• Tidak ada hasil yang ditemukan

47 HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN RESIKO CEDERA KHUSUSNYA JATUH PADA LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "47 HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN RESIKO CEDERA KHUSUSNYA JATUH PADA LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG UPAYA

PENCEGAHAN RESIKO CEDERA KHUSUSNYA JATUH PADA

LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH

Erwin Yektiningsih*, Mujid Saroji** *) Dosen Akper Pamenang Pare- Kediri **) Perawat Puskesmas Ngancar Kab. Kediri

Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Banyaknya ditemukan masalah kejadian jatuh pada lansia bisa disebabkan karena minimnya pengetahuan tentang pencegahan resiko cidera jatuh pada lansia terutama di kalangan keluarga yang merupakan pengasuh lansia. Mereka menganggap bahwa selama lansia tidak sakit berarti lansia tidak akan mengalami kejadian jatuh.

Desain penelitian ini menggunakan cross sectional, dengan populasinya 125 keluarga yang mempunyai lansia. Sampel sebanyak 40 responden dan pengambilan sampel degan cara simple random sampling. Adapun variabel penelitian terdiri dari 2 variable. Variable independent yaitu pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera khususnya jatuh pada lansia dengan menggunakan instrument kuesioner, dan variable dependennya yaitu kejadian jatuh pada lansia degan instrument kuesioner.

Hasil penelitian keluarga berpengetahuan baik sekali 8 responden (20%), baik 15 responden (37,5%), cukup 8 responden (20%), dan kurang 9 responden (22,5%). Dan kejadian jatuh, tidak pernah jatuh 21 respoden (52,5%), jatuh 1 kali 11 responden (27,5%), dan jatuh lebih dari 1 kali 8 responden (20). Dari uji Spearman Rank didapatkan nilai signifikan 0,000 > 0,05 yang berarti Ho ditolak. Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cidera pada lansia terhadap kejadian jatuh.

Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera pada lansia sangat penting dimiliki oleh keluarga yang mempunyai lansia agar bisa memberikan asuhan yang tepat pada lansia teutama dalam pencegahan jatuhnya. Tetapi pengetahuan keluarga bukanlah semata-mata faktor yang mutlak mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia. Karena ada banyak faktor lain seperti pengalaman, lingkungan, dan lain-lain.

Kata Kunci : Keluarga, Jatuh, Lansia.

Latar Belakang

Menjadi tua merupakan suatu fase kehidupan yang dialami oleh manusia. Makin panjang usia seseorang, sejalan dengan pertambahan usia tubuh akan mengalami kemunduran secara fisik maupun psikologis. Secara fisik orang lanjut usia yang selanjutnya disebut lansia, mengalami kemunduran fungsi alat tubuh, atau disebut juga dengan proses degeneratif. Orang lansia akan terlihat dari kulit yang mulai keriput, berkurangnya fungsi telinga dan mata, tidak dapat bergerak cepat lagi, cepat merasa lelah, rambut menipis dan memutih, mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh berkurang (Fitriani Erda, 2009). Memang tidak bisa dibantah, bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya akan perlahan-lahan tetapi pasti menurun. Biasanya dari perubahan tersebut

mengakibatkan gangguan keseimbangan, nyeri-nyeri sendi, sehingga mudah jatuh (Nugroho Wayudi, 2000). Pengetahuan perawatan keluarga pada lansia saat ini sudah baik, namun ada juga yang masih belum mengerti tentang bagaimana cara merawat lansia yang baik di rumah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya; umur dari lansia, tingkat pendidikan keluarga, status ekonomi serta hubungan lansia dengan keluarga (Astutik Windri, 2005).

(2)

Statistik (BPS) provinsi Jawa Timur tahun 2007 jumlah lansia di Jawa Timur mencapai 4.209.817 jiwa atau (11,14%) dari jumlah penduduk di jawa timur yang berjumlah 37.794.003 jiwa (Reydra, 2009). Menurut dinas sosial, 2008 jumlah lansia di Kediri mencapai 6.302 jiwa. Dan jumlah lansia di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar berjumlah 350 jiwa dengan usia di atas 60 tahun dari jumlah keseluruhan penduduk 4176 jiwa. Dari studi awal di Desa Sempu didapatkan 10 keluarga yang mempunyai lansia ada 4 keluarga yang pernah mengalami jatuh.

Jatuh sering kali dialami oleh para lansia dan penyebabnya bisa multifaktor. Banyak faktor berperan di dalamnya, baik faktor intrinsik(dari dalam lansia) misalnya: kaku sendi, lemah otot, maupun faktor ekstrinsik misalnya: tersandung benda-benda,cahaya kurang terang dan sebagainya (Nugroho Wayudi, 2000).Karena secara umum lansia mengalami penurunan fisik, maka dari perubahan tersebut mengakibatkan kelambatan bergerak, keseimbangan terganggu sehingga mudah jatuh. Selain itu faktor gizi juga sangat berpengaruh terhadap keseimbangan lansia. Dimana kebutuhan gizi pada lansia merupakan pokok kelangsungan proses pergantian sel-sel dalam tubuh, dan guna mengatasi proses menua serta memperlambat terjadinya usia biologis (Nugroho Wayudi, 2000). Selain itu kurang gerak juga bisa menyebabkan jatuh, karena dengan kurang gerak metabolisme tubuh terganggu. Oleh karena itu lansia harus di cegah agar tidak jatuh dengan cara mengantisipasi hal-hal yang dapat mengakibatkan lansia itu jatuh. Misalnya; pasang pegangan tangan di kamar mandi dan di tangga, mengupayakan lantai bersih, tidak licin, rata dan basah, dan masih banyak cara lainnya (Nugroho Wayudi, 2000).

Dengan keadaan internal tersebut diatas tidak dapat dicegah atau dihindari tetapi merawat serta memotivasi lansia agar tidak cedera atau jatuh, maka perlu meningkatkan pengetahuan keluarga maupun lansia. Meningkatkan pengetahuan keluarga dan lansia tentang alat bantu yang digunakan untuk mencegah cedera jatuh misalnya tongkat dan kursi roda. Dan juga merenovasi lingkungan untuk mencegah cedera jatuh. Sehingga kejadian jatuh dapat dihindarkan.

Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan

resiko cedera khususnya jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh yang dilakukan di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh?

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan risiko cedera khususnya jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidintifikasi pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan risiko cedera khususnya jatuh pada lansia .

b. Mengidentifikasi kejadian jatuh pada lansia. c. Menganalisa hubungan antara pengetahuan

keluarga tentang upaya pencegahan risiko cedera khususnya jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh.

Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, desain yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan “cross sectional”

yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach)

artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua objek peneliti diamati pada waktu yang sama. Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera khususnya jatuh pada lansia sebagai variabel independen dan kejadian jatuh pada lansia sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri mulai tanggal 15 April–

(3)

jumlah sampelnya adalah sejumlah 95. Pengumpulan data dilakukan dengan mengundi responden yang mempunyai lansia dari setiap RW yang terdiri dari 6 RW. Kemudian mendatangi rumah dan mengumpulkan data dengan koesioner sebagai subyek penelitian yaitu keluarga yang mempunyai lansia di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Alat pengumpul data adalah berupa lembar kuesioner yang berisi pertanyaan yang harus diisi oleh keluarga. Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan yang bersifat tertutup yaitu reponden hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner pertama yang terdiri dari 18 pertanyaan, responden tinggal memilih jawaban Ya atau Tidak dengan memberi tanda cawang. Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan yang bersifat tertutup yaitu reponden hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner pertama yang terdiri dari 18 pertanyaan, responden tinggal memilih jawaban Ya atau Tidak dengan memberi tanda cawang ( ) untuk jawaban yang benar. Untuk kuesioner yang selanjutnya reponden memberi tanda cawang (  ), mengisi kode angka, serta menjawab pertanyaan yang telah disediakan. ) untuk jawaban yang benar. Untuk kuesioner yang selanjutnya reponden memberi tanda cawang (Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan yang bersifat tertutup yaitu reponden hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner pertama yang terdiri dari 18 pertanyaan, responden tinggal memilih jawaban Ya atau Tidak dengan memberi tanda cawang ( ) untuk jawaban yang benar. Untuk kuesioner yang selanjutnya reponden memberi tanda cawang (  ), mengisi kode angka, serta menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Pengolahan data terdiri atas kegiatan editing, yaitu kegiatan mengedit data dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi, dalam kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian;Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban dari responden macam-macamnya dengan menandai kode pada masing-masing jawaban. Scoring;adalah pemberian skor atau nilai terhadap bagian-bagian yang perlu diberi skor; dan Tabulating, yaitu penyusunan data dalam bentuk tabel. Tabel bervariasi

adalah suatu tabel yang menyajikan data dari dua variabel secara silang. Setelah dilakukan langkah-langkah di atas kemudian dilakukan analisis data berdasarkan kajian teori untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera jatuh pada lansia terhadap kejadiaan jatuh,

dengan menggunakan uji statistik Spearman’s Rank

yang dilakukan dengan computer SPSS 11.0 for windows dengan dicari koefisien asosiasi dengan P value taraf signifikasi α 0,05 setelah data dimasukkan

ke dalam komputer nilai koefisiensi asosiasi P value

kemudian dibandingkan dengan nilai α 0,05 jika

koefisiensi assosiasi P value≤α 0,05

Hasil Penelitian

A. Distribusi Hasil Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Resiko Cedera Pada Lansia

37,5% 20 % 22,5%

20%

Baik Sekali Baik Cukup Kurang

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga yang tinggal dengan lansia yang paling banyak adalah pengetahuan baik yaitu sebanyak 15 responden (37,5%). Dan paling sedikit adalah pengetahuan cukup yaitu sebanyak 5 responden (12,5%).

B. Distribusi Frekwensi Jatuh Pada Lansia

20%

52,5% 27,5%

Tidak Pernah 1 Kali

> 1 Kali

(4)

responden (27,5%) dan lebih dari 1 kali jatuh yaitu 8 responden (20%).

C. Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Resiko Cedera Jatuh Pada Lansia Terhadap Kejadian Jatuh

Berdasarkan diatas bahwa dari 40 responden yang diteliti menunjukkan keluarga yang berpengetahuan baik sekali sebanyak 8 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 7 responden (17,5%), 1 kali jatuh sebanyak 1 responden (2,5%), keluarga berpengetahuan baik sebanyak 15 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 13 responden (32,5%), 1 kali jatuh sebanyak 2 responden (5%), keluarga yang berpengetahuan cukup sebanyak 5 responden dengan tingkat kejadian jatuh 1 kali jatuh sebanyak 4 responden (10%), dan lebih dari 1 kali jatuh sebanyak 1 responden (2,5%), dan keluarga yang berpengetahuan kurang sebanyak 12 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 1 responden (2,5%), 1 kali jatuh sebanyak 4 responden (10%), lebih dari 1 kali jatuh sebanyak 7 responden (17,5%) .

Sedangkan dari uji statistik Spearman’s Rank hasil p value (0,000) > α (0,05) sehingga Ho

ditolak, berarti ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera pada lansia (di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri 2010). Dengan tingkat korelasi 0,794, jadi tingkat kemaknaan hubungan negatif (kuat) berarti semakin baik pengetahuan, maka

kejadian jatuh semakin menurun, begitu pula sebaliknya semakin kurang pengetahuan, maka kejadian jatuh semakin meningkat.

Pembahasan

A. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Resiko Cidera Pada Lansia

Dari data penelitian didapatkan pengetahuan keluarga yang paling banyak yaitu pengetahuan baik yaitu sebanyak 15 responden (37,5%), dan pengetahuan keluarga yang paling sedikit yaitu pengetahuan cukup yaitu 5 responden (12,5%). Dan dari 40 responden yang diteliti lebih dari setengah responden yaitu 52,5 % atau 21 responden yang berpendidikan SD dan sebagian kecil yaitu 10 % atau 4 responden berpendidikan SMA.

Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu”

dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaaan suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo, bahwa semakin baik pengetahuan keluarga maka akan semakin mengurangi kejadian jatuh pada lansia. Dan menurut Arikunto tahun 2000 faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu faktor pendidikan, umur, penyuluhan, dan media masa.

(5)

banyak tentang cara mengasuh dan merawat lansia termasuk tentang upaya pencegahan resiko cedera jatuh pada lansia. Untuk itu keluarga sebaiknya meningkatkan pengetahuannya tentang tata cara merawat lansia dan juga mengantisipasi serta memberi semangat agar lansia tidak mengalami jatuh. Pengetahuan tidak hanya melalui pendidikan tetapi bisa dari pengalaman, penyuluhan dari tim kesehatan, media massa, dan masih banyak sumber informasi lainnya.

B. Kejadian jatuh pada lansia di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri

Dari data penelitian didapatkan bahwa dari 40 responden yang diteliti lebih dari setengah responden yaitu 52,5 % atau 21 responden tidak pernah jatuh dan sisanya yaitu 1 kali jatuh 11 responden (27,5%) dan lebih dari 1 kali jatuh yaitu 8 responden (20%).

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996). Hal ini dipengaruhi oleh faktor host (diri lansia), aktivitas, lingkungan, dan obat-obatan.

Dari data diatas menunjukkan bahwa kejadian jatuh dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain karena keluarga yang sebagian besar bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 17 responden (42,5%), maka waktu yang dimiliki untuk memperhatikan lansia kurang, khususnya dalam merawat lansia,karena itu kejadian jatuh pada lansia sering terjadi. Maka untuk mencegah jatuh pada lansia ada beberapa hal antara lain : a.Mengidentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan, gaya berjalan serta mengatasi faktor lingkungan, diberikan latihan fleksibilitas gerakan, koordinasi keseimbangan; b. Anggota keluarga dianjurkan agar mengunjungi penderita secara rutin, mengamati kemampuan dan keseimbangan jalan, berjalan bersama, dan membantu stabilitas; c. Memperbaiki kondisi lingkugan yang dianggap tidak nyaman, misalnya pindahkan benda berbahaya, peralatan rumah dibuat yang aman (stabil, ketnggian disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan tangga); d. Menanggapi adanya keluhan pusing, lemas atau

penyakit yang baru. Jika keadaan lemah atau lemas tunda kegiatan jalan sampai kondisi memungkinkan. Pelan-pelan jika merubah posisi. Jika perlu pakai kaos kaki.

Untuk itu maka keluarga lansia sebaiknya mengantisipasi dengan beberepa pencegahan diatas, dan juga meluangkan waktu untuk memperhatikan lansia, khususnya dalam merawat lansia, karena itu bisa meminimalisir kejadian jatuh pada lansia.

C. Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Resiko Cedera Jatuh Pada Lansia Terhadap Kejadian Jatuh

Berdasarkan data tabel diatas bahwa dari 40 responden yang diteliti menunjukkan keluarga yang berpengetahuan baik sekali sebanyak 8 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 7 responden (17,5%), 1 kali jatuh sebanyak 1 responden (2,5%), keluarga berpengetahuan baik sebanyak 15 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 13 responden (32,5%), 1 kali jatuh sebanyak 2 responden (5%), keluarga yang berpengetahuan cukup sebanyak 8 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 1 responden (2,5%), 1 kali jatuh sebanyak 6 responden (15%), dan lebih dari 1 kali jatuh sebanyak 1 responden (2,5%), dan keluarga yang berpengetahuan kurang sebanyak 9 responden dengan tingkat kejadian jatuh 1 kali jatuh sebanyak 3 responden (7,5%), lebih dari 1 kali jatuh sebanyak 6 responden (15%) .

Sedangkan dari uji statistik Spearman’s Rank

menggunakan komputer dengan menggunakan SPSS hasi p value = 0,000 dibandingkan dengan

α =0,05, maka p value < α sehingga Ho ditolak,

berarti ada hubugan antara pengetahuan keluarga dengan kejadian jatuh (Di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2010). Dengan tingkat korelasi 0,794, jadi tingkat kemaknaan hubungan negatif (kuat) berarti semakin baik pengetahuan keluarga, maka kejadian jatuh pada lansia semakin menurun, begitu pula sebaliknya semakin kurang pengetahuan keluarga, maka kejadian jatuh pada lansia semakin meningkat..

(6)

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Menurut Reuben tahun 1996 faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia antara lain faktor host (diri lansia), aktivitas, lingkungan dan obat-obatan. Dari hasil pengujian hubungan antara dua variabel didapatkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera pada lansia memberikan pengaruh terhadap kejadian jatuh pada lansia.

Dari data diatas menunjukkan bahwa jumlah pendidikan keluarga yang paling banyak adalah SD yaitu sebanyak 21 responden (52,5%) dan yang paling banyak bekerja sebagai petani sebanyak 17 responden (42,5%). Pendidikan SD merupakan pendidikan dasar oleh sebab itu untuk menyerap informasi lemah. Sehingga walapun diberikan informasi atau penyuluhan tetap sulit untuk menerimanya. Menurut Notoatmodjo, bahwa semakin baik pengetahuan keluarga maka akan semakin mengurangi kejadian jatuh pada lansia karena mereka sudah mendapatkan informasi yang baik tetapi pengetahuan keluarga bukanlah sesuatu yang mutlak mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia. Karena terdapat faktor-faktor lain misalnya kejadian jatuh yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yang memberikan pengaruh yang negatif bagi kejadian jatuh pada lansia, oleh karena itu diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar yaitu asah, asih dan asuh, seperti nutrisi yang cukup dan seimbang, perawatan kesehatan dasar, pakaian, hygiene diri dan lingkungan, kesehatan jasmani, kasih sayang keluarga, rasa aman dan dukungan atau dorongan. Beberapa faktor diatas tidak diteliti dalam penelitian ini, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia.

Kesimpulan

1. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera didapatkan pengetahuan baik sekali 8 responden (20%), pengetahuan baik 15 responden (37,5%), pengetahuan cukup 5 responden (12,5%), dan pengetahuan kurang 12 responden (30%).

2. Kejadian jatuh pada lansia didapatkan dari 40 responden yang diteliti lebih dari setengah responden yaitu 52 % atau 21 responden tidak pernah jatuh, sisanya yaitu 1 kali jatuh 11 responden (28%), dan lebih dari 1 kali jatuh yaitu 8 responden (20%).

3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera pada lansia dengan hasil p value (0,000) >

α (0,05) sehingga Ho ditolak. Tingkat korelasi -0,794, jadi tingkat kemaknaan hubungan negatif (kuat), berarti semakin baik pengetahuan keluarga kejadian jatuh pada lansia semakin berkurang, dan apabila semakin kurang pengetahuan keluarga kejadian jatuh semakin meningkat.

Saran

1. Untuk Pendidikan

Merupakan masukan sekaligus bahan dokumenter ilmiah dalam pengembangan Akademi Keperawatan.

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan seluruh masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan keluarga yang mempunyai lansia tentang pencegahan resiko cedera jatuh dan mengurangi kejadian jatuh pada lansia.

3. Bagi Responden

Dapat menambah pengetahuan tentang pencegahan resiko cedera jatuh pada lansia dan beberapa penanganannya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai informasi untuk meneliti dengan variabel lain yang lebih luas dan sample yang lebih banyak tidak hanya di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tetapi keseluruhan keluarga yang tinggal bersama dengan lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Astutik Windri. 2005. Perawatan Keluarga Pada Lansia. http:www.google.com/localhost/I:/ (di download pada tanggal 27 September 2009)

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

(7)

Beare, Stanley. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik 2. Jakarta: EGC

Carpenito Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta:EGC

Clemson. 2005. Jatuh Pada Lansia. http:www.google.com/localhost/I:/. (di download pada tanggal 27 September 2009)

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Efendi Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Friedman M. Marlyn. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Fitriani Erda. 2009. Masalah Fisik Yang Sering Ditemukan Pada Lansia. http:www.google.com/localhost/I:/. (di download pada tanggal 27 September 2009)

Marlyn Dongoes, dkk.1998. Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC

Muchtar Rustam.(2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Log cid, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Nugroho Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Nursalam, Pariani S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV. Sagung Seto

Reydra. 2009. Jumlah Lansia. http:www.google.com/localhost/I:/. (di download pada tanggal 27 September 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan nilai ambang yang ditetapkan pada suatu nilai tertentu (fixed threshold) sangat berisiko untuk diterapkan pada citra tangan karena dapat menghasilkan citra tangan

Apabila sampai dengan batas waktu yang telah ditetapkan sebagaimana tersebut diatas, saudara tidak dapat hadir atau tidak dapat menunjukkan dokumen asli untuk melakukan

As Kalecki emphasized, the rise in prices and in money wages due to increases in employment and production, leads to a rise in the ‘money value of turnover’; this also causes a rise

[r]

[r]

UJI AKTIVITAS ANTIRADIKAL EKSTRAK ETANOL DAUN Elephantopus schaber L., Ocimum basilicum L.forma citratum Back., Graptophylum pictum Griff, dan Gynura procumbens Merr.. DENGAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh pada kelas IV B MI Ketib dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi menggali informasi dari teks

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas IV SDN Buahdua I Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang pada pembelajaran bahasa Indonesia membaca pemahaman dalam