• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Disiplin dan Pengawasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Primkopkar “Manunggal” Damatex- Timatex Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Disiplin dan Pengawasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Primkopkar “Manunggal” Damatex- Timatex Salatiga"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori adalah teori – teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk

memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan

(hipotesis), dan penyusunan instrumen penelitian1. Variabel yang diteliti dapat

dijelaskan melalui pendefinisian, uraian yang lengkap dan mendalam dari

berbagai sumber bacaan. Peneliti akan menguraikan secara sistematis teori – teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti, kerangka berfikir dan hipotesis

penelitian.

2.1 Kinerja Karyawan 2.1.1 Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang

ditetapkan untuk pekerja2. Pada hakikanya kinerja merupakan prestasi yang

dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai

dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. Pendapat lain

menyatakan bahwa kinerja adalah hasil pekerjaan yang dapat dicapai oleh

seseorang berdasarkan persyaratan - persyaratan pekerjaan (job requirement)3.

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan kinerja dalam

penelitian ini adalah pencapaian atau hasil kerja karyawan dalam melaksanakan

tugas sesuai dengan standar pekerjaan dalam suatu perusahaan berdasarkan

dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing.

1

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. (Bandung : Alfabeta, 2014) hlm.

283 2

Rivai dan Basri. Performance Appraisal: sistem yang tepat untuk menilai kinerja karyawan dan

meningkatkan daya saing perusahaan. (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2004) hlm.14 3

(2)

9 2.1.2 Indikator Kinerja

Indikator dari kinerja diantaranya4 :

1. Kuantitas hasil pekerjaan

Jumlah yang harus diselesaikan atau di capai. Pengukuran kuantitatif

melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini

berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.

2. Kualitas pekerjaan

Mutu yang dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran

mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan yaitu seberapa baik

penyelesaiannya, ini berkaitan dengan bentuk keluaran.

3. Ketepatan waktu

Waktu harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan secara optimal, penundaan

penggunaan waktu dapat menimbulkan berbagai konsekuensi biaya besar

dan kerugian.

4. Kehadiran

Tingkat kehadiran merupakan sesuatu yang menjadi tolak ukur sebuah

perusahaan dalam mengetahui tingkat partisipasi karyawan pada

perusahaan.

5. Kerjasama

Kemampuan bekerja sama dapat menciptakan kekompakan sehingga dapat

meningkatkan rasa kerja sama antar karyawan.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja karyawan

adalah sebagai berikut5 :

1. Faktor internal pegawai, yaitu faktor faktor dari dalam diri pegawai yang

merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia

berkembang. Faktor – faktor internal karyawan misalnya : a. Bakat dan sifat pribadi

4

Mathis,Robert L. dan John H. Jackson. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta :

Grafindo,2006) hlm : 378 5

Wirawan. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusi: Teori, Aplikasi dan Penelitian.(Jakarta

(3)

10

b. Kreativitas

c. Pengetahuan dan keterampilan

d. Pengalaman kerja

e. Keadaan fisik

f. Keadaan psikologi

2. Faktor faktor lingkungan internal organisasi, dalam melaksanakan

tugasnya, pegawai memerlukan dukungan organisasi tempat ia bekerja.

Dukungan tersebut mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai. Faktor – faktor yang mempengaruhi lingkungan internal organisasi yaitu :

a. Visi, misi, dan tujuan organisasi

b. Kebijakan organisasi

c. Kepemimpinan

d. Teknologi (robot, sistem produksi, dan sebagainya)

e. Budaya organisasi

f. Teman sekerja

3. Faktor lingkungan eksternal organisasi

Faktor - faktor lingkungan eksternal organisasi adalah keadaan, kejadian,

atau situasi yang terjadi dilingkungan eksternal organisasi yang

mempengaruhi kinerja karyawan. Faktor – faktor yang mempengaruhi lingkunngan eksternal organisasi yaitu :

a. Kehidupan ekonomi

b. Kehidupan politik

c. Kehidupan sosial

d. Budaya dan agama masyarakat

(4)

11 2.1.4 Manfaat Penilaian Kinerja

Beberapa manfaat dari pelaksanaan penilain kinerja terhadap karyawan yang

dilakukan oleh perusahaan, antara lain6 :

1. Meningkatkan prestasi kerja

Dengan adanya penilaian, baik pimpinan maupun karyawan memperoleh

umpan balik dan mereka dapat memperbaiki pekerjaan/prestasinya.

2. Memberikan kesempatan kerja yang adil

Penilaian akurat dapat menjamin karyawan memperoleh kesempatan

menempati sisi pekerjaa sesuai kemampuannya.

3. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan

Melalui pelatihan kinerja, terdeteksi karyawan yang kemampuannya rendah

sehingga memungkinkan adanya program pelatihan untuk meningkatkan

kemampuan mereka.

4. Penyesuaian kompensasi

Melalui penilaian, pimpinan dapat mengambil keputusan dalam menentukan

perbaikan pemberian kompensasi, dan sebagainya.

5. Keputusan promosi dan demosi

Hasil penilaian kinerja dapat digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan untuk mempromosikan atau mendemosikan karyawan.

6. Mendiagnosa kesalahan desain pekerjaan

Kinerja yang buruk mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam

mendesain pekerjaan. Penilaian kinerja dapat membantu mendiagnosis

kesalahan tersebut.

7. Menilai proses rekrutmen dan seleksi

Kinerja karyawan baru yang rendah dapat mencerminkan adanya

penyimpangan proses rekruitmen dan seleksi.

6

(5)

12 2.2 Disiplin Kerja

2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja

Displin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar

organisasi7. Pendapat lain mengemukakan bahwa disiplin kerja adalah suatu alat

yang digunakan manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka

bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk

meningkatkan kesadaran dan ketersediaan seseorang menaati semua peraturan

perusahaan dan norma- norma sosial yang berlaku8.

Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa latin “disipel” yang berarti

pengikut. Seiring dengan berkembangnya zaman, kata tersebut mengalami

perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut

dengan tata tertib.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan, maka yang dimaksud dengan

disiplin kerja dalam penelitian ini adalah sikap kesetiaan dan ketaatan seseorang

atau kelompok orang terhadap peraturan – peraturan baik yang tertulis maupun tidak yang tercemin dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan.

2.2.2 Masalah Disiplin Kerja

Beberapa masalah disiplin kerja berserta contohnya, yaitu9 :

1. Ketidakhadiran

Contohnya: ketidakhadiran, keterlambatan, penyalahgunaan hak cuti sakit.

2. Perilaku di tempat kerja

Contohnya: ketidakpatuhan, kegagalan, menggunakan alat pengaman,

penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan.

3. Ketidakjujuran

Contohnya: mencuri, bohong pada atasan, pemalsuan informasi pada surat

alamat.

7

Handoko, T. Hani.Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. (Yogyakarta : BPFE, 2012)

hlm. 208

8

Rivai dan Basri, op. cit,. hlm.444

9

(6)

13

4. Kegiatan di luar

Contohnya: bekerjaan untuk perusahaan bersaing, berbuat kriminal,

melakukan kegiatan pemogokan secara tidak sah.

2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Pada dasarnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan

karyawan, diantaranya10 :

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal. Hal ini

berarti bahwa tujuan atau pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan

harus sesuai dengan kemampuan karyawan yang bersangkutan, agar

karyawan dapat bekerja sungguh – sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.

2. Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan

karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan. Pimpinan harus

memberi contoh yang baik, karena dengan teladan pimpinan yang baik,

maka kedisiplinan karyawan akan baik. Sehingga para karyawan juga akan

berkelakuan baik.

3. Balas jasa

Balas jasa berupa gaji dan kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan

karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan pada karyawan,

sehingga apabila kepuasannya tercapai, maka kedisiplinan akan terwujud

dalam perusahaan.

4. Keadilan

Keadilan yang dijadikan dasar kebijakan dalam pemberian balas jasa atau

hukuman dapat menciptakan kedisiplinan karyawan yang baik. Keadilan

turut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena sifat manusia

yang selalu merasa dirinya penting dan minta diberlakukan sama dengan

manusia yang lain.

10

Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi Cetakan Kedelapan Belas. (Jakarta :

(7)

14

5. Pengawasan melekat

Pengawasan melekat ini yaitu atasan harus aktif dan turun langsung

mengawasi perilaku yang dilakukan karyawannya. Hal ini berarti atasan

harus selalu hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan

petunjuk kepada karyawan, apabila ada karyawan yang mengalami

kesulitan. Pengawasan melekat ini adalah tindakan yang paling efektif

dalam mewujudkannya kedisiplinan kerja para karyawan dalam perusahaan.

6. Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan

karyawan, dengan sanksi hukuman yang berat, maka karyawan akan

semakin takut melanggar peraturan – peraturan yang berlaku. Sanksi seharusnya tidak terlalu ringan atau terlalu berat, sehingga karyawan dapat

mengubah perilakunya dan tidak mengulanginya kembali. Sanksi hukuman

hendaknya cukup wajar agar bisa menjadi alat motivasi sehingga dapat

memelihara kedisiplinan karyawan.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan karyawan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk

memberikan hukuman kepada setiap karyawan yang indisipliner sesuai

dengan sanksi hukuman yang telah ditentukan. Pimpinan yang tegas dalam

menerapkan hukuman akan di segani dan diakui kepemimpinannya.

2.2.4 Indikator Disiplin Kerja

Disiplin lebih banyak bersumber dari dalam diri karyawan sendiri, yang

diperlihatkan dengan cara mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku dalam

melaksanakan pekerjaan. Indikator yang dapat digunakan untuk mengkaji disiplin

kerja karyawan adalah11 :

1. Kehadiran

Dengan datang ke kantor secara tertib, tepat waktu, dan teratur maka

disiplin kerja dapat dikatakan baik.

11

(8)

15

2. Ketaatan pada standar kerja

Tanggungjawab karyawan terhadap tugas atau pekerjaan yang diembannya.

3. Ketaatan peraturan kerja

Karyawan taat pada peraturan kerja dengan tidak melalaikan prosedur kerja

dan selalu mengikuti pedoman kerja yang ditetapkan perusahaan. Misalnya :

Berpakaian rapi dan seragam sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan

4. Tingkat kewaspadaan tinggi

Karyawan selalu berhati – hati, penuh perhitungan dan ketelitian dalam bekerja, serta selalu menggunakan waktu secara efektif dan efisien.

5. Bekerja etis

Karyawan tidak melakukan tindakan yang tidak sopan ke rekan kerja atau

terlibat dalam tindakan yang tidak pantas.

2.2.5 Jenis - Jenis Pendisplinan Kerja

Ada dua macam kegiatan pendisiplinan antara lain 12 :

1. Disiplin Preventif

Adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar

mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan – penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong

disiplin diri di antara para karyawan. Dengan cara ini para karyawan

menjaga disiplin diri mereka bukan semata – mata karena dipaksa manajemen.

Manajemen mempunyai tanggungjawab untuk menciptakan suatu iklim

disiplin preventif dimana berbagai standar diketahui dan dipahami.

2. Disiplin Korektif

Adalah kegiatan yang diambil untuk mengani pelanggran terhadap

aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran – pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa satuan bentuk hukuman dan di sebut

tindakan pendisiplinan. Sebagai contoh, tindakan pendisiplinan bisa berupa

peringatan atau skorsing.

12

(9)

16

3. Disiplin progresif

Disiplin progresif adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memberikan

kesempatan kepada karyawan agar mengambil tinadakan korektif sebelum

hukuman – hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran – pelanggaran yang berulang.

Sebuah contoh sistem disiplin progresif secara ringkas dapat ditunjukkan

sebagai berikut:

a.Peringatan lisan

Karyawan yang melakukan pelanggaran ringan akan menerima peringatan

lisan dari atasan langsung dan diberitahu bahwa jika masih mengulangi

perbuatannya, maka karyawan akan mendapat hukuman yang lebih berat.

b. Peringatan tertulis

Karyawan yang melanggar akan diberikan peringatan tertulis dari atasan

langsung. Peringatan ini masuk dalam arsip karyawan. Karyawan akan

diberikan sanksi yang lebih berat jika dalam periode tertentu tidak dapat

mengubah atau memperbaiki perilakunya.

c.Pemberhentian atau pemecatan

Karyawan diberhentikan atau dipecat dari pekerjaan karena kembali

mengulangi kesalahannya dengan melanggar peraturan.

2.3 Pengawasan Kerja

2.3.1 Pengertian Pengawasan Kerja

Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan – pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan atau hasil

yang dikehendaki13. Pendapat lain menyatakan pengawasan pada hakikatnya

merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu

bertindak sesuai dengan rencana14.

Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud dengan pengawasan kerja

dalam penelitian ini adalah kegiatan untuk menentukan standar pelaksanaan dan

13

Ibid

14

Reksohadiprodjo,Sukanto. Dasar – Dasar Manajemen Edisi Ke Lima, (Yogyakarta: BPFE,

(10)

17

tujuan perencanaan untuk menjamin agar semua pekerjaan dilaksanakan sesuai

dengan rencana yang telah ditentukan.

2.3.2 Tujuan Pengawasan Kerja

Beberapa tujuan dari pelaksanaan pengawasan kerja terhadap karyawan

yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain15:

1. Menjamin bahwa kebijaksanaan dan strategi yang telah ditetapkan

terselenggara sesuai dengan jiwa dan semangat kebijaksanaan dan strategi

yang dimaksud.

2. Menjamin bahwa anggaran yang tersedia untuk membiayai berbagai

kegiatan operasional benar – benar dipergunakan untuk melakukan kegiatan tersebut secara efektif dan efisien.

3. Menjamin bahwa para anggota organisasi benar – benar berorientasi kepada keberlangsungan hidup dan kemajuan organisasi sebagai keseluruhan dan

bukan kepada kepentingan individu yang sesungguhnya harus ditempatkan

di bawah kepentingan yang lebih penting dan lebih luas, yaitu kepentingan

organisasi.

4. Menjamin penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana kerja

sedemikian rupa sehingga organisasi memperoleh manfaat yang sebesar – besarnya dari sarana dan prasarana tersebut.

5. Menjamin agar standar mutu hasil pekerjaan terpenuhi semaksimal

mungkin.

6. Menjamin bahwa prosedur kerja ditaati oleh semua pihak.

2.3.3 Pentingnya Pengawasan Kerja

Faktor – faktor yang menyebabkan pentingnya pengawasan adalah 16 : 1. Perubahan yang selalu terjadi baik di luar maupun di dalam organisasi,

memerlukan perencanaan dan tentu saja perencanaan.

2. Kekompleksan organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya

desentralisasi kekuasaan.

15

Sondang P Siagian. Analisis Serta Perumusan Kebijakan Dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT

Gunung Agung, 1985) hlm 99 16

(11)

18

3. Kesalahan – kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan pengawasan dan pembenahan.

2.3.4 Macam – Macam Pengawasan Kerja

Pengawasan dapat dibedakan dalam beberapa macam sesuai dengan segi

yang dijadikan pangkal tolaknya yaitu17 :

1. Pengawasan dilihat dari segi bidang kerja atau obyek yang diawasi.

2. Pengawasan – pengawasan di bidang penjualan, produksi, pembiayaan, perbekalan, kualita, anggaran belanja, pemasaran, dan sebagainya.

3. Dilihat dari segi waktu pengawasan: pengawasan – pengawasan intern, eksternn, formal, informal, dan sebagainya.

4. Dilihat dari segi waktu pengawasan: pengawasan – pengawasan preventif, represif, tengah berprosesnya penyimpangan dan sebagainya.

5. Dilihat dari segi – segi lainnya: pengawasan – pengawasan umum, khusus, langsung, tak langsung, mendadak, teratur, terus – menerus, menurut asas kekecualian, dan sebaginya.

2.3.5 Proses Pengawasan Kerja

Proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan (langkah pokok) tertentu

yang bersifat fundamental bagi semua pengawasan manajerial. Langkah – langkah pokoknya meliputi18:

1. Penentuan ukuran atau pedoman baku (standart)

Standar digunakan sebagai alat pembanding didalam pengawasan, alat

pengukur untuk menjawab pertanyaan berapa suatu kegiatan atau sesuatu

hasil telah dilaksanakan, sebagai alat untuk membantu pengertian yang lebih

cepat antara pengawasan dengan yang diawasi, sebagai cara untuk

memperbaiki uniformitas.

2. Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah atau senyatanya

dikerjakan.

17

Lubis, op.cit hlm 159

18

(12)

19

Ini dapat dilakukan dengan cara : laporan (lisan atau tertulis), buku catatan

harian tentang bagan jadwal atau grafik produksi, inspeksi atau pengawasan

langsung, pertemuan/konperensi dengan petugas – petugas yang bersangkutan, survei yang dilakukan oleh tenaga staf atas badan tertentu.

3. Perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau pedoman

baku yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan – penyimpangan yang terjadi.

4. Perbaikan atau pembetulan terhadap penyimpangan – penyimpangan yang terjadi sehingga pekerjaan tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Bila hasil analisa menunjukkan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus

diambil.

2.4 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting19. Kerangka berpikir dalam penelitian ini akan menguraian model

hipotetis, definisi operasional dan skala pengukuran.

2.4.1 Model Hipotetis

Model hipotetis merupakan gambaran dari variabel – variabel penelitian. Pada penelitian ini akan dijelaskan variabel dependen dan independen. Variabel

dependen juga disebut terikat dan variabel independen disebut variabel bebas.

Suatu variabel di sebut dependen atau tidak jika nilai atau harganya ditentuan oleh

satu atau beberapa variabel lain. Pada hubungan ini variabel lain disebut variabel

independen atau variabel bebas20.

Pada penelitian ini variabel independen di nyatakan dengan notasi X, yaitu

terdiri dari disiplin (X1) dan pengawasan kerja (X2), sedangkan variabel terikat

dinyatakan dengan notasi Y. Variabel terikat yaitu variabel yang diamati dan

diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Pada

penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kinerja karyawan (Y) pada

Primkopkar “Manunggal” Salatiga.

19

Sugiyono, op.Cit hlm (60) 20

(13)

20

Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan model hipotetis penelitian

sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Hipotetis Kerangka Pemikiran Pengaruh Disiplin Dan Pengawasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di Primkopkar

“Manunggal” Salatiga

Keterangan :

: Pengaruh Fungsional

X1 : Disiplin kerja

X2 : Pengawasan kerja

Y : Kinerja karyawan

2.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk menjelaskan variabel dalam penelitian

tentang pengaruh disiplin dan pengawasan kerja terhadap kinerja karyawan Primkopkar “Manunggal” Salatiga.

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

2.4.2.1Disiplin Kerja (X1)

Disiplin kerja dalam penelitian ini adalah sikap kesetiaan dan ketaatan

seseorang atau kelompok orang terhadap peraturan – peraturan baik yang tertulis maupun tidak yang tercemin dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan.

(X1)

(Y)

(14)

21

Pada penelitian ini terdapat lima kriteria untuk mengukur disiplin kerja,

yaitu :

1. Kehadiran

Kehadiran berkaitan dengan datang dan pulang kerja secara tertib, tepat

waktu, dan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu tanpa menunda-

nunda.

2. Ketaatan peraturan kerja

Karyawan taat pada peraturan kerja dengan tidak melalaikan prosedur

kerja dan selalu mengikuti pedoman kerja yang ditetapkan perusahaan.

Misalnya : Berpakaian rapi dan seragam sesuai dengan peraturan yang

telah di tetapkan.

3. Ketaatan pada standar kerja

Tanggungjawab karyawan terhadap tugas atau pekerjaan yang

diembannya.

4. Tingkat kewaspadaan tinggi

Karyawan selalu berhati – hati, penuh perhitungan dan ketelitian dalam bekerja, serta selalu menggunakan waktu secara efektif dan efisien.

5. Bekerja etis

Karyawan tidak melakukan tindakan yang tidak sopan ke rekan kerja atau

terlibat dalam tindakan yang tidak pantas.

Pemberian skor menggunakan skala ordinal dengan lima skala, adapun

untuk masing – masing jawaban diberi skor sebagai berikut :

1) Jawaban Sesuai Kenyataan (S) = Jika lima indikator disipin kerja

dilaksanakan diberi skor 5

2) Jawaban Sebagian Besar Sesuai Kenyataan (SBS) = Jika empat indikator

disiplin kerja dilaksanakan diberi skor 4

3) Jawaban Cukup Sesuai Kenyataan (CS) = Jika 3 indikator disiplin kerja

dilaksanakan diberi skor 3

4) Jawaban Sebagian Kecil Sesuai Kenyataan (SKS) = Jika hanya 2 indikator

(15)

22

5) Jawaban Tidak Sesuai Kenyataan (TS) = Jika hanya 1 indikator disiplin

kerja yang dilaksanakan diberi skor 1

2.4.2.2Pengawasan Kerja (X2)

Pengawasan kerja dalam penelitian ini adalah proses untuk menentukan

standar pelaksanaan dan tujuan perencanaan untuk menjamin agar semua

pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Pada

penelitian ini terdapat empat kriteria yang digunakan untuk menilai pengawasan

kerja, yaitu :

1. Penetapan standar

Standar digunakan sebagai alat pembanding didalam pengawasan kerja

mengenai pekerjaan yang telah dilaksanakan. Penetapan standar berfungsi

untuk memudahkan manajer untuk mengkomunikasikan pelaksnaan kerja

kepada para bawahan secara lebih jelas dan tahapan – tahapan lain dalam proses perencanaan dapat ditangani secara efektif.

2. Pengukuran pelaksanaan kerja

Pengukuran pelaksanaan kerja Ini dapat dilakukan dengan cara : laporan

(lisan atau tertulis), buku catatan harian tentang bagan jadwal atau grafik

produksi, inspeksi atau pengawasan langsung, pertemuan/konperensi

dengan petugas – petugas yang bersangkutan, survei yang dilakukan oleh manajer.

3. Perbandingan pelaksanaan kerja dengan standar dan analisis

penyimpangan

Manajer membandingkan antara hasil pengukuran pelaksanaan kerja

dengan standar yang telah ditetapkan, tujuannya adalah untuk mengetahui

apakah diantaranya terdapat suatu perbedaan dan jika ada seberapa

besarnya perbedaan itu, kemudian untuk menentukan perbedaan itu perlu

diperbaiki atau tidak.

4. Perbaikan atas penyimpangan

Bila hasil analisa menunjukkan adanya tindakan koreksi, tindakan ini

(16)

23

Standar mungkin di ubah, perlaksanaan diperbaiki, atau keduanya

dilakukan bersamaan.

Pada pemberian skor menggunakan skala ordinal dengan lima skala, adapun

untuk masing – masing jawaban diberi skor sebagai berikut :

1) Jawaban Sesuai Kenyataan (S) = Jika empat indikator pengawasan kerja

dilaksanakan diberi skor 5

2) Jawaban Sebagian Besar Sesuai Kenyataan (SBS) = Jika tiga indikator

pengawasan kerja dilaksanakan diberi skor 4

3) Jawaban Cukup Sesuai Kenyataan (CS) = Jika dua indikator pengawasan

kerja dilaksanakan diberi skor 3

4) Jawaban Sebagian Kecil Sesuai Kenyataan (SKS) = Jika hanya satu

indikator pengawasan kerja dilaksanakan diberi skor 2

5) Jawaban Tidak Sesuai Kenyataan (TS) = Jika semua indikator pengawasan

kerja tidak dilaksanakan diberi skor 1

2.4.2.3Kinerja Karyawann (Y)

Kinerja karyawan dalam penelitian ini adalah pencapaian atau hasil kerja

karyawan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan standar pekerjaan dalam

suatu perusahaan berdasarkan dengan wewenang dan tanggungjawab

masing-masing.

Pada penelitian ini terdapat lima kriteria untuk mengukur kinerja, yaitu :

1. Kuantitas kerja

Berkaitan dengan target kerja yang telah ditetapkan dan hasil yang dicapai

oleh karyawan, serta volume pekerjaan yang karyawan lakukan telah

sesuai dengan standar perusahaan.

2. Kualitas kerja

Pekerjaan yang karyawan lakukan sesuai dengan standar kerja yang ada

berupa ketelitian, kerapian dan kelengkapan yang telah ditetapkan

(17)

24

3. Ketepatan waktu

Karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan pada waktu yang telah

ditetapkan serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk pekerjaan

yang lain

4. Kemandirian

Kemandirian berkaitan dengan kemampuan karyawan untuk bekerja dan

mengemban tanggungjawab secara mandiri dengan meminimalisir bantuan

orang lain.

5. Kerjasama

Berkaitan dengan kemampuan untuk bekerjasama dengan rekan kerja,

karyawan bersikap positif terhadap setiap pekerjaan tim dan karyawan

bersedia membantu anggota tim kerja dalam menyelesaikan pekerjaan.

Pada pemberian skor menggunakan skala ordinal dengan lima skala, adapun

untuk masing – masing jawaban diberi skor sebagai berikut :

1) Jawaban Sesuai Kenyataan (S) = Jika lima indikator dilaksanakan

diberi skor 5

2) Jawaban Sebagian Besar Sesuai Kenyataan (SBS) = Jika empat

indikator dilaksanakan diberi skor 4

3) Jawaban Cukup Sesuai Kenyataan (CS) = Jika tiga indikator

dilaksanakan diberi skor 3

4) Jawaban Sebagian Kecil Sesuai Kenyataan (SKS) = Jika hanya dua

indikator yang dilaksanakan diberi skor 2

5) Jawaban Tidak Sesuai Kenyataan (TS) = Jika hanya satu indikator

yang dilaksanakan diberi skor 1

2.4.3 Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang dan pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,

sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan

data kuantitatif21. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal.

21

(18)

25 2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian22.

Hipotesis Kerja I

Terdapat pengaruh positif antara disiplin terhadap kinerja karyawan Primkopkar “Manunggal” Salatiga. Artinya, semakin tinggi disiplin karyawan, maka kinerja karyawan akan semakin tinggi pula

Hipotesis Statistik

H0 : Y = F (X1) ≤ 0 H1 : Y = F (X1) > 0

Hipotesis Kerja II

Terdapat pengaruh antara pengawasan kerja terhadap kinerja karyawan Primkopkar “Manunggal” Salatiga. Artinya, semakin tinggi pengawasan kerja, maka kinerja karyawan juga akan semakin tinggi

Hipotesis Statistik

H0 : Y = F (X2) ≤ 0 H1 : Y = F (X2) > 0

Hipotesis Kerja III

Terdapat pengaruh antara disiplin dan pengawasan kerja terhadap kinerja karyawan Primkopkar “Manunggal”. Artinya semakin tinggi disiplin dan pengawasan kerja karyawan maka semakin tinggi pula kinerja karyawan Primkopkar “Manunggal”.

Hipotesis Statistik

H0 : Y = F (X1 . X2 ) ≤ 0 H1 : Y = F (XI . X2 ) > 0

22

Gambar

Gambar  2.1 Model Hipotetis Kerangka Pemikiran Pengaruh Disiplin

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, persepsi terhadap kepemimpinan transformasional adalah cara pandang karyawan pramuniaga terhadap kemampuan pemimpin toko buku Gramedia Padang dalam mengubah

Optimasi Produksi Klon Karet Melalui Sistem Eksploitasi Berdasarkan Metabolisme Lateks.. Prosiding Lokakarya Nasional Pemuliaan

Sekarang Pia Apple Pie merupakan salah satu dari 5 unit usaha yang dimiliki oleh Apple Pie Group , unit usaha yang lain adalah Macaroni Panggang (MP), MP steak,

Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas 29/7/2004 di kota Surabaya, Medan, Jakarta dan Makasar mengenai korupsi yang terjadi di tubuh organisasi

Mata tunas ditanam di media prakondisi selama 4 minggu (A), lalu disubkultur ke media perlakuan (B) dan pada 4 MST (minggu setelah tanam) di media perlakuan bakal tunas mulai

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Tingkatan perkembangan Posyandu desa Gunungpring sebagai berikut posyandu (54,5%) termasuk

Pemberdayaan masyarakat melalui budidaya aren telah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat tentang budidaya tanaman aren, menyediakan demplot

Awal usaha yang dilakukan oleh Masjoen ini, bermula dari sebuah impian Masjoen untuk memiliki sebuah bisnis keuangan yang tidak membebani para nasabah dengan bunga