• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA Cervus tim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA Cervus tim"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Riset 28, Januari 2014 1

KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA (Cervus timorensis)

DI HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA I, GUNUNG KIDUL,

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Rizky Hiday

at

*Minat Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada , Yogyakarta, Indoneisa . **Laboratorium Satwa Liar, Praktikum Riset dan Manajemen Satwa Liar, Fakultas Kehutanan, Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

Abstrak

Penelitian tentang kelayakan restorasi Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Wanagama I dengan pendekatan dari 3 aspek, yaitu ; Populasi, Habitat dan Sosial. Dengan adanya penelitian ini yang dilaksanakan pada 8-20 desember 2013 diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah mengenai kawasan restorasi di Hutan Pendidikan Wanagama I meliputi 3 aspek penting yang mendukung suatu kawasan restorasi diantaranya, Populasi Cervus timorensis terdapat 5 individu dengan didukung oleh empat komponen dasar habitat yang dibutuhkan rusa jawa untuk kelangsungan hidupnya seperti Sumber ketersediaan air yang merupakan salah satu komponen habitat yang sangat dibutuhkan oleh Rusa Jawa bersumber dari Sungai Oyo

yang melewati semua petak di Wanagama I serta mengalir sepanjang tahun, komponen kedua yaitu vegetasi yang digunakan oleh rusa jawa sebagai pelindung (cover) dari gangguan cuaca dan kondisi habitat yang kurang menguntungkan. Faktor vegetasi baik horizontal dan vertical diambil dengan menggunakan metode kuadaran Berdasarkan hasil analisis, diperoleh rata- rata tutupan tajuk 54.86 % dan tutupan bawah 64.19 % merupakan faktor pelindung yang paling berpengaruh terhadap Rusa Jawa, komponen ketiga berupa ketersedian ruang untuk Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I menggunaka pellet count dengan menggunakan rumus formula dengan hasil adalah 30 ha, home range untuk setiap individu sebesar 6 hektar.

Estimasi populasi terdapat 5 individu Rusa Jawa, dan komponen keempat produktivitas pakan rumput dan tumbuhan bawah, yaitu sebesar 2454,723 kg/hari yang mampu menyediakan pakan untuk lebih dari 409 ekor rusa per hari berupa jenis rumput, herba dan tumbuhan berkayu yaitu rumput teki (Cyperus rotundus), Hoplismenus burmani, rumput gajah (Pennisetum purpureum), alang-alang (Imperata cylindrica),, kolonjono (Panicum maximum), daun kupu kupu, kacang tanah, waderan, kerinyu, rambatan rumput jarum rumput grinting.. Aspek kedua dari presepsi masyarakat atau sosial dari total keseluruhan responden menggunakan metode wawancara terstruktur dengan bantuan quisioner guide dari sebanyak 150 orang menunjukkan 72,73% responden setuju dengan kegiatan restorasi, sedangkan 27,27% lainnya tidak setuju menurut presepsi masyarakat sekitar hutan . Dari hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil kebijakan dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Wanagama I sebagai habitat Rusa Jawa (Cervus timorensis) sehingga tercapainya pengelolaan restorasi berbasis konservasi.

(2)
(3)

PENGANTAR

Rusa Jawa (Cervus timorensis) merupakan salah satu satwa liar yang dilindungi Undang-Undang di Indonesia berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI berkembang dengan baik (Djuwantoko dan Subeno, 2003).

Dalam kegiatan restorasi satwa perlu diperhatikan dari tiga aspek yaitu ; populasi, habitat dan sosial. Data populasi satwa dapat dipergunakan untuk mengetahui kecenderungan peningkatan populasi keseluruhan atau pada suatu kawasan. Informasi mengenai kepadatan populasi satwa di alam dapat menjadi pertimbangan dalam tindakan manajemen terhadap populasi (Subeno dan Nurvianto, 2011). Hal ini tentunya tidak lepas dari kemampuan habitat di Hutan Wanagama I dalam mendukung dan menyediakan kebutuhan dasar rusa. Hutan Wanagama I merupakan hutan buatan yang pada pengelolaan selanjutnya dibiarkan berkembang secara alami. Hal ini tentu

tempat berteduh dan terutama sebagai pakan (Djuwantoko dan Subeno, 2003).

Faktor lainnya yang berpengaruh adalah kondisi cuaca, daya tahan jenis-jenis tumbuhan dan produksi makanan (Alikodra, 1990). Kekurangan pakan dapat menyebabkan pertumbuhan satwa terganggu sehingga dapat mengganggu perkembangbiakan.

(4)

telah terjadi perubahan keadaan vegetasi baik berupa kelebatan dan komposisi vegetasi yang ada. Menurut Shaw (1985) dalam Nugroho (1992) terdapat empat komponen dasar habitat yang mendukung dan dapat mengendalikan kehidupan satwa liar yaitu; pakan, air, pelindung dan ruang. Jenis vegetasi yang bermacam-macam akan memberikan banyak pilihan bagi rusa dalam memanfaatkannya. Bisa sebagai pelindung,

petani tadah hujan (Dewi, 2006).

Kebutuhan pakan setiap satwa berbeda sesuai aktivitas dan kesukaan pakan. Kesukaan dan kebiasaan makan rusa jawa terbentuk akibat respon terhadap kondisi habitat yang tersedia. Hutan Pendidikan Wanagama I memiliki jenis vegetasi yang bervariasi. Meskipun menyediakan banyak jenis

vegetasi namun tidak semua vegetasi dapat dimanfaatkan oleh rusa jawa sebagai sumber pakan. Kemampuan jenis vegetasi dalam menyediakan sumber pakan dalam luasan dan waktu disebut produktivitas.

Ketersediaan pakan tersebut sangat penting diketahui produktivitasnya untuk memprediksi suatu kawasan tersebut dapat mencukupi kebutuhan pakan rusa jawa selama jangka waktu tertentu dan juga memprediksi pertumbuhan populasinya. Dukungan dan peran serta dari masyarakat dalam restorasi rusa jawa sangat diperlukan untuk kelangsungan yang berkelanjutan kegiatan restorasi rusa jawa di kawasan tersebut.

ALAT DAN METODE

Estimasi Jumlah Rusa

 Pengambilan sampel kotoran

(5)

Pengambilan data untuk estimasi jumlah rusa dilakukan dengan menggunakan metode PUP (Petak Ukur Permanen) pellet count (Gambar 1.). PUP adalah suatu petak ukur berbentuk persegi panjang berukuran 100 x 20 m yang dibuat secara permanen di lokasi yang telah ditetapkan sebagai titik pengamatan sebanyak minimal 3 plot.

Gambar 1. PUP pellet count pengambilan data kotoran rusa

dan rusak. Demikian juga dengan penyimpanan kotoran rusa harus diperhatikan, jangan sampai rusak atau wadahnya lembab dan selanjutnya dilakukan analisi faical analysis untuk mendapatkan apa saja pakan yang disukai Rusa Jawa.

 Analisis Jenis Pakan

Analisis jenis pakan dilakukan pengamatan di laboratorium pada kotoran yang terkumpul dari lapangan setelah djemur dengan mencocokan antara epidermis kotoran rusa, dan epidermis tumbuhan yang diduga sebagai pakan rusa secara mikroskopis.

Habitat Rusa Jawa di Wanagama I

 Produktivitas Pakan

Untuk mengetahui produktivitas pakan dalam

suatu kawasan perlu diketahui terlebih dahulu produksi

biomassa rumput dan tumbuhan bawah yang dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Alikodra (1990), yaitu

P = Produksi biomassa seluruh kawasan L = Luas seluruh kawasan

P = Produksi biomassa seluruh plot sample

(6)

L = Luas seluruh plot sample

Selanjutnya produktivitas pakan dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan Soekotjo (1978), yaitu :

Produktivitas

=

Produksi biomassa seluruh kawasan

(

rata

ratatiap PUP

)

Interval waktu pengamatan

(

14

hari

)

 Produktivitas Pakan

Untuk pengambilan data produktivitas pakan, dilakukan dengan menggunakan petak ukur permanen (PUP) berukuran 1x1 m (untuk rumput), 2x2 m (untuk tumbuhan bawah) (Gambar 2.). Petak ukur berjumlah 5 plot diletakkan tersebar mewakili kondisi petak. Data yang diambil berupa ;

1. Jenis tumbuhan (rumput dan tumbuhan bawah)

2. Jumlah individu (rumput dan tumbuhan bawah)

3. Memanen tumbuhan yang ada dan dibawa.

Gambar 2. PUP untuk produktivitas pakan

kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. Pengukuran pohon dilakukan berdasarkan kriteria dari S s/d H.

Gambar 3. Plot Metode Kuadran

 Data penutupan vegetasi (horizontal dan vertical) dan ketebalan semak. Metode pengambilan data kepadatan tumbuhan bawah dilakukan pada

Protocol Sampling dengan menggunakan alat density board. Protocol Sampling ini berbentuk lingkaran dengan jari - jari 11,3 meter dengan empat arah mata angin (Gambar 4.). Pengamatan pentupan vegetasi horizontal dapat dibantu dengan menggunakan alat density board yang berbentuk seperti papan catur.

 Kerapatan Semak dan Tumbuhan Bawah

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Noon, 1981 dalam Hutomo,

Sosial

(7)

2004) :

D

=

Ix

10000

H

D = kerapatan semak dan tumbuhan bawah per Ha dan (b) density board untuk pengamatan penutupan vegetasi horizontal

Gambar 4 . Protocol sampling

 Air

Air dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh satwa. Kebanyakan satwa mencukupi kebutuhan air tubuhnya dengan minum air permukaaan (surface water). Kebutuhan satwa akan air bervariasi, ada yang tergantung air, ada juga yang tidak . Sumber air di wanagama I melimpah dengan dilihat dari lokasnya.

(8)

diatasi dengan terlebih dahulu mencari informasi kepada warga setempat dimana spot-spot yang paling sering terjadi perjumpaan antara warga dengan rusa

Tabel. Produktivitas Tumbuhan Bawah

N

o. Jenis

Berat Kering (Gram)

Produksi Biomassa

(Kg)

Produktivitas Pakan Kg/H

ari Ton/Tahun

1 Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 2.664 114.178 8.156 2.977

Faktor habitat yang mendukung berupa pakan karena merupakan salah satu faktor pendukung habitat yang penting bagi rusa jawa. Pakan dibutuhkan rusa untuk melakukan proses metabolisme dan memperoleh energi yang digunakan untuk mendukung aktivitasnya sehari-hari. Menurut Setiawan (2004), setiap individu rusa membutuhkan pakan kurang lebih 10% dari berat badannya, sedangkan berat badan rusa jawa dewasa sekitar 45-60 kg. Sehingga dapat dihitung bahwa satu individu rusa membutuhkan pakan sebanyak kurang lebih 6 kg/hari. Dari perhitungan produktivitas pakan rumput dan tumbuhan bawah,

Tabel. Produktivitas Rumput

No

. Jenis

Berat Kering (Gram)

Produksi Biomassa

(Kg)

Produktivitas Pakan Kg/Har

i Ton/Tahun

1 Kolonjono (Panicum muticum) 164.499 28199.889 2014.278 735.211

2 Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) 3.704 635.057 45.361 16.557

3 Rumput Grinting (Cynodon Dactylon) 8.104 1389.287 99.235 36.221

4 Rumput Jarum (Chrysopogon aciculata) 1.360 233.066 16.648 6.076

5 Rumput Teki (Cyperus rotundus) 3.024 518.349 37.025 13.514

6 Waderan (Isachne globosa) 14.527 2490.314 177.880 64.926

(9)

2 Jarong (Stachytarpheta mutabilis) 0.792 33.947 2.425 0.885

3 Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) 5.937 254.458 18.176 6.634

4 Kacang-kacangan 1.944 83.296 5.950 2.172

5 Kerinyu (Eupatorium odoratum L.) 7.342 314.638 22.474 8.203

6 Rambatan 2.325 99.643 7.117 2.598

Jumlah 21.004 900.159 64.297 23.468

Faktor habitat selanjutnya yaitu ketersediaan ruang bagi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I diperoleh dari pembagian luas Hutan Pendidikan Wanagama I dengan jumlah estimasi populasinya. Dari hasil perhitungan, ketersediaan ruang bagi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I adalah 30 ha, dengan home range untuk setiap individu sebesar 6 hektar. Berdasarkan hasil estimasi populasi terdapat 5 individu Rusa Jawa, Hutan Pendidikan Wanagama I memiliki ruang (space) untuk seluruh Rusa Jawa tersebut adalah 30 hektar, sedangkan luas keseluruhan Hutan Pendidikan Wanagama I adalah 599,7 hektar. Menurut Syarief (1974) di alam bebas Rusa Jawa lebih menyukai padang rumput atau savanna kering untuk mencari makan, sedangkan hutan dan semak yang rapat digunakan sebagai tempat istirahat atau tempat berlindung dari musuhnya. Oleh karena itu, Hutan Pendidikan Wanagama I

berbagai tingakatan hidup pohon. Vegetasi tersebut digunakan oleh rusa jawa sebagai pelindung (cover) dari gangguan cuaca dan kondisi habitat yang kurang menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh rata- rata tutupan tajuk 54.86 % dan tutupan bawah 64.19 %. Hal ini berarti bahwa tutupan vegetasi sesuai dengan literatur dari Djuwantoko (2003) bahwa rusa memanfaatkan kawasan dengan penutupan dan kerapatan tumbuhan yang relatif tinggi seperti di sekitar sungai atau anak sungai.

(10)

menyediakan ruang yang luas bagi Rusa Jawa, dan Hutan Pendidikan Wanagama I masih memungkinkan untuk ada penambahan populasi Rusa Jawa dari program restorasi tetapi perlu memperhatikan pula daya dukung pakan yang tersedia.

Pelindung (cover) merupakan salah satu dari komponen habitat secara fisik yang dibutuhkan oleh Rusa Jawa untuk berlindung dari cuaca, predator atau kondisi yang lebih baik dan menguntungkan di Hutan Pendidikan Wanagama I. Hutan Pendidikan Wanagama I memiliki berbagai macam karakteristik vegetasi berupa penutupan vegetasi yang dapat digunakan sebagai pelindung (cover). Hutan Pendidikan Wanagama I memiliki berbagai macam karakteristik vegetasi dari

liter/individu. Sehingga dalam satu tahun Rusa Jawa dapat mengkonsumsi air tidak kurang dari 1095 liter/tahun. Sungai Oyo yang mengalir sepanjang tahun dapat sosial. Total keseluruhan responden adalah sebanyak 150 orang. Materi wawancara terdiri dari 17 pertanyaan utama dan 13 pertanyaan pelengkap. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa mayoritas penduduk yang ada di sekitar hutan merupakan penduduk asli dan bekerja sebagai

(11)

restorasi Rusa Jawa yang ada. Pengetahuan masyarakat hanya berada pada batasan bahwa Rusa Jawa yang sekarang dilepasliarkan, dulunya merupakan Rusa Jawa yang berada di lokasi penangkaran. Selain mengetahui secara langsung, para penduduk juga memperoleh informasi terkait keberadaan Rusa Jawa dari beberapa sumber diantaranya adalah dari pengelola Hutan Pendidikan Wanagama I dan juga dari penduduk lain.

Tahu; 28%

Tidak tahu; 72%

1. Apakah Anda setuju diadakannya restorasi rusa jawa di hutan Wanagama?

Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan Wanagama I setuju dengan adanya kegitan restorasi Rusa Jawa, namun masyarakat meminta agar pengelolaannya lebih ditingkatkan. Sehingga tidak merugikan masyarakat sekitar hutan. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis sosial yang menunjukkan 72,73% responden setuju dengan kegiatan restorasi,

(12)

yang mereka lakukan ketika melihat Rusa Jawa adalah membiarkannya, sedangkan 16% lainnya menangkap dan memanfaatkan hasilnya, 10% melapor pada pihak Hutan Pendidikan Wanagama I. Adanya tindakan berburu menunjukkan kurangnya pengetahuan penduduk sekitar hutan mengenai keberadaan Rusa Jawa sebagai salah satu spesies yang dilindung. Untuk itu, masih perlu dilakukan sosialisasi terkait kegiatan restorasi yang ada oleh pemerintah maupun pengelola setempat.

KESIMPULAN

Hutan Pendidikan Wanagama I layak dikatakan sebagai kawasan restorasi Rusa Jawa di tinjau dari 3 aspek penting yaitu :

1. Terdapat Populasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I . 2. Kondisi komponen habitat di Hutan

Pendidikan Wanagama I baik ditinjau dari :

 Pakan : Mampu menyediakan pakan bagi rusa dengan rincian : rumput sebesar 2390,426 Kg/hari dan tumbuhan bawah sebesar Wanagama I adalah 30 ha.

3. Masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan Wanagama I mendukung dengan adanya program restorasi Rusa Jawa.

SARAN

1. Diperlukan suatu tindakan penambahan jumlah rusa dan monitoring yang intensif terhadap Rusa Jawa di Hutan Pendidikan mendukung program restorasi tersebut

3. Dilakukan pemagaran dengan tanaman tertentu agar rusa tidak keluar kawasan Hutan Wanagama I 4. Penyebaran pakan kesukaan (

feeding ground ) Rusa Jawa di setiap petak Hutan Wanagama I agar rusa tidak terpusat disuatu petak.

(13)

menyediakan kebutuhan air Rusa Jawa sepanjang tahun.

 Pelindung (cover) : Penutupan tajuk dan penutupan bawah Hutan Pendidikan Wanagama I mampu menyediakan pelindung bagi Rusa Jawa.

diharapkan peneliti lebih teliti dalam mengambil data, sehingga data yang diperoleh lebih representatif.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S., 1990. Pengelolaan Satwa Liar jilid I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.

Anonim. 1988. Master Plan Wanagama I sebagai Sarana Penunjang Hutan Tanaman Industri (HTI). Buku I. Departemen Kehutanan dan Wanagama I. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Arief, Arifin. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius.

Arimurti, Dewayanti. 1999. Studi Perilaku Makan Rusa Jawa (Cervus timorensis Blainville) Betina yang sedang dalam Masa Menyusui di Penangkaran Ranca Upas Bandung. Skripsi. Fakultas Biologi Universitas Atmajaya. Yogyakarta.

Asianto. 1998. Perilaku Sosial Rusa Jawa di Penagkaran Wanawisata Waluya Karangkates Malang Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Awang, S.A., 2007. Buku Ajar Sosiologi

Gunung (Bubalus (anoa) quarlesi, Ouwens) di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah. Skripsi. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

Heru, S. 2004. Studi Pakan Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Penagkaran Rusa Stasiun Flora Fauna Bunder Kabupaten Gunung Kidul. Skripsi. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

Muller-Dumbois and H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. New York: John Wiley & Sons. Nugroho, A. D. 1992. Studi Ekologi

(14)

Kehutanan dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Dewi. A. S., 2006. Studi Tingkat Kerusakan oleh Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Sekitar Petak 5 Hutan Wanagama I Kabupaten Gunungkidul. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Yogyakarta. Tidak dipublikasikan

Djuwantoko, dan Subeno. 2003. Peranan Hutan Wanagama I Dalam Penyediaan Pakan Bagi Rusa Jawa (Cervus timorenses). Fakultas Kehutanan Uaiversitas Gadjah Mada. pp 38.

Dradjat, A.S. 2002. Potensi Biologi dan

Notoprianto, D. 2000. Studi Jenis Pakan dan Kebutuhan Pakan Rusa Jawa di Penagkaran Rusa Wanawisata Monumen Suryo Ngawi. Skripsi. Jawa (Cervus timorensis) di Beberapa Penangkaran Milik Perhutani. Tesis. Program Studi Ilmu Kehutanan Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

Santoso, Adji D., 2002. Satwa Harapan (Rusa Indonesia). Mataram University Press. Mataram.

dipublikasikan. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Schroder, T.O., 1976. Deer in Indonesia,

Soesetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Fakultas Peternakan IPB.

Subeno dan Nurvianto S., 2011. Buku Ajar Dasar-Dasar Pengelolaan Satwa Liar. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

(15)

Agrioultural University Wageningen Netherlands Nature Conservation Departement; Report nr : 314 LH-NB 75/76 -11, Wageningen, Netherland. Sidik, B. S., 1995. Studi Daya Dukung

Lapangan Rumput Istana Bogor Untuk Populasi Rusa Totol. Skripsi. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

SK Mentri Kehutanan RI No. 301/Kpts-II/1991

Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Tidak dipublikasikan.

Trippensee, R.E. 1948. Wildlife Management Upland Game and General Prinsiples. Vol 1. New York, Toronto, London: Mc. Graw-Hill Book Company.

Wibowo, Wahyu Tri. 2006. Karakteristik Habitat & Komposisi Vegetasi Pelindung Rusa Jawa di

Gambar

Gambar 1. PUP pellet count  pengambilandata kotoran rusa
Gambar 2. PUP untuk produktivitas pakan
Tabel. Produktivitas Rumput

Referensi

Dokumen terkait