• Tidak ada hasil yang ditemukan

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

10

PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1. Gambaran Wilayah

- ‖ ‖ - ‖ ketinggiannya bervariasi antara 47 meter sampai 3.329 meter di atas permukaan laut. Letak geografis Kabupaten Enrekang berada di Jantung Jasirah Sulawesi Selatan yang dalam peta batas wilayah memang bentuknya seperti jantung. Batas wilayah Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kabupaten Tana Toraja - Sebelah Timur : Kabupaten Luwu - Sebelah Selatan : Kabupaten Sidrap - Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang

Luas wilayah kabupaten ini adalah 1.786,01 km2 atau sebesar 2,83 persen dari luas Propinsi Sulawesi Selatan. Wilayah ini terbagi menjadi 12 kecamatan dan secara keseluruhan terbagi lagi dalam satuan wilayah yang lebih kecil yaitu terdiri dari 129 wilayah desa/kelurahan. Jumlah penduduk Kabupaten Enrekang pada tahun 2014 adalah sebanyak 196.394 jiwa dengan kepadatan penduduk Kabupaten Enrekang mencapai 109,96 jiwa/Km2 yang terdiri dari 98.587 penduduk laki-laki dan 97.807 penduduk perempuan dengan sex rasio sebesar 100.80. Mayoritas penduduk Kabupaten Enrekang atau hampir sebesar 99,68 persen menganut agama Islam.

Topografi Wilayah Kabupaten Enrekang ini pada umumnya mempunyai wilayah Topografi yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan, lembah dan sungai dengan ketinggian 47 - 3.293 m dari permukaan laut serta tidak mempunyai wilayah pantai. Secara umum keadaan Topografi Wilayah wilayah didominasi oleh bukit-bukit/gunung-gunung yaitu sekitar 84,96% dari luas wilayah Kabupaten Enrekang sedangkan yang datar hanya 15,04%. Penggunaan lahannya didominasi oleh kawasan hutan dan sisanya berupa tanah bangunan, sawah, tegal/kebun, ladang/huma, padang rumput, rawa-rawa, kolam, perkebunan dan areal peruntukan lainnya. Pada umumnya jenis tanahnya bervariasi, terdiri dari tanah podsolik coklat dan merah kuning dengan tekstur liat berpasir, struktur remuk, konsistensi gembur permeabilitas sedang. Keadaan tersebut menjadikan Enrekang sebagai daerah yang subur dan menjadi pusat produksi hasil pertanian dataran tinggi di Provinsi Sulawesi Selatan dan Kawasan Indonesia Timur.

Musim yang terjadi di Kabupaten Enrekang ini hampir sama dengan musim yang ada di daerah lain yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan yaitu musim hujan dan musim kemarau dimana musim hujan terjadi pada bulan November - Juli sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Agustus - Oktober.

(2)

11

Peta. 2.1

(3)

12

Secara administratif, Kabupaten Enrekang terdiri dari 12 Kecamatan, 112 Desa dan 17 Kelurahan. Adapun luas wilayah masing-masing kecamatan diperlihatkan pada Tabel 2.1 berikut.

KECAMATAN Jumlah Desa/Kel. Luas Wilayah Administrasi Terbangun (Ha) (%) tdh total (Ha) (%) tdh total Maiwa 22 39,287 22.17 275.04 12.45 Bungin 6 23,684 13.36 60.30 2.73 Enrekang 18 27,959 15.78 316.58 14.33 Cendana 7 9,101 5.13 96.47 4.37 Baraka 15 15,914 8.98 266.18 12.05 Buntu Batu 8 12,665 7.15 177.50 8.03 Anggeraja 15 12,534 7.07 262.38 11.87 Malua 8 4,036 2.28 108.20 4.90 Alla 8 3,261 1.84 208.19 9.42 Curio 11 17,851 10.07 180.82 8.18 Masalle 6 6,835 3.86 135.14 6.12 Baroko 5 4,108 2.32 123.06 5.57 JUMLAH 129 177,235 100.00 2,209.86 100.00

Sumber: Buku Kabupaten Enrekang Dalam Angka Tahun 2015.

Komposisi penduduk Kabupaten Enrekang didominasi oleh penduduk usia muda – dawasa atau usia produktif (usia 15-64) tahun dengan komposisi skitar 52,31 % dari total penduduk. Suatu hal yang menarik bahwa penduduk usia 5—9 tahun tercatat sekitar 12,40 %,lebih banyak dari penduduk usia 0—4 tahunyang tercatat sekitar 11,40, ini mengindikasikan keberhasilan program Keluarga Berencana di Kabupaten Enrekang . Hal lain yang menarik adalah bahwa penduduk usia lanjut (usia 65+) masih sebanyak 11,89 %, yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Kabupaten Enrekang.

Pada dasarnya tingkat perkembangan jumlah penduduk, dapat digunakan untuk mengestimasi perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan datang. Proyeksi jumlah penduduk dimasa yang akan datang dilakukan dengan pendekatan matematik dan menggunakan kecenderungan pertumbuhan penduduk 5 tahun terakhir.

Tabel 2.2

(4)

13

Sumber : Dinas Kependudukan & Catatan Sipil Tahun 2015 & Perhitungan

Nama Kecamatan 2015 2016 2017 2018 2019 Maiwa 8.681 8.769 8.682 8.765 8.683 Bungin 1.482 1.485 8.682 8.694 8.683 Enrekang 12.027 12.111 8.682 8.737 8.683 Cendana 3.245 3.248 8.682 8.685 8.683 Baraka 6.714 6.767 8.682 8.745 8.683 Buntu Batu 3.784 3.817 8.682 8.753 8.683 Nama Kecamatan 2015 2016 2017 2018 2019 Maiwa 30.267 30.575 30.897 31.193 31.502 Bungin 5.640 5.652 5.667 5.675 5.686 Enrekang 42.529 42.828 43.144 43.418 43.696 Cendana 10.935 10.945 10.957 10.961 10.965 Baraka 25.552 25.755 25.965 26.154 26.347 Buntu Batu 14.697 14.827 14.964 15.087 15.218 Anggeraja 29.693 29.954 30.233 30.484 30.744 Malua 9.267 9.358 9.456 9.543 9.639 Alla 25.836 26.101 26.377 26.626 26.881 Curio 17.571 17.778 17.993 18.188 18.389 Masalle 14.381 14.468 14.557 14.632 14.708 Baroko 11.482 11.517 11.556 11.581 11.608 JUMLAH 237.850 239.756 241.767 243.544 245.383 Tabel 2.3

Jumlah Kepala Keluarga saat ini dan Proyeksi beberapa Tahun Kedepan

(5)

14 8.188 8.260 8.682 8.754 8.683 Malua 2.565 2.590 8.682 8.762 8.683 Alla 6.877 6.948 8.682 8.764 8.683 Curio 4.448 4.500 8.682 8.776 8.683 Masalle 3.748 3.771 8.682 8.726 8.683 Baroko 3.011 3.020 8.682 8.701 8.683 JUMLAH 64.770 65.287 104.184 104.864 104.196 Sumber : Dinas Kependudukan & Catatan Sipil Tahun 2015 & Perhitungan

Ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk didasarkan atas kondisi distribusi penduduk yang berkaitan dengan jumlah penduduk yang menghuni suatu wilayah berdasarkan batasan wilayah terbangun. Jumlah penduduk yang terdistribusi pada suatu wilayah akan mempengaruhi tingkat konsentrasi pelayanan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Pada tahun 2015 penduduk Kabupaten Enrekang tercatat sebanyak 237.850 jiwa. Dengan luas wilayah 1.786,06 km2, berarti bahwa pertumbuhan penduduk pada tahun 2015 sekitar 113,17 jiwa/km2. Dan dengan jumlah kepala keluarga yang tercatat pada tahun 2015 sebanyak 64.770 kepala keluarga.

Penyebaran penduduk di Kabupaten Enrekang tidaklah merata, dimana terdapat beberapa Kecamatan yang kepadatan penduduknya lebih tinggi dari Kepadatan Kabupaten Enrekang pada tahun 2015. Adapun kecamatan yang kepadatan penduduknya paling tinggi adalah Kecamatan Alla yang memiliki kepadatan penduduk sekitar 634,0 jiwa/km2, disusul Kecamatan Baroko dengan kepadatan sekitar 256,8 jiwa/km2. Adapun Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Bungin, dengan kepadatan sekitar 18,8 jiwa/km2 (Kabupaten Enrekang Dalam Angka, 2015)

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Enrekang setiap tahun mengalami peningkatan, baik yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan penduduk Kabupaten Enrekang sendiri maupun migrasi dari daerah sekitar Kabupaten Enrekang.

(6)

15 Nama Kecamatan 2015 2016 2017 2018 2019 Maiwa 1,106 1,018 1,054 0,958 0,990 Bungin 0,358 0,209 0,275 0,142 0,187 Enrekang 0,812 0,702 0,740 0,633 0,642 Cendana 0,223 0,088 0,116 0,035 0,031 Baraka 0,618 0,793 0,815 0,731 0,738 Buntu Batu 0,981 0,883 0,926 0,822 0,866 Anggeraja 0,967 0,878 0,933 0,831 0,851 Malua 1,081 0,978 1,053 0,923 1,002 Alla 1,123 1,026 1,058 0,945 0,957 Curio 1,290 1,180 1,206 1,085 1,104 Masalle 0,696 0,603 0,618 0,511 0,522 Baroko 0,421 0,301 0,339 0,221 0,228 JUMLAH 9,676 8,659 9,133 7,837 8,118 Sumber : Kabupaten Enrekang Dalam Angka Tahun 2015 & Perhitungan

Nama Kecamatan 2015 2016 2017 2018 2019 Maiwa 62,4 63,1 63,7 64,4 65,0 Bungin 18,8 18,8 18,8 18,9 18,9 Enrekang 109,9 110,7 111,5 112,9 112,9 Cendana 97,0 97,1 97,2 97,2 97,2 Baraka 140,0 141,1 142,3 143,3 144,4 Buntu Batu 106,5 107,4 108,4 109,3 110,2 Anggeraja 200,3 202,1 204,0 205,7 207,4 Malua 200,4 202,3 204,5 206,4 208,5 Alla 634,0 640,5 647,3 653,5 659,8 Curio 89,2 90,2 91,3 92,3 93,4

Tingkat Pertumbuhan Penduduk saat ini dan Proyeksi beberapa Tahun Kedepan

Tabel 2.5

Tingkat Kepadatan Penduduk saat ini dan Proyeksi beberapa Tahun Kedepan

(7)

16

Baroko 256,8 257,6 258,5 259,1 259,6

Kab. 112,0 112,9 113,8 114,7 115,6

Sumber : Kabupaten Enrekang Dalam Angka Tahun 2015 dan Perhitungan Menurunnya angka kemiskinan di Kabupaten Enrekang adalah salah satu barometer penegakan komitmen pemerintah daerah, pelaku usaha dan segenap unsur masyarakat yang peduli dalam upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. Hal tersebut sesungguhnya merupakan implementasi amanat konstitusi bagi pencapaian tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Batang Tubuh UUD 1945, Pasal 27 yakni setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Berdasarkan data dari TNP2K, angka kemiskinan pada tahun 2015 sebesar 19.819 rumah tangga dari rumah tangga di Kabupaten Enrekang.

Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (Rumah Tangga) Maiwa 2,335 Bungin 661 Enrekang 2,275 Cendana 753 Baraka 2,507 Buntu Batu 1,884 Anggeraja 1,877 Malua 925 Alla 1,303 Curio 1,999 Masalle 1,965 Baroko 1,335 Jumlah 19.819

Sumber : TNP2K Basis Data Terpadu Tahun 2015

Dalam konteks tata ruang, secara umum penataan ruang di Kabupaten Enrekang bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Enrekang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan sebagai Daerah Agropolitan yang mandiri, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam rangka optimalisasi potensi sumber daya alam melalui inovasi dan pengembangan sumber daya manusia menuju Kabupaten Enrekang yang Maju dan Mandiri.

Kebijakan penataan ruang wilayah Daerah, terdiri atas:

1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten secara merata dan berhierarki.

2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kabupaten Enrekang.

3. Penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap bawahannya,

15

Tabel 2.6

(8)

17

lindung lainya.

4. Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan.

5. Pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan.

6. Pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana.

7. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi sistem ekologi wilayah. 8. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan

kerusakan lingkungan hidup.

9. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya.

10. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

11. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan rona alam, dan melestarikan warisan ragam budaya lokal.

12. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian Kabupaten yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional atau internasional.

13. Pemanfaatan sumberdaya alam dan atau perkembangan Iptek secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

14. Pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan budaya lokal yang beragam. 15. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan sosial

ekonomi budaya antar kawasan; dan

16. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara

RTRW Kabupaten Enrekang memadukan, menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRW Kabupaten Enrekang ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten, antara lain meliputi perwujudan ruang wilayah Kabupaten yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah, yang diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah Kabupaten. Rencana peruntukan untuk pusat-pusat kegiatan dapat dikelompokan antara lain : PKL, PKLp, PPK dan PPL..

Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:115.000, sebagaimana pada Peta 2.2. berikut.

(9)
(10)

23

Struktur ruang wilayah Kabupaten mencakup sistem pusat perkotaan Kabupaten, sistem jaringan transportasi Kabupaten, sistem jaringan energi Kabupaten, sistem jaringan telekomunikasi Kabupaten, dan sistem jaringan sumber daya air Kabupaten. Untuk Pola ruang wilayah Kabupaten mencakup kawasan lindung dan kawasan budi daya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan dapat dilihat . (Lihat Peta 2.3 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Enrekang. Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRW kabupaten Enrekang ini juga menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, dan kawasan strategis Kabupaten; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program utama jangka menengah lima tahun; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas indikasi arahan, arahan insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi.

Adapun Strategi pengembangan kawasan perdesaan dan perkotaan terdiri atas :

a. mengembangkan kawasan perdesaan dan perkotaan dengan mengacu pada karakteristik secara fisik-morfologi dan kegiatan ekonominya; b. mengembangkan kawasan sesuai dengan potensi wilayah yang dimiliki

untuk perdesaan dengan berbasis pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan sedangkan untuk perkotaan diarahkan berdasarkan hirarki kekotaan yakni pusat pelayanan, aksebilitas, fasilitas dan pemusatan kegiatan ekonomi wilayah;

c. mendorong kawasan perkotaan dan perdesaan serta pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya;

Strategi untuk peningkatan akses pelayanan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi:

a. meningkatkan interkoneksi dan akses pelayanan dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi kawasan wilayah dengan wilayah sekitarnya; b. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensil

dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting;

c. membangun dan mengembangkan kawasan agropolitan sebagai andalan pengembangan kawasan perdesaan; serta

d. membangun, mengembangkan dan mengintegrasikan jalur kawasan tujuan pariwisata dan daya tarik wisata secara optimal dan sinergi dengan perkembangan wilayah.

Strategi untuk peningkatan kualitas dan kapasitas infrastruktur serta jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi dan sumber daya air meliputi:

(11)

24

a. meningkatnya kualitas dan kapasitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat;

b. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan yang masih terisolir;

c. meningkatkan jaringan energi dengan lebih menumbuh-kembangkan pemanfaatan sumber daya terbarukan yang ramah lingkungan dalam sistem kemandirian energi area mikro, dibanding pemanfaatan sumber daya yang tak terbarukan.

Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Enrekang terdiri atas Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). PKL adalah Kawasan Perkotaan Enrekang. PKLp yaitu PKLp Cakke, PKLp Maiwa, PKLp Belajen dan PKLp Baraka. PPK terdiri atas -ibukota kecamatan yang tidak termasuk PKL atau PKLp, yang terdiri atas:

a. kawasan perkotaan Kabere di Kecamatan Cendana; b. kawasan perkotaan Baroko di Kecamatan Baroko; c. kawasan perkotaan Panatakan di Kecamatan Bungin; d. kawasan perkotaan Curio di Kecamatan Curio;

e. kawasan perkotaan Malua di Kecamatan Malua; f. kawasan perkotaan Masalle di Kecamatan Masalle; g. kawasan perkotaan Pasui di Kecamatan Buntu Batu.

Sedangkan PPL, meliputi pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa, terdiri atas:

a. Kalosi di Kecamatan Alla; b. Pana di Kecamatan Alla; c. Balla di Kecamatan Baraka; d. Saruran di Kecamatan Anggeraja; e. Banti di Kecamatan Baraka; f. Baba di Kecamatan Cendana; g. Buttu Batu di Kecamatan Enrekang; h. Kaluppang di Kecamatan Maiwa; i. Kotu di Kecamatan Anggeraja; j. Lura di Kecamatan Anggeraja; k. Cendana di Kecamatan Anggeraja; l. Sossok di Kecamatan Anggeraja; m. Singki di Kecamatan Anggeraja; n. Panyura di Kecamatan Buntu Batu; o. Lebani di Kecamatan Maiwa; dan p. Bulo di Kecamatan Bungin

(12)

25

RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN ENREKANG

Berdasarkan Permen PU Nomor 16 Tahun 2009, yang dimaksud Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya yang mempunyai nilai strategis kabupaten dan atau lintas kecamatan dan atau kota. Kebijakan pengembangan pola ruang ditujukan untuk mewujudkan pola penggunaan ruang yang seimbang antara daya lindung kawasan lindung dengan kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya secara asri dan lestari. Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (i) preservasi berupa hutan lindung baik di daerah ketinggian pedalaman yang merupakan daerah hulu (upstream) Daerah Aliran Sungai (DAS), (ii) konservasi berupa taman margasatwa. Selain daripada itu, untuk kepentingan pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat ditetapkan suatu kawasan konservasi seperti cagar budaya bangunan buatan manusia yang ditetapkan sebagai benda purbakala. Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa mungkin menumbuhkembangkan dan melestarikan kawasan lindung setempat baik ruang darat, maupun udara untuk menjaga keasrian dan kelestarian ragam hayati, yang juga merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau, baik berupa hutan kota, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan danau, dan sempadan jalan.Dalam skala lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan diarahkan tumbuh berkembangnya tatanan desa mandiri pangan dan energi yang didukung alam yang asri dan lestari. Pola pemanfaatan daerah perkotaan diarahkan juga dapat terwujud tatanan lingkungan yang swatata dalam memproduksi dan mengolah daya penentralisiran limbah (Lihat Peta 2.3. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Enrekang)

(13)

28

(14)

28

2.2. Kemajuan Pelaksanaan SSK 2.2.1. Air Limbah Domestik

Pelaksanaan pembangunan sanitasi dengan mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi, memantau dampak, hasil dan keluaran dari kegiatan sektor sanitasi kabupaten dan memastikan bahwa tujuan dan sasaran sanitasi, rencana pengembangan dan target tertentu sanitasi kabupaten, serta kepatuhan pada standar pelayanan minimum yang ada sudah dilaksanakan secara efektif. Perkembangan pelaksanaan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang tertuang dalam dokumen strategi sanitasi Kabupaten Enrekang tahun 2013 penanganan BABs tidak terlalu besar memberikan dampak, berdasarkan hasil studi EHRA praktik BABs masih menunjukkan angka 33,10% dimana tahun 2011 tercatat 35,95%. (Lihat Tabel 2.6. Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Air Limbah Domestik)

Tabel 2.6.

Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Air Limbah Domestik

SSK Tahun 2014 - Tahun 2018 SSK Tahun 2016

Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini

1 2 3 4

Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yag sehat

Pengurangan 31,2% masyarakat yang masih BABs di Kabupaten Enrekang pada tahun 2018 BABs Tahun 2013 sebesar 31,2% akibat rendahnya cakupan layanan air limbah Berdasarkan data dinas Kesehatan tahun 2015, masyarakat yang masih melakukan praktik BABs menurun menjadi 15,45% Tidak ada lagi sarana

perkantoran yang tidak memiliki pengelolaan limbah Masih ada sarana perkantoran yang belum memiliki pengelolaan limbah

Masih ada sarana perkantoran yang belum memiliki pengelolaan limbah

Tidak ada lagi sarana kesehatan yang tidak memiliki pengelolaan limbah Masih ada sarana Pustu/ Poskesdes yang belum memiliki pengelolaan limbah

Masih ada sarana Pustu/ Poskesdes yang belum memiliki pengelolaan limbah

(15)

29

2.2.2. Persampahan

Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pengelolaan persampahan di Kabupaten Enrekang, perlu ada keselarasan dan kesesuain antara pelaksanaan

Tidak ada lagi sarana pendidikan yang tidak memiliki pengelolaan limbah Masih ada sarana Sekolah yang belum memiliki pengelolaan limbah

Masih ada sarana Sekolah yang belum memiliki pengelolaan limbah Meningkatkan kesadaran serta partisipasi masyarakat /swasta mengenai pengelolaan air limbah Bertambahnya jumlah sarana air limbah komunal yang di bangun dunia usaha pada lokasi sasaran

Pihak swasta belum

teridentifikasi secara maksimal

Keterlibatan pihak swasta masih sangat rendah dalam

pengelolaan air limbah

Menyiapkan regulasi dalam mengatur sistem pengelolaan air limbah Adanya regulasi daerah tentang pengelolaan air limbah Belum adanya perda yang mengatur pengelolaan air limbah

Belum adanya perda yang mengatur

pengelolaan air limbah

Mewujudkan lembaga pengelolaan air limbah yang berkualitas . - Bertambahnya jumlah personil yang ahli dalam pengelolaan air limbah - Bertambahnya jumlah personil pengelolaan air limbah - Bertambahnya lembaga yang bersifat pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air limbah - Belum ada personil yang ahli dalam pengelolaan air limbah - Lembaga pemberdayaan masyarakat sudah ada namun perannya belum menyentuh pada aspek pengelolaan air limbah

- Belum ada personil yang terlatih dan ahli dalam pengelolaan air limbah - Lembaga pemberdayaan masyarakat sudah mulai menyentuh pada aspek pengelolaan air limbah, khususnya dalam pembetukan kelompok pengelolan IPAL Komunal Meningkatan dan mengembangkan alternatif sumber pendanaan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah permukiman. Meningkatkan anggaran Anggaran Rutin APBD untuk pembangunan sarana air limbah sebesar 3% pada tiap tahunnya Porsi anggaran belanjang langsung untuk pembangunan sarana air limbah masih dibawah 3 %

Porsi anggaran belanjang langsung untuk pembangunan sarana air limbah masih dibawah 3 %

(16)

30

Kabupaten Enrekang baru mencapai … % dengan frekuensi pengangkutan sampah ……%.

Tabel 2.7.

Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Persampahan

SSK Tahun 2014 - Tahun 2018 SSK Tahun 2016

Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini

1 2 3 4 Peningkatan sarana prasarana pengelolaan sampah 1. Tersedianya Sarana prasarana pengumpulan sampah 2. Tersedianya Sarana prasarana pengangkutan sampah 3. Tersedianya Sarana prasarana Pengelolaan sampah Efisiensi dan efektifitas pengelolaan persampahan ditingkat masyarakat perkotaan 5,34% Cakupan layanan persampahan sebesar 93,24% Frekuensi pengangkutan sampah menunjukkan angka 72,70% dengan ketepatan waktu 54,50% ...% Pengolahan sampah setempat berdasarkan studi EHRA Mengurangi timbulan sampah dengan melibatkan semua pihak terkait 1. Tersedianya fasilitas pengelolaan sampah dengan sistem 3R 2. Tersedianya fasilitasi pengelolaan pengomposan sampah 3. Adanya kelompok pengepul minamal ditiap Kelurahan sebagai kawasan perkotaan pada tahun 2018 Pemilahan sampah di masyarakat sebesar ……%

Hasil studi EHRA praktik pemilahan sampah skala rumah tangga sebesar ...% Mewujudkan lembaga pengelolaan persampahan yang berkualitas 1. Tersedianya Regulasi tentang pengelolaan persampahan Koordinasi sudah berjalan dalam menata perencanaan dan Koordinasi internal dan eksternal antar SKPD dalam perencanaan dan

(17)

31

2.2.3. Drainase Perkotaan

Pembangunan sektor sanitasi disusun dengan melakukan analisis terhadap kondisi wilayah saat ini serta arah pengembangan secara menyeluruh. Penanganan drainase perkotaan di Kabupaten Enrekang merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah Kabupaten Enrekang dengan kondisi topografi kurang sebagian besar merupakan daerah perbukitan, utamanya dalam menata desain jaringa drainase. 2. Adanya kelompok pengelolaan sampah di lingkungan permukiman 3. Media sosialisasi Pengelolaan Persampahan pengembangan kebijakan kelembagaan, peraturan dan perundangan pengembangan sudah berjalan dengan baik dengan dibentuknya Pokja Sanitasi Meningkatan alternatif sumber pendanaan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan persampahan Meningkatkan

Anggaran Rutin APBD untuk Penangan Sampah Porsi anggaran belanjang langsung untuk pengelolaan sampah masih dibawah 3 % Porsi anggaran belanjang langsung untuk pengelolaan sampah masih dibawah 3 % Meningkatkan kesadaran masyarakat serta partisipasi mengenai pengelolaan persampahan secara mandiri dan ramah lingkungan

1. Skema insentif bagi dunia usaha yang berperan aktif dalam pengelolaan sampah mandiri 2. Terbentuknya kelompok pengepul di masyarakat 3. Lingkungan yang

bebas dari serakan sampah pada tahun 2018 Pihak dunia usaha BUMN/ BUMD berperan dalam penyediaan sarana persampahan Partisipasi BUMN. BUMD masih sebatas pengediaan sarana, belum pada

pengelolaan sampah

Tabel 2.8.

Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Drainase Perkotaan

SSK Tahun 2014 - Tahun 2018 SSK Tahun 2016

Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini

(18)

32

2.3. Profil Sanitasi Saat Ini

Profil Sanitasi merupakan gambaran lengkap dan menyeluruh baik teknis maupun nonteknis dan mencakup berbagai aspek tentang sanitasi di Kabupaten Enrekang baik yang bersumber dari data primer maupun data sekunder. Secara umum kondisi pengelolaan sanitasi Kabupaten Enrekang masih belum memadai. 2.3.1. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMISTIK

Limbah domestik atau sering juga disebut limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian dan kotoran manusia. Seperti pada limbah pada umumnya limbah rumah tangga merupakan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan drainase lingkungan, sehingga dapat mengurangi luasan genangan memakai saluran drainase untuk difungsikan selain untuk pembuangan limpahan air hujan pada tahun 2023 2. Pengurangan potensi luas genangan air sampai tahun 2015 3. 20000 m drainase permanen terbangun sampai 2018 dibeberapa titik dalam Kota Enrekang genangan dibeberapa titik dalam Kota Enrekang Pembangunan/ Rehabilitasi saluran drainase sudah …… dalam kota Enrekang

Menyiapkan regulasi dalam mengatur sistem pengelolaan drainase Tersedianya Regulasi drainase lingkungan pada tahun 2016. Belum ada regulasi tentang drainase

Belum ada regulasi tentang drainase Mewujudkan lembaga pengelolaan drainase lingkungan yang berkualitas Tersusunnya SPM drainase lingkungan Belum ada SPM Drainase Sudah ada SPM Drai y ,…… Mendorong peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan sarana dan prasarana permukiman yang ramah lingkungan

Peningkatan

partisipasi masyarakat dan pihak swasta dalam pembangunan drainase lingkungan Partisipasi masyarakat dan peran swasta masih rendah dalam penanganan drainase

Pelibatan unsur TNI dan masyarakat dalam gerajan Jumat Bersih

(19)

33

penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan peresapan dengan memperhatikan beberapa hal, diantaranya tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya, tidak mengotori permukaan tanah sehingga bisa mengakibatkan tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah, mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lainnya, tidak menimbulkan bau yang mengganggu, konstruksi agar dibuat secara sederhana dan jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.

Secara umum sarana pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Enrekang masih memiliki permasalahan. Oleh karena itu, selain pemicuan kepada masyarakat agar mau membangun jamban pribadi mereka seperti CLTS ataupun pembangunan fasilitas publik instalasi pengolahan limbah serta pembangunan sarana pendukung sanitasi lainnya, penyadaran dalam bentuk kegiatan-kegiatan promosi kesehatan juga merupakan salah satu bentuk solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Sampai saat ini di Kabupaten Enrekang belum secara maksimal dalam hal pengolahan limbah domestik utamanya pada pusat-pusat pelayanan masyarakat, hal ini disebabkan masih belum adanya tempat penampungan dan pengolahan limbah yang permanen, baik yang di kelola instansi pemerintah, LSM, Swadaya Masyarakat maupun Pihak Swasta.

Sistem sanitasi air limbah domestik mencakup saluran pembuangan dan sistem pengolahan air buangan rumah tangga. Sistem pengolahan air limbah domestik yang digunakan di Kabupaten Enrekang yaitu sistem pengolahan secara individu di masing-masing rumah atau sering disebut on-site system. Di samping itu, masih banyak masyarakat yang mempergunakan cubluk atau tangki septik yang secara konstruksi tidak memenuhi persyaratan baik secara desain maupun dari segi kesehatan menurut standar yang ditentukan, biasa juga pembuangan air tinja langsung ke drainase, ke sungai ke kolam ataupun ke kebun. Berdasarkan studi EHRA. (Lihat Gambar 3.9 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja di Kab.Enrekang)

Sistem pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Enrekang belum berjalan sebagaimana diharapkan yang disebabkan antara lain masih rendahnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah didasari oleh ketidaktahuan masyarakat kapan perlu dilakuan penyedotan lumpur tinja ditambah dengan tingkat layanan dan pemeliharaan jamban juga rendah, ini terbukti dari banyaknya sarana MCK baik pribadi maupun

(20)

34

yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data A B C D E

User Interface WC/Jamban Jumlah Unit - Penampungan Awal Tangki Septik/ Lobang WC Jumlah (unit) - Pembuangan/Daur Ulang Sungai dan Saluran Drainase Terdekat Sungai 4 Daerah Aliran Sungai Tabel 3.9

Sistem Pengolahan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Enrekang

Sumber : Dinas PU dan Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang

Input : Kamar Mandi Cuci Pakaian Curi Piring

Input :

WC

Gray

Water

Black

Water

DRAINASE

SUNGAI

TANAH

SEPTIC TANK

TANAH

(21)

35

Sistem pengelolaan limbah domestik ditingkat masyarakat sangat ditentukan kemampuan ekonomi masing-masing Rumah Tangga. Pada wilayah pedesaan umumnya rumah panggung hanya sebagian kecil rumah batu, sedangkan diwilayah perkotaan umumnya rumah permanen. Jenis bangunan rumah sangat menentukan jenis fasilitas pengelolaan limbah

domestic dimasing-umumnya dari pipa pembuangan langsung ke tanah, bahkan ada juga yang tidak memakai pipa pembuangan, sedangkan rumah batu permanen umumnya dari pipa pembuangan ke saluran drainase. Pengelolaan limbah domestic Black

Water, pada umumnya rumah tangga

baik dipedesaan maupun diperkotaan telah memiliki jamban keluarga dan pada beberapa desa memiliki MCK/jamban komunal. Tetapi masih banyak jamban keluarga yang belum memiliki septic tank yang memenuhi

standar teknis, bahkan ada beberapa jamban keluarga yang tidak memiliki septic tank, dari Kloset langsung ke sungai.

Pipa Gray Water ke Sungai

Pembuangan Septic Tank ke Drainase

Pipa Gray Water ke Tanah (No Drainase)

(22)

36

Penyediaan Intalasi Pengolahan Air Limbah di Kabupaten Enrekang baru 2 unit

yakni 1 unit di Rumah Sakit Umum

Massenrempulu (IPAL) berfungsi baik dan 1 unit di Curio Kecamatan Curio (IPAL Komunal) yang saat ini kondisi tidak berfungsi baik karena beberapa saluran pipa dari rumah telah pecah.

Di Kabupaten Enrekang hingga saat ini untuk pengelolaan black water (air limbah yang berasal dari jamban atau WC) masih sebatas pengumpulan dan penampungan, sedangkan unit pengolahan pengangkutan dan pengolahan akhir lumpur tinja atau Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) belum tersedia. (Lihat Peta 3.1 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik, Peta 3.2 Peta Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Air Limbah Domestik)

Pembuangan Black Water (Kloset- Sungai)

IPAL RSU Maspul

Saluran Pipa ke IPLT

(23)

37

Peta 2.6

(24)

38

Peta 2.7

(25)

39

Pengelolaan sarana jamban keluarga yang dibangun oleh masing-masing rumah tangga di Kabupaten Enrekang sudah cukup memadai, hal ini mengingat kemampuan finansial mereka yang tergolong masyarakat mampu. Sedangkan masyarakat yang tergolong miskin dan tidak mempunyai jamban pribadi memanfaatkan MCK umum yang dikelola secara berkelompok. Keterbatasan kemampuan secara finansial khususnya pada masyarakat miskin ditambah rasa tidak memiliki yang mungkin akibat tidak terlibatnya mereka dalam proses perencanaan serta rendahnya tingkat kesadaran untuk PHBS sehingga berdampak pada lemahnya pengelolaan MCK umum yang mengakibatkan kondisi MCK umum tidak terawat dengan baik, dan memilih untuk kembali kekebiasaan lama dengan buang air besar sembarangan baik itu di sungai maupun di kebun. .

Permasalahan utama dan mendesak sebagai isu strategis terkait dengan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Enrekang bisa berupa permasalahan fisik maupun non fisik. Permasalahan fisiknya adalah cakupan akses masyarakat khususnya masyarakat miskin untuk menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan masih sangat rendah. Permasalahan non fisiknya adalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk memakai jamban yang layak. Permasalahan mendesak yang menjadi prioritas di Kabupaten Enrekang pada sektor air limbah domestik lebih kepada penyediaan sarana dan prasarana seperti sarana Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) terpusat maupun komunal dan Instalasi Pengelolaan Limbah Tinja (IPLT). (Lihat Tabel 3.18 Permasalahan Mendesak dan Isu Strategis)

No Permasalahan Mendesak Issue Strategis

1

2

3

Tatanan pola hidup bersih dan sehat belum berkembang secara merata pada hampir semua lini kehidupan bermasyarakat.

Belum Adanya system pengelolaan air limbah domistik yang memenuhi syarat, sehingga air limbah domistik masih berpotensi mencemari air tanah dan air permukaan

Sarana dan Prasarana limbah domistik (IPAL) belum ada dan IPLT yang sudah

1. Peningkatan pelayanan kualitas system air limbah dan pemicuan PHBS

2. Sistem pengelolaan air limbah masih menggunakan system on-site sehingga pencemaran air sungai oleh limbah domistik, sehingga tidak layak dijadikan sebagai sumber air baku untuk air minum

3. Sistem kelembagaan sanitasi masih lemah, kondisi ini menuntut adanya peningkatan Tabel 3.18

(26)

40

5

6

pencemaran cukup tinggi.

Tidak adanya keterlibatan pihak swasta dalam mendukung peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat dalam layanan pengelolaan limbah Tingkat kepemilikan jamban masih relatif rendah yakni … % dengan septik tank … % dan … % septik tank tidak memenuhi standar yang layak. Sistem Kelembagaan yang masih lemah, kepedulian masyarakat, dunia usaha dan pemerintah yang berinflikasi terhadap pendanaan yang jauh dari yang diharapkan

air limbah

4. Meningkatkan pembiayaan melalui kemitraan pemetintah dan swasta

5. Fasilitasi peningkatan pengelolaan air limbah melalui pelatihan SDM yang berkompeten

2.3.2 Pengelolaan Persampahan

Kondisi pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Enrekang saat ini dapat dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas infrastruktur serta dari segi aspek non infrastruktur. Dari segi kualitas maupun kuantitas infrastruktur masih belum memadai apabila dibadingkan dengan luas wilayah Kabupaten Enrekang yang cukup besar. Hal tersebut disebabkan karena kondisi geografis Kabupaten Enrekang yang bergunung sehingga sangat sulit untuk mengelola persampahan di seluruh wilayah kabupaten Sistem dan Cakupan Pelayanan

Kriteria dan dasar pelayanan persampahan berdasarkan yang menjadi target Pembangunan Nasional adalah 70% sampah domestik dan 100% sampah non domestik harus mendapatkan penanganan melalui sistem pelayanan umum. Pemerintah Kabupaten Enrekang secara belum mampu melayani persampahan secara menyeluruh, baik untuk daerah perkotaan apalagi perdesaan yang jauh dari Ibukota kabupaten. Konsentrasi untuk pendistribusian sampah dari TPS ke TPA baru berkisar di kota Enrekang Kec. Enrekang, Kota Cakke Kec.Anggeraja dan Kota Sudu Kec.Alla. Lihat Peta 3.3 Peta Cakupan Layanan Persampahan, Peta 3.4 Peta Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Persampahan)

Berdasarkan hasil kajian EHRA, maka pengelolaan sampah ditingkat rumah tangga masih menunjukkan prilaku yang tidak baik, … % responden menyatakan membuang sampah ke sungai/kali/saluran, hal ini menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Perilaku yang lain yang justru paling tinggi yaitu membakar sampah di tempat sebesar … %. Sumber : Dinas PU, Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan, diolah

(27)

41

Perilaku membuang ke lahan kosong/kebun/dibiarkan membusuk … % dan dibuang kelob …%. Sementara perilaku yang baik seperti dibuang kedalam lobang dan kemudian ditutup dengan tanah hanya sebesar ....% responden yang melakukannya, kegiatan pengumpulan ke TPS hanya ....%, maka dapat dibayangkan seberapa besar pengaruhnya terhadap kualitas udara setiap saat dihirup. (Lihat Tabel 3.21 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan, Tabel 3.22 Sistem Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Enrekang)

Input User Interface Pengumpul an setempat Penampung an Sementara (TPS) Pengangk utan (Semi) Pengolah an Akhir Terpusat Pemroses an Akhir Kode/ Nama Aliran Sampah Rumah Tangga Tong Sampah Motor Sampah Countainer Dump Truk TPA P.1 Karung Goni/ Kresek Tong Sampah Bak Sampah Dump Truk TPA Sampah An Organik Tong sampah Pemulung Pengumpul Perorangan Tidak Ada Tidak Ada P.2 Kresek Dibakar Tabel 2....

Diagram Sistem Sanitasi Pengolahan Persampahan yang ada di Kabupaten Enrekang

(28)

42

Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Enrekang meliputi : Pewadahan, Pengumpulan Sementara, Pemindahan dan Pengangkutan Akhir.

1. Pewadahan

Pewadahan sampah adalah cara pembuangan sampah sementara di sumbernya, baik individual maupun komunal. Pewadahan sampah di Kabupaten Enrekang dilakukan secara individual dan komunal. Wadah sampah individual umumnya ditempatkan di depan rumah atau bangunan lainnya sedangkan pewadahan komunal ditempatkan pada lokasi tertentu yang dapat diakses oleh masyarakat.

Sebagian besar tata cara yang digunakan adalah pewadahan individual di masing-masing rumah tangga. Wadah yang digunakan sebagian besar dari kantong plastik dan karung-karung yang diletakkan didepan rumah. Terdapat pula metode pewadahan dengan menggunakan fasilitas yang disediakan berupa tong-tong sampah plastic, drum dan pewadahan tembok permanen, yang juga berfungsi untuk penunjang kegiatan penyapuan jalan.

Gambar

(29)

43

2. Pengumpulan Sementara

Proses pengumpulan sampah menggunakan tata cara individual tidak langsung. Proses pengumpulan ini dilakukan dari rumah penduduk menuju TPS yang dalam pengelolaannya dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian jalan poros dan bagian RW. Bagian jalan poros adalah bagian yang melayani

pengumpulan di jalan-jalan protokol dan bagian RW adalah yang menangani pengumpulan sampah di rumah-rumah penduduk.

Proses pengumpulan sampah dilakukan oleh 26 petugas pembersih jalan yang bertugas setiap hari dari pukul 06.50 sampai 10.00, dengan target 9 ruas/lokasi yang meliputi ruas jalan protolol, area publik/taman, pasar, rumah penduduk dan rumah jabatan pemerintah. Sarana pendukung dalam proses pengumpulan sampah dilengkapi gerobak sampah yang digunakan untuk mengumpul sampah hasil sapuan sampah di jalan menuju ke TPS, kendaraan motor Roda Tiga berkapasitas 1.5 m³ dengan bak terbuka untuk mengumpulkan sampah dari permukiman penduduk ke Kontainer.

3. Pemindahan

Tempat pemindahan sampah mengunakan Kontainer yang berjumlah 8 unit dengan kapasitas 6- 7 m³, TPS terdiri dari Tong-tong sampah sebanyak 200 buah dengan kapasitas 0,50 m³, dan bak-bak sampah permanen konstruksi tembok sebanyak 340 buah dengan kapasitas 1-1,5 m³ 4. Pengangkutan

Pengangkutan sampah dilakukan dari TPS menuju TPA yang dilakukan dengan menggunakan sarana berupa kendaraan Dump Truk 6 unit dengan kapasitas 7-8 m³ dan kendaraan Armroll Truk 2 unit dengan kapasitas 6-7 m³. Jumlah personil yang bertugas pada pelaksanaan pengangkutan sebanyak 32 orang yang terdiri dari 8 orang Sopir dan 24 anggota truk sampah, beroperasi mulai pukul 07.00 sampai 11.30, pada setiap hari Senin sampai

(30)

44

Pengangkutan Sampah dari TPS dengan menggunakan Truk kendaraan.

Berbagai upaya terus dilakukan dan ditingkatkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Enrekang untuk memaksimalkan pengelolaan sampah. Upaya yang dilakukan tidak hanya dari aspek fisik sarana an prasarana tetapi juga upaya menumbuhkan sinergitas antara pemerintah dan masyarakat. Peran masyarakat sangat penting untuk mengatasi masalah sampah karena sampah timbul dari perkembangan sosial ekonomi di lingkungan tempat tinggal masyarakat yang semakin berkembang dinamis dan kompleks.

Timbulan sampah di Kabupaten Enrekang berasal dari buangan kegiatan produksi dan konsumsi manusia baik dalam bentuk padat kering, dan basah yang berasal dari permukiman, perkantoran, sarana pendidikan, sarana kesehatan, pasar, pertokoan dan sapuan jalan.

Volume timbulan sampah di Kabupaten Enrekang cenderung meningkat. Pada tahun 2012 volume timbulan sampah 70 m³/hari, dan sampai dengan pertengahan tahun 2013 telah mencapai 75 m³/hari. Namun pada sisi volume sampah yang terangkut justru mengalami penurunan. Pada tahun 2011 rata-rata volume harian sampah yang terangkut 40,4 m³, pada tahun 2012 menurun 38,9 m³, dan sampai dengan pertengahan tahun 2013 juga mengalami penurunan menjadi 32,6 m³.

(31)

45

Tumpukan sampah di Pasar Sudu Kec. Alla (Jarak sekitar 62 km dari TPA)

Sistem Controlled Landfill di TPA Matang, Kec. Maiwa Fenomena Buang Sampah di Tebing Pinggir Jalan Poros Sudu Grafik tersebut diatas menggambarkan adanya kecenderungan melebarnya deviasi antara produksi sampah dengan kemampuan pengangkutan sampah. Hal ini masih seputaran permasalahan klasik yakni keterbatasan Sarana-prasarana, personil dan biaya operasional yang masih belum cukup memadai sebagai keterbatasan kemampuan keuangan

daerah. Selain itu, permasalahan jarak tempuh antara pusat-pusat

y h h y w y h ―D ‖ PA Matang berjarak sekitar 62 km. Alternatif untuk membangun TPA pada wilayah ―D ‖, h / h dengan kondisi topografi wilayah yang pegunungan dan pada umumnya lahan milik masyarakat telah digarap menjadi lahan pertanian produktif.

Metode pembuangan sampah yang dilakukan di TPA Matang yaitu metode pembuangan Sampah secara Controlled Landfill yang merupakan metode transisi yaitu lahan urug terkendali (penimbunan secara berkala). Sampah disebar dan dipadatkan

lapis perlapis yang kemudian digilas dengan axkapator sehingga menjadi sel-sel sampah, kemudian ditutup dengan tanah.

(32)

46 Kelompok Fungsi Teknologi Yang digunakan Jenis data Sekunder (Perkiraa n) Nilai Data Berfungsi / Tidak Berfungsi Sumber Data A B C D E F Input Timbulan Sampah Rumah Tangga Volume (m3/hari) 75 KLHKP Komposisi/ Karakt

User Interface Tong Sampah Unit 200 Berfungs i KLHKP Pengumpulan Setempat Becak Motor/ Gerobak Sampah Unit 4 15 Berfungs i KLHKP Pengumpulan Sementara - Bak Biasa

- Container Unit Unit

340 8 Berfungs i Berfungs i KLHKP

Pengangkutan - Dump Truck - Armoll Truck Unit Unit

6 2 Berfungs i Berfungs i KLHKP (Semi) Pengolah Akhir terpusat TPS 3R Unit 1 Berfungs i KLHKP Jumlah sampah yang masuk (m3/hari) - Jumlah produksi kompos (Kg) 900 KLHKP Produk daur ulang (Kg) - KSM (nama, alamat) - SPA (stasiun peralihan antara) Volume sampah yang masuk (m3/hari) Jarak SPA ke TPA Pemrosesan Akhir TPA/ TPA Regional : Lokasi Desa Batu Mila UPTD KLHKP Sistem Pengolahan Persampahan yang ada di Kabupaten Enrekang

(33)

47 Controlled Landfill/ Sanitary Landfill Kec. Maiwa Luas Total Area sesuai desain(Ha) 5,7 UPTD KLHKP Luas Area Terpakai (Ha) 2 Ha UPTD KLHKP Jumlah Sampah Yang masuk (m3/hari) 32,6 UPTD KLHKP Jumlah alat berat (unit) 1 UPTD KLHKP Fasilitas pendukung :  Alat timbang(uni t) -  Instalasi pengolahan gas (unit) 42 untuk penguap an Belum Berfungs i KLHKP  dll Jumlah sel TPA (aktif dan ditutup (unit) 7 KLHKP Luas masing2 7x8 masing-masing Sel KLHKP Frekwensi penutupan sel

IPL Sistem Sumur 5 2

Berfungs i

KLHKP

(34)

48

Peta 3.

(35)

49

Permasalahan Mendesak dan Issue Strategis

Saat ini pengelolaan sampah masih menimbulkan permasalahan, seiring dengan peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Timbulan sampah yang tidak terkendali, merupakan konsekwensi logis dari aktifitas manusia yang dapat berdampak pada permasalahan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Peta 3.4

(36)

50

Permasalahan Mendesak Issue Strategis

1. Pengumpulan dan pembuangan sampah perkotaan masih dianggap sebagai tanggung jawab pemerintah daerah. Dan secara kelembagaan pengelolaan persampahan di Kabupaten Enrekang belum sebanding antara struktur kelembagaan yang diberi tanggung jawab yakni kepala seksi (Eselon IV), dengan cakupan wilayah pelayanan yang lebih besar.

2. Peran dan partisipasi masyarakat pemilahan sampah masih sangat kurang baik ditingkat Rumah Tangga maupun tempat-tempat fasilitas umum.

3. Produksi sampah semakin meningkat setiap tahun akibat pertambahan penduduk dan peningkatan aktivitas sosial ekonomi masyarakat, sedangkan kemampuan pemerintah dalam pelayanan sampah masih belum cukup memadai. 4. Ketersediaan saran dan prasarana

pemilahan, pewadahan dan pengangkutan sampah masih belum cukup memadai melayani seluruh kota di Kabupaten Enrekang, sehingga memicu perilaku masyarakat membuang sampah di pingggir jalan, semak/lahan kosong, dan bahkan ke sungai.

5. Jarak tempuh terjauh dari tempat pelayanan sampah di kota Sudu ke TPA sekitar 65 Km, dari kota Enrekang ke TPA sekitar 25 Km, sehingga banyak volume sampah yang tidak terangkut serta biaya operasional pengangkutan dan pemeliharaan cukup tinggi.

6. Infrastruktur dan sarana penunjang di TPA Matang belum cukup memadai untuk pengembangan pengelolaan sampah sesuai criteria teknis yang dipersyaratkan.

1. Kelembagaan SKPD

pemerintah daerah belum cukup memadai dalam pengelolaan persampahan daerah.

2. Partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah masih rendah.

3. Kecenderungan terjadi deviasi antara volume timbulan sampah yang lebih tinggi dengan volume sampah yang terangkut setiap hari.

4. Fungsi TPA Matang belum maksimal untuk pengelolaan persampahan dan lokasinya TPA cukup jauh dari wilayah perkotaan Duri Kompleks sekitar 62 Km

5. Timbulan sampah sangat tinggi pada lokasi pasar khususnya pada hari-hari pasar yang umumnya sampah organik. 6. Standar operasional dan

prosedur pelayanan / pengelolaan persampahan belum berlangsung efektif karena regulasi daerah yang ada hanya mengatur pelaksanaan kebersihan dalam Kota Enrekang (Perda No. 6 Tahun 2004).

7. Alokasi anggaran yang bersumber dari APBD II terhadap kegiatan pengelolaan persampahan yang belum memadai, maka sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja pelayanan Tabel 2.

Permasalahan Mendesak dan Issue Strategis

(37)

51

2.3.3. Pengelolaan Drainase Lingkungan

Kondisi jaringan drainase lingkungan khususnya di Ibukota Kabupaten secara kuantitas sudah cukup tersedia baik pada ruas jalan utama maupun di unit lingkungan permukiman. Namun secara kualitas pada kenyatannya masih terdapat saluran drainase yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh adanya ketidakpedulian masyarakat perkotaan akan fungsi drainase diperparah lagi karena belum adanya master plan drainase yang bisa mengontrol perencanaan drainase yang di kota Enrekang pada khususnya dan seluruh kecamatan pada umumnya.

Sistem dan Cakupan Pelayanan

Berdasarkan hasil kajian EHRA, bahwa system Drainase yang ada di Kabupaten Enrekang selain Drainase yang permanen juga masih ada yang berbentuk galian tanah. Sementara ditinjau dari segi layanan drainase secara keseluruhan, maka rumah tangga yang mempunyai system pembuangan air limbah non tinja dalam hal ini drainase lingkungan/selokan … % sudah mempunyai, … % yang belum mempunyai SPAL.

Kondisi topografi yang dominan dataran tinggi di Kabupaten Enrekang secara langsung meminimalkan ancaman banjir. Kajian study EHRA menunjukkan bahw … % rumah tangga untuk klaster desa I di Kabupaten Enrekang tidak pernah mengalami banjir rutin.

Masterplan perencanaan drainase lingkungan di Kabupaten Enrekang di kota Enrekang selaku induk perencanaan pembangunan drainase sudah ada sejak tahun 2004, akan tetapi sudah tidak layak digunakan karena perkembangan pembangunan yang semakin cepat sehingga perlu untuk dilakukan revisi Masterpaln.

Dalam rangka penanganan drainase lingkungan saat ini belum terdapat kerjasama yang cukup optimal antara Pemerintah Kabupaten, swasta dan masyarakat. Hal ini terlihat dari beberapa praktik yang ada saat ini seperti pengelolaan drainase lingkungan yang sebenarnya merupakan tanggung jawab masyarakat namun ternyata masih sedikit dijalankan oleh masyarakat, selebihnya dikelola oleh Pemerintah Kabupaten selain itu drainase lingkungan juga masih difungsikan sebagai saluran pembuangan air limbah domestik ataupun limbah ternak di beberapa wilayah oleh masyarakat sehingga terjadi beberapa potensi wilayah genangan.

Secara struktur drainase di Kabupaten Enrekang pada umumnya adalah pasangan batu, namun pemeliharaan yang kurang baik sehingga pendangkalan terjadi dan ditambah banyaknya sampah yang menumpuk di selokan mengakibatkan kurang lancarnya sistim pengaliran di dalam saluran tersebut.

(38)

52

Tabel 3.35 Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan di Kabupaten Enrekang)

Input User Interface Pengumpula n & Penampung an/ Pengolahan Awal Pengangkut an/ Pengaliran Semi Pengolaha n Akhir Terpusat Pembuanga n Akhir/ Daur Ulang Kode/ Nama Aliran Grey Water Dapur rumah tangga

Tida Ada Drainase Tidak Ada Sungai D.1 Kamar

mandi Tidak Ada Drainase Tidak Ada Sungai D.2

Air Hujan

Talang Tidak Ada Drainase Tidak Ada Sungai D.3 Talang Drum/Embe

r Drainase Tidak Ada Sungai D.4

Talang Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tanah D.5 Halaman

Rumah/ Kebun

Tidak Ada Drainase Tidak Ada Sungai D.6 Halaman

Rumah/ Kebun

Tidak Ada Drainase Tidak Ada Tanah D.7

Air

Hujan

Atap Bangunan

Jalan

DRAINASE

SUNGAI

Air Limbah Domestik (Gray Water) Saluran Gambar

Sistem Sanitasi Pengolahan Drainase Lingkungan yang ada di Perkotaan Kabupaten Enrekang

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, diolah

Tabel 3.34

Diagram Sistem Sanitasi Pengolahan Drainase Lingkungan yang ada di Kabupaten Enrekang

(39)

53

Pada umumnya dilingkungan permukiman perkotaan baik kota Enrekang maupun ibukota Kecamatan telah tersedia jaringan drainase, termasuk drainase pada jalan-jalan protokol. Namun pada beberapa titik ruas jalan tidak tersedia drainase khususnya pada kebanyakan di sisi jalan yang curam/bertebing. Dengan kondisi topografi Kabupaten Enrekang yang sebagian besar pegunungan, maka sangat jarang dijumpai adanya genangan air diatas badan jalan yang kondisi baik, karena air hujan akan langsung mengalir mengikuti kontur permukaan tanah. Kalaupun ada genangan dibadan

jalan pada umumnya karena adanya kubangan pada jalan-jalan yang kondisi rusak.

Tantangan dari kondis topografi wilayah pegungunan tersebut, adalah seringnya terjadi longsor ringan pada sisi jalan, sehingga drainase yang telah dibangun mengalami kerusakan yang akan berdampak pada kerusakan badan jalan yang terkikis air hujan.

Pada wilayah kota Enrekang sebagai ibukota kabupaten, selama ini jarang dijumpai genangan di jalan, namun kondisi sistem drainase yang belum memenuhi standar teknis yang baik akan berpotensi munculnya titik titik genagna air. Kondisi ini dapat dilihat pada beberapa saluran drainase kota terdapat sisa air yang menggenang di saluran, tidak semuanya dapat mengalir dengan baik sampai ke sungai. Selain itu, genangan air yang tidak mengalir di drainase, juga disebabkan adanya tumpukan sampah yang menyumbat saluran utamanya pada percabangan jaringan dan dibawah kolom plat jembatan/duekker. Potensi terjadinya genangan air bila tidak dilakukan pengerukan saluran drainase dapat dilihat di kelurahan Juppandang Kec. Enrekang.

(40)

54

Kelompok Fungsi Teknologi Yang

digunakan

Jenis data Sekunder

(Perkiraan)

Nilai Data Sumber Data

A B C D F

User Interface

Pipa pembungan Tidak tersedia Tidak tersedia

Tidak tersedia Saluran tersier Tidak tersedia Tidak

tersedia Tidak tersedia Pengumpulan Penampungan Awal

Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia

Tidak tersedia Pengangkutan

Pengaliran Drainase Panjang (Km)

Tidak tersedia

Tidak tersedia Pengelolaan

Akhir terpusat Tidak tersedia Tidak tersedia

Tidak tersedia

Tidak tersedia Daur ulang /

pembungan akhir Sungai

4 Daerah aliran sungai Tidak tersedia Tidak tersedia Peta 2.

Jaringan Drainase Kota Enrekang Tabel 2.

Sistem Pengolahan Drainase Lingkungan yang ada di Kabupaten Enrekang

(41)

55

Peta 3.6

Gambar

Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Air Limbah Domestik
Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Drainase Perkotaan
Diagram Sistem Sanitasi Pengolahan Persampahan yang ada di Kabupaten Enrekang
Diagram Sistem Sanitasi Pengolahan Persampahan yang ada di Kabupaten Enrekang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik Nomor 5 tahun 1960 tentang Pembuatan Reklame dan Mengadakan serta Penarikan Pajak Reklame yang disahkan oleh Presiden

Dengan melihat pada nilai koefisien kecemasan yang sebesar -0,170 maka dapat disimpulkan lebih jauh bahwa pengaruh kecemasan terhadap motivasi karyawan PLN adalah

Apabila ada perubahan waktu, mohon dikoordinasikan sendiri antara Dosen & Mahasiswa Serta Menginformasikan Ke Kantor FAI UNIPDU Jombang,5 Februari 2017 Ka..

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah:Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 21-22.. Semua faktor yang yang telah disebutkan di atas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang dapat disimpulkan bahwa terdapat 26 sampel yang terinfeksi nematoda saluran

Bahwa dalam menerima pengajuan Bakal Calon Anggota DPRD Kabupaten Enrekang pada Pemilihan Umum Tahun 2019, KPU Kabupaten Enrekang telah sesuai prosedur yang diatur dalam

Berdasarkan hasil wawancara di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Enrekang sangat bangga dengan masyarakat yang ada di sekitar objek wisata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan kelompok petani peternak di Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang yang meliputi peran