• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1. Defenisi Komunikasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis tentang Pencabutan Banding oleh Ahok dalam Teks Berita Surat Kabar Online Kompas.Com

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1. Defenisi Komunikasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis tentang Pencabutan Banding oleh Ahok dalam Teks Berita Surat Kabar Online Kompas.Com"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Komunikasi

2.1.1. Defenisi Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari

kata Latin communis yang berarti “sama”. Istilah pertama (communis) paling

sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari

kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran,

suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi

kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi

hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran,” “Kita mendiskusikan makna,” dan “Kita mengirimkan pesan”. Setiap ahli mempunyai definisinya tersendiri mengenai arti dari komunikasi (Mulyana, 2003).

Berikut adalah beberapa definisi komunikasi menurut para ahli yang

dirangkum oleh Mulyana (2003):

1. Gerald R. Miller, Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan

suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk

mempengaruhi perilaku penerima.

2. Everett M. Rogers, Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan

dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka.

3. Raymond S. Ross, Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir,

memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa sehingga

membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya

yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.

4. Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante, Komunikasi adalah transmisi

informasi dengan tujuan mempengaruhi khalayak.

5. Harold Lasswell, Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah

(2)

6

Channel To Whom With What Effect?) Atau siapa mengatakan apa dengan

saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?

Berdasarkan definisi Lasswell dalam buku Suatu Pengantar Ilmu

Komunikasi (Mulyana, 2003) ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang

saling bergantung satu sama lain, yaitu:

1. Sumber (source), adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan

untuk berkomunikasi. Sumber juga boleh jadi seorang individu, kelompok,

organisasi, perusahaan, atau bahkan suatu negara.

2. Pesan, apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan

merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan,

nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen:

makna simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau

organisasi pesan.

3. Saluran/Media, alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan

pesannya kepada penerima. Saluran boleh merujuk pada bentuk pesan yang

disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal.

4. Penerima (receiver), yakni orang yang menerima pesan dari sumber.

Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola

piker, dan perasaannya, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan

seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang

dapat ia pahami.

5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut,

misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur,

perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan,

perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan

menjadi bersedia membelinya) dan sebagainya.

2.1.2. Komunikasi Massa.

Komunikasi massa diartikan secara sederhana sebagai proses

komunikasi menggunakan media massa. Teori komunikasi massa secara umum

membahas tentang pengaruh atau dampak pemberitaan media massa terhadap

(3)

7

sajian media terhadap masyarakat (Mc Quail,2011). Berikut bebrapa model

teori komunikasi massa yang di ungkapkan oleh Mc Quail :

1. Teori Peluru ( The Bullet Theory )

Teori ini menjelaskan bahwa pesan media dianggap sebagai peluru yang

disasarkan pada khalayak sedemikian rupa sehingga tak dapat dampak

dari pemberitaan media tak dapat dihindari oleh khalayak.

2. Teori Kultivasi

suatu teori tentang nilai-nilai yang disalurkan oleh media massa,

khususnya oleh televisi kepada khalayak. Khalayak menganggap bahwa

apa yang disampaikan melalui media televisi telah sesuai dengan fakta

yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

3. Teori Keheningan ( Spiral Of Silence Theory )

Teori ini menganggap bahwa khalayak akan berasumsi dan berpihak

pada pihak mayoritas yang diberitakan dan sebaliknya menekan pihak

minoritas dari sebuah permberitaan.

4. Teori Pengharapan Nilai ( The Expentancy Value Theory )

Teori ini menjelaskan bahwa khalayak mengharapkan pemberitaan

maupun tayangan televisi yang menghibur, sehingga ketika pemberitaan

maupun tayangan tidak sesuai yang mereka harapkan maka khalayak

akan mengabaikan media tersebut.

5. Teori Jarum Suntikm (Hypodermic Needle Theory)

Teori ini merupakan teori yang dapat membuat khalayak terpengaruh

pola pikir perilakunya dengan apa yang diberitakan atau ditampilkan

melalui media massa.

6. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa semakin sesoerang bergantung pada suatu

media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut akan

menjadi sesuatu yang penting bagi orang tersebut.

7. Teori Perbedaan Individu (Individual Differences Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa individu yang satu dengan individu lainnya

berbeda latar belakang baik segi pengetahuan, pengalaman, psikologis

(4)

8

dengan lainnya akan bersikap dan menilai sebuah pemberitaan media

dengan berlandaskan pada nilai yang dianut.

8. Teori Hubungan Sosial (Social Relationship Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa orang lebih banyak mendapatkan informasi

yang ada dimedia dari orang lain, melalui hubungan interaksi sosial.

9. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)

Dalam teori ini dijelaskan bahwa khalayak akan mempelaja, meniru dan

mempraktekan apapun yang mereka anggap penting dari apa yang

diberitakan maupun yang ditayangkan melalui media massa. Hal-hal

yang dipelajari akan dijadikan sebagai acuan dalam berpikir dan

bertingkah laku.

10.Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan (Uses and Gratication

Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa khalayak sangat bergantung dan

membutuhkan pemberitaan atau tayangan tertentu dari media massa

untuk kepuasan tertentu pula, sehingga khalayak akan memanfaatkan

media massa secara khusus untuk hal yang dibutuhkan dan

mengesampingkan informasi lain yang ada dalam media massa.

11.Teori Determinasi Teknologi (Technological Determinism Theory) Dalam teori ini dijelaskan bahwa peerubahan teknologi informasi sangat

penting bagi kehidupan manusia, sehingga perkembangan media massa

dalam memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi merupakan

hal yang penting bagi khalayak, karena dalam teori ini menekankan

bahwa media massa ibarat benda hidup yang perkembangannya selalu

dinantikan oleh khalayak.

12.Teori Konstruksi Sosial

Teori ini menjelasakn bahwa media dapat menciptakan konstruksi

social, merekonstruksi kembali sesuatu yang pernah terjadi layaknya

sebuah film, walaupun tidak sesuai dengan kenyataan yang pernah

(5)

9

13.Teori Penentu Agenda (Agenda Seting Theory)

Dalam teori ini menjelaskan bahwa setiap media dianggap penting oleh

khalayak untuk menentukan kebenaran akan suatu informasi kedalam

agenda publik.

14.Teori Media Klasik

Teori ini menjelaskan bahwa suatu media memiliki setiap media

memiliki ciri khas yang menonjol dalam hal apapun. Media dipandang

sebagai pikiran manusia yang diciptakan untuk menguasai manusia lain

(khalayak) untuk memaksakan manusia yang dikuasai tersebut percaya

atau sependapat dengan informasi yang disampaikan oleh media massa.

Media juga dijadikan sebagai alat untuk kepentingan tertentu seperti

hiburan, informasi, entertain, pendidikan dan lainnya.

2.2 Pesan

Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang mewakili

perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber. Menurut Onong Effendy, pesan adalah : “suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa atau lambang-lambang lainnya yang disampaikan kepada orang lain.” (Effendy, 2002). Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu adalah : “produk fiktif yang nyata yang dihasilkan oleh sumber-encoder.” (Siahaan, 1991).

Pesan mempunyai tiga komponen, yaitu makna, simbol yang digunakan untuk

menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah

kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan,

baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah dan sebagainya) ataupun tulisan

(surat, esai, artikel, novel, puisi, pamflet dan sebagainya). Kata-kata memungkinkan kita

berbagi pikiran dengan orang lain. Pesan juga dapat dirumuskan secara non verbal,

seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh.

Pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A.

Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan

(kecuali rangsangan verbal) dalam suatu komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan

(6)

10

pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak

disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan, seseorang

mengirim banyak pesan non verbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut

bermakna bagi orang lain (Liliweri, 2011)

Pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.

Hampir semua rangsangan wicara yang disadari termasuk ke dalam kategori pesan

verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan

dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol

dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan

dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan

pikiran, perasaan dan maksud seseorang. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang

merepresentasikan berbagai aspek realitas individual seseorang. Konsekuensinya,

kata-kata adalah abstraksi realitas manusia yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang

merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata itu (Mulyana, 2003).

Pesan dapat dimengerti dalam tiga unsur yaitu kode pesan, isi pesan dan wujud

pesan.

1. Kode pesan adalah sederetan simbol yang disusun sedemikian rupa sehingga

bermakna bagi orang lain. Contoh: bahasa Indonesia adalah kode yang

mencakup unsur bunyi, suara, huruf dan kata yang disusun sedemikian rupa

sehingga mempunyai arti.

2. Isi pesan adalah bahan atau materi yang dipilih yang ditentukan oleh

komunikator untuk mengkomunikasikan maksudnya.

3. Wujud pesan adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu sendiri,

komunikator memberi wujud nyata agar komunikan tertarik aka nisi pesan di

dalamnya.

Pesan juga dapat dilihat dari segi bentuknya. Menurut A.W. Widjaja dan M.

Arisyk Wahab terdapat tiga bentuk pesan, yaitu :

a. Informatif

Yaitu untuk memberikan keterangan fakta dan data kemudian komunikan

mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri, dalam situasi tertentu pesan

(7)

11 b. Persuasif

Yaitu berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran

manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan sikap berubah.

Tetapi berubahnya atas kehendak sendiri. Jadi perubahan seperti ini bukan

terasa dipaksakan, akan tetapi diterima dengan keterbukaan dari penerima.

c. Koersif

Menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan

sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal dari penyampaian secara inti adalah agitasi

dengan penekanan yang menumbuhkan tekanan batin dan ketakutan di

kalangan publik. Koersif berbentuk perintah-perintah, instruksi untuk

penyampaian suatu target. (Widjaja & Wahab, 2000)

Dalam menciptakan pengertian yang baik dan tepat antara komunikator dan

komunikan, pesan harus disampaikan sebaik mungkin. Sedikitnya ada Sembilan pesan menurut S.M. Siahaan dalam bukunya “Komunikasi Pemahaman dan Penerapan”, yaitu:

a. Pesan harus cukup jelas (clear), bahasan yang mudah dipahami, tidak

berbelit-belit, tanpa denotasi yang menyimpang dan tuntas.

b. Pesan itu mengandung kebenaran yang mudah diuji (correct), berdasarkan

fakta, tidak mengada-ada dan tidak diragukan.

c. Pesan itu diringkas (consice) dan padat serta disusun dengan kalimat pendek

(to the point) tanpa mengurangi arti yang sesungguhnya.

d. Pesan itu mencakup keseluruhan (comprehensive), ruang lingkup pesan

mencakup bagian-bagian yang penting dan yang patut diketahui komunikan.

e. Pesan itu nyata (konkret) dapat dipertanggung jwabkan berdasarkan data dan

fakta yang ada, tidak sekedar isu atau kabar angina.

f. Pesan itu lengkap (complete) dan disusun secara sistematis.

g. Pesan itu menarik dan meyakinkan (convincing). Menarik karena bertautan

dengan dirinya sendiri, menarik dan meyakinkan karena logis.

h. Pesan itu disampaikan dengan sopan (courtesy) harus diperhitungkan kadar

kebiasaan, kepribadian, pola hidup dan nilai-nilai komunikasi, nilai etis

(8)

12

i. Nilai pesan itu sangat mantap (consistent) artinya tidak mengandung

pertentangan antara bagian pesan yang lain. Konsistensi ini sangat penting

untuk meyakinkan komunikan akan kebenaran pesan yang disampaikan.

(Siahaan, 1991)

2.3 Analisis Wacana Kritis

Istilah wacana secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, artinya ‘berkata’ atau ‘berucap’. Kata tersebut mengalami perkembangan menjadi wacana. Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Istilah wacana

diperkenalkan dan digunakan oleh para linguis di Indonesia sebagai terjemahan istilah

dari bahasa Inggris discourse. Kata ini diturunkan dari dis (dan/dalam arah yang

berbeda) dan currere (lari) (Darma,2009).

Dalam buku Alex Sobur dituliskan pengertian wacana menurut Ismail

Maharimin, yakni sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut

urut-urutan yang teratur dan semestinya, komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan,

yang resmi dan teratur (Sobur, 2001). Sedangkan menurut Roger Flower dalam buku

Eriyanto mengatakan wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik

pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini

mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman

(Eriyanto, 2001). Mengenai pengertian analisis wacana, Alex Sobur berpendapat bahwa

wacana merupakan studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah mengenai

aneka fungsi (pragmatik) bahasa (Sobur, 2001).

Berdasarkan rumusan pendapat mengenai pengertian wacana tersebut, maka dapat dirangkum pengertian wacana itu adalah “sebuah cara mengkomunikasikan pikiran dalam bentuk lisan maupun tulisan yang teratur dan sistematis dalam kesatuan

bahasa yang besar, dengan tema-tema dan topik-topik yang disajikan kepada khalayak.”

Analisa adalah cara mengkaji soal dengan mencari unsur-unsur dasar yang

terkandung dalam persoalan tersebut dan kemudian menggali hubungan antara

unsur-unsur itu, proses pemecahan kasus secara teratur, terorganisasi, sistematis, dan langkah

menguraikan satu keseluruhan ke dalam bagian-bagian. Sedangkan analisis adalah

(9)

13

Dalam suatu studi terhadap media, terdapat beberapa pendekatan yang dapat

digunakan, yaitu analisis isi, analisis framing, analisis semiotika, dan analisis wacana.

Posisi keempatnya sama-sama berada dalam pembahasan terhadap isi media, khususnya

dengan metodologi kualitatif. Perbedaannya adalah pendekatan analisis isi hanya

bertujuan melihat peristiwa apa yang diberitakan pada suatu media (to find what),

sementara kegiatan pendekatan lainnya melihat bagaimana wartawan memandang suatu

peristiwa (to find how). Seiring perkembangannya, analisis isi dinilai memiliki banyak

keterbatasan untuk menganalisis isi pesan, terutama dalam menyingkap tingkat

ideologis suatu media.

Sementara seperti yang Alex Sobur katakan bahwa dengan analisis framing,

analisis semiotika, dan analisis wacana dapat dipahami bahwa isi media itu dipengaruhi

oleh berbagai komponen dalam institusi media itu sendiri (Sobur, 2001). Rincinya,

analisis isi hanya melihat apa yang tertulis dalam teks media. Analisis semiotika

meneliti tanda-tanda yang terdapat dalam bahasa atau gambar. Analisis framing

membedah cara-cara atau ideologi media dalam mengkonstruksi fakta dengan melihat

bagian-bagian yang ditonjolkan, dihilangkan, dan arah suatu pemberitaan. Sedangkan

analisis wacana melihat bagimana cara media atau wartawan mewacanakan suatu berita

dengan meneliti struktur dan kesinambungan suatu teks. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan pendekatan analisis wacana.

Pembahasan wacana pada segi lain adalah membahas bahasa dan tuturan itu

harus di dalam rangkaian kesatuan situasi penggunaan yang utuh. Analisis wacana lebih

menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori, dasar dari

analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari

metode interpretatif yang mengandalkan pengamatan dan penafsiran peneliti. (Eriyanto,

2001).

Ada tiga pandangan mengenai analisis wacana dalam bahasa. Pandangan

pertama dituturkan kaum positivism-empiris, menurutnya analisis wacana

menggambarkan tata tuturan kalimat, bahasa dan pengertian bahsa. Pandangan kedua

disebut konstruktivisme, yang menempatkan analisis wacana sebagai suatu analisis

untuk membongkar maksud dan makna-makna tertentu. Pandangan ketiga disebut

(10)

14

proses produksi dan reproduksi makna, di mana bahasa dipahami sebagai reprentasi

yang berperan dalam membentuk subyek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun

strategi-strategi di dalamnya (Badara, 2012). Paradigma kritis melihat bahwa media

bukanlah saluran bebas dan netral. Media justru dimiliki oleh kelompok tertentu dan

digunakan untuk mendominasi kelompok yang tidak dominan. (Eriyanto, 2001).

Pandangan ini melihat bagaimana kedudukan wartawan dan media yang bersangkutan

dalam keseluruhan proses berita.

Eriyanto (2001) memandang wacana dalam 3 pandangan, pandangan

positivisme-empiris, konstruktivisme dan kritis. Positivisme-empiris memandang bahwa

bahasa adalah jembatan antara manusia dan obyek di luar dirinya, sehingga analisis

wacana digunakan untuk menggambarkan tata urutan kalimat, bahasa dan pengertian

bersama. Para konstruktivisme memandang bahasa sebagai subyek yang memiliki

kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana,

sehingga analisis wacana digunakan untuk membongkar maksud atau makna tertentu.

Pandangan kritis menganggap bahasa sebagai representasi yang berperan dalam

membentuk subyek tertentu, sehingga analisis wacana digunakan untuk membongkar

kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa seperti batasan wacana, perspektif yang

dipakai, dan topik yang dibicarakan.

Analisis wacana kritis bukan hanya mempelajari mengenai bahasa. Bahasa

dalam analisis wacana dianalisis dengan menggambarkan dan menghubungkan dengan

konteks. Konteks yang dimaksudkan adalah bahasa yang digunakan untuk tujuan dan

praktik tertentu, termasuk praktik kekuasaan (Eriyanto,2001:7). Menurut Fairclough dan

Wodak (2001) analisis wacana kritis dalam pemakaian bahasa berupa kata-kata dan

tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial, yang berdampak menjadi efek ideologi

dimana ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kuasa yang tidak seimbang.

Kekuasaan yang didapat digunakan sebagai pembentukkan subyek dan

(11)

15

Analisis wacana kritis memiliki karakteristik menurut Teun A. van Djik,

Fairclough, dan Wodak (Eriyanto, 2001:8) :

1. Tindakan

Wacana dipahami sebagai suatu tindakan, dalam hal ini wacana dianggap sebagai suatu

interaksi. Interaksi yang dimaksudkan adalah tulisan dan tutur kata, sehingga tulisan dan

tutur kata dianggap sebagai wacana. Wacana dipandang sesuatu yang bertujuan baik

mempengaruhi, mendebat, atau membujuk, dan juga dipandang sebagai sesuatu yang

diekspresikan secara sadar dan terkontrol.

2. Konteks

Konteks wacana kritis melihat wacana dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis

pada suatu konteks tertentu. Guy Cook (2001:8) memandang konteks wacana sama

dengan konteks komunikasi, seperti siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan

mengapa, dalam situasi dan khalayak seperti apa dan sebagainya. Arti sempitnya

konteks dalam wacana digunakan untuk melihat latar belakang, situasi sebuah peristiwa.

3. Historis

Historis melihat wacana berada dalam sebuah konteks sosial, sehingga wacana

ditempatkan dalam konteks historis tertentu. Kontes historis akan melihat sejarah atau

cerita dibalik sebuah wacana atau melihat bagaimana keadaan saat wacana diproduksi.

4. Kekuasaan

Teks atau sebuah percakapan dipandang sebagai sebuah wacana. Wacana tersebut

bukan sebagai sesuatu yang ilmiah, wajar dan netral, namun wacana merupakan bentuk

pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan yang dimaksud adalah sebuah kunci

hubungan antara wacana dengan masyarakat. Memiliki kekuasaan berarti berhak

mengkontrol siapa yang perlu diwacanakan dan diwacanakan seperti apa, sehingga

wacana tersebut dipakai untuk mengkontrol pihak yang tidak dominan.

5. Ideologi

Dalam ideologi, memandang teks dan percakapan sebagai sebuah praktik ideologi atau

cerminan ideologi. Ideologi tersebut dibangun untuk mereproduksi/ melegitimasi

(12)

16 2.4. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4.

Penelitian Tedahulu

Penelitian Judul Konsep Metode Hasil Penelitian

(13)
(14)

18

Pikiran Rakyat

cenderung

Brandingg

Repitation negatif

Presiden SBY.

Analisis Produksi

Teks Kompas

cenderung

Branding

Reputation positif

Presiden SBY.

Dengan adanya beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan

untuk ini, dan sebagaimana dapat dilihat pada tabel diatas bahwa metode yang

digunakan adalah metode analisis wacana kritis dengan model Teun Van Djik, maka

peneliti merasa penting untuk menggambarkan perbedaan dari penelitian yang hendak

dilakukan dengan beberapa penelitian terdahulu diatas.

Peneliti melihat bahwa pada penelitian beberapa penelitian terdahulu diatas

secara secara konsep pada umumnya hanya menggambarkan bagaimana media

mengkonstruksi atau membangun sebuah teks, wacana, gambaran sebuah program acara

dan juga idelogi yang dibangun melalui media serta program acara yang diteliti. Peneliti

belum melihat adanya upaya untuk melihat lebih jauh tentang hal-hal yang sebenarnya

ingin disampaikan melalui teks serta wacana yang dikonstruksi oleh media yang diteliti

serta program acara yang diteliti sebelumnya. Untuk itu melalui penelitian ini peneliti

tidak sekedar mencari tau bagai mana media lewat program acaranya mengkonstruksi

teks, wacana serta ideologi yang dibangun tapi peneliti lebih jauh ingin melihat apa

yang hendak disampaikan di balik hal – hal tersebut.

2.5. Kerangka Pikir

Kasus penodaan agama yang menjerat Ahok sebagai terdakwa, berakhir dengan

putusan berupa hukuman 2 tahun penjara bagi Ahok dalam siding putusan pada tanggal

09 Mei 2017 lalu. Atas putusan ini, kuasa hukum dan keluarga Ahok sebelumnya

(15)

19

pada akhirnya dilakukan pembatalan untuk melakukan hal tersebut oleh pihak Ahok.

Pemberitaan mengenai pembatalan banding yang dilakukan, tercatat sebagai berita

utama pada surat kabar online Kompas.com sejak tanggal 21-24 Mei 2017. pemberitaan

mengenai sebua peristiwa pada media tidak terlepas dari idiologi media itu sendiri, serta

pengaruh sosial, ekonomi, politk dan budaya daerah tertentu, maka dapat dikatakan juga

bahwa lahirnya wacana pencabutan banding oleh Ahok yang muncul pada teks berita

pada surat kabar online Kompas.com, tidak terlepas dari hal-hal tersebut. Hal ini

tentunya mengaibatkan timbulnya berbagai opini masyarakat yang tentunya tidak

terorganisir serta menyebar secara luas dan disatukan oleh isu tertentu dengan adanya

kontak satu dengan yang lainnya, terutama melalui jeringan sosial

Dengan demikian, peneliti ingin melihat bagaimana pemberitaan tentang

pencabutan banding oleh Ahok pada media Online kompas.com berdasarkan analisis

wacana kritis. Peneliti akan menganalisis pemberitaan tersebut menggunakan model

analisis Teun A. Van Dijk. Pertama, peneliti akan menganalisis secara teks. Kemudian,

peneliti akan melihat kognisi dari wacana-wacana yang ada di media massa dan media

sosial. Setelah itu, dilihat konteks sosialnya dari kondisi-kondisi lokal, juga melihat

kondisi nasional saat ini. Selain itu dari hasil penelitian ini juga dapat dilihat kearah

mana opini publik digiring dalam pemberitaan Kompas.com mengenai pencabutan

(16)

20

Gambar 2.5.

Kerangka Pikir.

PEMBERITAAN KOMPAS.COM

(Pesan) ANALISIS WACANA

KRITIS (Teun van Djik dalam Eriyanto,

2001)

* Dimensi Teks * Dimensi Kognisi Sosial

* Dimensi Konteks Sosial

Kompas.com) SOURCE

* Tim Kuasa Hukum Ahok

* Veronica Tan

Gambar

Tabel 2.4.
Gambar 2.5.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan dengan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau ( Piper betle L .) 10 % dapat menghambat bakteri Pseudomonas aeruginosa yang

Struktur anatomi batang planlet tomat yang diimbas asam salisilat dibandingkan dengan kontrol terdapat perbedaan pada bagian epidermis, jari-jari empulur, dan

Dari Gambar tersebut terlihat juga pengurangan karbofuran tidak sebanding dengan pengurangan COD, hal ini disebabkan karbofuran yang digunakan mempunyai kemurnian yang

PENGURUS KOPERASI PEDESAAI{ / KIJI). DI WILAYAH KABUPATEN

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Kebutuhan akan kemudahan untuk mencari materi untuk mata kuliah Graph bias didapatkan melalui media internet, materi mengenai pewarnaan, jalur terpendek, latihan untuk pewarnaan

Selain itu, indikator kinerja program merupakan cerminan sebuah fungsi dari keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung) dimana pengukuran indikator ͞ hasil ͟

Hasil observasi terhadap aktivitas pembelajaran memiliki kecenderungan hubungan dengan hasil pencapaian elemen reasoning skill siswa.. Kata kunci: reasoning skill