UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT
NAMA : MOCHAMMAD PRIYO UTOMO
NIM : 205100200111004
KELAS : E
KELOMPOK : E1
ASISTEN : JOSHUA
JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2021
Pas foto 3 x 4
BAB III
UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT TUJUAN :
• Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif karbohidrat
• Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode 1. PRE-LAB (Sitasi, max. 2 halaman)
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ? Karbohidrat tersusun atas 3 unsur, yaitu Carbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Karbohidrat berfungsi untuk menghasilkan energi, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses.
Karbohidrat dibedakan menjadi dua jenis, karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks (Siregar, 2014). Penjelasannya sebagai berikut:
Karbohidrat Sederhana
Adalah karbohidrat yang tersusun dari 3 senyawa. Pertama, monosakarida yaitu molekul dasar dari karbohidrat. Kedua, disakarida yaitu terbentuk dari dua monosa yang saling terikat.
Ketiga, oligosakarida yaitu gula rantai pendek yang dibentuk oleh galaktosa, glukosa, dan fruktosa (Siregar, 2014).
Monosakarida
Monosakarida dibagi menjadi tiga jenis. Pertama, yaitu glukosa yang merupakan hasil akhir dari pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Kedua, yaitu fruktosa atau gula buah yang dapat ditemukan di dalam madu, nektar bunga, dan sayur.
Ketiga, adalah galaktosa yang merupakan hasil dari pencernaan laktosa (Siregar, 2014).
Disakarida
Disakarida dibagi menjadi tiga jenis. Pertama, yaitu sukrosa atau gula tebu yang terdapat di dalam buah, sayuran, dan madu. Kedua, yaitu maltosa atau gula malt yang terbentuk di setiap pecahan pati. Ketiga, laktosa atau gula susu. yang terdapat dalam susu dan mengandung satu unit glukosa dan satu unit galaktosa. Laktosa ini tidak dapat dicerna, tidak dapat diserap, dan tetap tinggal di dalam saluran pencernaan (Siregar, 2014).
Oligosakarida
Oligosakarida adalah gula rantai pendek yang dibentuk oleh galaktosa, glukosa, dan fruktosa. Selain itu, oligosakarida dibentuk dari polimer dua hingga sepuluh monosakarida.
Oligosakarida dan disakarida sebetulnya hampir sama, tetapi perannya dalam ilmu gizi berbeda dan sangat penting sehingga dibagi secara terpisah (Siregar, 2014).
Karbohidrat Kompleks
Selanjutnya, ada karbohidrat kompleks. Karbohidrat kompleks terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida dan serat. Serat pada karbohidrat kompleks disebut polisakarida nonpati (Siregar, 2014). Penjelasannya sebagai berikut:
Polisakarida
Polisakarida terdiri dari beberapa jenis, seperti pati, dekstrin, glikogen, dan polisakarida nonpati. Pertama, pati adalah karbohidrat utama yang biasanya dikonsumsi oleh manusia yang ada di tumbuh-tumbuhan. Kedua, dekstrin adalah produk antara pencernaan pati melalui proseshidrolisis. Ketiga, glikogen atau pati hewan. Disebut pati hewan karena glikogen
adalah bentuk simpanan karbohidrat di dalam tubuh manusia dan hewan terutama di dalam hati dan otot (Siregar, 2014).
Polisakarida non pati atau serat
Polisakarida non pati atau serat terdiri dari komponen selulosa dan non serat. Ada beberapa contoh dari polisakarida non pati atau serat. Contohnya seperti, selulosa, hemiselulosa, pektin, gum, dan mucilage. Polisakarida non pati atau serat ini mempunyai peran yang sangat penting. Salah satu perannya adalah mencegah berbagai penyakit di dalam tubuh (Astuti, 2017).
2. Bagaimanakah reaksi yang terjadi antara reagent Molisch dengan sampel?
Uji Molisch adalah uji umum untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat secara kualitatif.
Uji Molisch ini menggunakan 1 ml glukosa 5%, 1 ml sukrosa 5%, 1 ml pati 5%, aquades sebagai kontrol, dan ditambahkan sebanyak 3 tetes larutan alfa-naftol. Setelah itu, dikocok dan ditambahkan 1 mL asam sulfat pekat. Reaksi yang terjadi antara reagen Molisch dengan sampel adalah timbulnya warna ungu pada cincin (perbatasan kedua cairan) yang terbentuk setelah uji berlangsung. Jika ada terbentuk cicin ungu antara lapisan larutan dan asam sulfat pekat menandakan adanya karbohidrat (positif) (Lapu dan Telussa, 2013).
3. Bagaimanakah reaksi yang terjadi antara larutan yodium dengan sampel?
Uji Yodium ini menggunakan 1 tetes dekstrin 5%, 1 tetes sukrosa 5%, 1 tetes pati glukosa 5%, dan 1 tetes pati 5%. Empat larutan tersebut berfungsi sebagai sampel. Sampel – sampel tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan yodium 5% sebanyak 1 tetes setiap tabungnya. Jika positif, reaksi yang terjadi antara yodium dengan sampel berbeda – beda. Sampel pati akan menghasilkan warna biru, sampel dekstrin akan mengasilkan warna coklat, monosakarida , dan disakarida tidak menghasilkan warna (transparan) (Fitri dan Fitriana, 2020).
4. Apa prinsip uji benedict dan sampel apa saja yang bereaksi positif terhadap reagen benedict?
Uji benedict adalah uji umum untuk mengidentifikasigula pereduksi di salam sampel. Uji ini menggunakan reagen benedict dan 3 sampel (glukosa, fruktosa, dan sukrosa). Prinsip dari uji benedict ini yaitu gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi akan mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis yang didapat dari Na2CO3 dan Na sitrat pada reagen Benedict sehingga menjadi Cu+ dan mengendap menjadi Cu2O (Ratna dan Yulistiani, 2015). Jika sampel yang diuji positif, akan menunjukkan adanya kekeruhan dan perubahan warna yang awalnya biru menjadi hijau kekuningan hingga merah bata (Nadeak, 2018).
Sampel yang bereaksi terhadap reagen Benedict adalah sukrosa (endapan merah bata), dan fruktosa (endapan merah bata dan warna hijau) (Kusbandari, 2015).
5. Jelaskan prinsip dari uji barfoed!
Uji barfoed adalah uji yang digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat jenis monosakarida. Uji ini menggunakan reagen barfoed dan 4 sampel (glukosa, fruktosa, maltosa, dan sukrosa). Prinsip dari uji ini yaitu gula pereduksi pada monosakarida akan mereduksi ion Cu2+ pada reagen barfoed.Sehingga menghasilkan Cu2O atau kupro oksida berwarna merah bata. Jadi, dapat dikatakan jika uji barfoed positif hasil reaksinya akan membentuk endapan merah bata (Kusbandari, 2015).
2. TINJAUAN PUSTAKA (max. 4 halaman)
(Masing-masing diberi pengertian. Untuk glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, pati, dan dekstrin diberi gamber struktur. Pengertian dan gambar diberi sitasi).
1. Reagen molisch
Reagen molisch adalah reagen yang digunakan untuk uji molisch. Reagen molisch ini terdiri dari ɑ-nafthol dalam alkohol 95% (Sa’adah dan Nurhasnawati, 2015). Reagen ini berbentuk larutan. Larutan ini sangatlah berbahaya jika terkenanya secara langsung. Dapat menimbulkan iritasi mata dan kulit saat terkena kontaknya secara langsung. Selain itu, reagen ini juga mempunyai sifat mudah terbakar. Cara membuat larutan ɑ-nafthol reagen molisch, yaitu melarutkan 1 gram ɑ-nafthol hidroksida dan 16 gram natrium karbonat dalam 100 ml aquades (Zulharmitta, dkk., 2012).
2. H2SO4
Asam sulfat atau H2SO4 adalah asam mineral anorganik yang kuat. Biasanya asam sulfat digunakan untuk keperluan praktikum dan kebutuhan sekolah. Dalam penggunaannya, asam sulfat bisa digunakan dalam konsentrasi pekat atau encer. Konsentrasinya dibagi menjadi beberapa macam. Contohnya seperti 10% asam sulfat encer untuk kegunaan laboratorium dan praktik, 33,53% untuk asam baterai, 62,18% untuk asam pupuk, 73,61% untuk asam menara, dan 97% asam pekat. Sifat kimia asam sulfat salah satunya adalah dapat bereaksi dengan air.
Reaksi hidrasi asam sulfat sangat eksotermik. Sebagai asam, asam sulfat dapat bereaksi dengan macam-macam basa dan menghasilkan garam sulfat. Contohnya garam tembaga tembaga (II) sulfat yang dibuat dari reaksi tembaga (II) oksida dengan asam sulfat. Asam sulfat juga bereaksi dengan kebanyakan logam dengan reaksi penggantian tunggal dan menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat. Biasanya H2SO4 akan bereaksi dengan logam seperti besi, aluminium, seng, mangan, magnesium, dan nikel. Selain itu, asam sulfat juga bisa sebagai oksidator. Sifat oksidator asam sulfat akan mulcul dalam suasana pekat dan panas (Januastuti, 2015).
Gambar 1 Struktur asam sulfat Sumber: Januastuti, 2015 3. Larutan yodium
Larutan yodium adalah larutan yang digunakan untuk uji yodium. Larutan ini dibuat dari campuran beberapa senyawa seperti, I2, KI, dan aquades. Cara pembuatan larutannya, yaitu mengambil senyawa I2 sesuai ukurannya dan meletakkannya di atas gelas arloji. Larutkan I2
dengan aquades secukupnya ke dalam gelas beaker. Siapkan KI dan pindahkan ke dalam gelas beaker 250 ml yang berisi I2. Tambahkan aquades sampai batas atas dan homogenkan. Beri label dan larutan yodium siap digunakan (Nisa, dkk., 2020).
4. Reagen barfoed
Reagen barfoed adalah reagen yang digunakan untuk uji barfoed. Reagen ini dibuat dari campuran beberapa senyawa, seperti kupri asetat (Cu(CH3COO)2, aquades, dan asam asetat (CH3COOH). Reagen ini adalah reagen yang cukup berbahaya. Jika terkena secara langsung akan menyebabkan iritasi mata, kulit, hingga gangguan indera tubuh. Selain itu, eragen barfoed ini juga mudah terbakar. Cara pembuatan reagen barfoed ini, yaitu kupri asetat (Cu(CH3COO)2 dilarutkan dengan aquades. Setelah kupri asetat (Cu(CH3COO)2 larut, asam asetat (CH3COOH) ditambahkan. Reagen barfoed ini lebih cepat direduksi oleh gula pereduksi monosakarida dalam suasana asam (Saputra, 2015).
5. Ragen benedict
Reagen benedict adalah reagen yang digunakan untuk uji benedict. Reagen ini terbuat dari beberapa campuran yang terdiri atas, natrium sitrat, natrium karbonat, aquades, air hangat, dan tembaga sulfat. Proses pembuatan reagen benedict, yaitu menyiapkan 50 gram natrium sitrat dan 86,5 gram natrium karbonat dalam air hangat sebanyak 300 ml dan tembaga sulfat sebanyak 8,65 gram. Kemudian, larutan tersebut dicampur di dalam labu ukur 500mL dan tambahkan aquades hingga tanda batas. Langkah terakhir, homogenkan dengan cara mengocoknya bolak-balik (Indarti dan Asnawati, 2011).
6. Glukosa
Glukosa adalah contoh gula monosakarida. Rumus kimia glukosa yaitu C6H12O6. Glukosa termasuk ke dalam aldosa karena memiliki gugus fungsi aldehid. Aldosa mudah dioksidasi yang menghasilkan asam karboksilat dan bereaksi dengan pereaksi Tollens. Dalam larutan Tollens, glukosa mereduksi Ag+ menjadi Ag (Amira, 2017). Berwujud padat, berbentuk kristal, berwarna putih, dan berasa manis. Glukosa mudah teroksidasi oleh perak atau ion tembaga. Jika ditambahkan dengan larutan perak nitrat amoniak akan terjadi cermin perak.
Selain itu, glukosa juga disebut dekstrosa karena strukturnya sebagaian besar berada dalam bentuk D- yaitu D-glukosa (Devita, 2013)
Gambar 2 Struktur glukosa Sumber: Ramadhanti, 2016 7. Fruktosa
Fruktosa adalah suatu heksulosa dan bisa disebut levulosa. Rumus kimia yaitu C6H12O6. Fruktosa murni berwarna putih, larut dalam air, dan berbentuk padat. Memiliki titik leleh pada 103 °C, massa molar sebesar 180,16 mol/g, dan memiliki kestabilan tinggi untuk meningkatkan cita rasa prodak. Fruktosa salah satunya heksulosa yang terdapat di alam dan mudah ditemukan. Fruktosa terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa. Selain itu, fruktosa juga dapat terbentuk dari hidrolisis suatu disakarida yang disebut sukrosa dan fruktosa (gula pereduksi) (Arifin, 2014)
Gambar 3 Struktur fruktosa Sumber: Arifin, 2014 8. Sukrosa
Sukrosa atau gula adalah karbohidrat dengan rumus kimia C12H22O11. Sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari 2 komponen monosakarida, yaitu D-glukosa dan D-fruktosa.
Memiliki berat molekul 342,30 gram/mol. Sukrosa berupa padatan dan berwarna putih jernih.
Warna tersebut tergantung pada kemurniannya. Titik leleh sukrosa adalah 160 °C. Biasanya disakarida bersifat mereduksi fehling (benedict) tetapi sukrosa tidak mereduksi fehling.
Sukrosa sedikit larut dalam gliserol dan piridin dan mudah larut dalam air. Sukrosa juga dapat mengalami hidrolisa dalam larutan asam encer atau oleh ensim invertase menjadi glukosa dan fruktosa (Musdalifah, 2019).
Gambar 4 Struktur kimia sukrosa Sumber: Musdalifah, 2019 9. Maltosa
Maltosa adalah salah satu disakarida yang didapatkan dari hasil hidrolisis parsial tepung (amilum). Biasanya juga disebut gula malt dan memiliki rumus C12H22O11 (Iramain, et al., 2016). Maltosa terdiri atas 2 molekul ɑ-D-glukosa dan β-D-glukosa. Dari struktur tersebut dapat dilihat bahwa gugus –O– sebagai penghubung antar unit yang mengubungkan C 1 dari ɑ-D-glukosa dengan C 4 dari β-D-glukosa. Konfigurasi ikatan glikosida pada maltosa selalu alpha karena maltosa terhidrolisis oleh alpha-glukosidase. Satu molekul maltosa terhidrolisis menjadi dua molekul glukosa. Maltosa ini dapat di temui dalam biji – bijian dan hasil dari pencernaan pati. (Arifin, 2014). Struktur glukosa sebagai berikut:
Gambar 5 Struktur maltosa Sumber: Arifin, 2014
10. Pati
Pati merupakan salah satu dari bentuk utama karbohidrat dalam makanan. Rumus kimia pati yang bermolekul air adalah C6H10O5.H2O (Wahidah, 2017). Pati juga termasuk polisakarida yang terbentuk dari sejumlah molekul glukosa dengan ikatan ɑ-glikosidik. Kadar air pati cukup rendah sekitar (10 – 14%). Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas, yaitu fraksi terlarut (amilosa) dan fraksi tidak terlarut (amilopektin).
Pertama, fraksi terlarut atau amilosa terbentuk dari molekul D-glukopiranosa yang berkaitan ɑ-(1,4) dalam struktur rantai lurus. Jika lengkap, jumlah molekul amilosa bisa sampai 3000 unit D-glukopiranosa. Kedua, fraksi tidak terlarut atau amilopektin. Fraksi ini terdiri dari molekul D-glukosa yang berikatan ɑ-(1,4) dan ikatan silang ɑ-(1,6). Adanya ikatan tersebut menyebabkan bentuk molekul dari amilopektin bercabang-cabang. Biasanya 24-30 unit D- glukopiranosa berada di titik percabangan amilopektin (Widyatmoko, 2015).
Gambar 6 Struktur Pati Sumber: Zulaidah, 2012 11. Dekstrin
Dekstrin adalah salah satu glukosa yang mengandung polimer sakarida dengan ikatan ɑ- 1,4, D-glukosa, dan memiliki rumus yang sama seperti pati tetapi lebih kecil dan lebih kompleks. Rumus kimia dekstrin adalah (C6H10O5)n. Dekstrin ini termasuk dalam oligosakarida karena dibentuk dari hasil hidrolisa tidak sempurna. (Sugimoto, et al., 2011).
Dekstrin umumnya diproduksi dengan hidrolisa pati dan dapat diperoleh dengan bantuan enzim. Berdasarkan proses membuatnya, dekstrin dapat dibedakan menjadi dekstrin putih, dekstrin kuning, British Gum, dan dekstrin Schardinger atau siklodekstrin (Pudiastuti dan Pratiwi, 2013). Sifat dekstrin, antara lain bereaksi dengan iodin membentuk warna biru dan larut dalam alkohol 25% (biasa disebut amilodextrin). Kegunaan dekstrin ini sangatlah banyak, seperti sebagai bahan pengisi dalam industri farmasi, bahan pengental, pengisi serbuk minuman, komponen penyusun makanan bayi, meningkatkan kerenyahan pada kentang goreng, dll (Supriyatna, 2012).
Gambar 7 Struktur Dekstrin Sumber: Sukainah, 2017
3. DIAGRAM ALIR 1. Uji Molisch
Dimasukkan1 ml ke dalam tabung reaksi
Dikocok
Diamati perubahan yang terjadi
2. Uji Yodium
Diteteskan 1 tetes pada cawan petri
Diamati perubahan yang terjadi
Duplo Larutan Sampel
2 tetes Reagen Molisch
Hasil
1 ml H2SO4
1 tetes larutan yodium
Hasil Larutan Sampel
3. Uji Barfoed
Dimasukkan 5 tetes ke dalam tabung reaksi
Dipanaskan dalam pemanas air
Diamati perubahan yang terjadi
4. Uji Benedict
Dimasukkan 2 tetes ke dalam tabung reaksi
Dipanaskan di atas api bunsen
Diamati perubahan yang terjadi
Duplo Larutan Sampel
1 ml reagen Barfoed
Hasil
Larutan sampel
Hasil
1 ml Reagen Benedict
Arifin, Muhammad Nur. 2014. Studi Perbandingan Kinetika Reaksi Hidrolisi Tepung Tapioka dan Tepung Maizena dengan Katalis Asam Sulfat. Skripsi. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya
Arifin, Muhammad Nur. 2014. Studi Perbandingan Kinetika Reaksi Hidrolisi Tepung Tapioka dan Tepung Maizena dengan Katalis Asam Sulfat. Skripsi. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya
Astuti, Engrid Juni. 2017. Serat Pangan dalam Produk Pangan Fungsional. Researh Report, 168 – 172
Devita, Christianti. Perbandingan Metode Hidrolisis Menggunakan Enzim Amilase dan Asam dalam Pembuatan Sirup Glukosa dari Pati Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas, L). Skripsi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang
Fitri, Ardhista Shabrina dan Yolla Arinda Nur Fitriana. 2020. Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat. Sainteks, 17(1), 45 – 52
Indarti, Dwi dan Asnawati. 2011. Karakterisasi Film Nata De Coco – Benedict secara Adsorpsi untuk Sensor Flukosa dalam Urine. Jurnal Ilmu Dasar, 12(2), 200 – 209
Iramain, Maximiliano Alberto, Lilian Davies, and Silvia Antonia. 2016. FTIR, HATR, and FT- Raman Studies on the Anhydrous and Monohydrate Species of Maltose in Aqueous Solution.
Carbohydrate Research, 428, 41 – 56
Januastuti, Lia. 2015. Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Plastik Biodegradable dengan Plasticizer Sorbitol. Skripsi. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya
Kusbandari, Aprilia. Analisis Kuantitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana, 5(1), 35 – 42
Lapu, Petrus dan I. Telussa. 2013. Analisis Kandungan Pati Resistensi dari Beberapa Jenis Pati Sagu di Maluku dengan Variasi Suhu Pemanasan. Indonesian Journal of Chemical research, 1(1), 6 – 14
Musdalifah, Ulfa. 2019. Pengaruh Penambahan Gula dan Larutan Blancing terhadap Fenol Total Tanin dan Sifat Fisik Serbuk Temu Ireng Instan (Curcuma aeruginosa Roxb). Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Mercu Buana
Nadeak, Fitri Dian Puspa. 2018. Penentuan Kadar Glukosa Urine di Laboratorium Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Skripsi. Medan: Universitas Medan Area
Nisa, Siti Rofiatu, Hari Santoso, Ahmad Syauqi. 2020. Analisis Kadar Vitamin C pada Selai Stroberi (Fragaria sp. – Buah Naga (Hylocereus costaricensis). E-Jurnal Ilmiah Sains Alami (Known Nature), 2(2), 1 – 7
Pudiastuti, Lis dan Tika Pratiwi. 2013. Pembuatan Dekstrin dari Tepung Tapioka Secara Enzimatik dengan Pemanas Microwave. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(2), 169 – 176
Ramadhanti, Annisa Putri. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Honje Hutan Etlingera hemisphaerica (Blume) R.M.Sm terhadap Kadar Glukosa dan Kadar Malondialdehid Mus musculus Swiss Webster yang Terpapar Merkuri Klorida (HgCl2). Skripsi. Bengkulu:
Universitas Bengkulu
Ratna, Ayu dan Fitria Yulistiani. 2015. Pembuatan Gula Cair dari Pati Singkong dengan Menggunakan Hidrolisis Enzimatis. Jurnal Fluida, 11(2), 9 – 14
Sa’adah Hayatus dan Henny Nurhasnawati. 2015.Perbandingan pelarut Etanol dan Air pada Pembuatan Ekstrak Umbi Bawal Tiwai (Eleutherine americana Merr) Menggunakan Metode Maserasi. Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(2), 149 – 153
Saputra, Dede Pratama. 2015. Hidrolisis Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Menjadi Sirup Glukosa dengan Katalis Asam Klorida. Skripsi. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya
Siregar, Nurhamidah Sari. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 13(2), 38 – 44
Sugimoto, Tozhikazu, Kenichi Horaguchi, and Hiroshi Shoji. 2011. Indigestible Dextrin Stimulates Glucoamylase Production in Submerged Culture of Aspergillus Kawachii. Journal of Industrial Microbiology and Biotechnology, 38(12), 1985 – 1991
Sukainah, Andi. 2017. Modifikasi Tepung Jagung dengan Fermentasi. CV Agus Corp: Makassar
Supriyatna, Nana. 2012. Produksi Dekstrin dari Ubi Jalar Asal Pontianak Secara Enzimatis.
Biopropal Industri, 3(2), 51 – 56
Wahidah, Nur. 2017. Kinetika Kimia Glukosa dari Pati Umbi Talas (Colocasia esculenta L. Schott) dengan Katalisator Enzim ɑ-Amilase dan Glukoamilase. Skripsi. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Zulaidah, Agustien. 2012. Peningkatan Nilai Guna Pati Alami melalui Proses Modifikasi pati.
Dimanika Sains, 10(22), 1 – 13
Zulharmitta, Silvia Maryani, dan Roslinda Rasyid. 2012. Pembuatan Natrium Karboksimetil Selulosa (Na CMC) dari Batang Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schumach). Jurnal Farmasi Higea, 4(2), 92 – 99