• Tidak ada hasil yang ditemukan

isi hukum dagang ranah jual beli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "isi hukum dagang ranah jual beli"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sejak zaman Romawi perdagangan sudah berkembang dengan pesatnya, sehingga dengan demikian diperlukan pula pengaturan yang tepat untuk dapat mengikuti perkembangan yang serba dinamis itu. Timbulnya pengaturan baru ini akan menimbulkan suatu perubahan pula dalam hukum Perdata Romawi yang telah ada. Sehingga, akhirnya terbentuklah sebuah Kitab Undang-Undang yang baru yang kemudian bernama Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Pemisahan Hukum Perdata dalam dua buah bagian itu yang terdiri atas hukum perdata dan hukum dagang diambil alih oleh tata hukum Prancis yang hukumnya sangat berbau Romawi. Sistem tata hukum Prancis akhirnya diambil oleh Belanda dan berdasarkan asas konkordansi/concordantie baginsel berlakulah pula sistem hukum Belanda itu di Indonesia. Maka dari itu sampai saat ini hukum Perdata di Indonesia terbagi pula dalam dua buah bagian yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Sipil/KUHS atau Burgerlijk Wetbork/BW dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang/KUHD atau Wetboek van Koophandel/WvK.

Dalam konteks ranah perdagangan di Indonesia sebenarnya istilah jual-beli perusahaan tidak terlalu tepat karna membuat konotasi pengertian yang berbeda, malah istilah jual-beli perusahaan ini mengartikan perusahaannya yang diperjual-belikan. Saya sependapat dengan Dosen Hukum Dagang saya di Fakultas Hukum Universitas Udayana yaitu Bapak Murwanto,S.H.,M.Hum bahwa istilah yang lebih tepat untuk menggantikan istilah jual-beli perusahaan tersebut yaitu jual-beli perniagaan. Istilah jual-beli perniagaan juga dikemukakan oleh Sukardono. Dalam hal ini saya ingin memperdalam materi mengenai hukum dagang dalam ranah jual-beli perusahaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa sajakah ranah didalam hukum dagang ? 1.2.2 Apa pengertian dari jual-beli perusahaan ?

(2)

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Agar mengetahui dan memahami pengertian dari hukum dagang serta ruang lingkup hukum dagang didalamnya.

1.3.2 Agar mengetahui dan memahami pengertian dari jual-beli perusahaan. 1.3.3 Agar mengetahui dan memahami ruang lingkup dari jual-beli perusahaan.

1.4 MANFAAT PENULISAN

1.4.1 Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai hukum dagang. 1.4.2 Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai jual-beli perusahaan.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HUKUM DAGANG

A. Sejarah Hukum Dagang

Pada Tahun 1807 Kaisar Napoleon di Perancis mengkodifikasikan 2 Kitab Undang Undang Hukum :

1. Kitab Undang Undang Hukum Perdata Perancis ( Code Civil des Francais );

2. Kitab Undang Undang Hukum Dagang Perancis (Code Du Commerce )

Kebetulan pada saat itu Belanda dijajah oleh Perancis ( 1809- 1813) sehingga hukum Perancis itu diberlakukan di Belanda sesuai dengan Asas Konkordansi I (Concordantie Beginsel L).

Tapi pada tanggal pada tanggal 1 Oktober 1838 Belanda berhasil membuat membuat

BURGERLIKE WET BOEK ( KUH-PERDATA) DAN WET BOEK VAN KOOPHANDEL ( KUH-DAGANG)

Kemudian karena saat itu (tahun 1838 Indonesia sedang dijajah oleh Belanda maka Burgerlike Wetboek DAN Wetboek Van Kophandel diberlakukan di Indonesia (Hindia Belanda) sejak tahun 1848 yang diterjemahkan dengan nama KUH PERDATA (KUHP) DAN KITAB UNDANG UNDANG HUKUM DAGANG (KUHD.)1[1]

(4)

B. Pengertian Hukum Dagang menurut para ahli :

1. M .Ikhsan, mendifinisikan hukum dagang adalah hukum yang mengatur masalah perdagangan yaitu masalah yang timbul karena tingkah laku manusia dalam perdagangan / perniagaan.2[2]

2. Purwosutjipto mengartikan hukum dagang sebagai hukum perikatan yang timbul dalam lapangan perusahaan.3[3]

3. CST. Kansil, menyamakan hukum dagang dengan hukum perusahaan, sehingga hukum perusahaan adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan perdagangan dalam usahanya memperoleh keuntungan.

4. Sunaryati Hartono, lebih khusus lagi mensinonimkan hukum dagang dengan hukum ekonomi yaiitu, keseluruhan peraturan putusan pengadilan dan hukum kebiasaan yang menyangkut pengembangan kehidupan ekonomi.

(5)

C. Sumber Sumber Hukum Dagang

1. Yang tertulis dan dikodifikasi yaitu KUHD dan KUHPerdata

2. Yang tertulis dan tidak dikodifikasi yaitu seluruh perundang-undangan tentang perdagangan.

3. tidak tertulis yaitu kebiasaan.

D. Hubungan Hukum Perdata dan Hukum Dagang

(6)

jauh dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang disinggung dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

E. Berlakunya Hukum Dagang

Perkembangan hokum dagang sebenarnya telah di mulai sejak abad pertengahan eropa (1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa dan pada zaman itu di Italia dan perancis selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan (Genoa, Florence, vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-negara lainnya ) . tetapi pada saat itu hokum Romawi (corpus lurus civilis ) tidak dapat menyelsaikan perkara-perkara dalam perdagangan , maka dibuatlah hokum baru di samping hokum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 & ke- 17 yang berlaku bagi golongan yang disebut hokum pedagang (koopmansrecht) khususnya mengatur perkara di bidang perdagangan (peradilan perdagangan ) dan hokum pedagang ini bersifat unifikasi.

(7)

F. Hubungan pengusaha dan pembantunya

Dalam melaksanakan perusahaannya, ia memerlukan bantuan orang-orang yang bekerja padanya sebagai bawahan, ataupun orang yang berdiri sendiri dan mempunyai perusahaan sendiri dan yang mempunyai perhubungan tetap ataupun tidak tetap dengan dia. Sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan yang demikian pesat dewasa ini, pengusaha-pengusaha kebanyakan tidak lagi berusaha seorang diri, melainkan bersatu dalam persekutuan-persekutuan atau perseroan-perseroan yang menempati gedung-gedung untuk kantornya dengan sedikit atau banyak pegawai. Kemudian dibedakanlah antara perusahaan kecil, sedang dan besar. Pada tiap-tiap toko dapat dilihat aneka warna pekerja-pekerja seperti para penjual, penerima uang, pengepak, pembungkus barang-barang, dan sebagaiinya.

Adapun pembantu-pembantu luar perusahaan antara lain: a. Agen perusahaan

Agen perusahaan adalah orang yang melayani beberapa pengusaha sebagai perantara pihak ketiga. Orang ini mempunyai hubungan tetap dengan pengusaha dan mewakilinya untuk mengadakan dan selanjutnya melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga. Perbedaan antara agen perusahaan dan pekerja keliling adalah pada hubungan kerja dan tempat kedudukan, seperti diuraikan berikut:

Pekerja keliling mempunyai hubungan hukum tenaga kerja dengan pengusaha (majikan), sedangkan agen perusahaan mempunyai hubungan hukum pemberian kuasa dengan perusahaan yang diageninya.

(8)

Dalam hal ini agen perusahaan sebagai pemegang kuasa, mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga atas nama pengusaha.

b. Perusahaan perbankan

Perusahaan perbankan adalah lembaga keuangan yang mewakili pengusaha untuk melakukan

•Pembayaran kepada pihak ketiga • Penerimaan uang dari pihak ketiga

• Penyimpanan uang milik pengusaha selaku nasabah

c. Pengacara

Pengacara ialah orang yang mewakili pengusaha ini dalam berperkara di muka hakim. Dalam mewakili pengusa ini pengacara tidak hanya terbatas dimuka hakim saja, juga mengenai segala persoalan hukum di luar hakim. Hubungan antara pengacara dengan pengusaha adalah hubungan tidak tetap, sedang sifat hukumnya berbentuk pelayanan berkala dan pemberian keputusan.

d. Notaris

(9)

e. Makelar

Menurut pengertian Undang-undang, seorang makelar pada pokoknya adalah seorang perantara yang menghubungkan pengusaha dengan pihak ke tiga untuk mengadakan berbagai perjanjian. Makelar mempunyai ciri khusus, yaitu:

Makelar harus mendapat pengangkatan resmi dari pemerintah (c.q. Mentri Kehakiman) – (pasal 62 ayat (1)) Sebelum menjalankan tugasnya, makelar harus bersumpah di muka Ketua Pengadilan Negeri, bahwa dia akan menjalankan kewajibannyadengan baik (pasal 62 ayat (1) Mengenai makelar diatur dalam KUHD, buku 1, pasal 62 sampai 72, dan menurut pasal 62 ayat (1) makelar mendapat upahnya yang disebut provisi atau courtage. Sebagai perantara atau pembantu pengusaha, makelar mempunyai hubungan yang tidak tetap dengan pengusaha (pasal 62 ayat (1)). Hubungan ini tidak sama halnya dengan pengacara, tetapi lain dengan hubungan antara agen perusahaan dengan pengusaha. Adapun sifat hukum dari hubungan tersebut adalah campuran yaitu sebagai pelayan berkala dan pemberian kuasa. Makelar dan agen perusahaan kedua-duanya berfungsi sebagai wakil pengusaha terhadap pihak ketiga. Akan tetapi, antara keduanya terdapat perbedaan pokok dilihat dan segi: • Hubungan dengan pengusaha: makelar mempunyai hubungan tidak tetap, sedangkan agen perusahaan mempunyai hubungan tetap.

• Bidang usaha yang dijalankan: makelar dilarang berusaha dalam bidang mana dia diangkat dan dilarang menjadi penjamin dalam perjanjian yang dibuat dengan pengantaraannya,

(10)

Adapun ciri-ciri khas komisioner ialah:

Tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagai halnya makelar Komisioner menghubungkan komitetn dengan pihak ketiga atas namanya sendiri (pasal 76)Komisioner tidak berkewajiban untuk menyebut namnay komiten (pasal 77 ayat (1)). Dia disini menjadi pihak dalam perjanjian (pasal 77 ayat (2) Tetapi komisioner juga dapat bertindak atas pemberi kuasanya (pasal 79). Dalam hal ini maka dia tunduk pada Bab XVI, buku II KUHPER tentang pemberian kuasa, mulai pasal 1972 dan seterusnya. Konisioner mempunyai hubungan kerja tidak tetap dan koordinatif dengan pengusaha.

G. Pengusaha dan kewajibannya

• Hak dan Kewajiban pengusaha adalah: a. Berhak sepenuhnya atas hasil kerja pekerja.

b.Berhak melaksanakan tata tertib kerja yang telah dibuat. c. Memberikan pelatihan kerja (pasal 12)

d. Memberikan ijin kepada buruh untuk beristirahat, menjalankan kewajiban menurut agamanya (pasal 80)

e. Dilarang memperkerjakan buruh lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam seminggu, kecuali ada ijin penyimpangan (pasal 77)

f. Tidak boleh mengadakan diskriminasi upah laki/laki dan perempuan;

g. Bagi perusahaan yang memperkerjakan 25 orang buruh atau lebih wajib membuat peraturan perusahaan

h. Wajib membayar upah pekerja pada saat istirahat / libur pada hari libur resmi

i. Wajib memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pekerja yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus menerus atau lebih

(11)

H. Bentuk-bentuk Badan Usaha a.Perseroan terbatas

b. Koperasi c.Yayasan

d. Badan Usaha Milik Negara

a. Perseroan Terbatas

Bentuk badan usaha PT adalah bentuk perusahaan yang paling populer dalam bisnis dan paling banyak digunakan oleh para pelaku bisnis di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usaha diberbagai bidang. Selain memiliki landasan hukum yang jelas seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Perubahan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS bentuk PT ini juga dirasakan lebih menjaga keamanan para pemegang saham/pemilik modal dalam berusaha.

Sama halnya dengan CV pendirian PT juga dilakukan minimal oleh 2 (dua) orang atau lebih, karena sistem hukum di Indonesia menganggap dasar dari perseroan terbatas adalah suatu perjanjian maka pemegang saham dari perseroan terbatas pun minimal haruslah berjumlah 2 (dua) orang, dengan jumlah modal dasar minimum Rp. 20.000.000,-, (Rp.50.000.000,- pada UUPT no.40/2007 atas perubahan UUPT no. 1/1995) sedangkan untuk bidang usaha tertentu jumlah modal dapat berbeda seperti yang ditentukan serta berlaku aturan khusus yang mengatur tentang bidang usaha tersebut.

b. Koperasi

(12)

mengutamakan kepentingan anggota, maka koperasi harus mampu bekerja seefisien mungkin dan mengikuti prinsipprinsip koperasi dan kaidah-kaidah ekonomi.

Prinsip Koperasi :

Di dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan pada pasal 5 bahwa dalam pelaksanaannya, sebuah koperasi harus melaksanakan prinsip koperasi. Berikut ini beberapa prinsip koperasi:

• Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka. • Pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis.

• Sisa hasil usaha (SHU) yang merupakan keuntungan dari usaha yang dilakukan oleh koperasi dibagi berdasarkan besarnya jasa masing-masing anggota.

• Modal diberi balas jasa secara terbatas. • Koperasi bersifat mandiri.

c. Yayasan

Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan

diperuntukkan dalam mencapai tujuan tertentu pada bidang sosial, keagamaan, kesehatan, kemanusiaan dan lain-lain. Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan didirikannya yayasan tersebut.

Pihak-pihak yang Terkait dengan Yayasan: 1) Pengadilan Negeri

Pendirian yayasan didaftarkan ke pengadilan negeri 2) Kejaksaan

Kejaksaan Negeri dapat mengajukan permohonan pembubaran yayasan kepada pengadilan jika yayasan tidak menyesuaikan anggaran dasar dalam jangka waktu yang ditentukan.

3) Akuntan Publik

(13)

• Kedudukan Yayasan

Yayasan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Sumber Kekayaan Yayasan

• Sumbangan / bantuan yang tidak mengikat • Wakaf

• Hibah • Hibah wasiat

• Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau peraturan perundangan yang berlaku Yayasan Asing.

d. Badan Usaha Milik Negara

BUMN adalah suatu unit usaha yang sebagian besar atau seluruh modal berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan serta membuat suatu produk atau jasa yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.BUMN juga sebagai salah satu sumber penerimaan keuangan negara yang nilainya cukup besar.

• Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah :

a) Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya

b) Mengejar keuntungan

c) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak

d) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan olehsektor swasta dan koperasi

(14)

Pada beberapa BUMN di Indonesia, pemerintah telah melakukan perubahan mendasar pada kepemilikannya dengan membuatnya menjadi perusahaan terbuka yang sahamnya bisa dimiliki oleh publik. Contohnya adalah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Sejak tahun 2001, seluruh badan usaha ini dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN, yang dipimpin oleh seorang Menteri Negara.

2.2 PENGERTIAN JUAL BELI PERUSAHAAN A. Pengertian jual beli perusahaan

Jual beli adalah suatu perjajian timbal-balik yang dalam hal ini pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas jumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.4[4]

Pengertian jual-beli Perdata (umum) diatur dalam Pasal 1457-1540 KUH Perdata. Jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik antara penjual dan pembeli, dengan mana pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu benda, sedangkan pihak pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga benda sebagaimana yang telah diperjanjikan. (Psl 1457 KUH Pdt)

Jual beli dapat tercapai apabila:

a. Saat tercapainya kesepakatan benda dan harga, meskipun belum ada penyerahan atau pembayaran.

b. Azas Konsensualisme (psl.1458 BW)

2.3 JENIS JUAL-BELI PERUSAHAAN

Jenis jual beli perusahaan yaitu jual beli perusahaan umum dan jual beli perusahaan khusus.

1. Jual beli perusahaan umum

(15)

menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan.”

Saat terjadinya perikatan jual beli yaitu terdapat didalam Pasal 1458 yang berbunyi “ Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar.”

Saat tejadinya peralihan hak milik, yaitu diatur dan terdapat didalam Pasal 1459 KUHPer, Pasal 612 dan Pasal 616 KUHPer.

Saat terjadinya peralihan resiko, yaitu diatur dalam Paal 1460 dan Pasal 1461 KUHPer.

2. Jual beli perusahaan khusus

Menurut Zeylemeker jual beli perusahaan (handelskoop) adalah perbuatan pedagang atau pengusaha lainnya yang berdasarkan perusahaannya/ jabatannya melakukan perjanjian jual beli. Dengan demikian jual beli perusahaan tersebut merupakan jual beli yang memiliki sifat-sifat khusus.

Kekhususan Jual Beli Perusahaan, yaitu: a) Perbuatan perusahaan

Jual beli perusahaan merupakan perbuatan perusahaan. Menurut Polak perbuatantersebut direncanakan terlebih dahulu tentang untung ruginya dan segalasesuatunya dicatat dalam pembukuan. Jadi jual beli ini bukan untuk kepentingansendiri sebagai konsumen tetapi untuk kepentingan perusahaan atau jabatannyadalam perusahaan

b) Para pihak

salah satu / keduanya adalah pengusaha yaitu orang atau badan hukum yangmenjalankan perusahaan yang mungkin saja bertempat tinggal tidak dalam satunegara c) Barang-barang yang diperjualbelikan

(16)

Biasanya barang-barang yang diperjualbelikan tidak sedikit, oleh karena itudiperlukanpengangkutan yang khusus pada waktu penyerahan baik melaluipengangkutan darat. laut, dan udara. (70% biasanya melalui laut).

Jual beli dalam garis besar Hukum dagang dapat dibagi dua, yaitu :

 Jual beli keperdataan

 Jual beli perusahaan

Jual beli keperdataan adalah jual beli yang dapat dilakukan oleh siapa saja, dengan tujuan memnuhi kebutuhan primer atau pokok si pembeli.

Jual beli perusahaan adalah jual beli yang dilakukan oleh para pengusaha atau pedangang, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan (mendapat keuntungan).

Perbedaan antara keduanya dapat dilihat di dalam table berikut :

Jual beli keperdataan Jual beli perusahaan

Aturan yang berlaku  KUHPdt (Buku III)

 KUHPdt

 KUHD

 Perjanjian lain yang disepakati oleh terkait

 Peraturan internasional terkait jual beli perusahaan

 Perjanjian antar pulau

(17)

pedagang

Jumlah barang yang dibeli  Relatif sedikit, sesuai dengan kebutuhan

Setelah memahami apa itu jual beli keperdataan dan jual beli perusahaan, berikut syarat-syarat terkait hal tersebut. Pada prinsipnya tidak ada syarat-syarat khusus untuk pergantian Hak milik atau penyerahan barang dari penjual kepada pembeli didalam jual beli keperdataan, namun didalam jual beli perusahaan, hal itu sangat dibutuhkan, mengingat kepentingan para pihak yang terkait, diantaranya :

 Loko

Apabila syarat loko disepakati dalam perjanjian jual beli, maka :

 Pergantian Hak Milik atau penyerahan barang dilakukan didalam gudang penjual.

 Semua resiko setelah pengambilan barang (keluar dari gudang penjual), adalah tanggung

jawab pembeli.

 FAS (Free Alongside Ship)

Apabila syarat FAS disepakati dalam jual beli, maka :

 Pergantian Hak Milik atau penyerahan barang dilakukan di dermaga kapal berlabuh

(Pelabuhan).

(18)

 Biaya bongkarmuat barang kapal dan resiko sejak barang berada di dermaga adalah tanggung jawab si pembeli

 FOB (Free On Board).

Apabila syarat FOB disepakati dalam perjanjian jual beli, maka :

 Pergantian Hak Milik atau penyerahan barang dilakukan di atas kapal.

 Segala resiko dan biaya selama barang ditransportasikan adalah tanggung jawab penjual.

 CF (Cost and Freight)

Apabila syarat CF disepakati dalam perjanjian jual beli, maka :

 Peragantian Hak Milik atau penyerahan barang ada dua pilihan, yaitu :

1. Syarat umum, tempat pergantian Hak Milik di atas kapal (Sebelum berangkat dari pelabuhan si penjual)

2. Syarat Khusus, tempat pergantian Hak Milik saat berada di pelabuhan si pembeli (Barang masih berada di dalam kapal)

 Biaya selama barang diangkut dari gudang penjual sampai pelabuhan si pembeli adalah

tanggung jawab penjual.  CIF (Cost Insurance Freight)

Secara keseluruhan sama dengan syarat CF, hanya saja, syarat CIF, penjual harus memberikan

police assurance.

(19)

 Pergantian Hak Milik atau penyerahan barang dilakukan di gudang pembeli.

 Segala resiko atau biaya pemindahan barang dari gudang penjual ke gudang pembeli

ditanggung oleh penjual.

2.4 RUANG LINGKUP JUAL BELI PERUSAHAAN

B. Peraturan nasional dan internasional yang berlaku bagi jual beli perusahaan

Ketentuan- ketentuan dalam bab v, buku III, KUHPER digunakan untuku jual beli perusahaan, selain banyak unsur yang berbeda antara jual beli perdata dan jual beli perusahaan, juga karena mengandung unsur internasional. Tidak adanya peraturan nasional yang lengkap,bukan hanya terjadi di indonesia, tetapi juga terjadi di belanda atau di negara lain.

Menurut dorhout mees5[5], telah ada beberapa peraturan internasional tentang jual beli perusahaan, dengan maksud untuk menciptakan kesatuan hukum internasional bagi jual beli perusahaan, yaitu:

a) Warsaw-oxford rules 1928-1932, mengenai syarat-syarat jual beli perusahaan, uang ditinjau kembali pada tahun 1953

b) Inco-terms, mengenai syarat-syarat jual beli perusahaan yang paling banyak dipergunakan, yang di tinjau kembali pada tahun 1962 dan 1947

c) “Uniform costoms and praktice for documentary credits” (disingat: :uniform costoms”)yang ditinjau kembali pada tahun 1962 dan 1974

Peraturan huruf b dan c dibuat atas usaha kamar dagang internasional (“International chamber of commerce” disingkat ICC). Selanjutnya dorhout mess menyebutkan adanya perjanjian L.U.V.I. tahun 1964(loi uniform sur ia vante international des mobillers corporel).

(20)

1) Mengenai jual beli i nternasional benda bergerak 2) Mengenai terjadinya perjanjian jual belio semacam itu.

Masing-masing dari dua buah perjanian itu dibuat kesatuan undang-undang. Undang-undang yang terpenting adalah mengenai materi pertama, yang judul resminya adalah “ loi uniforme sur la vente internationale des objets mobiller corporels”, disingakat LUVI. Undang-undang ini khusus mengenai jual beli benda bergerak yang bersifat internasional. Untuk itu, para pihak harus bertempat tinggal dinegara yng berlainan dan memenuhi salah satu syarat seperti yang dibawah ini:

1. Jual beli harus mempergunakan pengangkutan internasional untuk mengirim barangnya. 2. Penawaran dan penerimaan harus terjadi dinegara- negara barlainan. Dan

3. Penawaran harus dilakukan di negara lain dari tempat dimana penawaran dan pemerintahn terjadi.

C. Hubungan jual beli perusahaan dengan ekspor-impor

Ekspor di pandang dari sudut indonesia adalah perbuatan mengirimkan barang keluar indonesia dipandang dari sudut pandangan perusahaan.perbuatan ekspor impor adalah perikatan yang timbul dari perjanjian jual beli perusahaan yang telah tutup. Ekspor-impor adalah prestasi npenjual dalam usahanya untuk menyerahkan barang kepada poembeli di sebarang lautan.

(21)

Jual beli loko adalah bentuk jual beli yang sangat sederhana. Si pembali datang di tempat si penjual, yang memiliki barang- barang yang akan dijual sipembeli, membeli, membayar, dan menerima barang di tempat dan disaat yang sama. Contoh klasik mengenai hal ini ialah jual beli di pasar. Perbuatan memisahkan benda jenis beras. Pindahnya resiko dan hak milik, penyerahan, penerimaan dan pembayaran terjadi pada saat dan tempat yang sama.

Dalam keadaan sehari hari tidak semua bentuk jual beli itu berbentuk jual beli loko seperti jual beli diatas, yakni beberapa perbuatan hukum pada jual beli terjadi pada saat dan tempat yang sama, tetapi ada beberapa jenis jual beli yang melaksanakan perbuatan hukum-hukumnya terpisah satu sama lain dalam waktu dan tempat. Keadaan inilah yang menimbulkan syarat-syarat. Syarat-syarat ini dinyatakan dalam huruf sebagai kependekan dari kata-kata, misalnya syarat-syarat f.o.b., c.i.f. dan franco. Pada umumnya syarat-syarat itu dinyatakan dengan kata-kata lengkap dalam syarat atau perjanjuan. Dengan adanya syarat-syarat ini perlu perlu dibicarakan akibat hukum yang timbul karena adanya syarat-syarat-syarat-syarat tersebut, misalanya tentang beralihnya resiko dan hak milik. Dalam praktik aturan, aturan umum itu sering dikoreksi dengan aturan khusus. Yang merupakan bagian dari perjanjian atau kontrak. Oleh karena itu, agar kita jangan sampai salah paham, isi dari aturan khusus itu harus dipelajari secara seksama.

Disamping syarat yang bersifat umum itu, masih terdapat syarat yang bersifat khusus lagi, untuk mengubah atau melengkapi syarat-syarat yang bersifat umum tersebut, misalnya syarat pemberitahuan pembayaran pada dokumen(betaling tegen documenten), penyerahan dengan dokumen(laveribg tegen), dan lain-lain.

E. Berlakunya syarat-syarat dan kebiasaan pada jual beli perusahaan

Jual beli perusahaan adalah perjanjian antara orang-orang ahli. Dari itu mereka dapat memperhitungkan semua kemungkinan yang timbul berhubung dengan telah ditutupnya

perjanjian jual beli perusahaan itu. Mereka memperhitungkan persoalan, bagaimana mengangkut barang-barang itu, kualitas dari barang yang akan dibeli/dijual, pembayaran harga barang yang paling aman, dan lain-lain hal yang dalam jual beli perdata biasanya tidak atau kurang mendapatkan perhatian.

(22)

menerima sedikit labih atausedikit kurang. Disamping hal-hal ini masih ada kebiasaan yang berlaku, yang harus juga ditaati oleh para pihak.

Kemungkinan-kemungkinan di atas telah diperhitungkan masak-masak oleh para pihak merupakan kebiasaan yang ditaati oleh semua pihak, baik dalam lingkungan nasional maupun dalam lingkungan internasional. Disinilah timbul syarat-syarat(beding-beding), yang meskipun dinyatakan dalam huruf atau kata-kata pendek, tetapi mengandung pengertian yang luas dan dalam. Ini semua hanya dimengerti oleh para ahlinya.

Kecuali syarat-syarat seperti tersebut diatas, masih ada lagi hal-hal yang harus diperhatikan oleh para pihak, hal ini mempunyai dasar hukumnya pada pasal 1933 KUHPER, yang berbunyi: “perjanjian perjanjian tidak tidak hannya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalam nya, tetapi juga untukj segala sesuatu, yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh keadilan, kebiasaan, atau undang-undang.” Dengan ini, jelas bahwa syarat-syarat dan kebiasaan yang berlaku pada jual beli perusahaan mempunyai dasar hukumnya dalam pasal 1339 KUHPER, termasuk dalam pengertian’ keadilan dan kebiasaan’, seperti yang dimaksud dalam pasal 1339 KUHPER tsb.

F. Kontrak baku merupakan undang-undang bagi jual beli perusahaan

Syarat-syarat dan kebiasaan jual beli perusahaan tidak hannya berlaku dalam lingkingan nasional, tetapi juga berlaku dalam lingkungan lebih luas, yakni internasional. Perdagangan internasional mambawaserta kesukaran terhadap tidak pastinya hukum yang berlaku bagi perjanjian jual beli itu dalam kontrak baku. Kontrak baku ini disusun oleh para ahli yang berkepentingan, sebagai suatu aturan yang berlaku bagi semua jenis perdagangan tertentu. Yang dimaksid dengan kontrak baku(standardcontracten) ialah formulir yang dudah dicetak rapi dengan tempat-tempat kosong, yangbharus diisi oleh pihak-pihak dalam perjanjia, agar menjadi suatu kontrak yang semourna.

(23)

KUHPER yang berbunyi: “semua perjanjian di buat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Sudah tentu hal ini dimaksud bila perjanjianitu tidak bertentangan dengan hukum memaksa” (dwingenrech). Suatu perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan “ hukum memaksa” adalah batal,(pasal 1335 dan1337 KUHPER) berbunyi: suatu perjanjian tampa sebab atau yang dibuat kasena suatu sebab palsu atau terlarang, idak mempunyai kekuatan hukum”, sedangkan pasal 1337 KUHPER berbunyi: “ suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh UU, atau bila bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum.

H. Syarat-syarat yang menurut kebiasaan selalu di perjanjikan

Syarat-syarat yang menurut kebiasaan selalu di perjanjikan seperti yang dimaksud pada pasal 1347 KUHPER, dapat di pergunakan sebagai pedoman bagi syarat-syarat yang dipergunakan dalam perjanjian jual beli perusahaan. Pasal 1347 KUHPER7[7] berbunyi” syarat-syarat yang menurut kebiasaan selalu di perjanjikan dianggap secara diam diam dimasukkan dalam perjanjian, meskipun tidak dengan tegas dinyatakan. Yang biasa dibuat orang, dan akibatnya berlaku sebagai syarat-syarat itu ada tertulis. Itulah arti sewajarnya dari pasal tersebut.Pada pokoknya ada syarat-syarat yang tidak dinyatakan secara terus terang, tetapi secara diam-diam.

I. Perwasitan dalam jual beli peusahaan

(24)

tersebut para pengusaha dapat mengambil mamfaatnya, dengan cara lansung mengajukan persoalan kepada BANI tersebut.

Lembaga perwasitan itu di perbolehkan adanya undang-undang no 14 tahun 1970(L.N. 1970-74), meskipun tidak dinyatakan dalam diktum undang-undang tersebut, tetapi dalam menyelesaikan pasal demi pasal, pasal 3 ayat 1 ada kalimat yang berbunyi: “ penyelesaian perkara diluar pengadilan atas dasarperadilan atau melalui wasit (arbitrase) tetap di perbolehkan. Adapun arti pentingnya peradilan wasit untuk penyelesaian sengketa yang timbul dari perjanjian jual beli perusahaan ialah:

1. Persengketaan dapat diselesaikan dengan cepat

(25)

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan

Hukum dagang sejatinya terletak dalam hukum perikatan, yang khusus timbul dari lapangan perusahaan. Perikatan dalam ruang lingkup ini ada yang bersumber dari perjanjian dan dapat juga bersumber dari undang-undang.Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan. Hukum Dagang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

Jual beli adalah suatu perjajian timbal-balik yang dalam hal ini pihak yang satu (sipenjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas jumlah uangsebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.

Jual beli perusahaan (handelskoop) adalah perbuatan pedagang atau pengusaha lainnya yang berdasarkan perusahaannya/ jabatannya melakukan perjanjian jual beli. Jual beli dapat tercapai apabila:

a. Saat tercapainya kesepakatan benda dan harga, meskipun belum ada penyerahan atau pembayaran.

b. Azas Konsensualisme (psl.1458 BW)

3.2 Saran

(26)

konstruktif dalam rangka penyempurnaan paper ini. Akhirnya, kepada Tuhanlah saya menyerahkan diri serta memohon anugrah dan hidayah-Nya. Semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua agar kita lebih bisa mengetahui, mengerti, memahami serta memperdalam materi Jual-Beli Perusahaan dalam ranah Hukum Dagang ini, sehingga kita mampu menguasainya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Subekti, dkk. Kitab Undang- Undang HUKUM PERDATA. Pradnya Paramita: Jakarta.

Soedharyo Soimin,S.H. 1995. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Sinar Grafika : Jakarta.

Zainal Asikin. 2002. Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, Rajawali : Jakarta.

Achmad Ihsan. 1975. Hukum Dagang. Pradnya Paramita : Jakarta.

Purwosutjipto. 2007. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Djambatan : Jakarta.

http://www.scribd.com/doc/93893061/1/Pengertian-Jual-Beli-Perusahaan

(27)
(28)

Referensi

Dokumen terkait

Partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan desa wisata di Desa Lubuk Dagang dapat berjalan dengan lancar dan telah menghasilkan rencana

Baik kerangka konseptual maupun kerangka teori tidak digambarkan secara jelas dalam jurnal penelitian tersebut, namun pada bagian pembahasan, tinjauan pustaka

Guru sosiologi tidak menerapkan 1 komponen yang tidak dieterapkan yaitu memotivasi siswa.Dari semua komponen keterampilan menutup pelajaran yang terdiri dari 3 komponen

Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Lama Kerja Sebagai.. Variabel Moderating (Studi pada

Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik?. “Jangan takut Pak, aku

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

pilih tidak terdaftar dalam pemilu terdaftar dalam daftar pemilih

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa