• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI DALAM ACTIVE LEARNING tipe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KOMUNIKASI DALAM ACTIVE LEARNING tipe "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI DALAM ACTIVE LEARNING

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Presentasi

Mata Kuliah Komunikasi Pendidikan

Dosen Pengampu : Drs. H. Imam Mudjiono, M. Ag.

Disusun Oleh : Nama : Ika Nahdati Rahmah

NIM : 16422160 Kelas : C

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belajar adalah seperangkat kegiatan, terutama kegiatan mental intelektual, mulai dari kegiatan yang paling sederhana sampai kegiatan yang rumit.1 Kegiatan belajar sejatinya sudah dimulai sejak manusia dilahirkan ke dunia. Kegiatan belajar mempunyai taraf atau jenjang seiring dengan bertambahnya usia manusia. Di mulai dari belajar di lingkungan rumah atau keluarga hingga sekolah. Kegiatan pembelajaran di sekolah tentunya lebih terarah secara sistematik karena adanya orang-orang yang lebih berkompeten (guru) untuk mendidik manusia (siswa) tersebut. Melalui berbagai metode pembelajaran yang ada di sekolah salah satunya adalah metode pembelajaran aktif, siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya karena pada dasarnya setiap siswa merupakan insan yang aktif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya.

Pembelajaran aktif atau yang lebih sering dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Model pembelajaran ini sudah mulai dikembangkan di sekolah-sekolah Indonesia pada tahun 1979. Sistem pembelajaran ini seharusnya sangat bermanfaat terutama bagi peserta didik, karena peserta didik akan lebih leluasa bergerak, berpikir, dan menemukan hal-hal baru secara mandiri.

Namun, faktanya sampai sekarang sistem belajar-mengajar tersebut belum membudaya di Indonesia. Banyak sekolah-sekolah yang masih menerapkan sistem belajar satu arah dan masih terfokus pada seorang guru. Siswa secara tidak langsung dipaksa menjadi seseorang yang pasif karena hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dengan metode ceramah misalnya. Maka didalamnya tidak akan ada timbal-balik antara siswa dan guru seperti yang diharapkan dalam sistem pembelajaran aktif.

(3)

Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan dalam bentuk keaktifan siswa walaupun dalam kadar yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran aktif, seorang siswa merupakan inti dalam kegiatan belajar-mengajar. Siswa dipandang sebagai objek dan sekaligus subjek didalamnya. Dalam pembelajaran aktif posisi seorang guru hanya sebagai pemimpin dan fasilitator belajar bagi siswa. Namun disamping itu, sebelum melakukan pembelajaran dikelas guru juga harus membuat atau merumuskan bahan pelajaran yang menantang siswa untuk aktif mempelajarinya.

Maka untuk mewujudkan proses pembelajaran aktif yang sesungguhnya, diperlukan pemahaman secara mendalam tentang urgensi pembelajaran aktif, cara-cara pembelajaran aktif, dan prinsip-prinsip pembelajaran aktif itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja urgensi pembelajaran aktif?

2. Bagaimana cara-cara pembelajaran aktif?

3. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran aktif?

C. TUJUAN

1. Mengetahui urgensi pembelajaran aktif.

2. Mengetahui cara-cara pembelajaran aktif.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. URGENSI PEMBELAJARAN AKTIF

Pembelajaran aktif sangat diperlukan dan memiliki tingkat urgensi yang sangat tinggi. Dengan menggunakan sistem pembelajaran aktif maka diharapkan siswa lebih aktif dalam menggunakan pengetahuan utama mereka dalam membentuk pemahaman dari isi materi belajar yang disampaikan guru, siswa yang aktif berpikir secara kritis dan menciptakan pengembangan mereka, pembelajaran aktif dapat melatih siswa agar terbiasa mandiri dan percaya diri. Urgensi pembelajaran aktif bagi siswa yaitu sebagai berikut :

1. Melatih siswa untuk belajar bertanggung jawab terhadap pembelajaran dan pendidikannya.

2. Siswa dapat mencari teknik pemecahan masalah yang efektif.

3. Dengan sistem pembelajaran aktif, secara tidak langsung telah menyiapkan siswa ketika terjun ke dunia nyata (dunia kerja).

4. Meningkatkan jiwa kooperatif, keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi siswa dengan sebayanya.

5. Penguasaan materi pelajaran lebih besar karena keterlibatan secara langsung setiap siswanya.

(5)

Pembelajaran aktif bukan sekedar kegembiraan, meskipun belajar dapat berupa kegembiraan dan masih berfaedah. Sebenarnya, banyak teknik belajar aktif mengadakan peserta didik pada tantangan-tantangan yang tidak biasa yang mengharuskan kerja keras. Belajar aktif juga memiliki berbagai saran untuk membantu siswa merefleksikan apa yang telah mereka alami. Hal ini bermanfaat untuk menyampaikan pelajaran singkat setelah aktivitas belajar aktif untuk menghubungkan apa yang siswa telah alami dengan konsep yang diinginkan untuk memperoleh penyilangan. 2

B. CARA-CARA PEMBELAJARAN AKTIF

Beberapa cara atau metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran aktif antara lain :

1. Metode Tanya-Jawab

Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan yang penting sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan meningkatkan partipasi siswa dalam proses belajar, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa, mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, menuntut proses berpikir siswa, serta memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.

Terdapat beberapa cara untuk menggolongkan jenis pertanyaan, diantaranya :

a. Jenis Pertanyaan Menurut Maksudnya

1) Pertanyaan Permintaan (Compliance Question)

Pertanyaan yang mengharapkan agar orang lain mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.

2) Pertanyaan Retorik (Rhetorical Question)

(6)

Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru karena merupakan teknik penyampaian informasi kepada siswa.

3) Pertanyaan Mengarahkan atau Menuntun (Prompting Question)

Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses berpikir.

4) Pertanyaan Menggali (Probing question)

Pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.

b. Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom

1) Pertanyaan Pengetahuan (Recall Question/Knowledge Question)

Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya. Kata yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan biasanya : apa, dimana, kapan, siapa, sebutkan.

2) Pertanyaan Pemahaman (Comprehension Question)

Pertanyaan ini menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah diterimanya dengan kata-kata sendiri, atau menginterprestasikan atau membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan membandingkan atau membeda-bedakan.

3) Pertanyaan Penerapan (Application Question)

(7)

4) Pertanyaan Analisis (Analysis Question)

Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan cara mengidentifikasi motif masalah yang disampaikan, mencari bukti-bukti yang menunjang kesimpulan, menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada.

5) Pertanyaan Sintesis (Synthesis Question)

Jawaban dari pertanyaan ini ialah jawaban yang benar tidak tunggal, melainkan lebih dari satu, dan menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya.

6) Pertanyaan Evaluasi (Evaluation Question)

Pertanyaan semacam ini menghendaki siswa untuk menjawabnyadengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu issue yang ditampilkan.

c. Jenis Pertanyaan Menurut Luas-Sempitnya Sasaran

1) Pertanyaan Sempit (Narrow Question)

Pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang tertutup dan biasanya kunci jawaban telah tersedia.

2) Pertanyaan Luas (Broad Question)

Ciri dari pertanyaan ini jawabannya mungkin lebih dari satu sebab pertanyaan ini belum mempunyai jawaban yang spesifik sehingga masih diharapkan hasil yang terbuka.

Dalam mengajukan pertanyaan itu sendiri perlu diperhatikan faktor-faktor tertentu seperti kejelasan dan kaitan pertanyaan, kecepatan dan selang waktu, arah dan distribusi penunjukan, teknik reinforcement,

(8)

2. Metode Diskusi

Diskusi ialah proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempataan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.

Jenis-jenis diskusi kelompok yaitu, whole group, buzz group, panel, sundicate group, brain storming group, simposium, informal debate, colloquium, dan fish bowl.

Metode diskusi lebih cocok digunakan untuk mengetahui berbagai kemampuan yang ada pada siswa, memebri kesempatan untuk menyalurkan kemampuan siswa, dan membantu siswa belajar berpikir kritis.

3. Metode Kerja Kelompok

Merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang efektif untuk diterapkan kepada siswa. Pelaksanaan metode kerja kelompok menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar-mengajar yang menggunakan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah. Bagi mereka yang belum terbiasa dengan menggunakan metode ini, maka memerlukan waktu untuk berlatih.

Aspek-aspek kelompok yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok ialah :

a. Tujuan

(9)

apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Itulah sebabnya dalam setiap kerja kelompok perlu didahului dengan kegiatan diskusi untuk menentukan kerja apa oleh siapa.

b. Interaksi

Dalam kerja kelompok ada tugas yang harus diselesaikan bersama sehingga perlu dilakukan pembagian kerja. Salah satu persyaratan utama bagi terjadinya kerja sama adalah komunikasi yang efektif, perlu ada interaksi antaranggota kelompok.

c. Kepemimpinan

Tugas yang jelas, komunikasi yang efektif, kepemimpinan yang baik, akan berpengaruh terhadap suasana kerja, dan pada gilirannya suasana kerja ini akan mempengaruhi proses penyelesaian tugas. Karena itu maka produktivitas dan iklim emosional kelompok merupakan dua aspek yang saling terkait dalam proses kelompok.

4. Simulasi

Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari fakta simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah; dan simulation artinya tiruan atau perbuatan lyang pura-pura saja).

Simulasi memiliki tujuan untuk melatih keterampilan tertentu siswa, memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, dan sebagai latihan memecahkan masalah. Prinsip-prinsip simulasi diantaranya, dilakukan oleh siswa, semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing, penentuan topik disesuaikan tingkat kemampuan kelas, dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang lengkap, dan diusahakan terintegrasi dengan beberapa ilmu.

(10)

Sedangkan, menurut Hyman dalam bukunya Ways of Teaching,

simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam kelompok role playing. Bentu lain dari role playing adalah sosiodrama, permainan, dan dramatisasi.

5. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti : Bagaimana cara membuatnya? Terdiri dari bahan apa? Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya?

Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses, misalnya bekerjanya suatu proses, misalnya bekerjanya alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

Metode demonstrasi dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru. Siswa juga akan mendapatkan pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapan dan keterampilan. Selain itu, beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi.3

C. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN AKTIF

Proses belajar mengajar yang dapat memungkinkan cara belajar siswa aktif harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematik. Dalam pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar sehingga pada saat proses belajar-mengajar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal. Beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif yakni :

(11)

1. Stimulus Belajar

Merupakan suatu pesan yang diterima siswa dari gurunya melalui informasi dalam bentuk stimulus. Stimulus yang diterima oleh siswa biasanya dapat berbentuk verbal, visual, auditif, dan taktik. Suatu stimulus diharapkan benar-benar bisa mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak disampaikan oleh seorang guru kepada siswanya.

Agar pesan tersebut dapat diterima dengan baik oleh siswa maka diperlukan beberapa cara. Cara pertama, perlu adanya pengulangan dalam penyampaian pesan sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya. Cara kedua, yaitu siswa menyebutkan kembali pesan atau informasi yang telah disampaikan oleh guru. Dengan kedua cara itu diharapkan agar materi belajar yang telah disampaikan oleh guru dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

2. Perhatian dan Motivasi

Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar-mengajar. Tanpa adanya kedua hal itu maka hasil belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal. Stimulus yang telah diberikan oleh guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan motivasi dari siswa.

Dengan begitu diperlukan beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa. Adapun cara-caranya seperti : cara belajar yang bervariasi dalam pengulangan informasi, memberikan stimulus baru misalnya memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, ataupun diagram.

(12)

motivasi dari dalam dirinya, sedangkan stimulus dari guru akan mendorong motivasi dari luar (faktor eksternal). Memberikan pujian kepada siswa yang menunjukkan prestasi merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar dari luar diri siswa.

3. Respons yang Dipelajari

Belajar adalah proses yang aktif sehingga, apabila siswa tidak dilibatakan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respons siswa terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki.

Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk perhatian. Proses internal terhadap kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, dan melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru.

Semua bentuk respons yang dipelajari siswa harus menunjang tercapainya tujuan instruksional sehingga mampu mengubah perilakunya seperti tersirat dalam rumusan tujuan instruksional tersebut. Dalam proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar siswa yang dapat ditempuh melalui respons fisik (motorik) di samping respons intelektual. Respons-respons inilah yang harus ditumbuhkan pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya.

4. Penguatan

Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali manakala hal itu diperlukan. Ini berarti bahwa apabila respons siswa terhadap stimulus guru memuaskan kebutuhannya, maka siswa cenderung untuk mempelajari tingkah laku tersebut.

(13)

seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran, hadiah, dan lain sebagainya. Hal itu merupakan cara untuk memperkuat respons siswa. Sedangkan, penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respons yang dilakukan oleh siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.

5. Pemakaian dan Pemindahan

Pikiran manusia mempunyai kesanggupan informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi yang tidak terbatas ini maka penting sekali dilakukan pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan.

Pengingatan kembali informasi yang telah diperoleh tersebut cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang serupa. Dengan kata lain, perlu adanya asosiasi. Belajar dengan memperluas penggunaan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain yang serupa pada masa mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna berorientasi kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, pemberian contoh yang jelas, pemberian latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Siswa dihadapkan kepada situasi baru yang menuntut pemecahan melalui informasi yang telah dimilikinya.4

(14)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembelajaran aktif sangat diperlukan bagi siswa atau pelajar di Indonesia. Karena dengan adanya sistem pembelajaran aktif, siswa semenjak dini akan terbiasa lebih mandiri, memiliki pemikiran-pemikiran kreatif, dan mudah untuk memecahkan permasalahn secara logis. Maka pembelajaran aktif sangat penting diterapkan pada sekolah-sekolah di Indonesia.

Berikutnya, metode atau cara yang digunakan dalam pembelajaran aktif diantaranya ialah : metode tanya-jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, simulasi, dan metode demonstrasi. Seluruh metode tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang keseluruhannya sangat mendukung terlaksananya proses belajar-mengajar di dalam kelas.

Selanjutnya, terdapat beberapa prinsip dalam pembelajaran aktif yaitu stimulasi belajar, perhatian dan motivasi, respons yang dipelajari, penguatan, serta pemakaian dan pemindahan. Kelima prinsip tersebut hendaknya dipegang teguh sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan secara sistematik dalam kegiatan belajar-mengajar agar mendapatkan output atau hasil yang maksimal sebagaimana yang diharapkan dari pembelajaran aktif itu sendiri.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Drs., & Widodo Supriyono, 2004, Psikologi Belajar (Edisi Revisi),

Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Gulo, W., 2002, Strategi Belajar-Mengajar, Jakarta, PT Grasindo.

Hasibuan, J.J., & Moedjiono, 1986, Proses Belajar Mengajar, Bandung, CV. Remadja Karya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan Seni Beladiri Wing Chun di Kota Medan mengalami perkembangan yang sangat baik dari tahun 2005 sampai 2013.Itu terlihat dengan

kinerja dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran Memperbaiki dan mengembang- kan model pembelajaran inkuiri pada konsep listrik magnet menggunakan analogi berdasarkan

informasi mengenai budaya seni bela diri Wing Chun bagi masyarakat yang. tertarik mempelajari dan mendalami

Oleh karena itu, pasangan suami istri yang telah melakukan perkawinan menurut hukum agama (Islam), tetapi tidak tercatat atau dicatatkan, cukup dilakukan

19 Pemeriksaan pada penelitian ini juga menggunakan sampel cairan serebrospinal yang disentrifugasi terlebih dahulu, namun menunjukkan hasil yang lebih rendah dibanding

larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan komposisi yang disesuaikan dengan karakteristik etnosains untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui

Penelitian ini juga hanya menggunakan variabel Good Corporate Governance antara lain yaitu: kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, variabel kinerja

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun kemangi ( Ocimum basilicum Linn ) pada berbagai konsentrasi terhadap viabilitas Streptococcus mutans