BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan zat atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan dibumi. Secara alamiah air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan mempunyai daya regenerasi yaitu selalu mengalami sirkulasi dan mengikuti daur. Dari waktu ke waktu kebutuhan terhadap air semakin bertambah. Namun, manusia pulalah yang merusak sumber daya alam air tersebut. Manusia mencemari air melalui limbah industri dan rumah tangga. Dampaknya terjadi kerugian baik dari segi kesehatan maupun ekonomi. Seperti, sulitnya mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Air bersih adalah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak terlebih dahulu (DepKes RI, 2002 dalam Pinem, 2012).
Maka untuk mencegah makin parahnya pencemaran air dan untuk mengetahui tercemar tidaknya suatu perairan diperlukan adanya cara yang sederhana namun efektif misalnya menggunakan bioindikator. Bioindikator yang digunakan merupakan salah satu anggota dari suatu ekosisitem perairan. Konsep bioindikator merujuk pada penggunaan hewan atau tanaman sebagai instrumen untuk menilai kondisi kualitas lingkungan yang lampau, sekarang dan akan datang. Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator sudah selayaknya harus mampu beradaptasi dengan adanya fluktuasi kondisi lingkungan dalam periode yang cukup lama dan menggabungkan respon atau informasi yang ditimbulkannya (Dziock et al.2006 dalam Juliantoro 2011). Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa perlu dan tertarik untuk melakukan studi pustaka tentang potensi anggang-anggang sebagai bioindikator dan hubungannya dengan tegangan permukaan di air. Dengan harapan dapat menjadi solusi dan tambahan pengetahuan dalam menentukan kualitas air.1
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan maka masalah yang dapat dibahas :
1. Apakah peran anggang-anggang (Gerrinae) dalam suatu perairan?
2. Apakah anggang–anggang (Gerrinae) dapat digunakan sebagai bioindikator penurunan tegangan permukaan di air?
1.3 Urgensi Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anggang-anggang
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi anggang – anggang
Anggang–anggang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Upaordo : Heteroptera
Infraordo : Hemiptera
Famili : Gerridae
Subfamili : Gerrinae
(Leach, 1815 dalam Wikipedia 2013)
Secara fisik seluruh permukaan tubuh Anggang – anggang dilapisi oleh rambut - rambut halus yang hidrofobik. Rambut ini berfungsi untuk mencegah percikan atau tetesan air pada tubuhnya. Tubuh anggang-anggang terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat beberapa organ luar seperti sepasang antena dengan empat segmen pada setiap antenanya. Keempat segmen tersebut biasanya tidak lebih dari panjang kepala anggang - anggang, sepasang mata majemuk (mata faset), kadang-kadang ditemukan juga mata tunggal (ocellus), dan mulut (Voshell, 2003 dalam Prasetya, 2013). Dada atau thorax memiliki ukuran panjang 1,6 mm - 36 mm, terdiri dari tiga segmen yaitu prothoraks, mesothoraks, dan metathorak. Bagian Abdomen ada Sebelas segmen, pada bagian perut ini terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan
yang menuju tabung trakea. Anatomi internal yang terdiri beberapa sistem organ yang kompleks, yaitu sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem sirkulasi, sistem pengeluaran, dan sistem saraf (Erniawati, 2001 dalam Fajarriyanto, 2012)
Anggang–anggang bergerak meluncur dipermukaan air. Kaki-kakinya dapat merasakan adanya getaran dari organisme lain. Ada sepasang depan, tengah, dan sepasang kaki belakang.Kaki depan yang melekat di posterior mata merupakan kaik terpendek dan memiliki cakar preapical yang diadaptasi untuk menusuk mangsanya. Cakar Preapical adalah cakar yang tidak terletak pada akhir kaki, melainkan di tengah. Kaki tengah lebih panjang daripada kaki depan dan lebih pendek dari kaki belakang dan menempel pada pertengahan dada, melekat dekat dengan kaki belakang. Kaki belakang adalah kaki terpanjang dan digunakan untuk mendistribusikan berat badan serta kemudi di permukaan air.
Perbedaan antara anggang-anggang jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat atena dan bentuk tubuh dari anggang-anggang. Anggang-anggang betina memiliki anten yang lurus dan badan yang lebih besar, sedangkan anggang-anggang jantan memiliki atena yang lebih melengkung (De la Rosa , 2001 dalam Prasetya, 2013).
2.1.2 Habitat anggang-anggang
Water striders atau "nakhoda air" atau anggang-anggang air adalah serangga familiar yang terdapat pada sebagian besar air tawar. Mereka tinggal di permukaan sungai kecil sampai besar, kolam, danau, dan bahkan pada permukaan laut. Mereka memiliki kaki panjang yang berguna mendistribusikan berat badan, sehingga memungkinkan mereka untuk "berjalan" atau "meluncur" pada permukaan. Anggang-anggang air adalah predator yang menggunakan kaki depan mereka untuk menangkap mangsa.
dikenali karena kebiasaan hidupnya yang selalu berjalan/melompat di permukaan air. Gerakannya cepat, dapat mencapai 1.5 m/s.
Anggang-anggang kebanyakan hidup di perairan yang tenang, baik pada fase larva atau dewasa, namun ada lima jenis (dari marga Halobates) yang diketahui hidup di permukaan samudera. Dari permukaan air, anggang-anggang mengincar mangsa (biasanya serangga lain) yang berada di dekat permukaan. Selain karena keunikan fisik dan kebiasaan hewan ini, ternyata hewan ini menjadi model dalam penelitian biofisika tentang kemampuan tekanan permukaan dalam menyangga beban. Ada dua aspek yang menjadi perhatian dalam biofisika yaitu kemampuan mengapung di permukaan dan kemampuannya bergerak ke depan secara cepat.
2.1.3 Peran anggang-anggang Dalam Perairan
Menurut (Brown, 2000 dalam Prasetya, 2013) anggang-anggang dapat dijadikan salah satu indikator kualitas air, hal ini dikarenakan anggang-anggang tidak bisa hidup di perairan yang tercemar. Semua anggang-anggang air dikenal sebagai predaceous. Mereka memakan serangga terestrial yang jatuh di atas air dan invertebrata air yang mempertahankan beberapa derajat kontak dengan permukaan. Anggang-anggang air pesisir mungkin memakan serangga tanah yang berada dilaut karena terbawa oleh arus angin (Andersen dan Polhemus, 1976 dalam Prasetya, 2013), namun sumber makanan ini kurang tersedia untuk spesies laut Halobates.
2.2 Bioindikator Penurunan Tegangan Permukaan
2.2.1 Definisi Bioindikator
dalam menurunkan tegangan permukaan ( Yazid, 2005 dalam Mutmaina, 2013). Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Sabun dan detergen merupakan salah satu contoh dari surfaktan.
2.2.3 Anggang-anggang sebagai Bioindikator Penurunan Tegangan Permukaan di Air
Anggang-anggang dapat berjalan di atas air karena kombinasi beberapa faktor, yakni menggunakan tegangan permukaan dari air dan kaki hidrofobik untuk membantu mereka tetap di atas air. Tegangan permukaan memberikan keuntungan bagi anggang-anggang untuk membantu kaki panjang dan ramping mereka sehingga dapat mendistribusikan berat badan ke area permukaan. Kaki yang kuat, tetapi memiliki fleksibilitas yang memungkinkan anggang-anggang untuk menjaga berat badan mereka merata dengan aliran gerakan air.
Permukaan tubuh anggang-anggang dilapisi oleh rambut. Ada beberapa ribu rambut per milimeter persegi, dengan tubuh hidrofobik yang mencegah pembasahan dari gelombang, hujan, atau semprot, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk menjaga seluruh tubuh mereka di atas permukaan air. Posisi ini menjaga sebagian besar tubuh di atas permukaan air yang disebut posisi epipleustonic, yang merupakan ciri khas anggang - anggang.
Tegangan permukaan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah zat terlarut. Zat yang terlarut dalam air dapat menaikkan atau menurunkan tegangan permukaan air. Zat yang efektif menurunkan tegangan permukaan adalah surfaktan seperti sabun, dan detergen. Selain surfaktan, alkohol juga dapat menurunkan tegangan permukaan. Penurunan ini disebabkan karena zat terlarut memekat pada permukaan cairan, sehingga kadar zat pada permukaan tidak sama dengan kadar zat dalam larutan. Terdapatnya surfaktan di daam air menurunkan tegangan permukaan dan air tersebut menjadi tidak bersih lagi.
permukaan, akan terpisah. Hal itu menyebabkan anggang-anggang dapat terjatuh dan tenggelam. Anggang-anggang yang tenggelam bisa dimakan oleh anggang-anggang lain (De la Rosa, 2001 dalam Prasetya, 2013).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Peran anggang-anggang dalam perairan sebagai salah satu indikator kualitas air, hal ini dikarenakan anggang-anggang tidak bisa hidup di perairan yang tercemar. Selain itu anggang-anggang juga berperan predator larva serangga di dalam habitatnya.
2. Anggang–anggang (Gerrinae) dapat digunakan sebagai bioindikator penurunan tegangan permukaan di air karena anggang-anggang hanya dapat berdiri di air bersih dengan tegangan permukaan yang cukup. Seandainya air tersebut tercemar, molekul-molekul air yang tadinya saling tarik-menarik dan menimbulkan tegangan permukaan, akan terpisah. Hal itu menyebabkan anggang-anggang dapat terjatuh dan tenggelam.
3.2 Saran
Dapat dilakukan studi pustaka yang lebih mendalam untuk lebih mengetahui potensi anggang–anggang sebagai bioindikator penurunan tegangan permukaan di air. Penggunaan hewan–hewan lainnya yang dapat digunakan sebagai bioindikator untuk menambah literatur dan mengembangkan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Fajarriyanto, Singgih. 2012. Paper Aquatic Insect, (Online),
http://magiceesi.blogspot.com/2012/10/paper-aquatic-insect.html, diakses 20 Juni 2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Anggang-anggang. Anggang-anggang, diakses 20 Juni 2013
Juliantoro, Ketut. 2011. Hirudo medicinalis sebagai Bioindikator Pencemaran Lingkungan Perairan Tawar, (Online),
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/16/lintah-hirudo-medicinalis-sebagai-B
ioindikator-pencemaran-lingkungan-perairan-tawar-393972.html , diakses 21 Juni 2013)
Pinem, D.T Walter. 2012. Air Sebagai Kebutuhan Vital Kehidupan, (Online), (http://
artofthinking2.blogdetik.com/2012/12/24/air-sebagai-kebutuhan-vital-kehidupan/ , diakses 20 Juni 2013 )
Prasetya, Nirma. 2013. Tugas Avertebrata Air, (Online),