1. `Latar Belakang penelitian
Pentingnya penggunaan obat yang rasional yaitu pasien akan menerima obat sesuai kebutuhan dan sesuai klinisnya dengan periode waktu dan jumlah yg sesuai dgn harga yg murah utk pasien dan masyarakat.
Karena menurut who sendiri Di seluruh dunia lebih dari 50% dari seluruh penggunaan obat-obatan tidak tepat dalam peresepan, penyiapan, ataupun penjualannya, sedangkan 50% lainnya tidak digunakan secara tepat oleh pasien. Pada penelitian sebelumnya pun hanya 1 parameter yg sdh rasional tetapi parameter yg lain blm rasional, krn permasalahan tsb maka perlu dilakukanx evaluasi rasionalitas penggunaan obat dr segi indicator peresepan.
2. Knp mengambil indicator peresepan
Who mengeluarkan 3 indikator utk menilai penggunaan obat yg rasional yaitu indicator peresepan, pelayanan, dan fasilitas. Knp indicator peresepan krn indicator peresepan adalah indicator lini pertama utk menilai penggunaan obat yg rasional selain itu indicator peresepan digunakan utk pola penggunaan obat dan dpt menggambarkan langsung penggunaan obat yg tdk sesuai.
3. Knp puskesmas rawat inap?
Berdasarkan kemampuan penyelenggarannya puskesmas dibagi menjd 2 yaitu puskesmas rawat inap dan non rawat inap. Puskesmas rawat inap ini berbeda dgn puskesmas non rawat inap dapat dilihat pada beban kerja yg tinggi, pelayanan kesehatan yg lebih bxk pd puskesmas rawat inap jd membutuhkan staf medis yg lebih bnyak drpd puskesmas non rawat inap. Jadi disini sy mau melihat apakah dgn beban kerja yg tinggi dan pelayanan kesehatan yg lebih bxk penggunaan obatx sdh rasional atau belum.
4. Apa itu observasional?
Observasional adl jenis penelitian yg dilakukan dgn cara pengamatan atau observasi. 5. Perbedaan dari criteria dan indicator?
Pengukuran penggunaan obat yg rasional bisa menggunakan criteria maupun indicator, kriteria2 penggunaan obat yg rasional menggunakan pengukuran secara klinis maksudnya bagaimana apakah obat yg diberikan itu sudah tepat indikasi, tepat obat dll, sedangkan pengukuran menggunakan indicator yaitu menggunakan parameter utk melihat apakah pnggunaan obatnya sudah sesuai dgn kebutuhan pasien, jika parameter2 tersebut sdh tercapai maka kemungkinan criteria penggunaan obatnya pun sdh tercapai jg, yg dmn dpt dlihat dr pnggunaan obat yg sesuai klinis dan kbutuhan pasien dan tdk merugikan pasien. 6. Apa itu penelitian deskriptif dan retrospektif
Retrospektif adl metode pengambilan data dgn mngambil data dari tahun-tahun sebelumnya. 7. Poli umum = Karena poli umum merupakan pelayanan yang paling banyak dikunjungi pasien
dibanding poli lain yang ada dipuskesmas.
8. Rentang pasien umur 15-55 tahun = karena pasien yang berumur dibawah 15 tahun tidak termasuk kriteria karena obat yang diresepkan biasanya berbentuk puyer, Dan kalau lebih dari 55 tahun (lansia) jelas terjadi polifarmasi karena adanya komplikasi penyakit pada lansia. Karena pada pasien anak dan lansia karakteristikx brbeda jd dpt mempengaruhi pola peresepan.
9. Simple random sampling (sampling acak sederhana) = yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dimana dari setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.
10. Pasien non rawat inap =
1) Pasien non rawat inap di puskesmas lebih dominan dibandingkan dengan pasien rawat inap 2) Program kesehatan yang dikeluarkan pemerintah seperti BPJS mengarahkan masyarakat
ketika sakit lebih dulu berobat ke puskesmas, dan bila membutuhkan penanganan lebih lanjut akan dirujuk ke rumah sakit.
3) Tidak semua puskesmas di Kota Kendari sudah memiliki fasilitas rawat inap.
11. Non Rawat Inap tidak ada peresepan injeksi = karena pada pasien non rawat inap tidak seharusnya diberikan obat dengan sediaan injeksi sebab penggunaan sediaan injeksi sangat sulit dilakukan sendiri oleh pasien, selain itu resiko efek samping penggunaan obat secara injeksi relatif lebih besar daripada penggunaan sediaan oral.
12. Manfaat penelitian dilakukan pertahun?
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya terletak pada penggunaan standar pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas, yang menggunakan Permenkes 2014 sedangkan penelitian ini menggunakan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas menurut Permenkes 2016. Perbedaan antara kedua pedoman ini yaitu dilakukannya pengawasan, pembinaan, dan pemberian bimbingan oleh BPOM selain Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sehingga hal ini akan mempengaruhi standar pelayanan kefarmasian di puskesmas (Menkes, 2014 dan 2016).
tahun untuk melihat profil pelayanan kefarmasian setiap tahunnya. Dengan melihat setiap tahunnya ini dapat dipetakan apa yang menjadi permasalahan untuk melakukan perbaikan bagi pelayanan kefarmasian selanjutnya. Kemudian dengan melihat profil setiap tahunnya, dapat digunakan sebagai informasi, perkembangan dan perbaikan pelayanan kefarmasian dalam bentuk kebijakan sehingga dapat dijadikan dasar pelayanan kefarmasian pada tahun-tahun yang akan datang. Penelitian-penelitian seperti ini sudah sering dilakukan, misalnya pada penelitian evaluasi pengelolaan obat yang diteliti dari 3 tahun terakhir secara berturut-turut untuk melihat pola pengelolaan obat setiap tahunnya dan dijadikan sebagai bahan informasi dan bahan perbaikan untuk pelayanan selanjutnya (Yusransyah, dkk., 2014). Perbedaan yang ketiga yaitu dengan sistem e-catalogue atau pengadaan obatnya dilakukan oleh pemenang tender dan setiap tahunnya pemenang tender tersebut berubah-ubah, sehingga dengan perubahan tersebut akan mempengaruhi pola peresepan obat dengan pemesanan obat yang berubah-ubah dari tendernya karena e-catalogue ini memiliki system tender terbuka bagi semua tender, dengan perubahan pengadaan obat untuk setiap tahunnya maka pola peresepan bisa berubah dan tidak bisa di prediksi.
13. Alasan rawat inap