• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA Cerv

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA Cerv"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA

(

Cervus timorensis russa

)

DI HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA I

MUKHLIS SAI PUTRA (11/313697/KT/06956)

Prodi. Konse rvasi Sumbe rdaya Hutan Fak.Ke hutanan Unive rsitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email : mukhlis.sai.p@mail.ugm.ac.id

INTISARI

Rusa (Cervus timorensis russa) merupakan salah satu satwa liar asli Indonesia yang dewasa ini banyak dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan yang tidak terkendali menimbulkan kekhawatiran akan punahnya satwa ini serta tingginya tingkat perburuan secara modern menyebabkan jumlah populasi Rusa Jawa di alam menurun, sehingga perlu diadakan upaya restorasi untuk melestarikan keberadaan Rusa Jawa di alam. Salah satu tempat restorasi Rusa Jawa adalah Hutan Wanagama 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan Wanagama sebagai tempat restorasi Rusa Jawa. metode yang digunakan untuk mengetahui estimasi jumlah rusa dengan metode pellet count, sedangkan untuk mengetahui produktifitas pakan dengan menggunakan petak ukur permanen (PUP), untuk mengetahui lingkungan fisik atau habitat di Hutan Wanagama 1 menggunakan protocol sampling. Untuk mengetahui persepsi masyarakat (sosial) dengan metode wawancara.Hasil analisis menunjukkan bahwa Hutan Wanagama I layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa dengan estimasi jumlah rusa sebanyak 8 ekor dengan daya jelajah 75ha/individu, dan produktifitas pakan 334.4940476ton/ha/thn. Keberadaan air di Wanagama pun melimpah, karena dialiri oleh sungai Oyo yang mengalir sepanjang tahun. Sedangkan dari segi sosial, dengan wawancara diperoleh hasil bahwa 84% setuju adanya restorasi rusa, dan sisanya sebesar 16% tidak setuju.

Kata kunci : Habitat, Hutan Wanagama I. Populasi, Restorasi, Rusa Jawa, Sosial.

I. PENDAHULUAN

Restorasi adalah tindakan untuk membawa ekosistem yang telah terdegradasi kembali menjadi semirip mungkin dengan kondisi aslinya. Nugraha (1992) mengugkapkan bahwa restorasi merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki atau memulihkan kondisi lahan yang rusak dengan membentuk struktur dan fungsinya sesuai (mendekati) kondisi awal.

(2)

(daerah jelajah) adalah wilayah yang dikunjungi satwa liar secara tetap karena menyuplai makanan, minuman, serta mempunyai fungsi utama sebagai tempat brelindung atau bersembunyi, tempat tidur dan kawin (Boughers dalam Alikodra, 1990).

Hutan Pendidikan Wanagama I merupakan kawasan restorasi rusa (Cervus timorensis russa). Dilakukan restorasi rusa (Cervus timorensis russa) di Wanagama karena rusa (Cervus timorensis russa)

merupakan salah satu satwa liar asli Indonesia yang dewasa ini banyak dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan yang tidak terkendali menimbulkan kekhawatiran akan punahnya satwa ini serta tingginya tingkat perburuan secara modern menyebabkan jumlah populasi Rusa Jawa di alam menurun, hal ini di akui oleh IUCN pada tahun 2011 bahwa Rusa Jawa(Cervus timorensis russa, Mull & Schl) merupakan hewan mamalia yang berstatus vulnerable. Sedangkan menurut UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, di Indonesia rusa termasuk kriteria satwa dilindungi. Wanagama 1 merupakan bentuk reboisasi yang berhasil, keberhasilan tersebut menjadi motivasi diadakannya restorasi rusa Jawa di hutan pendidikan Wanagama 1. Kegiatan restorasi diawali dengan adanya

penangkaran rusa di daerah Bunder, Gading, Gunung Kidul.

Keadaan tersebut yang menjadi latar belakang dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui layak atau tidak layak restorasi Rusa Jawa dilakukan pada Hutan Pendidikan Wanagama I.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Wanagama I Gunungkidul. Waktu pengambilan data dilaksanakan tanggal 15 Desember 2013 dan 29 Desember 2013. Untuk pengambilan data estimsi populasi Rusa Jawa, habitat Rusa Jawa, dan faecal dilaksanakan tanggal 15 Desember 2013, sedangkan pengambilan data persepsi masyarakat dilaksanakan tanggal 29 Desember 2013.

B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian

Dalam penelitian di lapangan, diperlukan bahan antara lain Vegetasi penyusun Hutan PendidikanWanagama I, Populasi Rusa Jawa (Cervus timorensis) Hutan Pendidikan di Wanagama I, Masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan Wanagama I.

2. Bahan analisis laboratorium

(3)

(HNO3) 10%, Safranin, Potasium Kromat 10%, Larutan gliserin, Aquades, Kotoran rusa, Canadian Balsam, Kotoran beberapa jenis daun dari lokasi penelitian

3. Alat Penelitian

Alat-alat yang diperlukan di lapangan yaitu Protraktor, Kompas, Clinometer, Patok kayu, Roll meter, Alat tulis, Tallysheet, Pita diameter, Tabung okuler,

Density board, GPS, Hagameter, Stopwatch/jam, Termohigrometer, Peta kawasan Wanagama I skala 1 : 25.000

Dan untuk peralatan laboratorium yang diperlukan yaitu Kaca preparat, Cover dip, Pipet ukur, Pinset, Gelas bekker, Mikroskop stereokopis, Kamera mikroskop, Petridish, Timbangan, Penumbuk, Ayakan, Oven dried, Obyek micrometer

C. Prosedur Pengambilan Data 1. Estimasi Populasi Rusa Jawa

Pembuatan plot sampel (Pellet Count) minimal sebanyak 3 plot dengan ukuran 20 x 100 m (Gambar 1). Penetuan tempat plot secara purposive sampling.Dimana

pellet count diletakkan mewakili semua kawasan tetapi yang memiliki tanda – tanda kehadiran Rusa Jawa (kotoran). Kotoran yang terdapat didalam plot dihitung jumlah onggokannya. Setelah selesai dihitung, plot dibersihkan dari kotoran. Setelah 2 minggu dihitung lagi

jumlah kotoran baru, yang terdapat di dalam plot.

Gambar 4.1.Pellet Count 2. Habitat Rusa Jawa

a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa

Metode pengambilan data produktivitas pakan dilakukan dengan membuat 5 petak ukur permanen (PUP) berukuran 1m x 1m untuk pengambilan data produktivitas rumput dan 2m x2m untuk produktivitas tumbuhan bawah (Gambar 2). Penempatan tersebar mewakili kondisi petak.Data yang diambil adalah jenis tumbuhan / individu rumput dan tumbuhan bawah. Jenis dipisahkan dan dihitung per jenis. Rumput dan tumbuhan bawah dalam PUP dipanen dan dibiarkan selama kurang lebih dua minggu untuk diketahui pertumbuhan (produktivitasnya). Setelah dipanen, dilakukan penimbangan tiap spesies untuk memperoleh berat basahnya. Kemudian dioven sampai diperoleh berat kering konstan dan ditimbang untuk memperoleh berat keringnya. Berat kering inilah yang digunakan untuk menghitung INP dari tiap jenis yang ada.

(4)

Gambar 2. Petak Ukur Produktivitas Pakan Rusa

Produksi biomasa diperoleh dari hasil pemanenan kembali setelah 2 minggu pada PUP yang sama. Kemudian ditimbang beratnya untuk mendapatkan berat basahnya dan hasil panenan dioven sampai diperoleh berat keringnya. Produktivitas rumput dan tumbuhan bawah dilakukan dengan perhitungan matematis.

b. Cover (Pelindung)

Untuk mengetahui struktur vegetasi (pelindung) habitat Rusa Jawa, maka dibuat plot kuadran. Plot kuadran diletakkan secara sistematik seperti protokol plot. Plot kuadran adalah plot lingkaran memiliki diameter 22,6 meter. Plot kuadran dilettakkan secara sistematik. Dalam kuadran dibagi menjadi empat kuadran untuk mengukur jenis vegetasi terdekat dari titik tengah. Jenis vegetasi tersebut diambil sedekat mungkin tiap kuadran dan tidak ada penghitungan ulang (double counting). Data yang diambil adalah jenis, jumlah, jarak, dbh, tinggi, dan ttbc. Masing – masing jenis vegetasi digolongkan ke dalam kelas (kelas S s.d. H) yang didasarkan pada besarnya dbh. Kelas – kelas tersebut yaitu:

1. S = ( 3 ≤ dbh < 8 cm) 2. A = ( 8 ≤ dbh < 15 cm) 3. B = ( 15 ≤ dbh < 23 cm) 4. C = ( 23 ≤ dbh < 38 cm)

5. D = ( 38 ≤ dbh < 53 cm) 6. E = ( 53 ≤ dbh < 69 cm)

Gambar 3. Kuadran sampling 7. F = (69 ≤ dbh < 84 cm) 8. G = ( 84 ≤ dbh < 102 cm)

9. H = ( 102 ≤ dbh < seterusnya) (Noon, 1981).

c. Lingkungan Fisik

Mengukur faktor fisik yaitu suhu, kelembaban, kelerengan (slope), kepadatan vegetasi, penutupan tajuk, dan penutupan tumbuhan bawah) dengan menggunakan Metode protokol plot (Gambar 4.3.) berbentuk lingkaran dengan jari-jari (r) 11,3 m atau dengan luasan 0,04 Ha. Di dalam lingkaran tersebut dibuat jalur sepanjang garis Utara-Selatan dan Timur-Barat. Penempatan protokol ini dilakukan secara sistematik.

Gambar 4. Petak contoh teknik protokol plot

1 3

(5)

Penutupan tajuk pohon dan penutupan tumbuhan bawah dihitung dengan menggunakan tabung okuler, pengamat berjalan di sepanjang kedua garis/jalur Utara-Selatan dan Timur-Barat sambil melihat ke atas secara tegak lurus dengan tabung okuler. Dalam protokol sampling terdapat 20 titik di sepanjang kedua garis Utara – Selatan dan Timur – Barat. Simbol plus dan minus menunjukkan ada atau tidaknya vegetasi hijau yang berinteraksi dengan titik silang tabung okuler. Hal yang sama dilakukan untuk penutupan semak dan tumbuhan bawah, hanya saja pengamat mengarahkan pendangan kebawah dengan ketinggian ± 1 m.

Gambar 5. Density board

Kepadatan daun semak dan tumbuhan bawah dihitung dengan bantuan papan kerapatan (density board) (Gambar 5.). Papan diletakkan di ujung jalur atau di batas plot, pengamat berdiri di pusat plot yang berjarak ± 11,3 m. Pengamat mencatat jumlah kotak tiap interval yang tertutup oleh daun dengan luasan minimal penutupan sebesar 50% dari luasan kotak.

Ketebalan semak (shurb density), menggunkan plot lingkaran dengan jari – jari dan diameter yang sama seperti protokol plot dan plot kuadran (Gambar 6). Teknik pengambilan data dengan membagi lingkaran menjadi empat bagian. Dari utara – selatan menggunakan tongkat sepanjang 1 meter, semak yang terkena tongkat tersebut dicatat jenis dan jumlahnya. Tumbuhan bawah atau semak dicatat dan disesuaikan dengan dbh (3 cm). Demikian untuk hal yang sama yaitu untuk arah barat ke timur.

1 meter

Gambar 6. Plot Shrub Density

d. Air

(6)

e. Ruang

Ruang yang digunakan oleh Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I merupakan hasil dari luas Hutan Wanagama I dibagi dengan estimasi populasi Rusa Jawa yang diperoleh dari hasil analisis.

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I

Untuk mengetahui persepsi masyarakat sekitar terhadap keberadaan rusa di Hutan Pendidikan Wanagama I, diperoleh dengan melakukan wawancara terstruktur kepada masyarakat yang dijumpai di sekitar Hutan Pendidikan Wanagama I. Data ini kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I.

D. Analisis Data

1. Estimasi populasi Rusa Jawa

Estimasi populasi dilakukan dari hasil pengamatan onggokan kotoran rusa yang diperoleh dari Pellet Count. Rumus yang digunakan yaitu :

a

d

t

p

A

P

.

.

.

Keterangan :

a = luas seluruh plot sampel

A = luas wilayah pengamatan t = waktu yang digunakan untuk

pengamatan

d = rerata defakasi setiap hari p = jumlah onggokan baru yang

ada dalam plot P = jumlah individu

Estimasi populasi dilakukan untuk menaksir jumlah individu rusa yang terdapat di Hutan Pendidikan Wanagama I dan hasilnya akan digunakan untuk mengetahui sejauh mana kesukaan rusa terhadap suatu kawasan yang menyediakan komponen habitat yang dibutuhkan rusa.

2. Habitat Rusa Jawa

a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa

Komposisi jenis rumput dan semak (Alikodra, 1990) diketahui dengan rumus:

INP = Wa / Wt x 100% Keterangan:

Wa: Berat kering pemanenan setiap jenis tumbuhan bawah

Wt: Berat kering pemanenan semua jenis tumbuhan bawah.

Produksi biomassa rumput dan semak (Alikodra, 1990) dihitung dengan rumus :

Keterangan:

P : Produksi biomassa di suatu kawasan L : Luas seluruh kawasan

(7)

l : Luas seluruh plot sampel

Jenis Pakan Rusa Jawa

Kotoran rusa yang didapatkan di lapangan dengan menggunakan pellet count (Gambar1.) harus dijemur di bawah terik matahari untuk menghindari pertumbuhan cendawan atau jamur sehingga tidak membusuk dan rusak. Demikian juga dengan penyimpanan kotoran rusa harus diperhatikan, jangan sampai rusak atau wadahnya lembab.

Langkah kerja analisis kotoran adalah sebagai berikut:

a. Kotoran dipanaskan dalam oven dengan suhu 70° C selama 2 x 24 jam sehingga kering dan bebas dari cendawan.

b. Kotoran yang telah kering diblender sampai halus.

c. Kotoran yang telah halus ditimbang sebanyak 1,5 gram kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi campuran 10 ml asam nitrat 10%, 1 gram potasium kromat 10%, dan 90 ml aquades sebanyak 20 ml.

d. Tabung reaksi tersebut dipanaskan di atas spiritus yang sudah disulut api selama 10-15 menit sampai kutikula mengelupas dari sel epidermis.

e. Setelah pemanasan tabung reaksi kemudian didinginkan.

f. Unit sampel dipindahkan di atas deckglass sebanyak 10 kali ulangan dengan menggunakan pipet sebanyak 1 tetes, lalu ditetesi dengan gliserin sebanyak 1 tetes kemudian di sekelilingnya diolesi dengan cairan kuteks lalu ditutup dengan kaca preparat yang kecil.

g. Preparat diberi label dan siap diamati di bawah mikroskop binokuler dan didokumentasikan hasilnya.

Pembuatan preparat dari tumbuhan koleksi sebagai epidermis referensi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Daun dipotong dengan ukuran 1 x 1 cm atau menyesuaikan dengan luas permukaan daun.

b. Potongan daun dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi campuran 10 ml asam nitrat 10%, 1 gram potasium kromat 10%, dan 90 ml aquades sebanyak 20 ml.

c. Tabung reaksi tersebut dipanaskan di atas spiritus yang sudah disulut api selama 10-15 menit sampai kutikula mengelupas dari sel epidermis.

d. Setelah pemanasan tabung reaksi kemudian didinginkan.

(8)

f. Daun yang tinggal bagian epidermisnya tersebut dipindahkan diatas deckglass.

g. Preparat diberi label dan siap diamati di bawah mikroskop binokuler dan didokumentasikan hasilnya.

b.Cover (Pelindung)

Analisis data untuk mengetahui faktor-faktor habitat yang berpengaruh terhadap restorasi Rusa Jawa yaitu menggunakan analisis statistik dengan bantuan software

R Statistic.

c. Ruang

Ruang = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑠𝑎𝑛

𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑢𝑠𝑎 𝐽𝑎𝑤𝑎

Analisis kebutuhan ruang untuk populasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I menggunakan pembagian luas kawasan Hutan Pendidikan Wanagama I (600 ha) dengan estimasi populasi Rusa Jawa.

d. Air

Analisis data jarak sumber air menggunakan hasil dari pengukuran jarak sumber air terdekat dengan plot pengamatan

3. Analisis sosial.

Analisis menggunakan metode deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil

1. Estimasi populasi

Table 1. Jumlah onggokan minggu ke-2

Penelitian yang dilaksanakan di Hutan Wanagama 1 ini menggunakan 7 petak yaitu petak 5, petak 6, petak 7, petak 13, petak 14, petak 16 dan petak 18. Dari ketuju petak tersebut, terdapat sejumlah 11 onggokan yang diketemukan pada minggu kedua ketika pengecekan ulang di masing – masing pellet count. Estimasi populasi dapat diketahui dengan cara mengalikan luasan area pengamatan (600 Ha) dengan jumlah onggokan kotoran rusa yang ditemukan pada minggu kedua. Kemudian, dibagi interval pengamatan yang dikali defakasi rata-rata rusa

Petak Pellet Onggokan

5 1 1

6 2 6

7 3 1

13 1 0

14 2 0

16 3 1

18 1 2

(9)

perhari dan luasan plot sample (4,2 Ha). Dari hasil penghitungan tersebut maka didapat estimasi hasil populasi Rusa Jawa sejumlah 9 individu.

individu

a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa

Produksi biomasa atau produktivitas pakan yang berupa rumput dan semak

 Produktifitas pakan berupa rumput dan semak di Hutan Wanagama 1 adalah menggunakan rumus sebagai berikut :

INP = Wa X 100% Wt

Dengan :

Wa = Berat kering pemanenan setiap jenis tumbuhan bawah

Wt = Berat kering pemanenan semua jenis tumbuhan bawah

Indeks nilai penting diantara semua rumput dan tumbuhan bawah adalah sekopan, krinyu, rumput teki, grinting, kolonjono, rumput x13, jenis Z5, rumput jarum, keriting, kangkung-kangkungan, gamal, rondo moprol, putihan, alang-alang, jarong.

b. Pelindung (cover)

(10)

Data rata – rata struktur vegetasi (pelindung) dihutan Wanagama 1

didapatkan sebagai berikut :

Tabel 2. Rata-rata cover dihutan Wanagama 1 dari kuadran sampling.

S A B C D E F G H

2,349057 1,923077 1,114286 0,669811 0,150943 0,103774 0 0,028302 0,018868

Tabel 3. Regresi faktor struktur vegetasi (pelindung).

Estimate Std.Error t value Pr(>|t|)

(Intercept) -0.2248 0.5244 -0.429 0.686

S 0.4027 0.2149 1.874 0.120

Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1

AIC: 11.016

Y = (0.4027 ± 0.2149)S

Tabel 4. Rata-rata cover di Wanagama 1

Tipe Tutupan tajuk

Kepadatan Semak

Kepadatan belukar

Nilai 61,208 % 54,69% 46,53%

c. Ruang

Luas Hutan Wanagama 1 adalah 600 Ha. Jumlah estimasi populasi Rusa Jawa di Hutan Wanagama 1 adalah 9 individu.

Ruang = Luas Area/Estimasi Populasi = 600/9

= 66,67 ha/individu.

d. Air (water)

Beberapa wilayah di Hutan Wanagama 1 dialiri oleh Sungai Oyo. Sungai Oyo ini mempunyai peran yang

penting dalam upaya restorasi Rusa Jawa (Cervus timorensis) karena merupakan sumber air utama bagi Rusa Jawa. Dapat dilihat bahwa Sungai Oyo mengalir pada sebagian wilayah tiap petak penelitian. Maka dapat diartikan habitat di Hutan Wanagama 1 mampu memenuhi kebutuhan air minum bagi Rusa Jawa.

3. Sosial

(11)

87% 3% 10%

Yang dilakukan

ketika melihat

Rusa ?

Membiarkan

29%

71%

Apakah tahu

batas-batas

Wanagama?

Ya

66% 34%

Punya Lahan

Pertanian di

Wanagama?

Ya

Tidak

92% 8%

Tahu

Keberadaan

Rusa ?

Ya

Tidak

11%

89%

Penyuluhan

tentang Rusa

di

Ada

Tidak

18%

82%

Pernah

melihat Rusa

keluar

Pernah

(12)

Rusa ke

Dibiarkan/

(13)

REKAP DATA KESELURUHAN SOSIAL

Dari hasil rekap diketahui bahwa 84% warga menerima ketika dilakukan restorasi di wanagama 1 sedangkan 16% tidak setuju.

59% 31%

10%

Bersedia

bekerjasama

dalam

pengelolaan

Bersedia

Tidak 84%

16%

Rekap Data Sosial

mendukung restorasi

(14)

B. Pembahasan

Seiring dengan perkembangannya, Hutan Wanagama 1 telah menjadi tempat restorasi Rusa Jawa. Hal tersebut diawali dengan program penangkaran dan pelepasliaran Rusa Jawa oleh pihak Wanagama 1, adanya upaya restorasi di Wanagama ini berkaitan dengan tujuan melestarikan Rusa Jawa untuk menghindari kepunahan. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengangkat judul Studi Kelayakan Hutan Wanagama 1 sebagai tempat restorasi Rusa Jawa, dengan melihat aspek kelayakan tersebut dari 3 komponen yaitu populasi, habitat dan masyarakat disekitar (sosial). Untuk teknis pengambilan datanya, dilakukan di 7 petak yaitu petak 5, petak 6, petak 7, petak 13, petak 14, petak 16, dan petak 18.

Studi kelayakan pertama dilihat dari segi populasi, dengan metode pengambilan data menggunakan pellet count. Waktu pelaksanakan dengan rentang waktu pengambilan pellet yaitu 14 hari. Dari hasil pengamatan, total onggokan kotoran yang diketemukan adalah 11 onggokan. Petak 6 merupakan petak terbanyak dalam menemukan kotoran rusa, maka dapat diperkirakan bahwa Rusa Jawa banyak beraktifitas dan hidup pada petak 6. Berdasarkan kondisi habitatnya dengan lokasi berbukit dan kerapatan tiang yang rapat, diperkirakan kondisi tempat tersebut disukai oleh Rusa Jawa, karena kemungkinan adanya interaksi dengan manusia sangatlah sedikit. Setelah diketahui terdapat total 11 onggokan tersebut maka kita kemudian dapat mengestimasi berapa jumlah populasi Rusa Jawa, estimasi hasil populasi Rusa Jawa sejumlah 9 individu. Hasil dari estimasi populasi rusa ini menurun dibandingakan tahun-tahun yang lalu karena menurut Janiawati (2012), berdasarkan hasil riset pada tahun 2011 jumlah estimasi populasi Rusa Jawa terdapat 19 pasang. Penurunan ini mungkin saja karena penempatan pellet count yang kurang sesuai dengan habitat

rusa, sehingga onggokan yang di temukan sedikit dan persebaran Rusa Jawa yang menyebar. Sehingga dari hasil tersebut, Wanagama 1 masih layak, karena masih ditemukan keberadaan Rusa Jawa.

Komponen pengelolaan habitat. Habitat satwa yang ideal adalah yang mencakup kebutuhan biologis (makan, minum, berlindung, bermain, dan berkembang biak) dan ekologis satwa yang bersangkutan (Anderson dan Gutzwiller, 1996) . Berdasarkan komponen air (water), pada tiap petak penelitian di Hutan Wanagama 1 sebagian wilayahnya dialiri oleh Sungai Oyo. Sungai ini mengalir sepanjang tahun sehingga dapat dijadikan sumber air untuk rusa. Maka dapat diartikan habitat di Hutan Wanagama 1 mampu memenuhi kebutuhan air minum bagi Rusa Jawa.

Komponen berikutnya adalah sebagai pelindung (cover). Pelindung yang dimaksud disini adalah bagaimana habitat tersebut dapat mendukung kelestarian hidup Rusa Jawa dari gangguan yang ada. Gangguan tersebut dapat berupa cuaca buruk, kerusakan habitat, dan juga dari manusia (perburuan). Adanya gangguan dapat mempengaruhi kondisi dan sifat rusa tersebut. Dari hasil kuadran sampling, kelas struktur vegetasi rata-rata di Hutan Wanagama 1 yang paling dominasi adalah

kelas struktur S (3≤dbh<8) dengan nilai

rata-rata 2,349057 dan dari hasil uji R-statistic, berdasarkan kelas struktur vegetasi kelas S memiliki pengaruh terhadap kehadiran Rusa Jawa, walaupun hasil kurang signifikan. Di Hutan Wanagama 1 terdapat kelas struktur vegetasi dari S-H, dan yang tidak ada hanya dari kelas struktur F dengan kelas diameter (69 ≤ dbh < 84 cm). Sehingga di Hutan Wanagama 1 struktur vegetasinya beranekaragam. Berdasarkan analisis data kelas struktur vegetasi S mempengaruhi keberadaan rusa dikarenakan kelas struktur

S yang hanya berkisar (3≤dbh<8)

(15)

leluasa baik dalam melindungi diri dari predator dan lain sebagainya. Sehingga pelindung bagi rusa di Hutan Wanagma 1 layak. Dan rata – rata tutupan tajuk di hutan Wangama 1 sebesar 61,208%, sehingga mampu mendukung kegiatan Rusa Jawa berupa berteduh dari panasnya sinar matahari. Pelindung bawah yang mendominasi berupa kepadatan semak sebesar 54,69 %, sedangkan rata – rata kepadatan belukar adalah 46,529%, kondisi ini cukup sebagai tempat persembunyian rusa sehingga dari sisi pelindung Wanagama 1 layak menjadi tempat restorasi rusa.

Untuk komponen ruang (space), mendapatkan daya jelajah dan ruang sebesar 66,67 ha/individu. Nilai estimasi ruang yang didaptakan sangat cukup untuk rusa karena Alikodra (1990) menyatakan bahwa daya jelajah untuk satu ekor Rusa Jawa kurang lebih adalah 6 ha dan menurut Trippensee (1948) bahwa daya jelajah atau homerange rusa 50-2600 acres (0,02-1,05 Ha), sehingga Wanagama masih layak menjadi kawasan restorasi sebab kawasannya Wanagama 1 menyiapkan ruang yang cukup bagi Rusa Jawa.

Komponen yang terakhir adalah pakan (food). Untuk mengetahui produktivitas pakan yang cocok untuk Rusa Jawa maka kita perlu mengetahui seberapa besar indeks nilai penting tiap pakan. Pakan Rusa Jawa disini terbagi menjadi 2 yaitu rumput dan tumbuhan bawah. Untuk memperoleh indeks nilai penting tersebut, maka produktivitas pakan dihitung dari biomassa atau berat kering dari setiap jenis rumput dan tumbuhan bawah. Dari penghitungan, Produktifitas pakan berupa rumput dan semak di Hutan Wanagama 1 adalah 558,1845238 kg/ha/hari dan pakan yang dimakan oleh rusa adalah 334.4940476 kg/ha/hari, nilai

ini diasumsikan cukup karena menurut Menurut Garsetiadi (2007) rusa membutuhkan pakan sekitar 6 kg/individu/hari dan menurut (syarif,1974) menyatakan bahwa kebutuhan rumput segar rusa 5kg/individu/hari sehingga karena estimasi populasi rusa 9 ekor maka rumput yang dibutuhkan hanya berkisar antara 48kg/hari- 54 kg/hari. Oleh karena itu, Hutan Wanagama 1 mampu mendukung kebutuhan Rusa Jawa dari segi pakan, karena produktivitas jenis vegetasi pakan Rusa Jawa yang di peroleh sebesar 334,4940476 kg/ha/hari dan kebutuhan pakan rusa berkisar antara 48-54 kg/hari. Indeks nilai penting diantara semua rumput dan tumbuhan bawah adalah Alang-alang 19,67475 %. Sedangkan dari hasil uji epidermis di laboratorium, jenis pakan yang cocok dengan epidermis kotoran Rusa Jawa terdapat 15 jenis yaitu sekopan, krinyu, rumput teki, grinting, kolonjono, rumput x13, jenis Z5, rumput jarum, keriting, kangkung-kangkungan, gamal, rondo moprol, putihan, alang-alang, jarong dan jenis tersebut banyak tersedia di Wanagama 1.

Studi kelayakan dari segi sosial sekitar sangatlah penting bagi keberlangsungan pengelolaan, karena masyarakat sekitar dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan Rusa Jawa itu sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung,dapat memberikan pengaruh terhadap habitat, bahkan dapat berpengaruh terhadap pengelolaannya. Ketergantungan masyarakat terhadap kawasan Wanagama sebagai sumber mata pencaharian memungkinkan adanya interaksi antara manusia dengan Rusa Jawa.

(16)

tersebut. Responden yang di wawancara 66% memiliki lahan dan yang mengetahui batasan hutan Wanagama sebanyak 71%. Tidak semua masyarakat sekitar kawasan Wanagama mengetahui adanya keberadaan rusa, terdapat 92% masyarakat yang mengetahui adanya rusa dan 50% diantaranya pernah melihat keberadaan rusa secara langsung. Lokasi responden bertemu dengan Rusa Jawa yaitu di hutan, dekat sungai oyo, di lahan pribadi, di kebun singkong, dan di lapangan dekat hutan dimana pada saat itu responden kebanyakan sedang melaksanakan kegiatan mencari pakan untuk ternak. Kegiatan mencari pakan ternak oleh masyarakat tersebut dilaksanakan dalam jangka waktu harian. Yang masyarakat lakukan jika melihat rusa secara langsung 87% responden mengaku hanya bisa membiarkannya dan 3% memilih untuk menangkapnya dan 10 % memeliharanya. Masyarakat sekitar Wanagama tahu bahwa rusa memakan jagung, kacang, ketela, palawija, singkong, tales, ubi, kolonjono, dan pepaya. Ketika masyarakat mengetahui secara langsung Rusa Jawa merusak lahan pertanian dengan memakan tumbuhan ataupun tanamannya, 88% responden lebih memilih membiarkannya, 6% memilih menangkapnya, dan 6% memilih melaporkan pada pengelola. Masyarakat membiarkan rusa tersebut karena ada beberapa masyarakat yang takut akan kehadiran rusa, selain itu jika rusa bertemu dengan masyarakat rusa langsung melarikan diri, dan masyarakat juga merasa takut terhadap pengelola kawasan Wanagama hal tersebut dikarenakan masyarakat di berikan kawasan untuk di kelola tersebut berasal dari pengelola Wanagama. Namun, dengan adanya pelepasliaran rusa, 57% responden beranggapan bahwa keberadaan rusa tidak mengganggu, anggapan tersebut dapat dikarenakan kehadiran rusa dalam merusak lahan tersebut tidak terlalu sering, bahkan daya jelajah rusa yang luas menyebabkan masyarakat juga tidak begitu sering melihat rusa di lahan masyarakat dan 43%

masyarakat beranggapan bahwa keberadaan rusa mengganggu. Hal tersebut dikarenakan rusa memakan bahkan merusak lahan perkebunan warga.

Masyarakat yang pernah melihat rusa keluar dari kawasan Wanagama sebanyak 18% dan 82% tidak pernah melihat rusa keluar kawasan. Terdapat 85% responden lebih memilih membiarkan rusa yang keluar kawasan tersebut, 10% responden memilih mengembalikan rusa tersebut ke kawasan hutan, 3% memilih memelihara rusa tersebut, dan 2% memilih mengkonsumsinya. Beberapa masyarakat juga mengaku lebih baik rusa - rusa tersebut dibuatkan kandang atau di beri pagar agar tidak liar merusak lahan pertanian.

(17)

pengelolaan rusa tersebut, dan terdapat 59% bersedia dan 31% tidak bersedia dalam memberikan atau ikut berkontribusi dalam kelompok masyarakat tersebut. Ada beberapa alasan mengapa masyarakat tidak mau ikut berkontribusi dalam pengelolaan rusa, diantaranya yaitu masyarakat tidak mengetahui bagaimana cara merawat rusa karena rusa lebih liar dibandingkan hewan ternak lain (ayam, bebek, kambing, sapi), selain itu nilai ekonomisnya belum diketahui, namun adapula masyarakat yang mau berkontribusi jika diberi upah.

Pengetahuan masyarakat mengenai adanya restorasi Rusa Jawa di Hutan Wanagama 1 ini masih kurang, terbukti bahwa 89% responden mengaku tidak pernah dilaksanakan kegiatan penyuluhan tentang restorasi Rusa Jawa di Hutan Wanagama 1. Hal ini dapat berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat terhadap status perlindungan rusa, dari seluruh responden hanya terdapat 32 % responden yang tahu jika rusa merupakan hewan yang dilindungi.

Saat ditanya mengenai persepsi setuju atau tidak dengan adanya Rusa Jawa di Hutan Wanagama, 84% responden mengaku setuju dengan adanya restorasi. Hal tersebut berkaitan dengan pengakuan dari 49% responden manfaat adanya Rusa Jawa di Hutan Wanagama tersebut sebagai obyek pendidikan dan rekreasi. Adapula anggapan bahwa agar jika rusa semakin banyak maka anak - anak yang berada di sekitar Wanagama tidak usah jauh - jauh untuk melihat rusa.

Didalam suatu pengelolaan satwa liar, terdapat 3 komponen pengelolaan yaitu populasi, habitat dan masyarakat (sosial). Dari ketiga komponen tersebut saling berhubungan antara satu sama lain.

Dari penelitian ini, pada komponen populasi, Hutan Wanagama 1 sudah bisa dinyatakan layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa karena luasan wilayah sudah dapat memenuhi estimasi jumlah Rusa Jawa. Sedangkan dari komponen habitat, sudah dapat dikatakan layak karena kebutuhan akan air dan pakan memenuhi.

Selain itu, dibeberapa petak juga telah menyediakan pelindung yang dibutuhkan oleh Rusa Jawa. Perlindungan tersebut dapat berupa penutupan tajuk untuk emlindungi rusa dari sinar matahari dan lain-lain. Pada komponen ruang sudah pasti layak, karena dengan penghitungan estimasi tesebut dan dengan sesuai penuturan Trippensee(1948) bahwa daya jelajah atau homerange rusa 50-2600 acres (0,02-1,05 Ha) dan ruang untuk rusa estimasinya adalah 66,67 ha, maka ruang memang layak. Sedangkan dari segi masyarakat (sosial) menyatakan bahwa Hutan Wanagama 1 layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa karena dari hasil rekap diketahui bahwa 84% warga menerima ketika dilakukan restorasi di Wanagama 1. Sehingga secara keseluruhan, Hutan Wanagama 1 ini layak sebagai kawasan restorasi Rusa Jawa.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan pengujian laboratorium dapat diambil kesimpulan bahwa Hutan Wanagama I layak sebagai kawasan restorasi rusa jawa karena dari Luasan area Hutan Wanagama 1 sebesar 600 Ha mampu memenuhi jumlah estimasi populasi Rusa Jawa sebanyak 9 individu. Komponen habitat di Hutan Wanagama 1 dengan adanya tutupan tajuk yang bepengaruh signifikan terhadap kehadiran rusa maka memenuhi. Kebutuhan akan air dan pakan memenuhi. Dan masyarakat sekitar Wanagama I setuju terhadap adanya restorasi rusa jawa. Sehingga dari tiga aspek jumlah populasi, habitat dan sosial Hutan Wanagama 1 layak dijadikan tempat restorasi rusa.

B. Saran

(18)

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai habitat yang sesuai bagi Rusa Jawa sehingga pihak pengelola bisa mengetahui habitat seperti apa yang dibutuhkan oleh Rusa Jawa.

3. Berdasarkan hasil penelitian maka perlu dilakukan sosialisasi pada masyarakat mengenai restorasi Rusa Jawa di Hutan Wanagama 1 sehingga masyarakat dapat peduli dengan keberadaan Rusa Jawa dan ikut menjaga kelestariannya.

DAFTAR PUSTAKA

Giles, Robert H., Jr. 1978. Wildlife Management. Virginia Polytechnic Institute and State University : United States of America.

Kidul.Skirpsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan UGM.

Purnomo, Danang Wahyu. 2003. Studi Jenis Pakan dan Tegakan Tingkat

Kesukaannya pada Rusa Jawa(Cervus timorensis) di Wanagama I I Kabupaten Gunung Kidul. Skirpsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan UGM.

Semiadi G. Dan Nugraha RTP.2004.

Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Pulsit Biologi LIPI. Bogor

Suratini.2004. Persepsi Masyarakat Sekitar Hutan Terhadap Keberadaan Rusa Jawa (Cervus timorensis russa, Mull & Schl) di Hutan Wanagama I. Fakultas KehutananUGM. Yogyakarta.

Suripto, Bambang Agus. 1999. Diktat Kuliah Mammalogi. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

(19)

Gambar

Gambar 4. Petak contoh teknik protokol
Tabel 2.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) 2 di SMP Negeri 39Semarang telah terlaksana dengan baik tanpa ada kesulitan yang berarti dan berjalan sesuai

Plat kendaraan berasal dari kelas berbeda namun teridentifikasi sebagai kelas yang sama , antara query dari kelas kedua yang diambil pada pagi dan siang hari dengan citra no.84

Tegangan kedip yang terjadi tidak mempengaruhi dari kegagalan kinerja peralatan operasional yang ada pada gardu induk karena tegangan kedip yang terjadi masig disekitar batas

(2) Dalam hal akan dilaksanakan pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung pada wilayah yang belum ditetapkan sebagai Wilayah Kerja, gubernur atau bupati/wali kota

hirta, Saraca declinata, Ficus hispida, Artocarpus elastica, Glohidion lubrum, Pleomele elliptica dan lain-lain. Pola sebaran kelas diameter batang pada pohon dan

Hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 10,409 dan nilai F hitung tersebut lebih besar dari pada F tabel atau nilai Sig.-nya di bawah 0,050 atau

augm ent ing surface wat er receives adequat e &amp; reliable t reat m ent before m ixing wit h nat ural wat er &amp; undergoing nat ural rest orat ion processes.. nat ural rest

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran CD interaktif Misi Bio efektif diterapkan pada siswa dengan kemampuan awal yang rendah, dari