• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH AKUNTANSI INTERNASIONAL “Akuntansi Perubahan Harga (Inflasi)” Oleh : Latipah Rabbani 24213938 4EB28 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA TANGERANG 2013 PENDAHULUAN - MAKALAH AKUNTANSI INFLASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH AKUNTANSI INTERNASIONAL “Akuntansi Perubahan Harga (Inflasi)” Oleh : Latipah Rabbani 24213938 4EB28 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA TANGERANG 2013 PENDAHULUAN - MAKALAH AKUNTANSI INFLASI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

AKUNTANSI INTERNASIONAL

“Akuntansi Perubahan Harga (Inflasi)”

Oleh :

Latipah Rabbani

24213938

4EB28

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GUNADARMA

(2)

PENDAHULUAN

Pelaporan keuangan sangat terkait dengan perubahan harga (inflasi), karena selama periode perubahan harga tersebut laporan keuangan dapat berpotensi untuk menyesatkan selama periode perubahan harga tersebut. Perubahan harga (inflasi) adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di negara berkembang, namun kecenderungan yang ada di negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk memperbaiki penyimpanan dari convensional historical cost accounting yang memasukkan unsur perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset. Pengaruh inflasi terhadap posisi keuangan dan kinerja perusahaan dapat mengakibatkan tidak efisiennya keputusan operasional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi itu sendiri. Dalam kaitannya dengan posisi keuangan, aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang nilainya selama inflasi karena menurunnya daya beli.

(3)

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perubahan Harga (Inflasi)

Inflasi adalah kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam waktu tertentu. Dari pengertian tersebut, apabila terjadi kenaikan harga yang hanya bersifat sementara maka kenaikan harga tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Inflasi dikatakan terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi.

Inflasi merupakan masalah ekonomi (peristiwa moneter) yang hampir terjadi di semua negara di dunia. Inflasi sering diartikan sebagai suatu kecendrungan naiknya harga-harga secara umum dalam waktu dan wilayah tertentu. Dari pengertian ini dapat diambil beberapa hal penting dalam memahami inflasi, bahwa inflasi ini terjadi : Diwarnai kenaikan harga-harga komoditi secara umum, atau hampir semua komoditi mengalami kenaikan. Kenaikan harga-harga karena, misalnya musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja (tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak dapat dikatakan sebagai inflasi.

Secara umum, perubahan harga adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang atau jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan atau keluaran). Karakteristik perubahan harga barang dan jasa, ada dua jenis perubahan harga yaitu :

1. Perubahan Harga Secara Umum

Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation).

2. Perubahan Harga Secara Spesifik (Khusus)

Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan harga dalam permintaan dan penawaran.

Penyebab Inflasi

(4)

Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan bertambahnya

permintaan faktor‐faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal dengan istilah demand pull inflation.

2. Cost-push Inflation

Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasikan ikut naik.

Dampak Inflasi

Inflasi mempunyai dampak terhadap individu maupun bagi kegiatan perekonomian secara luas. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat negatif atau pun positif, tergantung pada tingkat keparahannya.

1. Dampak positif

Pengaruh positif inflasi terjadi apabila tingkat inflasi masih berada pada persentase tingkat bunga kredit yang berlaku. Misalnya, pada saat itu tingkat bunga kredit adalah 15% per tahun dan tingkat inflasi 5%. Bagi negara maju, inflasi seperti ini akan mendorong kegiatan ekonomi dan pembangunan. Mengapa demikian? Hal ini terjadi, karena para pengusaha/ wirausahawan di negara maju dapat memanfaatkan kenaikan harga untuk berinvestasi, memproduksi, serta menjual barang dan jasa.

2. Dampak Negatif

Inflasi yang terlalu tinggi membawa dampak yang tidak sedikit terhadap perekonomian, terutama tingkat kemakmuran masyarakat. Dampak inflasi tersebut, antara lain:

 Dampak inflasi terhadap pemerataan pendapatan

 Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi)

 Mendorong penanaman modal spekulatif

 Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi

 Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan

 Menimbulkan masalah neraca pembayaran

(5)

Menurut teori moneter klasik, inflasi terjadi karena penambahan jumlah uang beredar. Dengan demikian, secara teoretis relatif mudah untuk mengatasi inflasi, yaitu dengan mengendalikan jumlah uang beredar itu sendiri. Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Ketika jumlah uang beredar terlalu berlebihan sehingga inflasi meningkat tajam, Bank Indonesia akan segera menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi peredaran uang.

2. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi inflasi adalah dengan mengurangi pengeluaran pemerintah, menaikkan tarif pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah.

3. Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal

Selain kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, pemerintah melakukan kebijakan non-moneter/ non-fiskal dengan tiga cara, yaitu menaikkan hasil produksi, menstabilkan upah (gaji), dan pengamanan harga, serta distribusi barang.

B. Mengapa Laporan Keuangan di Masa Perubahan Harga Berpotensi Menyesatkan Selama periode inflasi nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba dinilai lebih tinggi. Ketidakakuratan pengukuran ini mendistorsi, (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis, (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja, dan (3) data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan:

1. Kenaikan dalam proporsi pajak.

2. Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham. 3. Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja.

4. Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (pengenaan pajak lebih besar).

(6)

Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah (yaitu daya beli perode ini), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Biaya disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena biasanya mencerminkan pemakaian sumber daya yang diperoleh dimasa lampau (misalnya penyusutan pabrik yang dibeli 10 tahun silam) ketika daya beli unit moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan daya beli kini menyebabkan laba tidak diukur secara akurat.

Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode inflasi. Jika kita menahan kas selama setahun dengan tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan dua kali lipat kas untuk menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini selanjutnya mempersulit pembaca laporan untuk membandingkan kinerja bisnis.

Fungsi mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit yaitu :

1. Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.

C. Jenis-jenis Penyesuaian Inflasi

(7)

konstan biaya historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.

1. Penyesuaian Tingkat Harga Umum

Model biaya historis‐dolar konstan mempertimbangkan perubahan harga ini dengan mengukur laba sedemikian rupa sehingga pendapatan tersebut mencerminkan jumlah maksimum sumber daya yang dapat didistribusikan ke berbagai pihak yang berhak selama periode tertentu, dan pada saat yang sama mempertahankan kemampuan perusahaan untuk memperoleh jumlah barang dan jasa yang secara umum sama, pada akhir periode, dengan jumlah barang dan jasa yang dapat diperolehnya pada awal periode.

Singkatnya, mata uang tetap (biaya historis) adalah jumlah mata uang yang disesuaikan dengan perubahan tingkat harga (daya beli) umum.

Indeks Harga

Angka indeks harga digunakan dalam translasi jumlah uang yang dibayarkan di periode sebelumnya ke dalam setara daya beli di akhir periodenya (yaitu daya beli tetap biaya historis).

Rumus yang digunakan adalah: GPLc

GPLtd × Jumlah Nominaltd=PPEc

Keterangan :

GPL = Indeks harga umum c = Tahun berjalan td = Tanggal transaksi PPE = Setara daya beli umum

(8)

ketimbang menyesuaikan tingkat harga pendapatan harian (berarti ada 365 perhitungan) kita dapat menggunakan rumus berikut :

GPLc

GPLtd × Pendapatan Total=PPEc

2. Penyesuaian Biaya-Kini

Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama yaitu a. Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh karena aset

pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan.

b. Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa pertimbangan komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.

3. Biaya Kini Disesuaikan dengan Tingkat-Harga Umum

Operasi pelaporan ketiga yang bertujuan untuk menerangkan perubahan harga ini menggabungkan karakteristik model tingkat umum dan model biaya kini. Pengukuran ini, disebut sebagai model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga menggunakan indeks harga umum maupun khusus. Sesuai dengan model tingkat harga umum, salah satu tujuan model ini adalah untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen daya beli akhir tahun perusahaan. Laporan laba rugi juga memuat informasi mengenai laba atau rugi daya beli pos-pos moneter induk bersih. Sesuai dengan model biaya kini, tujuan lain model ini adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak.

(9)

inflasi. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum. Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas pemegang saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut : Kenaikan aset non moneter akibat inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan agar mampu menghadapi inflasi umum tersebut. Komponen kedua (misalnya kenaikan harga kini yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak sebagai laba modal atas aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita berpendapat bahwa komponen terakhir ini bukan merupakan laba, melainkan kenaikan biaya usaha yang harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan kapasitas produksinya.

Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, disajikan ulang sebagai berikut :

a. Persediaan

Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang dengan menggunakan metode biaya penggantian atau manufaktur.

b. Harga Pokok Penjualan

Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan yang dinyatakan ulang. c. Aktiva Tetap

Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi nilai penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli independent pada tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai denga tanggal akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah tanggal tersebut.

d. Depresiasi

Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan sebagai dasar, perkiraan masa manfaat ditentukan oleh penilai independent.

e. Penyajian ulang ekuitas pemegang saham

Akun ini disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut umur atau tanggal kontribusinya.

f. Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham

Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan aktiva non-moneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas.

g. Hasil dari kepemilikan aktiva non-moneter

(10)

h. Akumulasi hasil moneter ekuitas

Pos ini merupakan hasil yang berawal dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan.

Berikut adalah kebijakan akuntansinya :

 Dasar penyajian

 Komparabilitas

 Persediaan

 Aset tetap

 Penyusutan

 Penyajian uang ekuitas pemegang saham

 Defisit atas penyajian ulang ekuitas pemegang saham

 Laba atau rugi dari posisi moneter

D. Pendekatan Terhadap Akuntansi Inflasi di Beberapa Negara Amerika Serikat

Pada tahun 1970, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting StandardsSAFS) No. 33 Berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap (sebelum dikurangi dengan depresiasi) yang bernilai lebih dari$125 juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar (setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi) untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli konstan biaya kini. Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan bahwa :

1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan. 2. Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar.

3. Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini.

Inggris

(11)

Practice-SSAP 16), “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980.SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :

1. Standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.

2. Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan.

Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :

1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.

2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.

3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.

Brazil

Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brazil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan, hukum perusahaan Brazil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brazil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan deprsiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau depresi (termasuk setiap provisi kerugiaan yang terkait). Akun-akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.

E. International Accounting Standard Board (IASB)

(12)

biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli terkait posisi kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba bersih. Perusahaan pelapor juga harus mengungkapkan :

1. Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit pengukuran telah dilakukan.

2. Model penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu penilaian historis atau biaya kini).

3. Identitas dan tingkat indeks harga pertanggal neraca, berikut pergerakkannya selama tahun pelaporan.

(13)

KESIMPULAN

Perubahan harga merupakan fluktuasi pergerakan harga baik suatu peningkatan maupun suatu penurunan. Peningkatan harga secara umum di kenal dengan istilah inflasi, sedangkan penurunan harga secara umum dikenal dengan istilah deflasi. Perubahan harga disini terdapat dua jenis yaitu perubahan harga umum maupun perubahan harga spesifik. Perubahan harga umum merupakan perubahan harga secara keseluruhan komoditi, sedangkan perubahan harga khusus merupakan perubahan harga komoditi tertentu. Pada periode perubahan harga ini laporan keuangan sangat teramat rentan terhadap resiko penyesatan para penggunanya. Resiko ini terjadi karena adanya ketidakakuratan pengukuran yang menyebabkan distorsi pada proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis, anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh perubahan harga yang tidak dapat dikendalikan. Resiko tersebut menimbulkan kesulitan para pembaca untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan. Terdapat dua jenis metode yang dapat dilakukan untuk melakukan penyesuaian terhadap inflasi, yaitu :

1. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum yang disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis.

(14)

REFERENSI

Allan Moechamad Z.K, et all. 2013. Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga. Dalam https://datakata.wordpress.com/2013/12/03/pelaporan-keuangan-dan-perubahan-harga/ , diunduh pada Selasa, 2 Mei 2017.

Astri Sri Dayanti. 2015. Akuntansi Internasional : Akuntansi Perubahan Harga (Inflasi). Dalam http://astrisridayanti.blogspot.co.id/2015/06/akuntansi-internasional-akuntansi.html , diunduh pada Selasa, 2 Mei 2017.

Kartika Ratna Sari. 2016. Akuntansi Internasional Bab 7. Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga. Dalam http://kartikaratnas.blogspot.co.id/2016/04/akuntansi-internasional-bab-7-pelaporan.html , diunduh pada Selasa, 2 Mei 2017.

Marista Fitri. 2015. Akuntansi Perubahan Harga (Inflasi). Dalam http://maristafitri.blogspot.co.id/2015/06/akuntansi-perubahan-harga-inflasi.html , diunduh pada Selasa, 2 Mei 2017.

Nur Isnaini. 2014. Akuntansi Internasional. Dalam

http://isnanaina.blogspot.co.id/2014/11/akuntansi-internasional.html , diunduh pada Selasa, 2 Mei 2017.

Sukman. 2015. Makalah Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga. Dalam

Referensi

Dokumen terkait