i
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR
PADA Tn. S DI RUANG BAROKAH
RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif
Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh :
AHKYEN NURHANIFAH
A01301714
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
iv
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI Agustus 2016
Ahkyen Nurhanifah
1, Arnika Dwi Asti
2ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR
PADA TN.S DI RUANG BAROKAH
RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
PENGKAJIAN : Tn. S, umur 40 tahun, jenis kelamin laki-laki, alamat Cilacap, agama islam,
pendidikan SD, pekerjaan swasta, suku jawa. Pasien datang ke IGD RS PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG pada tanggal 28-05-2016 pukul 13.00 WIB dengan keluhan
demam sudah 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Klien mengatakan pusing, mual tetapi tidak
muntah, lemes, napsu makan menurun, mulut rasanya pahit. Pada saat di IGD dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil suhu : 38,5
0C, tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi :
78x/menit, respiratori rate : 20x/menit, dilakukan pemasangan infus RL 20 tpm.
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Diagnosa yang muncul adalah mual berhubungan dengan
peningkatan asam lambung, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi, resiko perdarahan berhubungan dengan defisiensi trombosit.
INTERVENSI : Rencana tindakan yang telah dibuat yaitu diagnosa 1. kaji tingkat pengetahuan
klien dan keluarga. 2. berikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat pemahaman klien. 3. berikan
motivasi klien untuk belajar.
IMPLEMENTASI : Tindakan yang sudah dilakukan yaitu 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien
dan keluarga. 2. Memberikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat pemahaman klien. 3.
Memberikan motivasi klien untuk belajar.
EVALUASI : Dari 3 diagnosa keperawatan yang muncul dalam asuhan keperawatan sudah teratasi
2 diagnosa yaitu mual dan defisiensi pengetahuan. Diagnosa yang ke-3 belum teratasi maka dapat
dilanjutkan intervensi sesuai program.
Kata kunci: asuhan keperawatan, belajar,
edu game
.
v
Diploma III of nursing Program
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Nursing Care Report, August 2016
Ahkyen Nurhanifah
1, Arnika Dwi Asti
2ABSTRACT
NURSING CARE TO MEETING THE NEEDS OF LEARNING
TN.S IN THE ROOM BAROKAH
RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
ASSESSMENT : Name Mr. S, aged 40 years, male gender, address Cilacap, religion Islam,
elementary education, private employment, ethnic Javanese. Patients come to the IGD RS PKU
Muhammadiyah gombong on 28-05-2016 at 13:00 pm with fever already four days before entering
the hospital. Clients say dizziness, nausea, but not vomiting, limp, decreased appetite, mouth tastes
bitter. At the time in the IGD examination vital signs with the results of the temperature: 38.50 C,
blood pressure: 110/80 mmHg, pulse: 78x / minute, respiratory rate: 20 times / min, do infusion
RL 20 tpm.
NURSING DIAGNOSIS
: Nursing diagnoses that arise are nausea associated with increased
gastric acid, deficiency of knowledge related to the lack of resources, the risk of bleeding
associated with the inherent coagulation (thrombocytopenia).
INTERVENTION
: A plan of action has been made that diagnosis 1. examine the level of
knowledge of the client and family. 2. provide health education appropriate level of understanding
of the client. 3. provide client motivation to learn.
IMPLEMENTATION
: The action has been carried out, namely: 1. Assess the level of knowledge
of the client and family. 2. Provide health education appropriate level of understanding of the
client. 3. Provide the client's motivation to learn.
EVALUATION
: Evaluation of three nursing diagnoses that appear in nursing care has been
resolved two diagnoses are nausea and knowledge deficiency.
Keywords: nursing care, learning ,
edu game
.
1. Univercity Students Diploma III of Nursing Muhammadiyah Health Sciences Institutet of
Gombong
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr, wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Ujian Komprehensif ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Belajar pada Tn.S di ruang
Barokah RSU PKU Muhammadiyah Gombong”.
Adapun penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil
Ujian Komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan yaitu
jenjang D III Keperawatan.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang
terhormat :
1.
M.Madkhan Anis S.kep,Ns selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan izin dan
kesempatan untuk melaksanakan Studi khususnya dalam pembuatan
laporan kasus.
2.
Sawiji S.kep,Ns, M.S,c selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
3.
Arnika Dwi Asti,M.Kep selaku dosen pembimbing penyususnan
laporan kasus.
4.
Bapak dan Ibu dosen beserta staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong.
5.
Staf perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong atas bantuannya dalam peminjaman buku-buku referensi.
6.
Ibu
, Bapak yang selalu memberikan do’a dan memotivasi, dukungan
vii
7.
Teman-teman kelas 3A yang telah sama-sama berjuang dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
8.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis sangat mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk
memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan
dikemudian hari. Akhir kata penulis berharap agar apa yang telah tertulis dalam
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb.
Gombong , Agustus 2016
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN
………..
1
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Tujuan Penulisan ... 5
C.
Manfaat Penulisan ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A.
Konsep Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman ... 8
B.
Konsep Nyeri ... 11
C.
Teori Nyeri ... 12
D.
Fisiologis Nyeri ... 13
E.
Manajemen Nyeri ... 14
F.
Konsep Dasar Inovasi
Foot Hand Massage
... 18
BAB III RESUME KEPERAWATAN ... 20
A.
Pengkajian ... 20
B.
Analisa Data ... 23
C.
Intervensi, Implementasi, Evaluasi ... 23
BAB IV PEMBAHASAN ... 30
A.
Diagnosa Keperawatan... 30
B.
Analisis Inovasi Tindakan Keperawatan ... 39
BAB V PENUTUP ... 43
ix
B.
Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue (arbovirus yang masuk kedalam tubuh
melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegepty
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam 2-7 hari, nyeri otot
dan atau nyeri sendi, yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik (Suhendro, 2009). Demam
berdarah dengue (DBD) merupakan satu dari beberapa penyakit menular
yang menjadi masalah kesehatan terutama Negara berkembang,
disebabkan oleh virus dengue ditularkan dari seseorang kepada orang lain
melalui gigitan nyamuk
Aedes aegepty
(WHO, 20012). Dengan demikian
pengertian demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang
menyerang tubuh manusia melalui nyamuk
Aedes Aegepty
yang disertai
trombositopeni.
Demam Berdarah Dengue (DBD) sebagai penyebab utama kesakitan
dan kematian anak di Asia Tenggara. Diperkirakan bahwa setiap tahun
terdapat sekitar 50-100 juta kasus DBD dan sebanyak 500.000 diantaranya
memerlukan perawatan di rumah sakit. Pada tahun 2008 untuk wilayah
Asia Tenggara dilaporkan ada peningkatan kasus yang dilaporkan terutama
peningkatan kasus di Thailand, Indonesia, dan Myanmar. Transmisi
Dengue dengan puncak peningkatan kasus di Indonesia pada bulan
Februari di Thailand pada bulan Juli dan Myanmar pada bulan Juli (WHO,
2008).
2
orang. Tahun 2009 kasus DBD mengalami peningkatan sebesar 154.855
kasus dengan kematian sebanyak 1.384 orang.
3
Dinas Kesehatan tahun 2012 mengatakan penyakit DBD merupakan
permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 Kabupaten/Kota
sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan
(Incidance
Rate/IR)
DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar
19,29/100.000 penduduk, meningkat bila dibandingkan tahun 2011 (
15,27/100.000 penduduk) dan masih dalam target Nasional yaitu
<20/100.000 penduduk. Angka kesakitan tertinggi di Kabupaten Blora
sebesar 88,77/100.000 penduduk,terendah di Kabupaten Wonogiri sebesar
1,37/100.000 penduduk. Setiap penderita DBD yang dilaporkan dilakukan
tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemologi di lapangan serta
upaya pengendalian. Tingginya angka kesakitan DBD disebabkan karena
adanya iklim tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim
penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk
Aedes
aegepty
yang cukup potensial. Selain itu juga didukung dengan tidak
maksimalnya kegiatan PNS di masyarakat sehingga menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD di beberapa kabupaten/kota.
Angka kesakitan DBD di kabupaten/kota hampir semuanya lebih dari
20/100.000 penduduk. Ada 2 kabupaten/kota dengan angka kesakitan
kurang dari 2/100.000 penduduk yaitu Kabupaten Purworejo (1,55) dan
Kabupaten Wonogiri (1,37). Angka kematian/Case Fatality Rate (CFR)
tahun 2012 sebesar 1,52% lebih tinggi dibanding tahun 2011 (0,93%),
tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan target Nasional (<1%). Angka
kematian tertinggi adalah Kabupaten Wonogiri sebesar 23,08% dan tidak
ada kematian di 10 Kabupaten/Kota, sedangkan Kabupaten/Kota dengan
angka kematian >1% sebanyak 20 Kabupaten/Kota.
4
dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemologi
dilapangan serta upaya pengendalian. Angka kematian/
Case Fatality Rate
(CFR) DBD tahun 2013 sebesar 2,8%. Kasus kematian DBD tahun 2013
terjadi diwilayah Puskesmas Gombong I dan Gombong II masing-masing I
orang.
Seseorang yang tinggal didaerah endemis demam berdarah lebih
sering menemukan kasus demam berdarah disekitar lingkungan tempat
tinggalnya, sehingga masyarakat didaerah tersebut seharusnya memiliki
tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi dibanding wilayah non endemis.
Hal ini juga berhubungan dengan informasi yang didapat seseorang di
daerah endemis demam berdarah akan lebih sering mendapatkan
penyuluhan kesehatan bila dibandingkan dengan daerah non endemis,
sehingga perlu diberi sedikit penyuluhan kesehatan untuk masyarakat yang
endemis demam berdarah agar masyarakat lebih mengetahui tentang
informasi kesehatan lebih banyak. Dengan masyarakat yang pandai
menjaga lingkungan yang bersih dan jauh dari tumpukan sampah seperti
halnya kaleng bekas, sampah kering, dan lain-lain harus pandai-pandai
mengolah menjadi bahan kerajinan yang dapat menambah penghasilan,
sehingga kasus demam berdarah dapat menurun. Masyarakat juga harus
melakukan 3M yaitu menguras bak mandi, mengubur sampah yang susah
untuk diuraikan, dan mengubur sampah agar tercipta lingkungan yang
lebih sehat dan menurunkan angka kesakitan khususnya demam berdarah
(Notoatmojo, 2007).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat memberikan gambaran dalam memberikan asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan belajar.
2. Tujuan Khusus
5
b.
Memaparkan diagnosa klien dengan pemenuhan kebutuhan belajar.
c.
Memaparkan rencana keperawatan klien dengan pemenuhan
kebutuhan belajar.
d.
Memaparkan implementasi keperawatan klien dengan pemenuhan
kebutuhan belajar.
e.
Memaparkan evaluasi keperawatan klien dengan pemenuhan
kebutuhan belajar.
f.
Memaparkan dokumentasi klien dengan pemenuhan kebutuhan
belajar.
g.
Memaparkan tindakan inovasi keperawatan.
C. Manfaat penulisan
1. Manfaat Keilmuan
a.
Institusi Pendidikan
Penulisan KTI ini sebagai informasi tentang Asuhan Keperawatan
Pemenehuan Kebutuhan Belajar pada penderita Demam Berdarah
Dengue.
b.
Penulis
Karya Tulis Ilmiah ini memberikan pengalaman bagi penulis untuk
dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada klien yang menderita
Demam Berdarah Dengue dengan Pemenuhan Kebutuhan Belajar.
2. Manfaat Aplikatif
a.
Rumah Sakit
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai tambahan
referensi karya tulis bagi pihak rumah sakit tentang Asuhan
Keperawatan, khususnya pada pasien dengan Pemenuhan
Kebutuhan Belajar.
b.
Bagi klien dan Keluarga
1)
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
pengertian DBD, cara pencegahan, dan perawatan dirumah.
2)
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang resiko
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, R. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Masyarakat
Desa Bulurejo.Disertasi UMS (tidak dipublikasikan).
Azmi, (2013
). Kesehatan Remaja, Problem dan Solusinya
. Jakarta :
Salemba.
Carpenito, L. J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.
Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif Penerbit Buku
Kedokteran
EGC. Jakarta.
Fitria, L., Wahjudi, P., & Wati, D. M. (2014). Pemetaan Tingkat Kerentanan
Daerah terhadap Penyakit Menular (TB Paru, DBD, dan Diare) di
Kabupaten Lumajang Tahun 2012.
Pustaka Kesehatan
.
Handoko, S. A. S. J. (2013). Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang
Penyakit DHF dengan Sikap Keluarga dalam Pencegahan Penyakit
DHF.
Jurnal Florence
Herdman, H. (2013).
NANDA International, Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi
2012-2014.
Jakarta. EGC.
Hidayati, R. (2008). Pemanfaatan Informasi Iklim Dalam Pengembangan
Model Peringatan Dini Dan Pengendalian Kejadian Penyakit Demam
Berdarah Dengue Di Indonesia.
Imelda, Y. H. Gambaran Keberdayaan Masyarakat dan Peran Kader
Kesehatan dalam Mengendalikan Demam Berdarah Dengue di
Kelurahan Tidung di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-kassi Makassar.
Indonesia, K. K. (2015). Profil kesehatan Indonesia tahun 2011.
Kebumen, D. K. K. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun
2011.
Kusumawardani, E., Arkhaesi, N., & Hardian, H. (2012). Pengaruh
Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap dan
Praktik Ibu Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Anak.
Murwani, A. (2008). Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan.
Notoatmodjo, S. (2007).
Promosi kesehatan dan ilmu perilaku
. Jakarta :
Rineka Cipta.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005).
Buku ajar fundamental keperawatan:
konsep, proses, dan praktik
. Jakarta: EGC.
Pramono, M. S., & Paramita, A. (2011). Peningkatan Pengetahuan
Anak-Anak Tentang PHBS Dan Penyakit Menular Melalui Teknik KIE
Berupa Permainan Elektronik.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
,
14
(4 Okt).
Pratiwi, D. A., Yuniar, N., & Erawan, P. E. M. (2016). Pengaruh
Penyuluhan Metode Permainan Edukatif dan MetodE Ceramah
Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan tentang Pencegahan
Penyakit Diare pada Murid SD di Kecamatan Poasia Kota Kendari
tahun 2015.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
.
Rebetez, C., & Betrancourt, M. (2007). Video game research in cognitive
and educational sciences.
Cognition, Brain, Behavior
.
Resmiati, R., Cita, Y. P., & Susila, A. (2009). Pengaruh penyuluhan demam
berdarah terhadap perilaku ibu rumah tangga.
Kesmas: Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional
.
Sari, R. Y. (2013). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode
Pendidikan Individual terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga
tentang Demam Berdarah Dengue.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S.
(2006).
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi Ke-4.
Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.
Sukmadinata, N. S. (2007).
Metode penelitian
. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
SyahMuhibbin, (2006).
Psikologi Belajar
. Jakarta : PT. Raja Grapindo
Persada.
Tengah, D. K. P. J. (2012). Profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun
2012.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
Disusun oleh :
AHKYEN NURHANIFAH
A01301714
PRODI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Pokok bahasan
: Mengenal Demam Berdarah
Sub pokok bahasan
: DHF (Dengue Heart Fever) / Demam Berdarah
Sasaran
: Klien dan keluarga klien
Waktu
: 1 X 15 menit
Ruang
: Ruang Barokah
.
I. Latar Belakang
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang di sebabkan
oleh virus Dengue dengan tanda dan gejala demam,nyeri otot,nyeri sendi disertai
lekopenia,ruam,limfadenopati,trombositopenia.(Rohim 2009).
Pada bulan januari 2009,penderita DHF yang terjadi di beberapa kota di
Jawa Tengah sampai pertengahan 2009 sebanyak 27670rang 73 diantaranya
meninggal (Lismiyati,2009).
Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami dengue syok
sindrom yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien
mengalami deficit volume cairan akibat meningkatnya premeabilitas kapiler
pembuluh darah menuju keluar pembuluh. Sebagai akibatnya hamper 35% pasien
DHF terlambat ditangani di RS mengalami syok hipovolemik hingga meninggal.
II.
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan mengenai Demam Berdarah Dengue timbul
kesadaran warga masyarakat untuk melakukan pencegahan terhadap timbulnya
penyakit Demam Berdarah Dengue
.
III.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan mengenai Demam Berdarah Dengue klien dan
keluarga klien mampu menyebutkan:
a.
Pengertian Demam Berdarah Dengue
c.
Gejala penyakit Demam Berdarah Dengue
d.
Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue
IV.
Garis Besar Materi
a.
Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue
b.
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue
c.
Gejala penyakit Demam Berdarah Dengue yang tampak
d.
Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue
V. Metode
a.
Ceramah
b.
Tanya jawab
VI.
Media
Leaflet
.
Proses Kegiatan
No.
Kegiatan
Respon Pasien
Waktu
1.
Pendahuluan
a.
Menyampaikan salam
b.
Menjelaskan tujuan
c.
Apersepsi
a.
Membalas salam
b.
Mendengarkan
dengan aktif
c.
Mendengarkan
dan memberikan
respon
5 menit
2.
a.
Pengertian Penyakit Demam
Berdarah Dengue
b. Pengertian Penyakit Demam
Berdarah Dengue
c.
Penyebab penyakit Demam
a.
Mendengarkan,
memperhatikan
b.
Menceritakan
pengalamannya
dalam
Demam
Berdarah Dengue
d.
Gejala penyakit Demam
Berdarah Dengue
e.
Pencegahan penyakit Demam
Berdarah Dengue
Berdarah Dengue
4.
Penutup
a.
Tanya jawab
b.
Menyimpulkan
hasil
pelatihan
c.
Memberikan salam
a.
Menanyakan hal
yang belum jelas
b.
Aktif, bersama
dalam
menyimpulkan
c.
Membalas salam
10 menit
IX.
Evaluasi
Tanya jawab
MATERI PENYULUHAN
A.
Definisi
Dengue Haemoragic Fever (dhf) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke
dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty
(betina),Christiantie Effendy.1995)
Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
(betina)
B.
Penyebab
Terdapat 4 serotipe virus yaitu Den 1,den 2,den 3 dan den 4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue,keempat serotype di temukan di Indonesia dengan Den 3
merupakan serotype terbanyak.Terdapat reaksi silang anatara serotype
dengue dengan flavivirus lain seperti yellow fever,Japanese encephalitis
dan west nille virus.
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan
mamalia
seperti
tikus,kelinci,anjing,kelelawar
dan
primate.Survei
epidemiologi pada hewan ternak di dapatkan antibody terhadap virus
dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus aedes (stegomya)dan
toxorynchites
C.
Manifestasi klinis
1.
Demam tinggi 2
–
7 hari disertai mengigil
2.
Mual dan muntah
3.
Pegal
–
pegal pada seluruh badan
4.
Perdarahan di bawah kulit
5.
Perdarahan lain, batuk darah, muntah darah, berak darah dan kencingss
darah
D.
Penanganan
1.
Penderita harus tirah baring atau istirahat total di tempat tidur
2.
Penderita diberi diit makanan lunak
3.
Penderita harus minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa :
susu, teh manis, sirup dan oralit. Pemberian cairan merupakan hal
yang paling penting bagi penderita demam berdarah
4.
Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium (setiap
hari darah penderita diambil untuk pemeriksaan Hb, HT dan
trombosit)
5.
Foto throkas (Rontgen)
6.
Pemberian cairan intravena (infus)
7.
Transfusi darah
9.
Pemberian therapi obat.
E.
Pencegahan
Tindakkan yang dilakukan adalah dengan memutuskan rantai
siklus hidup nyamuk aedes aegypti pada fase nyamuk dewasa dan fase
larva hidup. Dapat dilakukan dengan cara :
1.
Memelihara lingkungan tetap bersih dan cukup sinar matahari.
2.
Melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara :
a.
Menutup dan menguras tempat penampungan air setiap minggu
agar bebas dari jentik nyamuk.
b.
Mengubur, membakar dan membuang kaleng bekas, botol bekas,
tempurung dan sampah lain sehingga tidak menjadi tempat
perindukkan nyamuk aedes aegypti.
c.
Rapikan halaman dan jangan biarkan semak
–
semak di halaman
tak terurus.
d.
Bersihkan selokan agar air dapat mengalir dengan lancar.
e.
Tidak membiarkan kain/baju
–
baju tergantung.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi,C.1995.Perawatan klien DHF. EGC.Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIC FEVER
DI RUANG BAROKAH
PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
DISUSUN OLEH :
AHKYEN NURHANIFAH
A01301714
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG
DEMAM BERDARAH
A.
Definisi
Demam berdarah adalah suatu penyakit demam akut disebabkan oleh virus
yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aides Aegypti yang
menyerang pada anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan: demam, nyeri
otot dan sendi, manifestasi perdarahan dan cenderung menimbulkan syok yang
dapat menyebabkan kematian. (Hendaranto, 2007 ).
Demam berdarah adalah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan disebabkan oleh virus ditandai dengan permebilitas kapiler, kelainan
homeostasis dan pada kasus berat syndrome syok kehilangan protein.
Jadi demam berdarah adalah suatu demam akut yang disebabkan oleh
virus yang masuk kedalam tubuh melalui nyamuk aides aegepty.
B.
Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, terjadi viremia yang ditandai
dengan demam, sakit kepala, mual nyeri otot, pegal disekitar tubuh, hiperemia di
tenggorokan, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit, selain itu kelainan dapat
terjadi pada sistem retikula endotetial, seperti pembatasan kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler sehingga cairan
keluar dari intraseluler ke ekstraseluler. Akibatnya terjadi pengurangan volume
plasma, penurunan tekanan darah, hemokosentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya
sampai 30% atau kurang. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat
kehilangan plasma tidak segera diatasi, maka akan terjadi anorekma jaringan,
asidosis metabolik, dan kematian. ( Pice, Sylvia A dan Lortainne,2006 ).
C.
Manifestasi klinis
Infeksi virus dapat mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi, mulai dari
asimtomatik, penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile ilness), demam
dengue, demam berdarah, sampai dengan sindroma syok dengue.
1.
Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke
dalam kulit, terdapat masa laten yang berlangsung 4
–
5 hari diikuti oleh demam ,
sakit kepala dan malaise. Dan masa inkubasi nya adalah antara 13-15 hari.
2.
Demam
Perjalanannya khas pada anak sakit, fase pertama dengan demam terjadi
secara mendadak, malaise, muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk disertai
dengan deteriorasi klinik yang cepat dan kolaps. Pada fase kedua, penderita
biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan panas, muka merah,
keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Sering kali ada ptekie
tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin mulai tampak, dan
mudah memar. Serta berdarah pada tempat pungsi vena.
Ruam makular atau makulopapular, mungkin muncul dan mungkin ada
sianosis sekeliling mulut dan perifer, pernapasan cepat dan sering berat. Nadi
3.
Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit, dan dapat berupa uji turniket yang positif, mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Selain itu juga dapat
dijumpai epstaksis dan perdarahan gusi , hematomesis dan melena.
Kurang dari 10% penderita menderita ekimosis atau perdarahan saluran
cerna yang nyata, biasanya pasca syok yang tidak terkoreksi.
4.
Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, hati mungkin
membesar antara 4-6 cm. Keras dan agak nyeri. meskipun pada anak yang kurang
gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati
teraba kenyal , harus diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada
penderita.
5.
Renjatan ( syok )
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda
–
tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada
ujung hidung , jari tangan dan jari kaki serta cyanosis di sekitar mulut. Bila syok
terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk.
Nadi menjadi lembut dan cepat, kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah
6.
Gejala klinik lain
Nyeri epigastrum, muntahmuntah, diare maupun obstipasi dan kejang
-kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya
perdarahan gastrointestinal dan syok. ( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare.
2002 ).
a.
Derajat Kriteria DHF
1)
Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalah dengan uji tourniquet.
2)
Derajat II
Merupakan derajat I yang disertai dengan perdarahan kulit/perdarahan
lain.
3)
Derajat III
Terdapat kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat, dan lembut. Tekanan
nadi menurun (20 mmHg), atau hipotensi, sianosis disekita mulut, kulit
dingin dan lembab dan anak nampak gelisah.
4)
Derajat IV
Syok berat (
profound shock
) nadi tidak dapat teraba dan tekanan darah
tidak teratur.
D.
Pemeriksaan penunjang
Dengan melakukan pemerikasaan hemoglobin, hematokrit, hitung
Gejala spesifik ditandai dengan trombositopenia ringan yang sangat nyata
bersamaan dengan hemokonsentrasi. Leukosit normal pada 1-3 hari pertama
menurun saat terjadi syok dan meningkat saat syok teratasi.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
1.
Trombositopenia (<1000.000/UI)
2.
Hemokonsentrasi ( nilai Ht lebih dari 20% normal)
3.
Leucopenia (<5000/mmk)
4.
Uji tornikuet / rimpel loede test +
5.
Hepatomegali
6.
Waktu perdarahan memanjang
7.
Waktu protombin memanjang
8.
Suhu turun
9.
hipotensi
E.
Diagnosa keperawatan
1.
Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi/proses penyakit.
2.
Resiko terjadinya syok hipovolemik b.d perdarahan yang berlebihan
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake makanan yang
tidak adekuat akibat mual , muntah , sakit menelan dan tidak nafsu
makan.
4.
Kurang volume cairan vaskuler b.d pindahnya cairan dari intra
vaskuler ke ekstra vaskuler sdengan peningkatan permeabilitas
F.
Pathway
Masuk Tubuh Manusia
Melalui Gigitan Nyamuk
Aides Aigepti
Viremia
Cairan keluar dari
intra vaskuler ke
ekstra vaskuler
Volume plasma
Nyeri
mid-epigastrium
Hipotensi,
hemokonsentrasi,
hipotermia,efusi,
Renjatan
Resiko Syok Hipovolemik
Trombosit
Resiko
Perdarahan
Hiperemia
Ifeksi
Kelainan sistem
retilkulo
endothelial
Virus Dengue
Demam
Peningkatan
permeabilitas dinding
kapiler
Mual,
muntah
anoreksia
G.
Intervensi
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Peningkatan
suhu
kembali normal setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 2 x
24 jam , dengan kriteria
hasil :
Suhu pasien antara
36
–
37 º C
Pasien tidak gelisah
Resiko terjadinya syok
hipovolemik berkurang
5.
Anjurkan pasien memakai
pakaian yang tipis dan
menyerap keringat
6.
Ganti pakaian dan alat
tenun jika basah.
1.
Observasi keadaan umum
dan tanda-tnda vital
2.
Puasa makan dan minum
pada perdarahan saluran
Perubahan
nutrisi
kurang dari kebutuhan
b.d intake makanan
yang tidak adekuat ,
akibat mual , muntah ,
sakit
menelan
dan
tidak nafsu makan.
Ht
dalam
batas
normal 37
–
43 %
Pasien terlihat tidak
gelisah
Kebutuhan
nutrisi
pasien akan terpenuhi
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam ,
dengan kriteria hasil :
Pasien
dapat
menghabiskan porsi
makanan
yang
dihidangkan
Berat badan pasien
stabil
1.
Anjurkan pasien makan
dengan porsi kecil tapi
sering.
2.
Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
melaksanakan program
medik
tentang
pemberian infus makan ,
antisida dan antimetik
2.
Puasa membantu
mengistirahatkan
saluran pencernaan
untuk
sementara
selama perdarahan
berasal
dari
saluran cerna.
1.
Asupan
nutrisi
pasien sedikit demi
sedikit terpenuhi
2.
Mengurangi mual ,
sakit menelan dan
tidak nafsu makan
Kurang volume cairan
vaskuler
b.d
pindahnya cairan dari
intra
vaskuler
ke
ekstra
vaskuler
sdengan peningkatan
permeabilitas dinding
plasma.
Kurangnya
volume
cairan
dalam
tubuh
pasien akan berkurang
setela
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam ,
dengan kriteria hasil :
Pasien
tidak
mengalami
kekurangan volume
cairan vaskuler yang
ditandai
dengan
tanda
–
tanda vital
stabil dalam batas
normal
produksi
urine > 30 cc / jam.
Pasien tidak merasa
haus , mukosa mulut
tidak kering.
1.
Anjurkan pasien untuk
banyak minum
2.
Pantau
masukan
dan
pengeluaran ; catat berat
jenis urine.
3.
Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian infus.
1.
Volume
cairan
dalam
tubuh
bertambah
2.
Memberikan
perkiraankebutuhan
akan
cairan
pengganti , fungsi
ginjal
dan
keefektifan
dari
terapi
yang
diberikan.
3.
Meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2007.
Buku Saku Diagnosa Keperawatan
. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E. 2006.
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 2006.
Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi Empat Buku Kedua
. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2007.
Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Volume 1
. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2005.
Ilmu Kesehatan Anak: Buku
kuliah
. Jakarta: Bagian ilmu kesehatan FKUI.
311
PENINGKATAN PENGETAHUAN ANAK-ANAK TENTANG PHBS
DAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TEKNIK KIE
BERUPA PERMAINAN ELEKTRONIK
Mochamad Setyo Pramono1 dan Astridya Paramita1
ABSTRACT
Background: Report on Result of National Basic Health Research (Riskesdas) 2007 by National Institute Health Research & Development Ministry of Health showed that only 38.7% prevalence Behavior of Clean and Healthy Living (PHBS). This means that most residents do not behave in a clean and healthy living. Promotion of clean and healthy lifestyle needs to start early age to become additional knowledge and further expected to be practiced in everyday life, and become part of norm of their lives. Method: This research is applied in the form of an experiment to test the Communication, Information and Education (KIE) technique designed in this study with aims to increase the children knowledge about PHBS and infectious disease. The fi rst phase, the object of research is children who are chosen as samples are given a questionnaire to determine the extent of their understanding of clean and healthy lifestyle and infectious diseases. The second phase they received treatment in the form of the game e-games that are played for at least 2 times the time span for 2 weeks. The third stage they received the same questionnaire as in the fi rst stage. Result: Based on the different test results showed that there was a signifi cant increase between the average value of knowledge before and after treatment.
Key words: Behavior of Clean and Healthy Living, infectious diseases, children
ABSTRAK
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang dilakukan oleh Balitbangkes Kementrian Kesehatan menunjukkan bahwa hanya 38,7% Prevalensi Rumah Tangga yang Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Promosi PHBS perlu dimulai sejak usia dini agar menjadi tambahan pengetahuan dan selanjutnya diharapkan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadi bagian dari norma hidup mereka. Penelitian ini adalah penelitian terapan berupa eksperimen untuk menguji teknik KIE yang dirancang dalam penelitian ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan anak-anak tentang PHBS dan penyakit menular. Tahap pertama, objek penelitian yaitu anak-anak yang terpilih sebagai sampel diberi kuesioner untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka tentang PHBS dan penyakit menular. Tahap kedua mereka mendapat perlakuan berupa permainan e-game yang dimainkan selama minimal 2 kali dengan rentang waktu selama 2 minggu. Tahap ketiga mereka mendapat kuesioner yang sama seperti pada tahap pertama. Berdasarkan hasil uji beda menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifi kan antara nilai rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah perlakuan.
Kata kunci: PHBS, penyakit menular, anak-anak
Naskah Masuk: 5 September 2011, Review 1: 7 September 2011, Review 2: 7 September 2011, Naskah layak terbit: 19 September 2011
1 Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Balitbangkes Kementrian Kesehatan RI.
Alamat korespondensi: E-mail: yoyokpram@yahoo.com
PENDAHULUAN
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan
k e s e j a h t e r a a n m a s y a r a k a t a d a l a h d e n g a n
melaksanakan pembangunan yang berwawasan
kesehatan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat setiap orang
312
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 14 No. 4 Oktober 2011: 311–319
Pusat Pemberdayaan Masyarakat, yang sekarang
disebut Pusat Promosi Kesehatan, sejak tahun 1996
mulai memperkenalkan Program Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). Program PHBS adalah upaya
untuk memberi pengalaman belajar atau menciptakan
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup
bersih dan sehat, melalui pendekatan pimpinan, bina
suasana dan pemberdayaan masyarakat (Depkes,
2008).
Secara nasional pemerintah telah menetapkan
10 indikator keluarga PHBS, yaitu (1) Ibu hamil
memeriksakan kehamilannya kepada tenaga
kesehatan dan pada saat melahirkan ditolong oleh
tenaga kesehatan juga. Bagi Pasangan Usia Subur
(PUS) mengikuti program Keluarga Berencana.
(2) Bayi diimunisasi, dan anak balita ditimbang secara
berkala. (3) Keluarga tersebut makan makanan
yang bergizi dalam jumlah yang sesuai. (4) Keluarga
tersebut buang air besar di WC/jamban. (5) Keluarga
tersebut menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari. (6) Keluarga tersebut membersihkan
rumah dan halaman dari sampah dan hal-hal yang
dapat menjadi sarang nyamuk. (7) Mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang
air besar. (8) Tidak ada satu pun anggota keluarga
yang merokok. (9) Menyadari bahaya HIV/AIDS.
(10) Mengikuti program JPKM (Depkes, 2000).
Sementara itu, dari 10 indikator PHBS tidak semuanya
digunakan pada penelitian ini ketika mendesain
permainan elektronik. Indikator yang digunakan
disesuaikan dengan kemampuan daya tangkap
anak-anak yaitu indikator ketiga, lima, enam, tujuh,
dan delapan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan
menunjukkan bahwa hanya 38,7% Prevalensi Rumah
Tangga yang Berperilaku Bersih Bersih dan Sehat
(Depkes, 2008). Indikator PHBS yang digunakan
pada Riskesdas memang agak berbeda dengan
indikator PHBS secara nasional. Indikator PHBS
Riskesdas meliputi 4 indikator rumah tangga dan
6 indikator individu. Indikator RT meliputi memiliki
akses air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian
luas lantai dengan jumlah penghuni dan lantai rumah
bukan dengan tanah. Sedangkan indikator individu
meliputi persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi di
bawah 6 bulan mendapat ASI eksklusif, kepemilikan
jaminan pemeliharaan kesehatan dan penduduk tidak
merokok, cukup beraktivitas fi sik, dan cukup konsumsi
sayur dan buah.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan PHBS adalah dengan melakukan
promosi PHBS ke seluruh lapisan masyarakat.
Kelompok masyarakat yang potensial dijadikan
sasaran promosi PHBS adalah anak-anak tingkat
Sekolah Dasar (SD) karena pada usia tersebut
mereka aktif bergerak dan bermain dengan tanah
yang merupakan media penularan penyakit.
Merupakan masa eksploratif (bermain-main) dengan
lingkungannya serta usia yang tepat untuk menerima/
menyerap informasi dengan cepat.
PHBS untuk anak usia SD dimulai dengan
membentuk kebiasaan sikat gigi dengan benar,
mencuci tangan, serta membersihkan kuku dan
rambut. PHBS yang sangat sederhana tersebut akan
mengurangi risiko terkena penyakit. Salah satunya
adalah diare. Penyakit diare menjadi penyebab
kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak
terutama balita. Sebuah ulasan yang membahas
sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa
cuci tangan dengan sabut dapat memangkas angka
penderita diare hingga separuh (http://id.wikipedia.
org/wiki/). Promosi PHBS perlu dimulai sejak usia dini
agar menjadi tambahan pengetahuan dan selanjutnya
diharapkan dapat dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari, serta menjadi bagian dari norma hidup
mereka. Promosi PHBS bisa disampaikan melalui
berbagai media massa, baik media cetak maupun
media elektronik. Seiring dengan perkembangan
teknologi saat ini marak permainan berupa permainan
elektronik (
elektronik game
). Bagi mereka yang
kecanduan bahkan bisa menghabiskan waktunya
berjam-jam untuk memainkannya.
Salah satu ciri positif yang terkandung dari
game
adalah sportivitas sehingga menang dan kalah adalah
hal biasa. Manfaat lainnya adalah aspek kecerdasan
dan refl ek saraf yang sebenarnya juga terasah dalam
sebuah
game
, terutama game yang bersifat kompetitif.
Itulah mengapa kini juga banyak dikembangkan
game
Peningkatan Pengetahuan Anak-anak tentang PHBS (Mochamad Setyo Pramono dan Astridya Paramita)
313
sehingga permainan elektronik sebenarnya juga baik
jika dilibatkan dalam proses pendidikan (http://berita.
kapanlagi.com). Penelitian juga mendapati bahwa
game
dapat membantu kemampuan kita dalam
menghadapi data visual yang sangat banyak setiap
harinya. Studi yang dipublikasikan
WIREs Cognitive
Science
, juga menyebutkan bahwa
gamer
secara
konsisten melampaui
non-game
r dalam tes perhatian
visual (http://www.antaranews.com/berita).
Berdasar latar belakang di atas maka penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan
anak-anak tentang PHBS, serta mengkaji pengaruh
teknik KIE (komunikasi, Informasi, dan edukasi)
berupa permainan elektronik terhadap peningkatan
pengetahuan anak-anak tentang PHBS dan penyakit
menular.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian terapan. Jenis
penelitiannya adalah penelitian eksperimen untuk
menguji rancangan teknik KIE yang terbagi menjadi 3
tahap. Tahap pertama, objek penelitian diberi kuesioner
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka
tentang PHBS dan penyakit menular. Tahap kedua
mereka mendapat perlakuan berupa permainan
elektronik yang dimainkan selama minimal 2 kali
dengan rentang waktu selama 2 minggu. Tahap ketiga
mereka mendapat kuesioner yang sama seperti pada
tahap pertama. Pada akhirnya dilakukan uji beda
sebelum dan sesudah mereka mendapat perlakuan.
Permainan elektronik yang dikembangkan
berupa permainan multimedia interaktif yang berisi
pengetahuan tentang penyakit menular dan PHBS.
Materi PHBS yang dimuat meliputi makanan bergizi,
buang air besar, sikat gigi, kebersihan kuku dan
rambut, kebersihan lingkungan, cuci tangan dan
bahaya merokok. Materi penyakit menular yang
diulas adalah Demam Berdarah Dengue (DBD),
diare dan influenza. Materi yang dimuat adalah
penyebab, gejala, media penularan dan bagaimana
pencegahannya.
Populasi penelitian ini adalah siswa SD kelas 2
yang berusia antara 6–9 tahun. Pemilihan sampel
khusus kelas 2 bertujuan agar kondisi homogen
sehingga dapat meminimalkan variasi. Pada rentang
usia kelas 2 SD merupakan tahapan operasi konkrit,
di mana dia sudah mulai independen dan ingin tahu
akan segala hal. Hasil perhitungan estimasi besar
sampel, maka besar sampel yang dibutuhkan adalah
minimal 97 anak pada tiap kota, pada prakteknya
jumlah sampel yang diambil adalah total 303 anak.
Studi dilakukan di kota Malang dan Yogyakarta pada
tahun 2009.
Di Kota Malang dan Yogyakarta masing-masing
dipilih 5 sekolah dasar negeri (SDN). Pemilihan 5 SD
ini mengikuti lokasi jumlah dan lokasi kecamatan atau
jumlah Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang biasanya
berdasasarkan area wilayah kerja Dinas Pendidikan
masing-masing daerah studi. Siswa di kecamatan
atau wilayah tadi diasumsikan homogen sehingga
dapat diwakili oleh salah satu SDN yang berada
di wilayah tersebut. Sekolah di Kota Malang yang
terpilih yaitu: SDN Purwantoro I, SDN Kauman I,
SD BI Tlogowaru, SDN Dinoyo II dan SDN Sukun
III. Sedangkan sekolah di Kota Yogyakarta yang
terpilih adalah SDN Gedong Tengen, SDN Tegal
Rejo I, SDN Ungaran III, SDN Glagah dan SDN
Panembahan. Penelitian ini sedikit banyak akan
menyita waktu belajar mengajar mereka, sehingga
ketika memberikan perlakuan harus menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi. Maka untuk memudahkan
proses pelaksanaan penelitian, siswa sebagai objek
dipilih 1 kelas secara total, dengan asumsi jika ada
lebih dari 1 kelas tidak ada beda kualitas siswa
antarkelas yang satu dengan yang lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
314
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 14 No. 4 Oktober 2011: 311–319
pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan
sesudah perlakuan (tabel 2). Hal yang sama berlaku
juga untuk pengetahuan tentang Penyakit Menular.
Tabel 1.
Nilai Rata-rata pengetahuan PHBS dan
Penyakit Menular sebelum dan sesudah
diberi perlakuan
Kota Studi Malang Yogyakarta
Mean St. Dev. Mean St. Dev.
pre PHBS 94.19 7.802 88.51 15.589 post PHBS 97.81 4.490 95.07 7.377 pre PM 73.29 22.480 68.85 24.675 post PM 93.42 10.595 86.82 17.065
n 155 148
Gambaran pengetahuan PHBS berdasarkan
jenis kelamin
Hipotesis awalnya adalah ada dugaan jenis kelamin
berpengaruh pada aspek kognitif. Hasil penelitian
Saleh Haji pada anak-anak SD yang menerapkan
sebuah metode pembelajaran matematika tertentu
menyimpulkan bahwa terdapat interaksi yang signifi kan
antara pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin
terhadap sikap siswa terhadap matematika. Sumber
lain menginformasikan bahwa pada masa puber
perkembangan otak laki-laki terlambat dua tahun
dari perempuan, ini menerangkan mengapa siswa
laki-laki lebih sulit belajar bahasa, tetapi anak laki
lebih cepat menyerap pelajaran matematika daripada
perempuan (http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/
article/). Berdasarkan latar belakang tersebut pada
penelitian ini juga dilakukan analisis berdasarkan
jenis kelamin.
Hasil pengisian kuesioner pengetahuan
anak-anak tentang PHBS dan Penyakit Menular kemudian
dinilai, jika mereka menjawab benar dari semua
pertanyaan maka skor maksimal adalah 100. Secara
keseluruhan nilai rata-rata yang mereka peroleh
sudah cukup tinggi. Hal ini dimungkinkan karena soal
PHBS dibuat sesuai dengan kemampuan anak-anak.
Tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata pre dan post-
test pengetahuan tentang PHBS berdasarkan jenis
kelamin siswa.
Tabel 3.
Nilai pre-post test pengetahuan PHBS siswa
anak-anak
Nilai rata-rata pengetahuan PHBS
Jenis kelamin Pre-test Post test Total
laki-laki 89.0 95.8 155 perempuan 94.0 97.1 148 Total 91.4 96.5 303
Tabel di atas menunjukkan bahwa ternyata nilai
rata-rata dari siswa perempuan lebih tinggi daripada
siswa laki-laki baik saat pre maupun post-test. Akan
tetapi perlu dianalisis lebih jauh bagaimana distribusi
nilai tersebut. Untuk itu nilai tersebut dikelompokkan
menjadi 2, yaitu diatas rata dan di bawah
rata-rata pada saat pre-test sebagaimana ditampilkan
pada tabel 4. Nilai di atas rata-rata lebih banyak pada
kelompok perempuan sebesar 71,6% dibandingkan
kelompok laki-laki sebanyak 56,1%. Perbedaan
ini menunjukkan nilai yang signifi kan. Persentase
tersebut menunjukkan nilai awal pengetahuan PHBS
lebih baik pada kelompok anak perempuan. Hal ini
mungkin karena anak perempuan dalam budaya timur
pada kehidupan sehari-harinya lebih diwajibkan untuk
menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sebagai
contoh anak perempuan sudah dibiasakan menyapu
untuk menjaga kebersihan lingkungan atau menjaga
kebersihan diri seperti gosok gigi, gunting kuku
dan lain-lain yang bertujuan menjaga penampilan
(
Wardah, 2011)
.
Tabel 2.
Uji beda pengetahuan tentang PHBS dan Penyakit Menular setelah perlakuan
Lokasi 95% C. I. of the Difference t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Dev S.E. Mean
Peningkatan Pengetahuan Anak-anak tentang PHBS (Mochamad Setyo Pramono dan Astridya Paramita)
315
Tabel 4.
Nilai pre-test pengetahuan PHBS
anak-anak
Laki-laki 43,9 68 56,1 87 155 0,005 Perempuan 28,4 42 71,6 106 148
Total 36,3 110 63,7 193 303
Pertanyaan yang sama diajukan setelah dilakukan
permainan elektronik. Tabel 5 menunjukkan hasil
post-test untuk pengetahuan PHBS menurut jenis
kelamin. Nilai tersebut juga dikelompokkan menjadi
2, di atas rata-rata dan di bawah rata-rata pada saat
post-test. Nilai di atas rata-rata lebih banyak pada
kelompok perempuan sebesar 63,5% dibandingkan
kelompok laki-laki sebanyak 56,1%. Perbedaan ini
menunjukkan nilai yang tidak signifi kan. Bahkan jika
dibandingkan dengan hasil pre-test pada kelompok
perempuan terjadi penurunan persentase, sedangkan
pada kelompok laki-laki stabil (komposisi proporsi nilai
pre dan post baik yang di bawah dan yang di atas
rata-rata tidak berubah).
Tabel 5.
Nilai post test pengetahuan PHBS
anak-anak
Laki-laki 43,9 68 56,1 87 155 0,190 Perempuan 36,5 54 63,5 94 148
Total 40,3 122 59,7 181 303
Hal yang menyebabkan persentase pada anak
laki-laki tidak ada peningkatan bahkan pada anak
perempuan malah terjadi penurunan, mungkin
karena frekuensi bermain permainan elektronik yang
sangat sedikit sehingga menyebabkan kurang dapat
memahami materi dalam permainan yang merupakan
upaya intervensi pengetahuan PHBS. Frekuensi yang
terdeteksi pada siswa yang memainkan permainan
elektronik ini adalah dua kali, yaitu ketika pertama
kali dikenalkan dan kunjungan kedua yaitu ketika
akan melakukan post-test dengan interval waktu
2 minggu sejak kunjungan pertama. Ada kemungkinan
siswa juga memainkan
game
ini di luar waktu tersebut,
mungkin pada waktu luang, ketika pelajaran komputer
dan lain-lain. Kemungkinan lainnya adalah disebabkan
desain kuesionernya, untuk itu diperlukan penelitian
lanjutan.
Gambaran Pengetahuan Penyakit Menular
Berdasarkan Jenis Kelamin
Sebagaimana pada pengetahuan PHBS maka
dilakukan pula penilaian pengetahuan anak-anak
tentang penyakit menular. Penyakit menular yang
diujikan dalam hal ini adalah penyakit DBD, diare
dan infl uensa yang meliputi pengetahuan tentang
bagaimana penyebab, gejala, media penularan dan
cara pencegahan. Ternyata nilai rata-rata pengetahuan
tentang penyakit menular lebih rendah daripada
pengetahuan tentang PHBS. Sebagai pembanding
pada pre-test ternyata nilai rata-rata pengetahuan
untuk penyakit menular sebesar 71,1 sedangkan untuk
PHBS sebesar 91,4. Kondisi ini cukup masuk akal
karena tentang penyakit membutuhkan pengetahuan
lebih jika dibandingkan dengan PHBS yang mungkin
relatif sudah biasa mereka ketahui atau alami dalam
kehidupan sehari-hari.
Tabel 6.
Nilai pre-post test pengetahuan Penyakit
Menular siswa SD kelas 2
316
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 14 No. 4 Oktober 2011: 311–319
Tabel 7.
Nilai pre test pengetahuan Penyakit Menular
siswa SD kelas 2
Laki-laki 47,7 74 52,3 81 155 0,306 Perempuan 41,9 62 58,1 86 148
Total 44,9 136 55,1 167 303
Pertanyaan yang sama diajukan setelah dilakukan
permainan elektronik. Tabel 8 menunjukkan hasil post-
test untuk pengetahuan penyakit menular menurut
jenis kelamin. Nilai tersebut juga dikelompokkan
menjadi 2, di atas rata-rata dan di bawah rata-rata pada
saat post-test. Nilai di atas rata-rata lebih banyak pada
kelompok perempuan sebesar 58,1% dibandingkan
kelompok laki-laki sebanyak 49,0%. Perbedaan ini
menunjukkan nilai yang tidak signifi kan. Bahkan jika
dibandingkan dengan hasil pre-test pada kelompok
laki-laki terjadi penurunan persentase, sedangkan
pada kelompok perempuan stabil (tidak berubah).
Tabel 8.
Nilai post-test Pengetahuan Penyakit
Menular Siswa SD Kelas 2
Laki-laki 51,0 79 49,0 76 155 0,113 Perempuan 41,9 62 58,1 86 148
Total 46,5 141 53,5 162 303