PEMANFAATAN INFRASTRUKTUR KOTA YANG BERKELANJUTAN BERDASARKAN KAJIAN STRUKTUR RUANG PUBLIK
Abstract
This article present a simple way of presentation that consist theories about planning based on spatial-use theory. This kind of theory advance in every part of developing a region or a city. According to the data that had been collected before, there is some problems about functioning an empty space or reclaiming an area of urban and suburban places to become a brand new product for achieving the sustainability of infrastructure development. The solution are about the concept that had been search by analyzing the limited resources and use it efficiently to achieve a goal in the future.
Keyword : Tata Ruang, Infrastruktur, morfometri
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Urbanisasi yang terjadi dalam lingkup perkotaan menyebabkan berkembangnya wilayah perkotaan yang berdampak langsung kepada fungsional struktur ruang dan pemanfaatannya. Perubahan fungsi ruang publik dan privat sangat terlihat dengan seiring perkembangan kota tersebut. Ruang terbuka yang awalnya digunakan sebagai lahan konservasi alam, resapan air, lahan pertanian, dan ruang terbuka hijau dialih fungsikan menjadi kawasan industri, kawasan perumahan, dan kawasan perdagangan. Adanya pengalih fungsian ini menyebabkan masalah-masalah sekunder yang berkaitan dengan masalah primer yang sebelumnya sudah ada dalam proses urbanisasi. Penambahan masalah tersebut berdampak kepada manajemen ruang kota yang semakin lama semakin tidak beraturan dan dampaknya akan berkepanjangan.
Permasalahan yang terjadi di kota-kota besar di negara yang sedang berkembang adalah terjadinya perubahan struktur ruang yang cepat. Tiga elemen pembentuk struktur ruang adalah perdagangan, industri, dan perumahan. Ketiga elemen tersebut sangat erat kaitannya dengan struktur ruang, yaitu: (1) perdagangan umumnya memerlukan lokasi di pusat kota, (2) industri memerlukan lokasi di pinggiran kota yang memiliki aksesibilitas tinggi untuk distribusi hasil produksi dan bahan dasar, dan (3) perumahan atau tempat tinggal memerlukan kenyamanan dalam arti yang luas, termasuk adanya kemudahan akses, ketenangan, jauh dari kebisingan, dan udara bersih.
optimal. Apabila pembangunan infrastruktur berlangsung secara optimal, dapat dipastikan hasil infrastruktur dan sekaligus sarana dan pra sarana adalah optimal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik rumusan masalah yang mengacu kepada latar belakang dan pembahasan penelitian yang dilakukan mengenai penggunaan tata ruang dalam manfaatnya untuk pembangunan infrastruktur di suatu kota. Berikut adalah rumusan masalah yang dipaparkan:
Bagaimana cara memanfaatkan tata ruang yang sempit untuk pembangunan infrastruktur terutama di kota besar ?
Apa jenis evaluasi untuk penataan ruang pada suatu wilayah atau kota ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan menggunakan hasil evaluasi tersebut dan menjadikannya sumber data dalam proses perencanaan pembangunan infrastruktur. Perencanaan yang matang disertai data yang valid akan menyebabkan pembangunan berjalan secara optimal dan menghasilkan infrastruktur yang sustainable. Tujuan yang lain adalah penyediaan data terbaru dan valid mengenai tata ruang di suatu wilayah. Adanya data yang valid dapat dimanfaatkan sebagai materi penelitian dengan metode analisis, yaitu dengan menganalisis data yang telah ada dan menguji validitas daripada data itu sendiri. Tujuan yang terakhir adalah untuk menyajikan informasi baik kepada pemerintah dan masyarakat mengenai pemanfaatan infrastruktur yang terencana secara sistematis mengacu kepada teori tata ruang sehingga penerapannya dalam suatu komunitas dapat menjadi optimal. Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah sebagai penyedia data yang valid dan terbaru mengenai tata ruang wilayah perkotaan.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka
2.2 Landasan Teori
Menurut Bintaro, Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya. Pendapat lain disampaikan oleh Max Weber, kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Sedangkan, menurut Louis Wirth, kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
Ruang publik ditafsirkan sebagai tempat yang memungkinkan setiap warga tanpa deskriminasi dapat berinteraksi dan bertemu dengan kesederajatan dan yang lebih penting memiliki akses untuk menggunakannya (Ahmad, 2002; 30). Adapun yang dimaksud dengan ruang publik dalam tata guna lahan atau pemanfaatan ruang wilayah/area perkotaan adalah ruang terbuka (open space) yang dapat diakses atau dimanfaatkan oleh warga kota secara cuma-cuma sebagai bentuk pelayanan publik dari pemerintah kota yang bersangkutan demi keberlangsungan beberapa aktifitas sosial (rekreasi, kebersihan, keindahan, keamanan dan kesehatan) seluruh warganya. Sedangkan wujud dari ruang terbuka (open space) adalah berupa lahan tanpa atau dengan sedikit bangunan atau dengan jarak bangunan yang saling berjauhan, ruang terbuka ini dapat berupa pertamanan, tempat olah raga, tempat bermain anak-anak, pekuburan dan daerah hijau pada umumnya.
3. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penyediaan Data
Metode yang digunakan dalam penyediaan data yang valid dalam penelitian ini adalah menggunakan perbandingan metode pengukuran di lapangan dan metode penggunaan data penginderaan jauh. Selain itu, metode yang digunakan adalah secara bertahap yaitu:
1. Menentukan wilayah tempat penelitian
2. Melakukan analisis terhadap penggunaan tata ruang di kawasan tersebut
3.2 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah perbandingan metode-metode atau penggabungan antar metode antara lain metode pemecahan masalah dan pengujian hipotesis. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah ini adalah data primer, berupa data hasi observasi langsung di lapangan beserta informasi-informasi yang dikumpulkan dari hasil wawancara responden di lapangan.
3.3 Metode Penyajian Analisis
Metode penyajian analisis atau data yang telah diolah dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan penilaian kesesuaian data baik data primer yang secara langsung diolah atau pun data sekunder yang digunakan untuk mendukung data primer. Data yang didapat dari metode perolehan data yang sebelumnya dijabarkan diolah agar menjadi informasi-informasi yang dapat langsung diterima secara mudah dan cepat dimengerti baik oleh
pemerintah maupun masyarakat dalam upaya pembangunan infrastruktur yang sustainable dan berwawasan lingkungan tanpa melupakan kajian teori tata ruang publik.
4. PEMBAHASAN
Analisis yang dilakukan terhadap data yang telah diperoleh dari lapangan disajikan dengan metode pendekatan penilaian yang berkesesuaian. Data yang telah dianalisis lalu diolah dan dijadikan informasi yang sekiranya mudah dicerna oleh khalayak umum baik itu pemerintah maupun masyarakat yang bersangkutan. Adanya informasi tersebut berdampak pada perencanaan dan pembangunan berkelanjutan yang terstruktur dan sistematis mengacu kepada teori penataan ruang publik.
Penyajian data dengan media yang ada merupakan langkah kontinu dari tahapan-tahapan yang telah dipaparkan di atas mulai dari perolehan data, pengolahan, hingga penyajiannya. Penyajian informasi dibuat semenarik mungkin sehingga khalayak umum dapat dengan mudah mengerti rencana yang dibuat untuk pembangunan ke depan. Proses perencanaan juga
Blitar dapat dikategorikan menjadi beberapa tipe berdasarkan aspek fungsional ruangnya. Pengembangan fungsi ruang yang dimaksudkan antara lain yaitu :
a. Sebagai Tempat Rekreasi dan Sarana Bagi Hiburan Masyarakat Lokal
b. Pengembangan Fungsi Komersial
c. Pengembangan Fungsi Peningkatan Kualitas dan Keseimbangan Lingkungan
d. Pengembangan Fungsi sebagai Pusat Kegiatan Kuliner
Bentuk perkotaan yang tercermin dalam struktur dan pola ruang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan sistem transportasi perkotaan karena keterkaitannya yang bersifat timbal balik. Sebagai contoh, keterkaitan antara transportasi dengan bentuk perkotaan dalam pengembangan kota yang
berkelanjutan dapat mengurangi dampak negatif terhadap pencemaran. Struktur berbagai kota meninggalkan model monosentris dan banyak aktivitas yang membangkitkan perjalanan telah menyebar dalam kelompok-kelompok di luar area CBD (Central Business District).
Secara tradisional, kota yang monosentris telah menjadi model yang banyak digunakan untuk menganalisis pola tata ruang kota. Profil kepadatan menyediakan gambaran distribusi kepadatan berdasarkan jarak dari titik pusat, yang pada umumnya merupakan pusat CBD. Aksesibilitas diartikan sebagai konsep yang menggabungkan atau mengkombinasikan antara sistem tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Perubahan tata guna lahan yang menimbulkan zona-zona dan jarak geografis di suatu wilayah atau kota akan mudah dihubungkan oleh penyediaan prasarana atau sarana angkutan (Miro, 2005). Tamin dan Soegondo (1997) menyatakan bahwa aksesibilitas diartikan sebagai mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak di atasnya.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang panjang mengenai pemanfaatan
infrastruktur mengacu pada kajian tata ruang dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu:
1. Penggunaan analisis morfometri dalam evaluasi penggunaan tata ruang di suatu wilayah adalah analisis yang tepat karena
2. Kajian teori perencanaan tata ruang publik dapat dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur demi pembangunan yang optimal dan bersifat sustainable.
6. DAFTAR PUSTAKA
Muta’ali, Luthfi, dkk. (2013). STUDI PEMANFAATAN RUANG PUBLIK UNTUK LAHAN PARKIR DI KOTA BLITAR. Dalam Jurnal Bumi Indonesia, Vol 2:3.
Soetomo, Soegiono, dkk. (2012). PEMBANGUNAN JARINGAN JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN KAJIAN STRUKTUR RUANG DAN AKSESIBILITAS KOTA. Dalam Jurnal Transportasi, Vol 12:2.