• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM K"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL AKHIR KEGIATAN

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM KETERAMPILAN WIRA USAHA MANDIRI BIDANG BOGA DI DESA BUNTU KAMIRI

KEC. PONRANG KAB. LUWU

Oleh

1.

Dra. Nursyamsi, M.Pd.

2.

Dra. Baderiah M.Ag.

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PALOPO

(2)

ABSTRAK

Nursyamsi, Baderiah, Diah Muharida; 2014, Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Keterampilan Wira Usaha Mandiri Bidang Boga Di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu

Pengabdian masyarakat ini merupakan bentuk kegiatan program pembinaan ibu rumah tangga di desa Buntu Kamiri menuju kesejahteraan keluarganya. Masalah pokok yang diangkat di dalam kegiatan ini adalah bagaimana cara melakukan pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu? Permasalahan ini diurai dalam tiga sub masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana langkah-langkah kegiatan pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu? 2) Bagaimana kendala yang dihadapi dalam kegiatan pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu? dan 3) Solusi apa yang dapat ditawarkan dalam mengatasi kendala kegiatan pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu?

Langkah-langkah kegiatan pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu dilakukan dengan 4 tahapan yaitu: 1) tahap pertama persiapan yakni: observasi wilayah kegiatan; Permohonan kegiatan (pembuatan proposal, seminar); Penentuan lokasi tempat kegiatan; dan pembelian bahan, peralatan, dan lokasi proses produksi). 2) tahap kedua pelaksanaan yakni: pengenalan, (ceramah dan tanya jawab dengan peserta kegiatan); demonstrasi kegiatan; pelatihan/praktek peserta kegiatan; survei/ kunjungan industri. 3) tahap ketiga evaluasi yakni: promosi; praktek pemasaran hasil kegiatan; Menyusun rencana tindak lanjut; dan dokumentasi hasil kegiatan. Dan terakhir 4) tahap keempat final yakni: membuat laporan, dan menyusun rencana ke depan

(3)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PROMOTOR ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN ... xi

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 12

C. Definisi Operasional Variabel dan Fokus Penelitian ... 12

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 15

E. Garis-garis Besar Isi Tesis ... 16

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 18

A. Relevansi dengan Penelitian Sebelumnya ... 18

B. Pendidikan Islam ... 22

D. Instrumen Penelitian ... 66

E. Metode Pengumpulan Data ... 67

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 69

(4)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Hasil Penelitian ... 72

B. Pembahasan ... 87

BAB V PENUTUP ... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Implikasi Penelitian ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era modern perdagangan saat ini sedang berkembang pesat. Salah

satu tantangan bangsa saat ini adalah bagaimana meningkatkan nilai

tambah hasil usaha industri dapat menjadi penentu dan pendorong

pertumbuhan ekonomi di setiap daerah. Pertumbuhan dan perkembangan

industri yang begitu pesat memunculkan berbagai ragam dan bentuk

industri yang ada, baik industri yang berskala besar ataupun yang berskala

kecil, masing-masing industri berusaha untuk meningkatkan produktifitas

yang tndala-kendala yang ada, adanya berbagai ragam industri tersebut

menuntut masing-masing dari industri agar mampu bersaing dan

mempertahankan industrinya tetap eksis.1

Pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa tidak hanya

tergantung pada pertumbuhan ekonomi atau kestabilan politik bangsa itu

sendiri, melainkan sebagian besar terletak pada bagaimana kemampuan dan

kemauan serta semangat sumber daya manusianya sebagai aset utama dan

terbesar dalam mengembangkan potensi bangsa. Semua sadar bahwa mereka

yang hidup pada masa sekarang selalu menginginkan kehidupan yang lebih

(6)

2

baik dari hari kemarin. Padahal kehidupan masa sekarang adalah merupakan

hari kemarin bagi mereka yang hidup di masa yang akan datang. Keadaan

masa depan tidak mudah diramal, namun dapat dipastikan bahwa ilmu

pengetahuan dan teknologi (Iptek) merupakan sumber penggerak utama

pertumbuhan ekonomi dan kemajuan kehidupan masyarakat di sebagian

besar negara dunia.

Iptek dan perkembangannya nantinya akan menghasilkan hal-hal

yang baru dengan laju yang pesat, baik berupa barang dan jasa; layanan

komunikasi baru tata cara kegiatan ekonomi. Pengaruh-pengaruh tersebut

akan mendunia, melewati batas-batas negara yang meliputi berbagai segi

kehidupan. Dalam bidang ekonomi akan menyebabkan pasar yang semakin

terbuka dan bebas yang menyebabkan arus barang dan jasa serta tenaga

kerja akan melintas batas negara tanpa hambatan. Keadaan ini merupakan

tantangan sekaligus peluang bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang

mana di Indonesia, hal ini dalam PJP II ini merupakan titik berat

pembangunan nasional yang seiring dengan peningkatan kualitas sumber

daya manusia (SDM).2 Untuk dapat mengambil manfaat dari proses

globalisasi ditentukan oleh produktivitas dan efisiensi di dalam

berproduksi. Modal penggeraknya adalah dana dan penguasaan teknologi

SDM yang handal. SDM yang handal tidak cukup yang hanya menguasai

(7)

3

Iptek, tetapi juga warga negara yang baik dalam bermasyarakat dan

bernegara. Selanjutnya tatanan ekonomi dunia yang mengalami proses

perubahan yang cepat dan mendasar, terutama sebagai akibat globalisasi

ekonomi yang semakin meluas dan perkembangan teknologi yang semakin

pesat. Kemajuan pesat di bidang teknologi menyebabkan kekuatan daya

saing suatu negara yang berbasis pada keunggulan komparatif dengan

mengandalkan kekayaan sumber alam dan tenaga kerja yang berlimpah,

cenderung tidak lagi menjadi andalan. Bersamaan dengan itu, ketersediaan

sumber daya alam baik dalam jenis dan jumlah maupun mutunya juga

semakin berkurang.3 Demikian pula sumber pendanaan bagi keperluan

investasi akan semakin langka. Sumber daya manusia akan makin

menentukan dalam memenangkan persaingan dibandingkan dengan sumber

daya lainnya. Dalam perkembangan demikian, tantangan di masa

mendatang adalah mengupayakan daya saing dan keunggulan kompetitif

dalam pemasaran yang mengandalkan pada keterampilan dan kreativitas

SDM, kemampuan teknologi dan kemampuan manajemen dengan tetap

memanfaatkan keunggulan komparatif yang telah dimiliki.

Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang

membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri

menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai

(8)

4

tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi

penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi. Manusia harus

menemukan kebutuhannya terlebih dahulu, sebelum ia memenuhinya. Usaha

untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara

mengadakan suatu hubungan. Dengan demikian pemasaran juga diartikan

suatu usaha untuk memuaskan kebutuhan pembeli dan penjual. Pemasar

yang berusaha mempengaruhi perilaku konsumen terletak pada premis

konsumen adalah raja, motivasi dan perilaku konsumen dapat dimengerti

melalui penelitian, perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan

persuasive yang menanggapi konsumen secara serius sebagai pihak yang

berkuasa dan dengan maksud tertentu serta pengaruh konsumen memiliki

hasil yang menguntungkan secara sosial asalkan pengamanan hukum, etika,

dan moral berada pada tempatnya untuk mengekang upaya manipulasi.4

Kehidupan masyarakat yang hidup di desa Buntu Kamiri berdasarkan

hasil observasi yang dilakukan, masyarakatnya merupakan tipe pekerja

keras. Hal ini mereka lakukan untuk dapat bertahan hidup. Masyarakat desa

Buntu Kamiri giat bercocok tanam seharian di sawah dan di kebun, Namun

walaupun telah bekerja keras, masyarakat desa Buntu Kamiri ini masih

tergolong memiliki perekonomian yang terbelakang dan harus

dikembangkan dengan berbagai cara.

(9)

5

Desa Buntu Kamiri merupakan salah satu dari delapan (8) desa yang

ada di Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu5 yang memiliki penduduk dari

berbagai etnis antara lain; etnis Toraja, Bugis, Jawa. Sebagian besar adalah

wilayah dataran rendah dan selebihnya adalah perbukitan atau pegunungan.

Letak Desa Buntu Kamiri adalah 320 meter dari permukaan laut, sementara

iklim di Desa Buntu Kamiri sebagaimana iklim di desa-desa lain di wilayah

Indonesia beriklim tropis dengan dua musim yakni kemarau dan hujan,

namun musim hujan lebih dominan daripada musim kemarau. Jarak dari

desa Buntu Kamiri menuju ke ibu kota kecamatan yaitu 9 km dengan waktu

tempuh kurang lebih 15 menit, jarak ke ibu kota Kabupaten (Belopa) yaitu

42 km dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam.

Melihat dari sisi potensi geografis yang ada, keterlibatan peran ibu

sangat berarti bagi keluarga di desa Buntu Kamiri menuju kesejahteraan

keluarganya. Dalam membantu suami seorang ibu perlu mempunyai

keterampilan sebagai bekal hidup di rumah tangga. Pembinaan dari

berbagai pihak diharapkan dapat mempunyai arti pemberdayaan perempuan.

Peningkatan mutu sumber daya manusia dalam peran serta perempuan

sangatlah penting apalagi di daerah Desa Buntu Kamiri yang sebagian besar

(10)

6

ibu rumah tangga dari keluarga petani, buruh tani, tukang kayu. tukang

batu, pedagang, dan usaha kecil.

Keberadaan seorang ibu masih cukup waktu untuk membantu suami

dalam memenuhui kebutuhan keluarga. Waktu luang ini perlu mendapat

perhatian serius dari pemerintah desa hingga pusat dalam upaya

peningkatan keterampilannya. Pelatihan menjahit, pelatihan memasak, dan

keterampilan lain yang dianggap sesuai dengan potensi wilayah dan

kemampuan masyarakat di Desa Buntu Kamiri dalam bentuk Pendidikan

Nonformal, hal ini sangat berpotensi dalam upaya peningkatan

keterampilan ibu-ibu di Desa Buntu Kamiri dalam memasak.

B. Perumusan Masalah

Kegiatan ini bernama “Pemberdayaan Perempuan Melalui Program

Keterampilan Wira Usaha Mandiri Bidang Boga di Desa Buntu Kamiri

Kec. Ponrang Kab. Luwu. perumusan masalah di dalam kegiatan ini adalah:

Bagaimana cara melakukan pemberdayaan perempuan melalui program

keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec.

Ponrang Kab. Luwu? Permasalahan ini diurai dalam tiga sub masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah-langkah kegiatan pemberdayaan perempuan

melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa

(11)

7

2. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam kegiatan pemberdayaan

perempuan melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga

di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu?

3. Solusi apa yang dapat ditawarkan dalam mengatasi kendala kegiatan

pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha

mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Secara umum kegiatan ini ini nantinya bertujuan untuk melakukan

pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha

mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu.

Secara khusus kegiatan ini bertujuan:

a. Untuk melakukan langkah-langkah kegiatan pemberdayaan perempuan

melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa

Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu.

b. Mengidentifikasi kendala yang muncul dan dihadapi dalam kegiatan

pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha

mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu.

c. Mencari solusi dan melakukan revisi untuk kegiatan serupa yang akan

(12)

8

2. Manfaat

Kegiatan ini merupakan salah satu wujud pengabdian masyarakat

yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Palopo yang

manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat desa Buntu Kamiri, terkhusus

kepada ibu-ibu rumah tangga agar dapat meningkatkan standar dan taraf

hidup perekonomian keluarganya melalui pembekalan keahlian dan

(13)

9 BAB II

KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

A. Tinjauan Pustaka

Wirausaha merupakan suatu proses atau cara untuk melakukan suatu

usaha yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yang

diharapkan dengan cara memproduksi, menjual atau menyewakan suatu

produk barang atau jasa. Yang harus dimiliki seorang pelaku usaha dalam

menjalankan suatu usaha (wirausaha) antara lain seperti skill (kemampuan),

tekad (kemauan), modal, target dan tujuan, dan tempat.1

Bisnis kuliner (makanan) menjadi ladang bisnis yang menarik minat

banyak orang. Hal ini disebabkan peluang bisnis pada sektor makanan

lumayan menggiurkan. Selagi manusia membutuhkan masih membutuhkan

makanan maka peluang bisnis di sektor makanansangat terbuka. Belum lagi

aktivitas manusia yang tidak puas dengan memasak sendiri tetapi ingin

membeli makanan yang sudah jadi. Namun sejalan dengan peluang bisnis

makanan yang terbuka lebar tersebut, pelaku usaha di sektor makanan juga

tidak kalah banyaknya. Sebagian menuai sukses sebagian lagi akhirnya

gulung tikar karena dagangan tidak laku.

1Asri, M. Marketing dan Kewirausahaan, (Cet. I; Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan

(14)

10

1. Menumbuhkan Jiwa Wirausaha

Kriteria jiwa wirausaha (entrepreneurship) antara lain berani

mengabil resiko, bertanggung jawab dalam setiap tindakan, selalu melihat

kondisi lingkungan, memanfaatkan pengalaman, bekerja secara kreatif2,

inovativ, produktif, berusaha untuk mengukur kemajuan atau performan

pekerja, memiliki kompetensi yang relevan, serta memiliki kepekaan

terhadap tekanan waktu, kualitas dan pelayanan.3

Menurut ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang

mengkombinasikan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga

kerja, material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih

tinggi dari sebelumya. Pendidikan kewirausahaan dapat berupa pendidikan

formal maupun pendidikan informal. Aspek pendidikan formal

kewirausahaan memusatkan pada penyediaan kerangka kerja teoritis dan

konseptual yang mendukung kewirausahaan. Aspek informal pendidikan

kewirausahaan berpadu dan menyatu dengan aspek formal dari pendidikan.4

2Kualitas dasar daya pikir kewirausahaan memiliki karakteristik/dimensi-dimensi sebagai

berikut: berpikir kreatif; berpikir inovatif; berpikir asli/baru/orisinil; berpikir divergen; berpikir mengembangkan; pionir berpikir; berpikir menciptakan produk dan layanan baru; memikirkan sesuatu yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain; berpikir sebab-akibat; berpikir lateral; berpikir sistem; berpikir sebagai perubah (agen perubahan); berpikir kedepan (berpikir futuristik); berintuisi tinggi; berpikir maksimal; terampil mengambil keputusan; berpikir positif; dan versalitas berpikir sangat tinggi.

3Wiratmo, M. Pengantar Kewirausahaan Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis Edisi

pertama. (Cet. I; Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 2001), h. 16.

(15)

11

Aspek informal pendidikan kewirausahaan memusatkan pada

pembangunan keterampilan, pengembangan sikap, dan perubahan perilaku.5

Untuk mencapai sasaran ini dan metoda induktif dan penemuan yang

meliputi analisa kasus, kunjungan perusahaan, pengungkapan pendapat,

tugas kelompok, simulasi, dan lain lain digunakan. Metoda pengajaran ini

memungkinkan para ibu-ibu untuk mengintegrasikan dan menerapkan teori

yang dipelajari melalui perangkat-perangkat yang lebih formal.

Kompetensi kewirausahaan mensyaratkan tiga kompetensi dasar,

yaitu (1) berjiwa wirausaha (bisnis), (2) mampu mengelola dan (3) memiliki

kemampuan bidang yang diusahakan.6 Jiwa wirausaha dapat dibentuk

melalui proses pembudayaan yang diintegrasikan dalam pembelajaran.

Wirausahawan umumnya memiliki sifat yang sama, yaitu orang yang

mempunyai tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif,

kemauan untuk menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan suatu

peristiwa dengan cara yang mereka pilih, dan keinginan untuk berprestasi

yang sangat tinggi, sikap optimis dan kepercayaan terhadap masa depan.

Karakteristik wirausahawan adalah:7

5Asri, M., op.cit., h. 5. 6Ibid., h. 17.

7Slamet PH Pengembangan Jiwa Kewirausahaan (Makalah Disampaikan dalam Penataran

(16)

12

a. Keinginan untuk berprestasi. Penggerak psikologis utama yang

memotivasi wirausahawan adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang

diidentifikasikan sebagai. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan

atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku kearah

pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan merupakan tantangan bagi

kompetensi individu.

b. Keinginan untuk bertanggung jawab. Wirausahawan menginginkan

tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka memilih

menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk

mencapai tujuan dan tanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai.

c. Preferensi kepada resiko-resiko menengah. Wirausahawan bukanlah

penjudi. Mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan

tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka percaya akan

menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi.

d. Persepsi pada kemungkinan berhasil. Keyakinan pada kemampuan untuk

mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian wirausahawan yang

penting. Mereka mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan

menilainya. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya tersedia, mereka

berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan

(17)

13

e. Rangsangan oleh umpan balik. Wirausahawan ingin mengetahui

bagaimana hal yang mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau

buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi

dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.

f. Aktivitas enerjik. Wirausahawan menunjukkan energi yang jauh lebih

tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan

mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan

cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini

merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka

lakukan.

g. Orientasi ke masa depan. Wirausahawan melakukan perencanaan dan

berpikir ke depan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang

terjadi di masa depan.

h. Keterampilan dalam pengorganisasian. Wirausahawan menunjukan

keterampilan dalam mengorganisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai

tujuan. Mereka sangat obyektif di dalam memilih individu-individu untuk

tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli dan bukannya teman agar

pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.

i. Sikap terhadap uang. Keuntungan finansial adalah nomor dua

(18)

14

memandang uang sebagai lambang kongkret dari tercapainya tujuan dan

sabagai pembuktian bagi kompetensi mereka.

2. Pembelajaran Keterampilan Boga

Pelajaran keterampilan merupakan salah satu bidang pengajaran dari

pendidikan psikomotorik. Menurut Meridith pendidikan keterampilan

adalah bimbingan keterampilan yang diberikan seseorang untuk

mempersiapkan diri dalam bekerja atau usaha.8 Kerangka pemikiran yang

mendasari pemberian pendidikan keterampilan ini bagi ibu-ibu adalah

untuk pengertian dan kecakapan yang belum pernah ada pada seseorang,

serta dapat meningkatkan taraf pengetahuan dan kecakapan baru. Hampir

semua kecakapan keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan

sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Oleh

karena itu keterampilan ibu-ibu dapat dikembangkan atau ditingkatkan

melalui pengalaman belajar.

Pengertian keterampilan memasak adalah suatu jenis keterampilan

dalam bidang tatacara memasak yang didalamnya terdapat kegiatan dari

mempersiapkan bahan, peralatan yang digunakan, proses pengolahan

sampai bahan makanan tersebut siap untuk dimakan. Kegiatan tersebut

8Wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu

(19)

15

setahap demi setahap untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.

Berdasarkan teori tersebut dapat dijelaskan pengertian pelaksanaan

pembelajaran keterampilan memasak, yaitu kemapuan motorik yang

dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar tentang masak-memasak

yang didalamnya tercakup perencanaan sampai bahan tersebut siap

disajikan.9

Keterampilan memasak yang terdiri dari pengenalan alat,

penggunaan alat, pengenalan bumbu dan bahan memasak, pengolahan serta

cara menghidangkannya. Keterampilan memasak dapat mempersiapkan

ibu-ibu untuk memperoleh keterampilan dan sikap sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki yang dimungkinkan dapat digunakan untuk mencari nafkah

setelah kegiatan ini. Keterampilan memasak merupakan contoh dari

pendidikan kecakapan hidup khususnya kecakapan vokasional. Kegiatan ini

sengaja direncanakan untuk membekali ibu-ibu dengan kemampuan

kejuruan atau kecakapan yang dikaitkan dengan bidang kejuruan. Memasak

merupakan keterampilan yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, sehingga keterampilan ini digemari masyarakat.

3. Perencanaan Sumber Daya Kewirausahaan

Perencanaan adalah fungsi manajemen yang paling pokok dan

sangat luas meliputi perkiraan dan perhitungan mengenai kegiatan yang

(20)

16

akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang mengikuti suatu urutan

tertentu. Tujuan perencanaan harus tegas, jelas dan mudah dimengerti,

disesuaikan dengan kondisi yang ada namun harus tetap pada tujuan yang

ditetapkan.

Sumber daya kewirausahaan adalah sumber daya yang mampu

mengkombinasikan antara sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan sumber daya modal. Jumlah orang yang memiliki jiwa wirausaha, yang

mampu menyatukan sumber daya yang ada dapat memengaruhi jumlah hasil

produksi.10

Menurut Wiratmo, sebelum memulai suatu usaha, seseorang yang

berniat untuk melakukan usaha harus mempersiapkan segala sesuatu yang

diperlukan dengan matang. Diawali dengan melihat peluang usaha baru

yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau

melakukan franchising. Selain itu juga memilih jenis usaha yang akan

dilakukan, apakah di bidang pertanian, industri, kuliner, jasa atau jenis

usaha yang lain.11

Seorang wirausahawan harus dapat mengelola berbagai aspek yang

terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek modal, produksi

(menyangkut ketersediaan sumber daya alam), sumber daya manusia

(21)

17

(tenaga kerja), kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi

bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan

melakukan evaluasi setiap bulannya.12

4. Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi (Production Planning) adalah salah satu dari

berbagai macam bentuk perencanaan yaitu suatu kegiatan pendahuluan atas

proses produksi yang akan dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan yang

diinginkan perusahaan. Selain itu, ketersediaan bahan juga patut

diperhatikan. Bahan-bahan yang digunakan harus dapat dijumpai di pasar

tradisional maupun pasar modern, sehingga tidak khawatir akan kehabisan

stok bahan baku di pasaran. Yang paling penting adalah bahan tersebut

masih segar dan layak untuk diolah menjadi makanan yang akan dijual

sehingga menghasilkan makanan yang berkualitas

Kebersihan tempat juga sangat diperhatikan. Sehingga konsumen pun

senang, nyaman, dan tidak perlu khawatir dengan proses produksinya.

Lokasi/ tempat usaha yang strategis dan calon konsumen, sangat

mempengaruhi maju atau tidaknya suatu usaha.

5. Perencanaan Pasar

Pemasaran merupakan ujung tombak dari bisnis yang kita miliki.

Sebagus apapun produk dari bisnis yang kita miliki, tanpa pemasaran yang

12Husaini Usman. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Cet. II; Jakarta: Bumi

(22)

18

baik menjadi tidak ada artinya. Pemasaran bisnis usaha kecil tidak

semata-mata menjual hasil produksi, tetapi juga menciptakan image bahwa produk

kita baik dan berkualitas. Di dalam mencapai target pemasaran, menurut

Sukirno ada beberapa hal yang harus dilakukan agar pemasaran dapat

dilakukan dengan baik dan sesuai dengan target yang diharapkan bahkan

lebih. Beberapa hal tersebut antara lain:13

a) Menentukan lokasi / tempat usaha yang tepat (strategis)

b) Selalu menambah pengetahuan, sehingga mampu mempromosikan

kepada konsumen tentang keunggulan makanan yang kita produksi dengan

makanan lain yang sejenis.

c) Memiliki menu andalan yang menarik pelanggan

d) Menetapkan harga makanan yang dijual, yang mampu bersaing dengan

makanan lain yang sejenis

e) Kualitas pelayanan, seperti masalah keramahan, kebersihan, waktu

penyajian makanan serta kualitas rasa makanan

f) Tidak bosan belajar dari siapa saja agar bisa maju

g) Menjaga kejujuran, kualitas makanan dan pelayanan yang kami berikan

h) Selalu mencatat dan memantau perkembangan penjualan yang terjadi

dari hari ke hari, minggu ke minggu. Sehingga bila ada hambatan dapat

cepat ditanggulangi

13Kao, J.J. The Entrepreneur. (2nd Edition; New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice Hall.

(23)

19

i) Selalu menjaga hubungan baik dengan para pelanggan

j) Selalu mencari peluang baru, tidak hanya mengandalkan satu sumber

pendapatan saja

k) Selalu beribadah dan berdoa serta beramal

6. Perencanaan Keuangan

Kondisi berwirausaha membutuhkan perencanaan keuangan yang

berbeda dengan seseorang yang berpendapatan tetap. Dalam situasi ini,

seorang wirausahawan dituntut untuk lebih bijak dan disiplin mengelola

keuangan. Dan yang terpenting, harus mampu memisahkan keuangan usaha

dengan keuangan pribadi. Menurut Sukirno, catatan keuangan sangat

penting digunakan untuk mengetahui dengan pasti jumlah modal, biaya

operasional yang dikeluarkan, dan keuntungan yang diperoleh setiap

harinya. Selain itu juga, catatan keuangan tersebut berfungsi sebagai

kontrol atau untuk mengetahui kepastian keuntungan yang dapat digunakan

untuk keperluan sehari-hari dan bagian mana saja yang harus disisihkan

untuk ditabung dan digunakan untuk pengembangan usaha.14

B. Kerangka Pemecahan Masalah

Langkah pertama setelah memiliki ide untuk memulai usaha, maka

yang harus dilakukan selanjutnya adalah membuat perencanaan. Hal ini

berguna sebagai persiapan awal yang memiliki dua fungsi, yaitu sebagai

(24)

20

pedoman untuk mencapai keberhasilan manajemen usaha dan sebagai alat

untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari luar.

Pengertian dari perencanaan usaha adalah suatu misi, usulan, operasional,

finansial, strategi, peluang usaha yang mungkin diraih dan kemampuan

serta keterampilan pengelolaanya.

Untuk lebih jelasnya tentang arah kegiatan ini nantinya, secara

skematis kami gambarkan dalam kerangka pikir sebagai berikut:

ALUR KEGIATAN

1. Pengenalan, (Ceramah dan tanya jawab dengan peserat

2. Praktek pemasaran hasil kegiatan

3. Menyusun rencana tindak lanjut

4. Dokumentasi hasil kegiatan FINAL

1. Membuat Laporan,

(25)

21 BAB III

METODE PEMECAHAN MASALAH

A. Lokasi Kegiatan

Kegiatan ini akan dilaksanakan di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang

Kab. Luwu.

B. Khalayak Sasaran

Sasaran kelompok/ komunitas dalam kegiatan ini adalah Ibu-ibu

Rumah Tangga yang ada di Desa Buntu Kamiri.

C. Metode Kegiatan

Metode kegiatan yang digunakan untuk mendukung keberhasilan

program antara lain sebagai berikut.

a. Ceramah dan Tanya Jawab

Metode ini dipilih untuk menjelaskan tentang materi yang bersifat

teoritik terkait dengan sanitasi hygiene, produksi bidang boga meliputi:

aneka cookies (semprit, kue kering kacang, kastengel, nastar), aneka kue

tradisional (kue sebra kukus, kue bolu kukus, kue ku dan brownies kukus),

hidangan sepinggan (siomay, empek-empek).

b. Demonstrasi

(26)

22

bertahap sehingga dapat memberi kemudahan bagi peserta pelatihan.

Peserta dapat mengamati secara cermat proses produksi mulai dari

persiapan, proses produksi dan hasil akhir yang diperoleh.

c. Latihan/ Praktek produk boga

Pada metode ini peserta akan mempraktekkan pengolahan aneka kue

cookies, kue tradisional yang dikukus, digoreng, dioven serta hidangan

sepinggan, dengan materi praktek yang sudah dijelaskan oleh pelatih.

d. Survey atau kunjungan industri

Survey industri dimaksudkan untuk memperoleh pengalaman

langsung dalam pembuatan dan pengembangan produk boga. Metode ini

dipergunakan untuk memberi motivasi kepada para ibu-ibu agar wawasan

dan pengetahuannya lebih luas.

D. Rancangan Evaluasi

Evaluasi kegiatan dilakukan dengan menggunakan Model ROTI

(Return On Training Investment) sebagai berikut:

1. Evaluasi 1; Reaksi

Dilakukan pada saat kegiatan berlangsung. Tolok ukurnya adalah:

a. Pelatih/instruktur; Indikator-indikatornya adalah kesesuaian keahlian

pelatih dengan bidang materi, kemampuan komunikasi dan keterampilan

(27)

23

b. Fasilitas pelatihan; Dalam komponen ini, yang termasuk dalam

indikator-indikatornya adalah ruang kegiatan, bahan dan alat yang

digunakan.

c. Jadwal pelatihan; Yang termasuk indikator-indikator dalam komponen

ini adalah ketepatan waktu dan kesesuaian waktu dengan peserta pelatihan,

atasan para peserta dan kondisi belajar.

d. Media pelatihan; Dalam komponen ini, indikator-indikatornya adalah

kesesuaian media dengan bidang materi yang akan diajarkan yang mampu

berkomunikasi dengan peserta dan menyokong instruktur/ pelatihan dalam

memberikan materi pelatihan.

e. Materi Pelatihan. Yang termasuk indikator dalam komponen ini adalah

kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan, kesesuaian materi dengan topik

pelatihan yang diselenggarakan.

f. Konsumsi selama pelatihan berlangsung. Yang termasuk indikator di

dalamnya adalah jumlah dan kualitas dari makanan tersebut.

g. Pemberian latihan atau tugas. Indikatornya adalah peserta diberikan

tugas praktek

2. Evaluasi 2: Pembelajaran

Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap

peserta program pelatihan pada materi pelatihan yang telah diberikan, dan

(28)

24

peserta dalam hal peningkatan knowledge, skill dan attitude mengenai

suatu hal yang dipelajari dalam pelatihan.

3. Evaluasi 3: Perilaku

Pada level ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi

perubahan tingkah laku peserta (karyawan) dalam melakukan pekerjaan.

Dan juga untuk mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan sikap yang

baru sebagai dampak dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan

diaplikasikan di dalam perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara

signifikan terhadap peningkatan kinerja/ kompetensi di unit kerjanya

masing-masing.

4. Evaluasi 4: Hasil

Mengukur hasil dari kegiatan terhadap keuntungan yang dapat

diperoleh oleh para ibu rumah tangga (profitability), produktifitas, kualitas

kerja, penjualan, turnover dan pengeluaran (expenses). Reaksi,

didefinisikan sebagai bagaimana tanggapan peserta terhadap program

training tersebut. Pembelajaran, suatu tingkatan dimana peserta secara

tertulis diuji untuk dapat mengetahui sejauh mana materi training telah

diterima oleh mereka. Perilaku, ditujukan untuk mengukur perubahan sikap

kerja dalam kegiatan sehari-hari. Hasil digunakan untuk mengetahui

(29)

25

Hasil akhir tersebut meliputi, peningkatan hasil produksi dan

kualitas. Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk

menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja secara keseluruhan.

Sasaran pelaksanaan program pelatihan adalah hasil yang nyata yang akan

disumbangkan kepada masyarakat di desa Buntu Kamiri sebagai pihak yang

berkepentingan. Walaupun tidak memberikan hasil yang nyata bagi

(30)

26 BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PEMECAHAN MASALAH

A. Pelaksanaan Kegiatan

Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 14-15 Juni 2014 di Desa Buntu

Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu dengan materi pelatihan sebagai berikut:

(31)

27

1. Pelatihan 1: Pembuatan Kue Lumpur Kentang

Bahan-bahan kue lumpur kentang sederhana ini mudah sekali ditemukan

dipasar tradisional, seperti kentang, tepung terigu, telur, kelapa parut dan mentega

serta kismis dan bubuk vanili untuk penambah aroma kue. Agar lebih jelasnya dapat

dilihat berikut ini:

a. Bahan-bahan:

1) 250 gram kentang, kukus dan lumatkan / haluskan, dinginkan

2) 200 gram tepung terigu, pilih yang rendah kalori

3) 200 gram gula pasir

4) 60 gram mentega, lelehkan

5) 5 butir telur ayam

6) ½ liter santan kelapa kental

(32)

28

7) ½ sendok teh garam

8) Vanili bubuk atau pasta secukupnya

b. Topping :

1) kismis secukupnya, untuk pemanis tampilan (alternatif: keju, kacang atau

lainnya)

2) kelapa muda serut, secukupnya

c. Cara Membuat Kue Lumpur Kentang

1) Telur dikocok bersama bersama gula pasir dan garam hingga mengembang (±

10-15 menit)

(33)

29

2) Masukkan tepung terigu dan kentang sedikit demi sedikit sambil diaduk

hingga adonan rata

3) Tambahkan santan, vanili dan mentega cair dan aduk rata, saring, sisihkan.

4) Panaskan cetaka kue lumpur, olesi dengan sedikit minyak

5) Tuangkan adonan kedalam cetakan, jangan terlalu penuh sisakan ruang ¼ nya

dan gunakan api yang sedang

6) Kira-kira ½ matang, letakan beberapa kismis dan kelapa serut diatasnya.

7) Masak kembali hingga kue matang

8) Angkat, ulangi hingga adonan habis

9) Sajikan dalam piring saji

2. Pelatihan 2: Pembuatan Kue Srikaya

Kue ini menggunakan daun pandan untuk menciptakan aroma wangi dan

lezat. Kue srikaya aroma pandan ini adalah salah satu alternatif pilihan yang bisa

anda sajikan untuk berbagai acara semisal arisan keluarga karena selain rasanya yang

enak, biaya pembuatannya juga relatif

murah.

a. Bahan Kue Srikaya Aroma Pandan

1) 200 ml santan kental instant

(34)

30

2) pewarna makanan hijau muda secukupnya

3) 500 ml air

4) 1-2 lembar daun pandan

5) 200 gr gula pasir

6) 5 butir telur

7) 1/2 sdt garam

b. Alat yang Dibutuhkan

 Cetakan kue mangkok

c. Cara Membuat Kue Srikaya Aroma Pandan

1) Didihkan santan kental, air, garam, dan daun pandan dengan api sedang.

Aduk-aduk supaya santan tidak pecah. Didihkan kurang lebih selama 15 menit.

(35)

31

2) Matikan api, masukkan gula pasir aduk hingga gula larut. Angkat daun

pandan dan dinginkan.

3) Kocok lepas telur, campurkan dengan larutan santan yang sudah disiapkan

di atas, lalu saring.

4) Tuangkan campuran adonan ke dalam cetakan kue mangkok, hias atasnya

dengan potongan daun pandan.

5) Kukus dengan api sedang selama 30 menit. Jangan lupa tutup pancinya

dilapisi kain/serbet bersih (supaya air tidak menetes), dan jangan ditutup rapat (agak

dimiringkan tutupnya)

6) Dinginkan, dan hidangkan.

3. Pelatihan 3: Pembuatan Roti Bergizi

Jenis roti ini adalah roti manis berukuran mini yang bertekstur empuk dan

lembut serta dikreasikan dengan berbagai bentuk yang menarik sehingga bisa

disebut imut. Roti ini

populer dengan sebutan

roti unyil, tentunya

dengan beragam kreasi

resep rahasia dan varian

isinya sehingga memiliki

rasa yang sangat enak.

(36)

32

Untuk membuat sendiri di rumah dengan mudah dan praktis, ada salah satu resep

untuk bikinnya di sini.

a. Bahan :

1) 100 gram tepung terigu protein tinggi (cakra)

2) 100 gram tepung terigu protein sedang (segitiga)

3) +125 ml air es

4) 7 gram ragi instan

5) 3 gram cake emulsifier (SP)

6) 65 gram gula pasir

7) 20 gram susu bubuk

8) 1 butir kuning telur, kocok rata

9) 40 gram margarin

10) 5 gram garam halus

Isi : selai coklat, fruit mix, abon, selai kacang, keju atau sesuai selera

Olesan : 2 butir kuning telur aduk rata dengan 25 ml susu cair tanpa

rasa

b. Cara Membuat:

1) Campur kedua jenis tepung dengan gula pasir, susu bubuk dan ragi instan,

aduk rata. Masukkan kuning telur, aduk rata. Tuang air sedikit demi sedikit sambil

(37)

33

2) Masukkan cake emulsifier, aduk rata. Tambahkan garam dan margarin lalu

uleni hingga kalis. Bentuk bulat lalu letakkan dalam kom adonan, tutup dengan

plastik wrapping. fermentasi adonan 45 menit.

3) Buang gas dalam adonan dengan cara memukul adonan. Timbang adonan

per 25 gram lalu bulatkan, letakkan di atas meja stainless yang telah ditaburi tepung

terigu.

4) Isi adonan dan bentuk-bentuk sesuai selera, susun dalam loyang yang telah

diolesi margarin. Olesi dengan bahan pengoles, diamkan 15 menit. Panggang dalam

oven dengan suhu 185°Celsius hingga matang kuning keemasan. Angkat dan sajikan.

4. Pelatihan 4: Pembuatan Kue Zebra Basah

a. Bahan:

1) Telur ayam 6 butir

2) Gula pasir 300 gram

(38)

34

3) Vanila 1/4 sendok the

4) Tepung terigu 80 gram

5) Margarin 50 gram dilelehkan

6) Air 300 ml

7) Susu kental manis 250 ml

8) Agar-agar warna putih 2 bungkus

9) Cokelat bubuk 50 gram, dilarutkan dengan sedikit air panas

b. Cara Membuatnya:

1) Basahi loyang dengan air, loyangnya berukuran bulat berdiameter 18 cm.

2) Susu kental manis, air, agar-agar, dicampur dan aduk rata, kemudian masak

di atas api kecil sampai mendidih. Sisihkan.

3) Telur dikocok bersama gula, vanila hingga mengembang dan kental, lalu

masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit bergantian dengan margarin cair, aduk

rata.

4) Agar-agar yang telah dimasak dituangkan ke dalam adonan telur, kocok

perlahan hingga tercampur rata. Adonan dibagi menjadi 2 bagian, sebagian campur

dengan cokelat, aduk rata, yang sebagian lagi biarkan berwarna kuning.

5) Tuangkan 100 ml adonan kuning pada bagian tengah loyang, tuangkan

kembali 50 ml adonan cokelat di atas adonan kuning. Lakukan terus secara

bergantian hingga kedua adonan habis. Dinginkan hingga beku. Dan siap untuk

(39)

35

B. Hasil Kegiatan

Kegiatan ini diikuti oleh 25 orang ibu rumah tangga dan remaja putri. Dari hasil

pelatihan yang sudah dilakukan dirasakan sangat bermanfaat bagi ibu rumah tangga

dan remaja putri di desa Buntu Kamiri yang mengikuti pelatihan tersebut karena

Setelah dari pelatihan, peserta pelatihan tersebut masih aktif dan membuka usaha

untuk membuat Kue.

(40)

37 BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil kegiatan di lapangan, kami menyimpulkan

kegiatan pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira

usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu

sebagai berikut:

1. Langkah-langkah kegiatan pemberdayaan perempuan melalui

program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa

Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu dilakukan dengan 4 tahapan

yaitu: 1) tahap pertama persiapan yakni: observasi wilayah

kegiatan; Permohonan kegiatan (pembuatan proposal, seminar);

Penentuan lokasi tempat kegiatan; dan pembelian bahan, peralatan,

dan lokasi proses produksi). 2) tahap kedua pelaksanaan yakni:

pengenalan, (ceramah dan tanya jawab dengan peserta kegiatan);

demonstrasi kegiatan; pelatihan/praktek peserta kegiatan; survei/

kunjungan industri. 3) tahap ketiga evaluasi yakni: promosi;

praktek pemasaran hasil kegiatan; Menyusun rencana tindak lanjut;

dan dokumentasi hasil kegiatan. Dan terakhir 4) tahap keempat

final yakni: membuat laporan, dan menyusun rencana ke depan.

2. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan pemberdayaan perempuan

melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di

Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu adalah kurangnya

(41)

38

3. Solusi yang dapat ditawarkan dalam mengatasi kendala kegiatan

pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha

mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab.

Luwu adalah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan serupa agi

masyarakat di masa yang akan datang.

B. Saran

Dari kesimpulan kegiatan pemberdayaan perempuan melalui program

keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec.

Ponrang Kab. Luwu, kami selaku pelaksana kegiatan memberikan saran

sebagai berikut:

1. Hendaknya aparat pemerintah lebih memperhatikan

kegiatan-kegiatan pelatihan serupa di masa yang akan datang agar

masyarakat Desa Buntu Kamiri bisa merasakan dampak kegiatan

yang menunjang kesejahteraan keluarganya.

2. Bagi masyarakat Desa Buntu Kamiri terkhusus ibu rumah tangga

dan perempuan Desa lainnya untuk lebih giat berwirausaha untuk

Gambar

Gambar 1 Persiapan Pelatihan
Gambar 2  Kue Lumpur Kentang
Gambar 3 Pemateri memberi contoh kepada peserta
Gambar 4 Kue Srikaya Aroma Pandan
+5

Referensi

Dokumen terkait

1) Sampah rumah tangga: sampah yang berasal dari kehidupan sehari-hari dalam keluarga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. 2) Sampah sejenis sampah rumah tangga:

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan, status bekerja, kesejahteraan rumah tangga (kuintil kekayaan menengah, menengah atas, dan teratas), wilayah

Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana peran dan usaha yang dilakukan para ibu rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga di Biringkaloro Kelurahan

Tujuan dari kegiatan ini adalah memberdayakan ibu-ibu rumah tangga dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk menghasilkan produksi jamur tiram yang bernilai gizi

Adapun kegiatan yang telah dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan kepada Ibu PKK,remaja putus sekolah dan ibu rumah tangga dalam hal keterampilan yang

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, terutama peran perempuan sebagai ibu rumah tangga melakukan aktivitasnya di RPTRA dalam memembantu peningkatan pendapatan

Hanya saja dalam pengamatan peneliti, penggunaan pinjaman untuk non usaha terutama untuk berobat, belanja rumah tangga dan kegiatan lain seperti membangun rumah

Harapan secara umum pada kelompok ibu rumah tangga di wilayah Jakarta adalah jika nantinya akan ada kebijakan terkait informasi untuk perempuan melalui internet adanya pelatihan tentang