Peran Watershed dalam Menjaga Kualitas dan Kuantitas Air Sungai Moh. Badrodin1
1
Mahasiswa Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Abstrak Ledakan populasi manusia menyebabkan alih fungsi lahan meningkat dari hutan menjadi lahan pertanian dan tempat tinggal. Akibat alih fungsi lahan watershed mengalami
degradasi. Degradasi watershed menyebabkan kuantitas dan kualitas air sungai menurun.
Tujuan dari penyusunan makalah ini untuk mengetahui fungsi watershed dalam menjaga
kuantitas dan kualitas air sungai. Kemudian dalam makalah akan membahas mengenani
degradasi watershed dan solusi dalam mengatasinya. Degradasi watershed ditandai dengan
meningkatnya intensitas terjadinya erosi dan sedimentasi serta peningkatan kandungan hara
di air, terutama nitrogen dan fosfor. Dalam mengatasi masalah tersebut dapat digunakan
metode ecologically sustainable seperti, pembuatan kolam tahanan, recharge structures,
streambank stabilization, dan pengembalian fungsi watershed. Untuk mensukseskan
ecologically sustainable diperlukan kerjasama dari berbagai pihak dan lapisan masyarakat.
Kata kunci: alih fungsi lahan, watershed, restorasi hutan.
Pendahuluan
Pada abad ini, degradasi watershed semakin bertambah yang mengakibatkan
penurunan kuantitas dan kualitas air di sungai. Beberapa masalah yang menyebabkan
degradasi watershed adalah alih fungsi lahan menjadi lahan pemukiman dan pertanian,
polusi limbah pertanian dan limbah rumah tangga, serta sedimentasi akibat terjadinya erosi.
Semakin bertambahnya populasi manusia menyebabkan kebutuhan lahan untuk pemukiman
menjadi bertambah. Mahalnya harga tanah juga memperbesar terjadinya alih fungsi hutan
watershed menjadi pemukiman. Selain untuk pemukiman, alih fungsi lahan tersebut juga
digunakan untuk lahan pertanaian sebagai usaha peningkatan produksi pangan. Akibat alih
fungsi lahan potensi pencemaran air dari limbah pertanian dan rumah tangga semakin besar
yang mengakibatkan penurunan kualitas air. Disisi lain, alih fungsi lahan menyebabkan
hilangnya hutan sebagai penutup lahan dan penjaga ketersediaan air. Berkurangnya penutup
lahan memperbesar kemungkinan terjadinya erosi, akibatnya sedimentasi dan pengangkutan
sehingga ketersediaan air terjaga. Hilangnya hutan menyebabkan air langsung meresap
kebagian lapisan tanah yang lebih dalam (Bahadur, 2012; Chambers et al., 2006; Ffolliott
& Fogel, 2003; Sarma et al., 2013; Tuppad et al., 2010).
Pembahasan mengenai dampak degradasi watershed terhadap penurunan kuantitas
dan kualitas air sungai menjadi perlu karena berhubungan erat dengan kehidupan manusia.
Hal ini terkait erat dengan tindakan yang akan dilakukan manusia dalam mencegah dan
mengatasi masalah ini. Oleh karenanya pemahaman tentang peran watershed dalam
menjaga kuantitas dan kualitas air sungai menjadi penting.
Term paper ini bertujuan untuk mengetahui peran watershed dalam menjaga
kuantitas dan kualitas air sungai. Mengetahui masalah-masalah yang menyebabkan
degradasi watershed dan beberapa metode dalam mengatasi masalah tersebut. Untuk
mencapai tujuan tersebut dalam makalah nantinya akan membahas analisis dampak alih
fungsi lahan terhadap degradasi watershed. Penurunan kualitas air akibat polusi unsur hara
nitrogen dan fosfor. Penerapan ecologically sustainable dalam mengatasi degradasi
watershed(Bahadur, 2012; Chambers et al., 2006; Ffolliott & Fogel, 2003; Sarma et al., 2013; Tuppad et al., 2010).
Pembahasan
Dampak alih fungsi lahan terhadap degradasi watershed
Bertambahnya populasi manusia menyebabkan banyak masalah, salah satunya
adalah degradasi watershed. Hal ini disebabkan kerana alih fungsi lahan watershed oleh
manusia dari hutan menjadi pemukiman dan lahan pertanian. Dampak paling nyata dari
penggunaan lahan sebagai pemukiman adalah terjadinya erosi dan bahan pencemar dari
limbah rumah tangga. Erosi terjadi karena hilangnya tutupan lahan akibat penebangan
pohon. Limbah rumah tangga akan menyebabkan kualitas air sungai menurun. Hal ini
beraibat daya guna air menurun (Bahadur, 2012; Sarma et al., 2013)
Bertambahnya penggunaan lahan untuk lahan pertanian menyababkan
berkurangnya luas area hutan. Penggunaan lahan untuk pertanian biasa terjadi dari bagian
hilir menuju bagian hulu. Lahan pertanian pada daerah dengan kemiringan yang curam
meningkatkan terjadinya erosi dan deplesi nutrien. Hal ini memaksa petani untuk mencari
adalah intensitas hujan, terjal dan panjang lereng, luas tutupan lahan, dan aktivitas manusia.
Semakin terjal suatu lereng, potensi erosi semakin besar. Lahan dengan tutupan lahan yang
sempit lebih sering mengalami erosi dari pada lahan dengan tutupan lahan yang luas.
Terjadinya erosi pada watershed akan membawa materi ke sungai dan menyebabkan
terjadinya sedimentasi di sungai. Partikel yang terbawa akan menyebabkan air menjadi
keruh. Sedangkan nutrien yang terbawa menyebabkan penurunan kualitas air sungai
(Bahadur, 2012; Tuppad et al., 2010).
Penurunan kualitas air akibat polusi unsur hara nitrogen dan fosfor
Selain sedimen masalah di perairan sungai adalah penurunan kualitas air akibat
kelebihan nitrogen (N) dan fosfor (P). Kelebihan N dan P menyebabkan terjadinya
tumbuhnya tumbuhan air secara berlebihan, berkurangnya biodiversitas, deplesi oksigen,
dan terganggunya organisme lain yang tergantung pada habitat tersebut, termasuk manusia.
Oleh karenanya, perlu dilakukan tindakan untuk mengurangi pemasukan N dan P ke
perairan sungai untuk menjaga kualitas airnya. Masukan N dan P ke perairan sungai
dipengaruhi oleh intensitas hujan dan besarnya erosi yang terjadi di watershed. Intensitas
hujan dan erosi meregulasi besar kecilnya pelepasan N dan P dari partikel tanah kemudian
larut dalam air. Dalam tanah nitrat tidak terikat kuat dan mudah terlepaskan. N lebih mudah
meresap ke air tanah atau terlepas ke udara melalui proses denitrifikasi. Berbeda dengan P
yang terikat kuat ditanah, tetapi apabila terjadi erosi P akan segera terlepas dari tanah
(Chambers et al., 2006; Tuppad et al., 2010).
Penerapan ecologically sustainable dalam mengatasi degradasi watershed
Masalah degradasi watershed perlu dikakukan penangann dengan metode yang tepat guna. Salah metode tersebut adalah metode implementasi ecologically sustainable, seperti pembuatan padang rumput, penghijauan hutan, pembuatan kolam tahanan, pembuatan
terrasering, pembuatan sistem buffer pada vegetasi riparian, dan penataan vegetasi yang
tepat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pembuatan streambank stabilization
mampu mereduksi sedimentasi dan reduksi pemasukan N dan P. Pembuatan kolam tahanan
juga dapat mereduksi sedimen, meskipun tidak efektif seperti pembuatan streambank
stabilization. Akan tetapi, pembuatan kolam tahanan pada anakan sungai, lebih efektif
dalam mereduksi masukan N dan P ke perairan sungai. Pembuatan recharge structures
untuk mereduksi masukan N dan P, masih dibawah pembuatan kolam tahanan. Konservasi
watershed juga dapat mereduksi sedimen, akan tetapi masukan N dan P justru meningkat.
Pembuatan terrasering juga dapat mengurangi sedimentasi dan masukan N serta P.
Pembuatan filter strips efektif dalam mereduksi sedimentasi dan juga mereduksi masukan
N dan P (Chambers et al., 2006; Ffolliott & Fogel, 2003; Tuppad et al., 2010).
Pembuatan tutupan lahan pada watershed biasanya meggunakan komposisi rumput,
semak, dan pohon (Gambar 1). Komposisi yang demikian memiliki manfaat untuk menahan
erosi, menyaring polutan, menjadi sumber makanan baik bagi organisme akuatik maupun
organisme di watershed. Selain itu, tumbuhan yang ditanam juga dan berfungsi sebagai
carbon sequestration (Ffolliott & Fogel, 2003; Sarma et al., 2013).
Gambar 1. Kompsisi struktur vegetasi di watershed yang tersusun atas rumput, semat dan pohon (Ffolliott & Fogel, 2003).
Masalah yang terkait penerapan ecologically sustainable adalah biayanya yang cukup mahal sehingga sulit diterapkan pada daerah dengan masyarakat yang
perekonomiannya rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk
menerapkan metode ini. Beberapa tokoh yang dapat membantu upaya pelaksanaan metode
ini adalah pemerintah, pengusaha industri besar, para pemilik modal dan seluruh lapisan
masyakat (Sarma et al., 2013).
Dalam penanganan degradasi watershed dibutuhkan pemahaman mengenai korelasi
antara daerah hulu dan hilir watershed. Watershed bagian hulu memiliki peran yang lebih penting, karena bagian hilir banyak dipengaruhi oleh hulu, tetapi tidak berlaku sebalinya.
misalnya penurunan kualitas air akibat pencemaran dan banjir dengan berbagai meterial
yang terbawa (Ffolliott & Fogel, 2003).
Simpulan
Kuantitas dan kualitas air sungai sangat tergantung dari kondisi watershed. Kerusakan
watershed disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama alih fungsi lahan untuk pemukiman
dan pertanian. Kerusakan watershed dapat diindikatorkan dengan terjadinya erosi,
sedimentasi, dan pengkayaan hara terutama nitrogen dan fosfor. Salah satu metode untuk
menangani degradasi watershed menggunakan metode ecologically sustainable. Dalam
mensukseskan pelakasanaannya memerlukan kerjasama dari berbagai pihak dan lapisan
masyarakat.
Daftar Pustaka
Bahadur, K. C. K. 2012. Spatio-temporal patterns of agricultural expansion and its effect on watershed degradation: a case from the mountains of Nepal. Environ Earth Sci 65: 2063–2077.
Chambers, P.A., R. Meissner, F.J. Wrona, H. Rupp, H. Guhr, J. Seeger, J.M. Culp & R.B. Brua. 2006. Changes in nutrient loading in an agricultural watershed and its effects on water quality and stream biota. Hydrobiologia 556: 399–415.
Ffolliott, P. F. & M. M. Fogel. 2003. Connecting Upland Watersheds to Large River Basins. Journal of the Arizona-Nevada Academy of Science 35(1): 71-75.
Sarma, B., A. K. Sarma & V. P. Singh. 2013. Optimal Ecological Management Practices (EMPs) for Minimizing the Impact of Climate Change and Watershed Degradation Due to Urbanization. Water Resour Manage 27: 4069–4082.