• Tidak ada hasil yang ditemukan

tiket masuk kimia organik 2

N/A
N/A
Priyok

Academic year: 2023

Membagikan "tiket masuk kimia organik 2"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

REAKSI SAPONIFIKASI SERTA PENGUJIAN SIFAT SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN

NAMA : MOCHAMMAD PRIYO UTOMO

NIM : 205100200111004

KELAS : E

KELOMPOK : E1

ASISTEN : ANDREAS

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2021

Pas foto 3 x 4 Boleh print di kertas ini

(2)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1 BAB V

REAKSI SAPONIFIKASI SERTA PENGUJIAN SIFAT SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN

TUJUAN :

● Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida

● Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen

A. Pre-lab

1. Bagaimana prinsip dasar terjadinya proses saponifikasi beserta reaksinya !

Saponifikasi berarti membuat sabun. Prinsip saponifikasi adalah dengan proses hidrolisis.

Lemak akan terhidrolisis oleh basa dan menghasilkan gliserol dan sabun mentah (Manurung, 2018). Dalam proses saponifikasi, terjadi reaksi antara trigliserida atau minyak kelapa sawit dan alkali sehingga terbentuk gliserol dan sabun yang garam sodium atau pottasium. Selain itu, saponifikasi juga dapat dilakukan melalui reaksi asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air. Proses saponifikasi terjadi pada suhu 80 – 100 °C (Wibowo, 2014). Dalam proses saponiifkasi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, seperti suhu operasi, pengadukan, dan konsentrasi reaktan (Sukeksi, dkk., 2017). Reaksi kimia pada proses saponifikasi sebagai berikut:

Gambar 1 Reaksi saponifikasi Sumber: Wibowo, 2014

Gambar 2 Reaksi saponifikasi trigliserida Sumber: Adventi, 2018

(3)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1

2. Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik secara struktur, sifat, bahan baku pembuatan maupun penggunaannya !

Sabun kalium juga biasa disebut dengan sabun lunak. Hal tersebut disebabkan karena sabun lunak mengandung ion kalium dalam proses pembuatannya (Saleh, dkk., 2016). Sabun kalium mempunyai rumus RCOOK. Bahan untuk pembuatan sabun ini adalah alkali kalium hidroksida (KOH). Contohnya K-palmitat dan K-stearat. Sifat dari sabun lunak ini yaitu lebih lunak dari sabun lain dan lebih mudah larut. Oleh karena sifatnya tersebut, fungsi sabun kalium atau sabun lunak dalam kehidupan sehari – hari sangatlah banyak, misalnya untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian, dan sabun pelengkapan rumah tangga (Naomi, dkk., 2013).

Sabun natrium juga bisa disebut dengan sabun keras. Hal tersebut karena sabun keras menggunakan bahan baku alkali natrium hidroksida (NaOH) dalam proses pembuatannya.

Contohnya Na-palmitat dan Na-stearet. Sabun natrium mempunyai rumus RCOONa. Sifat dari sabun keras ini yaitu bersifat keras dari sabun lainnya dan sedikit sulit untuk larut daripada sabun kalium. Kegunaan dari sabun natrium ini adalah untuk mencuci kotoran yang bersifat polar ataupun non polar) (Khuzaimah, 2018).

Detergen adalah prodak pencuci atau pembersih pakaian yang mengandung surfaktan.

Surfaktan ini mampu menghilangkan kotoran melalui proses fisika dan proses kimia terhadap unsur – unsur penyusun kotoran. Sifat deterjen antara lain, sebagai zat pengemulsi (emulgator), mudah larut dalam air, dan sukar diuraikan bakteri (Ningseh, 2017).

3. Jelaskan pengertian dan fungsi dari surfaktan dalam detergen serta berikan contohnya!

Detergen adalah surfaktan yang terkonsentrasi pada antarfasa dan mempunyai sifat sebagai bahan aktif permukaan sehingga dapat digunakan semagai emulgator. Surfaktan sendiri adalah garam natrium dan alkil benzen sulfonat berantai panjang. Sulfaktan ini mempunyai keunggulan, yaitu tidak menggendap pada air sadah. Surfaktan mempunyai ujung yang berbeda. Ujung surfaktan satu adalah hidrofilik atau suka air, sedangkan ujung surfaktan yang lain adalah hidrofobik atau suka lemak (Lestari, 2012). Surfaktan dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan nonionik, dan surfaktan amfoter. Pertama, surfaktan anionik adalah surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Contoh dari surfaktan anionik adalah alkil benzene sulfonate (ABS), linear alkil sulfonate (LAS), dan alpha olein sulfonate (AOS). Kedua, surfaktan kationik adalah surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.

Contoh surfaktan kationik adalah garam ammonium. Ketiga, surfaktan nonionik adalah surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contoh surfaktan nonionik adalah ester gliseren asam lemak dan ester sukrosa asam lemak. Keempat, surfaktan amfoter adalah surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Contoh surfaktan amtofer adalah surfaktan yang mengandung asam amIN9 (Yuniarsih, 2017). Akan tetapi, pada deterjen yang sering digunakan adalah surfaktan anionik karena mempunyai daya pembusaan yang baik (Ningseh, 2017).

Gambar 3 Surfaktan Sumber: Sakinah, 2019

(4)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan air sadah dan kesadahan air?

Air sadah atau air keras banyak dijumpai pada daerah yang lapisan tanah atasnya tebal dan terdapat pembentukan batu kapur. Air ini mempunyai kandungan mineral yang tinggi. Air sadah dibedakan menjadi 2, yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-) dan mengandung magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air sadah ini dinamakan air sadar sementara karena kesadahannya dapar dihilangkan dengan pemanasan air sehingga air itu dapat terbebas dari ion Ca2+ dan Mg2+. Sedangkan air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion selain ion biarbonat, misalnya ion Cl-, NO3+, dan SO42-. Air sadah ini disebut dengan air sadah tetap karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan dengan cara pemanasan. Akan tetapi, kesadahannya hanya bisa dihilangkan dengan cara mereaksikannya dengan zat kimia tertentu (Rahma, 2013).

Kesadahan air atau hardness adalah salah satu sifat kimia dari air. Biasanya penyebab air menjadi sadah karena adanya ion Ca2, Mg, dan adanya ion lain dari polyvalentmetal atau logam bervalensi banyak (seperti Al, Fe, Mn, Sr, dan Zn) dalam bentuk garam sulfat, klorida, dan bikarbonat dalam jumlah sedikit. Tingkat kesadahan air diberbagai tempat umumnya berbeda – beda. Jika kesadahan air tinggi berarti tempat tersebut banyak batuan kapurnya. Standar kesadahan air sudah ditentukan oleh Kementrian Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010 mengenai kualitas air minum, yaitu maksimum 500 mg/l. Jika kesadahan air melewati batas tersebut, maka akan menyebabkan beberapa penyakit seperti cardiovaskular desease (penyumbatan pembuluh darah jantung) dan batu ginjal (Nyoman, dkk., 2018).

5. Sebutkan 3 perbedaan sabun dengan detergen serta bagaimana hasil dari pengujian sifat sabun!

(gambarkan struktur molekul sabun dan detergen)

Sabun dan detergen mempunyai perbedaan. Salah satu perbedaannya, yaitu dari kandungannya. Sabun mempunyai kandungan gugus karboksilat sedangkan detergen mempunyai kandungan gugus sulfat atau sulfonat (Rachmah, 2020). Selain itu, sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hawani sedangkan detergen adalah surfaktan anionik-garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari natrium (RSO3-Na dan ROSO3-Na+) (Sari, 2015). Dikarenakan kandungan dari sabun dengan detergen berbeda, maka sifatnya juga berbeda. Sabun mempunyai sifat akan terhidrolisis parsial oleh air, dalam air bersifat basa, jika larutan sabun diaduk dalam air biasa akan menghasilkan buih tetapi jika diaduk dalam air sadah tidak akan menghasilkan buih, dan sabun mempunyai sifat membersihkan sedangkan detergen mempunyai sifat, yaitu tidak akan membentuk garam-garam tidak larut dengan ion kalsium dan magnesium yang terdapat dalam air sadah, termasuk asam kuat, dan dapat mencuci dengan baik (Wahyuni, 2018).

Kelebihan sabun dan detergen juga berbeda. Sabun mempunyai kelebihan, seperti mencuci dengan baik pada air lunak, dapat diuraikan mikroorganisme, dan tidak membuat iritasi pada kulit sedangkan detergen kelebihannya, seperti tidak mengendap dalam air sadah dan pembuatannya memerlukan sifat – sifat khusus. Kekurangan sabun dan detergen juga berbeda. Sabun mempunyai kekurangan, seperti suka larut dalam air, dapat diendapkan air sadah, membentuk asam, dan tidak dapat bereaksi atau mencuci pada larutan asam sedangkan detergen memiliki kekurangan, yaitu limbahnya yang dapat menimbulkan pencemaran dan detergen mengandung STTP (sodium

(5)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1

tripolyphate). STTP adalah senyawa fosfat untuk mengurangi kesadahan air (Arachea, et al., 2012).

Perbedaan yang terakhir adalah terletak pada struktur molekulnya. Gambar perbedaannya dibawah ini: (kiri = struktur molekul sabun dan kanan = struktur molekul detergen) (Alprianto, 2020)

Gambar 4 Struktur molekul sabun (kiri) dan Struktur molekul deterjen (kanan) Sumber: Alprianto, 2020

(6)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1 B. TINJAUAN PUSTAKA

a. Lemak

Lemak adalah ester asam lemak dengan gliserol yang diperoleh dari hasil hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa lipid lainnya.. Dalam satu lemak akan mengikat tiga molekul asam lemak.

Maka dari itu, lemak termasuk trigliserida. Rumus struktur lemak yaitu, R1-COOH, R2-COOH, dan R3-COOH yang merupakan molekul asam lemak yang terikat pada gliserol (Irmawati, 2013)

Fungsi lemak adalah sebagai sumber energi, bagian dari membaran sel, pelarut vitamin A, D, E, dan K, pelindung organ, dan mengatur suhu tubuh. Selain memiliki fungsi, lemak juga memiliki efek negatif jika mengonsumsinya berlebihan seperti kolesterol. Secara umum, asam lemak dalam lemak dibagi menjadi dua, asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh berasal dari hewani (daging, keju, mentega, dan krim susu) dan mengandung asam miristat, asam palmitat, dan asam stearat. Sedangkan, asam lemak tidak jenuh berasal dari tumbuhan (minyak, santan, dll) dan mengandung asam linoleat, asam linolenat, dan asam oleat (Marzuki, 2016).

Gambar 5 Struktur umum lemak Sumber: Marzuki, 2016 b. Minyak

Minyak merupakan ester dari asam lemak dan gliserol. Selain itu, minyak juga terdiri atas campuran kompleks dari macam-macam senyawa. Macam-macam penyusunnya seperti trigliserida (tag), diaclyglycerols (DGs), frre fatty acid (FFAs), fosfolipid, dan lain-lain. Penyusun minyak yang bermacam – macam tersebut akan mempengaruhi jenis minyak yang dihasilkan. Senyawa yang paling penting dan paling berpengatuh dalam minyak, yaitu gliserol esterified dengan asam lemak (FAs). Minyak yang berlebihan dalam sabun transparan akan menyebabkan sabun seperti berkabut. Sehingga untuk mendapatkan sabun yang transparan caranya membuat sabun gliserin.

Sabun gliserin adalah sabun dengan perhitungan saponifikasi yang tepat sehingga sabun tersebut tidak ada minyaknya atau kaustiknya yang berlebihan (Maqsuroh, 2018).

Gambar 6 Contoh struktur minyak atsiri Sumber: Adeodatus, 2020

(7)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1 c. KOH

KOH atau nama lainnya kalium hidroksida adalah bahan baku yang berguna di berbagai industri, misalnya pupuk, fosfat, kimia agro, baterai alkaline, industri tekstil, dan industri sabun.

KOH atau kalium hidroksida terbuat dari loham alkali kalium dengan nomor atom 19 pada tabel periodik (Sukeksi, dkk., 2017). KOH ini berbentuk kristal, berwarna putih, dan higroskopis.

Memiliki titik leleh sebesar 360 °C dan titik didih 1320 °C. Kelarutan dalam air sebesar 107 g/100g air. Senyawa ini adalah senyawa yang sangat berbahaya. Jika terkena langsung, dapat menyebabkan luka bakar kimia parah dan kebutaan. Oleh karena itu, dibutuhkan peralatan keselamatan yang lengkap saat akan menggunakan senyawa ini. Senyawa ini dapat ditemkan dalam bentuk murni dengan mereaksikan natrium hidroksida dengan kalium murni (Sudrajat, 2016).

Gambar 7 KOH atau Kalium hidroksida Sumber: Nadila, 2016

d. Aceton

Aseton termasuk kedalam keton yang paling sederhana. Biasanya aseton digunakan untuk pelarut polar dalam reaksi organik. Nama lain aseton adalah dimetil keton, 2-propanon, dan propan- 2-on. Senyawa ini berbentuk cairan tidak berwarna dan mudah terbakar. Aseton juga mempunyai kerapatan 0,79 g/cm3 dan mempunyai titik didih 56,2 °C. Aseron sering digunakan sebagai solven di beberapa polimer, industri, dan kosmetik. Selain itu, aseton dapat digunakan di industri cat, selulosa asetat, plastik, serat, karet, pernis, kosmetik, perekat, minyak pelumas, bahan baku pembuatan methyl isobutyl ketone, bisphenol a, methyl methacrylate, diaseton alcohol, proses ekstraksi, dan penyamakan kulit (Majid, 2019).

Gambar 8 Aseton Sumber: Widyanti, 2013 e. NaCl

NaCl memiliki nama lain natrium klorida atau garam meja. Ciri – ciri garam ini berbentuk padatan kristal atau bubuk dan berwarna putih. Senyawa natrium ini sangat melimpah di alam.

NaCl dapat larut dalam air tetapi dalam alkohol tidak bisa larut (Yenni, 2015). NaCl atau garam terdiri dari kation logam dan anion sisa asam. Contohnya larutan garam NaCl. Natrium klorida

(8)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1

terdiri dari kation Na+ yang berasal dari basa kuat NaOH dan anion Cl- yang berasal dari asam kuat HCl (Azizah, 2017).

Gambar 9 Struktur NaCl Sumber: Kilo, 2018 f. Aquades

Aquades adalah salah satu contoh pelarut yang mudah didapatkan dan harganua yang terjangkau. Aquades ini bersifat netral dan aman bagi tubuh. Oleh karena itu, tidak jarang jika digunakan dalam bahan makanan. Aquades atau air suling memiliki kadar mineral yang sedikit.

Aquades ini didapatkan dari hasil destilasi (Wibisono, 2017). Menurut proses destilasinya, aquades dibedakan menjadi tiga. Pertama, aquades (aqua destilata) adalah air yang didapatkan dari satu kali proses destilasi. Kedua, aquabides (aqua bidestilata) adalah air yang didapatkan dari dua kali proses destilasi. Ketiga, aquadenmin (aqua demineralisata) adalah air bebas mineral (baik ion positif maupun ion negatif).

Dalam melakukan destilasi atau penyulingan dapat dilakukan dengan 4 cara. Pertama, destilasi sederhana yaitu cara pemurnian air tercemar dengan perbedaan titik didih yang besar. Hal tersebut akan membuat zat pencemar akan tertinggal sebagai residu. Destilasi sederhana ini berguna untuk memisahkan campuran cair, misalnya air dan alkohol, air dan aseton, dll. Kedua, destilasi fraksionasi yaitu proses pemisahan sejumlah zat campuran (gas, padatan, cairan, suspensi, atau isotop) yang dipisahkan selama transisi fasa menjadi fraksi dalam komposisi yang bervariasi dan sesuai gradien/tingkatannya. Destilasi fraksionasi ini digunakan untuk memisahkan larutan yang memiliki perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh (kurang lebih sekitar 30 °C. Ketiga, destilasi uap yaitu salah satu cara penyulingan untuk memisahkan campuran senyawa yang memiliki titik didih 200 °C atau lebih. Destilasi ini menguapkan senyawa tersebut dengan suhu mendekati 100

°C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap. Keempat, destilasi vakum yaitu proses destilasi yang dapat digunakan pada tekanan 0,4 atm (≤ 300 mmHg absolut). Destilasi vakum ini berfungsi untuk menurunkan titik didih pada minyak berat sehingga dapat menghasilkan produk- produknya (Bernad, 2019).

Gambar 10 Struktur aquades Sumber: Hasanah, 2016

(9)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1 g. CaCl2 0,1 %

CaCl2 atau kalsium klorida salah senyawa anorganik. CaCl2 berwarna putih dan dapat ditemukan dalam bentuk larutan atau padatan (serpihan). CaCl2 adalah senyawa yang bertindak sebagai sumber kalsium (Ca) dalam larutan (Kamalia, 2017). CaCl2 ini dapat dibuat dengan proses mereaksikan batu kapur dengan asam klorida. Biasanya CaCl2 ini digunakan untuk bahan pengering dan desiccant agent pada industri petroleum. Selain itu, CaCl2 dapat bereaksi dengan Co3, flourida, dan sulfat membentuk garam (Bella, 2019).

Gambar 11 CaCl2

Sumber: Wang, et al., 2019 h. MgCl2 0,1 %

MgCl2 mempunyai nama lain, yaitu magnesium klorida. Senyawa ini termasuk ke dalam logam alkali tanah. Sifatnya, logam yang kuat, berwarna putih keperakan, dan ringan (Zuchrillah dan Julaika, 2017). Berat molekulnya sebesar 95,23 gram/mol. Bentuk senyawa ini berupa padatan kristal. Fungsi dari MgCl2 adalah sebagai koagulan dalam pengolahan air limbah industri dan sebagai fertilizer untuk pertanian. MgCl2 didapat dari proses kalsinasi dari dolomit dan asam klorida sebagai bahan bakunya (Hardiani, 2019).

Gambar 12 MgCl2

Sumber: Habibbeygi and Nikraz, 2018 i. FeCl2 0,1 %

FeCl2 biasa disebut besi(II) klorida atau fero klorida. FeCl2 adalah padatan titik leleh sebesar 1,023 °C dan diperoleh sebagai padatan off-white. FeCl2 termasuk asam Lewis yang kuat.

Biasanya FeCl2 ini berwarna pucat hijau. FeCl2 akan mengkristal dalam air sebagai kehijauan tertrahidrat. FeCl2 bereaksi cepat terhadap oksalat, bersifat higroskopis, dan tidak larut dalam eter (Rohmatina, 2015). FeCl2 berfungsi untuk sintesis lab kompleks besi, sebagai bahan untuk mengurangi zat flocculating dalam pengolangan air limbah, dll (Listiono, 2014).

j. Detergen

Detergen berfungsi untuk membersihkan pakaian dengan cara mengangkat kotoran yang diawali dengan proses pembentukan emulsi. Di dalam detergen terdapat bahan seperti abrasive, substansi, water softener, oxidants, dan enzim protease. Bahan dasar dari detergen adalah bahan aktif surfaktan. Surfaktan memiliki ciri khas pada sifat penggugusan polar. Akibatnya, surfaktan

(10)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1

detergen dibagi tiga jenis, yaitu detergen anionik, detergen kationik, dan detergen non ionik. Akan tetapi, detergen yang paling banyak digunakan adalah detergen anionik (Rahmawati, 2014).

Dalam bentuk sulfat dan sulfonat, jenis surfaktan yang digunakan adalah alkilbenzena sulfonat (ABS) dan linier alkil sulfat (LAS). LAS mudah diuraikan sehingga lebih banyak digunakan daripada ABS. Detergen LAS adalah garam sulfanik acid yang memiliki banyak isomer sekitar 26.

Struktur dari linier alkil sulfat atau (LAS) adalah C6H4SO3-Na+. Akan tetapi, senyawa LAS yang banyak digunakan adalah Linier alkilbenzena sulfonat dengan struktur C18H29O5S+Na+.

Senyawa LAS ini memiliki sifat seperti letak cincin benzen yang acak di sepanjang rantai karbon, harga yang murah, banyak digunakan, terionisasi sempurna sehingga larut dalam air, panjang rantai alkil 12, berbentuk garam Na atau Ca, resisten terhadap pengolahan anaerob, dan dapat terbiodegradasi pada kondisi aerob. Rumus kimia surfaktan sebagai berikut: (Rahmawati, 2014)

Gambar 13 Struktur umum surfaktan Sumber: Rahmawati, 2014

k. Air kran

Air merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan sehari – hari. Air dibutuhkan manusia untuk makan, mandi, mencuci, hingga memasak. Selain itu, air kran juga dapat digunakan untuk aquades dengan syarat harus melewati proses distilasi dahulu (Khotimah, dkk., 2017).

Berdasarkan asalnya air kran dibedakan menjadi dua, yaitu dari air tanah dan dari air PDAM. Pada umumnya, air kran mempunyai pH yang bernilai 7, tidak berwarna, dan tidak berbau (Rosanti, dkk., 2014).

(11)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1 C. DIAGRAM ALIR

a. Pembuatan sabun kalium

Samak

Diambil 30 tetes

Ditempatkan dalam gelas beaker 500 ml

Dipanaskan dalam gelas beaker 500 ml berisi air mendidih sambil diaduk

Dipanaskan (dan diaduk) hingga mendidih

Dipanaskan (dan diaduk) lagi selama 3 menit (hingga aroma alkohol hilang)

Dilakukan uji penyabunan dengan meneteskan beberapa tetes hasil reaksi ke dalam aquades

Diambil hasil tetesan (saponifikasi sempurna jika tidak ada tetesan lemak/sampel terhambur dalam aquades?

Saponifikasi sempurna

Dipanaskan hingga alkohol menguap sempurna

Ditandai cairannya kental liat, jangan gosong

Diaduk konstan

Sabun kalium (A) Saponifikasi sempurna

Dipanaskan kembali

Sampel Minyak

10 ml KOH dlm etanol 96%

2ml larutan etanol

2ml etanol

Aquades 30ml

B

Dibuat sabun natrium

C Diuji

(12)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1 b. Pembuatan sabun natium

Separuh sampel A (larutan B)

Diaduk dengan kuat

Padatan

Dipisahkan dengan kertas saring

Ditekan padatan sabun natrium

Endapan dimasukkan dalam gelas beaker

Diaduk hingga homogen

Sabun natrium (B)

c. Pengujian sifat sabun dan detergen

Pengujian kemampuan menghilangkan minyak atau lemak (Uji sifat sabun dan detergen dengan minyak)

 Sabun kalium

Minyak

Diteteskan sebanyak 2 tetes pada gelas arloji

Digoyangkan gelas arloji

Diamati perubahannya

Hasil

Separuh sampel A (larutan B)

Sabun natrium (B)

15 ml larutan NaCl jenuh

10 ml aquades

1 ml sabun kalium (A) Minyak

Hasil

(13)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1

 Sabun natrium

Minyak

Diteteskan sebanyak 2 tetes pada gelas arloji

Digoyangkan gelas arloji

Diamati perubahannya

Hasil

 Larutan Detergen

 Pembuatan Larutan Detergen

Detergen

Ditimbang 0,5 gram detergen

Dilarutkan dalam gelas beaker

Larutan detergen (C)

 Detergen

Minyak

Diteteskan sebanyak 2 tetes pada gelas arloji

Digoyangkan gelas arloji

Diamati perubahannya

Hasil

1 ml sabun natrium (B) Minyak

Hasil

Minyak Detergen

Aquades 10ml

Larutan Detergen (C)

Hasil

Larutan Detergen (C)

(14)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1

Pengujian sifat kesadahan sabun dan detergen

(Uji sifat sabun dan detergen dengan CaCl2 0,1%; MgCl2 0,1%; FeCl2, 0,1% dan Air kran)

 Pengujian Sabun Kalium

Diambil 4 tabung reaksi

Diisi 1 ml sabun kalium (A) setiap tabung reaksi

Diaduk tiap tabung reaksi

Diamati endapan yang terjadi tiap tabung reaksi

Hasil

 Pengujian Sabun Natrium

Diambil 4 tabung reaksi

Diisi 1 ml sabun kalium (B) setiap tabung reaksi

Diaduk tiap tabung reaksi

Diamati endapan yang terjadi tiap tabung reaksi

Hasil

Masing – masing tabung diisi 20 tetes CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%,

FeCl2 0,1% dan air kran

Hasil

Masing – masing tabung diisi 20 tetes CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%,

FeCl2 0,1% dan air kran

Hasil

(15)

Nama Mochammad Priyo Utomo NIM 205100200111004

Kelas E

Kelompok E1

 Pengujian Detergen

Diambil 4 tabung reaksi

Diisi 1 ml detergen setiap tabung reaksi

Diaduk tiap tabung reaksi

Diamati endapan yang terjadi tiap tabung reaksi

Hasil

Masing – masing tabung diisi 20 tetes CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%,

FeCl2 0,1% dan air kran

Hasil

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Adeodatus, Maria Astriyani. 2020. Uji Aktivitas Antihiperkolesterolemia Ekstrak Batang dan Akar Kemangi Hutan (Ocimum sanctum) terhadap Penurunan Kadar LDL dan Peningkatan Kadar HDL pada Tikus Putih. Skripsi. Kupang: Universitas Citra Bangsa

Adventi, Fransiska. 2018. Pengaruh Suhu Reaksi, Kecepatan Pengadukan dan Waktu Reaksi pada Pembuatan Sabun Padat dari Minyak Kelapa (Cocos nucifera L.). Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara

Alprianto, David. 2020. Dampak Penggunaan Smartphone terhadap Kepribadian Siswa Kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Bandar 1 Dusun Tratas, Desa Bandar, Kecamatan Bandar Kabupaten Pacitan Kelas VI. Skripsi. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Arachea, Buenafe T., et al. 2012. Detergent Selection for Enchanced Extraction of Membrane Proteins. Protein Expression and Purification, 86(1), 12 – 20

Azizah, Fadhilah Nur Azizah. 2017. Pengaruh Konsentrasi dari Jenis Larutan Asam, Basa, dan Garam terhadap Intensitas Cahaya Keluaran Serat Optik Berbentuk U. Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta

Bella, Paramaeshela. 2019. Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida Dari Batu Kapur Dan Asam Klorida Berkapasitas 35.000 Ton Per Tahun. Skripsi. Semarang: Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Bernad, Laurensius Frans. 2019. Analisis Mesin Penghasil Aquades Menggunakan Mesin Siklus Kompresi Uap dengan Pengaruh Putaran Kipas Sebelum Evaporator. Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma

Habibbeygi, Farzad and Hamid Nikraz. 2018. Compression Behaviour of Highly Expansive Clays Stabilised with a Green Stabiliser of Magnesium Chloride. International Journal of Geomate, 14(45), 144 – 150

Hardiani, Rully Afis. 2019. Pra Rencana Pabrik Magnesium Klorida dari Dolomit dan Asam Klorida dengan Proses Kalsinasi Kapasitas 50.000 ton/tahun. Skripsi. Malang: Institut Teknologi Nasional Malang

Hasanah, Faridatul. 2016. Desain Sensor Kapasitif untuk Penentuan Level Aquades. Skripsi. Jember:

Universitas Jember

Irmawati, Elis. 2013. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) pada Minyak yang Digunakan Oleh Pedagang Gorengan Diseputaran Jalan Manek Roo Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Skripsi. Aceh Barat: Universitas Teuku Umar

Kamalia, Siti. 2013. Pengaruh Konsentrasi Cacl2 Pada Nutrisi Hidroponik Sistem Sumbu Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Produksi Tiga Varietas Selada (Lactuca Sativa L.). Skripsi. Jember:

Universitas Jember

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Khotimah, Husnul, Erika Wulan Anggraeni, dan Ari Serianingsih. 2017. Karakteristik Hasil Pengolahan Air Menggunakan Alat Destilasi. Jurnal Chemurgy, 1(2), 34 – 38

Khuzaimah, Siti. 2018. Pembuatan Sabun Padat dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau, 2(2), 11

Kilo, Akram La. 2018. Kimia Anorganik Struktur dan Kereaktifan. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo Press

Lestari, Puji. 2012. Pembuatan dan Karakterisasi Membran Komposit Kitosen – Selulosa Diasetat – TiO2 untuk Pengolahan Limbah Deterjen. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga

Listiono, Arsela Eko. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Berbantukan Web pada Mata Pelajaran Kimia di Kelas X IPA I SMA Negeri 4 Kota Bengkulu. Skripsi. Bengkulu: Universitas Bengkulu

Majid, Nur Arif. 2019. Prarancangan Pabrik Aseton Proses Dehidrogenasi Isopropanol Kapasitas 30.000 Ton/Tahun. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Manurung, Hotman. 2018. Ekstraksi Minyak dari Serat Mesokarp Kelapa Sawit untuk Menghasilkan Konsentrat Karotenoid dan Nanoemulsi Sebagai Pewarna Alami Pangan. Disertasi. Medan:

Universitas Sumatera Utama

Maqsuroh, Fiki Hurum. 2018. Analisis Minyak Zaitun, Sawit, Babi, dan Campuran Berbasis Data FTIR dengan Kualifikasi Menggunakan PCA dan CA. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Marzuki, Lutfi. 2016. Pengaruh Penambahan Cod Liver Oil pada Pakan Komersial terhadap Rasio Asam Lemak Jenuh dan Asam Lemak Tak Jenuh pada Daging Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii). Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga

Nadila, Nini. 2016. Sintesis Mikroalga Chlorolla Vulgaris Menjadi Biodiesel Melalui Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi (Studi Metode Ekstraksi Lipid dan Pengaruh Konsentrasi Katalis KOH). Skripsi. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya

Naomi, Phatalina, Anna M. Lumban Gaol, dan M. Yusuf Toha. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Teknik Kimia, 19(2) Ningseh, Fifi Nur Hidayah. 2017. Formulasi Deterjen Serbuk Sebagai Penyuci Najis Mughalladzah

dengan Variasi Tanah Kaolin-Nano Bentonit. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Nyoman, Regina Ni, Imtihanah Amri, dan Haerani Harun. 2018. Perbandingan Kadar Kesadahan Air PDAM dan Air Sumur Suntik Kelurahan Tondo Kota Palu Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 5(3), 12 – 21

Rachmah, Yunita Nur. 2020. Uji Toksisitas Akut Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dan Timbal (Pb) terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Skripsi. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Rahma. 2013. Pengaruh Ketebalan Arang Tempurung Kelapa terhadap Tingkat Kesadahan Air di Wilayah Kerja Puskesmas Sudu Kabupaten Enrekang Tahun 2013. Skripsi. Makassar:

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Rahmawati.. 2014. Pengaruh Pemberian Detergen terhadap Daya Tetas Telur Argulus japonicus.

Skirpsi. Surabaya: Universitas Airlangga

Rohmatina, Ita. 2015. Tingkat Efektivitas Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek Materi Reaksi Redoks dan Aplikasinya pada Pengolahan Limbah Batik Kelas X MA Salafiyah Simbang Kulon Pekalongan Tahun 2014/2015. Skripsi. Semarang: Universitas Agama Islam Negeri Walisongo

Rosanti, Kartika Try, Ika Rochdjatun Sastrahidayat, dan Abdul Latief Abadi. 2014. Pengaruh Jenis Air terhadap Perkecambahan Spora Jamur Colletotrichum capsici pada Cabai dan Fusarium oxysporum f. Sp. lycopersicii. Jurnal Hama Penyakit Tumbuhan, 2(3), 109 – 120

Sakinah, Isti Fanya. 2019. Karakteristik Surfaktan pada Proses Perolehan Minyak dari Air Formasi.

Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Saleh, Chairul, Daniel tarigan, dan Rabiatul Adhawiyah Al-Idrus. 2016. Sintesis Sabun Lunak yang Mengandung Polihidroksi dari Minyak Biji Kakao (Theobroma cacao, L). Jurnal Kimia Mulawarman, 13(2), 68 – 72

Sudrajat, A Bagus Nur. 2016. Karakterisasi Sifat Fisik dan Fungsioal Isolat Protein Koro Benguk (Mucuna pruriens). Skripsi. Jember: Universitas Jember

Sukeksi, Lilis, Andy Junianto Sidabutar, dan Chandra Sitorus. 2017. Pembuatan Sabun dengan Menggunakan Kulit Buah Kapuk (Ceiba petandra) Sebagai Sumber Alkali. Jurnal Teknik Kimia, 693, 8 – 13

Wahyuni, Sri. 2018. Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Padat Transparan Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Willd.) dan Ekstrak Kulit Batang Banyuru (Pterospermum celebicum Miq.) terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Skripsi. Makassar:

Universitas Hasanuddin

Wang, Kaikai, et al. 2019. Effects of Exogenus Calcium Chloride (CaCl2) and Ascorbic Acid (AsA) on The γ-aminobutyric acid (GABA) Metabolism in Shredded Carrots. Postharvest Biology and Technology, 152, 111 – 117

Wibisono, Prasetyo. 2017. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Aquades Cacing Tanah Lumbricus rubellus, Cacing Tanah Eisenia foetida, dan Cacing Laut Nereis sp. terhadap Salmonella typhi. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya

Wibowo, Stephanie Cinthya. 2014. Efek Perbedaan Basa terhadap Karakteristik Fisik Sabun Batang Transparan Minyak Jahe. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Widayanti, Nanda. 2013. Karakteristik Membran Selulosa Asetat dengan Variasi Komposisi Pelarut Aseton dan Asam Format. Skripsi. Jember: Universitas Jember

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Yaniarsih, Nia. 2017. Perlukah Kita Menggunakan Obat Kumur?. Farmasetika, 2(4), 14 – 17

Yenni. 2015. Pengaruh Penggunaan Cairan NaCl 0,9% dan Tindakan Oral Hygiene di Ruangan Neurologi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Skripsi. Sumatera Barat: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Zuchrillah, Daril Ridho dan Shofiyya Julaika. 2017. Pengaruh Suhu dan Waktu Furnace dalam Pembuatan MgCl2. 6H2O dari Bittern. Nasional Sains dan Teknologi Terapan V, 189 – 194

Referensi

Dokumen terkait

2. Pengaruh Lingkungan enyebabkan hujan asam. pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 diatmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam

sulfat bereaksi dengan benzene. Pada nitrasi akan terbentuk air, inaktivasi atau penghilangan air adalah perlu untuk menghindari pengenceran asam nitratnya meskipun merupakan

Larutan A bereaksi dengan larutan B membentuk endapan berwarna putih yang larut dalam air panas. Larutan B bereaksi dengan larutan D membentuk endapan

Pemutih biasanya dijual dalam bentuk larutannya dan digunakan untuk menghilangkan kotoran atau noda berwarna yang sukar dihilangkan dengan hanya menggunakan sabun atau

Logam Mg padat larut dalam air, yang menunjukkan perubahan entropi dari sistem teratur (padat) menjadi kurang teratur (cair).. Pada awal bereaksi, larutan berwarna

Reaksi ini terjadi ketika beberapa senyawa ionik, misalnya, asam tertentu, basa, dan garam, larut dalam air; mereka terlibat dalam proses yang sangat penting untuk

Kedua, uji Ninhydrin berguna untuk mengetahui sampel atau senyawa yang diuji mengandung protein dan asam amino sedangkan uji Biuret berguna hanya untuk mengetahui protein ikatan peptida

Berarti hanya larut dalam pelarut Organik/ non polar.CCl4 • Bila halogen laru tdalam air, itu karena halogen bereaksi dengan air.. • I2 mudah larut dalam larutan KI, karena akan