• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi adaptasi komunitas lokal menanggapi kehadiran kampus IPB di Darmaga: studi kasus komunitas Desa Babakan, Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi adaptasi komunitas lokal menanggapi kehadiran kampus IPB di Darmaga: studi kasus komunitas Desa Babakan, Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor"

Copied!
328
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menelaah strategi adaptasi komunitas Babakan menanggapi industrialisasi berbasis pendidikan yang berlangsung di desa mereka sejak tahun 1961. Penelitian beranjak dari hipotesis bahwa efektifitas strategi adaptasi komunitas berkaitan dengan derajat kesenjangan fungsi industrial antara komunitas Babakan dan IPB sebagai sebuah industri pendidikan, serta peranan perantaraan yang dimainkan oleh birokrasi lokal. Penelitian ini menemukan kornunitas Desa Babakan lebih banyak menerapkan strategi akomodasi (asosiatif), yaitu kecenderungan rnenerima berbagai dimensi perbedaan struktur dan orientasi nilai budaya, yang muncul dari kehadiran industri IPB dan segenap efek dan dampaknya, tetapi tidak berrnaksud menginternalisasinya ke dalam tata kehidupan sosial komunitas mereka. Tetapi, ironisnya, dorninasi strategi akomodasi ini justru mengantarkan komunitas Desa Babakan pada posisi sosial yang lemah, seperti ditunjukkan oleh peralihan sebagian besar asset tradisional berupa rumah dan pekarangan kepada para pendatang dan pernodal. Sementara bagian terbesar dari komunitas Babakan telah tersingkir atau terpaksa berpindah ke desa-desa yang tak jauh-jauh dari Babakan, mereka yang dewasa ini tetap bertahan di Desa Babakan sebenarnya tak lebih dari sekedar rnenunggu giliran tersingkir dari karnpung halarnan mereka. Akhirnya, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa akomodasi bukan tipe strategi yang efektif bagi komunitas Desa Babakan dalarn mengatasi kesenjangannya dengan IPB yang rnenjalankan fungsi industri tersier

.

(2)

STRATEGI ADAPTASI KOMUNITAS LOKAL MENANGGAPI

KEHADIRAN KAMPUS IPB Dl DARMAGA

(Studi Kasus Komunitas Desa Babakan

,

Kecamatan Darmaga,

Kabupaten Bogor)

Oleh:

Siti Sehat Tan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa, tesis yang berjudul "Strategi Adaptasi Komunitas Lokal Menanggapi Kehadiran Kampus IPB Di Darrnaga" (Studi Kasus Komunitas Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor), adalah benar karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks ini dan dicantumkan dalam Daftar Pusataka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2006

(4)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menelaah strategi adaptasi komunitas Babakan menanggapi industrialisasi berbasis pendidikan yang berlangsung di desa mereka sejak tahun 1961. Penelitian beranjak dari hipotesis bahwa efektifitas strategi adaptasi komunitas berkaitan dengan derajat kesenjangan fungsi industrial antara komunitas Babakan dan IPB sebagai sebuah industri pendidikan, serta peranan perantaraan yang dimainkan oleh birokrasi lokal. Penelitian ini menemukan kornunitas Desa Babakan lebih banyak menerapkan strategi akomodasi (asosiatif), yaitu kecenderungan rnenerima berbagai dimensi perbedaan struktur dan orientasi nilai budaya, yang muncul dari kehadiran industri IPB dan segenap efek dan dampaknya, tetapi tidak berrnaksud menginternalisasinya ke dalam tata kehidupan sosial komunitas mereka. Tetapi, ironisnya, dorninasi strategi akomodasi ini justru mengantarkan komunitas Desa Babakan pada posisi sosial yang lemah, seperti ditunjukkan oleh peralihan sebagian besar asset tradisional berupa rumah dan pekarangan kepada para pendatang dan pernodal. Sementara bagian terbesar dari komunitas Babakan telah tersingkir atau terpaksa berpindah ke desa-desa yang tak jauh-jauh dari Babakan, mereka yang dewasa ini tetap bertahan di Desa Babakan sebenarnya tak lebih dari sekedar rnenunggu giliran tersingkir dari karnpung halarnan mereka. Akhirnya, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa akomodasi bukan tipe strategi yang efektif bagi komunitas Desa Babakan dalarn mengatasi kesenjangannya dengan IPB yang rnenjalankan fungsi industri tersier

.

(5)

RINGKASAN

SIT1 SEHAT TAN.

"Strategi Adaptasi Komunitas Lokal Menanggapi Kehadiran Kampus IPB Di Darmaga: Studi Kasus Komunitas Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor (dibawah komisi pembimbing Soeryo Adiwibowo selaku ketua, dan Fredian Tonny, sebagai anggota).

Studi ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa setelah era reformasi, kehadiran industri penghasil barang-barang (primer dan sekunder) ditengah masyarakat pedesaan sering mendapat tekanan dan penolakan dari masyarakat sekitar. Konflik dan ketidakharmonisan hubungan antara industri dan masyarakat, disebabkan karena adanya kesenjangan struktural dan kesalahpahaman antarbudaya antara industri dan masyarakat lingkarnya. Disamping jenis industri di atas, kehadiran industri tersierljasa pun memiliki potensi mengalami sengketa dengan masyarakat, ha1 ini berkaitan dengan ketidakseimbangan distribusi resiko dan manfaat antara industri disatu pihak dan masyarakat sekitar dipihak lain. Dalam konteks ini, lnstitut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu bentuk industri jasa yang relevan dicermati. Kehadiran IPB di Darmaga telah mendorong urbanisasi dan perubahan sosial yang penting, dan sekaligus agak luput dari perhatian. Permasalahannya adalah bagaimana strategi yang diterapkan oleh komunitas pribumi Desa Babakan menghadapi efek dan dampak kehadiran

Karnpus IPB di lingkungan mereka?.

(6)

masyarakat, khususnya posisi komunitas lokal dalam struktur sosial lingkar kampus.

Penelitian dilakukan di Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat dan berlangsung dalam dua tahap, yaitu tahap pengenalan umum dari bulan April hingga Juni 2004 dan empirisasi kerangka teoritis yaitu bulan Februari 2005. Masalah dan tujuan penelitiaan ini dijawab dengan pendekatan kualitatif, dengan menerapkan teknik-teknik yang lazim digunakan yaitu wawancara mendalam (indepth interiew), pengamatan partisipan, penulusuran riwayat hidup, observasi dan angket. Selain itu pengumpulan data sekunder juga dilakukan, yaitu datadata yang tersedia di lingkungan pemerintahan desa, perpustakaan IPB, organisasi masyarakat warga dan sumber- sumber lain yang dianggap relevan.

Hasil penelitian dalam studi menunjukan bahwa, IPB menyediakan banyak peran industrial bagi masyarakat, tetapi hanya sedikit saja yang dapat diraih oleh Komunitas Babakan lokal yang secara historis dan tradisional merupakan unsur pokok struktur sosial di Wilayah Lingkar Kampus. Kesenjangan struktural yang kentara menyebabkan komunitas lokal tidak mampu menyesuaikan diri, mengintegrasikan diri, atau menginternalisasi nilai-nilai baru yang dibawa oleh IPB ke Wilayah Lingkar Kampus (enkulturasi) secara tepat guna. Sebaliknya, struktur tradisional justru terserap ke dalam struktur baru dimana IPB bertindak sebagai aktor yang dominan dan mendominasi.

(7)

strategi ini selama empat dekade ini justru mengantarkan komunitas pribumi Desa babakan pada posisi sosial yang lemah, seperti ditunjukan oleh peralihan sebagian besar asset tradisional berupa rumah dan pekarangan kepada para pendatang dan pemodal.

(8)

STRATEGI ADAPTASI KOMUNITAS LOKAL MENANGGAPI

KEHADlRAN KAMPUS IPB Dl DARMAGA

(Studi Kasus Komunitas Desa Babakan

,

Kecamatan Darmaga,

Kabupaten Bogor)

Siti Sehat Tan

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Sosiologi Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul Tesis

:

STRATEGI ADAPTASI KOMUNITAS LOKAL

MENANGGAPI KEHADIRAN KAMPUS IPB Dl

DARMAGA (Studi Kasus Komunitas Desa

Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten

Bogor)

Nama

NRP

:

Siti Sehat Tan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Soervo Adiwibowo,MS

J

Ir. Fredian Tonny,MS

Ketua

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Sosiologi Pedesaan

____c_-- --

.

0r.lr.M.T. Felix Sitorus

u*--

."

s*

afrida Manuwoto,MSc

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa, karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains pada Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.

Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian lapang yang ditujukan untuk menggambarkan dan rnenelaah strategi adaptasi komunitas lokal dalam menanggapi kehadiran lnstitut Pertanian Bogor (IPB) di Darmaga. Penelitian ini merupakan suatu studi kasus yang dilaksanakan pada komunitas lokal di Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Studi ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa setelah era reformasi, kehadiran industri penghasil barang-arang (primer dan sekunder) ditengah masyarakat pedesaan sering mendapat tekanan dan penolakan dari masyarakat sekitar. Konflik dan ketidakharmonisan hubungan antara industri dan masyarakat, disebabkan karena adanya kesenjangan struktural dan kesalahpahaman antarbudaya antara industri dan masyarakat lingkarnya. Disamping jenis industri di atas, kehadiran industri tersierljasa pun memiliki potensi mengalami sengketa dengan masyarakat, ha1 ini berkaitan dengan ketidakseimbangan distribusi resiko dan manfaat antara industri disatu pihak dan masyarakat sekitar dipihak lain. Dalam tesis ini, penulis mencoba memaparkan hasil telaah rnengenai strategi penyesuaian komunitas lokal Desa Babakan dalam menanggapi kehadiran IPB di Darmaga.

(11)

selaku anggota kornisi pernbirnbing yang telah banyak mernberikan arahan dan birnbingan dalarn penulisan tesis ini. Disarnping itu penulis juga rnenghaturkan terirna kasih kepada Bapak Dr. Ir. M.T.Felix Sitorus, selaku ketua Program Studi Sosiologi Pedesaan, serta semua staf pengajar Program Studi Sosiologi pedesaan, dan teman-ternan peserta Program Magister sains PS. Sosiologi Pedesaan IPB, yang telah banyak rnernberikan kritik dan saran, serta bantuannya dalarn rnenyelesaikan tesis ini. Penulis juga tidak lupa rnenyarnpaikan terirna kasih kepada Pirnpinan serta Staf Proyek ARMP yang telah mernbantu penulis dalam ha1 biaya selama studi di lnstitut Pertanian Bogor. Terirna kasih juga penulis haturkan kepada Pirnpinan dan rekan-rekan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Arnbon, Masyarakat Desa Babakan, serta sernua pihak yang telah mernbantu sehingga penulis dapat menyajikan tesis ini. Terirna kasih untuk suami dan anak-anak terkasih Asido, Aristo dan Asima, serta sernua keluarga yang selalu setia mernberikan dorongan dan doa untuk keberhasilan studi selarna di Program Pascasarjana IPB.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis masih belurn sernpurna. Untuk itu, segala saran dan kritik yang konstruktif sangat diperlukan dalarn rangka penyempurnaannya. Akhirnya penulis juga berharap agar tesis ini menjadi masukan yang bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2006

(12)

Penulis dilahirkan di Namlea, Maluku pada tanggal 26 Januari 1965 sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Abd Muid Tan Jan Halimah.

Penulis lulus dari Sekolah Dasar Alhillaal, Namlea pada tahun 1977, lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri, Namlea pada Tahun 1981, dan lulus Sekolah Menengah Atas Pertiwi, Namlea pada Tahun 1985. Pada Tahun yang sama penulis melanjutkan studi di Fakultas Perikanan Universitas Pattimura , Arnbon dan lulus sebagai Sarjana Perikanan pada Tahun 1991. Pada Tahun 1999 penulis mendapat kesempatan belajar di Program Pascasarjana (S2) lnsititut Pertanian Bogor, Bogor pada program studi Sosiologi Pedesaan dengan beasiswa dari ARMP.

(13)

DAFTAR IS1

...

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR FOTO

...

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

I

.

PENDAHULUAN

...

Latar Belakang

...

Perumusan Masalah

...

Tujuan

...

Kegunaan

...

II

.

PENDEKATAN TEORlTlS

...

Tinjauan Pustaka

...

lndustrialisasi dan Migrasi Pendidikan

...

Strategi Adaptasi Komunitas Lokal

...

Proses Asosiatif

...

Proses Disosiatif

...

Stratifikasi

...

Kerangka Pemikiran

...

Ill

.

METODE PENELTITIAN

...

Pendekatan Penelitian

.

...

Penentuan Lokasi Penelitian

Jenis Data Dan Metode Pengumpulan Data

...

...

Metode Analisis Data

...

Waktu Penelitian

(14)

...

V

.

INDUSTRIAALISASI PENDIDIKAN DI

DESA

BABAKAN

...

Komunitas Desa Babakan Sebelum dan Sesudah Kehadiran IPB

...

Komunitas Desa Babakan Sebelum Kehadiran IPB

...

Komunitas Desa Babakan Setelah Kehadiran IPB

Efek dan Dampak Kehadiran lndustri Pendidikan di Desa Babakan

..

...

Peran-peran Yang terbuka

Hubungan Komunitas Lokal dengan IPB sebagai Institusi

.

...

Ketenagakerjaan

...

Pengadaan Jasa-jasa khusus

...

Program Pengabdian Masyarakat IPB

...

Hubungan Komunitas dengan Mahasiswa

Peranan Mahasiswa dalam perekonomian Komunitas

.

.

...

Babakan

...

Penerimaan mahasiswa bulanan

...

Permintaan kebutuhan harian

...

Usaha Rumah makan. Warung Dan kedai Klontongan

...

Usaha Jasa Pendukung Pendidikan

...

Usaha Jasa Fotocopy

...

Usaha Jasa Warung Telepon

...

Usaha Jasa Teknologi lnformasi

...

Usaha Perbankan

Alat Tulis dan Toko Buku

...

...

Usaha Angkot

Usaha Jasa Olahraga Dan Hiburan

...

. .

...

Dinamika Usaha

..

...

...

Ikhtisar

VI

.

STRATEGI ADAPTASI KOMUNITAS DESA BABAKAN

...

Strategi Menghadapi IPB dalam konflik kepentingan ekonomi

...

Strategi Menghadapi Mahasiswa Dan pendatang

...

Strategi Penyesuaian Antar Lapisan

...

Lapisan Elit Lokal

...

Lapisan Menengah Lokal

...

(15)

...

Jejaring

...

I khtisar

VII

.

KECENDERUNGAN POSlSl SOSIAL KAUM PRlBUMl

...

...

I khtisar

s +

...

VIII

.

PENUTUP

..

...

...

Kesimpulan

...

Saran

...

DAFTAR PUSTAKA

...

(16)

DAFTAR TABEL

Teks

: .

Hal

Tujuan Penelitian, Data dan Metode Pengumpuian Data

.

.

. . .

.

.

Struktur Penggunaan Lahan di Desa Babakan dan Wilayah Lingkar Kampus Tahun 2002

...

...

...

...

...

...

...

... ...

...

...

...

...

... .

Kepadatan Penduduk Desa Babakan dan Desa WLK Lainnya Tahun 2003

... ...

... ... ...

...

...

...

... ...

...

...

... ... ...

...

...

... ...

...

Jumlah Penduduk Menurut Etnis di Desa Babakan

...

...

...

...

...

Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Babakan

.

.

.

.

.

.

.

.

.

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Te ks Hal

1

.

Kerangka Pemikiran: Strategi Adaptasi Masyarakat

Lingkar Kampus IPB Darrnaga

...

35

2

.

Kepadatan penduduk Desa Babakan Dengan Atau

Tanpa Kampus IPB Tahun 2003

...

37 3

.

Piramida Penduduk Desa Babakan Tabun 2003

...

45

4

.

llustrasi Kalender Musim Konsumsi Mahasiswa IPB akan

Barang dan Jasa

...

96

...

.

(18)

DAFTAR PHOTO

No

Te ks

Hal

...

1

.

Fondasi Fakultas Kehutanan IPB Darmaga 154

...

2

.

Peletakan batu pertama Fakultas Kehutanan IPB Darmaga 154

...

3

.

Fakultas Kedokteran Kampus Darmaga 155

...

4

.

Babakan Raya, Pusat Jajanan Mahasiswa 155
(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 . Tabel-Tabel

No Teks

Hal

I .a. Struktur Persewaan Rumah di RT X Desa Babakan Tahun 2005

...

..I48

1.b. Luas Penggunaan Lahan Desa Babakan

...

... . . .

148 1 .c. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Babakan Tahun 2002. 148

2. Posisi Sosial Pribumi dan Pendatang Dalam Struktur Usaha dan

Pekerjaan di Desa Babakan..

. ..

.

. . .

.

.

.

.. .

.

.

.

...

...

...

.. . ... .

.

. . .

149 ;.

Lampiran 2. Kasus-Kasus

1. Pak Sis

... . .

.

... .. . . .. . ...

.

. . .

.. .

.

.

. . .

.

..

. . .

.

. .

..

. . .. ... ...

... ...

...

.

. . .. .

150 2. Ibu Hajjah Ng

...

... ... ...

... ... ...

...

...

...

...

... ... ... ...

...

... ...

...

...

...

...

150

3. RTUX"

...

151

Lampiran 2.Gambar

1.

Pemilikan Rumah Kos antara penduduk lokal

dan

pendatang..

. . .

153

(20)

I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Koeksistensi antara industri dan masyarakat merupakan salah satu diantara isu-isu yang menonjol memasuki era keterbukaan reformasi di Indonesia sejak Tahun 1998. Jikalau pada regim pemerintahan sebelumnya masyarakat lingkar industri tampaknya dapat menerima kehadiran industri secara terbuka di sekitar mereka, maka pada era baru ini industri keadaan sebaliknya. lndustri kerap menjadi objek tindakan agresif dan kemarahan massa (Mirajiani, 2004). Bahkan tak jarang industri berbasis luas dan berpola kantong (enclave industry), seperti pertambangan, perkebunan, dan kehutanan yang terpaksa menghentikan kegiatan operasinya sementara (intmpted) karena mendapat tekanan dan penolakan dari masyarakat sekitar. Kesenjangan struktural yang ditimpali oleh kesalahpahaman antarbudaya merupakan altematif pemicu yang tampaknya mendasari konflik dan ketidakharmonisan hubungan industri dan masyarakat pada kebanyakan kasus.

(21)

Dalam konteks ini, lnstitut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu bentuk industri jasa yang relevan dicermati. Kehadiran IPB di Darmaga telah mendorong urbanisasi dan perubahan sosial yang penting, dan sekaligus agak luput dari perhatian. IPB berandil besar membawa masyarakat desa-desa lingkar kampus yang sebelumnya homogen petani dan didominasi komunitas-komunitas Suku Sunda menjadi masyarakat suburban yang kian heterogen dan berdinamika industrial. Dewasa ini, Wilayah Lingkar Kampus (WLK) merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan ruang terpenting di pinggiran Kota Bogor (PPW-LPPM, 2002).

Dalam proses industrialisasi WLK, IPB tidak hanya bertindak sebagai aktor perintis dan pemicu (trigger agent), tetapi juga sebagai pusat orientasi yang bertindak sebagai aktor utama yang mengarahkan dinamika dan perubahan sosial, di lingkar kampus. Pemindahan hampir semua kegiatan sivitas akademika dari kampus-kampus lama yang berada di pusat Kota Bogor (Baranangsiang, Taman Kencana, Gunung Gede) dengan sendirinya memperkuat peran tersebut. Meskipun berlangsung secara bertahap dan relatif efektif mencegah apa yang dikenal dengan fenomena bomming city, namun ha1 itu tidak berarti menghilangkan dampak-dampak esensialnya terhadap komunitas-komunitas tradisional lingkar kampus.

(22)

mencari tempat tinggal di sekitar Kampus IPB Darmaga, misalnya karena alasan menghindari kemacetan lalu lintas atau menghemat waktu dan ongkos.

Kedua, pemusatan kegiatan sivitas akademika di Kampus Darrnaga juga berarti pemusatan kegiatan ekonomi di lingkar kampus. Daya beli kalangan ini menciptakan peluang pasar yang mengundang tidak hanya modal tetapi juga penduduk pendatang yang bermaksud mengarnbil bagian di dalamnya. Jumlah penduduk pendatang ini relatif besar, meski diperkirakan tidak melebihi jurnlah mahasiswa.

Bersama dengan kalangan sivitas akadernika, kehadiran para pendatang menyumbang pada serangkaian fenomena penting di desa lingkar kampus. Pertama, industrialisasi pendidikan di Darmaga, dengan IPB sebagai pelaku intinya. Kedua, peningkatan kepadatan penduduk, yang disertai perubahan kegunaan ruang dan waktu (utility) serta persaingan rnemperoleh manfaat yang ditimbulkannya. Ketiga, perubahan struktur sosiodemografis, yang menempatkan penduduk pribumi menjadi minoritas atas pendatang yang mayoritas. Perubahan struktur sosiodemografi ini diperkirakan membawa problematika sosial tersendiri, yang sejauh ini tampaknya belum banyak terungkap. Perbedaan kepribadian dan tingkah laku budaya antar golongan identitas memungkinkan hubungan dan interaksi sosial berlangsung dinamis dan karenanya memerlukan penyesuaian tepat guna dari masing-masing lapisan dan golongan.

(23)

struktur dan orientasnya yang senjang dengan komunitas sekitarnya. Kesenjangan ini potensial rnenirnbulkan berbagai persoalan sosial, seperti pemiskinan atau rnarginalisasi atas golongan yang tidak diuntungkan

(disadvantages) atau potensi konflik yang berpeluang menimbulkan ketidakstabilan sosial. Industrialisme telah menciptakan perbedaan besar dalam kekayaan, rasa arnan, standar hidup, dan cara hidup; menimbulkan ketidakmerataan secara sosial ekonomi tetapi juga ketidakmerataan yang disertai dengan rasa ketidakadilan. Penjajaran semua kebudayaan yang berbeda dengan cepat rnenghancurkan konsensus dan kesatuan kornunitas lama.

Ketika penduduk pendatang dominan dan mernbawa tingkah laku budaya yang beragam dan berbeda, maka situasi baru juga menuntut warga komunitas asli sendiri melakukan penyesuaian diri agar dapat melanjutkan, rnempertahankan, dan mengembangkan peranan mereka di lingkar kampus. Komunitas lokal harus menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan sosial baru yang boleh jadi menjadi asing rneskipun berada di kampung sendiri, seperti tuntutan standar dan gaya hidup rnahasiswa.

(24)

komunitarian, bergeser dan menuntut peran baru berbasis hubungan formal- industrial.

Namun, agak berbeda dengan industri primer dan sekunder pada umumnya, industri tersier seperti industri pendidikan yang digerakkan oleh IPB memiliki ciri-ciri matriks sosial yang khusus. Sebagai perguruan tinggi kejuruan pertanian terdepan di Indonesia, orientasi kegiatan IPB cenderung luas dan lintas batas wilayah administratif, baik dalam ha1 masukan maupun luaran. Mahasiswa IPB, sebagai analogi bahan baku dalam industri manufaktur, direkrut secara terbuka dari berbagai pelosok tanah air. Kebijakan IPB yang konsisten merekrut 70 persen calon mahasiswa lewat jalur non tes terbuka', menjadikan IPB sebagai perguruan tinggi negeri paling luas jangkauan asal-usul mahasiswanya di Indonesia. Tak sedikit mahasiswa IPB yang adalah lulusan SMA dari kecamatan- kecamatan terpencil. Asal usul pegawai akademik, yang menjadi motor utama sistem pendidikan tinggi di IPB juga mengikuti pola yang sama. Begitu pula luarannya, berupa alumni yang berpencar ke dalam spektrurn minat profesi dan wilayah yang luas, nasional dan bahkan luar negeri.

Fungsi industrial yang menghubungkan IPB dengan komunitas-komunitas lingkar kampus diperkirakan terpusat pada dua jalur, yaitu penyediaan tenaga kerja non akademik berkeahlian rendah atau tenaga operator dan penyediaan kebutuhan pokok mahasiswa di dalam maupun di luar kampus, seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, serta jasa-jasa lainnya yang tidak terkait langsung dengan bisnis utama IPB.

Dalam konteks matriks sosial industrial, kaitan itu relatif minimal dan tidak langsung. Dengan kata lain, IPB tampaknya bukan jenis industri yang berbasis komunitas. IPB lebih menyerupai tipe industri kantong (enclave industry) dengan

1

(25)

Perurnusan Masalah

lndustrialisasi yang mengenai komunitas tradisional sering menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan tersebut dimungkinkan lebih tegas apabila struktur dan orientasi antara industri di satu sisi dan komunitas-komunitas kitaran di sisi lain berlainan.

Dalam kondisi apa pun komunitas lokal senantiasa aktif melakukan penyesuaian diri menghadapi perubahan, dengan berbagai strategi yang mereka kenal, sesuai orientasi nilai budayanya. Namun strategi tersebut tidak selalu efektif menghadapi ancaman dan peluang perubahan sosial yang terjadi, sehingga sebagian atau seluruh lapisan komunitas lokal dapat teralienasi atau bahkan tersingkir. Bagaimana strategi yang diterapkan oleh komunitas pribumi Desa Babakan menghadapi efek dan dampak kehadiran Kampus IPB di lingkungan mereka?

Efektifitas strategi adaptasi komunitas diindikasikan oleh kemampuan beragam lapisan dalam struktur komunitas meraih peluang-peluang peran yang terbuka dalam matriks industrial IPB, baik langsung maupun tidak langsung. Matriks sosial tersebut berisi seperangkat peluang usaha dan kesempatan kerja yang mensyaratkan terpenuhinya kompetensi tertentu serta risiko tertentu pula. Peluang peran apa yang terbuka dalam matriks industrial IPB, dan peran-peran apa yang secara faktual dapat diraih atau sebaliknya tidak diraih oleh beragam lapisan dalam struktur Komunitas Babakan?

(26)

komunitas lokal? Bagaimana hubungan antara peranan aktor-aktor tersebut dengan strategi penyesuaian diri komunitas Desa Babakan untuk meraih, mempertahankan, dan mengembangkan peran-peran mereka?

Masyarakat desa lingkar Kampus IPB Darmaga telah semakin heterogen. Selain penduduk pribumi yang secara historis menguasai asset ekonomi tradisional di wilayah ini, terutama rumah dan pekarangan, juga terdapat semakin dominan penduduk pendatang yang sengaja berusaha dan membawa modal atau sekedar mengadu nasib di wilayah ini. Apakah terdapat perbedaan strategi adaptasi antar 'pribumi dan pendatang, dan bagaimana perbedaan tersebut mempengaruhi mobiltas sosial kaurn pribumi dalam struktur komunitas lokal?

Tujuan

Penelitian ini bertujuan menelaah dan menggarnbarkan strategi adaptasi masyarakat lingkar Kampus IPB dalam menghadapi industrialisasi yang terjadi di sekitar mereka akibat kehadiran Kampus IPB. Secara lebih khusus, tujuan penelitian ini adalah :

1. Menelaah peran-peran yang terbuka bagi komunitas-komunitas lokal lingkar kampus sebagai akibat pernusatan kegiatan IPB di Kampus Darmaga. 2. Menelaah strategi adaptasi komunitas lingkar kampus dalam menghadapi

dan merespons kesempatan berperan yang terbuka di lingkar Kampus IPB Darmaga.

(27)

Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan mengenai industrialisasi berbasis jasa pendidikan, khususnya dinarnika masyarakat lingkar kampus yang terpicu oleh kehadiran IPB. Sejauh ini pengetahuan spesifik mengenai fenomena lingkar kampus tampaknya masih agak tirnpang. Fenomena biofisik dan kirniawi mengenai agroekosistem di lingkar kampus IPB Darmaga telah banyak dipelajari dan diteliti, umumnya oleh para peneliti dan akademisi fakultas-fakultas ilmu eksakta di IPB. Sebaliknya penelitian dengan subjek masyarakat lingkar IPB Darmaga sangat jarang dilakukan. Hal itu sekurang-kurangnya tercermin dari fakta bahwa sumber- sumber (buku, laporan, karya tulis akhir) yang terkait dengan tema ini tidak banyak yang tercatat di Perpustakaan Lembaga Sumberdaya lnformasi IPB.

Secara lebih khusus, hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi tilikan bagi beragam pihak yang berkepentingan dengan masyarakat lingkar kampus IPB Darmaga, baik IPB sendiri, maupun pemerintah daerah dan organisasi masyarakat warga lainnya. Hasil penelitian ini semakin penting artinya menyongsong perubahan-perubahan tertentu yang berbeda: antara demokratisasi dan keterbukaan mengenai masyarakat warga lingkar kampus di satu sisi dan perubahan dalam manajemen sistem pendidikan nasional yang mengenai IPB di sisi lain. IPB adalah satu di antara perguruan tinggi negeri percontohan yang baru saja memperoleh status Badan Hukum Milik Negara (BHMN), satu bentuk praksis kapitalisme pendidikan yang mendapat tanggapan kontraversia12. Perubahan-perubahan yang bersumber dari kebijakan supra-lokal diperkirakan berkonsekuensi pada matriks hubungan dan interaksi sosial di lingkar kampus.

2

Satu perspektif mengenai ha1 ini, misalnya dapat mengikuti pemikiran Francis Wahono. Kapitalisrne Pendidikan. '

(28)

II.

PENDEKATAN TEORlTlS

Tinjauan Pustaka

Fokus penelitian ini terarah pada strategi penyesuaian diri komunitas lokal dalam menghadapi kehadiran IPB di sekitar mereka. Sebelum memeriksa apa dan bagaimana strategi komunitas tersebut berlaku, lebih awal perlu dipelajari konsep, teori dan perspektif yang berkenaan dengan kehadiran IPB sebagai sebuah institusi besar di tengah masyarakat pedesaan terrnasuk peranannya dalam mendorong atau memfasilitasi perubahan-perubahan tertentu dalam sistem sosial perdesaan. Kehadiran IPB di tengah masyarakat tidak hanya dilihat sebagai efek dari kehadiran dirinya sendiri, melainkan juga berbagai dampak yang logis dan faktual turut mengiringnya.

(29)

lndustrialisasi Pendidikan

Memposisikan lembaga pendidikan semacam IPB sebagai sebuah industri mungkin mengundang tanda tanya3, tetapi sebagaimana akan dianalisis segera, pilihan ini secara teoritis dapat diterima dan efektif menjawab masalah dan tujuan penelitian. IPB adalah sebuah lembaga yang berfungsi menyelenggarakan kegiatan produksi jasa yang dikerjakan berdasar nilai-nilai moderen (rasional). lndustri adalah produk otentik kebudayaan masyarakat modern4.

Definisi industri, dan karenanya industrialisasi, begitu beragam. Perbedaan sudut pandang melahirkan aneka penekanan, tetapi variasi definisi sesungguhnya tidak mengaburkan pengertian pokok. Merujuk pada Schneider (1986), industri diartikan sebagai organisasi sosial yang di dalamnya terdapat lembaga-lembaga yang saling terkait, misalnya antara pabrik sebagai lembaga inti dengan transportasi, produksi bahan-bahan mentah, dan penyelesaian barang-barang jadi.

Kehadiran industri di tengah komunitas lokal, dengan sendirinya rnendorong proses industrialisasi dalam beragam skala dan intensitasnya. Herg (1992) berpendapat industrialisasi merupakan perkembangan organisasi sosial secara umum dalam negara dimana muncul kewirausahaan dalam bidang pengolahan (manufaktur) dan didukung oleh lembaga-lembaga swasta dan pemerintah. Jary dan Jary (1991) mengatakan industrialisasi suatu proses dirnana ekonomi dan rnasyarakat pertanian serta kerajinan berubah menjadi masyarakat yang dinamikanya terutama digerakkan oleh pabrikasi industri-

Di Indonesia, proses pendidikan tidak selalu mengacu kepada konsep industri. Pendidikan pesantren misalnya, lebih rnenggarnbarkan sebuah struktur yang berbasis hubungan sosial primer ketimbang hubungan formal rasional.

4

(30)

industri besar. Sanderson (2000) mendefinisikan industrialisasi sebagai proses yang membuat masyarakat mengikuti suatu sistem ekonomi dan bentuk-bentuk kehidupan sosial yang berbasis kerja mesin-mesin dan sistem pabrik.

Pendefinisian klasik mengenai industri yang menekankan elemen pabrikasi tidak lepas dari konteks sejarah Revolusi lndustri di lnggris pada abad ke 18. Ketika itu, masyarakat Eropah, khususnya lnggris Raya, dihadapkan pada perubahan-perubahan mendasar dalam cara-cara produksi barang dan jasa, baik dalam skala dan rentang maupun bentuk dan jenis masukan (input), pengolatian (processing) dan keluaran (oufput). Produksi yang sebelumnya banyak menyedot tenaga manusia dengan sistem gilda dan putting out warisan abad pertengahan dalam kurun waktu singkat telah digantikan oleh mesin-mesin otomat yang digerakkan oleh energi batu bara dan minyak. Begitu juga bahan baku yang sebelumnya berskala terbatas dari pasokan domestik dan regional, sesudahnya dipasok secara melimpah dari seberang lautan. Luaran, berupa bahan jadi dan setengah jadi tidak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat nasional, melainkan diekspor ke berbagai penjuru dunia (Schneider, 1986).

Tidak hanya masukan, proses, dan luaran yang berubah dalam industrialisasi. Sistem produksi baru ini juga mengukuhkan industrialisme, yaitu seperangkat tipe ideal mengenai tingkah laku, kepribadian, struktur sosial, dan orientasi nilai budaya baru yang sesuai dengan tuntutan sistem industri. Sistem produksi berbasis mesin-mesin memerlukan peran-peran baru dan disiplin khusus yang berbeda dengan peran dan disiplin dalam sistem produksi berbasis tenaga manusia (tradisional) (Schneider, 1986).

(31)

di luar industri, yaitu lembaga pendidikan yang secara sengaja mengorientasikan kegiatannya pada pemenuhan tenaga kerja terdidik bagi industri. Jalur pendidikan membuka peluang bagi tenaga kerja memperoleh status dan peran baru, baik dalam industri maupun dalam masyarakat; status dan peran baru tersebut merupakan esensi pokok dari perubahan sosial.

Selain kaitan ketenagakerjaan, lembaga pendidikan juga berperan aktif mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan oleh beragam jenis industri. Temuan ilmu pengetahuan baru (invention) dan teknologi baru (innovation) merupakan kebutuhan pokok industri dalam meningkatkan efisiensi produksi yang diperlukan untuk memenangkan persaingan pasar yang terbuka dan keras.

Sedangkan dalam pasaran hasil-hasil, industri berkepentingan dengan masyarakat konsumen. Bagaimana fungsi konsumsi berkaitan dengan status sosial telah banyak dijelaskan oleh kalangan sosiolog. Konsumsi memiliki fungsi status, bahwa seseorang atau sekelompok orang yang hendak mempertahankan statusnya harus membayarnya dengan mengkonsumsi barang-barang yang terkonstruksikan mewakili kelas-kelas sosial tertentu. Jadi industri, lewat organ pemasarannya misalnya berperan aktif membentuk, memperkuat, atau bahkan mengubah selera konsumen melalui iklan, dan selera terkait dengan status dan peran antar kelas dalam masyarakat..

(32)

Pada masa kini, bahkan, kekuatan industri tidak lagi terkonsentrasi pada proses pengolahan barang-barang di pabrik-pabrik, tetapi pada aliran modal. Kekuatan industri, kini berada di tangan pengelola dana (fund manager) yang memobilisasi dan mempertukarkan modal global di lantai bursa untuk menggerakkan industri yang ditangani oleh perusahaan-perusahaan berskala multinasional (trans and multinational companies, TNCsMNCs). Kedudukan pabrik pengolahan yang pada zaman Revolusi lndustri merupakan sebuah sistem yang relatif otonomi, sekarang telah terdegradasi menjadi sebuah sub sistem yang saling tergantung dengan sub sistem lain dari sistem industri yang kompleks, lintas ruang, waktu, budaya dan tradisi. Pabrikasi memiliki kesalingterkaitan dengan dua arah yang berlainan, yaitu industri hulu dan industri hilir.

Hubungan yang demikian kompleks dalam struktur industri dapat disederhanakan ke dalam tiga kategori pokok. Pertama, industri primer yaitu bentuk proses produksi yang mengolah hasil alam menjadi barang setengah baku, seperti pertanian, perikanan, kehutanan dan pertambangan. Kedua,

industri sekunder, yaitu proses produksi yang mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi seperti listrik, energi, air minum, manufaktur, dan bangunanlkonstruksi. Ketiga, industri tersier yaitu proses produksi yang mengolah barang dan non barang (keahlian dan daya manusia) untuk menghasilkan jasa-jasa pelayanan, seperti perdagangan, transportasi dan komunikasi, perbankan, akomodasi dan persewaan, dan jasa-jasa lainnya.

(33)

dan peralatan laboratorium, dan industri meubeler atau industri hilir bagi perguruan tinggi di dalarn dan luar negeri tempat para dosen bersekolah atau sekolah-sekolah menengah atas dan kejuruan (SMUISMK) dari seluruh Indonesia yang memasok IPB dengan calon-calon mahasiswa berkualifikasi.

Fungsi IPB dapat merujuk kepada konsep Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat5. Ketiga darma tersebut saling terkait satu sama lain. Darma pendidikan bertujuan menghasilkan lulusan pencari kerja yang handal, darma penelitian bertujuan menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang efektif dan efisien, dan darma pengabdian masyarakat bertujuan rnenghasilkan kinerja yang berorientasi pada penyelesaian rnasalah atau perubahan sosial.

Telah diungkap di atas bahwa sebuah unit industri pada dasarnya hanya sebuah subsistem yang saling terkait dengan subsistern lain. Schneider (1986) mengatakan terdapat tiga bentuk hubungan dalam matriks sosial industri dengan komunitas sekitar atau masyarakat yang lebih luas, yaitu : (1) kebutuhan industri akan tenaga kerja; (2) Kornunitas menjadi pasar yang besar bagi produk industri tersebut; (3) lndustri rnembutuhkan jasa khusus untuk rnendukung jalannya

proses produksi. Ketiga jalur ini mengaitkan industri dengan rnasyarakat yang lebih luas.

Ketiga jalur hubungan dan interaksi menyediakan peran-peran tertentu bagi komunitas-kornunitas lingkar kampus. Lewat peran-peran tersebut warga komunitas-komunitas kampus dapat mencapai tujuan-tujuannya. Scheneider (1 986) menjelaskan ada lima tujuan yang disediakan oleh peran. Pertama, tujuan instrumental, yaitu kesempatan untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Kedua,

penghargaan, yaitu kesempatan untuk dihargai oleh orang lain. Meskipun

5 Memasuki era reformasi, banyak perguruan tinggi yang telah rnengubah istilah dan

(34)

terdapat peluang orang yang dapat mengembangkan rasa penghargaan diri sendiri tanpa rnemperhatikan pendapat orang lain (self esteem) namun jarang orang yang seperti itu. Perhargaan memacu orang untuk berusaha memperoleh status yang lebih tinggi, yaitu orang yang mendamba prestise, kehorrnatan, dan privileges. Ketiga, rasa aman, secara ekonomis, sosial, dan psikologis. Rasa aman diberikan sebagai imbalan dari peran atau rangsangan untuk mengejar status dan peran yang lebih tinggi. Keempat, respons, yaitu kesempatan yang diberikan oleh peran-peran tertentu untuk mernbentuk hubungan sosial yang memuaskan dimana orang rnerasa yakin akan kesinarnbungan respons yang rnenyenangkan dari orang-orang yang penting baginya. Kelima, kesempatan untuk memperoleh pengalaman baru. Semakin banyak tujuan yang bisa dicapai atau disediakan oleh suatu peran semakin bergairah orang untuk rnencapai dan menjalankannya.

Dengan perspektif yang tidak terlalu berbeda, White (1990) membedakan bentuk hubungan industri dengan komunitas sekiiar atau masyarakat yang lebih luas ke dalam lima jenis, yaitu:

1. lndustri yang rnengandalkan pasar lokal (local market based industries), termasuk berbagai industri atau kerajinan tradisional untuk penggunaan sehari-hari yang semuanya menggantungkan diri pada pasaran setempat. 2. lndustri yang berbasis pada sumberdaya lokal (local resource-based

industries), adalah industri yang rnernpergunakan bahan baku dari pedesaan seperti industri pengolahan hasil pertanian dan industri bahan galian.

(35)

4. Industri-industri "kotof yaitu industri yang menghasilkan pencemaran sumberdaya udara, air dan sebagainya, dan akan menghadapi hambatan resmi atau perlawanan rakyat jika menempatkan diri di perkotaan.

5 . lndustri yang berlokasi di pedesaan bukan karena faktor keunggulan atau karena tujuan tertentu, melainkan karena diwajibkan oleh pihak berwenang sesuai dengan tata ruang setempat. Industri-industri semacam ini biasanya tidak mempunyai kaitan berarti dengan ekonomi masyarakat di sekitarnya.

IPB tampaknya lebih dekat dengan jenis ke lirna, yaitu industri yang berlokasi di pedesaan tetapi tidak memiliki kaitan yang berarti atau memiliki kaitan yang lemah dengan masyarakat sekitar. Kategori ini membenarkan anggapan bahwa IPB cenderung berciri industri kantong. IPB sebelumnya merupakan badan pendidikan milik Negara, menyerupai perusahaan industri berstatus Badan Usaha Milik Negara yang bertugas menyelenggarakan pendidikan tinggi. Meskipun demikian, ada beberapa perbedaan penting, antara IPB dengan perusahaan swasta, yaitu tujuan formalnya tidak mengarah pada maksimalisasi profit.

Namun demikian, dalam konteks lokal, keterkaitan industrial seperti diungkap di atas hanyalah satu aspek saja dari matriks sosialnya dengan masyarakat. Di luar itu rnasih terdapat dimensi dan bentuk keterkaitan lain, yang mempengaruhi proses produksi baik secara langsung atau tidak langsung, seperti hubungannya dengan kekuasaan lokal.

(36)

perusahaan industri dapat dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu struktural dan kognitif. Tanggung jawab struktural adalah tanggung jawab yang diwujudkan oleh perusahaan karena terdapat prosedur-prosedur dan aturan-aturan pemerintah yang mengharuskan perusahaan industri, seperti perusahaan HPH, perkebunan atau pertambangan besar melaksanakan program-program pengembangan masyarakat. Sedangkan tanggung jawab kognitif adalah tanggung jawab yang diwujudkan oleh perusahaan karena terpanggil atau perusahaan itu sendiri menganggap ia perlu melakukan sesuatu bersama masyarakat sekitar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti mencegah konflik atau sebaliknya mengharapkan dukungan masyarakat dalam penyediaan tenaga keja, bahan baku, atau jasa-jasa khusus yang mereka perlukan dalam jangka panjang.

(37)

PPM-LPPM IPB (2002) membagi masalah yang timbul di Wilayah Lingkar Kampus Darmaga ke dalam tujuh jenis, yaitu : (1) Pengelolaan tata ruang menjadi tidak teratur; (2) Pengelolaan sampah di pemukiman penduduk sekitar mejadi tidak teratur dan semrawut; (3) Kernacetan yang disebabkan oleh tindakan para pedagang kaki lima berjualan di tepi jalan; (4) Kelangkaan air bersih; (5) Ancarnan penyakit endemic ;(6) Radikalisme politik dan keagamaan, dan; (7) Kesenjangan sosial.

lndustrialisasi dan Migrasi Penduduk

lndustrialisasi selalu mendorong dinamika penduduk. Konsentrasi kapital di sentra-sentra industri lazimnya diikuti oleh imigrasi penduduk dari luar menuju daerah industri untuk menjadi tenaga kerja. Tetapi tidak hanya itu, efek ganda industrialisasi juga menyediakan kesempatan kerja dan peluang berusaha bagi para tenaga kerja yang tidak mendapat kesempatan di dalam industri. Mereka bekerja dan berusaha di sektor formal dan informal, yang terbuka menyusul kehadiran industri (Schneider, 1986).

(38)

Fenomena dapat diterangkan teori-teori rnigrasi penduduk seperti teori dorong tarik (push-full factor theory). Teori ini secara ringkas menyebutkan bahwa migrasi penduduk rnerupakan resultante dari bekerjanya faktor-faktor pendorong dari dari daerah asal dan faktor-faktor penarik dari daerah tujuan (Rusli, 1984)

.

lndustri merniliki daya sentrifugal dan daya sentripetal bagi penduduk di sekitarnya. Daya sentrifugal industri sangat beragam tetapi yang terpenting adalah rnuncul dari struktur kesernpatan kerja dan peluang berusaha, yang tidak rnemberikan peran kepada sekelornpok penduduk tertentu untuk menjadi bagian dari industri. Kebalikannya, industri merniliki daya sentripetal karena ia memberikan kesempatan kerja dan peluang herusaha bagi penduduk.

Di negara berkembang, industrialisasi harnpir selalu berarti urbanisasi. lndustri yang pada umurnnya berada di perkotaan rnenjadi faktor penarik bagi tenaga kerja yang kebanyakan berasal dari pedesaan. Mereka lalu berternpat tinggal menetap atau sernentara (sirkulasi) di sekitar industri, sehingga sentra- sentra industri yang berada di pinggiran kota dengan cepat berubah menjadi daerah perkotaan (Schneider, 1986). Ketika daerah pinggiran berubah menjadi kota, sebagian penduduk perkotaan bergeser atau tergeser ke daerahdaerah pingggiran.

Strategi Adaptasi Kornunitas Lokal

Terdapat begitu banyak definisi mengenai komunitas. Kornunitas adalah istilah lain dari masyarakat setempat atau masyarakat lokal (Soekanto, 2004).

(39)

Adaptasi dan perubahan adalah dua sisi rnata uang yang tidak terpisahkan bagi makhluk hidup. Adaptasi berlaku bagi setiap makhluk hidup dalam menjalani hidup dalam kondisi lingkungan yang senantiasa berubah, baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Bagi manusia rnasa kini tampaknya adaptasi memiliki pengertian yang lebih khusus dibanding manusia zaman tembaga. Lewat capaian rnanusia dalam ilmu pengetahuan, kemungkinan-kemungkinan peristiwa perubahan aspek lingkungan telah diketahui secara lebih sisternatis; juga menjadi dasar pernakaian teknologi untuk rnengatasi atau menghindari risiko-risiko paling buruk dari peristiwa perubahan lingkungan bagi manusia. Dengan teknologi, manusia dapat menyeleksi dan rnengisolasi jenis-jenis perubahan lingkungan tertentu yang dia inginkan, sehingga terhindar dari jenis-jenis risiko yang tidak diinginkan atau lebih jauh rnengalirkan keuntungan defisit risiko secara lebih fokus ke arah pemuasan kebutuhan manusia. Misalnya teknologi pengatur suhu (air conditioner) dapat rnengisolasi manusia dari hawa panas dan terik matahari. Penguasaan manusia akan ilmu pengetahuan dan teknologi rnerupakan hasil kebudayaan manusia moderen, yang secara agak congkak sering diklaim sebagai pertanda kedigdayaan rnanusia terhadap alarn.

Meski dernikian, ilrnu pengetahuan dan teknologi tidak hanya efektif mengatasi risiko-risiko tertentu tetapi juga efektif rnembangkitkan risiko-risiko lain yang tidak terbayangkan oleh manusia lama sebelumnya. Teknologi nuklir berguna sebagai sumber energi alternatif paling efisien yang pernah diketahui, dalarn seketika dapat rnenjadi monster raksasa yang memusnahkan peradaban, seperti ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia Kedua.

(40)

mungkin adalah bahwa risiko manusia akan perubahan alam dapat diubah tetapi risiko bagi manusia itu sendiri tidak dapat dihilangkan. Risiko abadi bagi manusia. Risiko (energi) alam mengalir kepada manusia, sehingga risiko pokok manusia di zaman kini adalah urusan sesama manusia itu sendiri. Malthus, telah menduga kemungkinan-kemungkinan risiko apa yang muncul dari kondisi tersebut terhadap manusia dan masyarakat, sejak dua abad silam. Namun, bagaimana beragam kemungkinan risiko itu diadaptasi oleh manusia dan masyarakat dalam berbagai konteks ruang dan waktu masih menjadi tanda tanya.

Strategi sendiri adalah konsep yang diadopsi dari ilmu militer untuk memenangkan perang sejak Zaman Napoleon atau Yulius Caesar. Dalam terminologi peperangan, menang adalah satu-satunya tujuan yang mutlak dicapai tanpa kompromi. Dengan doktrin ini, arti strategi adalah alternatif tindakan efektif dan efisien yang diambil untuk memenangkan peperangan. Strategi berada pada posisi yang paling tinggi dalam hierarki tindakan peperangan dan keputusan strategis berada di tangan panglima tertinggi militer. Dalam satu strategi terdapat sejumlah taktik, dan dalam satu taktik terdapat sejumlah teknik. Dengan demikian, sebuah tindakan disebut strategis apabila tindakan tersebut dapat mengatasi sejumlah permasalahan yang menghambat usaha-usaha pencapaian tujuan.

(41)

Strategi yang dimaksud juga tidak lagi terbatas pada praktek-praktek yang tegas sebagai persaingan (dissosiatif), tetapi sama pentingnya adalah praktek kerjasama (assosiatif).

Di sinilah kemudian tampak ada perbedaan arti strategi dalam konteks peperangan zaman lama dan dunia bisnis zaman moderen. Usaha-usaha mencapai kemenangan dalam bisnis, dapat dicapai dengan tindakan yang asosiatif dan disosiatif atau kombinasi keduanya. Pilihan satu tindakan atau kombinasi sejumlah tindakan sangat tergantung kepada penafsiran subjek mengenai situasi dan kondisi lingkungan.

Strategi adaptasi merupakan tindakan sosial para aktor, baik orang- perseorangan maupun kelompok dalam menghadapi beragam risiko yang muncul akibat perubahan yang terjadi di tengah masyarakat. Strategi adaptasi adalah pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial-politik-ekologi dimana penduduk itu hidup. Pilihan tindakan yang bersifat kontekstual tersebut dimaksudkan untuk mengalokasikan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya guna mengatasi tekanan-tekanan sosial ekonomi. Dengan cara demikian, mereka tetap dapat menjaga kesinambungan hidupnya (Kusnadi, 1996).

Esensi strategi adaptasi menurut perspektif sosiologi dapat merujuk pada proses-proses sosial, yaitu tindakan yang mengarah pada kerja sama (asosiatif) atau tindakan yang mengarah pada persaingan (dissosiatif).

Proses Asosiatif

(42)

royong dan tolong menolong resiprositas; (2) bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antar dua organisasi atau lebih; (3) kooptasi yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari goncangan dalam organisasi yang bersangkutan; (4) koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan tidak stabil untuk sementara waktu karena organisasi-organisasi tersebut kemungkinan memiliki struktur yang tidak sama. Akan tetapi karena tujuan organisasi sama maka sifatnya adalah kooperatif, dan; ( 5 ) Joint venture.

Akomodasi merujuk kepada dua arti, yaitu suatu keadaan dan suatu proses. Akomodasi sebagai keadaan merujuk kepada suatu keseimbangan dalam interaksi orang-perseorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi merujuk pada usaha-usaha meredakan pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan (Soekanto, 2004).

(43)

Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapainya: (1) mengurangi pertentangan antar orang-perseorangan atau kelompok sebagai akibat perbedaan paham. Akomodasi di sini bertujuan menghasilkan suatu sintesa antar kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru; (2) mencegah ledakan dari pertentangan untuk sementara walaupun secara kontemporer; (3) membuka kesempatan kerjasama antar kelompok-kelompok sosial yang hidup secara terpisah sebagai akibat faktor- faktor sosial, psikologis, dan kebudayaan, dan; (4) mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran atau assimilasi dalam arti has.

Tidak semua proses akomodasi berhasil. Disamping stabilitas dalam beberapa bidang, mungkin sekali benih-benih pertentangan dalam bidang- bidang yang masih tertinggal luput dari usaha-usaha akomodasi terdahulu. Benih-benih pertentangan yang latent tadi sewaktu-waktu dapat menimbulkan pertentangan baru. Akomodasi bagi pihak-pihak tertentu menguntungkan, sebaliknya agak menekan pihak-pihak lain lantaran campur tangan kekuasaan- kekuasaan tertentu di dalam masyarakat.

(44)

Tindakan asosiatif tercermin dari kelembagaan-kelembagaan yang mengatur hubungan-hubungan antar perseorangan dan kelompok dalam bidang produksi, konsumsi, distribusi, reproduksi, dan redistribusi. Kelembagaan- kelembagaan pada dasarnya adalah norma-norma yang mengatur bagaimana sumberdaya yang terbatas dan tidak sama teralokasikan secara adil di antara anggota-anggotanya, sehingga tujuan bersama tercapai.

Proses Disosiatif

Apakah suatu masyarakat lebih menekankan satu bentuk oposisi atau lebih menghargai kerjasama, sangat tergantung kepada unsur-unsur kebudayaan terutama yang menyangkut sistem nilai, struktur sosial dan sistem sosial. Faktor yang menentukan sesungguhnya adalah sistem nilai masyarakat itu (Soekanto, 2004). Sistem nilai rnasyarakat Indonesia seringkali dianggap seragam yakni lebih mengutamakan bentuk kerjasama ketimbang bentuk proses sosial yang disosiatif. Namun anggapan yang agaknya lebih dapat diterima adalah merujuk pada pandangan ekologi budaya.

Proses disosiatif ditandai adanya aktor oposisi, yaitu kelompok yang berjuang melawan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola oposisi dapat dinamai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence). Ada tiga bentuk proses disosiatif, yaitu persaingan (competition), kontravensi (contravention), dan pertentangan (confrontation, conflict).

(45)

bersifat tidak pribadi merujuk pada persaingan kelompok dalam bidang ekonomi, kebudayaan, kedudukan, peran, dan ras.

Kontravensi adalah proses sosial yang berada diantara persaingan dan dan pertikaian. Kontravensi ditandai oleh ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan yang tidak suka disembunyikan, kebencian, atau keragu-raguan.

Geertz (1975) misalnya menyatakan bahwa tipe budaya yang terendapkan dalam sistem ekologi di Indonesia dapat dibagi dua, yaitu budaya padi sawah dan budaya perladangan. Budaya padi sawah memiliki ciri-ciri yang konsentratif dan lentur, sedangkan budaya perladangan memiliki ciri-ciri yang memencar dan kaku. Jika budaya padi sawah bercorak involutif, maka budaya perladangan bercorak revolutif dalam menanggapi faktor-faktor yang menimbulkan perubahan dalam jumlah maupun komposisi penduduk. Dengan perkataan lain, masyarakart yang berekologi budaya padi sawah cenderung lebih mudah berakomodasi ketimbang masyarakat yang berekologi perladangan.

Sedangkan tindakan disosiatif adalah tindakan yang berazas pada perbedaan kepentingan antar perorangan atau kelompok dalam beragam bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu yang menjadi pusat perhatian publik dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan ancaman dan kekerasan. Perihal apakah persaingan cenderung disosiatif, berhubungan erat dengan aspek-aspek kepribadian seseorang, kemajuan dalam masyarakat, solidaritas kelompok, dan disorganisasi yang disebabkan oleh suatu perubahan yang terlalu cepat (Soekanto 2004).

(46)

dengan menginternalisasikan sistem etik yang fungsional dengan tuntutan struktur moderen, antara lain melalui pendidikan. Sebaliknya Karl Marx beranggapan modernisasi dan industrialisasi hanya bisa dihadapi dengan strategi mencegah atau menghindari polarisasi struktur sosial yang memisahkan secara tegas antara kelas proletar dan kelas borjuis melalui penumbangan kelas berkuasa secara revolusioner.

Karya-karya fundamental sesudahnya dan tetap menjadi rujukan hingga sekarang antara lain adalah Scott (1981) tentang moral ekonomi petani, Popkin ( 1 986) tentang rasionalitas petani, dan Geertz (1965) tentang involusi pertanian. Geertz (1975) menjelaskan bahwa komunitas padi sawah memiliki mekanisme yang sangat lentur dalam menghadapi tekanan ekonomi dan ekologi, tetapi kelenturan tersebut justru tidak menguntungkan ketika terbuka peluang meningkatkan surplus pertanian dengan menerapkan teknologi baru yang lebih efisien. Surplus pertanian hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pertambahan penduduk yang cepat, sehingga yang terkekalkan adalah kemiskinan berbagi (shared poverty). Namun, Kartodirjo (1982) membenarkan anggapan Popkin bahwa petani tidak apatis dalam menanggapi tekanan yang datang dari dalam dan luar dirinya, melainkan aktif dan rasional mempengaruhi sejarah mereka. Pemberontakan petani terhadap tekanan ekonomi yang ditimpali tekanan kekuasaan di Banten, merupakan indikasi bahwa kaum tani memiliki kemauan untuk memperbaiki nasibnya.

(47)

lapisan bawah pola nafkah ganda merupakan strategi bertahan hidup, di mana sektor luar pertanian merupakan sumber nafkah penting untuk menutupi kekurangan dari sektor pertanian. Lebih lanjut Sajogyo (1978) menjelaskan bahwa lapisan atas memiliki Modal Cadangan Pangan (MPC) dan Modal Cadangan Pengembangan Usaha (MCPU). Lapisan tengah hanya mernpunyai MCP, sedangkan lapisan bawah tidak memiliki keduanya.

Studi yang dilakukan Firman (1990), Rachbini dan Hamid (1994) serta Syahrir (1995) mengidentifikasi proses migrasi petani rniskin pedesaan ke kota untuk memasuki lapangan kerja di sektor informal, khususnya sektor perdagangan kecil dan konstruksi. Sementara itu, studi yang dilakukan oleh Rachbini dan Hamid (1994) menggarisbawahi kedudukan dan peranan strategis perempuan istri rumahtangga petani-berlahan sempit dan buruh tani-sebagai pencari nafkah keluarga. Akibat terbatasnya peluang kerja di sektor pertanian, mereka kemudian memasuki sektor informal perdagangan desa. Pekerjaan mereka sebagai pedagang telah memberinya penghasilan yang teratur dan kontribusi yang berarti untuk rnenunjang kebutuhan ekonomi rumah tangga. Disamping itu, status sosialnya sebagai perempuan semakin meningkat, baik di dalam rumahtangga maupun dalam kehidupan masyarakat.

Studi Rachbini dan Hamid (1 994) juga menghasilkan temuan yang sama, dimana istri dan anak-anak rumahtangga petani turut terlibat secara substansial dalam menunjang kebutuhan ekonorni rumah tangga, khususnya pada musim- musim sepi kegiatan sektor pertanian. lstri tidak hanya membantu suami dalam aktivitas pertanian, tetapi juga menumbuk beras dan kopi, membuat makanan kecil, memasak untuk pesta, mengambil air, menganyam tikar dan menenun, serta menumbuk batu merah.

(48)

pengalaman. Pendidikan merupakan proses pembentukan watak seseorang sehingga memiliki pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku. Dalam proses pembentukan watak terjadi interaksi yang terus menerus antara potensi seseorang (inteligensia, bakat) lingkungan, dan pendidikan. Melalui pendidikan, potensi seseorang dapat berkembang menjadi manusia yang mampu berpikir dan bertindak atas kekuatan sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidup, mampu memelihara harga diri, dan mampu bertanggung jawab atas cara ia bereksistensi di dunia (Padmowihardjo, 1994).

Stratifikasi

Stratifikasi merupakan salah satu aspek terpenting dari struktur sosial. Stratifikasi adalah pembagian kelompok sosial menjadi tingkatan-tingkatan atau strata, yang disatukan oleh atribut atau ciri-ciri umum. Stratifikasi sosial dapat digolongkan berdasarkan perbedaan prestise, penghargaan, atau kehormatan sosial yang diberikan kepada para anggotanya (Schneider, 1986).

(49)

kedudukan dan peranan juga bersifat kompleks yang disebabkan banyaknya orang dan aneka warna ukuran yang dapat diterapkan terhadap masyarakat tersebut. Namun demikian, meskipun bentuk-bentuk nyata dari stratifikasi sosial sangat beragam, kondisi atau keberadaan suatu sistem lapisan masyarakat tergantung pada sistem nilai yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat.

Sorokin dalam Soekanto (2004) memberikan definisi stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Sedangkan menurut dasar dan inti munculnya pelapisan sosial dalam masyarakat disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakat.

Untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan tertentu atau untuk membedakan antar lapisan masyarakat yang terbentuk, ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai adalah ukuran kekayaan (akses atau kepemilikan terhadap tanah dan rumah atau benda-benda berharga lainnya, bentuk rumah, cara berpakaian, bahan pakaian yang digunakan, dan lain-lain, ukuran kekuasaan (akses terhadap politiklpartai, keterlibatan dalam organisasi pemerintahan dan lain-lain), dan ukuran kepandaianlilmu pengetahuan (gelar dalam pendidikan, pekerjaan sebagai guru, pengetahuan dalam hal-ha1 tertentu seperti memainkan alat rnusik tradisional, mengukir dan lain-lain).

(50)

ditunjang oleh aspek lain dari stratifikasi seperti kecenderungan sosial dan konsep marjinalitas.

Dilihat dari proses terjadinya, sistem lapisan masyarakat (stratifikasi sosial) dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat atau sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Soekanto (2004) menyatakan bahwa hal-ha1 yang biasa dijadikan sebagai alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (senioritas), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat dan juga harta dalam batas-batas tertentu. Sedangkan sistem lapisan yang sengaja dibentuk, berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi formal. Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa alasan-alasan atau dasar-dasar yang digunakan dalam pembentukan sistem pelapisan sosial adalah berbeda-beda.

Sistem pelapisan dapat merupakan fenomena penting bagi individu- individu dalam upaya melaksanakan kewajiban-kewajiban sesuai dengan posisinya dalam masyarakat. Ketidaksamaan kedudukan dan peran selalu terjadi dalam masyarakat, sehingga setiap anggota masyarakat terdorong melaksanakan kewajiban-kewajiban dan akibat penempatan individu-individu sesuai dengan kemampuan mereka. Sistem lapisan masyarakat juga dapat menunjukkan bagaimana individu-individu tersebut memperoleh hak-haknya, sebagai himpunan kewenangan-kewenangan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Dengan demikian, hak dan kewajiban dalam setiap sistem lapisan masyarakat secara bersama-sama menjadi faktor pendorong untuk memperoleh kedudukan dan peranan tertentu dalam masyarakat (Soekanto, 2004).

(51)

menggambarkan adanya tiga lapisan masyarakat yang secara umum terjadi dalam suatu masyarakat, yaitu lapisan atas (upper-class) dengan jumlah individu yang sedikit, lapisan rnenengah (middle-class) dengan jumlah individu yang relatif lebih banyak dibandingkan lapisan atas, dan lapisan bawah (lower-class) dengan jurnlah individu yang banyak. Lebih lanjut Soekanto (2004) rnenyatakan bahwa gambaran seperti di atas merupakan gejala umurn yang seringkali mempunyai kekecualian.

Stratifikasi yang dimaksud dalarn penelitian ini adalah

penempatan individu-individu dan kelornpok ke dalarn lapisan-lapisan sosial yang terjadi sebagai akibat dari proses adaptasi masyarakat lokal terhadap kehadiran Kampus IPB. Berkaitan dengan pendapat Soekanto (2004), Taneko (1993) dapat disimpulkan bahwa berbagai strategi adaptasi rnasyarakat lokal merupakan sebab dan sekaligus dari stratifikasi yang berlangsung dalarn komunitas lingkar karnpus. Bagi keluarga yang rnarnpu beradaptasi dengan baik dan didukung oleh modal dan pengetahuan rnaka dapat diprediksikan memperoleh kedudukan dalam lapisan atas, sebaliknya keluarga yang tidak marnpu beradaptasi dan rnemanfaatkan situasi pasar lokal yang bebas, rnaka akan terjebak ke dalarn lapisan bawah. Bahkan pada titik ekstrirn kehidupan mereka rnenjadi rniskin dan marginal atau tersingkir dari habitatnya.

Kerangka Pemikiran

(52)

kebutuhan dasar mahasiswa (pangan, sandang, papan) dan jasa-jasa penunjang kegiatan pendidikan seperti alat tulis kantor (ATK), foto copy, persewaan computer dan internet, atau angkutan kota. Bersama dengan warga komunitas lokal yang terlebih dahulu rnenernpati Wilayah Lingkar Kampus (WLK), para pendatang ini rnenyumbang pada industrialisasi pendidikan di tengah komunitas lokal.

Birokrasi pemerintah rnemainkan peran tertentu dalam proses industrialisasi. Sekalipun lembaga pendidikan memiliki otonomi tertentu, dalam rnenyelenggarakan pendidikan, pemerintah juga bertindak sebagai aktor yang menyediakan kerangka normatif bagi penyelenggaraan sistem pendidikan tinggi, terrnasuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Kecuali itu, pemerintah juga berindak sebagai penyedia pelayanan publik, dan penjamin ketertiban dan keamanan berusaha bagi semua golongan masyarakat.

Namun, kebijakan pemerintah, dari pusat sampai desa seringkali mengabaikan kepentingan komunitas lokal atau gagal bekerja secara impersonal, sehingga peranan birokrasi justru menjadi ancaman tersendiri bagi komunitas. Pemihakan aparatur birokrasi pada modal misalnya, dapat mendorong kesenjangan antar golongan atau lapisan sosial: antara komunitas lokal dan IPB, antara komunitas pendatang dan komunitas asli, atau antar orang berpunya dengan orang tak berpunya.

(53)

yang dinamis dan terus berubah. Penyesuaian tersebut memerlukan strategi yang secara garis besar dapat digolongkan ke dalam dua pilihan pokok: asosiatif dan disosiatif. Strategi mana yang terbaik menurut pilihan para aktor, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal dapat digolongkan ke dalam peluang dan ancaman yang berasal dari luar.

lndustrialisasi menyediakan tidak hanya peluang bagi aktor-aktor untuk memperoleh peran-peran baru, tetapi sekaligus juga ancaman bagi peran-peran yang telah ada. Sedangkan faktor internal meliputi kelemahan atau kekuatan yang dipersepsikan oleh aktor-aktor melekat di dalam dirinya dan menentukan bagaimana mereka mengambil tindakan sosial untuk mencapai tujuan, dimasa lalu, masa kini, dan masa depan.

Strategi kerjasama atau bersaing, pada akhirnya menentukan bagaimana aktor-aktor dalam komunitas lokal dapat mengintegrasikan diri dengan industrialisasi yang berlangsung di Darmaga. Persaingan yang terlalu keras dan tidak diimbangi oleh kerjasama dapat melahirkan konflik, baik latent atau manifest, yang berujung pada ketertekanan dan ketersingkiran. Strategi kerjasama yang tidak diimbangi oleh keteguhan mempertahankan kepentingan diri, juga dapat berujung pada keadaan yang sama meskipun mungkin dengan mekanisme yang berbeda.

(54)

I \

Birokrasi

Mobilitas

'

Pemerintah

Modal

A A

Industri Pendidikan

(IPB)

Fisik Sosial

Penduduk

[-)

khusus

v

/

Strategi

Adaptasi

'

~ o s i s i

sosial

'

Komunitas Lokal

Komunitas Lokal

Kerangka Pemikiran

(55)

Ill. METODE PENELlTlAN Pendekatan Penelitian

Masalah dan tujuan penelitian ini akan dijawab dengan pendekatan kualitatif, suatu alternatif pendekatan yang cocok untuk memahami sebuah fenomena secara spesifik dan mendalam (Lincoln dan Denzin, 1994; Miles dan Huberman, 1992).

Penentuan Lokasi Penelitian

IPB dan Pemerintah Daerah menetapkan ada 14 desa atau kelurahan yang termasuk dalam kategori Wilayah Lingkar Kampus (WLK). Ke 14 desalkelurahan tersebut secara administratif berada di dalam dua kabupaten dan tiga kecamatan. Tiga kelurahan, yaitu Marga Jaya, Balumbang Jaya dan Situ Gede berada di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Sisanya berada di wilayah Kabupaten Bogor, yaitu desa-desa Ciherang, Babakan, Cikarawang, Dramaga, Neglasari, Sinarsari, dan Petir yang merupakan bagian dari Kecamatan Dramaga dan desa-desa Cibanteng, Benteng, Cihideung Udik, dan Cihideung llir Kecamatan Ciampea.

Desalkelurahan tersebut dapat dibagi ke dalam tiga lapis, yaitu (1) wilayah primer adalah desalkelurahan yang secara administratif bersinggungan atau berbatasan langsung dengan Kampus IPB; (2) Wilayah sekunder, yaitu desa kelurahan yang tidak bersinggungan langsung dengan Kampus IPB, tetapi penduduknya berinteraksi secara intensif dengan kalangan sivitas akademika IPB, dan; (3) wilayah tersier adalah desalkelurahan yang penduduknya tidak berinteraksi secara intensif dengan kalangan sivitas akademika, tetapi potensial berkembang di bawah pengaruh Kampus IPB Darmaga.

(56)

sengaja

(purposive)

berdasarkan dua pertimbangan pokok.

Pertama

desa ini

tergolong desa WLK primer, yaitu desa yang paling dekat dengan Kampus IPB

Darrnaga.

Kedua,

berkaitan dengan itu pula maka Desa Babakan merupakan

desa paling padat diantara desalkelurahan WLK.

Dua gambar di bawah ini memperlihatkan tingkat kepadatan penduduk

Desa Babakan dan desa/kelurahan WLK lainnya. Jikalau luas Kampus IPB

dikeluarkan dari wilayah Desa Babakan, maka akan tampak bahwa Desa

Babakan merupakan desa paling padat penduduknya di WLK. Hal itu terjadi

karena luas Kampus IPB sendiri mencakup 270 hektar atau 80.1 persen dari luas

Desa Babakan.

Dengan demikian, masyarakat Desa Babakan diperkirakan merupakan

penerima dampak terbesar dari kehadiran IPB di WLK. Meskipun penelitian ini

ibprd&nhn$~doI Dtr1bb&n(nDnt4hlur&nWW L m y l T ~ a n 8 + i l n n n u k ~ ~

tidak bermaksud melakukan inferensi terhadap semua desalkelurahan WLK,

~ P t ~ b s r ~ n d n b ~ ~

m X W ~ l ~ l o M ( l m p t I W @ ~ P @

1

namun pemahaman atas kasus Desa Babakan diharapkan dapat

Gambar

Tabel 1. Tujuan Penelitian,
Gambar 3 Piramida Penduduk Desa Babakan Tahun 2003
Tabel 3. Kepadatan Penduduk Desa Babakan dan Desa Kelurahan WLK
Tabel 6. Jumlah Usaha Jasa dan Perdagangan Penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skin Contact : Product is unlikely to cause irritation at room temperature Eye Contact : Product fines may cause mechanical irritation.. Ingestion : Product is

Precautionary Statements : Obtain special instructions before use │ Do not handle until all safety precautions have been read and understood │ Keep away from

Hasil analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa pengaruh gender, kompleksitas tugas, tekanan kerja terhadap audit judgment terdapat kesimpulan bahwa uji f tidak

Menurut Purnomo (2007) semakin tinggi rasio Likuiditas yang dalam hal ini diukur dengan LDR, maka akan semakin tidak liquid perusahaan perbankan dikarenakan bank tidak

Adapun maksud dari pembangunan Aplikasi Inventarisasi Surat di Infolahtadam III/Siliwangi adalah tersedianya sebuah aplikasi yang dapat mendukung secara penuh proses

DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Musharakah. •   Walaubagaimanapun, dari perspektif undang-undang berdasarkan amalan standard di Malaysia, pihak yang terbabit di dalam Musharakah akan bersetuju

Sang Putu Adhi Sudewa L UNUD dr.. Imran Porkas Lubis L