• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bagian ini akan dibahas 4 macam dim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pada bagian ini akan dibahas 4 macam dim"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pada bagian ini akan dibahas 4 macam dimensi yaitu : Dimensi Keindividualan

Dimensi Kesosialan Dimensi kesusilaan Dimensi keberagaman 1. Dimensi Keindividualan

Menurut seorang ahli bernama Lysen individu sebagai orang – seorang sesuatu yang dapat dibagi – bagi lagi. Individu juga diartikan sebagai pribadi. Setiap manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk membedakan dirinya dengan orang lain. Tidak ada indivudi yang benar – benar identik di muka bumi ini bahkan orang kembar sekali pun. Orang kembar memang kelihatan sama secara fsik tetapi pasti memiliki hal yang membedakan dirinya dengan kembarannya misalnya hobi dan sifat kerohanianya. Kesanggupan untui memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat essensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Seorang individu memiliki dorongan untuk mandiri yang sangat kuat. Untuk itu perlu dikembangkan melalui

pendidikan agar bisa menjadi kenyataan dan tentunya dorongan dari pendidik. Sebab fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk

membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subjek didik bagaimana memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip ing ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. 2. Dimensi Kososialan

Menurut M.J Langeveld bayi yang baru dilahirkan sudah memiliki potensi sosial. Ini dapat diartikan setiap anak dikaruniai benih untuk bergaul. Di dalam bergaul pasti ada unsur saling menerima dan memberi. Adanya saling ketergantungan inilah yang menjadi kunci sukses dalam bergaul.

Manusia dari lahir sampai mati pun akan tetap memerlukan bantuan dari orang lain. Tidak ada seorang pun yang dapat hidup sendiri dan tanpa bantuan orang lain. Di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menghayati dan menyadari sifat kemanusiaanya. 3. Dimensi Kesusilaan

Kesusilaan berasal dari kata su dan sila yang artinay kepantasan yang lebih tinggi. Namun dalam penerapannya orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalamnya terselubung niat yang jahat. Dalam kesusilaan itu sendiri ada dua konotasi berbeda yakni etiket ( persoalan kepantasan dan kesopanan ) dan etika ( persoalan kebaikan ). Jika etika dilanggar ada orang lain yang merasa dirugikan, sedangkan pelanggaran etiket hanya mengakibatkan

(2)

yaitu :

1. Golongan yang menganggap bahwa kesusilaan mencangkup kedua – duanya. Etiket tidak usah dibedakan dari etika karena sama – sama dibutuhkan dalam kehidupan karena keduanya bertalian erat.

2. Golongan yang memandang bahwa etiket perlu dibedakan dari etika, karena keduanya mengandung kondisi yang tidak sselamanya selalu sejalan. Kesopanan dan kebaikan masing – masing diperlukan demi keberhasilan hidup dalam

masyarakat.

Di dalam menerapkan konsep kesusilaan ini yang mencangkup etika dan etiket diperlukan nilai – nilai yang menjadi pedoman dalam berbuat yaitu : nilai otonom yang bersifat individual (kebaikan menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok) dan nilai keagamaan yang berasal dari Tuhan. Dari ketiganya itu nilai keagamaanlah yang menjadi sumber dari nilai yang lain karena Tuhan adalah awal dan akhir dari segalanya. Hal terpenting adalah bagaimana kita paham akan nilai – nilai tersebut dan segera

melaksanakannya.

4. Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama atau religius. Sejak dahulu sebelum mengenal agama nenek moyang kita percaya akan adanya kekuatan – kekuatan gaib yang tidak dapat dirasakan atau dilihat oleh panca indra. Maka dari itu dilakukanlah upacara – upacara, menyediakan sesajen – sesajen dan memberikan korban – korban. Setelah manusia mengenal agama, agama itulah yang menjadi landasan dan pedoman manusia dalam menjalani kehidupannya. Untuk itu pendidikan agama sangat diperlukan dan harus diajarkan sedini mungkin. Ini menjadi tanggung jawab orang tua dan para pendidik untuk mengenalkan agama secepat mungkin kepada anak – anaknya. Sekarang pendidikan ajaran agama itu telah ada di tingkat SD sampai Perguruan Tinggi sekalipun. Namun ajaran agama tidak hanya untuk pengetahuan semata tetapi harus diterapkan dalam kehidupan ini.

Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia 1.Dimensi Keindividuan

Dimensi keindividuan yaitu keperibadian seseorang yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (indevide). kesanggupan untukmemikul tanggung jawab sendiri. Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidka dapat di bagi-bagi (in clevide) ? Menurut M. J Langeveld (seorang pakar pendidikan yang tersohor di

Negeri Belanda) Bahwa : Setiap anak manusia, manusia dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi, bahkan dua anak kembar yang berasal daru satu telur pun yang lazim di katakana seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan suatu dari yang lain, hanya serupa tetapi tidka sama, apalagi identik .

Contoh dalam keluarga

(3)

adik menolak dengan alasan ingin berusaha mengerjakannya sendirian. Contoh dalam masyarakat

Seorang mahasiswi di beri tugas membuat makalah oleh dosennya, kemudian cowok mahasiswi itu ingan membuatkan makalah itu, tetapi mahasiswi menolak karena ingin membuatnya sendirian.

Contoh dalam Negara

Dua orangpresiden dari kewarganegaraan yang berbeda memiliki postur tubuh dan kebijaksanaan yang sama, tetapi dalam hal kejiwaan (kerohanian)nya mereka tidak ingin di sama-samakan.

2. Dimensi kesosialan

Dimensi kesosialan yaitu setiap yang lahir di muka bumi ini dikaruniai potensi sosialitas (M.J Langeveld, 1955) pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikarunia benih kemungkinan untuk bergaul

Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.

Immanuel Kant seorang filosef tersohor bangsa Jerman menyatakan bahwa Manusia hanya menjadi manuia jika berada di antara manusia. Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya.

Contoh dalam keluarga

Seorang bayi yang baru lahir belum bias melakukan segala sesuatunya sendirian, maka dari itu dia sangat membutuhkan ibunya untuk mengurusi segala kebutuhannya.

Contoh dalam masyarakat

Ketika istirahat tiba-tiba rita jatuh pingsan di halaman sekolah,kmudian teman-temannya berbondong-bondong untukmenolongnya dan membawanya ke UKS.

Contoh dalam Negara

Pemerintahan Indonesia menjalin kerjasama dengan pemerintah Malaysia.

3. Dimensi kesusilaan

Dimensi kesusilaan yaitu Susila berasal dari akta Su dan Sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat pantas jika didalm yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung, karena itu maka pengertian Susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi “kebaikan yang lebih”

Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu: etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan).

Sehubungan dengan hal tersebut ada dua pendapat:

a. Golongan yang menanggap bahwa kesusilaan mencakup kedua-duanya.

b. Golongan yang memandang bahwa etiket perlu dibedakna dari etika, karena masing-masing mengandung kondisi yang tidak selamanya selalu sejalan.

Contoh dalam keluarga

Setiap pergi dan pulang sekolah budi selalumencium tangan Ayah dan Ibunya. Contoh dalam masyarakat

Setiap lewat di tengah-tengah orang ramai anak itu selalu membungkukkan badannya. Contoh dalam Negara

Masuknya cara berpakaian orang barat ke Indonesia. 4. Dimensi Keberagamaan

Dimensi keberagamaan yaitu Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius, sejak dahulu kala sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar alam yang tidak dapat dijangkau dengan perantaraan indranya, diyakini dengan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakan mitos-mitos.

Contoh dalam keluarga

Setiap selesai sholat magrib Ibu Aminah mengajarkan anak-anaknya membaca Al-Quran. Contoh dalam masyarakat

Setiap hari minggu kota pekanbaru mengadakan Tablig Akbar. Contoh dalam Negara

(4)

Manusia adalah mahluk yang serba terhubung,dengan masyarakat,lingkunganya, dirinya sendiri, dan tuhan.beerling mengemukakan sinyalemen heinemann bahwa pada abad ke- 20 manusia mengalami krisis total.disebut demikian karena yang dilanda krisis bukan hanya segi-segi tertenu dari kehidupan seperti krisis ekonomi,krisis energi,dan sebagainya,melaikan yang krisis adalah manusia sendiri.dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyrakat,dengan lingkunganya,dengan dirinya sendiri,dan dengan tuhannya.tidak ada hubungan pengenalan,pemahaman dan kemesraan dengan sesama manusia.ini lah yang melanda manusia sehingga manusia semakin jauh dari kebahagian.

Dalam hubugan ini,pendidikan mempunyai peranan penting sebagai wahana untuk mengantar peserta didik untuk mencapai kebahagiaan.yaitu dengan jalan membantu mereka meningkatakan kualitas hubungannya dengan dirinya,lingkunganya,dan tuhannya.untuk menciptakan rasa kebersamaan dengan individu lain nya,rasa menghormati,serta menjalin hubungan yang baik,maka diperlukan dimensi-dimensi didalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya manusia yang sempurna dan berahklah yang baik.dimensi-dimensi tersebut itu ialah.

Dimensi Individual

Dua orang kembar Mereka berbeda jalan Dan berbeda cinta Satu cinta sepak bola

Satu cinta basket

Jadi Manusia adalah mahluk monodualis ciptaan Tuhan yang dikaruniai status sebagai Khalifah Allah diatas bumi.Bayi dianugerahi keadaan jasmani yang lemah tetapi memiliki potensi-potensi jasmaniah berupa konstruksi tubuh lengkap

serta rokhaniah berupa daya

cipta,rasa,karsa,intuisi,bakat.Faktor-faktor potensi bawaan inilah yang membedakan manusia yang satu dengan yang lainya yang bersifat unik yang dapat berkembang dengan adanya pengaruh lingkungan. Sehingga seorang individu akan menemukan rasa kepribadiannya.

(5)

Setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya) dengan adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak,perasaan,cita-cita, kecenderungan, semangat,dan daya tahan yang berbeda.contoh sederhananya saja dua oarang murit sekelas yang mempunyai nama yang sama tidak pernah bersedia untuk di samakan satu sama lain,arti katanya masing-masing ingin mempertahankan ciri-ciri khasnya sendiri,gambaran tersebut telah dikekemukakan oleh fancis galton seorang ahli biologi dan matematika inggris,dari hasil penelitiannya banyak pasangan kembar satu telur ternyata ternyata tidak sepasang pun yang identik atau sama sifat dan kepribadiannya.

M.J.Lavengeld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan untuk mandiri yang sangat kuat,meskipun disisi lain pada anak terdapat rasa tidak berdaya,sehingga memerlukan pihak lain(pendidik) yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan,sifat-sifat sebagaimana di gambarkan diatas yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidika agar bisa menjadi kenyataan,sebab tanpa dibina melalui pendiidikan,benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian yang unik akan tetap tinggal laten.serta kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia.dengan kata lain kepribadiaan seseorang tidak akan terbentuk dengan semestinya,sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadiaan yang khas sebagai miliknya.jika terjadi hal demikian seorang tidak memilki kepribdian yang otonom dan orang seperti ini tidak akan memilki pendirian serta mudah dibawa oleh arus masa,padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk keribadianya atau menemukan ke mandiriannya sendiri.pola pendidikan yang bersifat demokratis di pandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas seseorang.

Dimensi kesosilaan

dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul,dengan adanya dorongan untuk bergaul,setiap orang ingin bertemu sesamanya. Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu dengan adat kebudayaan tertentu pula. Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan menyesuaikan diri serta bekerja sama dengan masyarakat.masih banyak contoh-contoh lain yang menunjukan betapa dorongan sosialitas tersebut demikian kuat tanpa orang menyadari sebenarnya ada alasan yang cukup kuat.seorang filosof Immanuel Kant menyatakan manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia,maksudnya tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri tanpa membutuhkan orang lain.

(6)

sesamanya,dalam saling menerima dan memberi,seseorang menyadari dan menghayati Kemanusiaannya.banyak bukti bahwa anak manusia tidak akan menjadi manusia bila tidak ada berada diantara manusia.

Dimensi kesusilaan

Susiala berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan lebih tinggi.akan tetapi dalm kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalamyang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. dimensi kesusilaan disebut juga keputusan yang lebih tinggi.kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket.etika adalah (persoalan kebaikan ) sedangkan etiket adalah (persoalan kepantasan dan kesopanan ). pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila,serta melaksanakannya.sehingga dikatakan manusia itu makhluk susila.persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai kehidupan.Susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih sempurna.

Manusia dengan kemampuan akalnya memungkinkan untuk menentukan sesuatu manakah yang baik dan manakah yang buruk, manakah yang pantas dan manakah yang tidak pantas.Dengan pertimbangan nilai-nilai budaya yang dijunjungnya memungkinkan manusia untuk berbuat dan bertindak secara susila.Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai,menghayati,dan melaksanakan nilai tersebut dalam perbuatan.Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan,keluhuran,kemulian dan sebagainya,sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup.Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban disamping hak pada peserta didik.

Dimensi keberagamaan

pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius.beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang,agama menjadisandaran vertikal manusia. danManusia adalah mahluk religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yg dipercayainya yang didapatkan melalui bimbingan nabi demi kesehatan dan keselamatannya.Manusia sebagai mahluk beragama mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut agama masing-masing. Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi,komitmenaktif&praktekritual.

(7)

Pengembangan Dimensi Hakekat Manusia.

Usaha pengembangan hakekat manusia dalam dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan, & keberagamaan berangkat dari anggapan dasar bahwa manusia secara potensial memiliki semua dimensi tersebut, yang memungkinkan dan harus dapat dikembangkan secara bertahap, terarah dan terpadu melalui pendidikan sehingga dapat menjadi aktual. Konsep dasar pengembangan manusia sebagai makhluk individu Manusia sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kesemestaan mampu mengembangkan interelasi dan interaksi dengan orang lain secara selaras serasi seimbang tanpa kehilangan jati dirinya. Pengembangannya sebagai peserta didik diselenggarakan dalam lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, & masyarakat pengembangan self extence menyangkut aspek jasmani-rohani,cipta-rasa-karsasebagaidimensikeindividuan.

Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial

Manusia sejak lahir hingga ajalnya perlu dibantu oleh orang lain.Manusia harus merasa sadar dirinya terpanggil untuk berbuat baik bagi orang lain dan masyarakat.Pengembangan dimensi tersebut harus dimulai sejak di keluarga, sekolah dan masyarakat, untuk itu nilai/norma/kaidah yang berlaku didalam keluarga juga perlu dijunjung tinggi disekolah dan masyarakat.

Pengembangan manusia sebagai makhluk susila

Hanya manusia sajalah yang mampu menghayati norma-norma dan nilai-nilai dalam kehidupan sehingga dapat menetapkan pilihan tingkah laku yang baik dan yang buruk. Bagi manusia Indonesia norma-norma dan nilai yang perlu dikembangkan adalah nilai-nilai universal yang diakomodasi dan diadaptasi dalam nilai-nilai-nilai-nilai khas yang terkandung dalam budaya bangsa.Sebagai manusia Indonesia yang ideal adalah manusia yang memiliki pikiran,ide,gagasan yang terkristal dalam kelima nilai dasar dalam Pancasila.

Pengembangan manusia sebagai makhluk beragama

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam pengadian kepada masyarakat ini berupa pembentukkan pengurus kelas calon pengantin dan pelaksanaan kelas calon pengantin, yang bertujuan untuk

Administrasi negara secara lebih khusus dapat dijelaskan sbg Apa yg dilakukan Oleh pemerintah, terutama lembaga Eksekutif (dengan sarana birokrasi ), di dalam memecahkan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Sistem pengisi informasi dapat memberikan pemberitahuan sesuai pemeriksaan informasi yang dimasukkan, dapat memeriksa data waktu pada informasi yang sedang

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperolehs. Gelar Strata Satu Sarjana

Simpulan dari penelitian ini adalah sebgai berikut: (1) Desain pengembagnan model bagi pengembangan soft skill merupakan bagan atau alur yang memberikan gambaran utnuk

Salah satu metode analisis yang digunakan untuk mempermudah menjawab pokok permasalahan dalam penelitian yakni dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Bab IV

Pengakuan anak luar kawin dapat pula terjadi secara paksaan, yakni dapat dilakukan oleh si anak yang lahir di luar perkawinan itu, dengan cara mengajukan