• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR PADA Tn. S DI RUANG BAROKAH RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR PADA Tn. S DI RUANG BAROKAH RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG - Elib Repository"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

i

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR

PADA Tn. S DI RUANG BAROKAH

RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif

Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

AHKYEN NURHANIFAH

A01301714

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)

iv

Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

KTI Agustus 2016

Ahkyen Nurhanifah

1

, Arnika Dwi Asti

2

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR

PADA TN.S DI RUANG BAROKAH

RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

PENGKAJIAN : Tn. S, umur 40 tahun, jenis kelamin laki-laki, alamat Cilacap, agama islam,

pendidikan SD, pekerjaan swasta, suku jawa. Pasien datang ke IGD RS PKU

MUHAMMADIYAH GOMBONG pada tanggal 28-05-2016 pukul 13.00 WIB dengan keluhan

demam sudah 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Klien mengatakan pusing, mual tetapi tidak

muntah, lemes, napsu makan menurun, mulut rasanya pahit. Pada saat di IGD dilakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil suhu : 38,5

0

C, tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi :

78x/menit, respiratori rate : 20x/menit, dilakukan pemasangan infus RL 20 tpm.

DIAGNOSA KEPERAWATAN : Diagnosa yang muncul adalah mual berhubungan dengan

peningkatan asam lambung, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber

informasi, resiko perdarahan berhubungan dengan defisiensi trombosit.

INTERVENSI : Rencana tindakan yang telah dibuat yaitu diagnosa 1. kaji tingkat pengetahuan

klien dan keluarga. 2. berikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat pemahaman klien. 3. berikan

motivasi klien untuk belajar.

IMPLEMENTASI : Tindakan yang sudah dilakukan yaitu 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien

dan keluarga. 2. Memberikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat pemahaman klien. 3.

Memberikan motivasi klien untuk belajar.

EVALUASI : Dari 3 diagnosa keperawatan yang muncul dalam asuhan keperawatan sudah teratasi

2 diagnosa yaitu mual dan defisiensi pengetahuan. Diagnosa yang ke-3 belum teratasi maka dapat

dilanjutkan intervensi sesuai program.

Kata kunci: asuhan keperawatan, belajar,

edu game

.

(5)

v

Diploma III of nursing Program

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong

Nursing Care Report, August 2016

Ahkyen Nurhanifah

1

, Arnika Dwi Asti

2

ABSTRACT

NURSING CARE TO MEETING THE NEEDS OF LEARNING

TN.S IN THE ROOM BAROKAH

RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

ASSESSMENT : Name Mr. S, aged 40 years, male gender, address Cilacap, religion Islam,

elementary education, private employment, ethnic Javanese. Patients come to the IGD RS PKU

Muhammadiyah gombong on 28-05-2016 at 13:00 pm with fever already four days before entering

the hospital. Clients say dizziness, nausea, but not vomiting, limp, decreased appetite, mouth tastes

bitter. At the time in the IGD examination vital signs with the results of the temperature: 38.50 C,

blood pressure: 110/80 mmHg, pulse: 78x / minute, respiratory rate: 20 times / min, do infusion

RL 20 tpm.

NURSING DIAGNOSIS

: Nursing diagnoses that arise are nausea associated with increased

gastric acid, deficiency of knowledge related to the lack of resources, the risk of bleeding

associated with the inherent coagulation (thrombocytopenia).

INTERVENTION

: A plan of action has been made that diagnosis 1. examine the level of

knowledge of the client and family. 2. provide health education appropriate level of understanding

of the client. 3. provide client motivation to learn.

IMPLEMENTATION

: The action has been carried out, namely: 1. Assess the level of knowledge

of the client and family. 2. Provide health education appropriate level of understanding of the

client. 3. Provide the client's motivation to learn.

EVALUATION

: Evaluation of three nursing diagnoses that appear in nursing care has been

resolved two diagnoses are nausea and knowledge deficiency.

Keywords: nursing care, learning ,

edu game

.

1. Univercity Students Diploma III of Nursing Muhammadiyah Health Sciences Institutet of

Gombong

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr, wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Ujian Komprehensif ini dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Belajar pada Tn.S di ruang

Barokah RSU PKU Muhammadiyah Gombong”.

Adapun penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil

Ujian Komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan yaitu

jenjang D III Keperawatan.

Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penulis

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang

terhormat :

1.

M.Madkhan Anis S.kep,Ns selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan izin dan

kesempatan untuk melaksanakan Studi khususnya dalam pembuatan

laporan kasus.

2.

Sawiji S.kep,Ns, M.S,c selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

3.

Arnika Dwi Asti,M.Kep selaku dosen pembimbing penyususnan

laporan kasus.

4.

Bapak dan Ibu dosen beserta staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Gombong.

5.

Staf perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah

Gombong atas bantuannya dalam peminjaman buku-buku referensi.

6.

Ibu

, Bapak yang selalu memberikan do’a dan memotivasi, dukungan

(7)

vii

7.

Teman-teman kelas 3A yang telah sama-sama berjuang dalam

menyelesaikan laporan kasus ini.

8.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam menyusun laporan kasus ini.

Penulis sangat mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk

memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan

dikemudian hari. Akhir kata penulis berharap agar apa yang telah tertulis dalam

laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb.

Gombong , Agustus 2016

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN

………..

1

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Tujuan Penulisan ... 5

C.

Manfaat Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A.

Konsep Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman ... 8

B.

Konsep Nyeri ... 11

C.

Teori Nyeri ... 12

D.

Fisiologis Nyeri ... 13

E.

Manajemen Nyeri ... 14

F.

Konsep Dasar Inovasi

Foot Hand Massage

... 18

BAB III RESUME KEPERAWATAN ... 20

A.

Pengkajian ... 20

B.

Analisa Data ... 23

C.

Intervensi, Implementasi, Evaluasi ... 23

BAB IV PEMBAHASAN ... 30

A.

Diagnosa Keperawatan... 30

B.

Analisis Inovasi Tindakan Keperawatan ... 39

BAB V PENUTUP ... 43

(9)

ix

B.

Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA

(10)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue (arbovirus yang masuk kedalam tubuh

melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegepty

(Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam 2-7 hari, nyeri otot

dan atau nyeri sendi, yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopenia, dan diatesis hemoragik (Suhendro, 2009). Demam

berdarah dengue (DBD) merupakan satu dari beberapa penyakit menular

yang menjadi masalah kesehatan terutama Negara berkembang,

disebabkan oleh virus dengue ditularkan dari seseorang kepada orang lain

melalui gigitan nyamuk

Aedes aegepty

(WHO, 20012). Dengan demikian

pengertian demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang

menyerang tubuh manusia melalui nyamuk

Aedes Aegepty

yang disertai

trombositopeni.

Demam Berdarah Dengue (DBD) sebagai penyebab utama kesakitan

dan kematian anak di Asia Tenggara. Diperkirakan bahwa setiap tahun

terdapat sekitar 50-100 juta kasus DBD dan sebanyak 500.000 diantaranya

memerlukan perawatan di rumah sakit. Pada tahun 2008 untuk wilayah

Asia Tenggara dilaporkan ada peningkatan kasus yang dilaporkan terutama

peningkatan kasus di Thailand, Indonesia, dan Myanmar. Transmisi

Dengue dengan puncak peningkatan kasus di Indonesia pada bulan

Februari di Thailand pada bulan Juli dan Myanmar pada bulan Juli (WHO,

2008).

(11)

2

orang. Tahun 2009 kasus DBD mengalami peningkatan sebesar 154.855

kasus dengan kematian sebanyak 1.384 orang.

(12)

3

Dinas Kesehatan tahun 2012 mengatakan penyakit DBD merupakan

permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 Kabupaten/Kota

sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan

(Incidance

Rate/IR)

DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar

19,29/100.000 penduduk, meningkat bila dibandingkan tahun 2011 (

15,27/100.000 penduduk) dan masih dalam target Nasional yaitu

<20/100.000 penduduk. Angka kesakitan tertinggi di Kabupaten Blora

sebesar 88,77/100.000 penduduk,terendah di Kabupaten Wonogiri sebesar

1,37/100.000 penduduk. Setiap penderita DBD yang dilaporkan dilakukan

tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemologi di lapangan serta

upaya pengendalian. Tingginya angka kesakitan DBD disebabkan karena

adanya iklim tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim

penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk

Aedes

aegepty

yang cukup potensial. Selain itu juga didukung dengan tidak

maksimalnya kegiatan PNS di masyarakat sehingga menimbulkan

Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD di beberapa kabupaten/kota.

Angka kesakitan DBD di kabupaten/kota hampir semuanya lebih dari

20/100.000 penduduk. Ada 2 kabupaten/kota dengan angka kesakitan

kurang dari 2/100.000 penduduk yaitu Kabupaten Purworejo (1,55) dan

Kabupaten Wonogiri (1,37). Angka kematian/Case Fatality Rate (CFR)

tahun 2012 sebesar 1,52% lebih tinggi dibanding tahun 2011 (0,93%),

tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan target Nasional (<1%). Angka

kematian tertinggi adalah Kabupaten Wonogiri sebesar 23,08% dan tidak

ada kematian di 10 Kabupaten/Kota, sedangkan Kabupaten/Kota dengan

angka kematian >1% sebanyak 20 Kabupaten/Kota.

(13)

4

dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemologi

dilapangan serta upaya pengendalian. Angka kematian/

Case Fatality Rate

(CFR) DBD tahun 2013 sebesar 2,8%. Kasus kematian DBD tahun 2013

terjadi diwilayah Puskesmas Gombong I dan Gombong II masing-masing I

orang.

Seseorang yang tinggal didaerah endemis demam berdarah lebih

sering menemukan kasus demam berdarah disekitar lingkungan tempat

tinggalnya, sehingga masyarakat didaerah tersebut seharusnya memiliki

tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi dibanding wilayah non endemis.

Hal ini juga berhubungan dengan informasi yang didapat seseorang di

daerah endemis demam berdarah akan lebih sering mendapatkan

penyuluhan kesehatan bila dibandingkan dengan daerah non endemis,

sehingga perlu diberi sedikit penyuluhan kesehatan untuk masyarakat yang

endemis demam berdarah agar masyarakat lebih mengetahui tentang

informasi kesehatan lebih banyak. Dengan masyarakat yang pandai

menjaga lingkungan yang bersih dan jauh dari tumpukan sampah seperti

halnya kaleng bekas, sampah kering, dan lain-lain harus pandai-pandai

mengolah menjadi bahan kerajinan yang dapat menambah penghasilan,

sehingga kasus demam berdarah dapat menurun. Masyarakat juga harus

melakukan 3M yaitu menguras bak mandi, mengubur sampah yang susah

untuk diuraikan, dan mengubur sampah agar tercipta lingkungan yang

lebih sehat dan menurunkan angka kesakitan khususnya demam berdarah

(Notoatmojo, 2007).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk dapat memberikan gambaran dalam memberikan asuhan

keperawatan pemenuhan kebutuhan belajar.

2. Tujuan Khusus

(14)

5

b.

Memaparkan diagnosa klien dengan pemenuhan kebutuhan belajar.

c.

Memaparkan rencana keperawatan klien dengan pemenuhan

kebutuhan belajar.

d.

Memaparkan implementasi keperawatan klien dengan pemenuhan

kebutuhan belajar.

e.

Memaparkan evaluasi keperawatan klien dengan pemenuhan

kebutuhan belajar.

f.

Memaparkan dokumentasi klien dengan pemenuhan kebutuhan

belajar.

g.

Memaparkan tindakan inovasi keperawatan.

C. Manfaat penulisan

1. Manfaat Keilmuan

a.

Institusi Pendidikan

Penulisan KTI ini sebagai informasi tentang Asuhan Keperawatan

Pemenehuan Kebutuhan Belajar pada penderita Demam Berdarah

Dengue.

b.

Penulis

Karya Tulis Ilmiah ini memberikan pengalaman bagi penulis untuk

dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada klien yang menderita

Demam Berdarah Dengue dengan Pemenuhan Kebutuhan Belajar.

2. Manfaat Aplikatif

a.

Rumah Sakit

Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai tambahan

referensi karya tulis bagi pihak rumah sakit tentang Asuhan

Keperawatan, khususnya pada pasien dengan Pemenuhan

Kebutuhan Belajar.

b.

Bagi klien dan Keluarga

1)

Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang

pengertian DBD, cara pencegahan, dan perawatan dirumah.

2)

Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang resiko

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, R. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan

Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue

Masyarakat

Desa Bulurejo.Disertasi UMS (tidak dipublikasikan).

Azmi, (2013

). Kesehatan Remaja, Problem dan Solusinya

. Jakarta :

Salemba.

Carpenito, L. J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.

Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif Penerbit Buku

Kedokteran

EGC. Jakarta.

Fitria, L., Wahjudi, P., & Wati, D. M. (2014). Pemetaan Tingkat Kerentanan

Daerah terhadap Penyakit Menular (TB Paru, DBD, dan Diare) di

Kabupaten Lumajang Tahun 2012.

Pustaka Kesehatan

.

Handoko, S. A. S. J. (2013). Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang

Penyakit DHF dengan Sikap Keluarga dalam Pencegahan Penyakit

DHF.

Jurnal Florence

Herdman, H. (2013).

NANDA International, Diagnosis Keperawatan

Definisi dan Klasifikasi

2012-2014.

Jakarta. EGC.

Hidayati, R. (2008). Pemanfaatan Informasi Iklim Dalam Pengembangan

Model Peringatan Dini Dan Pengendalian Kejadian Penyakit Demam

Berdarah Dengue Di Indonesia.

Imelda, Y. H. Gambaran Keberdayaan Masyarakat dan Peran Kader

Kesehatan dalam Mengendalikan Demam Berdarah Dengue di

Kelurahan Tidung di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-kassi Makassar.

Indonesia, K. K. (2015). Profil kesehatan Indonesia tahun 2011.

Kebumen, D. K. K. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun

2011.

Kusumawardani, E., Arkhaesi, N., & Hardian, H. (2012). Pengaruh

Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap dan

Praktik Ibu Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Anak.

Murwani, A. (2008). Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan.

(16)

Notoatmodjo, S. (2007).

Promosi kesehatan dan ilmu perilaku

. Jakarta :

Rineka Cipta.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005).

Buku ajar fundamental keperawatan:

konsep, proses, dan praktik

. Jakarta: EGC.

Pramono, M. S., & Paramita, A. (2011). Peningkatan Pengetahuan

Anak-Anak Tentang PHBS Dan Penyakit Menular Melalui Teknik KIE

Berupa Permainan Elektronik.

Buletin Penelitian Sistem Kesehatan

,

14

(4 Okt).

Pratiwi, D. A., Yuniar, N., & Erawan, P. E. M. (2016). Pengaruh

Penyuluhan Metode Permainan Edukatif dan MetodE Ceramah

Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan tentang Pencegahan

Penyakit Diare pada Murid SD di Kecamatan Poasia Kota Kendari

tahun 2015.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

.

Rebetez, C., & Betrancourt, M. (2007). Video game research in cognitive

and educational sciences.

Cognition, Brain, Behavior

.

Resmiati, R., Cita, Y. P., & Susila, A. (2009). Pengaruh penyuluhan demam

berdarah terhadap perilaku ibu rumah tangga.

Kesmas: Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional

.

Sari, R. Y. (2013). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode

Pendidikan Individual terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga

tentang Demam Berdarah Dengue.

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S.

(2006).

Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi Ke-4.

Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.

Sukmadinata, N. S. (2007).

Metode penelitian

. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya.

SyahMuhibbin, (2006).

Psikologi Belajar

. Jakarta : PT. Raja Grapindo

Persada.

Tengah, D. K. P. J. (2012). Profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun

2012.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang.

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

Disusun oleh :

AHKYEN NURHANIFAH

A01301714

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

(37)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Pokok bahasan

: Mengenal Demam Berdarah

Sub pokok bahasan

: DHF (Dengue Heart Fever) / Demam Berdarah

Sasaran

: Klien dan keluarga klien

Waktu

: 1 X 15 menit

Ruang

: Ruang Barokah

.

I. Latar Belakang

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang di sebabkan

oleh virus Dengue dengan tanda dan gejala demam,nyeri otot,nyeri sendi disertai

lekopenia,ruam,limfadenopati,trombositopenia.(Rohim 2009).

Pada bulan januari 2009,penderita DHF yang terjadi di beberapa kota di

Jawa Tengah sampai pertengahan 2009 sebanyak 27670rang 73 diantaranya

meninggal (Lismiyati,2009).

Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami dengue syok

sindrom yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien

mengalami deficit volume cairan akibat meningkatnya premeabilitas kapiler

pembuluh darah menuju keluar pembuluh. Sebagai akibatnya hamper 35% pasien

DHF terlambat ditangani di RS mengalami syok hipovolemik hingga meninggal.

II.

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan penyuluhan mengenai Demam Berdarah Dengue timbul

kesadaran warga masyarakat untuk melakukan pencegahan terhadap timbulnya

penyakit Demam Berdarah Dengue

.

III.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan mengenai Demam Berdarah Dengue klien dan

keluarga klien mampu menyebutkan:

a.

Pengertian Demam Berdarah Dengue

(38)

c.

Gejala penyakit Demam Berdarah Dengue

d.

Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue

IV.

Garis Besar Materi

a.

Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue

b.

Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue

c.

Gejala penyakit Demam Berdarah Dengue yang tampak

d.

Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue

V. Metode

a.

Ceramah

b.

Tanya jawab

VI.

Media

Leaflet

.

Proses Kegiatan

No.

Kegiatan

Respon Pasien

Waktu

1.

Pendahuluan

a.

Menyampaikan salam

b.

Menjelaskan tujuan

c.

Apersepsi

a.

Membalas salam

b.

Mendengarkan

dengan aktif

c.

Mendengarkan

dan memberikan

respon

5 menit

2.

a.

Pengertian Penyakit Demam

Berdarah Dengue

b. Pengertian Penyakit Demam

Berdarah Dengue

c.

Penyebab penyakit Demam

a.

Mendengarkan,

memperhatikan

b.

Menceritakan

pengalamannya

dalam

Demam

(39)

Berdarah Dengue

d.

Gejala penyakit Demam

Berdarah Dengue

e.

Pencegahan penyakit Demam

Berdarah Dengue

Berdarah Dengue

4.

Penutup

a.

Tanya jawab

b.

Menyimpulkan

hasil

pelatihan

c.

Memberikan salam

a.

Menanyakan hal

yang belum jelas

b.

Aktif, bersama

dalam

menyimpulkan

c.

Membalas salam

10 menit

IX.

Evaluasi

Tanya jawab

MATERI PENYULUHAN

A.

Definisi

Dengue Haemoragic Fever (dhf) adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke

dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty

(betina),Christiantie Effendy.1995)

Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti

(betina)

B.

Penyebab

(40)

Terdapat 4 serotipe virus yaitu Den 1,den 2,den 3 dan den 4 yang

semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah

dengue,keempat serotype di temukan di Indonesia dengan Den 3

merupakan serotype terbanyak.Terdapat reaksi silang anatara serotype

dengue dengan flavivirus lain seperti yellow fever,Japanese encephalitis

dan west nille virus.

Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan

mamalia

seperti

tikus,kelinci,anjing,kelelawar

dan

primate.Survei

epidemiologi pada hewan ternak di dapatkan antibody terhadap virus

dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus aedes (stegomya)dan

toxorynchites

C.

Manifestasi klinis

1.

Demam tinggi 2

7 hari disertai mengigil

2.

Mual dan muntah

3.

Pegal

pegal pada seluruh badan

4.

Perdarahan di bawah kulit

5.

Perdarahan lain, batuk darah, muntah darah, berak darah dan kencingss

darah

D.

Penanganan

1.

Penderita harus tirah baring atau istirahat total di tempat tidur

2.

Penderita diberi diit makanan lunak

3.

Penderita harus minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa :

susu, teh manis, sirup dan oralit. Pemberian cairan merupakan hal

yang paling penting bagi penderita demam berdarah

4.

Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium (setiap

hari darah penderita diambil untuk pemeriksaan Hb, HT dan

trombosit)

5.

Foto throkas (Rontgen)

6.

Pemberian cairan intravena (infus)

7.

Transfusi darah

(41)

9.

Pemberian therapi obat.

E.

Pencegahan

Tindakkan yang dilakukan adalah dengan memutuskan rantai

siklus hidup nyamuk aedes aegypti pada fase nyamuk dewasa dan fase

larva hidup. Dapat dilakukan dengan cara :

1.

Memelihara lingkungan tetap bersih dan cukup sinar matahari.

2.

Melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara :

a.

Menutup dan menguras tempat penampungan air setiap minggu

agar bebas dari jentik nyamuk.

b.

Mengubur, membakar dan membuang kaleng bekas, botol bekas,

tempurung dan sampah lain sehingga tidak menjadi tempat

perindukkan nyamuk aedes aegypti.

c.

Rapikan halaman dan jangan biarkan semak

semak di halaman

tak terurus.

d.

Bersihkan selokan agar air dapat mengalir dengan lancar.

e.

Tidak membiarkan kain/baju

baju tergantung.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Effendi,C.1995.Perawatan klien DHF. EGC.Jakarta

(43)

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGIC FEVER

DI RUANG BAROKAH

PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

DISUSUN OLEH :

AHKYEN NURHANIFAH

A01301714

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MUHAMMADIYAH GOMBONG

(44)

DEMAM BERDARAH

A.

Definisi

Demam berdarah adalah suatu penyakit demam akut disebabkan oleh virus

yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aides Aegypti yang

menyerang pada anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan: demam, nyeri

otot dan sendi, manifestasi perdarahan dan cenderung menimbulkan syok yang

dapat menyebabkan kematian. (Hendaranto, 2007 ).

Demam berdarah adalah suatu penyakit demam berat yang sering

mematikan disebabkan oleh virus ditandai dengan permebilitas kapiler, kelainan

homeostasis dan pada kasus berat syndrome syok kehilangan protein.

Jadi demam berdarah adalah suatu demam akut yang disebabkan oleh

virus yang masuk kedalam tubuh melalui nyamuk aides aegepty.

B.

Patofisiologi

Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, terjadi viremia yang ditandai

dengan demam, sakit kepala, mual nyeri otot, pegal disekitar tubuh, hiperemia di

tenggorokan, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit, selain itu kelainan dapat

terjadi pada sistem retikula endotetial, seperti pembatasan kelenjar-kelenjar getah

bening, hati dan limpa. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler sehingga cairan

keluar dari intraseluler ke ekstraseluler. Akibatnya terjadi pengurangan volume

plasma, penurunan tekanan darah, hemokosentrasi, hipoproteinemia, efusi dan

renjatan. Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya

(45)

sampai 30% atau kurang. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat

kehilangan plasma tidak segera diatasi, maka akan terjadi anorekma jaringan,

asidosis metabolik, dan kematian. ( Pice, Sylvia A dan Lortainne,2006 ).

C.

Manifestasi klinis

Infeksi virus dapat mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi, mulai dari

asimtomatik, penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile ilness), demam

dengue, demam berdarah, sampai dengan sindroma syok dengue.

1.

Masa Inkubasi

Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke

dalam kulit, terdapat masa laten yang berlangsung 4

5 hari diikuti oleh demam ,

sakit kepala dan malaise. Dan masa inkubasi nya adalah antara 13-15 hari.

2.

Demam

Perjalanannya khas pada anak sakit, fase pertama dengan demam terjadi

secara mendadak, malaise, muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk disertai

dengan deteriorasi klinik yang cepat dan kolaps. Pada fase kedua, penderita

biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan panas, muka merah,

keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Sering kali ada ptekie

tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin mulai tampak, dan

mudah memar. Serta berdarah pada tempat pungsi vena.

Ruam makular atau makulopapular, mungkin muncul dan mungkin ada

sianosis sekeliling mulut dan perifer, pernapasan cepat dan sering berat. Nadi

(46)

3.

Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya

terjadi pada kulit, dan dapat berupa uji turniket yang positif, mudah terjadi

perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Selain itu juga dapat

dijumpai epstaksis dan perdarahan gusi , hematomesis dan melena.

Kurang dari 10% penderita menderita ekimosis atau perdarahan saluran

cerna yang nyata, biasanya pasca syok yang tidak terkoreksi.

4.

Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, hati mungkin

membesar antara 4-6 cm. Keras dan agak nyeri. meskipun pada anak yang kurang

gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati

teraba kenyal , harus diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada

penderita.

5.

Renjatan ( syok )

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita,

dimulai dengan tanda

tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada

ujung hidung , jari tangan dan jari kaki serta cyanosis di sekitar mulut. Bila syok

terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk.

Nadi menjadi lembut dan cepat, kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah

(47)

6.

Gejala klinik lain

Nyeri epigastrum, muntahmuntah, diare maupun obstipasi dan kejang

-kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya

perdarahan gastrointestinal dan syok. ( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare.

2002 ).

a.

Derajat Kriteria DHF

1)

Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan dalah dengan uji tourniquet.

2)

Derajat II

Merupakan derajat I yang disertai dengan perdarahan kulit/perdarahan

lain.

3)

Derajat III

Terdapat kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat, dan lembut. Tekanan

nadi menurun (20 mmHg), atau hipotensi, sianosis disekita mulut, kulit

dingin dan lembab dan anak nampak gelisah.

4)

Derajat IV

Syok berat (

profound shock

) nadi tidak dapat teraba dan tekanan darah

tidak teratur.

D.

Pemeriksaan penunjang

Dengan melakukan pemerikasaan hemoglobin, hematokrit, hitung

(48)

Gejala spesifik ditandai dengan trombositopenia ringan yang sangat nyata

bersamaan dengan hemokonsentrasi. Leukosit normal pada 1-3 hari pertama

menurun saat terjadi syok dan meningkat saat syok teratasi.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:

1.

Trombositopenia (<1000.000/UI)

2.

Hemokonsentrasi ( nilai Ht lebih dari 20% normal)

3.

Leucopenia (<5000/mmk)

4.

Uji tornikuet / rimpel loede test +

5.

Hepatomegali

6.

Waktu perdarahan memanjang

7.

Waktu protombin memanjang

8.

Suhu turun

9.

hipotensi

E.

Diagnosa keperawatan

1.

Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi/proses penyakit.

2.

Resiko terjadinya syok hipovolemik b.d perdarahan yang berlebihan

3.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake makanan yang

tidak adekuat akibat mual , muntah , sakit menelan dan tidak nafsu

makan.

4.

Kurang volume cairan vaskuler b.d pindahnya cairan dari intra

vaskuler ke ekstra vaskuler sdengan peningkatan permeabilitas

(49)

F.

Pathway

Masuk Tubuh Manusia

Melalui Gigitan Nyamuk

Aides Aigepti

Viremia

Cairan keluar dari

intra vaskuler ke

ekstra vaskuler

Volume plasma

Nyeri

mid-epigastrium

Hipotensi,

hemokonsentrasi,

hipotermia,efusi,

Renjatan

Resiko Syok Hipovolemik

Trombosit

Resiko

Perdarahan

Hiperemia

Ifeksi

Kelainan sistem

retilkulo

endothelial

Virus Dengue

Demam

Peningkatan

permeabilitas dinding

kapiler

Mual,

muntah

anoreksia

(50)

G.

Intervensi

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

Peningkatan

suhu

kembali normal setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan selama 2 x

24 jam , dengan kriteria

hasil :

Suhu pasien antara

36

37 º C

Pasien tidak gelisah

Resiko terjadinya syok

hipovolemik berkurang

5.

Anjurkan pasien memakai

pakaian yang tipis dan

menyerap keringat

6.

Ganti pakaian dan alat

tenun jika basah.

1.

Observasi keadaan umum

dan tanda-tnda vital

2.

Puasa makan dan minum

pada perdarahan saluran

(51)

Perubahan

nutrisi

kurang dari kebutuhan

b.d intake makanan

yang tidak adekuat ,

akibat mual , muntah ,

sakit

menelan

dan

tidak nafsu makan.

Ht

dalam

batas

normal 37

43 %

Pasien terlihat tidak

gelisah

Kebutuhan

nutrisi

pasien akan terpenuhi

setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 x 24 jam ,

dengan kriteria hasil :

Pasien

dapat

menghabiskan porsi

makanan

yang

dihidangkan

Berat badan pasien

stabil

1.

Anjurkan pasien makan

dengan porsi kecil tapi

sering.

2.

Kolaborasi

dengan

dokter

dalam

melaksanakan program

medik

tentang

pemberian infus makan ,

antisida dan antimetik

2.

Puasa membantu

mengistirahatkan

saluran pencernaan

untuk

sementara

selama perdarahan

berasal

dari

saluran cerna.

1.

Asupan

nutrisi

pasien sedikit demi

sedikit terpenuhi

2.

Mengurangi mual ,

sakit menelan dan

tidak nafsu makan

(52)

Kurang volume cairan

vaskuler

b.d

pindahnya cairan dari

intra

vaskuler

ke

ekstra

vaskuler

sdengan peningkatan

permeabilitas dinding

plasma.

Kurangnya

volume

cairan

dalam

tubuh

pasien akan berkurang

setela

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 x 24 jam ,

dengan kriteria hasil :

Pasien

tidak

mengalami

kekurangan volume

cairan vaskuler yang

ditandai

dengan

tanda

tanda vital

stabil dalam batas

normal

produksi

urine > 30 cc / jam.

Pasien tidak merasa

haus , mukosa mulut

tidak kering.

1.

Anjurkan pasien untuk

banyak minum

2.

Pantau

masukan

dan

pengeluaran ; catat berat

jenis urine.

3.

Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian infus.

1.

Volume

cairan

dalam

tubuh

bertambah

2.

Memberikan

perkiraankebutuhan

akan

cairan

pengganti , fungsi

ginjal

dan

keefektifan

dari

terapi

yang

diberikan.

3.

Meningkatkan

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2007.

Buku Saku Diagnosa Keperawatan

. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn E. 2006.

Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien

. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 2006.

Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit Edisi Empat Buku Kedua

. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2007.

Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Edisi 8 Volume 1

. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2005.

Ilmu Kesehatan Anak: Buku

kuliah

. Jakarta: Bagian ilmu kesehatan FKUI.

(54)

311

PENINGKATAN PENGETAHUAN ANAK-ANAK TENTANG PHBS

DAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TEKNIK KIE

BERUPA PERMAINAN ELEKTRONIK

Mochamad Setyo Pramono1 dan Astridya Paramita1

ABSTRACT

Background: Report on Result of National Basic Health Research (Riskesdas) 2007 by National Institute Health Research & Development Ministry of Health showed that only 38.7% prevalence Behavior of Clean and Healthy Living (PHBS). This means that most residents do not behave in a clean and healthy living. Promotion of clean and healthy lifestyle needs to start early age to become additional knowledge and further expected to be practiced in everyday life, and become part of norm of their lives. Method: This research is applied in the form of an experiment to test the Communication, Information and Education (KIE) technique designed in this study with aims to increase the children knowledge about PHBS and infectious disease. The fi rst phase, the object of research is children who are chosen as samples are given a questionnaire to determine the extent of their understanding of clean and healthy lifestyle and infectious diseases. The second phase they received treatment in the form of the game e-games that are played for at least 2 times the time span for 2 weeks. The third stage they received the same questionnaire as in the fi rst stage. Result: Based on the different test results showed that there was a signifi cant increase between the average value of knowledge before and after treatment.

Key words: Behavior of Clean and Healthy Living, infectious diseases, children

ABSTRAK

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang dilakukan oleh Balitbangkes Kementrian Kesehatan menunjukkan bahwa hanya 38,7% Prevalensi Rumah Tangga yang Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Promosi PHBS perlu dimulai sejak usia dini agar menjadi tambahan pengetahuan dan selanjutnya diharapkan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadi bagian dari norma hidup mereka. Penelitian ini adalah penelitian terapan berupa eksperimen untuk menguji teknik KIE yang dirancang dalam penelitian ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan anak-anak tentang PHBS dan penyakit menular. Tahap pertama, objek penelitian yaitu anak-anak yang terpilih sebagai sampel diberi kuesioner untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka tentang PHBS dan penyakit menular. Tahap kedua mereka mendapat perlakuan berupa permainan e-game yang dimainkan selama minimal 2 kali dengan rentang waktu selama 2 minggu. Tahap ketiga mereka mendapat kuesioner yang sama seperti pada tahap pertama. Berdasarkan hasil uji beda menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifi kan antara nilai rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah perlakuan.

Kata kunci: PHBS, penyakit menular, anak-anak

Naskah Masuk: 5 September 2011, Review 1: 7 September 2011, Review 2: 7 September 2011, Naskah layak terbit: 19 September 2011

1 Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Balitbangkes Kementrian Kesehatan RI.

Alamat korespondensi: E-mail: yoyokpram@yahoo.com

PENDAHULUAN

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan

k e s e j a h t e r a a n m a s y a r a k a t a d a l a h d e n g a n

melaksanakan pembangunan yang berwawasan

kesehatan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat setiap orang

(55)

312

Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 14 No. 4 Oktober 2011: 311–319

Pusat Pemberdayaan Masyarakat, yang sekarang

disebut Pusat Promosi Kesehatan, sejak tahun 1996

mulai memperkenalkan Program Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS). Program PHBS adalah upaya

untuk memberi pengalaman belajar atau menciptakan

kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan

masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup

bersih dan sehat, melalui pendekatan pimpinan, bina

suasana dan pemberdayaan masyarakat (Depkes,

2008).

Secara nasional pemerintah telah menetapkan

10 indikator keluarga PHBS, yaitu (1) Ibu hamil

memeriksakan kehamilannya kepada tenaga

kesehatan dan pada saat melahirkan ditolong oleh

tenaga kesehatan juga. Bagi Pasangan Usia Subur

(PUS) mengikuti program Keluarga Berencana.

(2) Bayi diimunisasi, dan anak balita ditimbang secara

berkala. (3) Keluarga tersebut makan makanan

yang bergizi dalam jumlah yang sesuai. (4) Keluarga

tersebut buang air besar di WC/jamban. (5) Keluarga

tersebut menggunakan air bersih untuk keperluan

sehari-hari. (6) Keluarga tersebut membersihkan

rumah dan halaman dari sampah dan hal-hal yang

dapat menjadi sarang nyamuk. (7) Mencuci tangan

dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang

air besar. (8) Tidak ada satu pun anggota keluarga

yang merokok. (9) Menyadari bahaya HIV/AIDS.

(10) Mengikuti program JPKM (Depkes, 2000).

Sementara itu, dari 10 indikator PHBS tidak semuanya

digunakan pada penelitian ini ketika mendesain

permainan elektronik. Indikator yang digunakan

disesuaikan dengan kemampuan daya tangkap

anak-anak yaitu indikator ketiga, lima, enam, tujuh,

dan delapan.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang

dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan

menunjukkan bahwa hanya 38,7% Prevalensi Rumah

Tangga yang Berperilaku Bersih Bersih dan Sehat

(Depkes, 2008). Indikator PHBS yang digunakan

pada Riskesdas memang agak berbeda dengan

indikator PHBS secara nasional. Indikator PHBS

Riskesdas meliputi 4 indikator rumah tangga dan

6 indikator individu. Indikator RT meliputi memiliki

akses air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian

luas lantai dengan jumlah penghuni dan lantai rumah

bukan dengan tanah. Sedangkan indikator individu

meliputi persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi di

bawah 6 bulan mendapat ASI eksklusif, kepemilikan

jaminan pemeliharaan kesehatan dan penduduk tidak

merokok, cukup beraktivitas fi sik, dan cukup konsumsi

sayur dan buah.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan PHBS adalah dengan melakukan

promosi PHBS ke seluruh lapisan masyarakat.

Kelompok masyarakat yang potensial dijadikan

sasaran promosi PHBS adalah anak-anak tingkat

Sekolah Dasar (SD) karena pada usia tersebut

mereka aktif bergerak dan bermain dengan tanah

yang merupakan media penularan penyakit.

Merupakan masa eksploratif (bermain-main) dengan

lingkungannya serta usia yang tepat untuk menerima/

menyerap informasi dengan cepat.

PHBS untuk anak usia SD dimulai dengan

membentuk kebiasaan sikat gigi dengan benar,

mencuci tangan, serta membersihkan kuku dan

rambut. PHBS yang sangat sederhana tersebut akan

mengurangi risiko terkena penyakit. Salah satunya

adalah diare. Penyakit diare menjadi penyebab

kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak

terutama balita. Sebuah ulasan yang membahas

sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa

cuci tangan dengan sabut dapat memangkas angka

penderita diare hingga separuh (http://id.wikipedia.

org/wiki/). Promosi PHBS perlu dimulai sejak usia dini

agar menjadi tambahan pengetahuan dan selanjutnya

diharapkan dapat dipraktekkan dalam kehidupan

sehari-hari, serta menjadi bagian dari norma hidup

mereka. Promosi PHBS bisa disampaikan melalui

berbagai media massa, baik media cetak maupun

media elektronik. Seiring dengan perkembangan

teknologi saat ini marak permainan berupa permainan

elektronik (

elektronik game

). Bagi mereka yang

kecanduan bahkan bisa menghabiskan waktunya

berjam-jam untuk memainkannya.

Salah satu ciri positif yang terkandung dari

game

adalah sportivitas sehingga menang dan kalah adalah

hal biasa. Manfaat lainnya adalah aspek kecerdasan

dan refl ek saraf yang sebenarnya juga terasah dalam

sebuah

game

, terutama game yang bersifat kompetitif.

Itulah mengapa kini juga banyak dikembangkan

game

(56)

Peningkatan Pengetahuan Anak-anak tentang PHBS (Mochamad Setyo Pramono dan Astridya Paramita)

313

sehingga permainan elektronik sebenarnya juga baik

jika dilibatkan dalam proses pendidikan (http://berita.

kapanlagi.com). Penelitian juga mendapati bahwa

game

dapat membantu kemampuan kita dalam

menghadapi data visual yang sangat banyak setiap

harinya. Studi yang dipublikasikan

WIREs Cognitive

Science

, juga menyebutkan bahwa

gamer

secara

konsisten melampaui

non-game

r dalam tes perhatian

visual (http://www.antaranews.com/berita).

Berdasar latar belakang di atas maka penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan

anak-anak tentang PHBS, serta mengkaji pengaruh

teknik KIE (komunikasi, Informasi, dan edukasi)

berupa permainan elektronik terhadap peningkatan

pengetahuan anak-anak tentang PHBS dan penyakit

menular.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian terapan. Jenis

penelitiannya adalah penelitian eksperimen untuk

menguji rancangan teknik KIE yang terbagi menjadi 3

tahap. Tahap pertama, objek penelitian diberi kuesioner

untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka

tentang PHBS dan penyakit menular. Tahap kedua

mereka mendapat perlakuan berupa permainan

elektronik yang dimainkan selama minimal 2 kali

dengan rentang waktu selama 2 minggu. Tahap ketiga

mereka mendapat kuesioner yang sama seperti pada

tahap pertama. Pada akhirnya dilakukan uji beda

sebelum dan sesudah mereka mendapat perlakuan.

Permainan elektronik yang dikembangkan

berupa permainan multimedia interaktif yang berisi

pengetahuan tentang penyakit menular dan PHBS.

Materi PHBS yang dimuat meliputi makanan bergizi,

buang air besar, sikat gigi, kebersihan kuku dan

rambut, kebersihan lingkungan, cuci tangan dan

bahaya merokok. Materi penyakit menular yang

diulas adalah Demam Berdarah Dengue (DBD),

diare dan influenza. Materi yang dimuat adalah

penyebab, gejala, media penularan dan bagaimana

pencegahannya.

Populasi penelitian ini adalah siswa SD kelas 2

yang berusia antara 6–9 tahun. Pemilihan sampel

khusus kelas 2 bertujuan agar kondisi homogen

sehingga dapat meminimalkan variasi. Pada rentang

usia kelas 2 SD merupakan tahapan operasi konkrit,

di mana dia sudah mulai independen dan ingin tahu

akan segala hal. Hasil perhitungan estimasi besar

sampel, maka besar sampel yang dibutuhkan adalah

minimal 97 anak pada tiap kota, pada prakteknya

jumlah sampel yang diambil adalah total 303 anak.

Studi dilakukan di kota Malang dan Yogyakarta pada

tahun 2009.

Di Kota Malang dan Yogyakarta masing-masing

dipilih 5 sekolah dasar negeri (SDN). Pemilihan 5 SD

ini mengikuti lokasi jumlah dan lokasi kecamatan atau

jumlah Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang biasanya

berdasasarkan area wilayah kerja Dinas Pendidikan

masing-masing daerah studi. Siswa di kecamatan

atau wilayah tadi diasumsikan homogen sehingga

dapat diwakili oleh salah satu SDN yang berada

di wilayah tersebut. Sekolah di Kota Malang yang

terpilih yaitu: SDN Purwantoro I, SDN Kauman I,

SD BI Tlogowaru, SDN Dinoyo II dan SDN Sukun

III. Sedangkan sekolah di Kota Yogyakarta yang

terpilih adalah SDN Gedong Tengen, SDN Tegal

Rejo I, SDN Ungaran III, SDN Glagah dan SDN

Panembahan. Penelitian ini sedikit banyak akan

menyita waktu belajar mengajar mereka, sehingga

ketika memberikan perlakuan harus menyesuaikan

dengan situasi dan kondisi. Maka untuk memudahkan

proses pelaksanaan penelitian, siswa sebagai objek

dipilih 1 kelas secara total, dengan asumsi jika ada

lebih dari 1 kelas tidak ada beda kualitas siswa

antarkelas yang satu dengan yang lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(57)

314

Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 14 No. 4 Oktober 2011: 311–319

pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan

sesudah perlakuan (tabel 2). Hal yang sama berlaku

juga untuk pengetahuan tentang Penyakit Menular.

Tabel 1.

Nilai Rata-rata pengetahuan PHBS dan

Penyakit Menular sebelum dan sesudah

diberi perlakuan

Kota Studi Malang Yogyakarta

Mean St. Dev. Mean St. Dev.

pre PHBS 94.19 7.802 88.51 15.589 post PHBS 97.81 4.490 95.07 7.377 pre PM 73.29 22.480 68.85 24.675 post PM 93.42 10.595 86.82 17.065

n 155 148

Gambaran pengetahuan PHBS berdasarkan

jenis kelamin

Hipotesis awalnya adalah ada dugaan jenis kelamin

berpengaruh pada aspek kognitif. Hasil penelitian

Saleh Haji pada anak-anak SD yang menerapkan

sebuah metode pembelajaran matematika tertentu

menyimpulkan bahwa terdapat interaksi yang signifi kan

antara pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin

terhadap sikap siswa terhadap matematika. Sumber

lain menginformasikan bahwa pada masa puber

perkembangan otak laki-laki terlambat dua tahun

dari perempuan, ini menerangkan mengapa siswa

laki-laki lebih sulit belajar bahasa, tetapi anak laki

lebih cepat menyerap pelajaran matematika daripada

perempuan (http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/

article/). Berdasarkan latar belakang tersebut pada

penelitian ini juga dilakukan analisis berdasarkan

jenis kelamin.

Hasil pengisian kuesioner pengetahuan

anak-anak tentang PHBS dan Penyakit Menular kemudian

dinilai, jika mereka menjawab benar dari semua

pertanyaan maka skor maksimal adalah 100. Secara

keseluruhan nilai rata-rata yang mereka peroleh

sudah cukup tinggi. Hal ini dimungkinkan karena soal

PHBS dibuat sesuai dengan kemampuan anak-anak.

Tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata pre dan post-

test pengetahuan tentang PHBS berdasarkan jenis

kelamin siswa.

Tabel 3.

Nilai pre-post test pengetahuan PHBS siswa

anak-anak

Nilai rata-rata pengetahuan PHBS

Jenis kelamin Pre-test Post test Total

laki-laki 89.0 95.8 155 perempuan 94.0 97.1 148 Total 91.4 96.5 303

Tabel di atas menunjukkan bahwa ternyata nilai

rata-rata dari siswa perempuan lebih tinggi daripada

siswa laki-laki baik saat pre maupun post-test. Akan

tetapi perlu dianalisis lebih jauh bagaimana distribusi

nilai tersebut. Untuk itu nilai tersebut dikelompokkan

menjadi 2, yaitu diatas rata dan di bawah

rata-rata pada saat pre-test sebagaimana ditampilkan

pada tabel 4. Nilai di atas rata-rata lebih banyak pada

kelompok perempuan sebesar 71,6% dibandingkan

kelompok laki-laki sebanyak 56,1%. Perbedaan

ini menunjukkan nilai yang signifi kan. Persentase

tersebut menunjukkan nilai awal pengetahuan PHBS

lebih baik pada kelompok anak perempuan. Hal ini

mungkin karena anak perempuan dalam budaya timur

pada kehidupan sehari-harinya lebih diwajibkan untuk

menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sebagai

contoh anak perempuan sudah dibiasakan menyapu

untuk menjaga kebersihan lingkungan atau menjaga

kebersihan diri seperti gosok gigi, gunting kuku

dan lain-lain yang bertujuan menjaga penampilan

(

Wardah, 2011)

.

Tabel 2.

Uji beda pengetahuan tentang PHBS dan Penyakit Menular setelah perlakuan

Lokasi 95% C. I. of the Difference t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Dev S.E. Mean

(58)

Peningkatan Pengetahuan Anak-anak tentang PHBS (Mochamad Setyo Pramono dan Astridya Paramita)

315

Tabel 4.

Nilai pre-test pengetahuan PHBS

anak-anak

Laki-laki 43,9 68 56,1 87 155 0,005 Perempuan 28,4 42 71,6 106 148

Total 36,3 110 63,7 193 303

Pertanyaan yang sama diajukan setelah dilakukan

permainan elektronik. Tabel 5 menunjukkan hasil

post-test untuk pengetahuan PHBS menurut jenis

kelamin. Nilai tersebut juga dikelompokkan menjadi

2, di atas rata-rata dan di bawah rata-rata pada saat

post-test. Nilai di atas rata-rata lebih banyak pada

kelompok perempuan sebesar 63,5% dibandingkan

kelompok laki-laki sebanyak 56,1%. Perbedaan ini

menunjukkan nilai yang tidak signifi kan. Bahkan jika

dibandingkan dengan hasil pre-test pada kelompok

perempuan terjadi penurunan persentase, sedangkan

pada kelompok laki-laki stabil (komposisi proporsi nilai

pre dan post baik yang di bawah dan yang di atas

rata-rata tidak berubah).

Tabel 5.

Nilai post test pengetahuan PHBS

anak-anak

Laki-laki 43,9 68 56,1 87 155 0,190 Perempuan 36,5 54 63,5 94 148

Total 40,3 122 59,7 181 303

Hal yang menyebabkan persentase pada anak

laki-laki tidak ada peningkatan bahkan pada anak

perempuan malah terjadi penurunan, mungkin

karena frekuensi bermain permainan elektronik yang

sangat sedikit sehingga menyebabkan kurang dapat

memahami materi dalam permainan yang merupakan

upaya intervensi pengetahuan PHBS. Frekuensi yang

terdeteksi pada siswa yang memainkan permainan

elektronik ini adalah dua kali, yaitu ketika pertama

kali dikenalkan dan kunjungan kedua yaitu ketika

akan melakukan post-test dengan interval waktu

2 minggu sejak kunjungan pertama. Ada kemungkinan

siswa juga memainkan

game

ini di luar waktu tersebut,

mungkin pada waktu luang, ketika pelajaran komputer

dan lain-lain. Kemungkinan lainnya adalah disebabkan

desain kuesionernya, untuk itu diperlukan penelitian

lanjutan.

Gambaran Pengetahuan Penyakit Menular

Berdasarkan Jenis Kelamin

Sebagaimana pada pengetahuan PHBS maka

dilakukan pula penilaian pengetahuan anak-anak

tentang penyakit menular. Penyakit menular yang

diujikan dalam hal ini adalah penyakit DBD, diare

dan infl uensa yang meliputi pengetahuan tentang

bagaimana penyebab, gejala, media penularan dan

cara pencegahan. Ternyata nilai rata-rata pengetahuan

tentang penyakit menular lebih rendah daripada

pengetahuan tentang PHBS. Sebagai pembanding

pada pre-test ternyata nilai rata-rata pengetahuan

untuk penyakit menular sebesar 71,1 sedangkan untuk

PHBS sebesar 91,4. Kondisi ini cukup masuk akal

karena tentang penyakit membutuhkan pengetahuan

lebih jika dibandingkan dengan PHBS yang mungkin

relatif sudah biasa mereka ketahui atau alami dalam

kehidupan sehari-hari.

Tabel 6.

Nilai pre-post test pengetahuan Penyakit

Menular siswa SD kelas 2

(59)

316

Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 14 No. 4 Oktober 2011: 311–319

Tabel 7.

Nilai pre test pengetahuan Penyakit Menular

siswa SD kelas 2

Laki-laki 47,7 74 52,3 81 155 0,306 Perempuan 41,9 62 58,1 86 148

Total 44,9 136 55,1 167 303

Pertanyaan yang sama diajukan setelah dilakukan

permainan elektronik. Tabel 8 menunjukkan hasil post-

test untuk pengetahuan penyakit menular menurut

jenis kelamin. Nilai tersebut juga dikelompokkan

menjadi 2, di atas rata-rata dan di bawah rata-rata pada

saat post-test. Nilai di atas rata-rata lebih banyak pada

kelompok perempuan sebesar 58,1% dibandingkan

kelompok laki-laki sebanyak 49,0%. Perbedaan ini

menunjukkan nilai yang tidak signifi kan. Bahkan jika

dibandingkan dengan hasil pre-test pada kelompok

laki-laki terjadi penurunan persentase, sedangkan

pada kelompok perempuan stabil (tidak berubah).

Tabel 8.

Nilai post-test Pengetahuan Penyakit

Menular Siswa SD Kelas 2

Laki-laki 51,0 79 49,0 76 155 0,113 Perempuan 41,9 62 58,1 86 148

Total 46,5 141 53,5 162 303

Hal yang sama terjadi seperti pada pengetahuan

PHBS, persentase pada anak perempuan tidak

ada peningkatan bahkan pada anak laki-laki malah

terjadi penurunan, mungkin karena frekuensi bermain

yang sedikit sehingga menyebabkan kurang dapat

memahami materi dalam permainan elektronik yang

juga merupakan upaya intervensi pengetahuan

tentang penyakit menular.

Gambaran Pengetahuan Sesudah Perlakuan

Bates (1995) dalam modul pelatihan TIK Jejaring

Pendidikan Nasional (Pramono, 2010) menekankan

bahwa di antara media-media lain interaktivitas

multimedia atau media lain yang berbasis komputer

adalah yang paling nyata (

overt

). Keunggulan paling

menonjol yang dimiliki multimedia adalah interaktivitas.

Interaktivitas nyata di sini adalah interaktivitas yang

melibatkan fisik dan mental dari pengguna saat

mencoba program multimedia. Beberapa penelitian

sebelumnya telah menyimpulkan tentang pentingnya

peran media sebagai sarana untuk mengubah

pengetahuan terutama di bidang kesehatan. Penelitian

Nasution tahun 2010 di Kecamatan Padangsidimpuan

Selatan Kota Padangsidimpuan menunjukkan bahwa

media promosi kesehatan (

leaflet

) efektif untuk

menaikkan skor pengetahuan dan skor sikap ibu

hamil tentang IMD dan ASI Eksklusif (Nasution, 2010).

Sementara itu penelitian Lestari tahun 2011 di Kota

Semarang pada ibu-ibu rumah tangga menunjukkan

ada hubungan antara paparan media dengan

pengetahuan responden mengenai penyakit infl uenza

(Lestari, 2011). Penelitian yang berkaitan dengan

peran media audio visual juga pernah dilakukan

pada ibu balita gizi kurang dan buruk di Kabupaten

Kotawaringin Barat. Hasil penelitian disimpulkan

bahwa peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku

ibu balita yang mengikuti penyuluhan dengan media

audio visual lebih tinggi dibandingkan dengan yang

mengikuti penyuluhan dengan modul dan kontrol.

Disimpulkan pula bahwa pengetahuan, sikap dan

perilaku ibu balita berbeda antara sebelum dan

sesudah perlakuan (Rahmawati, dkk. 2007).

Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini

tidak hanya berupa media audio visual di mana

penggunanya pasif (hanya menonton), akan

tetapi sudah merupakan media audio visual yang

interaktif karena bentuknya sudah berupa permainan

elektronik (multimedia) di mana penggunanya aktif

terlibat atau bermain (interaktivitas). Gambaran

perubahan pengetahuan PHBS dan penyakit menular

sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada

pembahasan sebelumnya, menunjukkan peningkatan

pengetahuan secara bermakna baik di Kota Malang

maupun Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Nilai Rata-rata pengetahuan PHBS dan Penyakit Menular sebelum dan sesudah diberi perlakuan
Tabel 4. Nilai pre-test pengetahuan PHBS anak-anak
Tabel 8. Nilai post-test Pengetahuan Penyakit
Gambar 1. Nilai korelasi pengetahuan PHBS sebelum dan sesudah perlakuan menurut jenis kelamin
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian yang telah dilakukan berjudul Penetapan Kecermatan dan Keseksamaan Metode Kolorimetri Menggunakan Pereaksi

Sebelum mengulas sedikit banyak tentang Proyek Akhir yang penulis angkat, penulis secara pribadi ingin berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

 Dilakukan di PT Marimas Putera Kencana Unit Produksi 2 (Produksi minuman serbuk) selama 24 hari kerja dari 3 Januari 2017 – 3 Februari 2017..  Terletak

Pada jenis ini diamati apakah bahan baku yang akan digunakan untuk produksi sudah sesuai dengan standar mutu yang ditentukan atau belum.. Ketika bahan baku yang

Hambatan dari internal bank yang timbul dalam penanganan kredit macet seperti kurang komunikasi dengan debitur, kesalahan komunikasi dengan staff bagian lain,

Tujuan penelitian dan penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan hukum atas kesepakatan para pihak untuk memilih sengketa ekonomi syariah di

Sehingga penulis mampu menyelesaikan skirpsi dengan judul Social Support Dan Self Acceptance Ayah Tunggal (Studi Kasus Di Kota Kediri) ini tepat pada waktunya.. Oleh sebab

Informasi akademik merupakan bagian terpenting dalam pendidikan pada masa kini. Dipicu oleh kemajuan teknologi informasi, berbagai organisasi pendidikan mengharapkan suatu sistem