• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDONESIAN SUSTAINABLE YOUTH CREATIVE CO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INDONESIAN SUSTAINABLE YOUTH CREATIVE CO"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI PENGGERAK KOPERASI DI INDONESIA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun guna mengikuti Lomba Karya Tulis Nasional (LKTN) dalam rangkaian event PEKAN-KU

dengan tema "Pemuda sebagai Agen Penggerak Koperasi di Indonesia"

Disusun Oleh :

Ahmad Mursid NIM H0510003

Nurul Kusmiyati NIM M0411052 Rachmad Adi Riyanto NIM H0910056

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

hari : Minggu

tanggal : 09 November 2014

Anggota 1 Anggota 2

Nurul Kusmiyati Rahmat Adi Riyanto

NIM . M0411052 NIM . H0910056

Ketua Kelompok

(3)

SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI PENGGERAK KOPERASI DI INDONESIA Ahmad Mursid, Nurul Kusmiyati, Rachmad Adi Riyanto

Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Abstrak

(4)

kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang diselenggarkan oleh Koperasi Mahasiswa Universitas Andalas dalam dengan tema “ Pemuda sebagai agen penggerak koperasi di Indonesia”. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw serta semoga kita termasuk orang yang mendapat syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak. Aamin.

Perkembangan koperasi di Indonesia tentunya diharapkan oleh semua orang. Koperasi sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pemuda adalah agen perubahan yang dapat mewujudkan cita-cita bangsa di Indonesia, sebagai agen penggerak maka pemuda harus aktif dalam memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi kesejahetraan masyarakat. Koperasi di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk memacu pertumbuhan di sektor perekonomian. Hal ini lah yang mendasari penulis untuk mengangkat satu tema karya tulis dari Koperasi Mahasiswa Universitas Andalas mengenai. Pemuda sebagai agen penggerak koperasi di Indonesia. Judul yang penulis angkat berfokus pada”Indonesia Suistainable Youth Creative-Cooperative Movement (INSOCOM) Upaya Penyiapan dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Sebagai Penggerak Koperasi di Indonesia”.

Penulis haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ini. Terutama bapak dan ibu atas segala doa dan motivasinya. Tidak lupa sebagai makhluk Tuhan yang lemah, tentunya masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan masukan yang membangun senantiasa kami harapkan.

Surakarta, 9 November 2014

(5)

Halaman Pengesahan...ii

Abstrak...iii

Kata Pengantar...iv

Daftar Isi...v

BAB I Pendahuluan...1

A. Latar Belakang...1

B. Tujuan...4

BAB II Pembahasan... A. Potensi Perkoperasian Indonesia... B. Masalah Koperasi di Indonesia... C. Kondisi Ideal untuk Perkoperasian... D. Sistem Koperasi di Negara Maju... E. Strategi Pergerakan untuk Perkembangan Koperasi di Indonesia... F. Peran Pemuda dalam Implementasi Pengkaderan Koperasi... G. Indonesian Sustainable Youth Creative-CooperativeMovement (INSOCOM)... H. Program Pendukung Pembentukan Duta Koperasi... I. Output INSOCOM dalam Pembentukan Koperasi Kreatif yang berkelanjutan... BAB III Penutup...21

A. Kesimpulan...21

B. Saran...21

C. Keterbatasan...21

(6)
(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang menerapkan sistem ekonomi kerakyatan dalam pembangunan perekonomiannya. Ekonomi kerakyatan adalah tatalaksana ekonomi yang bersifat kerakyatan yaitu penyelenggaraan ekonomi yang memberi dampak kepada kesejahteraan rakyat kecil dan kemajuan ekonomi rakyat, yaitu keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh rakyat kecil (Awang, 2009). Salah satu manifestasi sistem ekonomi kerakyatan ini adalah melalui pengembangan koperasi.Koperasi berasal dari kata Co dan Operation yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. Menurut Undang-undang Perkoperasian No.25 tahun 1994 pasal 1 ayat 1, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar asas kekeluargaan.

Berdasarkan data koperasi yang dirilis oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada 31 Juni 2014, jumlah koperasi di Indonesia saat ini mencapai 206.288 koperasi, akan tetapi 61.449atau 29,79% dari seluruh koperasi yang ada dinyatakan tidak aktif. Jumlah ini menunjukkan adanya peningkatan kuantitas jika dibandingkan data tahun 2013 yang hanya 192.443 koperasi saja, walaupun jumlah koperasi yang tidak aktif cukup tinggi.Berdasarkan data tersebut kita dapat mengatakan bahwa potensi perkoperasian di Indonesia sangatlah besar. Oleh karena itu, seyogyanya semua pihak harus selalu menggemakan kebangkitan koperasi, mencari solusi dan jangan membiarkan koperasi itu mati satupersatu.Adanya 29,79% koperasi yang tidak aktif menunjukkan adanya masalah dalam pengembangan koperasi di Indonesia saat ini, salah satunya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia penggerak koperasi Indonesia.

(8)

disorientasi, bukan kesejahteraananggota yang menjadi tujuan tetapi keuntungan pribadi. Selain itu, koperasi-koperasi belum bisa menjadi satu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama, masih berdiri dengan kepentingan masing-masing. 2) Masalah eksternal koperasi antara lain iklim usaha yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras dengan kehendak anggota koperasi dan tekanan arus globalisasi (Spanji, 2011; Syahrizal, 2012).

Revitalisasi dan pembangunan koperasi harus menjadi bagian integral dari paket pembangunan demokrasi bidang ekonomi dan dalam usaha besar bangsa kita mengatasi kemiskinan. Koperasi sebagai badan usaha yang mengembangkan potensi masyarakat merupakan bentuk konkrit dari sistem ekonomi kerakyatan. Jika dulu pemerintah bisa menciptakan sistem perbankan, lembaga ekspor, insentif investasi dan kebijakan proteksi pada sektor industri besar, maka semangat serupa itu seharusnya juga dilakukan untuk merekontruksi pembangunan koperasi.

Menurut Parlindungan (2012) peran pemerintah terhadap kemajuan koperasi dalam mengikutsertakan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi masih sangat diperlukan. Peran pemerintah terhadap eksistensi koperasi diharapkan konsen padapengembangan potensi sumberdaya ekonomi lokal dalam mendukung ketahanan ekonomi nasional. Pemberdayaan koperasi seyogyanya dilingkup makro maupun mikro dengan cara memfasilitasi pengembangan koperasi, baik permodalan, pemasaran, sampai pada peningkatan SDM oleh pemerintah. Pemerintah juga perlu memperhatikan aspek prasarana, pelayanan, pendidikan, dan penyuluhan koperasi. Jika ini dilakukan maka lambat laun akan tercipta koperasi yang mandiri dan memiliki prosfektif peningkatan perekonomian. Pemerintah perlu pula mendorong peningkatan volume produk ekspor yang dihasilkan koperasi, meningkatkan daya saing dannilai tambah produk, serta menumbuhkan koperasi yang mengani produk ekspor sektor riil.

(9)

koperasi dapat go international. 5) Aspek kelembagaan dengan meningkatkan legalitas badan koperasi melalui kerjasama dengan berbagai lembaga sehingga memungkinkan koperasi untuk membangun linkageprogram ke lembaga-lembaga keuangan formal.

Sebagian besar pelaku koperasi menjadikan koperasi sebagai pekerjaan sampingan, selain itu pendidikan dan pelatihan perkoperasian di Indonesia juga belum dimulai sejak dini sehingga pemahanan pelaku koperasi terhadap koperasi itu sendiri masih rendah yang menjadikan rendahnya kualitas sumber daya manusia koperasi di Indonesia. Pendidikan koperasi saat ini masih hanya sebatas sebagian kecil dari pelajaran ilmu ekonomi di sekolah-sekolah dan belum ada program khusus yang dilaksanakan untuk pendidikan dan pelatihan koperasi di sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi. Peran pemuda dalam penggerakan perkoperasian Indonesia juga belum optimal yang disebabkan minimnya pengetahuan pemuda terkait perkoperasian Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pemuda melalui pendidikan dan pelatihan perkoperasian untuk mengoptimalkan peran pemuda dalam perkoperasian Indonesia.

(10)

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah

1. Menjelaskan kondisi dan potensi perkoperasian Indonesia sebagai soko guru perekonomian Indonesia.

2. Menjelaskan konsep dan implementasi INSOCOM sebagai solusi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia pelaku koperasi Indonesia terutama pemuda.

(11)

BAB II PEMBAHASAN A. Potensi Perkoperasian Indonesia

Perekonomian Indonesia memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Sebagai Negara dengan perekonomian terbesar ke-16 di dunia, Negara kepulauan yang dinamis ini berpotensi menempati peringkat terbesar ketujuh pada tahun 2030. Indonesia memiliki mayoritas penduduk berusia muda dan sedang dalam proses urbanisasi dan dengan demikian mendorong pertumbuhan penghasilan. Kekayaan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam disini menggambarkan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang besar dan kaya. Melihat peluang dan potensi tersebut, kita harus memperbaiki tata kelola dan sistem pembangunan ekonomi nasional yang menganut prinsip kekeluargaan dan berasaskan usaha bersama. Berdasarkan data koperasi yang dirilis oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada 31 Juni 2014, jumlah koperasi di Indonesia saat ini mencapai 206.288 koperasi, akan tetapi 61.449 atau 29,79% dari seluruh koperasi yang ada dinyatakan tidak aktif.

B. Masalah Koperasi diIndonesia

(12)

Indonesia perlu mencontoh implementasi good corporate governance (GCG) yang telah diterapkan pada perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum perseroan.

Prinsip GCG dalam beberapa hal dapat diimplementasikan pada koperasi. Untuk itu, regulator, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM perlu memperkenalkan secara maksimal suatu konsep GCG atau tata kelola koperasi yang baik. Lebih rincinya, konsep GCG sektor koperasi perlu dimodifikasi sedemikian rupa untuk menjawab tantangan pengelolaan koperasi yang semakin kompleks. Implementasi GCG perlu diarahkan untuk membangun kultur dan kesadaran pihak-pihak dalam koperasi untuk senantiasa menyadari misi dan tanggung jawab sosialnya, yaitu menyejahterakan anggotanya.

Koperasi Indonesia perlu memastikan beberapa langkah strategis yang memadai dalam implementasi GCG. Pertama, koperasi perlu memastikan bahwa tujuan pendirian koperasi benar-benar untuk menyejahterakan anggotanya. Pembangunan kesadaran akan tujuan perlu dijabarkan dalam visi, misi dan program kerja yang sesuai. Pembangunan kesadaran akan mencapai tujuan Ketiga, pembenahan kondisi internal koperasi. Praktik-praktik operasional yang tidak efisien dan mengandung kelemahan perlu dibenahi. Dominasi pengurus yang berlebihan dan tidak sesuai dengan proporsinya perlu dibatasi dengan adanya peraturan yang menutup celah penyimpangan koperasi merupakan modal penting bagi pengelolaan koperasi secara profesional, amanah, dan akuntabel.

Ketidakamanahan dari pengurus dan anggota akan membawa koperasi pada jurang kehancuran. Inilah yang harus diperkecil dengan implementasi GCG. Kedua, perbaikan secara menyeluruh. Kementerian Koperasi dan UKM perlu menyiapkan blue print pengelolaan koperasi secara efektif dan terencana. Blue print koperasi ini nantinya diharapkan akan menjadi panduan bagi seluruh koperasi Indonesia dalam menjalankan kegiatan operasinya secara profesional, efektif dan efisien.

C. Kondisi Ideal untuk Perkoperasian

(13)

koperasi sejak anggota baru masuk. Kedua, kemandirian koperasi yang didukung dengan kuatnya akses permodalan dan jaringan usaha. Modal utama koperasi didapatkan dari simpanan wajib dan simpanan pokok anggota. Kemudian usaha koperasi harus sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anggota khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Ketiga, koperasi tersebut mendapatkannya perlindungan dan dukungan usaha secara optimal oleh pemerintah pusat maupun daerah. Dukungan disini dapat berupa materi maupun non materi mengenai kebijakan pembangunan ekonomi masing-masing daerah.

D. Sistem Koperasi di Negara Maju

Kegiatan berkoperasi dan organisasi koperasi pada mulanya diperkenalkan di Inggris di sekitar abad pertengahan. Pada waktu itu misi utama berkoperasi adalah untuk menolong kaum buruh dan petani yang menghadapi problem-problem ekonomi dengan menggalang kekuatan mereka sendiri. Kemudian di Perancis yang didorong oleh gerakan kaum buruh yang tertindas oleh kekuatan kapitalis sepanjang abad ke 19 dengan tujuan utamanya membangun suatu ekonomi alternatif dari asosiasi-asosiasi koperasi menggantikan perusahaan-perusahaan milik kapitalis (Moene dan Wallerstein, 1993). Ide koperasi ini kemudian menjalar ke AS dan negara-negara lainnya di dunia.

(14)

Berdasarkan penelitian terhadap perkembangan dari koperasi-koperasi pekerja di AS Lawless dan Reynolds (2004) memberikan beberapa kriteria kunci dan praktek-praktek terbaik. Menurut mereka, kriteria-kriteria kunci untuk memulai suatu koperasi yang berhasil adalah sebagai berikut: (1) memiliki kepemimpinan yang visioner yang bisa “membaca” kecenderungan perkembangan pasar, kemajuan teknologi, perubahan pola persaingan, dan lain-lain.; (2) menerapkan struktur organisasi yang tepat yang merefleksikan dan mempromosikan suatu kultur terbaik yang cocok terhadap bisnis bersangkutan (antara lain kondisi pasar/persiangan dan sifat produk atau proses produksi dari produk bersangkutan); (3) kreatif dalam pendanaan (jadi tidak hanya tergantung pada kontribusi anggota, tetapi juga lewat penjualan saham ke non-anggota atau pinjam dari bank); dan (4) mempunyai orientasi bisnis yang kuat. Sedangkan best practices menurut mereka adalah termasuk: (1) anggota sepenuhnya memahami industri-industri atau sektor-sektor yang mereka guleti dan kekuatan-kekuatan serta kelemahan-kelemahan dari koperasi mereka; (2) struktur organisasi atau pola manajemen yang diterapkan sepenuhnya didukung oleh anggota (sistem manajemen bisa secara kolektif atau dengan suatu struktur hirarki manajemen/dewan pengurus; (3) punya suatu misi yang didefinisikan secara jelas dan fokus; dan (4) punya pendanaan yang cukup.

(15)

mengembangkan kebijakan-kebijakan yang jelas terhadap konfidensial dan konflik kepentingan.

Misalnya menurut Soetrisno (2001) model-model keberhasilan koperasi di dunia umumnya berangkat dari tiga kutub besar, yaitu konsumen seperti di Inggris, kredit seperti di Perancis dan Belanda dan produsen yang berkembang pesat di daratan Amerika, khususnya AS dan di beberapa negara di Eropa. Dari evaluasinya, Soetrisno melihat ada beberapa syarat agar koperasi bisa maju, yakni: 1) skala usaha koperasi harus layak secara ekonomi2) koperasi harus memiliki cakupan kegiatan yang menjangkau kebutuhan masyarakat luas, kredit (simpan-pinjam) dapat menjadi platform dasar menumbuhkan koperasi 3) posisi koperasi produsen yang menghadapi dilema bilateral monopoli menjadi akar memperkuat posisi tawar koperasi dan pendidikan dan peningkatan teknologi menjadi kunci untuk meningkatkan kekuatan koperasi (pengembangan SDM).

Perkembangan koperasi di negara maju, di Belanda, misalnya, Rabbo Bank adalah bank milik koperasi, yang pada awal dekade 20-an merupakan bank ketiga terbesar dan konon bank ke 13 terbesar di dunia. Di banyak negara maju koperasi juga sudah menjadi bagian dari sistem perekonomian. Ternyata koperasi bisa bersaing dalam sistem pasar bebas, walaupun menerapkan asas kerja sama daripada persaingan. Di AS, 90% lebih distribusi listrik desa dikuasai oleh koperasi. Di Kanada, koperasi pertanian mendirikan industri pupuk dan pengeboran minyak bumi. Di negara-negara Skandinavia, koperasi menjadi soko guru perekonomian. Di Jerman, bank koperasi Raifaissen sangat maju dan penting peranannya, dengan kantor-kantor cabangnya di kota maupun desa.

(16)

survive di dalam persaingan pasar, bukan untuk menggantikan sistem pasar yang berlaku. Selama ada distorsi pasar, selama ada kelompok produsen atau petani lemah atau masyarakat yang ”termarjinalisasi”, koperasi akan tetap ada.

Saat ini koperasi-koperasi pertanian di negara maju juga menerapkan teknologi informasi, terutama untuk manajemen operasi dan komunikasi elektronik dengan pembeli dan pemasok. Banyak koperasi pertanian modern memasarkan produk-produk mereka yang bernilai tambah tinggi: komoditi-komoditi dari para anggota (petani) diproduksi, diproses lebih lanjut, di bungkus sedemikian rupa hingga bisa dijual dengan harga tinggi (Vandeburg dkk., 2000). Dalam menghadapi persaingan, koperasi harus melakukan strategi-strategi yang umum dilakukan oleh perusahaan-perusahaan modern (non-koperasi) atau bahkan yang dilakukan oleh koperasi-koperasi di Negara maju seperti penggabungan dua atau lebih koperasi, akuisisi, atau kerjasama dalam bentuk joint ventures dan aliansi strategis, tidak hanya antar koperasi tetapi juga dengan perusahaan-perusahaan non-koperasi; diversifikasi produksi, spesialisasi, penerapan teknologi informasi, terutama untuk manajemen operasi dan komunikasi elektronik dengan pembeli dan pemasok.

E. Strategi Pergerakan untuk Perkembangan Koperasi di Indonesia

(17)

jumlah koperasi produsen menurut komoditi, daerah dan bentuk serta orientasi pasar, seperti yang dilakukan FAO untuk data pertanian dunia.

F. Peran Pemuda dalam Implementasi Pengkaderan Koperasi

Jalur pengkaderan koperasi dapat dibagi menjadi tiga jalur, yaitu jalur formal, informal dan nonformal. Jalur formal merupakan pengkaderan yang diselenggarakan atau dilaksanakan dalam proses pelatihan/ pengkaderan secara berjenjang dan berkesinambungan. Jalur formal dalam keanggotaan koperasi misalnya pendidikan dasar keanggotaan koperasi, pendidikan dan pelatihan kepengurusan koperasi, pendidikan dan pelatihan tenaga fasilitator pendidikan koperasi, pendidikan manajemen organisasi dan kepemimpinan, dan lain-lain

Jalur informal merupakan pengkaderan yang dilaksanakan atau terjadi selama seorang calon kader berinteraksi dan berproses berkaitan dengan tugas dan tanggungjawab dalam strukur kepengurusan/ organisasi, jadi internalisasi nilai-nilai dan muatan dan pengalaman terjadi dalam kurun waktu tersebut. Sementara jalur nonformal merupakan pengkaderan yang diselenggarakan di luar jalur formal dan informal melalui proses pembinaan interaksi/ internalisasi nilai tertentu yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Yang termasuk jalur pengkaderan nonformal pengkaderan koperasi adalah usaha mandiri/ kelompok, kepanitian, seminar/ pelatihan lain, lokakarya, diskusi dan kegiatan di luar negeri.

Jenis pengkaderan adalah pengkaderan yanag dikelompokkan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya. Jenis dibedakan pada dua bagian yaitu, akademik dan keahlian. Pengkaderan dengan jenis akademik merupakan pengkaderan yang diarahkan terutama pada penguasaan pengetahuan perkoperasian dan yang terkait, tanpa mengabaikan ketermapilan lainnya yang berhubungan dengan muatan seorang calon kader. Yang termasuk jenis akademik, yaitu pendidikan dan pelatihan fasilitator pendidikan koperasi, pendidikan dan pelatihan manajemen organisasi dan kepemimpinan, serta pendidikan dan pelatihan advokasi koperasi dan ekonomi, strategi dan taktik.

(18)

usaha mikro.Jenjang pengkaderan adalah suatu tahap dalam proses pengkaderan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat pengembangan calon kader serta keluasan dan kedalaman materi pengkaderan. Jenjang pengkaderan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu jenjang dasar, jenjang menengah dan jenjang tinggi/ khusus. Jenjang dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan sadar berkoperasi yang diperlukan untuk berinteraksi dalam koperasi sesuai dengan kedudukannya sebagai anggota. Yang termasuk jenjang dasar ini adalah pendidikan keanggotaan koperasi (formal), aktivitas dalam kepengurusan koperasi (informal) dan aktivitas lainnya (nonformal).

Jenjang menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pengetahuan dan keterampilan dasar serta menyimpankan calon kader untuk menjadi pengurus atau pengawas koperasi yang memiliki kemampuan hubungan timbale balik antara calon kader (sebagai pengurus koperasi) dengan lingkungan interaksinya baik intern koperasi maupun ekstern serta dapat mengembangkan kemampuannya lebih lanjut. Yang termasuk jenjang menengah ini adalah pendidikan kepengurusan koperasi (formal), aktivitas dalam kepengurusan koperasi (informal) dan aktivitas lainnya (nonformal).

Jenjang tinggi/ khusus merupakan kelanjutan dari jenjang pengkaderan menengah yang dimaksudkan untuk menyiapkan seorang calon kader memiliki kemampuan akademik atau keahlian. Kemampuan tersebut merupakan bekal secara praktis bagi seorang kader dalam melakukan pengabdian kader. Yang termasuk jenjang tinggi/ khsusu ini adalah pendidikan dan pelatihan tenaga fasilitator pendidikan koperasi, pendidikan dan pelatihan manajeman organisasi dan kepemimpinan, penidikan dan pelatihan advokasi koperasi dan ekonomi, srategi dan taktik.

G. Indonesian Sustainable Youth Creative-CooperativeMovement (INSOCOM) 1. Konsep INSOCOM

(19)

sistem pengkaderan yang terstruktur dan sistematis. Generasi muda Indonesia merupakan calon penerus perjuangan bangsa di masa yang akan datang yang terdiri dari siswa tingkat 4-6 Sekolah Dasar, siswa Sekolah Menengah Pertama sederajat, siswa Sekolah Menengah Atas sederajat, dan mahasiswa program sarjana dan diploma, serta alumni SMA sederajat. Koperasi menurut Internasional CooperativeAlliance (ICA)buku The Cooperative Principleskarangan P.E. Weraman adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum,yang bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan berusaha bersama saling membantu antara yang satu denan yang lainnya dengan cara membatasi keuntungan usaha tersebut harus didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomi. Sehingga INSOCOM merupakan suatu gerakan untuk mencetak kader muda koperasi Indonesia yang berasal dari siswa SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa yang mampu menggerakkan perkoperasian Indonesia untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.

2. Langkah Implementasi INSOCOM

Langkah awal penerapan INSOCOM adalah dengan membuat kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian yang bertingkat disesuaikan dengan target dan sasaran pengkaderannya. Kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian ini dapat diterapkan sebagai salah satu kegiatan ekstra kurikuler di sekolah-sekolah untuk menciptakan duta koperasi Indonesia yang berasal dari siswa mulai SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa yang mampu menjadi motor penggerak perkoperasian di sekolah dan/atau kampus masing-masing melalui koperasi siswa dan/atau koperasi mahasiswa sehingga akan tercipta semangat berkoperasi yang baik di kalangan generasi muda Indonesia.

(20)

diperlukan untuk berinteraksi dalam berkoperasi sesuai dengan kedudukannya.Misalnya aktivitas sebuah komunitas atau hobi yang arahannya dibentuk sebuah koperasikomunitas tersebut. Sedangkan kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian untuk mahasiswa bertujuan untuk melanjutkan dan meluaskan pengetahuan dan keterampilan dasar serta praktek riil mengelola koperasi dan usaha secara professional, ikut terlibat secara aktif mengenai isu dan kebijakan ekonomi pemerintah serta menyiapkan calon kader untuk menjadi pengurus koperasi yang memiliki timbal dengan lingkungan interaksinya baik intern maupun ektern koperasi.

Penyusunan kurikulum ini dilakukan dengan melibatkan Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah, Dewan Koperasi Indonesia, Koperasi Pemuda Indonesia, dan unsur-unsur perkoperasian lainnya melalui suatu musyawarah nasional yang diikuti oleh penggerak koperasi yang berkompeten di bidangnya sehingga mampu menghasilkan suatu standar kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing jenjang pengkaderan yang ada. Setelah tersusun suatu standar kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian Indonesia, selanjutnya dilakukannyaworkshopdan lokakarya dalam rangka mensosialisasikan sekaligus melegitimasi standar kurikulum tersebut ke penggerak koperasi di daerah masing-masing termasuk pembina koperasi siswa di sekolah-sekolah.

(21)

percontohan ini di bawah bimbingan dan pengawasan dari Kementerian Koperasi dan UKM dan Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah. Sedangkan penerapan INSOCOM di perguruan tinggi dilakukan melalui kolaborasi dengan koperasi mahasiswa (Kopma) kampus setempat.

Koperasi melandaskan nilai menolong diri sendiri, demokrasi, kebersamaan, keadilan dan solidaritas. Berdasarkan tradisi para pendirinya para anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etis yaitu kejujuran, keterbukaan, tanggungjawab sosial dan peduli pada orang lain.Menurut AS Hornby dikatakan bahwa, “cadre is a small group of people who are specially chosen and trained for group; they were to become the cadres of the new communist party”. Jadi kader adalah sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar. Berdasarkan pengertian di atas, maka seorang kader selayaknya memiliki nilai perjuangan sebagai berikut:

1. Memaknai perjuangan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai-nilai yang membebaskan (liberation force),

2. Memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas,

3. Mempunyai komitmen yang permanen utuh dan konsisten dalam memperjuangkan kebenaran,

4. Memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan yang lebih besar, dan

5. Memiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika di sekitar lingkungannya.

Merujuk paparan di atas, maka aktivitas pengkaderan diarahkan dalam rangka membentuk kader koperasi dengan profil terciptanya pemuda yang sehat fisik, mental/ emosional dan spiritual, yang berwawasan koperasi, kreatif, mandiri dan professional. Penjelasan akan wujud profil kader koperasi tersebut adalah : a. Sehat fisik, sehingga tubuhnya terasa segar bugar dan nyaman

b. Sehat mental/ emosi, antara lain;

- Terbebas dari belenggu prasangka-prasangka negatif - Terbebas dari prinsip-prinsip hidup yang menyesatkan

(22)

- Terbebas dari egoisme kepentingan dan prioritas - Terbebas dari pembanding-pembanding yang subyektif - Terbebas dari literatur-literatur yang menyesatkan

Terbebasnya dari berbagai rintangan pikiran di atas diharapkan seorang kader menjadi individu yang mempunyai pengendalian diri yang kuat, antara lain; - Senantiasa berusaha mencari dan memahami kebenaran

- Senantiasa menghindari kekerasan/ pemaksaan - Senantiasa menghindari rasa ingin dipuji orang lain - Senantiasa menghindari keserakahan

- Senantiasa menghindari ekstrimtas/ berlebihan

- Senantiasa menyatakan dengan hati, bahwa Allah SWT adalah pemilik tunggal atas apapun di jagad raya ini, dan berserah diri hanya kepada-Nya

c. Sehat spiritual/kecerdasan spiritual, yaitu kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif), dan memiliki pola penikiran yang tauhid (integralistik), serta berprinsip hanya karena Allah SWT. Sosok di atas adalah pribadi yang memiliki kemerdekaan absolut, sehingga dalam implementasi perkoperasian dan kewirausahaan akan dengan mudah kita membentuk kader yang mempunyai visi yang jelas dalam membangun koperasi di Indonesia.

d. Mandiri; tidak hanya mandiri dalam arti fisik belaka namun mandiri dalam pemikiran serta tidak bergantung pada siapapun. Hanya memiliki satu ketergantungan yaitu terhadap Yang Maha Kuasa, sehingga dirinya menjadi orang yang pantang menyerah.

e. Kreatif; senantiasa berkreasi dan menciptakan dalam rangka fungsi kekhalifahanya dan rahmatil lil ‘alamin, senantiasa melakukan evaluasi dan proses penyempurnaan secara terus menerus yang tiada henti.

(23)

17

sebenarnya, terciptanya kualitas kader koperasi sebagai penggerak pembangunan perekonomian nasional.

Langkah ketiga setelah pembentukan sekolah percontohan adalah tahap evaluasi program INSOCOM. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi dari program INSOCOM yang diimplementasikan di sekolah-sekolah percontohan. Pada tahap ini pula akan dapat diketahui permasalahan dan/atau hambatan yang terjadi sehingga dapat ditentukan tindakan koreksi dan antisipasi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi sekaligus untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan serupa. Evaluasi ini diadakan secara periodik dan berkelanjutan setiap 1 tahun sekali oleh Dinas Koperasi dan Dinas Pendidikan setempat dengan audit secara langsung ke sekolah-sekolah percontohan tersebut dengan kerja sama dan sinergisitas antara kedua lembaga.

Langkah keempat adalah promosi dan sosialisasi program INSOCOM. Sekolah-sekolah yang menjadi target implementasi program INSOCOM diajak studi lapang ke sekolah percontohan yang sebelumnya telah dilaksanakan program ini. Promosi dan sosialisasi ini dilakukan dengan penyuluhan dan pendampingan oleh pemerintah melalui Kementrian Koperasi ke sekolah-sekolah yang potensial untuk dikembangkan INSOCOM.Langkah terakhir adalah pelaksanaan program INSOCOM secara nasional.

Skema Tahapan Pelaksanaan INSOCOM adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Skema Tahapan Pelaksanaan INSOCOM

3. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Implementasi INSOCOM

Untuk mendukung terlaksananya program INSOCOM ini diperlukan kerja sama antara berbagai pihak atau stakeholder dalam implementasi program INSOCOM. Pemerintah melalui Kementrian Koperasi dan UKMdan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah merupakan penggerak

(24)

dan penentu kebijakan terlaksananya INSOCOM terutama pada penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian. Dinas Koperasi menjadi pendamping bagi sekolah yang mengimplementasikan INSOCOM, serta menyediakan alternatif solusi berdasarkan keilmuannya ketika terjadi permasalahan dalam implementasi program ini. Sedangkan siswa dan mahasiswa merupakan target pelaksana dalam program INSOCOM ini. Dengan diterapkannya INSOCOM ini siswa dan mahasiswa tidak hanya mendapat tambahan pengetahuan dan pengalaman mengenai koperasi, mereka juga dapat menjadi penggerak perkoperasian Indonesia melalui implementasi ini.

Pada awal dan dalam proses implementasi INSOCOM ini diperlukan dana yang tidak sedikit, oleh karena itu peran bank sebagai penyedia dana sangatlah dibutuhkan. Oleh karena itu, pemerintah perlu menjalin kerja sama dengan bank yang mampu menyediakan dana untuk implementasi INSOCOM dengan bunga yang rendah, harapannya akan mampu membantu kebutuhan finansial pelaksana INSOCOM tanpa memberatkan dengan bunga kredit bank yang tinggi untuk pendirian koperasi siswa di sekolah. Pengusaha baik dari pihak swasta ataupun badan usaha milik pemerintah juga bisa dilibatkan sebagai mitra koperasi. Pelibatan pihak swasta ini dapat dilakukan dengan konsep kemitraan Dengan adanya keterpaduan antar beberapa stake holder tersebut menunjukkan bahwa INSOCOM mampu memadukan berbagai pihak dalam mensukseskan terlaksananya program ini.

Dalam rangka optimalisasi penerapan INSOCOM, maka sinergisitas dan komitmen dari masing-masing lembaga atau stakeholder yang terlibat menjadi kunci utama kesuksesan INSOCOM. Pembahasan terkait INSOCOM mulai dari perencanaan sampai dengan penerapan melibatkan semua stakeholder yang nantinya akan dilibatkan, hal ini akan meminimalisasi terjadinya ego-sektoral dalam penerapan INSOCOM.

H. Program Pendukung Pembentukan Duta Koperasi

(25)

obyeknya maupun subyeknya. Duta koperasi memiliki beberapa fungsi penting, diantaranya menjadi pelopor dalam masyarakat akan pentingnya sadar koperasi, menjadi salah satu faktor dalam kemajuan perkoperasian, menjadi media promosi koperasi, dan menjadi sarana dan prasarana masyarakat untuk mengenal segala hal dalam koperasi. Seorang yang dipilih sebagai duta koperasi diharapkan memenuhi persyaratan salah satunya memahami secara detail konsep tentang perkoperasian serta,memiliki brain, beauty,dan behavior. Konsep pemahaman konsep perkoperasian, brain, beauty, dan behaviorsebagai syarat yang harus dipenuhi seorang duta koperasi tentunya akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan konsep-diri setiap orang yang menjalankan peran sebagai duta koperasi.

Pemilihan duta koperasi berdasarkan beberapa kualifikasi yang paling mendasar yaitu pengetahuan pendidikan berkoperasi serta memiliki jiwa berkoperasi yang sesuai dengan nilai-nilai koperasi. Duta koperasi akan melakukan sosialisasi tentang koperasi di daerah-daerah serta mengajak masyarakat umum untuk memahami dan mau berkoperasi. Selain itu juga duta koperasi sebagai penggiat koperasi di masyarakat umum serta berperan dalam pergerakan dalam program pengembangan perkoperasian di Indonesia. Pembentukan duta koperasi dimaksudkan untuk memotivasi para pemuda untuk berlomba-lomba melakukan pergerakan koperasi di Indonesia, selain itu memperkuat pergerakan perkembangan koperasi di Indonesia diharapkan dapat mengembalikan nilai-nilai koperasi yang mendasar yaitu koperasi soko guru bangsa, hal ini menyatakan bahwa koperasi sebagai pilar perekonomian bangsa Indonesia.

Duta koperasi dapat dipilih sesuai dengan jenjang pendidikan perkoperasian yang diterapkan dari SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa. Pemilihan duta koperasi ini mampu menerapkan dan menanamkan jiwa berkoperasi sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dari sini nanti diharapkan mampu ikut serta dalam mensosialisasikan ke masyarakat umum tentang pentingnya berkoperasi sehingga hal ini merupakan suatu program yang mendukung dalam perkembangan pergerakan koperasi.

(26)
(27)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Dari pendahuluan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam bidang perkoperasian yang dapat dikembangkan dengan lebih optimal untuk mengembalikan koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia yaitu kuantitas koperasi yang banyak, namun belum diimbangi dengan kualitas yang baik.

2. INSOCOM merupakan inovasi program yang diusulkan penulis yang bertujuan untuk menggerakkan generasi muda Indonesia dalam mengembangkan perkoperasian Indonesia yang kreatif dan berkelanjutan dengan membekali generasi muda dengan penanaman prinsip dan jati diri koperasi sejak dini melalui sistem pengkaderan yang terstruktur dan sistematismelalui 5 tahapan, yaitu langkah awal: penyusunan standar kurikulum pendidikan dan pelatihan perkoperasian Indonesia, penunjukan dan pembentukan sekolah-sekolah percontohan, evaluasi program INSOCOM, langkah ketiga: promosi dan sosialisasi INSOCOM, dan langkah terakhir: pelaksanaan INSOCOM secara nasional.

3. INSOCOM mampu membentuk sumber daya manusia yang memiliki jiwa koperasi sehingga diyakini mampu menggerakkan perkoperasian Indonesia menjadi lebih baik. B. Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas program INSOCOM sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk perkoperasian Indonesia yang lebih baik. C. Keterbatasan

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Awang, San Afri (2009). Konsep Ekonomi Kerakyatan Dan Aplikasinya Pada Sektor Kehutanan. http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/sanafri.htm diakses pada 9 November 2014.

Ishaq, A.A. (2012). Upaya Mewujudkan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Potensi Lokal Kabupaten Tasikmalaya. Makalah Seminar Ekonomi Kerakyatan Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama Kabupaten Tasikmalaya17 Desember 2012.

Jangkung Handoyo Mulyo (2007). Revitalisasi Ekonomi Kerakyatan Melali Pemberdayaan Gerakan Koperasi. http://io.ppi-jepang.org/article

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2014). Data Koperasi 31 Juni 2014. http:// www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=file&id=377:data-koperasi-30-juni-2014&Itemid=93 diakses apda 9 November 2014.

Lawless, Greg dan Anne Reynolds (2004), “Worker Cooperatives: Case Studies, Key Criteria & Best Practices”, UWCC Staff Paper No.3, July, University of Wisconsin Center for Cooperatives, Madison.

Moene, Karl Ove dan Michael Wallerstain (1993), “Unions versus Cooperatives”, dalam Samuel Bowles, Herbert Gintis, dan Bo Gustafsson (eds.), Markets and Democracy Participation, Accountability and Efficiency, Cambridge University Press.

McKenna, Thomas (2001), “What’s the Value of Cooperatives?”, makalah dalam Farmer Cooperatives Conference”, Oktober 29-30, Las Vegas.

Pitman, Lynn (2005), “Cooperatives in Wisconsin”, mimeo, University of Wisconsin Center for Cooperatives. Madison.

Soetrisno, Noer (2001), “Rekonstruksi Pemahaman Koperasi, Merajut Kekuatan Ekonomi Rakyat”, Instrans, Jakarta

Spanji, W. (2011). Kelebihan dan Kelemahan Koperasi.Ebook. Jakarta:m Gunadarma. Stiglitz, Joseph (2006), Making Globalization Work, New York: W.W. Norton & Company. Syahrizal, A. (2012). Mengenal Esensi Gerakan Koperasi. Makalah diskusi tentang “Esensi

(29)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Ketua Kelompok

1. Nama Lengkap : Ahmad Mursid

2. Tempat Tanggal Lahir : Sukoharjo, 03 November 1992

3. NIM : H0510003

4. Alamat Rumah : Kompleks Pondok Pesantren Ulul Albab

Dk. Tulakan RT.02/RW.VII Ds. Godog Kec.Polokarto Kab.Sukoharjo 57555

5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Nomor Telepon : 085728028628

7. E-mail : ahmadmursid58@yahoo.com

8. Pendidikan :

SD : MI Muhammadiyah Lemahbang

SMP : MTs Muhammadiyah Blimbing

SMA : SMA N 3 Sukoharjo

Perguruan Tinggi : Peternakan Fakultas Pertanian UNS

9. Pengalaman Organisasi:

a. Ketua Umum/ Direktur Utama KOPMA UNS 2013-2015

b. Ketua Umum PR Pemuda Muhammadiyah dukuh Tulakan 2011-2015 c. Pengurus Bidang KESRA PMPA KOMPOS FP UNS 2012-2014 d. Staff Bidang Kaderisasi PC Pemuda Muhammadiyah 2012-2016 e. Ketua Dept. Bidang Koperasi dan UKM BPC HIPMI 2013-2016 f. Ketua Perwakilan Wilayah KOPINDO 2014-2017

g. Ketua Kompartmen Peternakan Bidang Agribisnis Bidang Kelautan BPD HIPMI 2014-2017

PRESTASI-PRESTASI

PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa) DIKTI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

(30)

2012 : “Ransum Jerami Fermentasi” sebagai Alternatif Menjawab Kekurangan Pakan Ternak Kambing di Desa Tlogo Plosorejo Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora

Kompetisi Business Plan Kementerian Koperasi dan UKM RI

2013 : DOKU (Donat Ketela Ungu)

Kompetisi PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) LPPM UNS, DIKTI.2014 : Brownies Kukus Ketam Hitam dan Putih

Surakarta, November 2014

(31)

Anggota 1

1. Nama Lengkap : Nurul Kusmiyati

2. Tempat Tanggal Lahir : Sukoharjo, 21 Agustus 1993

3. NIM : M0411052

4. Alamat Rumah : Kluyon RT02/RW01, Waru, Baki, Sukoharjo 57556 5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Nomor Telepon : 085647552555

7.E-mail : nurulkusmiyati21@gmail.com

8. Pendidikan :

SD : SD N 2 Trosemi

SMP : SMP N 1 Gatak

SMA : SMA N 7 Surakarta

Perguruan Tinggi : Biologi FMIPA UNS

10. Pengalaman Organisasi:

a. Bendahara Umum Studi Ilmiah Mahasiswa UNS 2013-2014 b. Asisten Pengurus Personalia KOPMA UNS 2011-2012 c. Staf Jaringan Eksternal BEM FMIPA UNS 2012 d. Staff Bendahara HIMABIO 2013

e. Bendahara Umum Forum Komunikasi Remaja Masjid 2008- Sekarang Surakarta, November 2014

Nurul Kusmiyati

(32)

Anggota 2

1. Nama Lengkap : Rachmad Adi Riyanto

2. Tempat Tanggal Lahir : Temanggung, 27 Agustus 1990

3. NIM : H0910056

4. Alamat Rumah : Demangan 07/05, Ngadirejo, Temanggung 5. Jenis Kelamin : Laki – laki

6. Nomor Telepon : 0858 789 777 02

7. E-mail : rach.addhie@gmail.com

8. Pendidikan :

SD : SD N 1 Ngadirejo

SMP : SMP N 1 Ngadirejo

SMA : SMK N 1 Temanggung

Perguruan Tinggi : Ilmu dan Teknologi Pangan FP UNS

9. Pengalaman Organisasi:

a. Ketua Ikatan Mahasiswa Berprestasi UNS 2013-2014

b. Staff Riset dan Teknologi Badan Semi Otonom Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian (BSO HIMAGHITA) 2013

c. Coordinator Public Relation Departmen International Association of Student in Agricultural and Related Sciences (IAAS) LC UNS 2012

d. Koordinator Divisi Pengembangan Inovasi dan Kreativitas Mahasiswa Kelompok Studi Ilmiah (KSI) FP UNS 2012

e. Staf Divisi Penelitian Studi Ilmiah Mahasiswa (SIM) UNS 2011-2012

f. Koordinator Divisi Administrasi Kelompok Studi Ilmiah (KSI) FP UNS 2011

g. Staf Departemen Litbang dan Kehumahasan Biro Asistensi Agama Islam (Biro AAI) UNS 2011-2012

h. Staf Kaderisasi Forum Ukhuwah dan Studi Islam (FUSI) FP UNS 2011-2012

(33)

11. Karya ilmiah :

a. DOTEKASU (Dodol Wortel Kaya Susu): Mengoptimalkan Potensi Wortel yang Melimpah di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali (PKMM DIKTI, 2013).

b. Inventarisasi Budaya dan Nilai Luhur Bangsa Indonesia melalui Website Ensiklopedia Digital www.budayapedia.com (Beasiswa DataPrint, 2011)

c. Pengaruh Pemanis Rendah Kalori Stevia Terhadap Indeks Glisemik Dan Kualitas Sensoris Pada Teh Hitam : Sebuah Solusi Alternatif Bagi Penderita Diabetes Mellitus (PKMP DIKTI, 2011)

12. Penghargaan:

a. Finalis Mahasiswa Berprestasi tingkat Nasional 2013

b. Juara 1 Seleksi Mahasiswa Berprestasi Universitas Sebelas Maret 2013

c. Juara 3 Seleksi Mahasiswa Berprestasi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret 2013

d. Juara harapan 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa tingkat Nasional Agrotek Fair 2013

e. Juara 2 National Essay Competition 2012

f. Juara 1 Lomba MTQ bidang M2IQ se-UNS 2012 g. Juara 6 Lomba Aktivis Berprestasi se-Jateng-DIY 2011

Surakarta, November 2014

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diolah adalah data waktu antar kerusakan (TTF) komponen mesin main pump hydraulic periode Januari sampai Desember 2012 untuk menentukan MTTF, kemudian diuji distribusi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET.. Universitas Pendidikan Indonesia

Penilaian tingkat kesehatan BPR dapat dilihat dari berbagai Aspek, diantaranya dengan menggunakan lima kelompok faktor yaitu Capital (Permodalan), Asset (Aktiva),

(1) Telah berhasil dibuat sistem kunci elektronik pada pintu ruang radiasi berbasis Android dengan kunci berlapis yaitu RFID, PIN, dan sidik jari dengan Arduino

Jadi apa yang diharapkan dengan mcnggunakan modul pembclajaran kendiri permasalahan perbezaan prestasi pelajar akibat dari masalah kelas bcsar

EWSD (Electronic Wahler System Digital) adalah sebuah sistem sentral telepon SPC (Store Programmed Control) digital yang dapat menyalurkan sinyal data, text, maupun gambar. Sentral

The aim of this study is to assess status of Ogan river water quality based on the National Sanitation Foundation-Water Quality Index method, whether Ogan river

(2011) dalam Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil (2011) menyatakan bahwa untuk menentukan pulau- pulau kecil yang bernilai tinggi dan layak investasi ekowisata