• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH FISIKA LINGKUNGAN BANGUNAN DI SE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH FISIKA LINGKUNGAN BANGUNAN DI SE (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FISIKA LINGKUNGAN

BANGUNAN DI SEKITAR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

Disusun Oleh :

Alif Jati Santoso

(135090301111026)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Bangunan DiSekitar Daerah Aliran Sungai (DAS)”.Penulisan makalah ini merupakan sebuah syarat untuk menyelesaikan salah satu mata kuliah Fisika Lingkungan.

Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang penulis alami, terutama disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan yang dipatkan. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi materi, pembahasan, maupun dalam teknis penulisannya , untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membacanya.Aamiin.

Malang, 17 November 2015

(3)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR... 2

BAB I... 4

PENDAHULUAN... 4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Tujuan... 5

BAB II... 6

PEMBAHASAN... 6

2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)...6

2.1.1 Pengertian DAS Secara Umum...6

2.1.2 Definisi DDS Dsearar DfDunssi...6

2.2 Pengelolaan dan Prinsip Pengolahan Daerah Aliran Sungai...8

2.3 Pembangunan Disekitar Daerah Aliran Sungai...10

2.4 Dampak Negatif yang Ditimbulkan Bangunan Di Sekitar DAS...12

2.5 Upaya Mengatasi Dampak Negatif yang Ditimbulkan oleh Bangunan di DAS...13

BAB III... 16

PENUTUP... 16

3.1 Kesimpulan... 16

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jika kita bandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, lingkungan di sekitar kita masih begitu alami dan sejuk, banyaknya lahan hutan yang menjadi habitat bagi berbagai jenis hewan kini sudah berubah menjadi pemukiman-pemukiman penduduk, pabrik, area perbelanjaan, lahan pertanian, dan sebagainya. Hal ini akan menimbulkan dampak yang luas bagi kehidupan kita dimasa yang akan datang. Seperti banjir, tanah longsor kepunahan berbagai satwa langka, ketersediaan air bersih yang terbatas dan sebagainya, hingga berujung pada pemanasan global.

Pembangunan tidak dapat dihentikan, sebab pembangunan berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah penduduk dan jumlah kebutuhan masyarakat. Semakin banyak penduduk, maka semakin banyak pula lahan yang harus digunakan untuk membuat pemukiman tempat tinggal mereka, semakin banyak penduduk maka semakin banyak pula kebutuhan akan bahan pokok yang menyebabkan pembangunan industri akan semakin menjamur.

Semakin bertambahnya jumlah penduduk yang ikut menambah jumlah pembangunan, kita hanya dapat melakukan pembangunan yang ramah terhadap lingkungan, dan saling menguntungkan antara kehidupan manusia dan kehidupan makhluk hidup lainnya serta lingkungan sekitar kita tinggal agar terjaga selalu keseimbangan lingkungan .

(5)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Daerah Aliran Sungai?

2. Apakah yang di maksdu dengan Pengolahan Daerah Aliran Sungai? 3. Bagaimana pembangunan yang terjadi di Daerah Aliran Sungai? 4. Bagaiman dampak negatif pembangunan di Daerah Aliran Sungai?

5. Bagaimana cara menanggulangi dampak negatif pembangunan di Daerah Aliran Sungai?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Daerah Aliran Sungai.

2. Mengetahui pengertian pengolahan dan prinsip pengolahan Daerah Aliran Sungai. 3. Mengetahui pembangunan yang terjadi di Daerah Aliran Sungai.

4. Mengetahui dampak negatif yang terjadi pada pembangunan di Daerah Aliran Sungai. 5. Mengetahui cara menanggulangi dampak negatif pembangunan di Daerah Aliran

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)

2.1.1 Pengertian DAS Secara Umum

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta bermuara melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau.Menurut PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1, DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

2.1.2 Definisi DAS secarar funnssi

Gambar 1. Penempang Lahan Daerah Aliran Sungai(DAS)

(7)

daerah hulu secara biogeofisik merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase (penyerapan air) lebih tinggi, dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15%, bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisilingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupanvegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.

Sedangkan daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan dengan kemiringan lereng kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominsi hutan gambut/bakau. DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah. Berikut ini adalah table perbandingan perbedaan faktor biofisik antara DAS bagian Hilir dan Hulu.

Bagian Tengah dari DAS merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS hilir dan hulu yang berbeda.Bagian tengah dari DAS biasanya di amnfaatkan untuk aktivitas penduduk. Perubahan tataguna lahan dibagian hulu DAS seperti reboisasi, pembalakan hutan, deforestasi, budidaya yang mengabaikan kaidah-kaidah konservasi akan berdampak pada bagian hilirnya, sehingga DAS bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan dari segi tata air. Contohnya erosi yang terjadi di bagian hulu menyebabkan sedimentasi dan banjir di hilir, dan bagian hilir umumnya menyediakan pasar bagi hasil pertanian dari bagian hulu.Olehkarena itu yang menjadi fokus perencanaan pengelolaan DAS sering kali DAS bagian hulu, mengingat adanya keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.

Daerah Hilir Daerah Hulu

- Topografi datar - Bergelombang, berbukit, gunug - Erosi yang terjadi kecil - Rawan terhadap terjadinya erosi - Penutupan Lahan bukan hutan - Didominasi oleh hutan

(8)

2.2 Pengelolaan dan Prinsip Pengolahan Daerah Aliran Sungai

(9)

Gambar 2. Daur Hidrologi Daerah Aliran Sungai(DAS)

Pengelolaan DAS dijalankan berdasarkan prinsip kelestarian sumberdaya (resources sustainability) yang menyiratkan keterpaduan antara prinsip produktifitas dan konservasi sumberdaya yaitu sustainabilty = productivity + conservation of resources yang ada di dalam mencapai beberapa tujuan pengelolaan DAS, yaitu terjaminnya penggunaan sumberdaya alam yang lestari, seperti hutan, kehidupan liar, dan lahan pertanian , tercapainya keseimbangan ekologis lingkungan sebagai sistem penyangga kehidupan , terjaminnya jumlah dan kualitas air yang baik sepanjang tahun , mengendalikan aliran permukaan dan banjir , mengendalikan erosi tanah, dan proses degradasi lahan lainnya.

Bagian hilir dari DAS pada umumnya berupa kawasan budidaya pertanian, tempat pemukiman (perkotaan), dan industri, serta waduk untuk pembangkit tenaga listrik, perikanan dan lain-lain.Daerah bagian hulu DAS biasanya diperuntukan bagikawasan resapan air.Dengan demikian keberhasilan pengelolaan DAS bagian hilir adalah tergantung dari keberhasilan pengelolaan kawasan DAS pada bagian hulunya.Kerusakan DAS dapat ditandai oleh perubahan perilaku hidrologi, seperti tingginya frekuensi kejadian banjir (puncak aliran) dan meningkatnya proses erosi dan sedimentasi. Kondisi ini disebabkan belum tepatnya sistem penanganan dan pemanfaatan DAS.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai bersifat multidisiplin dan lintas sektoral maka dalam pelaksanaan sistem perencanaan pengelolaan DAS perlu diterapkan azas One River One Plan, yaitu suatu perencanaan terpadu dengan memperhatikan kejelasan keterkaitan antar sektor pada tingkat daerah atau wilayah dan nasional serta kesinambungan-nya. Selain itu pelaksanaan pengelolaan DAS umumnya melalui tiga upaya pokok :

(10)

Pengelolaan sumber daya air melalui usaha perlindungan sumber daya air;

Pengelolaan hutan, khususnya hutan lindung.

Kegiatan pengelolaan DAS juga dihubungkan dengan kelestarian sumber daya air , yang mempunyai sifat di antarnya adalah:

1.

Kuantitatif: memperbesar suplai ke dalam tanah sehingga menambah tampungan air tanah dan meningkatkan suplai air tanah ke alur sungai yang berdampak mengurangi fluktuasidebit limpasan.

2. Kualitatif: mengurangi kandungan material tersuspensi aliran sungai (suspended load). Sebagai akibat bertambah besarnya air hujan yang masuk ke dalam tanah sehingga pengikisan permukaan berkurang.

2.3 Pembangunan Disekitar Daerah Aliran Sungai

(11)

Gambar 3. Keadaan Bangunan Di DAS

Gambar 4. Kepadatan Pembangunan Disekitar DAS

(12)

Pemikiran banyak orang tentang banjir di bagian hilir semata‐mata hanyalah diakibatkan oleh kiriman banjir dari bagian hulu tidak sepenuhnya benar, karena banjir yang terjadi di bagian hilir akan tetap terjadi walaupun hujan di hulu kecil jika air hujan dan aliran permukaan yang masuk ke hilir tidak mampu dialirkan ke dalam tanah atau ke badan air dengan baik. Semakin banyaknya bangunan dan infrastruktur permanen dibangunan memperluas lapisan kedap air di atas prmukaan tanah pada DAS menjadi salah satu sumber masalah utama banjir di suatu daerah contohnya Jakarta. Kasus DAS Ciliwung yang berhulu di daerah Puncak Bogor dan berhilir di Jakarta menunjukkan bahwa banjir yang terjadi di Jakarta tidak selamanya akibat kiriman air dari Bogor, dimana Jakarta pernah banjir pada saat Bogor tidak terjadi hujan.

2.4 Dampak Negatif yang Ditimbulkan Bangunan Di Sekitar DAS

Kepadatan pemukiman dan bangunan-bangunan di sekitar daerah aliran sungai dapat menghasilkan dampak buruk bagi masyarakat banyak.Pembangunan yang dilakukan di daerah aliran Sungai (DAS) terutama untuk kawasan perumahan dan industri ini memilki dampak negatif bagi lingkungan hidup. Salah satu dampak yang paling banyak dirasakan masyarakat yaitu banjir dikarenakan kurangnya sumber resapan.Mengingat fungsi dari bantaran-bantaran sungai adalah sebagai penyerap air, namun bantaran-bantaran yang ada dibangun pemukiman rumah atau bangunan disekitar DAS.Kurangnya sumber resapan mengakibatkan air tidak bisa terserap dengan bebas selain itu permukiman yang ada juga menyempitkan aliran air. Air yang lewat di sekitar DAS dengan padat pemukiman diserap seadanya ,lalu mengakibatkan banjir.

Selain banjir dampak lain yaitu keselamatan penduduk yang bermukim di DAS. Air sungai yang mengalir akan mengikis tanah pada bantaran sungai (erosi) .Lama-lama tanah pada bantaran sungai menjadi terkikis dan mengancam bangunan yang bermukim diatas bantaran sungai dan mengakibatkan longsor.

(13)

dikarenakan saluran buangan air dari setiap perumahan dan industri yang langsung mengarah ke sungai. Air yang tercemar membawa dampak pada kerugian bagi makhluk hidup, mengingat kedudukan air sebagai salah satu elemen terpenting dari kehidupan.

Berikut adalah sebagian dampak pencemaran sungai bagi kehidupan sehari-hari :

 Tumbuhnya mikroorganisme berbahaya yang bersal dari pembusukan sampah. Bila

sampai masuk ke dalam tubuh, mikrooganisme ini akan menimbulkan bahaya, yaitu penyakit.

 Air yang beracun, sehingga berbahaya bila dikonsumsi untuk daur ulang. Racun ini bisa bersal dari limbah kimiawi dari rumah tangga, industri, dll.

 Kesulitan untuk memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

 Terganggunya keseimbangan ekosistem di dalam air yang bisa berdampak bagi kehidupan manusia, contoh berkurangnya populasi ikan di sungai atau laut.

2.5 Upaya Mengatasi Dampak Negatif yang Ditimbulkan oleh Bangunan di DAS

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa pembangunan sebenarnya tidak dapat dihentikan, sebab pembangunan berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah penduduk dan jumlah kebutuhan masyarakat.

Namun ketika dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan di DAS itu muncul, maka perlu ada upaya yang harus dilakukan agar dampak negatif tidak semakin parah yaitu :

1. Pembangunan tanggul banjir untuk mencegah meluapnya air banjir sampai tingkat / besaran banjir tertentu. Dengan dibangun tanggul terbentuk penampang sungai yang tersusun untuk mengalirkan debit banjir rencana

2. Pembangunan waduk penampung dan atau retensi banjir, banjir kanal dan interkoneksi untuk memperkecil debit banjir; serta

3. Konservasi tanah dan air di DAS hulu untuk menekan besarnya aliran permukaan dan mengendalikan besarnya debit puncak banjir serta pengendalian erosi untuk mengurangi pendangkalan / sedimentasi di dasar sungai. Kegiatan ini merupakan gabungan antara rekayasa teknik sipil dengan teknik agro, yang bertujuan untuk mengendalkan aliran permukaan antara lain dengan terasering, bangunan terjunan, check dam / dam penahan sedimen, dam pengendali sedimen, kolam retensi, penghijauan, dan reboisasi serta sumur resapan.

(14)

pembudidyaan / pendayagunaan lahan tidak merusak kondisi hidroorologi DAS dan tidak memperbesar debit dan masalah banjir.

5. Peran msyarakat yang didukung penegakan hukum antara lain dalam menaati ketentuan menyangkut tata ruang dan pola pembudidayaan dataran banjir dan DAS hulu, menghindarkan terjadinya penyempitan dan pendangkalan alur sungai akibat sampah padat maupun bangunan / hunian dan tanaman di daerah sempadan sungai. 6. Penggusuran bangunan di sekitar daerah aliran sungai.

7. Tidak membuang sampah sembarangan langsung kesungai 8. Mengurangi intensitasi limbah rumah tangga.

9. Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga limbah yang nantinya bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak ekosistem.

Banyak kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan menata kembali kerusakan lahan yang terjadi dan dilain pihak perlu melakukan pencegahan kerusakan dimasa mendatang.Semua tujuan ini untuk membuat penggunaan lahan menjadi lebih baik akibat keterbatasan lahan dan sumber air yang ada.Ada sejumlah pelaksanaan pengelolaan DAS dapat digunakan dan dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya. Ada tiga sasaran umum kegiatan pengelolaan DAS yaitu:

1. REHABILITASI

Memperbaiki lahan pertanian/kehutanan akibat erosi dan sedimen yang berlebihan dan bahan-bahan yang mudah larut yang tidak diperlukan akibat run-off dll. Metoda rehabilitasi yang digunakan adalah metoda: tanah hutan, rangeland, tanah pertanian dan saluran aliran. Rehabilitasi sering dibatasi untuk DAS kecil; pengertian rehabilitasi sering digunakan untuk membatasi fungsi DAS yang memerlukan penataan kembali.

2. PROTEKSI

Perlindungan tanah pertanian/kehutanan akibat pengaruh yang membahayakan produksi dan kelestarian menggunakan metoda: tanah hutan, rangeland, pencegahan kebakaran, pencegahan terhadap gangguan serangga/hama serta penyakit.

3. PENINGKATAN

(15)

optimum. Ketergantungan pada tujuan pengelolaan tanah tertentu, neraca air, cara hidup atau kualitas air dapat dirubah. Semua praktek dan program peningkatan yang sekarang dilakukan (kuantitas air dan cara hidup) dan program perlindungan serta perbaikan, bertujuan untuk mengontrol atau menata kualitas air. Pelaksanaannya antara lain adalah:

 Penebangan dan Perubahan Tanaman

Umumnya tanaman perlu ditebang agar: mempertahankan pertemuan permukaan pada tahun pertama; menghindari gangguan pada proses hidrologi alami pada bidang pertemuan tanah dan air.

 DAS Perkotaan

Untuk menjaga sumber utama air di perkotaan, diperlukan pengelolaan pengaruh run-off dari DAS sekitar hutan.Pengawasan rutin perlu untuk menjamin jalannya peraturan bahwa air yang mengalir di saluran/sungai tidak digunakan untuk rekreasi, penggunaan secara perseorangan, tempat pembuangan air kotor dan limbah industri.

 Memperbaiki Aliran

Pembuatan saluran, pemberantasan phreatophyte, kontrol erosi pada tepi sungai, program jalan masuk aliran, drainase, perlindungan dan penataan kembali terhadap perikanan, serta program pengalihan air perlu dilakukan.Banyak pekerjaan saluran berjangka pendek memberikan keuntungan ekonomi kepada organisasi penyalur tenaga kerja untuk menyalurkan pekerja dalam memelihara saluran yang diperbaiki.

 Modifikasi DAS

(16)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Daerah aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet). Pembangunan tidak dapat dihentikan, sebab pembangunan berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah penduduk dan jumlah kebutuhan masyarakat. Semakin banyak penduduk dan semakin banyak pula kebutuhan akan bahan pokok, maka semakin banyak pula lahan yang harus digunakan untuk membuat pemukiman tempat tinggal mereka dan untuk membuat industri.Sebagian masyarakat juga lebih memilih untuk tinggal di Daerah Aliran Sungai ketimbang di wilayah perkotaan karena harga lahan dan tanah yang relatif lebih rumah.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 1999. “DAS sebagai Satuan Monitoring dan Evaluasi Lingkungan: Air sebagai Indikator Sentral”, Seminar Sehari PERSAKI DAS sebagai Satuan Perencanaan Terpadu dalam Pengelolaan Sumber Daya Air, 21

Desember 1999. Jakarta.

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.2000. Studi Pendahuluan

Penanganan Konservasi dan Pengembangan Sumberdaya Air di Wilayah Sungai Ciliwung – Cisadane. Jakarta.

Kartodihardjo, H., K. Murtilaksono, H.S. Pasaribu. et.all. 2000.Kajian Institusi Pengelolaan DAS dan Konservasi Tanah.Bogor: K3SB.

Kodoatie, R.J. et.all. 2001. Pengelolan Sumber Daya Air dalam Otonomi Daerah. Yogyakarta: Andi.

Sarjadi, Soegeng. 2001. Otonomi-Potensi Masa Depan Republik Indonesia. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama.

Gambar

Gambar 1. Penempang Lahan Daerah Aliran Sungai(DAS)
Table 1. Perbandingan Faktor Biofisik Antara DAS bagian Hilir dan Hulu
Gambar 3. Keadaan Bangunan Di DAS

Referensi

Dokumen terkait

Potensi pencemaran pada daerah penelitian dengan membandingkan arah aliran airtanah melalui lownet yang mengalir dari daerah hulu (bagian Utara) menuju daerah penelitian paling

Pengaruh Intensitas Penerangan terhadap Kelelahan Mata Pada Tenaga Kerja Di Bagian Pengepakan PT.IKAPHARMINDO PUTRAMAS Jakarta Timur.. Fakultas Kedokteran Universitas

sendiri. Menurut Dhofier, yaitu agar peserta didik sebagai bagian dari anak bangsa yang belajar di madrasah tersebut tidak semata-mata hanya memperkaya pikiran

Dalam kaitan ini, Athaillah Baderi berpendapat bahwa kesulitan pengumpulan angka kredit bagi para pustakawan, bukan semata-mata karena tidak bisa bekerja, atau

Apabila ada kegiatan di suatu sub DAS hulu maka kegiatan tersebut dapat mempengaruhi aliran air di bagian hilir baik dari segi kuantitas maupun kualitas.Hal