• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL

PROBLEM BASED LEARNING DENGAN METODE SIMULASI UNTUK

MENGETAHUI EFEKTIFITAS TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN 2 TULUNGAGUNG

Rifalatul Isnaini, Dra. Sunarmi, M.Pd dan Dr. Umie Lestari, M.Si Universitas Negeri Malang

E-mail: Rifalatul.isna@yahoo.com; sunarmi.fmipa@um.ac.id; umie.lestari.fmipa@um.ac.id

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini yaitu menghasilkan produk berupa perangkat

pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Instrumen penilaian pada materi sistem ekskresi manusia yang telah tervalidasi. Model penelitian pengembangan mengadaptasi dari model ADIIE. Data dikumpulkan melalui metode observasi dan angket yang selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rerata persentase validitas perangkat pembelajaran sebesar 88,66%; (2) hasil uji coba kepraktisan dan keefektifan produk perangkat pembelajaran berturut-turut sebesar 88,11% dan 85,51% yang tergolong dalam kriteria baik; (3) hasil perhitungan motivasi siswa mengalami kenaikan sebesar 3,22%; (4) hasil belajar dilihat dari gain score ternormalisasi sebesar 0,58 (kategori sedang). Hasil tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran ini dikatakan layak digunakan dalam proses pembelajaran untuk mengetahui efektifitas terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.

ABSTRACT: The purpose of this research to produce products such as learning

materials that consists of a syllabus, lesson plan (RPP), Student Worksheet (LKS), and assessment instrument on the material of human excretory system that has been validated. The research and development model adapting from the model ADDIE. Data were collected through observation and questionnaires then analyzed with descriptive and quantitative techniques.The results of the research showed that (1) the average percentage of validity the learning materials is 88.66%; (2) the trial results practicality and effectiveness of the learning materials products, respectively for 88.11% and 85.51% were classified in both criteria; (3) the results calculation of student motivation questionnaire showed that the motivation of students has increased by 3.22%; (4) the learning result seen from the normalized gain score was 0.58 (medium category). Both of these results indicate that the learning materials is feasible to use for the learning process to determine the effectiveness of the motivation and student learning result.

Kata Kunci: Perangkat Pembelajaran, model PBL dengan metode simulasi,

Motivasi, Hasil Belajar

Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan seluruh aspek dalam kehidupan. Proses pembelajaran dalam pendidikan yang dilakukan disekolah bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal. Proses pembelajaran berhubungan erat dengan perangkat pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan Permendikbud no 65 tahun 2013 tentang standar proses menyebutkan bahwa, tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan

(2)

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Hal ini dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, inspiratif, dan menyenangkan.

Hasil observasi yang dilakukan dikelas XI MIA 5 MAN 2 Tulungagung menunjukkan bahwa guru jarang menggunakan RPP sebagai pedoman dalam mengajar. Akibatnya proses pembelajaran tidak terencana dan terarah dengan baik sehingga membuat siswa jenuh dan mengalihkannya dalam bentuk kegiatan lain seperti bermain handphone dan berbicara sendiri dengan teman. Data ini diperoleh dari hasil penyebaran angket kepada 43 siswa yang menyatakan bahwa siswa merasa jenuh dengan pembelajaran memilih kegiatan lain seperti seperti berbicara sendiri dengan teman yang lain sebanyak 58%, bermain handphone sebanyak 14%, tidur sebanyak 19% dan melakukan hal lain 9%. Selama pelaksanaan diskusi, siswa juga masih sangat tergantung pada internet dalam mencari sumber pustaka karena dianggap lebih mudah untuk diakses daripada menggunakan buku yang sudah jelas referensinya. Hasil belajar siswa pada materi sebelumnya yaitu sistem gerak yang mencapai KKM sekitar 70% dari jumlah keseluruhan. Jumlah ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang hars mengikuti remedial untuk mencapai nilai KKM.

Berdasarkan hasil analisis perangkat pembelajaran, diketahui bahwa guru hanya berpedoman pada silabus yang berasal dari pemerintah tanpa mengubah alokasi waktu yang seharusnya disesuaikan dengan kalender sekolah. Begitu juga dengan RPP yang digunakan, guru hanya mengunduh RPP lewat internet kemudian hanya mengubah beberapa bagian yang disesuaikan dengan materi dan kegiatan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang menyebutkan bahwa, guru tidak membuat RPP pada semua materi pembelajaran atau hanya pada beberapa materi saja. Menurut penuturan dari guru tersebut, pembuatan RPP belum dilakukan dikarenakan ada tugas lainnya. Langkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP belum mencerminkan pendekatan saintifik serta pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tahapan atau sintaksnya tidak jelas.

Dilihat dari segi motivasi siswa dampak perangkat pembelajaran guru membuat siswa merasa kurang tertarik dengan pembelajaran. Perhatian mereka

(3)

terhadap pembelajaran biologi menjadi berkurang karena mereka merasa pelajaran biologi tidak menarik. Selain itu siswa juga mengerjakan tugas dari guru secara asal-asalan sehingga nilai yang diperoleh juga tidak memuaskan. Siswa tidak menyadari pentingnya pelajaran biologi dan manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari. Dampak lain dari perangkat guru yaitu rasa percaya diri siswa rendah selama kegiatan diskusi karena mereka tidak biasa berbicara untuk mengemukakan pendapatnya kecuali ditunjuk oleh guru. Ketidakmenarikan pada pelajaran biologi juga menyebabkan mereka merasa kesulitan untuk belajar biologi sehingga berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

Berdasarkan masalah yang ditemukan, diperlukan metode supaya siswa lebih tertarik untuk belajar biologi sehingga dapat melatih siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dikembangkan dalam bentuk perangkat pembelajaran model PBL. Sebenarnya guru sudah pernah menggunakan model PBL dalam pembelajaran namun belum sesuai dengan yang seharusnya. Sintaks PBL yang dibuat guru tidak semua dilakukan sehingga hasilnya juga tidak maksimal. Menurut (Sani, 2014: 127) pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata secara terstruktur untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. PBL dapat menumbuhkan motivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan intrapersonal dalam bekerja kelompok.

Selama proses pembelajaran, agar siswa tidak hanya menghayal dan dapat melihat langsung konsep yang dipelajari, maka dapat digunakan metode simulasi. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Melalui metode simulasi siswa dilatih untuk memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan belajar, memberikan motivasi belajar kepada siswa, melatih siswa untuk bekerjasama, dan mengembangkan kreatifitasnya (Uno, 2010). Pertimbangan dalam memilih model atau metode pembelajaran yang sesuai untuk materi pelajaran tertentu juga terkait dengan karakteristik materi tersebut. Materi sistem ekskresi ini merupakan materi yang

(4)

bersifat abstrak dimana hal yang dipelajari tidak dapat diamati secara langsung oleh siswa karena berkaitan dengan anatomi dan fisiologi tubuh. Materi yang abstrak tersebut dirasa kurang menarik perhatian dan sulit dipelajari jika hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi saja.

Berdasarkan latar belakang, maka perlu dilaksanakan suatu penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Problem Based Learning dengan Metode Simulasi untuk Mengetahui Efektifitas Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI di MAN 2 Tulungagung”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Instrumen penilaian pada materi sistem ekskresi manusia yang menggunakan model PBL dengan metode simulasi yang telah divalidasi.

METODE

Model penelitian dan pengembangan perangkat pembelajaran mengadaptasi model ADDIE yang dikembangakan oleh Reiser dan Molenda pada tahun 1990-an. Langkah model pengembangan perangkat yaitu Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation, namun pada pengembangan perangkat pembelajaran ini hanya smapai pada tahap Development karena keterbatasan waktu. Tahap analysis merupakan tahap untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam pembelajaran serta membuat rencana solusi penyelesaian masalah. Tahap design merupakan tahap untuk menyusun daftar tugas, rencana kegiatan serta pemilihan strategi pengujian. Tahap development merupakan tahap pembuatan produk yang berupa perangkat pembelajaran yang berupa silabus, RPP, LKS dan instrumen penilaian. Pada tahap ini juga dilakukan pengujian kelayakan produk untuk mengetahui validitas, kepraktisan dan keefektifan produk yang meliputi hasil belajar serta motivasi. Pengujian validitas produk dilakukan oleh ahli perangkat, materi serta praktisi lapangan. Pengujian kepraktisan dilakukan oleh observer dan siswa kelas XI MIA 5, serta pengujian keefektifan produk dinilai berdasarkan motivasi dan hasil belajar siswa.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

Kevalidan produk perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinilai oleh ahli perangkat, ahli materi dan praktisi lapangan. Secara keseluruhan perolehan rerata hasil validasi perangkat pembelajaran model PBL dengan metode simulasi untuk silabus sebesar 91,21%, untuk RPP sebesar 88,33%, untuk bahan ajar yang berupa LKS sebesar 87%, dan instrumen penilaian diperoleh skor 88,11%. Hasil persentase pada setiap komponen perangkat pembelajaran kemudian dirata-rata untuk memperoleh persentase validitas perangkat pembelajaran secara keseluruhan yang menghasilkan nilai sebesar 88,66%. Kriteria validitas yang digunakan untuk mengambil keputusan revisi produk mengadaptasi dari Akbar (2013) yang menyebutkan bahwa kriteria persentase 81—100% termasuk dalam kriteria sangat valid dan dapat digunakan. Hasil persentase validitas perangkat pembelajaran tergolong dalam kriteria sangat valid. Namun berdasarkan saran dari validator ahli perangkat masih terdapat beberapa bagian yang harus diperbaiki dan dapat diujicobakan pada tahap selanjutnya.

2. Hasil Uji Kepraktisan

Kegiatan uji coba kepraktisan dilakukan melalui 3 tahap yaitu uji coba satu lawan satu (one to one trial), uji coba kelompok kecil (small group trial) dan uji coba lapangan (field trial). Uji coba satu lawan satu dan kelompok kecil dilakukan dengan memberikan angket respon siswa terhadap LKS dengan hasil persentase berturut-turut sebesar 78,33% dan 79,17%. Sedangkan untuk uji coba lapangan dengan melakukan observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran oleh observer dan siswa dengan hasil persentase berturut-turut sebesar 91,67% dan 84,56%. Kriteria penilaian hasil kepraktisan perangkat pembelajaran mengadapatasi dari Arikunto (2013) yang menyebutkan bahwa tingkat pencapaian 75 - <100% tergolong dalam kriteria baik. Berpedoman pada kriteria tersebut hasil uji kepraktisan perangkat pembelajaran model PBL dengan metode simulasi yang telah dikembangkan tergolong dalam kriteria baik.

(6)

3. Hasil Uji Keefektifan

a. Perangkat Pembelajaran Hasil Pengembangan 1) Silabus

Silabus yang telah dikembangkan sudah memenuhi kriteria minimal pengembangan silabus menurut permendikbud no 59 tahun 2014. Silabus yang dikembangkan berisi mata pelajaran, satuan pendidikan, kelas/ semester, Kompetensi inti, Kompetensi dasar, indikator, materi pokok , kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Deskripsi kegiatan pembelajaran yang dimuat dalam silabus ditulis menggunakan model PBL dengan metode simulasi. Langkah pembelajaran secara singkat dari model PBL dengan metode simulasi yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk penyelidikan, pelaksanaan investigasi, setting tahapan simulasi, menyiapkan pengamat, memerankan/ proses simulasi, mengembagakn dan menyajikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut permendikbud no 103 tahun 2014 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada silabus. RPP yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria permendikbud no 103 tahun 2014 yang memuat identitas sekolah, mata pelajaran, kelas/ semester, topik pembelajaran, alokasi waktu, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media, alat dan sumber belajar, kegiatan pembelajaran serta penilaian. Pada RPP yang dikembangkan bagian langkah pembelajarannya termuat sintaks model PBL dengan metode simulasi. Setiap tahapan sintaks tersebut terdapat kegiatan guru dan siswa yang dapat memfasilitasi ketercapaian indikator kompetensi (IK) materi sistem ekskresi. Masing-masing langkah tersebut terdapat target pencapaian indikator kompetensi yang akan dicapai oleh siswa baik dari segi motivasi maupun hasil belajar. Target yang akan dicapai tersebut ditulis secara rinci indikatornya sehingga mempermudah dalam pengukurannya.

Rincian kegiatan siswa yang dilakukan di setiap langkah pembelajaran mendukung siswa untuk meningkatkan motivasinya karena target pencapaian indikator kompetensi untuk motivasi disertakan secara rinci pada langkah

(7)

pembelajaran tersebut. Siswa didorong untuk mencari solusi dari masalah yang mereka temukan melalui kegiatan studi literatur dan simulasi. Melalui kegiatan simulasi yang dilakukan di luar ruangan siswa siswa dapat belajar dengan nyaman dan dengan suasana yang baru. Target pencapaian indikator untuk langkah orientasi siswa pada masalah yaitu aspek motivasi berupa perhatian (attention), aspek pengetahuan mengingat (remembering) serta aspek sikap penerimaan (receiving). Selanjutnya pada langkah mengorganisasikan siswa untuk penyelidikan target pencapaian indikator kompetensinya yaitu aspek sikap menanggapi (responsive) dan menganalisis (analyzing). Langkah pelaksanaan investigasi target pencapaiannya yaitu aspek sikap menanggapi (responsive) dan menganalisis (analyzing).

Pada langkah kegiatan siswa melakukan simulasi target pencapaian indikator kompetensinya yaitu aspek sikap penerimaan (receiving), dan aspek pengetahuan menganalisis (analyzing). Pertemuan keempat kegiatan siswa yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan target pencapaian IK yaitu relevansi (kaitan dengan kehidupan sehari-hari) dan aspek sikap nilai yang dianut berupa rencana solusi yang dibuat. Selanjutnya pada langkah terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah target pencapaian IK yaitu aspek percaya diri siswa (confident), responsif dalam pembelajaran, serta kemampuan analisis. Di akhir pembelajaran terdapat kegiatan penyampaian kesimpulan serta refleksi diri yang digunakan utntuk mencapai target pencapaian IK yaitu memahami, percaya diri serta relevansi (kegunaan untuk kehidupan sehari-hari).

Indikator untuk mengukur motivasi siswa yaitu aspek perhatian (attention) yang dimunculkan terutama pada awal pembelajaran untuk memotivasi siswa belajar dan meningkatkan rasa ingin tahunya. Pada saat proses pembelajaran tahap investigasi kelompok, melakukan simulasi, mengembangkan hasil karya dan pada saat penyampaian kesimpulan siswa didorong untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari (relevance) yang bisa mereka terapkan berkaitan dengn materi sistem ekskresi manusia. Aspek percaya diri (confident) siswa diukur pada saat siswa melakukan diskusi baik dalam kelompoknya maupun pelaksanaan diskusi kelas. Rasa kepuasan siswa terhadap pembelajaran

(8)

(satisfaction) dapat diketahui melalui kegiatan penyampaian kesimpulan maupun refleksi pembelajaran pada kegiatan penutup.

3) Lembar Kerja Siswa

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008: 13) Lembar Kegiatan Siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS yang telah dikembangkan sudah memenuhi syarat minimal pengembangan LKS menurut Depdiknas (2008) yaang berisi judul, KD yang akan dicapai, Indikator Pencapaian Kompetensi, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. Pada LKS hasil pengembangan didalamnya sudah memuat sintaks model PBL dengan metode simulasi dan pada masing-masing tahap terdapat petunjuk kegiatan yang akan dilakukan. Keseluruhan sintaks/ langkah pembelajaran dalam LKS yang ini dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai target pencaiapan indikator kompetensi yang diharapkan.

4) Instrumen penilaian

Instrumen penilaian yang telah dikembangkan sudah memenuhi kriteria minimal pengembangan menurut permendikbud no 104 tahun 2014. Pada setiap instrumen yang dikembangkan didalamnya sudah memuat target indikator pencapaian kompetensi sesuai Indikator Kompetensi yang diharapkan. Instrumen penilaian yang dikembangkan pada penelitian yaitu instrumen penilaian untuk menilai aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Instrumen penilaian untuk menilai aspek sikap digunakan lembar observasi diskusi presentasi yang diisi oleh guru selama proses pembelajarn. Instrumen penilaian diskusi presentasi ini didalamnya memuat indikator yang digunakan untuk mengukur aspek sikap serta motivasi siswa. Instrumen penilaian diskusi dan presentasi memuat aspek berpendapat secara ilmiah dan kritis, kemampuan menyampaikan pendapat ataupun pertanyaan, kemampuan bekerjasama dalam kelompok, dan percaya diri. Hal tersebut dapat dijadikan indikator untuk melihat motivasi siswa dalam belajar biologi. Instrumen penilaian aspek pengetahuan menggunakan soal ulangan harian yang berjumlah 20 soal (15 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian), soal pretes-postes dan instrumen penilaian LKS.

(9)

b. Hasil belajar siswa

Hasil belajar yang dinilai terdiri dari aspek pengetahuan, sikap serta ketrampilan. Hasil analisis masing-masing ketiga aspek tersebut menghasilkan skor berturut-turut sebesar 82,91; 87,49; dan 86,14 dengan rerata keseluruhan sebesar 85,51. Untuk melihat keefektifan perangkat pembelajaran model PBL dengan metode simulasi terhadap hasil belajar digunakan analisis gain score pretes-postes dengan hasil sebesar 0,58 (kategori sedang). Berdasarkan hasil rerata akhir diketahui semua siswa memiliki nilai diatas KKM, dengan nilai standar KKM yang ditentukan disekolah yaitu 75. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa dari standar minimal perangkat pembelajaran dikatakan memiliki keefektifan tinggi,

c. Motivasi siswa

Motivasi belajar merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam pencapaian hasil belajar. Keller (1983) dalam Abidin (2006) menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar yang disebut ARCS (Attention Relevance, Confidence, Satisfaction). Berdasarkan hasil pengisian angket motivasi siswa yang diberikan pada sebelum dan sesudah pembelajaran diketahui bahwa terdapat peningkatan rerata hasi motivasi siswa sebesar 3,22%. Hal ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan motivasi siswa. Melalui motivasi, minat belajar siswa dapat tumbuh sehingga siswa akan berusaha mengarahkan segala daya dan kemampuannya untuk melakukan aktivitas belajar (Sardiman, 2009). d. Kelebihan produk

Kelebihan Perangkat pembelajaran model PBL dengan metode simulasi yang dikembangkan dijabarkan sebagai berikut.

1) Memudahkan siswa dalam belajar materi yang abstrak (tidak bisa mengamati secara langsung) karena berkaitan dengan anatomi dan fisiologi dalam tubuh manusia melalui kegiatan simulasi sehingga motivasi siswa meningkat.

2) Melalui model PBL yang mengharuskan siswa memecahkan masalah dunia nyata, memudahkan siswa mengaitkan manfaat materi untuk kehidupan sehari-harinya.

(10)

3) Pelaksanaan kegiatan simulasi dilakukan diluar ruangan (outdoor) sehingga suasana belajar bisa lebih menarik dan menyenangkan dan meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar biologi.

4) Pemberian reward dapat memotivasi siswa untuk berlomba-lomba aktif bertanya atau menyampaikan pendapatnya selama diskusi

e. Kekurangan produk

Kekurangan Perangkat pembelajaran model PBL dengan metode simulasi yang dikembangkan dijabarkan sebagai berikut.

1) Penggunaan perangkat pembelajaran model PBL dengan metode simulasi ini lebih cocok jika materi yang dibahas merupakan materi yang berkaitan dengan proses yang tidak bisa diamati secara langsung (abstrak).

2) Pengelolaan kelas yang kurang baik dalam proses simulasi dapat menyebabkan tujuan pembelajaran menjadi terabaikan karena kegiatan simulasi dijadikan sebagai hiburan

PENUTUP

1. Saran Pemanfaatan

Saran pemanfaatan perangkat pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Kelas yang digunakan untuk proses pembelajaran memiliki LCD proyektor yang dapat mendukung proses penayangan power point ataupun video untuk membantu siswa belajar.

b. Perlunya melihat kondisi tempat yang digunakan untuk menunjang proses simulasi siswa agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan siswa bisa mendapatkan pengalaman belajar

2. Saran Diseminasi

Pemanfaatan produk perangkat pembelajaran yang lebih luas dapat diterapkan pada seluruh kelas XI MIA MAN 2 Tulungagung dengan syarat kelas yang digunakan untuk uji coba memiliki masalah yang sama dengan kelas XI MIA 5. Selain itu saran desiminasi untuk produk sasaran yang lebih luas dapat dilakukan dengan cara menerbitkan artikel ataupun jurnal hasil penelitian uji coba produk yang dipublikasikan lewat internet atau media lain.

(11)

3. Saran Pengembangan Produk Lebih Lanjut

Saran pengembangan produk lebih lanjut perangkat pembelajaran dijabarkan sebagai berikut.

a. Pengujian kepraktisan dan keefektifan yang dilakukan pada penelitian ini masih dalam skala kecil karena peneliti membatasi pada tahap develop dari model pengembangan ADDIE. Sebaiknya untuk melihat kepraktisan dan keefektifan produk yang lebih baik dapat dilanjutkan pada tahap implementation dan evaluation.

b. Pengembangan produk perangkat pembelajaran menggunakan model PBL dengan metode simulasi dapat diterapkan pada materi lain dengan syarat materi tersebut bersifat abstrak (tidak bisa diamati secara langsung) misalnya materi sistem pernapasan, sistem peredaran darah, sistem pecernaan dan sistem imun.

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Z,. 2006. Motivasi dalam Strategi pembelajaran dengan pendekatan ‘ARCS’. Jurnal Suhuf, Vol. XVIII, No. 02 hal 143-155

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Branch, R., M. 2009. Instructional Design: the ADDIE Approach. University of Georgia USA: Springer

Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Permendikbud RI Nomor 103. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Permendikbud RI Nomor 104. 2014. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud RI Nomor 59. 2014. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

(12)

Permendikbud RI Nomor 65. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Sardiman A. M. 2008. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.

Uno, Hamzah B. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Sani, R., A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Rajah 6(c) iaitu graf peratusan ralat bagi lapisan sub-asas turapan merupakan graf peratusan ralat yang terbaik yang diperolehi daripada proses latihan dan ujian yang telah

ASAKOTA KOTA BIMA SUMBER DANA : DPDF &amp; PPD1. TAHUN ANGGARAN

UPTD Pelayanan Kesehatan KECAMATAN SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR saat ini telah memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat dengan rasio 1 : 50.000 bila dibandingkan

Data diperoleh dari pemeriksaan kebugaran jasmani dengan metode Harvard step test kepada pasien sehingga didapatkan gambaran frekuensi kebugaran jasmani pasien TB

c) Melakukan clustering data menggunakan algoritma SOM. Dilakukan proses klaster dengan menentukan jumlah klaster sebanyak 2 sampai dengan 10. Kemudian dilakukan validasi,

Dari kedua Gambar diatas nampak bahwa perubahan kadar air pada kecepatan udara pengeringan 1,5 m/s, baik pada ketebalan irisan 0,5 cm dan 1,0 cm sampel talas yang di uji lebih

Performa rotor turbin mixed airfoil pada sudut serang 0 dan 5° menghasilkan tegangan dan daya yang lebih tinggi dari rotor uniform airfoil pada kecepatan angin yang sama 4 m/s.

“ rising star ”, artinya jahe di Singapura berada pada posisi pasar ideal yang bertujuan memperoleh pangsa pasar ekspor tertinggi dengan nilai RCA lebih besar dari