• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kelayakan Restorasi Rusa Jawa Cerv (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Kelayakan Restorasi Rusa Jawa Cerv (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Kelayakan Restorasi Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Hutan

Pendidikan Wanagama I

Afrizal M. Alfarisi

Fakultas Kehutan Universitas Gadjah mada

Rusa Jawa (Cervus timorensis) merupakan satwa dilindungi Undang-Undang yang kini populasinya terancam secara global. Untuk menjamin kelestarian populasi Rusa Jawa, di Hutan Pendidikan Wanagama I, dilaksanakan kegiatan restorasi Rusa Jawa. Hutan Wanagama I dipilih menjadi lokasi restorasi dengan harapan sumber daya yang ada di Wanagama I mampu memenuhi kebutuhan populasi Rusa Jawa. Selain daya dukung habitat, masyarakat di sekitar Wanagama I diharapkan mendukung jalannya kegiatan restorasi Rusa Jawa di Wanagama I. Namun pada tahun ini perlu dilakukan studi kelayakan lokasi, untuk mengkaji apakah Wanagama I masih layak menjadi lokasi restorasi atau tidak.

Kelayakan lokasi dikaji dari tiga aspek, yaitu populasi, habitat dan sosial masyarakat. Populasi ditaksir menggunakan metode pellet count, di mana pada hasil pengamatan terjadi penurunan jika dibandingkan dengan populasi di awal restorasi, dari 20 menjadi 9 ekor. Untuk aspek habitat terbagi menjadi empat komponen, yaitu pakan, air, cover dan ruang. Dari hasil analisis data, Wanagama I mampu memenuhi kebutuhan rusa terhadap pakan, cover, air dan ruang. Kajian mengenai kelayakan dari aspek sosial masyarakat menggunakan data hasil wawancara ke masyarakat sekitar Wanagama I. Dari hasil wawancara, sebagian besar masyarakat mendukung kegiatan restorasi Rusa Jawa di Wanagama, namun masih ditemui kemungkinan keberadaan pemburu rusa di Wanagama I.

Dari kajian tiga aspek yaitu populasi, habitat dan sosial, Wanagama I masih layak dijadikan lokasi restorasi Rusa Jawa ditinjau dari aspek habitat. Namun belum layak jika ditinjau dari aspek populasi dan sosial masyarakat, karena terjadinya penurunan populasi dan kemungkinan adanya pemburu yang mempercepat laju penurunan populasi Rusa Jawa.

Kata kunci : Rusa Jawa, restorasi, populasi, habitat, sosial masyarakat

PENDAHULUAN

Rusa Jawa (Cervus timorensis)

merupakan salah satu satwa liar yang

terdapat di Hutan Pendidikan Wanagama

I. Populasi rusa jawa semakin menurun

karena tekanan lingkungan yang berupa

perburuan liar serta degradasi lingkungan

yang menyebabkan menurunnya daya

dukung terhadap keberadaan satwa

tersebut (Darmawan dalam Dewi, 2006).

Oleh karena itu restorasi Rusa Jawa perlu

dilakukan.

Daya dukung Hutan Wanagama I

sebagai habitat Rusa Jawa merupakan

salah satu faktor yang sangat penting

untuk kesuksesan restorasi Rusa Jawa

tersebut. Daya dukung habitat tentunya

berpengaruh terhadap kebutuhan hidup

(2)

ini Rusa Jawa antara lain adalah pakan,

air, cover dan space.

Kelayakan kondisi habitat di

Wanagama dapat diketahui dari aspek

dinamika populasi rusa, kondisi

lingkungan baik fisik maupun biotik,

serta sosial masyarakat sekitar lokasi.

Mengkaji dari aspek populasi rusa,

kondisi lingkungan baik fisik maupun

biotik, serta sosial masyarakat sekitar

hutan maka upaya restorasi habitat rusa

perlu dilakukan untuk mengembalikan

habitat Rusa Jawa sesuai dengan habitat

aslinya.

METODE PENELITIAN

Data yang diambil dalam penelitian

adalah data estimasi populasi rusa, data

komponen-komponen habitat dan data

aspek sosial masyarakat. Estimasi populasi

rusa diambil menggunakan metode pellet

count, dengan ukuran plot sampel 20 x 100

yang diletakkan sebanyak 3 plot dalam

satu petak Wanagama I. Pada metode

pellet count, waktu pengamatan adalah

selama 14 hari

Data habitat diambil menggunakan

berbagai metode, yaitu nested sampling,

protocol sampling dan kuadran. Nested

sampling digunakan untuk mengukur

jumlah rumput, semai, tumbuhan bawah,

sapihan, tiang dan pohon. Protocol sampling

digunakan untuk mengukur penutupan

vertikal, penutupan horizontal, kondisi fisik,

dan shrub density Keluaran dari

metode-metode pengukuran ini adalah gambaran

struktur vegetasi dan kondisi fisik habitat

Rusa Jawa. Pada aspek habitat, dilakukan

juga pengamatan mengenai pakan yang

dipilih oleh rusa dan juga produktivitas

pakan rusa di Wanagama I. Untuk

mengetahui pakan pilihan Rusa Jawa,

digunakan metode fecal analysis dengan

bahan kotoran rusa yang ditemukan di

Wanagama I. Untuk mengukur produktivitas

pakan, dibuat petak ukur permanen

sebanyak 35 petak ukur. Penempatan petak

ukur diletakkan secara purposive sesuai

dengan lokasi ditemuinya tumbuhan jenis

pakan rusa.

Data aspek sosial masyarakat diambil

dengan wawancara yang dipandu dengan

kuesioner. Sampel yang digunakan dalam

pengambilan data adalah masyarakat sekitar

hutan Wanagama I. Data yang diambil

adalah informasi mengenai persepsi

masyarakat terhadap kegiatan restorasi rusa

dan informasi mengenai kemungkinan

keberadaan pemburu di Wanagama I.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengambilan data onggokan

kotoran rusa dan analisis data, didapat

taksiran populasi Rusa Jawa di Wanagama I

sebanyak 9 ekor. Pada awal kegiatan

(3)

21 ekor. Beberapa kemungkinan yang

mengakibatkan pengurangan individu ini

adalah penempatan lokasi sampling yang

kurang representatif, kemungkinan lain

adalah populasi rusa benar-benar mengalami

penurunan.

Penurunan populasi rusa bisa disebabkan

oleh kematian alami atapun perburuan oleh

manusia. Berdasar informasi yang didapat

dari masyarakat sekitar hutan, ada

kemungkinan aktivitas perburuan rusa di

Wanagama I. Jika populasi rusa benar-benar

mengalami penurunan, maka populasi lebih

sulit untuk pulih lagi. Karena jumlah

individu yang terlalu kecil akan

memperbesar kemungkinan adanya

inbreeding. Inbreeding akan menurunkan

kualitas genetik individu rusa dan

mengurangi viabilitas rusa.

Dari jumlah populasi, bisa diketahui

kebutuhan pakan per hari populasi Rusa

Jawa. Menurut Bismark et. al. (2011),

umumnya satu individu rusa membutuhkan

pakan sebanyak 6 kg per hari. Dengan total

populasi 9 ekor, populasi Rusa Jawa

membutuhkan pakan setidaknya 54 kg per

hari. Dari hasil pengamatan kotoran rusa di

Wanagama I, dapat diketahui Rusa Jawa

memakan tumbuhan jenis Kolonjono,

Rumput Teki, Grinting, Sekopan, Waru

Kriting, Rumput Jarum, Kerinyu, Rondo

Moprol, Jarong Putihan, Alang-alang dan

Gamal.

Dari hasil analisis produktivitas pakan,

ketersediaan pakan Rusa Jawa di Wanagama

I sebesar 558,184 kg per hari. Dari hasil ini,

bisa diketahui Wanagama I masih layak

menjadi lokasi restorasi jika ditinjau dari

segi ketersediaan pakan.

Selain pakan, kebutuhan cover untuk

rusa juga perlu dipenuhi. Komponen

habitat yang bisa dimanfaatkan rusa Jawa

sebagai pelindung adalah struktur vegetasi

di habitatnya. Dari hasil pengamatan

struktur vegetasi di Wanagama I, lahan

seluas 600 Ha ini memiliki berbagai

macam struktur mulai dari area terbuka,

hutan area agroforestry, hingga hutan

dengan permudaan alami. Struktur yang

berbeda-beda ini merupakan kondisi yang

diperlukan untuk berbagai aktivitas harian

rusa seperti area terbuka untuk merumput

dan area ternaung untuk istirahat dan

sembunyi dari gangguan. Rusa Jawa

memperoleh pakan dari habitatnya, dan

ketersediaan pakan juga ditentukan oleh

berbagai faktor habitat di antaranya

struktur vegetasi. Struktur vegetasi yang

baik untuk populasi rusa adalah struktur

yang bisa digunakan untuk merumput dan

juga struktur vegetasi rapat untuk

bersembunyi. Struktur yang rapat baik bisa

digunakan rusa untuk bersembunyi, namun

jika terlalu rapat bisa berakibat

pengurangan produktivitas pakan rusa.

Untuk terus tumbuh, tumbuhan yang

(4)

matahari. Jika struktur vegetasi terlalu

rapat, maka penetrasi sinar matahari ke

tanah akan sangat sedikit dan

menyebabkan berkurangnya produktivitas

pakan rusa. Dari hasil perbandingan

struktur vegetasi dan penutupan vertikal

vegetasi, struktur vegetasi membentuk

penutupan namun masih bisa ditemui

adanya rumput dan tumbuhan yang

menjadi pakan rusa. Dari hasil ini, bisa

diketahui kondisi struktur vegetasi

Wanagama I layak dijadikan habitat untuk

restorasi populasi Rusa Jawa.

Rusa Jawa membutuhkan kondisi

habitat yang sesuai untuk beristirahat.

Kondisi habitat yang sesuai untuk rusa

adalah area terbuka untuk merumput dan

area tertutup untuk bersembunyi. Kondisi

penutupan ini bisa dilihat dari data

penutupan horizontal vegetasi.

Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata

penutupan semak sebesar 58,18%, rerata

penutupan belukar 47%, rerata penutupan

tiang 19% dan rerata penutupan pohon

19%. Dari data yang diperoleh, beberapa

plot merupakan area terbuka dengan

sedikit atau bahkan tidak ada penutupan

horizontal, dan sebagian area merupakan

area dengan banyak penutupan horizontal.

Kondisi ini mampu memenuhi kebutuhan

rusa.

Rusa membutuhkan kondisi cover

untuk aktivitas hariannya. Dari

pengamatan data struktur vegetasi,

penutupan vegetasi horizontal, penutupan

vegetasi vertikal dan shrub density, bisa

dikatakan Wanagama I mampu memenuhi

kebutuhan cover rusa. Jika mampu

memenuhi kebutuhan rusa, maka bisa

dikatakan Wanagama I layak dijadikan

habitat rusa dari segi cover.

Jika komponen pakan dan cover bisa

terpenuhi, komponen penting lain yang

perlu dikaji adalah keberadaan air untuk

kelerengan. Menurut Purnomo (2010), rusa

di Wanagama I menyukai area dengan

kelerengan curam. Kelerengan curam bisa

digunakan rusa untuk sembunyi dari

aktivitas manusia. Di Wanagama I, petak

14, 16 dan 18 merupakan area tempat

warga beraktivitas.

Selain komponen-komponen habitat

Rusa Jawa, aspek penting yang perlu

diperhatikan dalam pengelolaan Rusa Jawa

di Wanagama I adalah aspek sosial

(5)

memastikan keberhasilan program

restorasi Rusa Jawa, persepsi dan aktivitas

masyarakat harus searah dengan upaya

pelestarian Rusa. Dari hasil pengambilan

data, sudah ada sebagian masyarakat

mengetahui adanya restorasi rusa di

Wanagama I. Dari total sampel responden

yang mengetahui keberadaan Rusa Jawa di

Wanagama I, 43% responden menganggap

rusa sebagai gangguan karena memakan

tanaman pertanian di Wanagama I.

Kebanyakan responden yang mengakui

adanya gangguan rusa menyatakan hanya

membiarkan atau mengusir rusa yang ada

di lahan pertanian. Dari total semua

responden, sebagian masyarakat

menyatakan turut berpartisipasi dalam

pelestarian Rusa Jawa dan siap bekerja

sama dalam program pelestarian Rusa

Jawa, meskipun sebagian beranggapan jika

masyarakat sekitar hutan tidak memiliki

kepentingan untuk melestarikan Rusa

Jawa. Aspek sosial masyarakat yang perlu

diperhatikan adalah kemungkinan

pemburu di Wanagama I. Informasi yang

didapat dari hasil wawancara ini

menunjukkan, jika populasi Rusa Jawa di

Wanagama I kemungkinan terancam

perburuan. Asal dan tujuan dari pemburu

juga belum diketahui. Ada kemungkinan

jika pemburu rusa tidak tahu mengenai

perlindungan terhadap rusa. Kemungkinan

lain adalah pemburu sudah tahu, namun

tetap melakukan perburuan secara

sembunyi-sembunyi dan lolos dari

pengawasan pihak pengelola Wanagama I.

KESIMPULAN

Wanagama I masih layak dijadikan

habitat restorasi Rusa Jawa ditinjau dari

segi habitat, namun tidak layak dari segi

populasi dan sosial masyarakat karena

masih ada kemungkinan perburuan dan

penurunan populasi.

SARAN

Pada penelitian selanjutnya, perlu adanya

penempatan plot pengamatan yang lebih

representatif, untuk membuktikan terjadi

penurunan populasi Rusa Jawa. Jika

populasi Rusa benar-benar mengalami

penurunan, perlu dilakukan penambahan

populasi rusa untuk mencegah inbreeding.

Selain itu, untuk mencegah penurunan

populasi akibat perburuan, perlu adanya

penyadartahuan dan kegiatan patroli untuk

mencegah masuknya pemburu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1978. Pedoman Pengelolaan

Satwa Langka. Direktorat Jenderal

Departemen Kehutanan. Direktorat

PPA. Bogor.

Atmoko, T. 1987. Persepsi Penduduk

Setempat terhadap Proyek

Perkebunan Inti Rakyat. Tesis.

Fakultas Pasca Sarjana Universitas

(6)

Bemmel, A.C.Van. 1949. A revision on the

rusine deer in the Indo-Australian

Archipelago. Treubia 20: 191-262

pls. 1-5. map.

Bismark, R. M., Mukhtar, A. S.,

Takandjadji, M., Garsetiasih, R.,

Setio, P. Sawitry, R., Subiandono, E.

Iskandar, S. Kayat. 2011. Sintesis

Pengembangan Penangkaran Rusa

Timor. Balitbang Kehutanan. Jakarta

Boughey, A. 1973. Ecology of Population.

MacMillan Publishing Co. Inc. New

York.

Dewi, A.S. 2006. Studi Tingkat Kerugian

Petani Oleh Rusa Jawa (Cervus

timorensis Mul. & Schl) Di Sekitar

Petak 5 Hutan Wanagama I

Kabupaten Gunung Kidul. Skripsi

tidak dipublikasikan. Fakultas

Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta

Garsetiasih. 1996. Studi Habitat Dan

Pemanfaatannya Bagi Rusa (Cervus

timorensis) Di Taman Wisata Alam

Pulau Menipo Nusa Tenggara

Timur. Tesis tidak dipublikasikan.

Program Pasca Sarjana Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta.

Garsetiasih R dan M Takandjanji. 2006.

Model Penangkaran Rusa. Pusat

Penelitian dan Penembangan Hutan

dan Konservasi Alam. Departemen

Kehutanan. Bogor.

Hoogerwerf A. 1970. Ujungkulon. The

land of Javan rhinoceros. EJ

Brill-Leiden.

Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan Hutan

Tegakan Jati (Tectona grandis) dan

Eucalyptus pellita) pada Kawasan

Wanagama I. Sekolah Pasca Sarjana

UGM.Yogyakarta

Nugroho, A.D. 1992. Studi Ekologi Makan

Rusa Jawa (Cervus timorensis russa,

Mul. & Schl, 1844). Pada musim

Kemarau di Taman Nasional

Baluran. Skripsi tidak

dipublikasikan. Fakultas Kehutanan

Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Noerdjito dan Maryanto. 2007. Jenis-Jenis

Hayati yan Dilindungi

Perundang-undangan Indonesia. LIPI Press.

Cibinong.

Odum, E.P. 1990. Dasar-Dasar Ekologi.

Edisi Ketiga. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Palguna, H. 1998. Pola Perilaku Rusa

Jawa (Cervus timorensis russa, Mul.

& Schl.) di Beberapa Penangkaran

Milik Perhutani. Tesis tidak

dipublikasikan. Program Studi Ilmu

Kehutanan Jurusan Ilmu-ilmu

Pertanian Pasca Sarjana Universitas

(7)

Pattiselanno F, Tethool AN, Seseray DY.

2008. Karakteristik Morfologi dan

Praktek Pemeliharaan Rusa Timor di

Manokwari. Berkala Ilmiah Biologi

7 (2) : 61-67.

Purnomo, 2003. Studi Jenis Pakan Dan

Tingkat Kesukaan Pakan Rusa Jawa

(Cervus timorensis Mull & Schl,

1844) Skripsi Fakultas Kehutanan

(Tidak dipubliskan)

Semiadi, G. 2002. Perkembangan dan

Status Populasi Rusa di Alam dan

Penangkaran Menuju Status

Pemanfaatan. Makalah dalam

Seminar dan Lokalatih Rusa 19-21

Desember 2002. BKSDA.

Yogyakarta, Fak. Biologi, UAJY,

FKT UGM, Lembaga Studi dan

Konservasi Hidupan Liar.

Sody, HJV. 1940. Voortplantingstijden der

Javaanse Zoodieren. In : T Schroder.

1976. Deer In Indonesia.

Wageningen: Nature Conservation

Department, Agricultural University.

Supraptomo,H. 2006. Home Range dan

Kelimpahan Rusa Jawa di

Wanagama I Gunung Kidul.

Fakultas Kehutanan UGM.

Yogyakarta

Suratmo, F. G. 1979. Prinsip Dasar

Tingkah Laku Satwa Liar. Penerbit

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutedja, IGNN., Taufik, M. 1992.

Mengenal Lebih Dekat Satwa yang

Dilindungi. Mamalia. Biro

Hubungan Masyarakat, Sekretaris

Jenderal Departemen Kehutanan.

Syarief A. 1974. Kemungkinan Pembinaan

dan Pembiakan Rusa di Indonesia.

Direktorat Perlindungan dan

Pembiakan Alam. Bogor.

Takandjandji M. 2009. Desain

Penangkaran Rusa Timor

Berdasarkan Analisis Komponen

Bio-Ekologi dan Fisik di Hutan

Penelitian Dramaga, Bogor [Tesis].

Program Pasca Sarjana. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Takatsuki,S. 1978. Precision of Faecal

Analysis : A Feeding Experiments

with Penned Sika Deer. Biological

Institute, Faculty of Science, Tohoku

University Sendai, Miyagi. The

Journal of Mammalogical Society of

Japan. Vol 7, Nov. 4, pp 167-188

Tarumingkeng, R. C., 1994. Dinamika

Populasi: Kajian Ekologi Kuantitatif.

Pustaka Sinar. Harapan dan

Universitas Kristen Krida Wacana.

Utomo, C., T. Jakarta.

Trippensee, E.R. 1948. Wildlife

Management, Upland Game, and

General Principles. McGraw

(8)

Veevers-Carter. 1979. Nature

Conservation In Indonesia.

Published by PT. INTERMASA.

Jakarta.

Wijanarko. 1994. Studi Persepsi

Masyarakat terhadap Upaya

Konservasi Satwa Penyu. Skripsi.

Fakultas Kehutanan Universitas

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan pengembangan usaha beras merah organik UD Sirtanio ditinjau dari aspek finansial dan aspek non finansial serta

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ditinjau dari aspek hukum, 35 usaha gerabah anggota koperasi kasongan usaha bersama tidak layak untuk dijalankan, (2) ditinjau

Jawa Barat muda, betina muda dan anakan (bayi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: Pengamatan selanjutnya dapat 1) Mengetahui perilaku harian rusa tutul dilakukan

menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan.. Studi kelayakan peroyek atau bisnis adalah penelitian yang.. menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum,

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pendugaan Daya Dukung dan Model Pertumbuhan Populasi Rusa Timor di Cagar Alam/Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, Ciamis Jawa Barat

Hasil dari penelitian ini menunjukkan rencana Pendirian Rumah Makan Asri dinyatakan layak untuk dijalankan ditinjau dari aspek studi kelayakan3. Kata kunci: Analisis Studi

Studi kelayakan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembangunan IPAL layak atau tidak ditinjau dari aspek teknis, finansial, sosial ekonomi, dan lingkungan.. Berdasarkan

(2) Kemudian ditinjau dari aspek teknis dan operasional juga dikatakan layak karena adanya lokasi usaha yang jelas, dan layout usaha yang baik. (3) Ditinjau dari aspek