• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Besar Manajemen Keuangan Publik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Besar Manajemen Keuangan Publik"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Besar Manajemen Keuangan Publik

“Peningkatan Penyerapan Belanja Infrastuktur” Dosen : Prof. Dr. Abdul Halim, M.B.A.

Delvianty Palino

NIM : 15/391614/PEK/21060

Akuntasi Sektor Publik 33

MAGISTER AKUNTANSI

(2)

A. Pendahuluan

Pembangunan sebuah kawasan selalu terkait dengan infrastruktur, kemajuan pembangunan di suatu kawasan didukung dengan infrastruktur yang baik. Infrastruktur dianggap menjadi kunci pertumbuhan ekonomi nasional dan juga dasar untuk mengurangi kemiskinan. Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas pemerintah di tahun 2016 yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja perekonomian nasional melalui peningkatan konektivitas nasional, ketahanan energi dan perumahan pemukiman. Peningkatan konektivitas nasional diarahkan melalui pengembangan jalan nasional dan provinsi, pembangunan jalan baru dan jalan bebas hambatan, bandara, jalur kereta api, dan peningkatan kapasitas pelabuhan utama untuk mendukung tol laut. Peningkatan ketahanan energi dilaksanakan melalui pembangunan waduk baru dan jaringan irigasi, penambahan kapasitas pembangkit listrik dan pembangunan energi baru terbarukan. Pembangunan pemukiman diarahkan untuk penyediaan tempat tinggal yang layak melalui penyediaan bangunan baru dan peningkatan kualitas hunian. Tekad kuat pemerintah dalam menyikapi pentingnya pembangunan infrastruktur tertuang dalam tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016 yaitu “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Memperkuat Fondasi Pembangunan yang Berkualitas”. Tema ini menjadi agenda prioritas pemerintah di 2016 dan merupakan penjabaran visi dan misi presiden. Hal ini sekaligus memenuhi pelaksanaan road map pembangunan jalan tol 2015-2019 yang menjangkau keseluruhan pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Rencananya di pulau Sumatera akan dibangun jalan tol sepanjang 384km, pulau Jawa sepanjang 1.450,9 km, pulau Kalimantan sepanjang 84 km, dan pulau Sulawesi sepanjang 39 km.

(3)

beberapa gebrakan reformasi lainnya. Persoalan politik dan pemberantasan korupsi mungkin masih menjadi ganjalan yang ke depannya harus segera ditangani selain permasalahan quality spending rendahnya realisasi belanja modal. Padahal baik secara teori maupun kesepakatan seluruh pakar menyebutkan betapa pentingnya peran belanja modal pemerintah termasuk untuk pembangunan infrastruktur dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di suatu negara khususnya menghadapi kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih dari krisis. Percepatan realisasi belanja modal pemerintah menjadi salah satu kunci utama kesuksesan target pembangunan nasional yang sedang digalakkan oleh pemerintahan yang baru. Pemerintah terus berupaya mengeluarkan kebijakan yang bertujuan untuk percepatan realisasi anggaran, bukti keseriusan ini dapat dilihat dengan percepatan penyerahan DIPA. Percepatan realisasi anggaran merupakan kunci utama untuk menurunkan potensi perlambatan ekonomi akibat kenaikan harga komoditas.

(4)

B. Pembahasan

Pengertian Penyerapan Anggaran menurut Mardiasmo (2009) merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Rendahnya penyerapan anggaran sudah terlihat pada data realisasi semester 1 dan akan menumpuk di akhir tahun. Berikut ini salah satu contoh rendahnya realisasi belanja pada semester I dari tahun 2009-2015 :

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 0.0

5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0

Realisasi Semester I Belanja K/L

Permasalahan pemerintah di tahun 2015 mengenai rendahnya penyerapan anggaran termasuk untuk proyek infrastruktur menjadi cambuk pemerintah untuk fokus pada pelaksanaan APBN 2016. Pada bulan September 2015, realisasi penyerapaan anggaran baru mencapai sekitar Rp 90 triliun dari pagu yang dianggarkan sebesar Rp 290,3 triliun. Secara rinci, penyerapan belanja infrastruktur dari pos pagu belanja pemerintah pusat adalah sebesar Rp 54,9 triliun, dari pagu transfer daerah sebesar Rp 23,1 triliun dan pagu pembiayaan anggaran sebesar Rp 12,2 triliun. Data tersebut menunjukkan serapan anggaran infrastruktur terbilang masih rendah mengingat tahun anggaran 2015 telah berjalan selama delapan bulan lebih. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 pagu indikatif yang dianggarkan untuk pembangunan infrastruktur tercatat sebesar Rp 290,3 triliun. Anggaran ini diharapkan dapat mendukung ketersediaan infrastruktur guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Realisasi penyerapan ini tidak hanya datang dari anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU-PR) saja, melainkan juga dari pagu transfer daerah dan juga pos pembiayaan anggaran. Rendahnya penyerapan anggaran infrastruktur pemerintah sampai

(5)

bulan September ini berpengaruh pada kinerja emiten konstruksi dan pra cetak di lantai bursa. Minimnya pencairan akan menekan kinerja perusahaan konstruksi ke depannya. Padahal sejak awal tahun 2015 nilai anggaran infrastruktur selalu menjadi perhatian karena kenaikannya yang signifikan sebesar 63 persen dari semula yang hanya Rp 177,9 triliun di Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 menjadi Rp 290,3 triliun di APBN-P 2015. Lambatnya penyerapan anggaran infrastruktur ini sebetulnya sudah tercermin dalam performa sejumlah emiten konstruksi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Laba bersih delapan emiten konstruksi dan beton pracetak pada paruh pertama tahun ini melemah 17,4 persen menjadi Rp 621,91 miliar dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 752,88 miliar. Padahal setahun lalu, perolehan laba bersih delapan emiten ini masih tumbuh 4,39 persen dari Rp 721,22 miliar pada tahun 2012. Permasalahan di tahun 2015 mengenai rendahnya realisasi penyerapan anggaran seharusnya dapat diantisipasi sejak awal. Ketika anggaran dapat diserap lebih cepat, diskusi mengenai peningkatan quality spending akan lebih pas dan terarah. Ruang fiskal yang sudah melebar seharusnya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin demi mempercepat akselerasi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Jangan sampai tujuan tersebut gagal hanya karena persoalan administrasi birokrasi yang sebetulnya berada dalam kendali pemerintah sendiri.

(6)

Anggaran Infrastruktur 2015-2016

c Transfer ke Daerah dan Dana Desa 41 83,4

Dana Alokasi Khusus 29,7 62,8

Secara umum, anggaran infrasrtuktur dalam APBN dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori besar yaitu infrastruktur ekonomi, infrastruktur sosial, dan dukungan infrastruktur. Infrastruktur ekonomi dimaksudkan untuk pembangunan (termasuk pemeliharaan) sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka kelancaran mobilitas arus barang dan jasa, serta kelancaran proses produksi. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah berbagai kegiatan kementerian/lembaga, non kementerian/lembaga, transfer ke daerah dan dana desa maupun pembiayaan anggaran yang antara lain terkait dengan transportasi, pengairan/irigasi,

(7)

telekomunikasi dan informatika, perumahan/permukiman serta energi (ketenagalistrikan, minyak dan gas bumi) .

Dalam tahun 2016, anggaran infrastruktur ekonomi diperkirakan mencapai Rp 302,6 triliun. Jumlah tersebut dialokasikan melalui:

1. Belanja kementrian/lembaga (antara lain Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, Kementrian Perhubungan, Kementerian ESD dan Kementerian Pertanian.

2. BA non kementerian/lembaga dalam bentuk antara lain alokasi viability gap fund

(VGF) dan belanja hibah untuk berbagai kegiatan infrastruktur di daerah

3. Transfer ke daerah dan dana desa antara lain dalam bentuk dana alokasi khusus pada beberapa bidang terkait infrastruktur (seperti transportasi, jalan, irigasi, air minum dan sanitasi serta energi perdesaan) dana desa yang diperkirakan digunakan untuk pembangunan infrastruktur di perdesaan

4. Pembiayaan anggaran, antara lain dalam berbagai bentuk investasi pemerintah (seperti fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan/FLPP maupun PMN kepada beberapa BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur) sebagai upaya untuk meningkatkan peran BUMN dalam pembangunan dan diharapkan dapat memberikan multiplier effect yang lebih besar.

Anggaran infrastruktur sosial dialokasikan dalam bentuk kegiatan untuk membangun infrastruktur di bidang pendidikan baik pembangunan/rehabilitasi baik sekolah maupun ruang kelas. Kegiatan terkait infrastruktur bidang pendidikan dialokasikan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama yang secara umum bersifat investasi jangka panjang, mengingat dampaknya baru akan dapat dirasakan dalam beberapa tahun ke depan. Sementara itu, terdapat pula berbagai kegiatan di Kementerian Negara/Lembaga yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan berbagai program infrastruktur seperti pengelolaan tanah/lahan, pengembangan wilayah industri, perbaikan iklim investasi, dan koordinasi kebijakan terkait infrastruktur. Kegiatan-kegiatan tersebut, diklasifikasikan dalam dukungan infrastruktur sebagai bagian dari anggaran infrastruktur mengingat perannya dalam efektivitas berbagai program di bidang infrastruktur. Adapun sasaran pembangunan dalam APBN tahun 2016 dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Bidang energi, rasio elektrifikasi diharapkan mencapai 90,15 persen.

(8)

400.000 ha. Selain itu, pembangunan infrastruktur tahun 2016 diarahkan antara lain untuk mencapai produksi bahan pokok yaitu padi 76,2 juta ton, jagung 21,4 ton, kedelai 1,82 juta ton, produksi 6,45 juta ton perikanan tangkap, 8,35 juta ton perikanan budidaya, serta meningkatkan nilai tukar petani, nelayan dan pembudidaya ikan.

- Bidang perumahan, air minum dan sanitasi, pembangunan infrastruktur tahun 2016 diarahkan antara lain untuk pembangunan 11.642 unit rusun, penyediaan fasilitas untuk rumah swadaya sebanya 94.000 RT serta pembangunan 387 embung dan bangunan penampung air. Sasaran pembangunan infrastruktur bidang konektivitas diarahkan untuk : 1) pembangunan 768,7 km ruas jalan baru dan 28,95 km ruas jalan tol, 2) pembangunan jalur kereta api sepanjang 142,12 km serta 3) pembangunan 15 bandara baru.

Dalam nota keuangan APBN 2016 dijelaskan secara rinci program-program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai pelaksana proyek infrastruktur. program-program ini meliputi : 1) program-program penyelenggaraan jalan; 2) program-program pengelolaan sumber day air; 3) program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman; 4) program pengembangan perumaan. Adapun rincian indikator kinerja dan outcome-nyasebagai berikut:

1. Program Penyelenggaraan Jalan mempunyai indikator kinerja antara lain :

a. Jalan dan jembatan yang dibangun masing-masing sepanjang 768,7 km dan 8.051,7 m.

2. Program Pengelolaan Sumber Daya Air mempunyai indikator kinerja antara lain :

a. Jumlah embung dan bangunan penampung air lainnya yang dibangun/ ditingkatkan sebanyak 387 buah

b. Panjang normalisasi sungai dan pembuatan tanggul yang dibangun/ditingkatkan sepanjang 119 km

(9)

pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya layanan infrastruktur sumber daya air untuk ketahanan air, pangan dan energi.

3. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Pemukiman mempunyai indikator kinerja antara lain :

a. Jumlah kota, kawasan perkotaan metropolitan, da kawasan perkotaan terfasilitasi pemenuhan standar pelayanan perkotaan dan pengembangan Kota Layak Huni, Kota Hijau, dan Kota Cerdas sebanyak 168 kawasan perkotaan.

b. Jumlah kota/kabupaten yang terlayani Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan tempat pengolah sampah terpadu masing-masing sebanyak 52 kabupaten/kota dan 178 kabupaten/kota.

c. Jumlah Sambungan Rumah (SR) infrastruktur SPAM di kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan dan kawasan rawan air/perbatasa/pulau terluar masing-masing sebanyak 17.000 SR, 2.560 SR dan 157.440 SR. Outcome yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman, jumlah kawasan yang mendapat akses pelayanan infrastruktur bidang permukiman, meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat dan pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat. 4. Program Pengembangan Perumahan mempunyai indikator kinerja antara lain :

a. Jumlah rumah tangga berpenghasilan rendah yang menghuni rumah susun sebanyak 11.642 unit.

b. Jumlah rumah tangga yang menghuni rumah khusus sebanyak 6.350 unit

(10)

1. Bidang Infrastruktur Perumahan Pemukiman, Air Minum dan Sanitasi

Kebijakan DAK Infrastruktur Perumahan Pemukiman, Air Minum dan Sanitasi tahun 2016 diarahkan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana perumahan dan kawasan permukiman, meliputi penyediaan perumahan, serta air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau guna meningkatkan standar hidup. Lingkup kegiataanya terdiri atas:

a. Subbidang Infrastruktur Perumahan Pemukiman, meliputi peningkatan kualitas rumah swadaya (tidak layak huni) yang mencakup komponen atap, lantai dan dinding bagi masyarakat berpenghasilan rendah di daerah tertinggal, perbatasan serta kawasan pulau-pulau kecil dan terluar.

b. Subbidang Infrastruktur Air Minum meliputi pembangunan jaringan distribusi sampai pipa tersier yang menjadi bagian dari kewajiban pemerintah kabupaten/kota dan perluasan serta peningkatan sambungan rumah perpipaan bagi masyarakat miskin di kabupaten/kota yang memiliki kapasitas yang belum terpakai secara maksimal.

c. Subbidang infrastruktur Sanitasi meliputi peningkatan akses melalui sambungan rumah dan peningkatan sarana dan prasarana sistem setempat (on-site) berupa peningkatan kualitas septic tank individu.

2. Bidang Transportasi

Kebijakan DAK Transportasi tahun 2016 bertujuan untuk

- Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas pelayanan dasar, akses masyarakat terhadap fasilitas perekonomian berupa sentra produksi, sentra energi, simpul kemaritiman, pusat pariwisata dan industri

- Mendukung pengembangan wilayah di daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan yang terintegrasi dalam sistem jaringan transportasi nasional

- Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi

- Mendukung perwujudan tol laut dalam mendukung konektvitas dan sistem logistik.

Adapun Lingkup kegiatan DAK Transportasi adalah :

(11)

b. Subbidang Perhubungan baik provinsi maupun kabupaten/kota meliputi : 1) keselamatan transportasi yang terdiri atas pengadaan rambu lalu lintas jalan, marka jalan, pagar pengaman jalan, delineator, alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL), paku jalan, cermin tikungan, alat pengujian kendaraan bermotor, rute aman selamat sekolah (RASS), implementasi zona selamat sekolah (ZoSS) dan media sosialisasi keselamatan transportasi darat; 2) transportasi perkotaan meliputi penyediaan prasarana angkutan umum perkotaan (halte, papan infromasi trayek, dan tambu tambahan)

c. Subbidang Transportasi Perdesaan, meliputi beberapa bagian yaitu : 10 moda transportasi perairan; 2) sarana dan transportasi darat di kawasan perdesaan dan 3) dermaga kecil.

(12)

penambahan kapasitas penyediaan air minum untuk perumahan dan kawasan umum serta sarana pengolahan air limbah.

DAK Afirmasi merupakan tambahan DAK yang dialokasikan khusus kepada daerah yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal, perbatasan dengan negara lain, dan kepulauan. Mengingat kondisi beberapa jenis infrastruktur dasar daerah-daerah tersebut masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lain, maka DAK Afirmasi diarahkan dapat digunakan oleh daerah tersebut untuk menambah pendanaan bagi pembangunan/penyediaan infrastruktur tertentu. Jenis infrastruktur yang didanai meliputi : 1) infrastruktur air minum dan sanitasi pada bidang infrastruktur perumahan, permukiman, air minum dan sanitasi; 2) infrastruktur irigasi pada bidang kedaulatan pangan; 3) infrastruktur jalan dan transportasi pedesaan pada bidang infrastruktur. Arah kebijakan dan sasaran bidang DAK afirmasi tahun 2016 sama dan menjadi satu kesatuan dengan arah kebijakan dan sasaran bidang DAK Reguler tahun 2016, tetapi dengan lingkup kegiatan yang berbeda, yaitu :

1. Lingkup kegiatan infrastruktur air minum dan sanitasi pada bidang DAK Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi terdiri atas :

a. Subbidang Infrastruktur Air Minum meliputi : 1) optimalisasi sistem terbangun untuk meningkatkan cakupan layanan, melalui pembangunan jaringan distribusi sampai pipa tersier dan perluasan dan peningkatan sambungan rumah perpipaan bagi masyarakat miskin di kabupaten/kota yang memiliki kapasitas yang belum terpakai secara maksimal; 2) penambahan kapasitas sistem terpasang melalui pembangunan

intake dan komponen sistem penyediaan air minum (SPAM) lainnya sampai SR; 3) pembangunan SPAM kawasan khusus di kawasan pulau-pulau kecil dan terluar, dengan pembangunan dari unit air baku sampai unit pelayanan.

b. Subbidang Infrastruktur Sanitasi meliputi : 1) peningkatan akses melalui sambungan rumah; 2) peningkatan sarana dan prasarana sistem setempat (on site) berupa peningkatan kualitas septic tank individu dan 3) pembangunan dan pengembangan prasaran dan sarana air limbah komunal di lokasi yang sudah dipicu sanitasi total berbasis masyarakat.

(13)

3. Lingkup kegiatan infrastruktur jalan dan transportasi perdesaan pada DAK Transportasi meliputi:

a. Subbidang Jalan meliputi pemeliharaan berkala, peningkatan struktur, peningkatan kapasitas dan pembangunan jalan dan jembatan, pada jalan kabupaten/kota dan jalan strategis daerah.

b. Subbidang Transportasi Perdesaan meliputi: 1) modal transportasi perairan, 2) sarana dan prasarana transportasi darat di kawasan perdesaan dan 3) dermaga kecil.

C. Kesimpulan

Pengalaman rendahnya penyerapan realisasi anggaran pada belanja infrastruktur di tahun 2015 menjadi tugas rumah pemerintah untuk terus mengoptimalkan belanja infrastruktur. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pemerintah agar realisasi belanja infrastruktur lebih optimal yaitu:

1. Belanja infrastruktur harus fokus dan mampu mendorong sektor lain untuk tumbuh, seperti untuk infrastruktur energi, pangan dan konektivitas daerah.

2. Belanja infrastruktur harus efisien artinya pengurangan porsi belanja yang digunakan untuk persiapan serta pengadaaan dan lebih besar porsi belanja pembangunan fisik 3. Transparansi dimana harus ada data yang jelas dan dipublikasikan dalam

pembangunan infrastruktur.

(14)

Daftar Pustaka

1. Halim, Abdul. 2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat 2. Nota Keuangan beserta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016

3. http://vibiznews.com/2015/09/18/realisasi-serapan-anggaran-infrastruktur-belum-sampai-50/ diakses tanggal 23 Mei 2016

4. http://www.kemenkeu.go.id/en/node/46757 diakses tanggal 23 Mei 2016

5. http://www.kemenkeu.go.id/Page/informasi-keuangan-dan-anggaran diakses tanggal 27 Mei 2016

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan dunia industri mengenai kendaaran listrik sangat diminati pada saat sekarang ini, dengan dibuat motor BLDC sebagai penggeraknya yang memiliki banyak keunggulan

Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: “Hubungan Persepsi Mahasiswa tentang Pendekatan Jelajah Alam Sekitar

Penilaian a( Sika- s-iritual No.. Bilan)an 0ulat 0esar terse0ut jika dituliskan akan enjadi -anjan)( Se*in))a -erlu enuliskan  0ilan)an 0ulat terse0ut dala 0entuk +an)

secara tertulis yang ditempel pada papan pengumuman Badan Kepegawaian Daerah DlY... Lampiran

[r]

Masih menurut Abdul Wahab Kallaf menyatakan bahwa Jumhur Ulama Ummat Islam berpendapat, bahwasannya maslahah mursalah adalah Hujjah Syar’iyyah yang dijadikan dasar pembentukan

Karya cipta seni tari yang terbagi ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu seni tari Klasik Kraton, seni tari Tradisional Kerakyatan dan seni tari Kreasi Baru atau Kontemporer

Informasi tersebut diperoleh dari pilihan jawaban dengan kategori “setuju” dan “tidak setuju” (Kurniawan & Triswiyana, 2019) pada pertanyaan-pertanyaan lembar kuisioner