• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Guru Bidang Studi Membantu Mengata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Guru Bidang Studi Membantu Mengata"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU BIDANG STUDI MEMBANTU

MENGATASI KRISIS KEPERCAYAAN DIRI PADA

PERKEMBANGAN FISIK REMAJA USIA SEKOLAH

MENENGAH

OLEH:

KELOMPOK 4

ELFI SYAFRIDA TAUFIK

(4141141019)

NAZA MARIA RAMBE

WINNY AYUWIRA ASHARY

(4141141079)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada usia sekolah menengah, anak berada pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa inilah terjadi puncak pada perkembangan seorang anak. Di masa ini, perubahan-perubahan yang cepat mulai terjadi.

Salah satu perubahan yang secara nyata terjadi dengan cepat adalah perkembangan fisik pada remaja. Pada masa remaja awal (usia SMP) pertambahan tinggi anak melesat drastis, namun keseimbangan dengan bobot berat badannya belum seimbang menyebabkan anak tampak kurus dan tinggi. Namun saat mulai memasuki masa remaja akhir, postur tubuh mulai mengalami penyeimbangan sehingga bobot berat badan dan tinggi badan mereka tampak ideal.

Pada kenyataannya, petumbuhan dan perkembangan remaja ini tidak sama antara anak laki-laki dan anak perempuan. Pada anak perempuan mengalami masa pertambahan tinggi di usia yang lebih lambat dibanding anak laki-laki (anak perempuan usia 12-13 tahun sedangkan anak laki-laki usia 11-12 tahun). Walaupun hingga pada akhir masa remajanya tinggi badan anak perempuan akan lebih pendek 7 cm-10 cm dibanding anak laki-laki (Syarif et al, 2015).

(3)

merupakan kebalikan dari anak laki-laki yang otot dadanya lah mulai berkembang sehingga membentuk dada yang bidang.

Pada sebagian anak, terutama perempuan pengalaman-pengalaman perkembangan fisik dan seksual ini dirasakan sebagai sesuatu yang mengagetkan, mencemaskan, memberikan rasa takut atau bahkan rasa malu saat mengalaminya untuk pertama kali. Mereka kerap kali menutupi hal tersebut karena merasa hal tersebut merupakan hal yang memalukan untuk diceritakan. Terlebih lagi jika anak perempuan tersebut merupakan anak yang tertutup dan tidak terbuka terhadap orang di sekitar termasuk orang tuanya.

Sebagai pendidik, seorang guru perlu menghayati tahapan perkembangan yang terjadi pada siswa sehingga dapat mengerti segala tingkah laku yang ditampakkan siswa. Termasuk saat siswa mengalami masalah psikis yang berkaitan dengan perubahan fisik yang terjadi saat memasuki masa remaja.

Untuk itu guru bidang studi, terutama bidang studi biologi yang mana lebih memahami mengenai perkembangan fisik dan seksual remaja diharapkan mampu mengarahkan serta memberikan, pengertian, penyuluhan, umpan balik kepada remaja-remaja putri usia sekolah menengah dalam berbagai permasalahan mengenai perkembangan fisik serta tingkat kepercayaan diri yang dialami. Selain itu guru bidang studi juga diharapkan dapat membangkitkan kepercayaan diri serta potensi fisikal yang dimiliki remaja agar tidak terganggu karena perubahan-perubahan fisik yang sedang dihadapi.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan laporan rekayasa ide ini adalah untuk memaparkan peran guru dalam memberikan pengertian dan penyuluhan pada remaja putri usia sekolah menengah yang sedang mengalami proses perkembangan fisik dan seksual, dimana pada beberapa kasus siswa merasa cemas atau malu sehingga menurunkan tingkat kepercayaan dirinya.

(4)
(5)

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Gambaran Umum

Masa remaja awal merupakan masa peralihan anak menuju dewasa. Pada tahap ini anak mengalami percepatan pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikologis. Oleh karena itu, remaja sangan rentan mengalami masalah psikis.

Anak yang sedang mengalami perkembangan fisik di awal masa remaja mengalami peristiwa-peristiwa yang biasanya berlangsung cepat, drastis, dan tidak bearturan bermuara pada sistem reproduksinya yang mulai matang, dipengaruhi oleh hormon-hormon yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar.

Perubahan fisik hormonal yang cepat dan drastis ini memiliki pengaruh pada perkembangan psikologis anak dimana suasana hati anak pun mudah berubah-ubah dengan cepat. Mereka sangat rentan dengan pendapat orang lain terhadap diri mereka dan sangat memperhatikan citra diri (self-image).

Salah satu masalah yang kerap dialami remaja putri ini adalah timbulnya kecemasan, ketakutan, perasaan minder sehingga menurunkan tingkat kepercayaan diri mereka. Remaja putri akan menilai bahwa perubahan fisiknya akan membawa citra buruk bagi dirinya.

(6)

Bagi anak remaja yang tidak memiliki subjek yang tepat untuk menyampaikan keluh kesah mengenai masalah ini akan menjadi masalah yang sulit diatasi. Menurut Hurlock (1974) dalam Farida (2014) ketidak mampuan remaja untuk mengatasi masalahnya membuat banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.

Akibatnya, remaja yang pada awalnya hanya merasa cemas atau malu mengenai perubahan bentuk fisiknya kini berubah menjadi tidak percaya diri dalam melakukan kegiatan fisikal karena kurangnya penyuluhan dan tempat

sharing tentang apa yang mereka rasakan.

Rasa percaya diri merupakan perasaan yang membuat remaja putri mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya maupun terhadap orang lain, lingkungan serta situasi yang dihadapinya untuk meraih apa yang diinginkan. Rasa percaya diri membuat remaja putri merasa dirinya berharga dan dapat melakukan komunikasi dengan siapa pun (Farida, 2014).

Jika seorang remaja putri memiliki rasa percaya diri yang rendah akan merasa dirinya tidak berharga, selalu merasa khawatir, berpikiran buruk, merasa banyak kekurangan, takut mencoba hal baru. Supiyo (2008) dalam Farida (2014) menyampaikan bahwa: “krisis kepercayaan diri yang tidak segera diatasi akan menimbulkan: 1) tidak dapat bergaul dengan teman-teman lain secara wajar, 2) proses belajar menjadi terhambat, 3) kesulitan berkomunikasi, 4) pencapaian tugas perkembangan jadi terhambat, 5) terkucil dari lingkungan sosial, 6) mengalami depresi, 7) tidak berani melakukan perubahan.

(7)
(8)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Metode Pelaksanaan

Metode dan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan tugas rekayasa ide ini adalah wawancara. Wawancara yang dilakukan berupa wawancara tertulis menggunakan media sosial dan email.

3.2. Populasi dan Sampel

Tekni sampling digunakan dengan random sampling. Populasi yang diambil adalah remaja putri dengan rentang usia 14 – 18 tahun. Sampel yang digunakan adalah remaja putri yang mengalami kecemasan dan kepercayaan diri yang rendah dan remaja putri yang memiliki kepercayaan diri yang normal dan tidak mengalami kecemasan. Total sampel ada 10 orang remaja putri.

3.3. Waktu Pelaksanaan

(9)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Bentuk Wawancara

Wawancara dilakukan dengan memberi 3 tema pokok pertanyaan mengenai hal yang dirasakan saat pertama kali mengalami perkembangan fisik dan seksual memasuki masa remaja awal terhadap 10 orang remaja putri. Ada pun garis-garis besar pertanyaan yang diajukan adalah:

1. Saat pertama kali kamu mendapat menstruasi pertama atau tumbuh payudara, perasaan kamu bagaimana? Ada perasaan cemas atau tidak percaya diri? Atau merasa biasa saja?

2. Pada saat terjadi peubahan demikian pada fisik kamu, adakah penyuluhan dari orang tua, misalnya diberi pengertian kalau kamu sudah mulai dewasa, memberi motivasi untuk tetap percaya diri? Atau hanya diam saja?

3. Kalau guru di sekolah kamu bagaimana? pernahkah memberikan bimbingan atau sharing mengenai hal tersebut?

(10)

R3 Biasa saja Memberi nasehat Tidak ada

dan cemas Ada Tidak ada R6 Biasa saja Tidak ada Tidak ada R7 Terkejut Tidak ada Ada R10 Terkejut dan malu Ada Tidak ada Keterangan: R = Responden

(11)

namun tidak percaya diri saat mulai tumbuh payudara, orang tua R4 hanya memperkenalkannya dengan pembalut dan bra pelajar, tetapi tidak memberi nasehat atau motivasi, sedangkan guru R4 juga tidak memberikan penyuluhan dan tidak memotivasi. Responden 5 merasa cemas dan malu namun ia menyatakan dapat mengatasi hal itu, orangtua R5 memberikan nasehat dan motivasi namun gurunya tidak demikian. Responden 6 merasa biasa saja saat mengalami perubahan fisik di usia remaja, sayangnya baik orang tua maupun guru tidak memberikan penyuluhan atau motivasi terhadap hal ini. Pada responden 7 merasa terkejut saat mengalami perubahan fisik namun orangtua tidak memberikan motivasi maupun nasehat, sebaliknya guru melakukannya. Pada responden 8 awalnya pertumbuhan payudara merasa takut, saat haid pertama merasa senang, orangtua memberikan pengertian dan guru juga memberikan motivasi. Pada responden 9 merasa terkejut dan malu, orang tua memberikan pengertian, namun guru tidak. Pada responden 10 merasa terkejut dan malu, orang tua memotivasi R10 bahwa hal itu wajar dan tidak perlu malu, sedangkan guru R10 tidak.

7 dari 10 responden mengaku bahwa guru di sekolahnya tidak pernah melakukan bimbingan dan sharing kepada siswanya mengenai perubahan fisik pada remaja dan memotivasi tingkat kepercayaan diri siswa.

BAB V

(12)

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian dan hasil wawancara yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa 6 dari 10 (sebagian besar) remaja mengalami rasa cemas dan tidak percaya diri saat pertama kali mengalami perkembangan fisik di usia sekolah menengah (remaja awal). dari keenam remaja yang mengalami krisis kepercayaan diri tersebut ada 4 responden mengaku guru tidak memberikan bimbingan tentang perubahan fisik remaja dan tidak memotivasi tingkat kepercayaan diri mereka. Dari data seluruh sampel total ada 7 responden mengaku gurunya tidak memberi bimbingan mau pun motivasi pada masing-masing responden. Dari 10 sampel, hanya ada dua responden (R2 dan R8) yang dimotivasi oleh guru sehingga dapat mengatasi rasa tidak percaya diri, takut dan cemas dengan cepat. Adapun responden 5 dan 10 dapat mengatasi perasaan tersebut karena motivasi dari orang tua, bukan dari guru.

5.2. Saran

Sebagai orang tua kedua siswa saat di sekolah sebaiknya guru lebih memperhatikan perkembangan pada diri siswa. Terutama saat siswa memasuki masa remaja dimana terjadi perkembangan fisik serta psikis. Guru bidang studi diharapkan mampu memberi bimbingan, pengarahan, dorongan, memotivasi siswa di sela-sela jam pelajaran agar siswa tidak mengalami krisis perkembangan dan tingkat kepercayaan diri. Dengan meningkatkan kepercayaan diri siswa maka siswa akan berani tampil menunjukkan potensi yang dimilikinya sehingga menghasilkan siswa yang unggul.

(13)

Syarif, K., Nasrun, Nurarjani, P. Sembiring, Nurmaniah, Rahmulyani. 2015.

Perkembangan Peserta Didik. Medan: UNIMED Press

Farida, Nur Ida. 2014. Upaya Meningkatkan kepercayaan Diri Siswa Remaja Putri yang Mengalami Pubertas Awal Melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Role Playing di Kelas VII SMPN 13 Semarang Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas negeri Semarang

LAMPIRAN BIODATA

(14)

NIM : 4141141019

KELAS : BIOLOGI DIK C 2014

TEMPAT/TGL LAHIR : RANTAUPRAPAT / 23 NOVEMBER 1995

ALAMAT : PERUMNAS URUNG KOMPAS NO. 267 RANTAUPRAPAT

NAMA : NAZA MARIA BR RAMBE

NIM : 4143141043

KELAS : BIOLOGI DIK C 2014

TEMPAT/TGL LAHIR : 03 NOVEMBER 1997

ALAMAT : JL. PERJUANGAN GG LANGGAR

NAMA : WINNY AYUWIRA ASHARY

NIM : 4141141079

KELAS : BIOLOGI DIK C 2014

TEMPAT/TGL LAHIR : MEDAN / 03 JULI 1996

ALAMAT : JL. MAKMUR GG. ANGGREK 33 KAB DELI SERDANG

(15)
(16)
(17)

Referensi

Dokumen terkait

Tuti, Orang Tua Tika Dwi Astuti, Wawancara, Natar 30 November 2015.. Sehingga akhirnya manfaat peran dan perhatian orang tua, terutama ibu, hubungannya dengan pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis temukan dilapangan menyatakan bahwa “peran gur u dan orang tua dalam meningkatkan prsetasi belajar peserta didik bidang studi

yang diperoleh terkait dengan peran guru dan peran orang tua dalam meningkatkan. prestasi belajar peserta didik agama Islam, sehingga dari hasil wawancara

Tuti, Orang Tua Tika Dwi Astuti, Wawancara , Natar 30 November 2015.. Sehingga akhirnya manfaat peran dan perhatian orang tua, terutama ibu, hubungannya dengan

Pola asuh atau yang biasa disebut parenting merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum