. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Grace Erlyn D.Sitohang ... 70-81 8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pasien Post
Partum Dengan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Juni Mariati Simarmata ... 82-91 9. Hubungan Teknik Distraksi Relaksasi Nafas Dalam Dengan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomy Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
Ni Nyoman Ayu Tamala H, Anita Sri Gandaria Purba ... 92-103 10. Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Terapi Relaksasi
Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Indra Agussamad, Rentawati Purba ... 104-116 11. Pengaruh Akupresur Pada Titik Pericardium 6 Terhadap Penurunan
Mual dan Muntah Pada Pasien Dyspepsia Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
Elprida
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
ridhoNya telah terbit Jurnal Ilmiah Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MEDISTRA Lubuk
Pakam dengan nama NERSTRA-JURNAL yang merupakan majalah
ilmiah yang diterbitkan berkala setiap Tiga bulanan, yaitu periode
Maret – Mei, Juni - Agustus dan September – November.
Kami mengharapkan untuk terbitan periode berikutnya para
Peneliti/Dosen dapat meningkatkan kualitas maupun mutu dari
tulisan ini, sehingga memungkinkan sebagai bahan rujukan dalam
melakukan kegiatan penelitian.
Dalam kesempatan ini Redaksi mengucapkan terima kasih kepada
para Peneliti/Dosen dan semua pihak yang telah berpartisipasi
dalam penerbitan jurnal ilmiah ini.
Semoga Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam, sukses dan maju.
Salam,
PENGURUS
Pelindung : 1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd
Ketua Yayasan MEDISTRA Lubuk Pakam 2. Drs. David Ginting, M.Pd
Ketua STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam
Penanggungjawab : Rosita Ginting, SH
BAA STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam
Pimpinan
Redaksi
: Tahan Adrianus Manalu, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.MB
Sekretaris
Redaksi
: Grace Erlyn Damayanti Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep
Redaktur Ahli : 1. Kuat Sitepu, S.Kep, Ns, M.Kes
2. Jul Asdar Putra Samura, SST, M.Kes 3. Efendi Selamat Nainggolan, SKM, M.Kes 4. Desideria Yosepha Ginting, S.Si.T, M.Kes 5. Raisha Octavariny, SKM, M.Kes
Koordinator
Editor
: 1. Dameria, SKM, M.Kes
2. Basyariah Lubis, SST, M.Kes
3. Rahmad Gurusinga, S.Kep, Ns, M.Kep 4. Fadlilah Widyaningsih, SKM
5. Luci Riani Br. Ginting, SKM, M.Kes
Sekretariat : 1. Tati Murni Karo-Karo, S.Kep, Ns, M.Kep
2. Sri Wulan, SKM, SST
Distributor : 1. Layari Tarigan, SKM
2. Arfah May Syara, S.Kep, Ns
Penerbit : Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam
Jl. Sudirman No. 38 Lubuk Pakam, K0de Pos : 20512
Telp. (061) 7952262, Fax (061) 7952234
e-mail : psik.medistra38@gmail.com
Website: medistra.ac.id
Diterbitkan 4 (Empat) kali setahun, Bulan Maret – Mei, Juni - Agustus
1
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN LATIHAN SLOW DEEP BREATHING (NAFAS DALAM)
PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)DELI SERDANG LUBUK PAKAM
TAHUN 2015
TAHAN ADRIANUS MANALU STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam
ABSTRACT
Hypertension was often called a silent disease because patients generally do not know the disease of hypertension, before his blood pressure checked. In the non-pharmacological therapy offered various strategies for lowering blood pressure as slow deep breathing exercises (deep breath). Based on a preliminary survey that researchers do at Regional General Hospital (Hospital) Deli Serdang found that the number of people with hypertension in the year 2013 as many as 435, while from January to May 2015 the number of people with diabetes mellitus are as much as 97 people. This type of research was pre experiment (pre-experiment) with a model of one group pretest posttest design. This study aims to determine differences in blood pressure before and after a slow deep breathed exercises (deep breath) in patients with primary hypertension in General Hospital (Hospital) Deli Serdang Lubuk Pakam 2015. The population in this research are all patients with hypertension and sample 10 people, engineering samples of the total sampling, methods of collected data by interviewing indirectly by used observation sheet, data analysis used Paired Sample t-test then there was a difference in blood pressure before and after a slow deep breathed exercises (deep breath) at patients with primary hypertension. Based on test results obtained statistical p-value ≤ 0.05 was p = 0.019. For it was expected that health workers in order to apply the Slow Deep Breathing (Breath In) as one of the activities carried out mainly in patients with hypertension that can lower blood pressure.
Keywords : Slow Deep Breathed, Blood Pressure
2
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang
tidak dapat dihindari. Ditengah
menjamurnya makanan siap saji yang
banyak mengandung lemak dan
meningkatnya taraf hidup masyarakat perkotaan membawa perubahan pola hidup individu. Perubahan tersebut berdampak pada perubahan pola penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seseorang. Salah satu penyakit tersebut adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi yang merupakan penyakit kardiovaskuler (Efendi, 2010).
Menurut data WHO (World Health Organization) setiap tahunnya di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025 dari 972 juta orang mengidap hipertensi 333 juta di Negara maju termasuk Indonesia. Menurut beberapa penelitian menunjukan bahwa orang-orang Afrika-Amerika memiliki penderita hipertensi yang jumlahnya kira-kira 1/3 lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih. Menurut data sekitar 1/3 orang kulit hitam berusia antara 18-49 tahun dan 2/3 yang berusia diatas 50 menderita hipertensi. Pada tahun 2010 penduduk usia lanjut diseluruh dunia di perkirakan sebanyak 426 juta atau sekitar 6,8% menderita hipertensi yang disebabkan oleh gaya hidup yang salah. Gaya hidup yang sering mengakibatkan terjadinya hipertensi adalah mengkonsumsi makanan cepat saji, merokok, minum alkohol (Muhammadun, 2010).
Sekitar 50 juta (21,7%) orang
dewasa Amerika yang menderita
hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Dan
menurut perkiraan, sekitar 30%
pendko3j5quduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi. Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau gejala ringan bagi
mereka yang menderita
hipertensi.Sebagian besar penyebab dari hipertensi (95%) tidak diketahui dan disebut hipertensi kronis atau hipertensi esensial. Hanya sebagian kecil (5%) penderita hipertensi yang diketahui penyebabnya, yaitu akibat penyakit lain di tubuh diantaranya koartasio aorta,kelainan ginjal, dan lainnya (Edial, 2010)
Di Amerika Serikat, orang meninggal setiap 2 menit karena tekanan darah tinggi dan komplikasinya. Pola makan yang salah sangat berpengaruh terhadap penyakit ini. Saat ini terjadi perubahan gaya hidup masyarakat, khususnya berkaitan dengan konsumsi makanan, segala penyakit yang dialami seseorang terkait erat dengan pola hidupnya, gaya hiduplah yang menjadi faktor utama penyebab hipertensi (Arief, 2010)
Hipertensi menduduki peringkat ke 3 di Indonesia dengan besar kunjungan 413.355 kasus, dari 10 pola penyakit terbanyak pada rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia (Depkes, 2010). Prevalensi hipertensi berkisar antara 0,65%-28,6%, angka tertinggi di Sukabumi sebesar 28,6% dan terendah di Lembah Baliem Papua 0,65%. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan (Muhamad, 2011).
Hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 2009, prevalensi
hipertensi yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat adalah 89.3% (pengkuran standart WHO yaitu pada batas tekanan darah normal 160/90 mmHg). Pada tahun 2010 prevalensi penderita hipertensi karena gaya hidup yang tidak sehat mencapai 92,1% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal 150 / 80 mmHg) (Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 2010).
Kasus hipertensi di wilayah
3 Indonesia semakin besar. Lima provinsi dengan tingkat kegemukan tertinggi adalah, Kalimantan Timur, Maluku Utara, Gorontalo, DKI `Jakarta, Sulawesi Utara. Secara Nasional, prevalensi obesitas umumnya pada laki-laki adalah 13,9 % atau jauh lebih rendah dibanding rata-rata wanita yang mencapai 23,8 % (Anna, 2011).
Pada umumnya orang yang
menyukai makanan asin dan gurih, terutama makanan-makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak jenuh serta garam dengan kadar tinggi. Mereka yang senang makan-makanan asin dan gurih berpeluang besar terkena hipertensi. Kandungan Na (Natrium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air (retensi) sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja keras memompa darah dan tekanan darah menjadi naik.
Selain itu pola gaya hidup seseorang, mempunyai peranan yang sangat penting dalam terjadinya penyakit hipertensi. Faktor ketidakseimbangan
makanan, baik kualitas maupun
kuantitasnya akibat gaya hidup seseorang merupakan faktor terjadinya resiko penyakit degeneratif termasuk hipertensi. Perilaku demikian dapat berakibat terjadinya penumpukan lemak tubuh yang merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi (Nurochmah, 2001).
Hipertensi sering disebut sebagai silent disease karena pada umumnya pasien tidak mengetahui terkena penyakit hipertensi, sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hipertensi juga di kenal sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai
Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan akan menjadi masalah bila tidak di tanggulangi sejak dini. Penatalaksanaan pada hipertensi meliputi terapi non farmakologi dan farmakologi. Pengobatan hipertensi untuk saat ini sangat mahal tidak semua kalangan mampu berobat ke rumah sakit (Depkes, 2007).
Pengobatan alami bagi hipertensi adalah olahraga, terapi yoga, isrirahat dan masih banyak pengobatan yang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penurunan tekanan darah pasien setelah melakukan latihan slow deep breathing di RSUD, Deli Serdang Lubuk Pakam 2015. Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem syaraf simpatis dan parasimpatis. Terapi relaksasi progresif terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Beavers, 2008).
Hipertensi kadang tidak di sadari oleh penderita, sebelum memeriksa tekanan darahnya. Faktor penyebab dari hipertensi itu sendiri seperti perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas dan stress psikososial. Karena angka prevalensi hipertensi di Indonesia yang semakin tinggi maka perlu adanya penanggulangan diantaranya terapi farmakologi atau non farmakologi (Junaidi, 2010).
Pada terapi non farmakologi ditawarkan berbagai strategi untuk menurunkan tekanan darah seperti latihan slow deep breathing (nafas dalam). Bahwa latihan nafas dalam bukanlah suatu bentuk dari aktifitas fisik, ini merupakan relaksasi jiwa dan tubuh yang bisa di tambahkan
daalam berbagai rutinitas guna
mendapatkan efek relaks. Bernafas dengan diafragma akan menghasilkan banyak oksigen yang mencapai sel-sel tubuh sehingga pertukaran karbondioksida dan
oksigen dapat secara maksimal
4 Tekanan darah yang dalam keadaan tinggi akan menurun, karena oksida nitrit merupakan vasodilasator yang penting untuk mengatur tekanan darah. Terapi non farmakologis mudah dilakukan dan tidak mengeluarkan biaya juga belum terlalu banyak masyarakat penelitian atau akan hal ini maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian non farmakologis yang dapat menurunkan tekanan darah dengan latihan slow deep breathing (nafas dalam) (Breavers, 2008).
Berdasarkan survey pendahuluan yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang didapatkan bahwa jumlah penderita hipertensi pada tahun 2013 sebanyak 435 sedangkan pada bulan Januari-Mei 2015 terdapat jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 97 orang.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Latihan Slow Deep Breathing (Nafas Dalam) Pada Pasien Hipertensi Primer Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Lubuk Pakam Tahun 2015”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adakah perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan latihan slow deep breathing (nafas dalam) pada pasien hipertensi primer di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan latihan slow deep breathing (nafas dalam) pada pasien hipertensi primer di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi primer sebelum dilakukan latihan slow deep breathing (nafas dalam) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015.
b. Untuk mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi primer sesudah dilakukan latihan slow deep breathing (nafas dalam) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penderita Hipertensi
Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang senam lansia yang dilakukan secara mandiri untuk mengontrol tekanan darah
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan dalam
pengembangan Ilmu
pengetahuan dan Bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa di Pendidikan MEDISTRA Lubuk Pakam.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan aplikatif bagi peneliti dalam melakukan penelitian khususnya tentang pengaruh latihan slow deep breathing (nafas dalam) terhadap tekanan darah.
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen (pra experimen) dengan model rancangan one group pretest postest, karena penelitian ini diarahkan untuk melihat bagaimana pengaruh latihan slow deep breathing (nafas dalam) terhdap tekanan darah.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
5 Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam adalah:
a. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis tentang Perbedaan Tekanan
Darah Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Latihan Slow Deep
Breathing (Nafas Dalam) Pada Pasien Hipertensi Primer.
b. Berdasarkan survey pendahuluan yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang didapatkan bahwa jumlah penderita hipertensi pada tahun 2013 sebanyak 435 sedangkan pada bulan Januari-Mei 2015 terdapat jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 97 orang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan mulai bulan Januari - April 2015.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiono, 2009).
Populasi pada penelitan ini adalah seluruh pasien hipertensi periode Januari-Mei 2015 terdapat jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 97 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2009). Perhitungan besar sampel menggunakan rumus uji estimasi proporsi. Rumus perhitungan besar sampel adalah:
kemaknaan (baisanya 95%= 1,96)
P : Proporsi suatu kasus
tertentu terhadap populasi,
bila tidak diketahui
proporsinya, ditetapkan 50% (0,5)
d : derajat penyimpangan
terhadap populasi yang diinginkan: 10% (0,10), 5% (0,05), atau 1% (0,01). Berdasarkan perhitungan diatas, besar sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 10 responden.Untuk membatasi karakteristik dari sampel, dilakukan kriteria pemilihan yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan
persyaratan umum yang harus
dipenuhi oleh subjek agar dapat diikutsertakan kedalam penelitian (Notoatmodjo, 2007). Kriteria inklusi penelitian ini adalah:
1) Bersedia menjadi responden penelitian dan menandatangi lembar persetujuan menjadi responden yang diberikan.
2) Pasien hipertensi rawat inap. 3) Bersikap kooperatif.
b. Krteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subjek yang memenuhi kritria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Harun, et al, 2006).
1) Pasien yang sudah dianjurkan untuk pulang oleh dokter
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer