• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Interpersonal antara Mentor d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Komunikasi Interpersonal antara Mentor d"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 JURNAL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Pada Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

dengan Minat Utama Komunikasi Massa

OLEH : Riki Dwi Indraha NIM. 0610023119

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

ABSTRAK

Riki Dwi Indraha. 2013. Jurusan Komunikasi. Bidang Minat Komunikasi Massa, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Brawijaya, Malang. Komunikasi Interpersonal antara Mentor dengan Siswa di Color Modelling School Malang sebagai Upaya Pengenalan Karakter Model pada Anak.

Dibimbing oleh Dyan Rahmiati dan Maya Diah Nirwana

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komunikasi interpersonal antara mentor dan siswa di Color Modelling School

Malang dalam upaya pembentukan karakter model pada anak. Karakter model anak merupakan sebuah komponen penting, baik secara fisik dan non fisik, yang harus dimiliki sebagai seorang model anak.

Penelitian ini menggunakan teori komunikasi interpersonal. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data primer dalam penelitian berupa wawancara dan hasil observasi, data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan peneliti serta website resmi perusahaan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi langsung, dan dokumen yang terkait. Teknik pemilihan informan dilakukan secara purposive sa mpling, dengan menggunakan teknik analisis data Miles dan Huberman.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa komunikasi

(3)

ABSTRACT

Riki Dwi Indraha. 2013. Department of Communications.

Interest in the field of Mass Communication, Faculty of Social

and Political Sciences Universitas Brawijaya, Malang. Interpersonal communication between Mentor to Students in Color Modeling School Malang as Character Recognition

ModelEfforts in Children.

Advised by Dyan Rahmiati and Maya Diah Nirwana

This study aimed to describe the interpersonal communication between the mentor and student in

Color Modeling School Malang in efforts to establish the character models in children. Character models are an important component of the child, both physical and non-physical, that must be owned as a

child model.

This study uses the theory of interpersonal communication. Types of research used in this study is descriptive qualitative. Primary data in the form of research interviews and observations, secondary data obtained from the documents, records and research the company's official website. Data was collected by in-depth interviews, direct observation, and related documents. Informant selection techniques by purposive sampling, using data analysis techniques Miles and Huberman.

This research found the interpersonal communication that occurs in the Color Modeling School is going well. Character models are

formed children include physical characteristics: appearance was always clean and tidy, as well as non-physical character which includes a good ethical manner.

(4)

PENDAHULUAN

Dewasa ini kebutuhan akan model semakin tinggi, apalagi profesi modelling saat ini tidak hanya berkutat di atas catwalk saja. Banyak model yang kini juga merambah dunia seni peran. Artis yang bermain dalam FTV, sinetron, bahkan film layar lebar tidak sedikit dari mereka yang berprofesi sebagai model, baik itu model yang masih aktif maupun yang sudah vakum. Mengingat masa karir seorang model begitu singkat, dalam usia tertentu model akan mengalami suatu proses regenerasi. Dunia modelling begitu ketat persaingannya, sehingga semakin dini model mengenal dan belajar fashion maka semakin panjang jenjang karirnya. Hal inilah yang kemudian memunculkan sekolah-sekolah model untuk anak, tujuannya mengenalkan dan mengedukasi anak-anak akan dunia modelling.

Mengikutsertakan anak ke dalam sekolah model merupakan salah satu cara orang tua dalam membentuk karakter anak. Usia anak-anak merupakan masa keemasan (Golden Age) dalam hidup manusia. Anak merupakan makhluk yang paling aktif dan peka dalam belajar mengkreasikan imajinasinya melalui apa yang sering dirasakan oleh panca indranya. Seperti apa yang disampaikan oleh Erikson

memandang ”periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Periode ini, anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan

dirasakan”1 .

1

Ernawulan Syaodih, op.cit

Kegiatan modelling punya beberapa manfaat untuk anak, diantaranya: anak dapat belajar lebih berani tampil di depan umum, anak lebih berani berinteraksi dengan orang lain (selain figur-figur yang selama ini selalu dekat dengannya), anak belajar bekerja sama dengan orang lain, anak belajar tentang kedisiplinan, serta dapat belajar menghargai dan toleran terhadap orang lain2. Selain manfaat secara psikis, kegiatan modelling jika ditekuni maka akan memberikan keuntungan finansial bagi model. Mengingat banyaknya ca sting untuk menjadi bintang iklan dan bintang

film “cilik” yang semakin masiv,

maka tak sedikit dari orang tua yang kemudian mengarahkan anaknya ke dunia modelling sebagai langkah awal untuk membentuk karakter anak.

Peran mentor di sekolah model begitu besar untuk membentuk basic skill modelling

pada anak-anak. Cara penyampaian materi tentu berbeda dengan murid usia remaja dan dewasa. Mentor harus menyesuaikan pendekatan komunikasi

interpersonal/antarpribadi pada anak-anak karena pendekatan seperti ini dinilai lebih efektif dalam menyampaikan pesan kepada anak-anak.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi hanya dapat terjadi bila para

2

Anonymous. Memotivasi Anak Menjadi

Model Cilik. Dalam

http://www.parenting.co.id/article/acara. parenting/memotivasi.anak.jadi.model.ci

lik/001/007/15 (pada hari jumat 29 maret

(5)

komunikatornya menggunakan sistem isyarat yang sama, Pittenger dkk.3 Pentingnya proses penyesuaian antara mentor dan murid dalam hal ini penggunaan bahasa yang mudah untuk dipahami dalam proses belajar mengajar, tentu akan berpengaruh terhadap pesan yang tersampaikan kepada murid. Devito menyatakan, orang tua dan anak-anak bukan hanya memiliki perbendaharaan kata yang berbeda, melainkan juga mempunyai arti yang berbeda untuk istilah yang mereka gunakan4. Mentor harus mampu menyesuaikan dan menyamakan mindset mereka tentang dunia modelling dengan para murid agar tercipta komunikasi yang efektif.

Color Modelling School

merupakan sekolah model nomor satu di kota Malang. Hal ini juga ditegaskan oleh Adit yang merupakan model dari Agency yang berbeda. Faktor yang membuat Color Modelling School disegani oleh kompetitornya adalah karena sekolah model ini telah menerbitkan beberapa artis serta bintang iklan yang sudah terkenal di Ibukota seperti Rizal Jibran, Fariz Jibran, Cindy Fatikasari, Della Puspita, Eza Gionnino, Mila Dewanti, Tiffani Hendrawan. Hal inilah yang membedakan sekolah model ini dengan sekolah model lain di kota Malang. Profesionalitasan dalam mendidik calon model merupakan pertimbangan utama peneliti memilih

3

Joseph A. DeVito. 1997. Komunikasi

Antarmanusia:Kuliah Dasar. Edisi

kelima. Diterjemahkan oleh Agus Maulana. Jakarta: Professional Books. Hal 40

4

Ibid hal 41

Color Modelling School sebagai obyek penelitian.

Faktor yang telah disebutkan di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti cara komunikasi interpersonal mentor Color Modelling School Malang kepada calon model anak yang mengikuti

modelling school dalam membentuk profesionalitas calon model anak. Karena peneliti beranggapan bahwa membentuk karakteristik anak membutuhkan komunikasi yang lebih rumit jika dibandingkan dengan usia remaja dan dewasa. Sehingga setelah melakukan beberapa pertimbangan maka peneliti mengambil judul penelitian

“Komunikasi Interpersonal anta ra Mentor dengan Siswa di Color Modelling School Malang sebagai Upaya Pengenalan Karakter Model Anak”

Komunikasi interpersonal dapat berupa verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tertulis. Menurut Hardjana5 komunikasi verbal meliputi bahasa dan kata. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam komunikasi selalu memiliki tujuan dan hampir pasti menemui hambatan dalam penyampaiannya.

Teori Peranan (Role Theory) memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memainkan

peranannya sesuai dengan “naskah”

yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang

5

(6)

baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan (role expectation) dan tuntutan peranan (role demands), memiliki keterampilan peranan (role skills), dan terhindari dari konflik peranan dan kerancuan peranan.6

Pembentukkan diri (self) juga mendapat pengaruh dari interaksi sosial dengan lingkungan sekitar anak. Fuller & Jacobs berpendapat bahwa pembentukkan self

dipengaruhi oleh 4 agen sosial7, yaitu: Keluarga, Kelompok sebaya atau sepermainan (peer group), Lembaga pendidikan, Media Massa

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini, adalah bagaimana komunikasi interpersonal antara mentor dengan siswa di Color Modelling School

Malang sebagai upaya pengenalan karakter model anak?

METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan secara mendalam. Berdasarkan penelitian yang telah ditetapkan, maka penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.8 Teknik

6

Jalaluddin Rakhmat. 2007. Psikologi

Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosdakarya, hlm 122

7

Ibid 8

Ibid hlm 69

pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian.9 Peneliti memilih Drs. Agoeng Soedir Poetra sebagai key informan, ada juga beberapa informan pendukung yaitu Lusy Deasyana yang berprofesi sebagai model senior serta menjadi Asisten teknik catwalk. Ada juga siswa model anak yang dipilih secara acak sebagai informan untuk mengkonfirmasi jawaban, serta sebagai acuan peneliti apakah komunikasi interpersonal yang dilakukan mentor berlangsung efektif atau memberikan dampak pada siswanya. Orang tua siswa juga dipilih oleh peneliti guna mengkonfrontasi data yang diperoleh dari key informan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Mentor dalam Pengenalan Karakter Model Anak pada Siswa di Color Modelling School Malang

Peran mentor hampir sama dengan peran guru dalam pendidikan formal. Color Modelling School

tidak akan dapat berjalan sejauh ini dan dikenal masyarakat tanpa adanya mentor. Seorang mentor harus memiliki pengetahuan, wawasan dan pemahaman yang luas tentang dunia

modelling, karena tidak mungkin bagi seorang mentor untuk langsung mengajar tanpa memiliki pengetahuan yang dalam mengenai dunia modelling. Pengetahuan, wawasan, dan pemahaman mengenai dunia modelling tentunya didapat

9

(7)

dari seorang mentor melalui pendidikan terlebih dahulu.

Peran mentor sangat penting dalam pembentukan karakter model anak pada siswa di Color Modelling School, karena mentor menjadi tempat siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai dunia modelling. Mentor memberikan materi mengenai

modelling pada siswa setiap pertemuan kelas yang telah ditentukan. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, mentor Color Modelling School berperan sebagai mentor, orang tua maupun teman.

Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan (role expectation) dan tuntutan peranan (role demands). Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam lingkungan sosial.

Tuntutan peranan (role demands) merupakan desakan sosial yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan, desakan tersebut dapat bersifat halus atau kasar. Tuntutan peran yang peneliti temui dilapangan

adalah ketika siswa “dipaksakan”

mengikuti sekolah model oleh orang tuanya, padahal ada sebagian siswa yang kurang berminat di bidang

modelling.

Komunikasi Interpersonal Verbal dan Nonverbal

Komunikasi interpersonal yang terjadi di Color Modelling School mayoritas bersifat verbal. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara penyampaian materi oleh mentor bersifat lisan bersamaan dengan

praktek langsung dari mentor yang kemudian diikuti oleh siswanya. Ketika akan mengajarkan materi catwalk misalnya, mentor memberikan arahan seperti

“Jalan....fokus...berhenti...pose

(hitungan 1,2,3,4)...jalan...pose lagi (1,2,3,4)...puter...jalan...pose

(1,2,3,4)...jalan lagi...”

Penggunaan komunikasi verbal dianggap lebih dapat diterima oleh siswa karena lebih mudah dipahami. Pengetahuan kognitif anak pada saat ini lebih dapat menerima komunikasi yang berbentuk verbal. penyampaian materi juga didukung oleh pemberian contoh terlebih dahulu oleh mentor, sehingga siswa didik lebih mudah memahami apa yang di instruksikan oleh mentor. Penggunaan bahasa-bahasa modelling yang lebih disederhanakan juga mempermudah pemahaman instruksi oleh mentor, misalnya dalam kategori dewasa dikenal istilah

stepturn (memutar 360º) namun pada kategori anak mentor lebih menyederhanakan bahasanya dengan

cukup mengistruksikan “berputar”.

Selama peneliti melakukan observasi di lapangan, peneliti tidak

menemukan komunikasi

(8)

mengajar karena komunikasi tersebut lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswanya.

Hambatan Komunikasi Interpersonal Mentor kepada Siswa

Penyampaian materi modelling

oleh mentor kepada siswanya tentu terdapat beberapa hambatan yang terjadi, sehingga mengakibatkan terganggunya penyampaian makna pesan yang terkandung dalam materi

modelling tersebut. Hambatan komunikasi interpersonal menurut DeVito ada tiga macam, yaitu: hambatan fisik, psikologi, dan semantik. Hambatan yang dialami mentor dalam melakukan proses belajar mengajar di Color Modelling School dapat diklasifikasikan kedalam hambatan psikologis seperti yang disebutkan oleh DeVito. Hambatan psikologi merupakan hambatan yang disebabkan karena interferensi kognitif atau mental, sedangkan bakat merupakan salah satu kemampuan kognitif yang dimiliki oleh seseorang. Ketika seseorang yang tidak berbakat dibidangnya, maka kemampuan kognitifnya di bidang tersebut juga tidak akan berjalan. Sedangkan hambatan yang pernah di alami oleh siswa merupakan hambatan yang bersifat fisik, karena hambatan yang terjadi berupa suara musik yang terlalu kencang, sehingga mengganggu pendengaran siswa.

Upaya Pengenalan Karakter Model Anak pada Siswa Color Modeling School Malang

Upaya pengenalan karakter model anak di Color Modelling School dapat dilihat dari materi yang

disampaikan dalam kelas modelling.

Menurut Agoeng (mentor), “ada

beberapa materi yang diajarkan pada anak-anak demi memunculkan karakter model pada anak, yaitu teknik catwalk dan koreografi; teknik foto model dan praktek foto; table manner (khusus remaja dan dewasa);

beauty class, make up dan hair do

(khusus remaja dan dewasa); etiket dan menambah rasa percaya diri;

public speaking, presenter dan reporter; pelajaran mode dan bintang

iklan”.

Karakter Model Anak yang Terbentuk pada Siswa Color Modelling School

Karakter model secara umum menurut Ratih Sanggarwaty,

“meliputi karakter secara fisik: kulit bersih dan sehat, terutama kulit wajah; postur tubuh seimbang dan proposional; rambut sehat, kuat, tidak patah-patah, dan tidak bercabang; kuku bersih dan terawat dengan baik; sederetan gigi yang putih, sehat dan bersih. Adapun karakter secara nonfisik yang meliputi: kecerdasan, wawasan yang luas, kepribadian yang kuat, kaya gaya dan ekspresi, perilaku yang baik, dan motivasi yang kuat”.

Untuk memperkenalkan karakter model secara fisik kepada anak diperlukan peran dari orang tua siswa. Mentor hanya menghimbau agar siswanya tampil rapi dan bersih, namun tidak mengajari materi make up kepada siswanya dan lebih memilih mengembalikan penampilan anak kepada orang tua mereka masing-masing. Sedangkan untuk pengenalan karakter model secara nonfisik yang berupa teknik-teknik

(9)

melalui materi yang disajikan oleh Color Modelling School seperti yang disajikan peneliti pada sub bab sebelumnya.

Siswa memperoleh pengenalan model tidak hanya dari materi yang diajarkan dari Color saja. Namun dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti media elektronik, media cetak, media online serta ada pula yang memperoleh pembelajaran modelling dari anggota keluarga yang juga pernah menggeluti dunia

modelling. Pembentukkan diri pada anak memang dapat diperoleh dari berbagai pengaruh dari interaksi sosial dengan lingkungan sekitar anak. Fuller & Jacobs berpendapat bahwa pembentukkan self

dipengaruhi oleh 4 agen sosial10, yaitu: Keluarga, Kelompok sebaya atau sepermainan (peer group), Lembaga pendidikan, Media Massa

Melihat pemaparan

pembentukan diri (self) oleh Fuller & Jacobs diatas serta data observasi peneliti tetang pengenalan karakter model oleh Color Modelling School.

Peneliti memperoleh pemahaman bahwa untuk membentuk diri pada anak (pengenalan karakter model) tidak hanya dapat diperoleh dari lembaga pendidikan saja (Color Modelling School) namun juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar anak, dimulai dari keluarga yang mendukung dia, teman sebaya yang seprofesi dengan dia (ketika mengikuti lomba fashion anak), atau bahkan media massa (TV Fashion,

10

Anonymous. Artikel Berjudul ”Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian”. Dalam http://ringkasanmapel.blogspot.com/2012/02

/sosialisasi-dan-pembentukan-kepribadian.html (diakses pada 3

April 2013 pukul 16.51 WIB)

internet, majalah, video, dll), sehingga karakter model yang diinginkan dapat tercapai.

Karakter model anak tergantung pada bakat dan pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Semakin siswa memiliki pengalaman dalam dunia Modelling, maka karakter model pada anak akan muncul dengan sendirinya. Ada beberapa cara untuk meningkatkan pengalaman dan wawasan modelling

anak, misalnya browsing video modelling di internet, membaca majalah fashion, menonton fashion tv

dan yang paling penting mengikuti lomba-lomba fashion show. Peran orang tua dan mentor juga berpengaruh pada proses pembentukan karakter model pada anak. Orang tua bertugas mengetahui dan menggali bakat anak, sedangkan mentor bertugas mengasah kemampuan siswanya dengan pemberian materi modelling yang tepat. Karakter model pada anak baru benar-benar terlihat ketika anak berusia diatas 8 tahun dan sudah mengenal dunia modelling (baik itu mengikuti kelas modelling di Color maupun dari faktor lain) lebih dari satu tahun. Hal ini dikarenakan kognitif anak yang belum bisa menerima materi modelling yang diberikan mentor. Mereka perlu diajarkan secara berulang-ulang dan berkala demi memperoleh karakter model yang diinginkan.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Color Modelling School Malang, tentang komunikasi interpersonal antara mentor dengan siswa di Color Modelling School

(10)

karakter model anak, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Mentor berperan sebagai orang tua serta teman bagi siswa ketika proses belajar mengajar, sehingga tercipta kedekatan hubungan antara mentor dan siswa yang berdampak pada efektifitas penyampaian pesan tentang materi

modelling.

2. Tujuan komunikasi interpersonal antara mentor kepada siswa yaitu untuk menemukan atau menggali bakat

modelling pada diri siswa. Komunikasi interpersonal lebih ke komunikasi verbal, dimana komunikasi ini lebih mudah dipahami. Komunikasi verbal berupa penjelasan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak. Mentor juga memberikan contoh terlebih dahulu ketika memberikan materi sehingga mudah untuk ditirukan oleh siswanya. 3. Karakter model anak

dapat muncul apabila siswa berlatih dengan giat dan terus menerus.

Cara menambah

pengetahuan modelling

pada anak, salah satunya

dengan cara

mengikutsertakan anak di berbagai lomba fashion show serta melihat acara fashion di media massa,

baik media elektronik, cetak maupun internet. Karakter model anak dapat dilihat pada siswa yang telah mengikuti

Color Modelling School

selama lebih dari 1 tahun. Karakter model anak yang muncul adalah karakter fisik yang berupa penampilan siswa yang selalu rapi dan bersih. Adapula karakter nonfisik yang meliputi

sopan santun,

berwawasan, mandiri, motivasi serta rasa percaya diri yang tinggi.

Daftar Pustaka

Referensi Buku:

Abdullah, Salhah dan Mohd, Ainon. 2005. Guru Sebagai Mentor. Kuala Lumpur: PTS Professional.

Bungin, Burhan. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke

Arah Ragam Varian

Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

DeVito, Joseph A. 1997. Komunika si Antarmanusia:Kuliah Dasar. Edisi kelima. Diterjemahkan oleh Agus Maulana. Jakarta: Professional Books.

(11)

Hardjana, Agus M. 2003.

Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif,

Proses dan Konteks.

Bandung: Widya Padjadjaran.

Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknis Praktis Riset Komunika si: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi

Pemasa ran. Jakarta:

Kencana.

Kurniawan, Agung. 2005.

Transformasi Pelayanan

Publik. Yogyakarta:

Pembaruan.

Muhammad, Arni. 2009. Komunika si Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi

Komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sardiman, A.M. 1986. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Grafindo.

Sedarmayanti. 2004. Good Governance

(Kepemerintahan yang Baik) Bagian Kedua: Membangun Manajemen Sistem Kinerja

Guna Meningkatkan

Produktivitas Menuju Good Governance

(Kepemerintahan yang Baik).

Bandung: Mandar Maju.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitaif , Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 1987.

Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: ANDI.

Referensi Website:

Anna, Lusia Kus. 2013. Pentingnya Bermain Bebas bagi Anak. Online.

http://health.kompas.com/rea d/2013/02/12/15461520/Penti ngnya.Bermain.Bebas.bagi.A nak (diakses pada 3 April 2013 pukul 16.50 WIB)

Anonymous. Color Modelling

School. Online.

http://www.color- models.com/color-modelling-school.html (diakses pada 14 Maret 2013 pukul 17.53 WIB)

Anonymous. Definisi, Hakikat, Ciri-ciri dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi. Online.

http://catatan-anakfikom.blogspot.com/2012 /04/definisi-hakikat-ciri-ciri-dan-tujuan.html (diakses pada 14 Maret 2013 pukul 17.53 WIB)

(12)

http://www.lusa.web.id/komu

nikasi-antar-pribadi-

interpersonal-communication. (diakses pada 7 April 2013 pukul 16.15 WIB)

Anonymous. Memotivasi Anak Menjadi Model Cilik. Online.http://www.pa renting. co.id/article/acara.parenting/ memotivasi.anak.jadi.model.c ilik/001/007/15 (diakses pada 29 maret 2013 pukul 13.53WIB)

Anonymous. Pandangan Psikologi dan Sosiologi terhadap Pembentukan Self.

Online.http://worldofjolly.wo rdpress.com/2009/06/25/pand

angan-psikologi-dan-

sosiologi-terhadap-pembentukan-self/ (diakses pada 3 April 2013 pukul 16.51 WIB)

Anonymous. Pengertian Anak sebagai Makhluk Sosial. Online.

www.duniapsikologi.com/pen

gertian-anak-sebagai-makhluk-sosial (diakses pada 3 April 2013 pukul 07.00 WIB)

Anonymous. Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian.

Online.

http://ringkasanmapel.blogsp ot.com/2012/02/sosialisasi-

dan-pembentukan-kepribadian.html (diakses pada 3 April 2013 pukul 16.51WIB)

Kurnia, Ahmad. 2009. Manajemen

Komunikasi: Hambatan

Komunikasi. Online.

http://manajemenkomunikasi. blogspot.com/2009/12/hamba tan-komunikasi.html (diakses pada 7 april 2013 pukul 07.32WIB)

Syaodih, Ernawulan. Psikologi Perkembangan. Online.

http://file.upi.edu/direktori/fip /jur._pgtk/196510011998022 erna wulan_syaodih/psikologi _perkembangan.pdf (diakses pada 29 Maret 2013 pukul 13.53WIB.)

Referensi Jurnal: Online:

Maringka, Olivia N. E. 2013.

Efektivitas Komunikasi Keluarga pada Anak-anak Penggelut Dunia Modeling (Studi pada Masyarakat di Kelurahan Bahu). Online.

http://ejournal.unsrat.ac.id/in dex.php/actadiurna/article/vi ew/972 (diakses pada 3 April 2013 pukul 19.56WIB)

Pontoh, Widya P. 2013. Peranan Komunikasi Interpersonal Guru dalam Meningkatkan Pengetahuan Anak (Studi pada Guru-guru di Tk Santa Lucia Tuminting). Online.

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun disudutkan secara tidak langsung oleh pihak lain, akan tetapi dengan kebesaran hati dan tidak terlepas dari rasa persatuan kebangsaan Muhammadiyah tetap

Implementasi dari kegiatan ini adalah pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an kepada anak-anak usia dini, dari mengajari mereka mengaji, membaca surah-surah pendek,

Indonesia baru sebatas mengaturnya dalam Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Direktur

Gapura Angkasa dalam melakukan pengukuran kinerja menggunakan sistem balance score card.Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen (dan bukan sekedar sistem

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) kontribusi pemanfaatan perpustakaaan terhadap hasil belajar auditing,2) kontribusi intensitas belajar terhadap

Pada bagian ini diulas tentang proses bisnis impor barang, architectural spikes yang dihasilkan, pemodelan fungsional berupa activity diagram, pemodelan struktural

Team penyusun buku pedoman bahasa Arab, pedoman bahasa Arab pada PTAILIAIN, (Jakarta: PPSPA, 0۹66/٠hlm.66.. 2 فيقثت قيرط ةادأ يى ةءارقلاو

Kepuasan konsumen menjadi sangat penting karena pada kenyataan yang ada, konsumen yang tidak puas terhadap pelayanan jasa yang didapatkannya cenderung akan mencari penyedia layanan