• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian deterjen dan manfaatnya Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengertian deterjen dan manfaatnya Indonesia"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Pengertian deterjen dan manfaatnya

Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.

Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:

1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.

Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu: a. Anionik : -Alkyl Benzene Sulfonate

-Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS) -Alpha Olein Sulfonate (AOS)

b. Kationik : Garam Ammonium

c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.

a. Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP) b. Acetates : – Nitril Tri Acetate (NTA)

- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA) c. Silicates : Zeolith

d. Citrates : Citrate acid

3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.

Contoh : Sodium sulfate

4. Additives adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.

Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

(2)

1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan, dll.

2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di masyarakat.

3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.

4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.

Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen, sehingga menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.

Dampak§ negatif dibalik manfaat deterjen

Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.

Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian

memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.

Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.

Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai

(3)

menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS mempunyai gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme. Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.

Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam deterjen.

§ Pemilihan produk

Kesadaran masyarakat pengguna deterjen akan dampak dibalik manfaat deterjen perlu

ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan deterjen sangat diharapkan. Banyaknya pilihan produk yang diinformasikan melalui iklan memang bisa menguntungkan konsumen. Tetapi konsumen tetap perlu berhati-hati, karena kesalahan memilih produk akan merugikan konsumen sendiri.

(4)

klaim ramah lingkungan. Selain itu produsen sebaiknya memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai produknya.

Takaran penggunaan deterjen§

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam menggunakan deterjen adalah cara penggunaan yang benar. Pada beberapa deterjen bubuk ternyata terdapat petunjuk yang tidak tepat. Yaitu ketika konsumen dianjurkan menggunakan takaran genggam. Hal ini sungguh berisiko karena deterjen bersifat basa yang berarti korosif terhadap kulit. Apalagi jika kulit pengguna bersifat sensitif, maka takaran deterjen yang menggunakan istilah ‘genggam’ tersebut akan langsung memberikan reaksi pada kulit berupa gatal, mengering dan pecah-pecah. Selain itu, takaran genggam bukan ukuran yang bersifat pasti, karena hanya berupa kira-kira yang sangat tergantung kepada ukuran tangan seseorang. Jadi kecenderungan konsumen untuk menggunakan berlebihan memang besar. Disamping itu, karena slogan-slogan pada iklan produk deterjen baik di media elektronik maupun media cetak, timbul persepsi konsumen bahwa busa banyak bisa mencuci lebih bersih. Padahal busa yang terlalu banyak bukan berarti deterjen menjadi lebih efektif, malah sebaliknya, daya cucinya terhambat. Selain itu keberadaan busa-busa di permukaan badan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.

Oleh karena itu sebaiknya konsumen menggunakan takaran khusus untuk deterjen dan produsen menyediakan alat takar tersebut di dalam kemasan produknya.

(5)

Rantai hidrokarbon, R, di dalam molekul sabun di atas mungkin adalah rantai hidrokarbon yang lurus atau rantai hidrokarbon yang bercabang.

Detergen sudah sangat akrab di kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga. Detergen digunakan untuk mencuci pakaian. Untuk menyempurnakan kegunaannya, biasanya pabrik menambahkan Natrium Perborat, pewangi, pelembut, Naturium Silikat, penstabil, Enzim, dan zat lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi diantara zat-zat tersebut ada yang tak bisa dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme sehingga otomatis menyebabkan pencemaran lingkungan. Apabila air yang mengandungi detergen dibuang ke dalam air, tercemarlah air dan pertumbuhan Alga yang sangat cepat. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen dalam air berkurangan dan otomatis ikan, tumbuhan laut, dan kehidupan air lainnya mati. Selain itu limbah Detergen juga menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah termasuk cacing mati. Padahal cacing bisa

menguraikan limbah organik, non organik & menyuburkan tanah.

Bahan utamanya ialah garam natrium yaitu asam organik yang dinamakan asam sulfonik. Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergen merupakan molekul berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per molekul.

Detergen pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkyl hydrogen sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat dengan cara penghidrogenan lemak dan minyak.

Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil hydrogen sulfat yang kemudian dinetralkan dengan basa.

Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik. Karena garamnya berasal dari asam kuat,

larutannya hampir netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam larutannya, sehingga dapat dipakai dengan air lunak atau air sadah. Pada masa kini, detergen yang umum digunakan adalah alkil benzenasulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 14-14 direaksikan dengan benzena dan katalis Friedel-Craft (AlCl3 atau HF) membentuk alkil benzena. Sulfonasi dan penetralan dengan basa melengkapi

(6)

Rantai alkil sebaiknya tidak bercabang. Alkil benzenasulfonat yang bercabang bersifat tidak dapat didegradasi oleh jasad renik (biodegradable). Detergen ini mengakibatkan masalah polusi berat pada tahun 1950-an, yauti berupa buih pada unit-unit penjernihan serta disungai dan danau-danau. Sejak tahun 1965, digunakan alkil benzenasulfonat yang tidak bercabang. Detergen jenis ini mudah didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan tidak berakumulasi dilingkungan kita.

PENGERTIAN

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih.

Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik.

SIFAT-SIFAT SABUN :

1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air yang menyebabkan larutan sabun dalam air bersifat basa.

2. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih,

(7)

3. Sabun mempunyai sifat membersihkan

SIFAT-SIFAT DETERJEN :

1. Dapat melarutkan lemak

2. Tak dipengaruhi kesadahan air

KEGUNAAN

Deterjen dan sabun digunakan sebagai pembersih karena air murni tidak dapat menghapus atau menghilangkan kotoran pakaian/barang yang berminyak, atau terkena pengotor organik lainnya. Pada dasarnya, sabun dan deterjen

memungkinkan minyak dan air untuk bercampur sehingga kotoran berminyak dapat dihilangkan selama pencucian.

PEMBUATAN SABUN

1. Alat-alat yang digunakan

a. Neraca b. Termometer c. Beaker glass d. Pengaduk e. Cetakan sabun

2. Bahan-bahan yang dibutuhkan

a. Minyak kelapa b. Aquades c. NaOh d. Pewangi

3. Cara Pembuatan

a. Melarutkan NaOH

b. Panaskan minyak kelapa sampai suhu 600 C

c. Masukkan larutan NaOH ke dalam minyak pada suhu 550C d. Aduk hingga mengental

(8)

f. Tuang dalam cetakan dan diamkan sampai mengeras g. Keluarkan sabun dari cetakan

PEMBUATAN DETERJEN

1. Alat-alat yang digunakan

a. Wadah b. Pengaduk

c. Saringan deterjen

2. Bahan-bahan yang dibutuhkan

a. Sodium lauryl sulfonate b. Na2SO4 secukupnya c. NaHCO3 25%

d. NaCO3 7%

e. STPP / CMC secukupnya f. Pewangi secukupnya

3. Cara Pembuatan

a. Sodium lauryl sulfonate ditambah dengan NaHCO3 lalu aduk b. Campuran (1) ditambah Na2CO3 lalu aduk

c. Campuran (2) ditambah Na2SO4 lalu aduk d. Campuran (3) ditambah STPP/CMC lalu aduk e. Setelah itu diayak dan keringkan

(9)

Bahan Baku untuk Pembuatan Deterjen:

1. Bahan Aktif.

Bahan aktif ini merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini harus ada dalam pembuatan deterjen. Secara kimia bahan kimia ini dapat berupa sodium lauryl ether sulfat (SLES). SLES ini dikenal dengan beberapa nama dagang dengan nama cottoclarin, texapone, ataupun ultra SLES. Secara fungsional bahan mempunyai andil dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif ini mempunyai busa banyak dan bentuknya gel translucent (pasta). Selain SLES, bahan aktif dari sabun bubuk adalah garam Linear Alkyl Benzene Sulfonat (LAS), bentuknya gel/pasta berwarna kuning muda. Fungsi LAS sama seperti Ultra SLES, sebagai bahan pembersih utama pembuatan Sabun Bubuk, dengan LAS, maka sabun bubuk akan lebih mudah dibilas/ kesat.

2. Bahan pengisi

Bahan ini berfungsi sebagai bahan pengisi dari keseluruhan bahan baku. Pemberian bahan pengisi ini dimaksudkan untuk memperbesar atau

memperbanyak volume. Keberadaan bahan ini dalam deterjen semata-mata dilihat dari aspek ekonomis. Bahan pengisi deterjen disini menggunakan Sodium Sulfat (Na2SO4).

(10)

Salah satu contoh bahan penunjang deterjen adalah soda abu (Na2CO3) yang berbentuk serbuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi sebagai meningkatkan daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam deterjen tidak boleh terlalu banyak, sebab dapat menimbulkan efek panas pada tangan saat mencuci pakaian. Bahan penunjang lainnya adalah STPP (sodium tripoly posphate) yang juga penyubur tanaman. Ini dapat dibuktikan air bekas cucian disiramkan ke tanaman akan menjadi subur. Hal ini disebabkan oleh kandungan fosfat yng merupakan salah satu unsur dalam jenis pupuk tertentu.

4. Bahan Tambahan (aditif)

Bahan tambahan ini sebenarnya tidak harus ada didalam pembuatan deterjen. Namun demikian, produsen mencari hal-hal baru untuk mengangkat nilai dari deterjen itu sendiri. Salah satu contoh bahan tambahan ini adalah Enzym AR. Bahan ini berbentuk serbuk putih yang berfungsi mencegah kotoran kembali ke pakaian (anti redeposisi).

5. Bahan Pewangi/ Bibit Parfum

Keberadaan bahan wangi ini sangat penting keberadaannya, sebab suatu deterjen dengan kualitas baik , Harum & Disukai Pelanggan. Parfum untuk deterjen bentuknya cair kekuning-kuningan. Pemilihan parfum ini sangat penting, karena biasanya konsumen selalu membau dulu barang yang akan dibeli, baru mencoba untuk memakai produk tersebut.

6. Bahan Tambahan untuk membuat sabun yang kulitas istimewa:

Extrableach : Untuk Memutihkan Cucian yang khusus berwarna putih,

pemakiannya 3-10%

Lipozyme: Pembersih noda yang disebabkan oleh minyak, lemak & gemuk.

(11)

Protease: Pembersih noda yang membandel disebabkan oleh protein, seperti darah, kecap, susu, saos dll. Dengan ditambah Protease, maka daya cuci sabun terhadap kotoran yang disebabkan protein seperti darah, makanan bayi, susu, saos, kecap dll yang membandel akan lebih mudah dibersihkan. Dosis

Pemakaian 2-10%.

Bioenzyme (Bintik Biru) dosis pemakaian secukupnya.

Komposisi Pembuatan Deterjen:

1. Cottoclarin/Ultra Sles/Texapone 5-10%

2. LAS 5-10%

3. Na2SO4 10-20%

4. Na2CO3 35% - 50%

5. STPP 5-20 %

6. Enzym AR 2-10 %

7. Parfum secukupnya

Peralatan yang dibutuhkan : Wadah, pengaduk kayu, dan saringan deterjen

Untuk meproduksi detergent dalam jumlah besar bisa menggunakan POWDER MIXER

Cara Membuat Deterjen:

1. Cottoclarin + LAS diaduk rata

2. Semua Bahan Bahan Serbuk di aduk rata

(12)

4. (3) + Bahan Tambahan

5. Diayak dan keringkan

6. Semprot dengan Parfum

7. Dikemas & Siap dipasarkan

Kata orang ada tiga hal yang pembuatannya tidak ingin mereka lihat, yaitu: undang-undang, sosis dan sabun. Mengenai sabun, saya merasa penting

membahasnya sehubungan dengan profesi saya sebagai guru mengingat hal ini merupakan materi pelajaran IPA SMP kelas 8.

Sabun yang dipakai buat bersih-bersih itu dibuat dalam keadaan yang serba kotor, misalnya orang-orang Romawi membuat sabun dengan cara

mencampurkan kapur basah dengan abu kayu yang masih panas kemudian diaduk sampai rata. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam air panas lalu dicampur dengan beberapa potong lemak domba dan dididihkan selama beberapa jam sampai terbentuk buih berwarna coklat di atasnya.

Selanjutnya campuran tersebut didinginkan sampai padat lalu dipotong-potong. Itulah yang disebut sabun.

Saat ini banyak sekali macam sabun mulai dari yang padat, cream ataupun bubuk dengan beraneka aroma wewangian. Ya, sabun masa kini sudah sangat dimurnikan lalu ditambah dengan bahan pengisi, pewarna, farfum, agen anti bakteri dan sebagainya.

Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan alkali (basa kuat). Lemak merupakan senyawa organik sedangkan alkali merupakan senyawa anorganik, sehingga molekul sabun mempunyai dua kaki yaitu: sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itu sebabnya sabun mempunyai kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam air. Sifat inilah yang menyebabkan sabun digunakan untuk bersih-bersih.

(13)

Sulphonate) dan ABS (Alkyl Benzena Sulphonate) merupakan produk berbahan dasar minyak bumi. Detergen yang dibuat dari bahan dasar LAS lebih aman karena lebih mudah diuraikan oleh mikroorganisme.

Baik sabun maupun detergen mengandung surfaktan (surface active agents) yaitu suatu zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan air sehingga air mudah membasahi permukaan benda kemudian menarik kotoran benda tersebut ke dalam air. Surfaktan yang biasa digunakan adalah sodium lauryl sulphate (SLS) atau sodium lauryl ether sulphate (SLES) atau dapat juga digunakan sodium dodecyl sulphate atau ammonium lauryl sulphate.

Perbedaan antara sabun dan detergen dalam penggunaannya adalah: sabun lebih mudah diuraikan oleh bakteri sedangkan detergen sukar diuraikan oleh bakteri pengurai. Kelebihan detergen dibanding sabun adalah molekul tetergen tidak bereaksi dengan ion calsium dan ion magnesium dalam air sadah sehingga detergen dapat digunakan untuk mencuci dengan air sadah (air yang

mengandung ion kalsium dan magnesium).

Perbedaan sabun dan deterjen

Memang apa bedanya sabun dan deterjen? Jelas beda dong, sabun adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali. Deterjen adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media. Jadi kalau kita disuruh membandingkan mana yang lebih baik deterjen atau sabun, jelas beda fungsinya. Sabun biasanya digunakan untuk membersihkan kotoran yang berhubungan langsung dengan kulit manusia seperti sabun mandi/ sabun handsoap. Sedangkan, deterjen digunakan untuk membersihkan pakaian, lantai dll yang tidak berhubungan dengan tubuh manusia. Apa jadinya jika bahan untuk pembersih pakaian digunakan untuk membersihkan kulit? Tentunya kulit manusia sangat berbeda dengan cucian pakaian bukan?

Gliseryn

(14)

Sebagai gantinya, industry sabun mandi mengganti glyserin dengan bahan sintetik kimia yang bisa saja tidak sesuai dengan tubuh kita.

Kelebihan Sabun Natural : 1. Tidak Membuat Kulit Kering 2. Menjaga Kelembapan Kulit 3. Menghasilkan Gliserin Alami 4. Tidak Menimbulkan alergi/iritasi

5. Busa alami dari proses pembuatan sabun

PERBEDAAN SABUN DAN DETERJEN

1. Sabun

a. Sabun adalah garam alkali karboksilat.

b. Molekulsabunlebihmudahterdegradasioleh bakteripengurai.

c. Tidak bisadipakaiuntuk mencucidalamair sadah,

karenasabunakanbereaksidengan ion Ca2+ dan Mg2+

d. Sabun adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali

e. Sabun biasanya digunakan untuk membersihkan suatu product yang

berhubungan langsung dengan kulit manusia seperti sabun mandi/ sabun handsoap yang membutuhkan pelembab dalam hal ini biasanya disebut moisture jika suatu sabun memiliki moisture makin besar maka makin lembut kulit kita menggunakannya.

2. Deterjen

a. Detergen adalah garam alkali alkil sulfat atau sulfoniat.

b. Molekul detergen harganya lebih murah dan sukar terdegradasi oleh bakteri pengurai.

c. Molekul detergen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ dan ion Mg2+

(15)

e. Deterjen digunakan sebagai sabun cuci pakaian

Proses terjadinya Misel

Misel adalah molekul-molekul surfaktan yang mulai berasosiasi karena

penambahan surfaktan berikutnya, pada satu saat akan tercapai keadaan Diana permukan antarmuka menjadi jenuh/ tretutupi oleh surfaktan dan

adsorbsisurfaktan ke permukaan-antarmuka tidak terjadi lagi. misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan kepala gugus hidroflik bersinggungan dengan solven yang mengelilinginya, mengasingkan ekor gugus hidrofobik didalam pusat misel

Misel biasanya berbentuk globular dan secara garis besar berbentuk speris, akan tetapi dapat pula berbentuk elipsoida, silinder, dan bilayer. Bentuk dan ukuran misel merupakan fungsi dari geometri molekular dari molekul surfaktan tersebut dan kondisi larutan seperti konsentrasi surfaktan, temperatur, pH, dan kekuatan ionik. Proses pembentukan misel disebut sebagai miselisasi.

Bentuk misel yang berukuran koloid termasuk koloid asosiasi. Perubahannya bersifat reversible. Koloid asosiasi ini meliputi :

- Sabun-sabun

- Alkil sulfat tinggi

- Alkil sulfonat tinggi

- Garam amina tinggi

- Zat-zat warna tertentu

(16)

- Polietilena oksida

Sabun, alkil sulfat, dan alkil sulfonat termasuk micelles anion, garam amina termasuk micelles kation sedang polietilena oksida termasuk micelles non ionic. Kenaikan temperature, menaikkan CMC dan pada temperature tinggi tidak terjadi lagi micelles. Adanya elektrolit, merendahkan CMC. Berat molekul koloid asosiasi pada CMC sudah dapat ditentukan dengan cara light scattering dan berharga 10.000-30.000 gram/mol. Banyak koloid anionic, kationik, dan non ionic merupakan emulgator, detergent dab stabilizer koloid yang baik. Beberapa merupakan stabilizer zat organic dalam air

Fenomena terbentuknya misel dapat diterangkan, yaitu dibawah konsentrasi kritis misel, konsentrasi surfaktan (sabun) yang mengalami adsorpsi pada antar muka bertambah jika konsentrasi surfaktan total dinaikkan. Akhirnya tercapailah suatu titik dimana baik antar muka maupun dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer keadaan inilah yang disebut kkm, jika sulfaktan terus bertambah lagi hingga berlebihan, maka mereka akan beragregasi terus membentuk misel. Pada peristiwa ini tenaga bebas sistem berkurang

Zat pengaktif permukaan (surfaktan) bersifat sebagai zat terlarut normal dalam Larutan encer,. Untuk larutan dengan konsentrasi tinggi/ larutan pekat, maka akan terjadi perubahan mendadak pada beberapa sifat fsik seperti: tekanan osmosis, turbiditas, daya hantar listrik dan tegangan muka. Surfaktan dan zat aktif permukaan merupakan spesies yang aktif pada antarmuka antara dua fase, seperti antarmuka antara fase hidrofl dan hidrofob.Surfaktan berakumulasi pada antarmuka, dan mengubah tegangan permukaan (Atkins,1997).

(17)

Misel adalah kumpulan molekul berukuran koloid, walaupun tidak ada tetesan lemak. Hal ini, disebabkan oleh adanya ekor hidrofobnya cenderung berkumpul, dan kepala hidroflnya memberikan perlindungan. Dan misel merupakan

penggabungan (agregasi dari ion – ion surfaktan), dimana rantai hidrokarbon yang lipofl akan menuju ke bagian dalam misel, meninggalkan gugus hidrofl yang berkontak dengan medium air. Misel hanya terbentuk diatas konsentrasi misel kritis (CMC) dan di atas temperature Kraft (Atkins, 1997).

Bentuk misel yang berukuran koloid termasuk koloid asosiasi. Perubahannya bersifat reversible. Koloid asosiasi ini meliputi :

- Sabun-sabun

- Alkil sulfat tinggi

- Alkil sulfonat tinggi

- Garam amina tinggi

- Zat-zat warna tertentu

- Ester gliserol tinggi

- Polietilena oksida

Referensi

Dokumen terkait

Pada k asus t ert ent u dim ana art ificial air w ay t idak ada, sedangkan r et ensi sput um banyak dapat dilakukan per lahan dengan m em ak ai k at et er suct ion yang sebelum ny a

Molekul shampo terdiri dari hidrokarbon nonpolar yang bersifat hidrofobik atau tidak suka bercampur dengan air, dan bagian ujung yang lain adalah ion karboksilat

Jumlah ligan atau bilangan koordinasi pada sistem solvasi ion Mn 2+ dengan atom oksigen dan hidrogen dalam molekul air dengan menggunakan mekanika molekul MM2bd

A. Bubuhkan produk pembersih di telapak tangan yang tertangkup, mencakup semua permukaan telapak tangan. Gosok hingga kering. Jika mencuci tangan dengan sabun dan air, basahi

JUMLAH KOLONI BAKTERI SEBELUM DAN SESUDAH MENCUCI TANGAN MENGGUNAKAN SABUN DAN DENGAN CAIRAN ANTISEPTIK PADA TELAPAK TANGAN PERAWAT DI RS PELABUHAN JAKARTA SKRIPSI Oleh

Perbandingan Jumlah Angka Bakteri Antara Mencuci Tangan Menggunakan Sabun Dengan Hand sanitizer pada Mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.. [Kendari]: