• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOSIOLOGI MEMAHAMI POLITIK DAN PEREKONOM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SOSIOLOGI MEMAHAMI POLITIK DAN PEREKONOM"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIOLOGI: MEMAHAMI POLITIK DAN PEREKONOMIAN

GLOBAL

Disusun oleh: Muhammad Lutfi Baidhowi

Dheannita Cikanaya Vicko Pravintania Putri Anjani Devanti Feren Aulia Utari Navita Khansa Victoria Cantika Diva Ramadina

(2)

Dosen Pembimbing: Veronica Verbi, S.Sos., M.Si.

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

KOTA PALEMBANG

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia maupun alam akhirat. Karena berkat rahmat-Nya pula laporan ini terselesaikan dengan baik ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sosiologi dengan judul makalah “Sosiologi: Memahami Politik dan Perekonomian Global”.

Tak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Vieronica Varbi S., S.Sos, M.Si. yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Serta orang tua dan teman-teman yang telah mendukung penulis dalam bentuk, baik fisik maupun moril.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dalam segi materi maupun dalam penyusunan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi seluruh pembaca, dalam upaya untuk menjadi lebih baik. Demikianlah makalah ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Palembang, 10 November 2017

(4)

DAFTAR ISI

Keterangan Hal

.

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I: PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 1

1.3 Tujuan Penulisan... 2

BAB II: ISI... 3

2.1 Politik: Menetapkan Kepemimpinan... 3

A. Kekuasaan, Wewenang, dan Kekerasan... 3

B. Tipe Pemerintah... 5

C. Sistem Politik Amerika Serikat... 6

D. Perspektif Sosiologi dalam Kepemimpinan... 10

2.2 Perang dan Terorisme: Suatu Cara untuk Mengimplementasikan Tujuan Politik... 11

A. Perang... 11

B. Perang dan Dehumanisasi... 13

C. Terorisme... 13

2.3 Perekonomian: Pekerjaan dalam Kampung Global... 14

A. Transformasi Sistem Ekonomi... 14

B. Sistem Ekonomi Dunia... 17

C. Kapitalisme dalam Perekonomian Global... 19

BAB III: PENUTUP... 22

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap berbicara tentang politik dalam global, maka tak lengkap jika tidak membahas ekonomi di dalamnya pula. Politik dan ekonomi merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan sehari-hari masyarakat tak akan lepas dari kegiatan politik dan ekonomi. Dalam dunia yang lebih luas politik dan ekonomi mampu memperngaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Bahkan melibatkan berbagai organisasi pemerintahan, perusahaan, individu dan aktor-aktor non pemerintah lainnya, transaksi ekonomi juga menjadi kegiatan utama.

Perkembangan politik dan ekonomi cukup signifikan, dan sangat terpangruh terhadap tingkah laku manusia. Situasi global saat ini merupakan hasil dari kebijakan yang diambil para elite politik maupun ekonomi dahulu. Lalu, saat ini politik dan ekonomi dunia tidak bisa dipahami hanya melalui satu perspektif saja. Kita perlu melihat politik dan ekonomi gobal dari berbagai sudut pandang agar dapat memahami dengan baik. Pada pembahasan makalah ini, penulis menyajikan berbagai konsep-konsep politik dan ekonomi global dengan judul “Sosiologi: Memahami Politik dan Perekonomian Global”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penulisan ini yaitu, sebagai berikut. 1. Apa konsep-konsep kekuasaan, wewenang, dan kekerasan? 2. Apa saja tipe pemerintah di dunia?

3. Bagaimana sistem politik Amerika Serikat?

4. Apa saja perspektif sosiologi dalam kepemimpinan?

5. Bagaimana konsep perang dan terorisme dalam kajian pengimplementasian tujuan politik?

6. Bagaimana transformasi sistem perkonomian global? 7. Apa saja jenis-jenis sistem ekonomi dunia?

(6)

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun manfaat penulisan pada karya ini yaitu, sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui konsep-konsep kekuasaan, wewenang, dan kekerasan.

2. Untuk mendapatkan informasi mengenai tipe pemerintah di dunia. 3. Untuk mengetahui sistem politik Amerika Serikat.

4. Untuk mendapatkan informasi mengenai perspektif sosiologi dalam kepemimpinan.

5. Untuk mengetahui konsep perang dan terorisme dalam kajian pengimplementasian tujuan politik.

6. Untuk mendapatkan informasi tentang transformasi sistem perekonomian global.

7. Untuk mengetahui jenis-jenis sistem ekonomi dunia.

(7)

BAB II

ISI

2.1 Politik: Menetapkan Kepemimpinan

Agar tetap dapat berjalan, setiap masyarakat harus mempunyai suatu sistem kepemimpinan. Beberapa orang harus mempunyai kekuasaan atas orang lain. Marilah kita jajaki topik yang sedemikian signifikan dalam kehidupan kita ini.

A. Kekuasaan, Wewenang, dan Kekerasan

Kekuasaan (power) adalah kemampuan untuk melaksanakan keinginan kita, meskipun ditentang orang lain sebagai sesuatu yang sah ataupun tidak sah. Kekuasaan yang sah disebut wewenang (authority) yaitu kekuasaan yang dianggap benar oleh orang lain, sedangkan kekuasaan yang tidak sah disebut paksaan (coercion) ialah kekuasaan yang tidak dianggap orang sebagai suatu hal yang benar.

1) Wewenang dan Kekerasan yang Sah

Pemerintah, yang juga dikenal sebagai negara (state), menguasai monopoli penggunaan kekerasan secara sah. Apa yang diajukan oleh Max Weber (1946, 1922/1968)–bahwa negara menguasai hak eksekutif atas penggunaan kekerasan dan hak untuk menghukum siapa pun yang menggunakan kekerasan–sangat penting bagi pemahaman kita mengenai politik. Kita tidak dapat membunuh sesorang karena ia telah melakukan sesuatu yang secara mutlak kita anggap sebagai suatu bentuk kejahatan yang sangat kejam–tetapi negara dapat melakukannya.

Lantas, mengapa orang menerima kekuasaan sebagai hal yang sah? Max Weber (1922/1968) mengidentifikasikan tiga sumber wewenang, yaitu sebagai berikut.

a) Wewenang Tradisional

(8)

sepenuhnya. Contoh wewenang tradisional seperti, kelahiran dalam suatu keluarga tertentu yang mengharuskannya menjadi raja atau ratu atau kepala suku karena rakyat setempat percaya bahwa ini merupakan cara yang paling benar untuk menentukan siapa yang akan memerintah.

b) Wewenang Rasional-Legal

Wewenang rasional-legal (rational-legal authority) terkadang disebut sebagai wewenang birokratis, tidaklah didasarkan pada kebiasaan, melainkan pada peraturan tertulis. Oleh karena itu, rasional-legal merujuk pada hal-hal yang disepakati orang secara masuk akal dan dituliskan menjadi hukum. Hal yang disepakati dapat bersifat sangat luas seperti hak anggota masyarakat, atau bersifat sangat sempit seperti suatu kontrak antara dua orang individu.

c) Wewenang Karismatis

Wewenang karismatis (charismatic authority) adalah tipe wewenang ketiga yang dibeberkan oleh Weber, biasanya wewenang ini muncul dari pemimpin yang menarik atau berkarisma bagi orang lain karena percaya bahwa orang tersebut dianggap telah tersentuh oleh Tuhan atau dianugerahi kemampuan yang luar biasa oleh alam (Lipset 1993).

2) Peralihan Wewenang

(9)

belum tentu dikagumi oleh para pengikut sebelumnya seperti mereka mengagumi pemimpin sebelumnya.

B. Tipe Pemerintah

Bagaimanakah perbedaan tipe pemerintah –kerajaan, demokrasi, kediktatoran, dan oligarki– berbeda? Marilah kita membandingkan tipe-tipe pemerintah yang ada di dunia.

1) Kerajaan

Tipe pemerintah kerajaan (monarchy) adalah sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh raja atau ratu yang memiliki hak memerintah yang

diturunkan dalam keluarga. Sistem pemerintahan ini menjadi yang tertua di dunia, dan juga biasanya pemimpinnya berkuasa sepanjang hayatnya. Contohnya adalah sistem pada Kerajaan Thailand, yaitu Raja Bhumibol Adulyadej yang meninggal dunia pada 13 Oktober 2016 digantikan oleh anaknya yaitu Maha Vajiralongkorn.

2) Demokrasi

(10)

3) Kediktatoran dan Oligarki

Kediktatoran (dictatorship) adalah jika seorang individu merampas kekuasaan dan kemudian mendiktekan keinginannya pada rakyat. Karena kekuasaan yang terjadi biasanya menimbulkan perpecahan, terjadilah Oligarki (oligarchy) yaitu suatu kelompok kecil merebut kekuasaan pemerintahannya. Contohnya adalah perebutan kekuasaan yang kadang-kadang terjadi di Amerika Tengah dan Selatan, dimana pimpinan tentara merampas kekuasaan suatu negara.

C. Sistem Politik Amerika Serikat

Dalam sistem politik Amerika Serikaat ini kita akan membahas dua partai poltik terbesar di Amerika Serikat, pola pemberian suara, serta peran para pelobi dan komite aksi politik (Political Action Committee: PAC). 1) Partai Politik

Setelah Amerika Serikat berdiri, muncul banyak partai politik. Namun pada perang saudara terdapat hanya dua partai yang mendominasi politik Amerika, yaitu partai Demokrat yang menurut publik terkait atas kelas pekerja dan partai Republik yang terkait atas kelas yang lebih kaya. Setiap partai yang mengajukan calon dan akan melakukan pemilihan umum harus menentukan calon mana yang mewakili partai mereka lalu setiap calon berkampanye.

Meskipun orang-orang Demokrat dan Republik mewakili falsafah dasar yang berbeda, tiap partai mengoperasionalisasikan falsafah tersebut secara luas, seorang Demokrat yang konservatif akan sukar dibedakan dengan seorang Republik yang liberal. Namun mereka yang tergolong ekstrim akan mudah dikenali, orang akan mendukung perundang-undangan yang mengalihkan penghasilan orang kaya ke yang lebih miskin atau yang mengendalikan upah, kondisi kerja, dan persaingan. Orang yang sangat Republik, di lain pihak, akan menolak perundang-undangan semacam itu.

(11)

ataupun sebaliknya. Ini terjadi karena pemegang jabatan memang mendukung falsafah partai mereka, namun bukan berarti mereka akan mendukung operasionalisasi falsafah tersebut secara spesifik. Dengan demikian, apabila yang dibahas ialah suatu rancangan undang-undang tertentu, seperti kenaikan upah minimum oleh partai Republik dan menurut salah satu anggota partai tersebut tidak adil maka mereka boleh menentang rancangan tersebut dan apa bila menurut salah satu anggota partai Demokrat bahwa rancangan tersebut sesuai maka dia boleh menyatakan setuju dengan rancangan undang-undang tersebut.

Terlepas dari perbedaan dan pertikaian kedua partai tersebut, orang Demokrat dan orang Republik memiliki persamaan kepentingan. Partai Demokrat dan partai Republik akan mendukung dasar-dasar falsafah politik Amerika Serikat dengan tegas, seperti pendidikan umum yang cuma-cuma, militer yang kuat, kebebasan beragama, berbicara dan berkumpul, serta kapitalisme.

2) Pola Pemberian Suara

Dari tahun ke tahun Amerika Serikat memiliki pola suara yang konsisten. Pemberian suara meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan. Peluang lulusan perguruan tinggi untuk memberikan suara ialah dua kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak lulus sekolah menengah ke atas. Pekerjaan dan penghasilan juga memberikan pengaruh yang sangat signifikan.

Orang yang berpenghasilan 50.000 dolar setahun berpeluang dua kali lebih besar untuk memberikan suara dibandingkan mereka yang berpenghasilan kurang dari 10.000 dolar. Lalu perlu diketahui bahwa peluang perempuan untuk memberikan suara agak lebih tinggi dari pada laki laki karena di Amerika Serikat juga populasi perempuan agak lebih banyak dari pada laki-laki. Dalam pemberian suara di Amerika Serikat juga memiliki macam macam asal pemberian suara.

(12)

Di dalam perpolitikan Amerika Serikat juga tidak luput dari ras dan etnis. Mereka yang paling berpeluang memberikan suara adalah orang kulit putih yang lebih tua, berpendidikan, kaya dan memiliki pekerjaan. Mereka yang paling tidak berpeluang untuk memberikan suara adalah orang Amerika Latin yang lebih muda, miskin, berpendidikan rendah, dan tidak bekerja. Dari kasus ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa semakin seseorang merasakan bahwa mereka mempunyai kepentingan dalam sistem politik, semakin mungkin mereka memberikan suara.Mereka memiliki banyak hal yang ingin dilindungi, dan mereka merasa bahwa pemberian suara dapat memberikan perbedaan. Sebenarnya orang yang memperoleh imbalan dari sistem politik dan ekonomi merasa lebih terintegrasi secara sosial. Mereka memberikan suara karena mereka mengapresiasikan bahwa pemilihan umum berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan dan masyarakat tempat mereka dan anak-anak mereka hidup.

b) Aliansi dan Apati

Kebalikan dari integrasi sosial, mereka yang lebih sedikit merasakan manfaat dari sistem di bidang pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan lebih berpeluang merasa teralienasi dari politik, karena mereka memandang diri mereka sebagai orang luar, banyak dari mereka merasa arah kepada pemerintah. Beberapa orang mersa dikhianati, seraya percaya bahwa para politisi telah menjual diri mereka pada kelompok yang memiliki kepentingan khusus. Mereka yakin bahwa politisi itu adalah pembohong, kaum mioritas yang merasa bahwa sistem politik Amerika Serikat adalah sistem “kulit putih” cenderung enggan memberikan suara.

(13)

suara bila ada jutaan pemilih?” banyak orang hanya melihat sedikit perbedaan dari kedua partai politik utama.

Aliansi dan apati sangat lazim sehingga setengah orang yang memiliki hak suara dalam bangsa tidak memberikan suara dalam pemilihan presiden, dan bahkan banyak lagi orang yang tidak memberikan suara dalam pemilihan calon anggota kongres.

c) Pelobi dan Kelompok Kepentingan

Kelompok kepentingan khusus (special-interest group) adalah mereka yang berisikan orang-orang yang berpikiran sama mengenai suatu isu khusus dan dapat dimobilisasikan untuk melakukan tindakan politik untuk kepentingan pribadi. Kelompok ini biasanya akan mampu mengerahkan pelobi (lobbyist) –orang yang dibayar untuk mempengaruhi pembuatan undang-undang atas nama klien mereka.

Kelompok kepentingan khusus dan pelobi telah menjadi salah satu kekuatan besar dalam perpolitikan Amerika Serikat. Para anggota kongres ingin dipilih kembali harus memperhatikan mereka, karena mereka mewakili suatu blok pemilih yang mempunyai kepentingan vital bersama dalam hasil akhir undang-undang tertentu yang diajukan, karena memiliki kemampuan finansial yang baik dan mampu memberikan sejumlah dana besar, para pelobi dapat memberikan suara kepada kita atau kepada lawan kita.

Kelompok kepentingan khusus membentuk komite aksi politik (political action comittee: PAC). Organisasi-organisasi ini mencari sumbangan dana dari banyak donatur, dan kemudian menggunakan seluruh dana yang dikumpulkan itu untuk mempengaruhi pembuatan undang-undang. PAC sangat berkuasa, karena mereka mendanai para pelobi dan para anggota legislatif.

(14)

D. Perspektif Sosiologi dalam Kepemimpinan

Untuk memahami tentang kepemimpinan, marilah kita lihat perspektif sosiologi dalam kepemimpian pada kasus yang terjadi di Amerika Serikat. 1) Perspektif Fungsionalis: Pluralisme

Para fungsionalis berpandangan bahwa negara berasal dari kebutuhan dasar kelompok sosial. Untuk melindungi diri mereka dari para penindas, rakyat membentuk suatu pemerintah dan memberikan kepadanya monopoli dalam hal kekerasan. Risikonya ialah bahwa negara dapat balik menggunakan kekuatan tersebut terhadap warga negaranya sendiri. Dengan demikian, rakyat harus menemukan suatu keseimbangan antara tidak mempunyai pemerintah–yang dapat menyebabkan munculnya anarki (anarchy), suatu kondisi munculnya kekacauan dan kekerasan dimana-mana–dan memiliki suatu pemerintah yang melindungi mereka dari kekerasan, namun itu juga dapat berarti bahwa pemerintah dapat menggunakan kekerasan terhadap mereka. Apabila negara berfungsi dengan baik, negara merupakan suatu sistem seimbang yang dapat melindungi para warga negaranya–baik dari satu sama lain maupun dari pemerintah itu sendiri.

(15)

2) Perspektif Konflik: Elite Kekuasaan

Para penganut teori konflik tidak setuju dengan apa yang dinyatakan oleh perspektif fungsionalis. C. Wright Mills (1956) berpendapat bahwa keputusan penting tidak dibuat oleh para pelobi atau bahkan kongres sekalipun. Keputusan-keputusan yang membawa dampak besar pada kehidupan orang Amerika–dan rakyat diseluruh dunia dibuat oleh suatu elite kekuasaan (power elite). Para pemimpin puncak dari korporasi terbesar, para jenderal dan laksamana yang paling berkuasa di angkatan bersenjata, dan politisi elite tertentu–presiden, kabinetnya dan sejumlah anggota senior kongres terpilih yang menjadi ketua komite utama. Mereka inilah yang berkuasa, yang mengambil keputusan-keputusan yang akan mengarahkan negara dan mengguncang dunia.

Para penganut teori konflik mengingatkan bahwa kita jangan membayangkan elite kekuasaan atau kelas yang berkuasa sebagai suatu kelompok yang berkumpul untuk menyepakati hal-hal yang spesifik. Persatuan mereka bersumber dari persamaan latar belakang dan orientasi ke kehidupan. Dengan koneksi politik mereka di pusat-pusat tertinggi kekuasaan, elite ini menentukan kondisi ekonomi dan politik negara tempat beroperasi (Domhoff 1990, 1998).

2.2 Perang dan Terorisme: Suatu Cara Mengimplementasikan Tujuan Politik

Sebagaimana yang telah kita bahas, salah satu ciri penting negara ialah bahwa negara mengakui adanya monopoli terhadap kekerasan. Pada waktu-waktu tertentu, suatu negara dapat mengarahkan kekerasan tersebut pada bangsa-bangsa lain. Perang (war), konflik bersenjata antara bangsa-bangsa (atau kelompok yang berbeda secara politik) sering kali merupakan bagian dari kebijakan nasional. Marilah kita lihat aspek politik ini.

A. Perang

(16)

Nicholas Timasheff (1965) ingin mengetahui alasan bangsa-bangsa berperang, meskipun biayanya sangatlah tinggi. Saat ia mempelajari perang, ia mengidentifikasikan tiga kondisi penting pada perang, yaitu:

1) Perang sebagai suatu situasi antagonis dimana dua negara atau lebih saling berbenturan karena tujuan yang saling bertentangan. Sebagai contoh: masing-masing negara mungkin menginginkan lahan atau sumber daya yang sama.

2) Perang sebagai suatu tradisi budaya. Karena bangsa mereka telah berperang di masa lampau, para pemimpin memandang perang sebagai suatu opsi untuk menyelesaikan pertikaian serius dengan bangsa-bangsa lain.

3) Perang ialah suatu “bahan bakar” yang memuaskan situasi antagonis sampai ke titik didih, sehingga membuat para politisi tidak lagi hanya memikirkan mengenai opsi perang, tetapi bahkan benar-benar melakukan perang tersebut.

Timasheff mengidentifikasikan tujuh “bahan bakar” tersebut. Ia menemukan bahwa perang mungkin terjadi ketika para pemimpin suatu negara memandang suatu situasi antagonistis sebagai suatu peluang untuk mencapai satu atau lebih tujuan berikut ini:

1) Balas dendam: menyelesaikan “urusan lama”; konflik-konflik sebelumnya.

2) Kekuasaan: memaksakan kehendak pada suatu bangsa yang lebih lemah.

3) Prestise: menyelamatkan “kehormatan” bangsa.

4) Persatuan: mempersatukan kelompok yang saling bersaing dalam negara mereka.

5) Posisi: para pemimpin melindungi atau mengagung-agungkan posisi mereka sendiri.

(17)

7) Kepercayaan: dengan paksa mengubah kepercayaan, agama, atau politik orang lain.

B. Perang dan Dehumanisasi

Perang memakan banyak korban, selain membunuh orang dan menghancurkan harta benda. Salah satu akibatnya ialah mematikan moralitas. Terpaan terhadap kekejaman dan pembunuhan sering menyebabkan terjadinya dehumanisasi (dehumanization), yaitu proses pereduksian manusia menjadi objek yang tidak layak diperlakukan sebagai manusia.

Sebagaimana ditekankan sosiolog Shibutani (1970), dehumanisasi didorong oleh transformasi konflik yang berkepanjangan menjadi suatu perjuangan antara kebaikan dan kejahatan. Tentunya di sini, musuh mewakili kejahatan. Pada Perang Dunia II, misalnya, para ahli bedah Jerman menganggap bahwa orang Yahudi adalah “manusia lebih rendah (Untermenschen) yang ditakdirkan untuk mati”. Ini memampukan mereka memutilasi bagian tubuh orang-orang Yahudi, semata-mata hanya untuk mengetahui akibat proses tersebut.

C. Terorisme

Terorisme merupakan suatu hal yang telah lama dikenal dalam sejarah dunia, meskipun baru sekaranglah hal tersebut menjadi suatu kenyataan hidup orang Amerika. Terorisme (terrorism), penggunaan kekerasan untuk menciptakan rasa takut guna mencapai tujuan-tujuan politik, paling sering digunakan oleh suatu kelompok yang secara politis lebih lemah daripada lawannya. Karena lebih lemah dan tidak memiliki kemungkinan untuk dapat bertahan dalam menghadapi musuh di medan perang, kelompok memilih teror sebagai senjatanya.

(18)

suatu kelompok yang lebih lemah dan ingin menyerang suatu kelompok yang lebih kuat, teror adalah salah satu di antara pilihan yang terbatas. Kadang-kadang terorisme bunuh diri adalah cara yang dipilih, suatu taktik yang dapat mengguncangkan dunia dan menyita perhatian halaman depan berita. Tentunya, contoh paling dramatis mengenai terorisme bunuh diri ialah serangan terhadap World Trade Center (WTC) dan Pentagon di bawah arahan Osama bin Laden. Tindakan-tindakan tersebut telah mengakibatkan munculnya suatu isu mengenai hak-hak warga.

Serangan-serangan bunuh diri terhadap New York dan Washington masih terhitung kecil apabila dibandingkan bahaya yang sebenarnya–senjata nuklir, kimia, dan biologi. Apabila diarahkan kepada penduduk sipil, senjata semacam itu dapat mengakibatkan kematian jutaan orang.

2.3 Perekonomian: Pekerjaan dalam Kampung Global

Kita pasti pernah bertanya-tanya bagaimana perubahan dalam perekonomian dapat mempengaruhi peluang kita untuk mendapat suatu pekerjaan yang baik. Marilah kita lihat apakah kita dapat memperoleh sedikit jawaban atas pertanyaan tersebut.

A. Transformasi Sistem Ekonomi

Perekonomian (economy) –suatu sistem produksi dan distribusi barang dan jasa di masa kini sangatlah berbeda dengan semua perekonomian pada masa dahulu kala. Untuk lebih memahami bagaiman kekuatan global mempengaruhi perekonomian dan hidup kita, marilah kita mulai dengan suatu tinjauan perubahan sejarah yang terjadi.

1) Masyarakat Praindustri: Lahirnya Ketidaksetaraan

(19)

Karena tidak ada kelebihan barang temuan yang dapat diakumulasikan, tiap orang memiliki kepemilikan yang sama banyaknya (atau sama sedikitnya) dengan milik orang lain.

Kemudian mereka menemukan cara beternak dan menanam tanaman. Ini menciptakan terjadinya suatu surplus dan mengantarkan mereka ke gerbang ketidaksetaraan sosial. Persediaan bahan makanan berlebih pada masyarakat penggembala dan hortikultura memungkinkan manusia untuk bermukim di satu tempat dalam waktu yang lama. Kelompok mereka semakin membesar untuk pertama kalinya terjadi surplus, dan kelompok mulai saling tukar menukar.

Signifikasi utama sosiologis dari surplus dan perdagangan adalah sebagai berikut: surplus dan perdagangan mendorong ketidaksetaraan sosial. Karena orang-orang tertentu dapat mengakumulasi kepemilikan lebih banyak daripada orang lain. Dampak perubahan tersebut masih terasa sampai hari ini.

2) Masyarakat Industri: Lahirnya Mesin

Mesin uap yang ditemukan pada tahun 1765 menyebabkan munculnya masyarakat industri. Dengan menggunakan mesin-mesin yang digerakkan oleh bahan bakar, masyarakat ini menciptakan suatu surplus yang tidak pernah dicapai dimana pun di dunia. Ini pada akhirnya merangsang perdagangan antar bangsa dan membawa ketidaksetaraan sosial lebih besar. Segelintir individu membuka pabrik dan mengeksploitasi tenaga kerja banyak orang.

(20)

3) Masyarakat Pascaindustri: Kelahiran Era Informasi

Pada tahun 1973, sosiolog Daniel Bell mencatat bahwa suatu tipe baru masyarakat sedang muncul. Masyarakat baru ini, yang disebut sebagai masyarakat pascaindustri (postindustrial society), mempunyai enam ciri: a) Suatu sektor jasa yang sedemikian besarnya sehingga sebagian besar

orang bekerja di dalamnya.

b) Suatu surplus barang yang melimpah.

c) Perdagangan antar bangsa yang bahkan lebih luas lagi.

d) Keanekaragaman dan kuantitas barang-barang yang tersedia bagi seorang secara perseorangan secara rata-rata semakin banyak.

e) Suatu ledakan informasi.

f) Suatu “kampung global” (global village) –artinya, bangsa-bangsa di dunia saling terkait melalui komunikasi, transpormasi, dan perdagangan yang cepat.

Untuk melihat mengapa transisi ini terjadi, kita dapat melihat bahwa dengan teknologi di tahun 1800-an, seorang petani hanya mampu memproduksi bahan makanan untuk lima orang. Dengan mesin yang kuat dan benih hibrida, sekarang ini, seorang petani dapat memproduksi bahan makanan untuk sekitar delapan puluh orang.

(21)

B. Sistem Ekonomi Dunia

Untuk memahami tentang perekonomian dunia, marilah kita bandingkan kapitalisme dan sosialisme, dua sistem ekonomi utama di masa kini.

1) Kapitalisme

Orang yang tinggal dalam suatu masyarakat kapitalis mungkin tidak memahami prinsip-prinsip dasarnya, meskipun mereka melihat pencerminannya dalam pusat perbelanjaan dan jarungan makanan cepat saji. Jika kita melihat komponen-komponen dasar dari sejumlah bisnis, kita akan melihat bahwa kapitalisme (capitalism) mempunyai tiga ciri penting : a) Kepemilikan pribadi terhadap alat produksi (individu memiliki tanah,

mesin, dan pabrik serta memutuskan apa yang akan mereka produksi). b) Persaingan pasar (para pemilik menentukan produksi atas dasar

persaingan).

c) Pencarian keuntungan (menjual sesuatu dengan harga lebih tinggi daripada biaya modal).

Sejumlah orang percaya bahwa Amerika Serikat merupakan salah satu contoh kapitalisme murni. Kapitalisme murni yang dikenal sebagai kapitalisme laissez-faize (laissez-faize capitalism, yang secara harfiah berarti kapitalisme “lepas tangan”) memiliki arti bahwa pemerintah tidak ikut campur tangan dalam pasar.

2) Sosialisme

Sosialisme (socialism) pun mempunyai tiga komponen penting:

a) Kepemilikan publik akan alat produksi.

b) Perencanaa terpusat (komite sentral merencanakan produksi; tidak ada persaingan).

c) Pertukaran barang antara penjual dan pembeli berdasarkan kesejahteraan (tidak ada motif keuntungan dalam distribusi barang dan jasa).

(22)

minyak, dan tambang emas. Berbeda dengan kapitalisme dimana kekuatan pasar–penawaran dan permintaan–menentukan apa yang akan diproduksi dan harga yang ditetapkan.

Sosialisme didesain untuk menghilangkan persaingan karena barang dijual dengan harga yang ditetapkan terlebih dahulu, tanpa mempertimbangkan permintaan akan barang tersebut. Tujuaannya adalah memproduksi barang untuk kesejahteraan umum dan mendistribusikannya sesuai keperluan rakyat bukan berdasarkan daya beli mereka.

3) Ideologi Kapitalisme dan Sosialisme

Kapitalisme dan sosialisme tidak hanya memiliki pendekatan yang berbeda dalam memproduksi dan mendistribusi barang, tetapi juga mewakili sistem kepercayaan yang saling bertentangan. Para kapitalis mereka percaya bahwa kekuasaan pasar harus menentukan produk dan harga. Mereka percaya laba adalah baik bagi kemanusiaan, sehingga mereka terangsang untuk memproduksi dan mendistribusi secara inovatif dan efisien.

Para sosialis mereka percaya bahwa laba tidak memiliki nilai moral dan mereka menganggap keuntungan merupakan kelebihan nilai yang tidak diterima pekerja. Untuk dapat melakukannya pemerintah harus memiliki alat produksi yang bukan digunakan untuk menghasilkan keuntungan melainkan untuk memproduksi barang yang sesuai dengan keperluan rakyat.

4) Kritik terhadap Kapitalisme dan Sosialisme

Kritik utama yang ditujukan terhadap kapitalisme ialah bahwa kapitalisme menyebabkan munculnya ketidaksetaraan. Kapitalisme, menurut para pengkritiknya menciptakan lapisan kecil teratas yang terdiri dari orang-orang kaya dan berkuasa yang mengeksploitasi lapisan di bawahnya, yang terdiri dari pekerja yang berpenghasilan sangat kecil.

(23)

dan bersekolah. Mereka mengatakan bahwa kesetaraan yang sesungguhnya diciptakan oleh sosialisme ialah peluang yang sama untuk menjadi miskin.

5) Konvergensi Kapitalisme dan Sosialisme

Tumbuhnya kapitalisme dan sosialisme menjadi ideologi yang serupa dikenal dengan nama teori konvergensi (convergence theory). Pandangan ini merujuk pada suatu perekonomian mendatang yang bersifat hibrida atau campuran. Satu perubahan mendasar pada negara-negara sosialis memberikan bukti bagi teori konvergensi. Rusia dan Cina menderita karena produksi barang-barang bermutu rendah, mereka dilanda serba kekurangan, dan standar hidup mereka jauh tertinggal di belakang bangsa Barat. Untuk mengejar ketertinggalan, pada tahun 1980-an dan 1990-an Rusia dan Cina kembali menerapkan kekuatan pasar.

Sedangkan, karena tidak puas dengan keserakahan dan eksploitasi pada kapitalisme serta tidak adanya kebebasan dan individualitas pada sosialisme, Swedia dan Denmark mengembangkan sosialisme-demokratis (democratic-socialism) atau dikenal sosialisme kesejahteraan. Dalam bentuk sosialisme ini, baik negara maupun individu memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa.

C. Kapitalisme dalam Perekonomian Global

Untuk dapat memahami kapitalisme di masa kini, kita perlu mempertimbangkan korporasi dalam perekonomian global.

1) Kapitalisme Korporat

(24)

korporasi sekarang mendominasi perekonomian. Para sosiolog menggunakan istilah kapitalisme korporat (corporate capitalism).

Salah satu aspek korporasi yang paling mengejutkan (tetapi bersifat fungsional) ialah pemisahan antara kepemilikan dengan manajemen. Tidak seperti bisnis pada umumnya. Yang menjalankan korporasi sehari-harinya bukanlah para pemilik yang memiliki saham perusahaan (Walters 1995: Sklair 2001). Yang menjalankan korporasi ialah para manajer, dan mereka dapat memperlakukannya seolah-olah mereka memilikinya.

Direktorat yang saling terpaut orang yang kaya memperluas kekayaannya melalui direktorat yang saling terpaut (interlocking directorates): artinya, mereka berperan sebagai direktur pada beberapa perusahaan. Sesama anggota dewan lainnya pun duduk di dewan perusahaan lain, dan seterusnya. Laksana jaring laba-laba yang diawali di pusat dan kemudian menyebar ke segala arah, perusahaan-perusahaan tersebut saling terpaut ke dalam suatu jaringan (Mintz dan Schwartz 1985; Davis 2003).

2) Korporasi Multinasional

Di kala korporasi multinasional (multinational corporation: MNC)– korporasi yang beroperasi melintas batas-batas nasional–menjalankan usaha, mereka menjadi semakin terlepas dari kepentingan-kepentingan dan nilai-nilai negara asal mereka. Raksasa-raksasa global ini memindahkan modal dan produksi dari suatu negara ke negara lain–tanpa memperhatikan konsekuensi lain selain keuntungan.

(25)

3) Suatu Tatanan Dunia Baru?

Sekarang ini kita melihat bahwa bangsa-bangsa di dunia merangkul kapitalisme dengan penuh semangat. Yang melandasi terjadinya hal ini ialah aliran informasi, modal, dan barang ke seluruh dunia, yang sebelumnya telah kita bahas. Mungkin konsekuensi paling signifikan dari pencarian laba yang gencar ini ialah suatu hasil yang tidak diduga: perdamaian dunia.

(26)

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Henslin, James M. 2007. Sosiologi: dengan Pendekatan Membumi Jilid 1 (Edisi 6). Jakarta: Erlangga.

Henslin, James M. 2008. Sosiologi: dengan Pendekatan Membumi Jilid 2 (Edisi 6). Jakarta: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalahan yang telah disebutkan di atas maka tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi perkembangan harga dan permintaan konsumen terhadap daging

Penulisan hukum ini membahas tentang apakah pengajuan kasasi penuntut umum terhadap putusan bebas perkara perkosaan dengan alasan adanya kesalahan penerapan hukum

Dalam UU Wakaf, pasal 62 yang menjelaskan tentang penyelesaian sengketa mengenai wakaf, disebutkan apabila penyelesian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1

Penelitian ini menekankan proses terjalinnya hubungan antara pasangan calon kepala daerah dan kiai dalam setiap jaringan yang dibentuk, yang dilakukan oleh peneliti yang

Karya Baru Ds Jak Luay Muara Wahau..

Arsana (2010) dalam tesisnya yang berjudul “Strategi Pengembangan Kawasan Masceti Sebagai Daya Tarik Wisata Alam Berbasis Masyarakat di Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh,

Kelebihan teknik ikat celup sebagai upaya daur ulang untuk mengatai masalah limbah pakaian bekas adalah teknik ikat celup bisa dipelajari dengan cepat, alat dan bahan yang

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mashudi (2011), bahwa panjang akar terbaik stek pucuk pulai darat dari trubusan umur 3 bulan dihasilkan oleh media pasir :