• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjadi Pioner dalam Pembangunan Zona Integritas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Menjadi Pioner dalam Pembangunan Zona Integritas"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi 2/ Tahun II/ April-Juni 2016

Bidang Penmad :

Prestasi Penting

Kejujuran adalah

Utama

9

Dinamika Daerah :

Sosialisasi Pengisian

Instrumen

Akreditasi

22

28

Artikel :

Alqur’an

dan Darurat

Narkoba

media pemersatu umat

ISSN : 2460 - 3813

(2)

Salam

Redaksi

Penanggung Jawab : Badrus Salam ; Redaktur : Ali Fakhrudin, Budiawan, Gentur Rachma In-driadi, Suripah, Martina Wulandari; Penyunting / Editor : Muhammad Saronji ; Design Grafis : Djati Prasetyo, Seno Kurniawan ; Sekretariat : Yudi Prasetyo,

Majalah Bulanan SEJAHTERA Diterbitkan oleh : Subbag Informasi & Humas Kanwil

Kemenag Provinsi Jawa Tengah

Penerbit: Subbag Informasi & Humas Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah

Alamat Redaksi : Jalan Sisingamangaraja No 5 Semarang - 50232 Telp : 024-8412547, 8412548, 8412552 Fax. 024-8315418, EMAIL : sejahtera_jateng@kemenag.go.id

Keterangan Cover Depan : Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah H Ahmadi menandatangani Nota Kesepahaman Anti Radikalisme dengan Kapolda Jateng, Condro Kirono.

daftar isi

Redaksi SEJAHTERA menerima sumbangan dalam bentuk tulisan, foto ilustrasi dan lainnya yang sesuai dengan misi Majalah SEJAHTERA. Ketikan 1,5 spasi maks 2 hal kuarto, disertai identitas resmi penulis. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa mengurangi substansinya. Demi perbaikan penerbitan, redaksi mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Salam Redaksi ... 2

Pembinaan ... 3

Laporan Utama ... 5

Laporan Khusus ... 8

BidangPENMAD ... 9

BidangPONTREN ... 10

BidangPAIS ... 11

BidangPHU ... 12

Bidang URAIS ... 14

Bidang PENAIS ... 15

Bimas Kristen ... 16

Bimas Katolik ... 18

Bimas Hindu ... 19

Khonghucu ... 20

Dinamika Daerah ... 22

Artikel ... 28

KUB ... 36

Karya Umat ... 38

Prestasi ... 40

Terapan ... 42

Lensa Foto ... 43 Assalamualaikum wr wb

Pembaca Budiman!

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan sekalian Alam yang selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya semoga kita mampu

menjadi ASN-ASN yang berprestasi, beristiqomah dalam meng -abdi bangsa dan Negara.

Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap terlimpah curah-kan keharibaan beliau, Baginda Nabiyullah Muhammad SAW, karena dengan perjuangan beliaulah kita mampu mengetahui kebaikan dan keburukan. Jika tanpa perjuangan Beliau tentu keburukan itu akan merajalela. Mudah-mudahan kita mendapat syafaat beliau di hari kiamat kelak. Amiin.

Pembaca Budiman!

Majalah yang ada di tangan pembaca ini merupakan terbitan tri wulan ke dua tahun 2016. Majalah yang berfungsi untuk menelurkan ide dan gagasan melalui sebuah tulisan dan menjadi wadah berkarya bagi ASN Kemenag Se Jawa Tengah juga menjadi media tepat untuk menyampaikan sebuah gagasan.

Edisi ini kami mengangkat tema ”PKI akan Bangkit Lagi”. Tema itu kami angkat karena bersamaan dengan peringatan hari pendidikan nasional adanya isu-isu terkait isu komunisme. Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapi-talisme dan ideologi lainnya.Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana mereka itu

mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh.

Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan Marxisme. Komunisme adalah ideologi yang digunakan partai komunis di seluruh dunia. Racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut “Marxisme-Leninisme”.

Ada kemungkinan Indonesia menjadi negara komunis andai saja PKI berhasil berkuasa di Indonesia. Namun hal tersebut tidak menjadi kenyataan setelah terjadinya pelanggaran HAM super berat dan pembantaian manusia secara sia-sia oleh tentara dan kelompok-kelompok agama terhadap orang-orang yang dicurigai dan dituduh mempunyai hubungan dengan PKI pada pertenga-han tahun 1960-an. Hal ini juga membawa kesengsaraan luar biasa bagi para warga Indonesia dan anggota keluarga yang dituduh komunis meskipun belum tentu kebenarannya. Hal ini merupakan halaman terhitam sejarah negara Indonesia.

Secara hukum, mempelajari komunisme diperbolehkan dalam konteks pendidikan, tetapi dilarang jika ada upaya penyebaran paham itu di lingkungan masyarakat. Konteks inilah yang harus dipahami secara komprehensif dalam meberikan respon kepada salah satu fenomena sebuah kelompok, aliran.

Akhirnya dengan diterbitkannya majalah ini mudah-mudahan

dapat menjadi pendorong dalam melakukan inovasi, untuk itu

kami menyadari di edisi ini terdapat banyak kekurangan yang

kami torehkan dalam coretan di Majalah ini. Kritik dan saran

yang membangun sangat kami harapkan. Selamat membaca ! (Ali)

Wassalamualaikum wr wb

media pemersatu umat

ISSN : 2460 - 3813

Awas

,

PKI

(3)

Pembinaan

Menjadi Pioner dalam Pembangunan

Zona Integritas

D

emi penyelenggaraan pemerin-tahan yang baik dan pelayanan masyarakat yang semakin pri-ma, pemerintah secara terus

menerus melakukan ikhtiar, antara lain

dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi yang men-gatur tentang pelaksanaan program

reformasi birokrasi. Ada tiga sasaran

utama yang akan dicapai, sebagaimana dirumuskan dalam grand design terse-but, yaitu peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi, pemerintah yang bersih dan bebas dari Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme, serta peningkatan

pelayanan publik.

Jika Reformasi Birokrasi telah berhasil, maka

diharap-kan adiharap-kan dapat terwujud birokrasi yang efisien, hemat anggaran, bersih dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme, transparan dan akuntabel, terdesentralisasi, teropti

-malkan sumberdaya yang bersih, teropti-malkan kinerja pemerintahan yang baik (governance), selalu dapat

memperbaiki sistem, dan dapat meningkat mutu pe-layanan yang prima kepada masyarakat.

Untuk menerjemahkan maksud tersebut, diterbitkanlah Permenpan dan RB Nomor 60 Tahun 2012 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM di Lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Menteri PAN dan RB No. 52 Tahun 2014 tentang hal yang sama, yang menjadi pedoman bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi(WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).

Dalam rangka melaksanaan Peraturan Presiden dan Permen PAN & RB tersebut, Kementerian Agama telah mencanangkan pembangunan Zona Integritas menuju WBK dan WBBM pada bulan Desembar 2012, dengan diterbitkannya Instruksi Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas Menuju WBM dan WBBM di Lingkungan Kementerian Agama. Sebagai langkah awal, telah me-netapkan dari beberapa Satuan Kerja di Kementerian

Agama sebagai pilot project. Beberapa pertimbangan

yang menjadi sebab sebagai sasaran pilot project, antara lain ; satuan kerja tersebut dianggap sebagai unit yang strategis dalam melakukan pelayanan pub-lik, mengelola sumber daya yang cukup besar, serta

memiliki tingkat keberhasilan reformasi birokrasi yang

cukup tinggi. Dengan demikian satuan

kerja ini diharapkan dapat benar-benar menjadi pioner dalam pembangunan Zona Integritas di Kementerian Agama , bukan hanya sekadar kelinci percobaan.

Apa Itu Zona Integritas

Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mem-punyai komitmen untuk mewujudkan zona/wilayah bebas dari korupsi (WBK) dan wilayah birokrasi yang bersih dan melayani (WBBM).

Ada dua tahapan yang harus dilaku-kan, yaitu Pertama, Pencanangan, yang berupa deklarasi/pernyataan dari pimpi-nan bahwa instansinya telah siap membangun Zona Integritas, menandatangani dokumen Pakta Integritas oleh pimpinan dan semua/sebagian besar ASN, melalui deklarasi kepada masyarakat, agar semua pihak dan masyarakat umumnya dapat mengawal, mengawasi dan berperan serta dalam pelaksanaan reformasi birokrasi, pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik.

Tahapan Kedua, proses Pembangunan ZI itu sendiri, dengan menyelenggarakan program/kegiatan yang dapat menjadi komponen pengungkit, yaitu mana-jemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan manajemen SDM, penguatan akuntabilitas kinerja, penguatan pengawasan, dan peningkatan kualitas pelayanan publik.

Untuk manajemen perubahan, diharapkan dapat

berubah secara sistematis dan konsisten mekanisme

kerja, berubah pola pikir (mind set), serta budaya kerja

(culture set) individu pada unit kerja yang dibangun,

menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasa-ran pembangunan zona integritas. Dengan Penataan Tatalaksana, diharapkan akan meningkat penggunaan teknologi informasi dalam manajemen pemerintahan,

meningkat efisiensi dan efektivitas manajemen pe -merintahan menuju WBK/WBBM.

Penataan Manajemen SDM, diharapkan akan meningkat ketaatan terhadap pengelolaan SDM aparatur, trans-paransi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur,

disiplin SDM aparatur, efektivitas manajemen SDM

aparatur, dan profesionalisme SDM aparatur menuju WBK/WBBM.

Penguatan Akuntabilitas Kinerja, diharapkan akan meningkat kinerja instansi pemerintah dan meningkat pula akuntabilitasnya. Dengan Penguatan Pengawasan, diharapkan akan meningkat kepatuhan terhadap

(4)

ngelolaan keuangan Negara, meningkat efektivitas pen -gelolaannya, meningkat pula status opini BPK ter hadap

pengelolaan keuangan Negara, dan menurun tingkat

penyalahgunaan wewenang pada instansi pemerintah. Dengan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, diharapkan akan meningkat kualitas pelayanan publik, sehingga lebih cepat, lebih murah, aman, dan mudah dijangkau, meningkat jumlah unit pelayanan yang memperoleh standardisasi, dan meningkat pula indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik.

Hasil dari pencanangan dan penyelenggaraan kegiatan sebagai proses pembangunan Zona Integritas tersebut akan diketahui dari Indikator Hasil, yaitu pertama, terwujudnya Pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN, dengan menggunakan ukuran nilai persepsi korupsi berdasarkan

hasil survei eksternal, dan presentase penyelesaian TLHP.

Kedua, terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan pub-lik kepada masyarakat, yang diukur melalui nilai persepsi

kualitas pelayanan berdasarkan survei eksternal.

Beberapa Tantangan

Untuk melaksanakan program-program yang bisa menjadi komponen pengungkit pembangunan Zona Integritas tersebut, sebenarnya menghajatkan anggaran secara khusus, karena memang membutuhkan program-program terobosan yang lebih progressif dan beda dari satuan kerja lainnya, tetapi

jika tidak tersedia, dan nyatanya memang tidak tersedia,

maka terpaksa bisa diintegrasikan dengan kegiatan yang telah terprogramkan. Inilah tantangan pertama yang harus dihadapi. Beberapa tantangan yang lain diantaranya ada-lah masih banyaknya SDM ASN Kementerian Agama yang

masih memiliki mind set dan culture set yang tidak selaras

dengan semangat dan nafas pembangunan Zona Integritas,

dan belum juga memenuhi kualifikasi dan kompetensi stan -dar yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas pokok dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab masing-masing.

Disisi lain masih ada stigma negatif dari masyarakat akan

buruknya moralitas, karakter dan kinerja aparatur sipil negara Kementerian Agama, sehingga kadangkala membuat sebagian ASN Kementerian Agama menjadi patah arang untuk mencoba berubah untuk menjadi lebih baik.

Cepatnya perkembangan dan perubahan teknologi dan

informasi yang seringkali tidak bisa diimbangi dengan ke -mampuan, kualitas dan kompetensi aparatur sipil negara Kementerian Agama, juga menjadi tantangan yang cukup

signifikan. Disisi lain, kemajuan teknologi itu juga melahir -kan banyaknya godaan-godaan yang sangat memikat nafsu syahwat melalui berbagai media elektronik dan media sosial lainnya, yang seringkali menjerumuskan ASN Kementerian

Agama kepada pola hidup konsumtif, boros dan hedonistik/ materialistik, sehingga menjebaknya untuk menghalalkan segala cara yang seringkali tidak halal dan syubhat.

Untuk itulah dibutuhkan pembinaan, ketauladanan dari pimpinan sebagai role model dan pengawasan/penegakan aturan yang lebih intens agar secara bertahap tantangan-tantangan tersebut dapat teratasi. Lima budaya kerja Kementerian Agama, yaitu integritas, profesionalitas,

ino-vasi, tanggung jawab dan ketauladanan, sangatlah perlu

untuk betul-betul diperjuangkan agar dapat diterapkan.

Pembinaan dan pengawasan juga perlu dilakukan den-gan menggunakan berbagai strategi, termasuk denden-gan pendekatan dan bahasa agama.

Menjadi Pioner

Dibentuknya Kementerian Agama, lima bulan setelah

Proklamasi kemerdekaan RI, adalah suatu bukti bahwa agama merupakan elemen yang amat penting dan terkait secara

fungsional dengan kehidupan bernegara. Para founding fa-thers negara pada saat itu menyadari perlunya pengaturan dan kebijakan negara terkait dengan urusan agama oleh sebuah lembaga kementerian, yaitu Kementrian Agama. Kementerian Agama dibentuk dalam rangka memenuhi kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan isi UUD 1945 khususnya Pasal 29 dan dalam rangka melindungi kepent-ingan agama dan ummat beragama.

Dibentuknya Kementerian Agama, sebenarnya juga menjadi penghargaan atas sikap umat Islam yang telah bersedia meng-hapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta, yaitu ”dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Satu sisi Kementerian Agama mempunyai fungsi terkandung sebagai salah satu perekat tetap utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan disisi lain Kementerian Agama sesung-guhnya mempunyai fungsi yang sangat strategis dan mulia, sebagai jaminan dan pengawal agar bangsa Indonesia tetap

menjadi bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan

Yang Maha Esa (agama), mengamalkan nilai-nilai dan syari’at agama sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing,

serta agar bangsa Indonesia senantiasa menjadikan agama sebagai spirit, motivasi dan etos kerja dalam mengisi ke -merdekaan negeri ini dengan pembangunan.

Inilah sesungguhnya fungsi terkandung yang sebenarnya justru menjadi marwah Kementerian Agama . Karena itu-lah menjadi wajar jika masyarakat menaruh harapan atau

bahkan tuntutannya begitu tinggi kepada Kementerian

Agama dan aparaturnya, melebihi tuntutan mereka ke-pada Kementerian lainnya. Bagi masyarakat, dosa karena suatu kesalahan yang dilakukan oleh aparatur Kementerian Agama, nilai dosanya akan berlipat ganda, dibandingkan dosa karena kesalahan yang sama yang dilakukan oleh aparatur lainnya. Situasi ini sebenarnya menjadi pengendali

yang cukup efektik bagi aparatur Kementerian Agama agar tidak begitu mudah melakukan kesalahan.

Kalau kita menilik gool akhir yang diharapkan dalam proses pembangunan Zona Integritas, maka sesungguhnya

itu pulalah nilai-nilai yang semestinya menjadi salah satu

gool akhir dan harus ditegakkan oleh Kementerian Agama. Mewujudkan Pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN misalnya, adalah nilai yang secara jelas dan tegas diperintahkan oleh agama manapun. Demikian pula menin-gkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, juga secara gamblang merupakan nilai yang sangat ditekankan dalam ajaran-ajaran agama manapun. Kementerian Agama adalah pengawal dilaksanakannya nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa (agama), maka Kementerian Agama lah sepatutnya yang menjadi pioner dan berdiri di garda pal-ing depan dalam pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Semoga..

(5)

DALAM

beberapa bulan terakhir ini, masyarakat Indonesia dan umat

Islam khususnya, melihat fenomena paham Partai Komunis Indonesia (PKI)

akan dan berusaha bangkit lagi di Bumi Pertiwi ini. Partai terlarang tersebut

berupaya meraih simpati masyarakat Indonesia lewat sejumlah aksi simpatik.

Misalnya, memperjuangkan dan membela hak-hak buruh melalui demo di

area publik, khususnya di Jakarta dan sekitarnya. Gambar dan ikon PKI pun

bermunculan di sela-sela demo buruh tersebut.

S

elain itu, sejumlah orang yang

me-namakan aktivis hak asasi manusia

(HAM) menyuarakan perlunya pem-bongkaran kuburan massal terkait dugaan pembunuhan massal terhadap orang-orang komunis pada masa lalu. Alasannya pun, seakan masuk akal yakni demi rekonsiliasi nasional.

Inti dari upaya provokasi tersebut adalah

mereka ingin mendapatkan pengakuan dari elemen bangsa ini, khususnya

pemerin-tah bahwa PKI tidak bersalah. TAP MPRS

No.XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia pun dituntut

Awas,

PKI

Bangkit Lagi?

Laporan

UTAMA

harus dicabut. Kalau pengakuan ini mereka dapat dan TAP MPRS itu

jadi dicabut, maka selanjutnya tidak ada alasan lagi untuk melarang

pendirian PKI di Indonesia.

Gerakan dan provokasi yang mengindikasikan PKI akan bangkit lagi

tersebut, mendapat reaksi keras dari kalangan umat Islam, khususnya Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan FPI. Barisan Serba Guna Ansor (Banser), badan otonom NU tersebut, misalnya sejak dini sudah membentengi untuk menentang dan menolak PKI kembali bangkit. Pasalnya, kalau sampai PKI tumbuh dan berkambang lagi di Indonesia, maka kehidupan beragama di Tanah Air ini akan terancam. Selain itu,

korban pun hampir dapat dipastikan akan berjatuhan.

Karena itu, ormas-ormas Islam belakangan bersatu padu untuk mem-bendung tumbuh dan berkambangnya lagi PKI di Bumi Nusantara ini.

(6)

Laporan

UTAMA

hijau bagi bangkitnya PKI juga terus disampaikan. Peringatan dini kepada seluruh masyarakat Indonesia juga kencang disuarakan.

Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) menyatakan menolak beredarnya atribut atau simbol palu arit berlambang Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menjadi

perhatian masyarakat. Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj pun menegaskan,

PBNU sangat menolak munculnya fenom-ena tersebut. “Jelas kami menolaknya,” tegas Said dalam siaran persnya.

Seperti diketahui, beberapa kali atribut

PKI muncul di hadapan publik. Salah

satunya pada saat karnaval peringatan

HUT Ke-70 tahun Indonesia di Pamekasan,

Jawa Timur. Dalam karnaval tersebut

muncul kelompok pelajar yang men-genakan atribut PKI lengkap dengan

gambar para pimpinan, seperti Aidit.

Tak hanya itu, bendera berlogo palu

arit beredar di Salatiga.

Kiai Said mengungkapkan PBNU se-lamanya berkomitmen untuk menjaga keutuhan bangsa dan berkonsentrasi untuk menggarap generasi-generasi muda nahdiyyin yang berbakat dan dapat memberikan sumbangsih yang baik bagi Islam. Dalam konteks saat ini, PBNU akan mengukuhkan pilar-pilar kebangsaan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 45.

Indikasi kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) lewat berbagai aksi

pro-vokasi akhir-akhir ini juga memunculkan keprihatinan Majelis Ulama Indonesia

(MUI) Jawa Tengah. Lembaga wadahnya para ulama, zuama dan cendekiawan muslim ini menyerukan agar pemerin-tah menegakkan hukum secara tegas terhadap fenomena kebangkitan or-ganisasi terlarang tersebut, termasuk di Jawa Tengah.

“Ketegasan pemerintah saat ini ditunggu

untuk mematikan kembali kemunculan

eks PKI, sebagai organisasi terlarang di Indonesia. Jangan terkesan pemerintah malah memberi peluang untuk bangkit kembali,” kata Wakil Ketua Umum MUI

Jawa Tengah Prof Dr H Ahmad Rofiq MA

di Semarang, baru-baru ini.

Empat Indikasi

Prof Dr Ahmad Rofiq didampingi Komisi

Hukum Dr Abu Rokhmad MAg dan Komisi

Infokom Isdiyanto Isman, menyebut ada empat indikasi kebangkitan eks PKI akhir-akhir ini. Pertama, tuntutan pihak yang mengatasnamakan

anak-cucu-simpatisan-pembela PKI agar negara

meminta maaf kepada PKI akibat

per-istiwa 1965 sebagai syarat rekonsiliasi

nasional.

Kedua, tuntutan agar pemerintah mengusut kuburan massal anggota PKI

1965. Ketiga, maraknya penyelenggaraan seminar, diskusi, pertemuan-pertemuan yang digagas dan dilaksanakan oleh pihak yang mengatasnamakan

anak-cucu-simpatisan-pembela HAM PKI secara massif, sistematis dan terbuka.

Keempat, marak dan tersebarluas-nya simbol, logo, dan hal ihwal yang

Ahmad Rofiq

Said Aqil Siraj

(7)

Laporan

UTAMA

berhubungan dengan PKI.

Menurut Ahmad Rofiq, terhadap empat

indikasi tersebut, MUI Jateng menilai

pemerintah belum bertindak apa pun

dan malah terkesan melupakan

peris-tiwa PKI 1948 dan 1965. Respons yang diberikan antarpejabat tinggi negara

juga berbeda-beda. Sehingga publik menangkap kesan seolah-olah pemer-intah memberi peluang bagi anak-cucu PKI dalam menuntut haknya.

Menyikapi hal di atas, lanjut Prof Rofiq,

MUI Jateng merekomendasikan tujuh hal, antara lain menolak pendapat pihak yang

mengatasnamakan

anak-cucu-simpatisan-pembela PKI yang menyatakan negara dan umat Islam sebagai pelaku kekerasan pada 1965. Justru sebaliknya, PKI yang melanggar HAM berat berupa pembunuhan massal terhadap para jenderal, kiai, santri, dan umat beragama dengan sangat kejam.

“Pemerintah harusnya tidak lupa ter

-hadap peristiwa pemberontakan PKI di

Madiun 1948 dan G30 S/PKI 1965, PKI mencoba kudeta dan hendak

meng-ganti ideologi Pancasila dengan ideologi

komunis,” katanya.

MUI Jateng juga merekomendasikan pe-merintah agar tegas menyikapi bangkitnya kembali PKI di tengah masyarakat. Dasarnya TAP MPRS No.XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia dan UU Nomor 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang Berkaitan dengan Kejahatan terhadap Keamanan Negara.

MUI Jateng menolak penilaian Komnas HAM yang menyatakan negara dan umat Islam sebagai pelaku kekerasan terhadap PKI. MUI menegaskan negara dan umat Islam justru menjadi korban kekerasan

yang dilakukan PKI baik peristiwa 1948 di Madiun maupun peristiwa G 30 S

PKI 1965.

Selanjutnya, pemerintah, DPR, TNI/ Polri dan masyarakat diminta satu kata dalam menyikapi munculnya kembali PKI sebagai partai dan ideologi yang sangat membahayakan Pancasila dan NKRI. Para tokoh agama dan pimpinan ormas Islam wajib bersatu menyuarakan

kepentingan umat Islam dan menjaga

tetap utuhnya Pancasila dan NKRI. Para

kiai, ustaz dan khatib agar menyampai -kan ceramah agama yang sejuk dan

aktif menginformasikan tentang bahaya

komunisme yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu menginginkan agar semua

pihak tidak terprovokasi dengan isu-isu

kebangkitan Partai Komunis Indonesia yang belakangan ramai diperbincangkan. Menurut dia, tak perlu ada pihak-pihak yang memancing emosi dan memicu pertumpahan darah. “Saya selalu

ingatkan, saya tidak ingin ada

ribut-ribut, apalagi pertumpahan darah,” ujar Ryamizard.

Pihaknya mengajak masyarakat untuk turut membangun negara, bukan malah merusak negara. Adapun saling

mem-provokasi dengan isu kebangkitan PKI

dianggap justru merusak negara. “Jangan ada yang memancing emosi. Lama-lama bisa terpancing juga,” kata dia.

Ryamizard meminta masyarakat fokus

untuk membangun bangsa, serta setia

dan cinta dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semua komponen bangsa, memiliki tugas untuk membela

negara.

Ia menjelaskan, bela negara adalah

hak dan kewajiban setiap warga negara

dengan mengaktualisasikan hal yang terbaik bagi bangsa sesuai dengan pro-fesinya masing-masing. Namun, realitas di lapangan justru masih banyak yang memersepsikan bahwa bela negara

adalah tugas TNI. Penanganan, tidak

cukup hanya dilakukan oleh TNI, tetapi oleh semua warga negara Indonesia untuk mengatasi ancaman-ancaman yang masuk ke Tanah Air.

Sementara itu Menteri Koordinator

Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

Luhut Binsar Panjaitan menyatakan bahwa negara di bawah kepemimpinan Presiden

Joko Widodo tidak akan meminta maaf

kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) dan korban serta keluarga korban pelanggaran HAM berat masa lalu dalam tragedi 1965. Hal itu disampaikan Luhut dalam Upacara

Pembukaan Pendidikan dan Pelatihan

Kader Bela Negara di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, akhir bulan lalu.

“Anda harus paham ini, bahwa kita,

negara ini tidak akan pernah minta maaf

pada pemberontakan 1965. Sekali lagi

saya minta para pelatih (Bela Negara) juga paham, bahwa kita tidak pernah

ada pikiran sedikit pun untuk minta maaf pada PKI itu,” kata Luhut.

Pihaknya menuturkan, terkait isu komunisme negara punya parameter sebagai acuan, yakni TAP MPRS 1966, UU No 27 Tahun 1999 dan TAP MPR 2003 tentang larangan partai komunis dan paham marxisme di Indonesia. Dia mengingatkan para peserta Bela

Negara agar tidak terpengaruh isu yang

berkembang di publik.

(Mohammad Saronji)

Ryamizard Ryacudu

(8)

Laporan

KHUSUS

Raker Kemenag 2016 Sekaligus MoU Anti

Radikalisme dengan Kapolda

R

apat Kerja Jajaran Kementerian

Agama Provinsi Jawa Tengah

yang telah berlangsung 23-25 Mei 2016, yang bertempat di hotel Mgsetos Semarang, seyogyanya di buka oleh Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin (LHS) namun ber-halangan hadir, akhirnya pembukaan

diwakili oleh KaKanwil Kemenag Provinsi

Jawa Tengah Ahmadi.

Raker Kantor Kemenag Provinsi di Tahun

2016 mempunyai peran strategis untuk

melakukan evaluasi pelaksanaan program

kerja tahun 2015, dan menyusun strategi implementasi program 2016 terhadap kes-esuaian dalam hasil perencanaan yang telah ditetapkan.

Rapat Kerja merupakan upaya menciptakan kesamaan persepsi dalam membangun

kemitraan, menjadi wahana evaluasi da -lam pelaksanaan tugas, menggali berbagai persoalan mengemuka dari masing-masing daerah di Jawa Tengah. Termasuk melakukan

evaluasi serapan anggaran yang telah dicapai

pada kurun waktu tahun anggaran 2016 di masing-masing semester anggaran.

Sistem penganggaran pada tahun 2016

selaras dengan

Rencana Undang-Undang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(RUU-APBN) 2016 sudah disahkan menjadi

Undang-Undang Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (UU-APBN) oleh

Pemerintah bersama DPR RI. Tahun 2016,

a

nggaran Kemenag Jateng untuk tahun

2016 sebesar Rp.5.769.179.492.

APBN tahun 2016 memang mengalami

beberapa kali perubahan. Ada yang

dipotong dan ada juga yang ditunda.

Pemotongan terhadap APBN didasarkan

atas kenyataan bahwa pendapatan

negara tahun 2016 diperkirakan tidak

akan dapat dipenuhi. Hal ini disebabkan

oleh ketidaktercapaian pendapatan

dari sektor pajak

, s

urplus hasil ekspor

belum menjadi penyumbang signifi

-kan bagi pendapatan negara. Selain

itu juga krisis ekonomi yang menjadi

penyebab lemahnya ekspor Indonesia

ke negara lain.

Pemotongan anggaran fungsi pendidikan APBN 2016 memang sangat besar sehingga kondisi untuk unit eselon I pendidikan Islam mempunyai persoalan misalnya bahwa RKP

untuk rehabilitasi lembaga pendidikan dan penambahan ruang/kelas baru dan pening-katan sarana prasarana pendidikan madrasah

pastilah tidak akan tercapai. Sesungguhnya

sama-sama dituntut untuk meningkatkan pelayanan pendidikan melalui program per-luasan akses dan pemerataan pendidikan,

meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing

pendidikan. Akan tetapi perlakuan anggaran kita yang sungguh belum berkeadilan akan menyebabkan keterlambatan peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan.

Dalam rangka membangun Kementerian Agama keterlibatan aparatur Kementerian Agama khususnya para ASN yang ada di

Kanwil maupun kankemenag untuk aktif

dalam merspon kebijakan akan lebih mampu mendekatkan diri kepada masyarakat serta mampu memberikan respon dan tang-gapan terhadap kebutuhan, solusi

prob-lematika sosial, baik dari segi tatakelola,

pelayanan, dan pengabdian yang menjadi keluhan masyarakat. Karena Kemanag

ada-lah institusi dari ada-lahir mempunyai motto

ikhlas beramal.

Kebutuhan Layanan

Kebutuhan layanan yang terdapat dalam

Rapat Kerja di lingkungan Kemenag Provinsi

Jawa Tengah telah melakukan pemetaan sesuai kebutuhan dari masing-masing unit bidang dan pembimas, sesuai dengan kondisi perencanaan masing-masing berdasarkan basis eselon. Sebagai penguatan pengeta-huan dan referensi menejemen para peserta rakor juga diberi materi dari pejabat eselon Kemenag RI, birokrat (Gubernur),

mela-lui materi; meneguhkan revolusi mental,

Reformasi Birokrasi dan Penguatan peran Kementerian Agama, Peningkatan Kualitas Pengawasan untuk meningkatkan Kinerja yang Berintegritas, mewujudkan Aparatur Sipil Negara Yang Bersih melalui Pencegahan Korupsi, Penanggulangan Radikalisme, dan Pembinaan Umat Beragama.(panduan rakor; 2016).

Dalam proses Rapat Kerja (Raker) membahas sekitar tatakelola pemerintahan, layanan pendidikan, keagamaan, layanan dan pen-didikan pembimas Kristen, Katholik, Hindu dan Budha dengan melalui sidang komisi kemudian diplenokan secara masal, saling

mengkritisi dan memberi masukan.

Raker 2016, sesuai isu dan Tugas Fungsi Kemenag ; meningkatkan tatakelola pe-merintahan yang menjadi penekanan

adalah implementasi KMA No. 09/2016 terkait persuratan bagian kebijakan terbaru yang harus diketahui oleh seluruh satker Kemenag.

Bidang Pendidikan yang menjadi perhatian

utama adalah mempertahankan strategi peningkatan pelaksanaan RKP pendidikan (PIP dan BOS), Implementasi Standart Nasional Pendidikan dan Kualitas Madrasah (kelem-bagaan, kurikulum, sarana dan prasarana, peningkatan tenaga pendidik dan

kepen-didikan, yang terpenting lagi membangun

secara komunal untuk mentransformasi islam yang rahmatan lil’alamin dengan menolak radikalisme dan terorisme dikalangan pelajar untuk membekali dalam membentuk siswa yang berkarakter.

Dan untuk memperkuat secara kelem-bagaan bagaimana Kementerian Agama bersama masyarakat untuk memberi pema-haman Islam yang rahmatan lil’alamiin dan menolak radikalisme. Sebagai langkah nyata

Kemenag Provinsi Jawa Tengah bekerjasana

dengan Kapolda Jateng untuk melakukan pendampingan ke masyarakat dalam meno-lak radikalisme. Sebab Radikalisme sebuah aliran yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu, dan selama ini bertentangan dengan ideologi dan agama bangsa Indonesia.

Kemudian bidang Keagamaan, skala prioritas adalah peningkatan layanan KUA, dampak modernisasi dari gerakan LGBT, pergaulan Bebas dan Penyalahgunaan Narkoba, meningkatkan peran penyuluh untuk mengantarkan islam yang

rahma-tan lil’alamiin, Inovasi layanan Haji dan

Umroh. Sedangkan untuk Pembimas adalah melakukan penyelesaian tunjan-gan Profesi Guru, implentasi SNP Mapel Agama, penguatan lembaga keagamaan dan isu-isu kerukunan dan toleransi umat beragama.

Hasil rapat kerja agar dapat mendorong sistem tatakelola dan organisasi yang baik

sangat perlu kekuatan komunal setiap ASN

yang terdapat dalam satker, sebab secara keseluruhan membutuhkan pemetaan se-suai skala kebutuhan kelembagaan, dan

keterkaitan koordinasi secara vertikal yang

(9)

Bidang

PENMAD

Prestasi Penting, Kejujuran

adalah

UTAMA

Tampaknya harus

ekstra hati-hati dalam

memberikan menu

pendidikan utamanya

kurikulum kepada anak.

Seperti moto pada Ujian

Nasional (UN) Tahun

Pelajaran 2015/2016

madrasah berlomba-lomba

meraih prestasi, namun

yang lebih penting hasil

ujian nasional tidak hanya

pada aspek pengetahuan

akan tet api lebih lanjut

ada aspek integritas

madrasah yang harus

ditanamkan.

M

adrasah Jawa Tengah pada tahun 2015 ke-marin menduduki per-ingkat ke dua nasional

setelah Daerah Istimewa Jogjakarta

sebagaimana dikemukakan oleh

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Tengah disampaikan pada saat pelepasan Naskah UN SMP/MTs beberapa waktu yang lalu di PT Pura Baru Tama Kudus.

Pemerintah selalu berusaha semak-simal mungkin untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan ber-daya saing, sehingga selalu melakukan pembenahan-pembenahan dari ber-bagai hal, yaitu dengan meningkatkan program-program yang bersentuhan langsung kepada kebutuhan peserta

didik seperti BOS, BSM, PIP.

Revolosi mental yang dicanangkan

oleh presiden Repulik Indonesia Bp. Joko Widodo, langsung diimple-mentasikan pada kebijakan Ujian Nasional yaitu dengan dilaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) begitu juga dengan menetap-kan Indek Integritas Ujian Nasional pada UN yang dimulai satu tahun

yang lalu atau diawali kepemerin-tahan Jokowi.

Banyak hal yang diperoleh dari pelaksanaan UNBK yaitu, Minimnya kemungkinan soal yang terlambat

datang, tertukar dan ketidakjelasan

hasil cetak soal, Proses pengumpulan dan penilaian jauh lebih mudah, Hasil ujian nasional dapat diumumkan jauh lebih cepat, UNBK mendorong

terwu-judnya efektifitas, efisiensi dan trans -paransi penyelenggaraan UN.

UNBK dan Jujur

Pada tahun pelajaran 2015/2016 madrasah yang ada di Jawa Tengah baru empat madrasah yang melak-sanakan UNBK ini. Dari empat ma-drasah tersebut adalah MTsN 01 Surakarta, MTs Raoudlotul Mubtadiin Balaikambang Nalumsari Jepara, MA Raoudlotul Mubtadiin Balaikambang Nalumsari Jepara dan MA Raden Said Mejobo Kudus. Hal ini masih kecil sekali bila dibandingkan dengan yang belum melaksanakan UNBK di Jawa Tengah. Jumlah lembaga yang

mengi-kuti Ujian Nasional Tahun Pelajaran

2015/2016 terdiri dari 620 MAN/ MAS, 1.645 MTsN/MTsS dan Ujian Madrasah sebanyak 3.973 MI.

Sebagaimana monitoring dari Tim

Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah

ke beberapa daerah, yaitu hari pertama ke Kabupaten Kendal dan dilanjutkan hari kedua ke Kabupaten

Kudus, hari ketiga Kota Salatiga, hari

keempat ke Kabupaten Demak, dan hari kelima Kabupaten Semarang. Secara prosentase madrasah yang melaksanakan UNBK bila dibanding-kan dengan sekolah masih jauh kes-enjangannya, sehingga direkomen-dasikan supaya kedepan

dipersiap-kan untuk mengikuti UNBK madrasah

jawa Tengah semakin bertambah. Dari hasil pemantauan pelaksanaan Ujian Nasional berjalan dengan lancar.

Yang perlu diantisipasi kedepan bila ada siswa yang tidak ikut UN supaya

diadakan pendekatan baik kepada anak maupun orang tuanya diberikan pemahaman sehingga belajar yang

tinggal beberapa hari supaya diselesi

-kan dengan mengikuti UN.

Data Hasil

Berdasarkan data dari hasil ujian dari Kemendikbud, didalamnya juga sudah termasuk peringkat madrasah untuk

provinsi, adapun madrasah yang me

-nempati peringkat-peringkat teratas

dalam perolehan nilai UN 2016 Jenjang Madrasah Aliyah di Jawa Tengah di-antaranya adalah Jurusan IPA Secara berturut-turut sebagai berikut (1) Madrasah Aliyah Walisongo Pecangaan Jepara, (2) Madrasah Aliyah N Demak (3) Madrasah Aliyah Al Irsyad Gajah Demak (4) Madrasah Aliyah NU Raudlatul M (5) Madrasah Aliyah Daarul Ulum.

Adapun Jurusan IPS secara berturut-turut sebagai berikut; (1) Madrasah Aliyah Al Irsyad Gajah, Demak (2) Madrasah Aliyah N Demak (3) Madrasah Aliyah N 2 Kudus (4) Madrasah Aliyah An Nur

(5) Madrasah Aliyah Safinatul Huda

Kedung, Jepara.

Untuk MA – Jurusan Bahasa secara berturut-turut sebagai berikut; (1) Madrasah Aliyah Al Irsyad Gajah, Demak, (2) Madrasah Aliyah NU Banat, Kudus (3) Madrasah Aliyah N 2 Kudus,

(4) Madrasah Aliyah N 1 Salatiga (5)

Madrasah Aliyah N 1 Semarang.

Sedangkan MA – Jurusan Agama

secara beruturut-turut sebagai berikut; (1) Madrasah Aliyah Matholiul Huda Bugel, (2) Madrasah Aliyah N 2 Kudus (3) Madrasah Aliyah Al Hikmah 2 Benda, Kabupaten Tegal (4) Madrasah Aliyah Al Madinah serta (5) MA Al Irsyad.

Patut kiranya kita bersyukur ke-pada Allah SWT pelaksanaan Ujian Nasional madrasah pada tahun ini

tidak ada persoalan yang menggang -gu terhadap prestasi maupun

integ-ritas penyelenggaraan baik tingkat provinsi, kabupaten kota maupun

satuan pendidikan.

Prestasi yang telah madrasah peroleh

ini semoga menjadikan motivasi bagi

madrasah yang lainnya. Begitu juga prestasi ini semoga diiringi dengan hasil

Indek Integritas yang tinggi juga. (ali)

(10)

Pesantrenku Bersih

Pesantrenku sehat

P

esantrenku Ber sih, Pesan-trenku Sehat” slogan itu sangat enak di ucapkan, juga sangat sulit dilaksanakan, karena butuh komitmen, menejemen, dan kebersa-maan terutama di lingkungan lembaga pesantren. Bidang PD pontren Kanwil Kemenag Jateng tahun 2016 membuat program yang diberikan untuk pen-gasuh dan sekaligus santri dilingkungan pesantren.

Melalui pelatihan dan sosialisasi cara

Kemenag lakukan untuk mencetak duta kebersihan di masing-masing pesantren memang sangat dibutuhkan. Karena Pesantren selama ini memiliki im-age kumuh dan kotor pelan-pelan kita akan rubah. Perlu kesadaran bersama dari berbagai elemen pesantren untuk mewujudkan kebersihan di pesantren. Apakah itu dengan melalui membangun kesadaran untuk menjaga kebersihan harus menjadi mindset santri di pe-santren agar image pesantren dapat berubah. Ke depan sebagai langkah hasil pendampingan agar selalu berjalan maka memakai sistem perlombaan antar pesantren se Jawa Tengah.

Metode ecofriendly, membuat santri akan terbangun melalui menyatu ro-hani dan jasmani untuk berperilaku menjadikan keseragaman dan terban-gun mindset yang baik dalam disiplin bersih. Dan mendorong santri supaya praktek mengalami kemudahan pen-gasuh dapat membuat dan menyusun Standart Operasional Prosedure (SOP) menjaga kebersihan lingkungan agar ada kejelasan dalam melaksananakan program secara bersama-sama.

Kemenag mencangangkan program ini bertujuan membentuk kader PBPK bukan sebagai cleaning service. Maka Bidang PD Pontren, pesantren merupakan

destinasi pendidikan di Indonesia yang

menjaga moral dan akhlak generasi muda, juga untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran dan keterampilan dibidang kebersihan dan penataan lingkungan. Lingkungan yang bersih akan membuat

santri betah untuk mengaji dan belajar. Inilah yang kita perlu galakkan bersama. Semua komponen pesantren harus memi-liki kesadaran bahwa kebersihan adalah

kepentingan komunal.

Semua Elemen

Pondok pesantren sebagai bagian lembaga pendidikan harus memberikan contoh dan teladan akan kebersihan dan kesehatan. Tanggung jawab ini tak bisa dibebankan hanya kepada salah satu pihak saja, akan tetapi perlu menjadi komitmen semua elemen pesantren. Nilai kebersihan

dan kesehatan harus dijunjung tinggi

seluruh pihak di pesantren. Berdasarkan

ilmu pengetahuan yang dikaji ttg fikih

dan akhlak saat ini di pesantren, sudah seharusnya tampil dalam kehidupan santri pondok pesantren.

Termasuk melakukan kerjasama den-gan Dinas Kesehatan setempat, sebagai

upaya memberikan motivasi pentingnya

menjaga kebersihan dan kesehatan di lingkungan pesantren.Pesantren kemu-dian memiliki pos kesehatan pesant-ren (poskestpesant-ren) yang sampai saat ini

pengelolaannya belum optimal untuk

kebutuhan pesantren.

Salah satu wujud upaya untuk menjadi-kan pondok pesantren bersih dan sehat dengan memberikan pemahaman kepada santri bahwa, lingkungan pondok pesant-ren harus tetap terjaga kebersihannya. Hal ini membutuhkan pengetahuan yang cukup

untuk memaparkan pentingnya menjaga

kebersihan dan kesehatan. Kemauan untuk

berubah ini menjadi kepentingan bersama

untuk mewujudkan pondok pesantren yang lebih baik.

Persepsi sehat menurut santri adalah

individu mempunyai jasmani dan rokhani

yang sehat, sehat jasmani adalah badan

yang tidak berpenyakit dan sehat, bisa beraktivitas dalam kegiatan sehari-hari

sedangkan sehat rokhani adalah menjaga

dari penyakit hati. Dari uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa hidup sehat di pesantren kurang sehat, di sebabkan

karena beberapa faktor seperti kebi -asaan, dan kepercayaan santri dalam

memaknai kesehatan.

Langkah-langkah yang harus kita tem-puh untuk mengatur supaya di lingkungan santri dapat hidup secara sehat antara lain; (1)Meningkatkan nilai gizi dalam makanan dan mengkonsumsi makanan yang higenis, (2)menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar, berikan

ventilasi yang cukup dalam kamar atau tempat tinggal, (3)budayakan pola pe -rilaku hidup sehat dengan ditambah olahraga senam, (4) mengkonsumsi

air yang matang, (5) istirahat den

-gan cukup, gunakan alas tidur den-gan kasur atau karpet. (6) tidak berganti – gantian dalam penggunaan baju dan

peralatan mandi sesama teman. (7) bagi santri yang membaca sosialisasikan pada santri tentang budaya hidup sehat melalui pertemuan-pertemuan dengan mengundang bidan, dokter, dan dinas kesehatan setempat. (8) Menguras bak mandi seminggu sekali.

Disarankan kepada pengasuh pon-dok pesantren untuk mensosialisasi-kan pengetahuan kesehatan kepada para santri baik yang diajarkan dalam kitab melalui ngaji maupun dengan cara mengundang para bidan, dokter atau dinas kesehatan setempat melalui sebuah pertemuan untuk menambah wawasan santri tentang hidup sehat. Memanfaatkan puskesmas yang ada dilingkungan pondok jika ada. (ali)

Oleh Bidang Pd Pontren Kanwil Kemenag Jateng

Drs H Sholikhin MM

(11)

Bidang

PAIS

Tantangan PAI dan Penguatan Islam

Rahmatan Lil Alamin di Sekolah

P

ada zaman modern ini tantangan Pendidikan Agama Islam semakin

berat, seperti perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi informasi-komunikasi (TIK) yang berkem-bang cepat; di satu sisi membawa nilai manfaat, tetapi di sisi lain mendatangkan mudarat; begitu juga kenakalan remaja, pergaulan bebas, penggunaan narkoba yang sudah mewabah di kalangan pelajar. Dan maraknya faham-faham radikalisme yang kontra dengan nilai-nilai agama Islam dan masuk ke sekolah.

Melihat tantangan di atas, pendidikan

agama memiliki peran sangat penting dalam

membentuk peserta didik agar menjadi generasi penerus yang dilandasi oleh kei-manan, ketakwaan dan akhlak mulia. Oleh sebab itu, sebagaimana pendapat (Amin Haedari: 2015) pelaksanaan pendidikan agama di sekolah perlu dikelola dengan baik agar mencapai tujuan, termasuk dalam pembelajaran mengitegrasikan beberapa faktor, yaitu guru, peserta didik, tujuan, materi, metode, media, sarana prasarana,

lingkungan, dan evaluasi. Terpenting lagi, guru merupakan komponen penting dan

strategis dalam pembelajaran karena untuk penggugah dan pengubah yang bertugas untuk mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi

peserta didik.

Sebagai sebuah pendidikan nilai,

pem-belajaran PAI memiliki karakteristik yang

berbeda dari segi penerapan metode pem-belajaran, karena sistem pembelajaran memindahkan nilai-nilai religius (transfer of religious values) kepada peserta didik serta bukan hanya memperkaya penge-tahuan dan keterampilan peserta didik, namun juga memperkokoh keimanan peserta didik.

Dalam hal ini Pendidikan agama seba-gaimana dijelaskan pada pasal 2 ayat (1) PP 55 Tahun 2007 berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar-umat beragama. Oleh sebab itu, berdasarkan uraian pasal 2 ayat (1) tersebut di atas, Pendidikan Agama Islam memiliki dua fungsi. Pertama, sebagai wahana dalam pembentukan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai perwujudan dari hubungan-nya antara manusia dan Tuhan Yang Esa (hablum minallah).

Pendidikan Agama Islam, peserta didik diharapkan menjadi hamba Allah yang

saleh yang senantiasa berperilaku dan bertindak semata-mata mencari ridha

Allah Swt (Kamaruddin Amin; 2015). Akan tetapi dalam pembentukan pe-serta didik agar mempunyai akhlak mu-lia, seorang guru mampu berkontribusi memberikan penguatan melalui makna Islam rahmatan lil alamin yang disertai dengan mempraktekkan akhlak dalam masyarakat.

Islam Rahmatan lil’alamin adalah aja-ran Islam yang bersinergi dengan tra-disi masyarakat dimana Islam itu hadir. Kehadiran Islam di Indonesia juga

mem-perkuat kondisi bangsa yang multikultural, toleran, humanis, dan demokratis, dengan tidak meninggalkan prinsip-prinsip dasar

ajaran Islam, sehingga kehadiran Islam mampu menciptakan suasana kehidu-pan harmonis baik sesama umat Islam, antara umat beragama, maupun antar masyarakat secara luas.

Islam sebagai agama yang Rahmatan lil ’alamin juga dapat ditelusuri dari ajaran-ajaran yang berkaitan dengan kemanusian dan keadilan. Dari sisi konsep pengajaran tentang keadilan, Islam adalah satu jalan

hidup yang sempurna, meliputi semua

dimensi kehidupan. Islam memberikan

bimbingan untuk setiap langkah kehidupan

baik perorangan maupun masyarakat, dari sisi material dan moral, dalam aspek

ekono-mi, politik, hukum dan kebudayaan, serta

lingkup nasional dan internasional.

Sementara itu, universalisme (sifat

Rahmatan lil ‘alamin) Islam yang tercer-min dalam ajaran-ajaran yang memiliki kepedulian terhadap kemanusiaan itu di-imbangi pula oleh kearifan yang muncul dari keterbukaan peradaban Islam sendiri. Dari sisi kemanusiaan, Islam memberikan konsep pengajaran bahwa Islam adalah agama yang berisi tuntunan hidup demi

kebahagiaan manusia. Paling tidak ada dua

hal yang harus terpenuhi agar manusia bahagia. Pertama, terpenuhinya kebutuhan pokok berikut sumber-sumbernya untuk menjamin kelangsungan hidup. Karena itu Islam mewajibkan zakat serta menganjurkan infak dan sedekah. Kedua, mengetahui dasar-dasar pengetahuan tentang tata cara hidup perseorangan dan masyarakat, agar terjamin berlakunya keadilan dan ketentraman dalam masyarakat.

Sebagaimana kita ketahui dalam syariat Islam, ada dua bentuk hubungan, yaitu ibadah dan mu’amalah yang bersumber

dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah.

Ibadah ialah seperangkat aktifitas dengan

ketentuan-ketentuan syariat yang men-gatur pola hubungan diantara manusia dengan Tuhannya. Sedangkan mu’amalah ialah usaha atau pola daya hubungan ana-tara manusia yang satu dengan manusia yang lain sekaligus dengan lingkungan sekitar (baca; alam).

Direktorat Pendidikan Agama Islam secara terus-menerus perlu melakukan pembinaan melalui berbagai macam pendekatan dan cara. Pembinaan terh-adap Pendidikan Agama Islam di sekolah, antara lain mencakup kurikulum, pendidik dan tenaga Kependidikan, sarana, dan kesiswaan. Kurikulum Pendidikan Agama Islam mencakup Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Kompetensi Lulusan, sedan-gkan pendidik mencakup peningkatan

kompetensi, kualifikasi, dan sertifikasi.

Demikian juga, perlu peningkatan kom-petensi tenaga kependidikan, yakni pen-gawas Pendidikan Agama Islam, karena peran dan posisi pengawas PAI sangat

penting dan strategis. Pemenuhan sarana

pembelajaran PAI perlu juga diupayakan, karena akan mendukung keberhasilan pembelajaran PAI di sekolah. Pembinaan siswa dapat dilakukan melalui tatap muka di kelas atau nontatap muka di luar kelas dan melalui pembudayaan pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, terutama di sekolah dan di lingkungan masyarakat.

Harapan dari hasil pendidikan agama Islam ini adalah peserta didik (mulai dari jenjang PAUD sampai dengan jen-jang Pendidikan Menengah sebanyak 37.289.789) ini benar-benar memiliki fondasi spiritual yang kuat, yakni kei-manan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia. Fondasi spiritual yang kuat dalam tu-juan pendidikan nasional mencerminkan bahwa pendidikan nasional dijiwai oleh nilai-nilai agama yang ada di Indonesia. Sebagaimana amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya po-tensi peserta didik agar menjadi manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Semoga amin.

Penulis adalah Pengawas Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Kota Semarang

(12)

Bidang

PHU

Kementerian Agama

selaku institusi pelayan

masyarakat senantiasa

meningkatkan

kualitas kinerja dan

pelayanannya kepada

masyarakat.

Kini, Pendaftaran Haji

Reguler Hanya Dua Tahap

tentang Perubahan atas PMA Nomor 14 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler.

Terbitnya PMA 29 tahun 2015 membawa angin segar bagi

proses pendaftaran dan pembatalan haji regular di Indonesia.

Dilansir dari portal kemenag.go.id, Direktur Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama

(Kemenag) Abdul Djamil

menjelaskan bahwa PMA ini

me-mangkas panjangnya birokrasi pendaftaran dan pembatalan

haji regular. Pendaftaran haji regular dari 4 tahap menjadi 2

ta-hap. Begitu juga lamanya proses pembatalan haji regular dari

3 bulan hingga maksimal 11 hari saja. Kebijakan yang dibuat

untuk memudahkan jamaah ini telah diberlakukan per 18 April

2016.

Kini, pendaftar haji regular hanya perlu ke Bank Penerima

setoran (BPS) Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) di

wilayah masing-masing untuk membuka dan mentransfer

tabungan haji serta memperoleh nomor validasi dari BPS

BPIH. Proses selanjutnya, pendaftar membawa nomor validasi

tersebut ke Kementerian Agama Kab/Kota setempat beserta

syarat-syarat pendaftaran haji lainnya seperti fotokopi kartu

identitas, kartu keluarga, akta nikah/akta kelahiran/ijazah

(13)

Bidang

PHU

untuk memperoleh nomor porsi.

Perubahan signifikan adalah

pe-nomoran porsi kini ada di Kantor

Kementerian Agama kabupaten/

kota.

Proses sebelumnya, pendaftar

harus membuka tabungan haji

di BPS BPIH dulu kemudian ke

Kantor Kementerian Agama Kab/

Kota untuk memperoleh Surat

Pendaftaran Pergi Haji (SPPH).

SPPH ini selanjutnya dibawa

kembali ke BPS BPIH untuk

da-pat melakukan transfer setoran

awal ke rekening Menteri Agama

dan memperoleh nomor porsi

yang tertera pada lembar Bukti

Setoran Awal BPIH. Tahap

tera-khir, pendaftar harus kembali

ke Kementerian Agama Kab/

Kota untuk menyetorkan lembar

ke-2,3,4 atas Bukti Setoran Awal

BPIH tersebut.

Yang perlu diperhatikan pendaf

-tar adalah nomor validasi hanya

berlaku 5 hari kerja sejak

diter-bitkan oleh BPS BPIH. Selain itu,

pendaftar haji harus memenuhi

persyaratan minimal berumur

12 tahun dan bagi yang sudah

berstatus haji boleh mendaftar

haji setelah 10 tahun dari

ke-berangkatan haji terakhir. Hal

ini tidak berlaku bagi pembimb

-ing. Pembimbing yang akan

mendaftar harus menyertakan SK

Pembimbing yang sudah

terdaf-tar pada Kementerian Agama.

Terobosan ini tentunya

didu-kung dengan sistem informasi

dan sumber daya manusia yang

mumpuni. Khusus di wilayah

Kanwil Kemenag Provinsi Jawa

Tengah telah diselenggarakan

Shortcourse

Operator Siskohat

Tahun 2016 yang dilaksanakan

tanggal 23 hingga 25 Maret

2016 di Hotel Neo Semarang

un-tuk menyiapkan operator yang

mumpuni dan berkompeten

dalam menangani Siskohat.

Siskohat yang kini dipakai

Kankemenag Kab/Kota untuk

mendukung pendaftaran adalah

Siskohat Gen 2 versi 3. Dengan

menggunakan sistem terbaru

ini sudah diterapkan deteksi

jemaah sudah haji dengan

metode Algoritma Similaritas.

Secara otomatis apabila

pendaf-tar sudah pernah

malaksana-kan ibadah haji kurang dari 10

tahun dari keberangkatan haji

terakhirnya, maka akan tertolak

dan dibatalkan secara sistem

sehingga tidak bisa dilanjutkan

pendaftarannya. Begitu pula

jika usia pendaftar kurang dari

12 tahun, maka akan tertolak

dan dibatalkan secara sistem

sehingga tidak bisa dilanjutkan

pendaftarannya.

Lalu bagaimana dengan

pem-bimbing haji yang hendak

mendaftar haji? Bagi

pembimb-ing yang hendak mendaftar haji

harus memenuhi

persyaratan-persyaratan berikut, yakni:

mendapat rekomendasi dari

kel-ompok bimbingan yang memiliki

ijin resmi Kemenag, memiliki

sertifikat dari Kemenag, atau

bila tidak memiliki dapat

digan-tikan dari surat keterangan dari

Kankemenag Kab/Kota,

memi-liki jumlah jemaah minimal 45

orang yang dibuktikan dengan

daftar nominatif, serta nama

pembimbing telah ditetapkan

dalam SK Kankemenag Kab/

Kota.

Pembatalan Haji

Kemudahan

lain juga diterapkan untuk

pros-es pembatalan haji regular atau

juga bisa disebut pembatalan

setoran BPIH regular. Kini,

pen-gajuan dan

entry

pembatalan

cukup di Kankemenag Kab/Kota.

Jemaah/ Ahli waris datang

langsung ke Kankemenag Kab/

Kota membawa berkas

persyara-tan lengkap. Kankemenag Kab/

Kota akan melakukan verifikasi

dan validasi berkas pembatalan

yang selanjutnya dikonfirmasi

dalam Siskohat. Kemudian

petu-gas Kankemenag Kab/Kota akan

mengirimkan surat pengantar

pembatalan ke Ditjen PHU

den-gan tembusan Kanwil.

Ditjen PHU melakukan

konfir-masi pembatalan dan

mengem-balikan uang BPIH dari

bendaha-ra kepada jemaah via BPS BPIH.

Selanjutnya BPS BPIH

mengirim-kan dana ke rekening jemaah

dan BPS BPIH mengkonfirmasi

pembatalan. Proses pembatalan

haji regular ini hanya

membu-tuhkan waktu maksimal 11 hari

kerja. Jamaah tidak perlu lagi

menunggu hingga tiga bulan

seperti proses sebelumnya.

Dengan inovasi ini diharapkan

waktu pembatalan dapat lebih

cepat dilakukan sehingga

hara-pan masyarakat akan proses

pembatalan haji yang

transpar-an dapat terwujud karena

selu-ruh birokrasi yang dilalui harus

melakukan konfirmasi.

Selain pembatalan karena

meninggal dunia, sakit, atau

dicekal ke luar negeri,

terda-pat pula pembatalan otomatis.

Pembatalan otomatis ini berlaku

bagi jemaah yang telah

menun-da lebih menun-dari 2 kali musim haji.

Selain itu, jemaah yang telah

lunas BPIH namun menunda

keberangkatan lebih dari 2 (dua)

kali musim haji, maka

pendaf-taran haji yang bersangkutan

dibatalkan secara otomatis.

Pembatalan secara

otoma-tis dilakukan dengan terlebih

dahulu memverifikasi data je

-maah haji yang bersangkutan

dan ditetapkan berdasarkan

Keputusan Direktur Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

Berdasarkan Keputusan tersebut,

Direktur Pengelolaan Dana Haji

mengembalikan dana setoran

lu-nas BPIH kepada rekening jemaah

haji yang bersangkutan.

(14)

Bidang

URAIS

Kita seperti tidak percaya

dengan rentetan kejadian

kriminal yang ada di

sekitar kita. Belum selesai

peristiwa YY gadis yang

masih duduk di bantu

Sekolah Menengah

Pertama di Bengkulu yang

diperkosa lalu dibunuh

oleh belasan remaja.

L

alu peristiwa pembunuhan Eno,

buruh pabrik yang dibunuh se-cara sadis, lagi-lagi pelakunya masih berusia remaja, disusul

lagi peristiwa pemerkosaan anak SD

akhir Mei di Semarang oleh belasan orang, dan lagi-lagi pelakunya

remaja belasan tahun. Sudah sedemikian rusakkah moral generasi muda sekarang..?

Kemanakah ahlaq generasi

muda sekarang ? Kenapa justru kejahatan moral lebih didominasi oleh generasi muda? Dimanakah pendidi-kan moral bangku sekolah, dimana pula kasih sayang

keluarga..?? Sepertinya ada

yang harus kita perbaiki pada relasi kekerabatan kita dengan anggota keluarga.

Keluarga adalah tempat ideal penyemaian pendidikan budi pekerti. Didalam keluarga anak akan banyak belajar

se-cara praktis melalui berlatih dan meniru budi pekerti orang disekitarnya, lebih-lebih meneladani orang tuanya. Seperti

halnya dikemukakan Clifford Geertz, antropolog dari Amerika Serikat bahwa didalam keluarga berkembang nila-nilai tatakrama penghormatan yang mengarah pada penampilan sosial yang harmonis. Nilai-nilai tata krama (nilai karakter) ini akan dipelajari anak secara alamiah dalam keluarga. Melalui pendidikan karakter dalam keluarga yang menjadi basis awal

budi pekerti, anak akan semakin sadar

terhadap kehadiran dirinya di dunia. Dalam

keluarga harmonis anak akan cenderung

berperilaku positif, sebaliknya pada keluarga yang tidak normal (tidak harmonis) anak akan cenderung berperilaku sosial negatif.

Karena itu, keluarga memang tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan

pendidikan sosial dan budi pekerti. Bahkan

para pakar pendidikan juga banyak yang

setuju, kalau pendidikan budi pekerti

harus ditanamkan sejak anak memasuki

masa peka (govoelige periode), antar

3,5 – 7 tahun.

Peran keluarga dalam

mengembang-kan moral anak sangatlah penting kar -ena hal tersebut berpengaruh pada pembentukan moral dimasa depan. Orang tua sebagai peran utama da-lam pembentukan moral dan karakter anak. masing-masing orang tua berbeda cara dalam mengajarkan pendidikan

moral. Sebagai contoh dalam kehidupan

sehari-hari, orang tua mengikuti dan

mengajak anak-anaknya untuk datang ke pengajian bersama, supaya sang anak mendapatkan ilmu akhlak dan akidah tentang keagamaan karena hal

ini dapat menciptakan etika dan budi pekerti yang baik. Orang tua memakai

pakaian yang sopan dengan maksud mangajarkan kepada anak-anaknya untuk berpakain sopan didalam dan di luar rumah untuk memperlihatkan

jati diri yang baik. Orang tua mengajar -kan bersalaman kepada anak-anaknya

sebelum mereka berangkat sekolah ataupun keluar rumah dengan maksud meminta izin (berpamitan) supaya dalam keluarga tercipta keteraturan.

Keluarga (orang tua) mendidik anak untuk berperilaku sopan kepada siapa saja yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda, diharapkan anak dapat bersosialisasi dengan masyarakat. Pada kelompok dan lembaga anak dapat menjalankan kegiatan berorganisasi dengan baik antar teman kelompok, bersifat demokrasi dan belajar saling menghargai. Sedangkan peran antara

indifidu dalam berkelompok yaitu in

-difidu belajar untuk menjadi seorang

pemimpin yang bermoral, bijaksana dan adil. Ini semua dapat diwali dari lingkungan terkecil yaitu keluarga.

Keluarga merupakan media sosialisasi pertama yang dapat

memben-tuk jati diri anak. Jika keluarga

dapat mensosialisasikan hal-hal

yang baik (tutur kata, tingkah

laku, agama, keperibadian dan lain sebagainya) maka anak akan tumbuh dan berkembang di masyarakat dan khususnya dalam keluarga menjadi anak yang baik pula, tetapi anak yang tumbuh dan dibesarkan

pada keluarga yang tidak dapat

mensosialisasikan nilai dan

norma yang tidak baik dan

juga jauh dari kasih sayang orang tua maka anak tersebut menjadi anak yang jauh dari norma sosial dan nilai-nilai agama.

Sekarang apakah kita akan lebih asyik menghabiskan waktu berkutat dengan WA, Instagram, BB atau jejaring sosial daripada pendidikan karakter kita

ke-pada buah hati kita..?

Generasi mendatang adalah pemilik negeri ini, dan kita adalah pemilik calon pemilik negeri ini, maka mari kita siapkan anak-anak kita sebagai pemilik sah neg-eri ini dengan membneg-erikan pendidikan kebijakan, kasih sayang dan tata krama, sebagaimana nenek kakek kita menga-jarkan kasih sayang kepada kita.

(Agus Suryo)

KELUARGA

sebagai

Tempat

(15)

Bidang

PENAIS ZAWA

Keberadaan Penyuluh

Agama Islam saat ini tidak

bisa diabaikan. Penyuluh

merupakan garda terdepan

dari Kementerian Agama

yang berhadapan langsung

dengan masyarakat sampai

ke lapis paling bawah.

T

ugas penyuluh untuk mem-berikan pembinaan pendidikan keagamaan dan pembangunan dengan bahasa agama sudah saatnya mendapatkan apresiasi dari berba-gai pihak, terutama para pengambil kebijakan.

Seiring perkembangan masyarakat yang begitu dinamis, Penyuluh Agama Islam dituntut untuk ber-transformasi menjadi penyuluh yang

inovatif dan profesional. Karena

tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini begitu kompleks, baik yang berkaitan dengan ideologi maupun sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, penyuluh harus bisa membekali dirinya dengan ilmu dan ide-ide baru

yang inovatif, sehingga dapat me

-narik perhatian masyarakat.

Rapat Koordinasi (Rakornas) Penerangan Agama Islam yang dis-elenggarakan pada awal Mei 2016 di

Hotel Artayudha, Jakarta yang diikuti

oleh semua utusan dari 33 propinsi di Indonesia merupakan moment yang sangat strategis untuk meru-muskan kebijakan dan regulasi yang

akan mendorong revitalisasi kinerja

Penyuluh Agama Islam. Rakornas

diawali dengan Launching video

conference antara Menteri Agama

RI, Luqman Hakim Saifudin den -gan Penyuluh Agama Islam di tujuh propinsi di Indonesia dengan tajuk “Menteri Agama Menyapa Penyuluh”. Pada kesempatan itu, menteri me-nyempatkan diri untuk berdialog dengan penyuluh perwakilan dari DKI Jakarta, Gorontalo, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Menteri Agama dalam

sambutannya menyatakan bahwa

ada tiga point kebijakan di bidang

kepenyuluhan. Kebijakan itu terdiri dari regulasi di bidang Penerangan Agama Islam (Penais). Hal ini menun-tut untuk memberikan fasilitas yang mendukung kinerja para penyuluh agama Islam. Kalau ada regulasi

yang sudah tidak sesuai dengan kon -disi saat ini, maka perubahan men-jadi sebuah keniscayaan. Kebijakan yang kedua adalah menyangkut kom-petensi para penyuluh itu sendiri. Menteri Agama menghimbau kepada para Kabid dan Kasi untuk

mem-perhatikan kompetensi penyuluh,

supaya terus menerus meningkat. Demikian pula dengan sarana dan prasarana pendukung profesion-alitas penyuluh juga harus menjadi

perhatian. Dan yang terakhir adalah

kebijakan yang berkaitan dengan infrastruktur dengan diaplikasikan-nya e-kinerja bagi penyuluh sebagai jawaban dari tuntutan era digital saat ini.

Dalam video conference, yang dapat disimak secara live streaming melalui live.kemenag.go.id perwakilan pe -nyuluh dari tujuh propinsi menyampai-kan berbagai kegiatan yang telah di-lakukan, permasalahan yang dihadapi serta harapan yang mereka inginkan. Kegiatan yang telah dilakukan dan permasalahan yang dihadapi penyuluh di daerah tentu saja sangat beragam,

sehingga memunculkan harapan-harapan yang mereka curahkan saat berkesempatan untuk berdialog den-gan menteri. Harapan itu berkisar pada dinaikkannya tunjangan bagi penyuluh, adanya beasiswa pendidikan, dinaik-kannya usia pensiun,petugas haji bagi penyuluh teladan dan usulan adanya rakernas. Tentu saja hal ini direspon

baik oleh menteri dan ditindak lanjuti

dengan mengkoordinasikannya den-gan pihak-pihak terkait.

Sementara itu, perwakilan penyuluh dari Jawa Tengah lebih tertarik untuk menyampaikan apa yang sudah di-lakukannya di daerah dan berharap dapat diapresiasi oleh pemerintah serta tersosialisasikannya kinerja penyuluh secara lebih luas. Dengan

demikian profesi penyuluh tidak lagi

dipandang sebelah mata, karena kin-erja penyuluh memang benar-benar layah untuk diperhitungkan.

Menteri agama mengapresiasi

positif dari apa yang disampaikan oleh ‘Aid Mustaqim, Penyuluh Agama

Ahli Muda dari Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah yang sudah dikenal luas berkat perjuangannya bersama Kelompok Kerja Penyuluh (pokjaluh) dalam memberikan penyuluhan ke lembaga pemasyarakatan (lapas) di Nusakambangan Cilacap dan kebetu-lan penulis selaku Penyuluh Agama Ahli Muda dari Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang berkesempatan

mewakili Provinsi Jawa Tengah dalam

Pemilihan Penyuluh Agama Islam Teladan Tingkat Nasional tahun 2016 dan berhasil mendapat peringkat terbaik III melalui dakwah berbasis

lingkungan dengan branding Green

Dakwah. Penulis juga menyampaikan bahwa saat ini sedang mengem-bangkan koperasi syariah di majelis taklim yang berfungsi memberikan kemudahan dan peningkatan kes-ejahteraan bagi anggota, langkah ini sudah diduplikasi di beberapa

titik binaan di kawasan lereng

Gunung Merapi wilayah Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.

*)Penulis adalah Penyuluh Agama Islam Fungsional Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Oleh : Azizah Herawati, S.Ag.*)

(16)

Bimas

KRISTEN

M

enanggapi akan

munculnya

golongan-golongan dalam

masyarakat yang

ber-indikasi mengarah kepada kegiatan

radikalisme, Kementerian Agama

khususnya Bimbingan Masyarakat

Kristen meresponi situasi tersebut

dengan mengadakan kegiatan yang

diharapkan mampu membantu

Oleh Pembimbing Masyarakat Kristen

Radikalisme menjadi

trending topik

dalam beberapa waktu terakhir ini. Masih

segar di ingatan kita berita mengenai organisasi Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara)

yang dicap sebagai komunitas ajaran sesat karena mencampuradukkan ajaran

Islam, Nasrani, dan Yahudi. Selain itu jaringan teroris Santoso juga banyak

menjadi pembicaraan di media massa. Rasa tidak aman dalam masyarakat pun

bertumbuh, bisa jadi rasa saling curiga timbul di kalangan masyarakat di bangsa

ini. Radikalisme serasa berjalan seirama dengan terorisme.

Radikalisme

Menangkis

Memupuk

Kerukunan

pemerintah dalam usaha

mena-han pengaruh radikalisme maupun

tindakan terorisme. Karena tidak

menutup kemungkinan ide

radikal-isme bisa muncul dari semua

kalan-gan umat beragama.

Sebagai bangsa yang religius

dimana semua pemeluk agama

mendapatkan kebebasan

un-tuk beribadah sesuai dengan

keyakinannya, namun dalam

kenyataannya kebebasan yang

ada sering disalahartikan.

Gambar

gambar para pimpinan, seperti Aidit.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi bagi Kantor Akuntan Publik dalam meningkatkan kinerja KAP secara keseluruhan dengan meningkatkan profesionalisme akun- tan

conference , circle atau victim-offender mediation (VOM). Di Indonesia, paradigma yang ditawarkan oleh keadilan restoratif dalam prakteknya bukan merupakan hal

Berdasarkan perbaikan konstruksi pola stingray pada hasil jadi dress ukuran medium (M), dengan metode pattern magic maka dapat disim- pulkan bahwa perbaikan konstruksi

Rumusan masalah adalah membuat alat yang dapat untuk mengedalikan atau menghidupkan dan mematikan TV melalui SMS. Perangkat lunak yang digunakan meliputi sistem operasi,

Dari data pengukuran ferro aktif (Fe 2+ ) tanah dan dari hasil sidik ragam ferro aktif (Fe 2+ ) tanah diperoleh bahwa perlakuan kompos TKKS berpengaruh nyata

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui distribusi temperatur aliran fluida dan analisis nilai koefisien perpindahan panas konveksi pada heat exchanger tipe

pemerintah China dalam pemberantasan korupsi salah satunya juga diwujudkan dengan ikut meratifikasi Konvensi PBB melawan korupsi yang memasukkan suap kepada pejabat

Untuk titik lokasi yang memiliki tingkat kebisingan diatas nilai ambang batas nilai NIOSH, dapat menggunakan APD untuk mengurangi tingkat kebisingan sehingga