• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publik 2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik - Implementasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2014 di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri (Studi Pada Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen Keca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publik 2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik - Implementasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2014 di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri (Studi Pada Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen Keca"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan berasal dari kata Policy dari bahasa inggris. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), kebijakan dapat diartikan sebagai rangkaian konsep dan

asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan, dan cara bertindak sedangkan publik bisa diartikan sebagai umum,

masyarakat, ataupun Negara.

Menurut Easton kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan

untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah

yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakt dan tindakan tersebut

merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk

dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.2

Menurut James E. Anderson mendefinisikan kebijakan publik sebagai

kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Walaupun

disadari bahwa kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh para aktor dan faktor dari

luar pemerintah. Kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat

2

(2)

oleh pejabat atau badan pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya bidang

pendidikan, politik, ekonomi, pertanian, industri, pertanahan dan sebagainya.3

Sedangkan menurut Harold Laswell dan Abraham Kaplam mendefinisikan

kebijakan publik sebagai suatu program yang di proyeksikan dengan tujuan-tujuan

tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu.4

Proses analisis kebijakan secara umum merupakan suatu proses kerja yang

meliputi lima komponen informasi kebijakan yang saling terkait dan dilakukan secara

bertahap dengan menggunakan berbagai teknik analisis kebijakan (Dunn).

2.1.2 Proses Analisis Kebijakan Publik

5

1. Penetapan agenda kebijakan (agenda setting)

Dalam memecahkan masalah yang yang dihadapi kebijakan publik, Dunn

mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus dilakukan yaitu :

Tahap penetapan agenda kebijakan ini, yang harus dilakukan pertama kali

adalah menentukan masalh publik yang akan dipecahkan. Pada hakekatnya

permasalahan ditemukan melalui proses problem structuring. Woll mengemukakan

bahwa suatu isu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda kebijakan apabila

memenuhi syarat berikut ini :

3

DRS.AG.SUBARSONO,M.Si.MA, Analisis Kebijkan Publik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), hal.2. 4

H.A.R Tilaar Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan (Yokyakarta: Pustaka Belajar,2008), hal. 183. 5

(3)

1. Memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat;

2. membuat analog dengan cara memancing dengan kebijakan publik yang

pernah dilakukan;

3. Isu tersebut mampu dikaitkan dengan simbol-simbol nasional atau politik

yang ada;

4. Tersedianya kegagalan pasar (maker failure);Tersedianya teknologi dan dana

untuk menyelesaikan masalah publik.

Menurut Dunn problem structuring memiliki 4 fase yaitu: pencarian masalah

(problem search), pendefinisian masalah (problem definition), spesifikasi masalah

(problem specification) dan pengenalan masalah (problem setting). Sedangkan teknik

yang dapat dilakukan untuk merumuskan masalah adalah analisis batasan masalah,

analisis klarifikasi, analisis hirarki dan brainstroming, analisis multi perspektif,

analisis asumsional serta pemeratan argumentasi.6

2. Formulasi kebijakan (policy formulation)

Berkaitan dengan policy formulation Woll berpendapat bahwa formulasi

kebijakan berarti pengembangan sebuah mekanisme untuk menyelesaikan masalah

publik, dimana pada tahap para analis kebijakan publik mulai menerapkan beberapa

teknik untuk menjustifikasikan bahwa sebuah pilihan kebijakan merupakan pilihan

yang terbaik dari kebijakan yang lain.dalam menentukan pilihan kebijakan pada tahap

ini dapat menggunakan analisis biaya manfaat dan analisis keputusan, dimana

6

(4)

keputusan yang harus diamblil pada posisi tidak menentu dengan informasi yang

serba terbatas.

Pada tahap formulasi kebijakan ini, para analis harus mengidentifikasikan

kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan melalui prosedur forecasting untuk

memecahkan masalah yang didalamya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan

kebijakan yang akan dipilih.

3. Adopsi kebijakan (policy adoption)

Tahap adopsi kebijakan merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan

melalui dukungan para stakeholders atau pelaku yang terlibat tahap ini dilakukan

setelah melalui proses rekomendasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi alternatif kebijakan (policy alternative) yang dilakukan

pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang diinginkan dan merupakan

langkah terbaik dalam upaya mencapai tujuan tertentu bagi kemajuan

masyarakat luas.

2) Pengidentifikasian kriteria-kriteria tertentu dan terpilih untuk menilai

alternatif yang akan direkomendasi.

3) Mengevalusi alternatif-alternatif tersebut dengan menggunakan

kriteria-kriteria yang relevan (tertentu) agar efek positif alternatif kebijakan tersebut

lebih besar daripada efek negatif yang akan terjadi.

(5)

Pada tahap ini suatu kebijakan telah dilaksanakan oleh unit-unit eksekutor

(birokrasi pemerintah) tertentu dengan memobilisasikan sumber dana dan sumber

daya lainya (teknologi dan manajemen), dan pada tahap ini monitoring dapat

dilakukan. Menurut patton dan sawicki bahwa implementasi berkaitan dengan

berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi

ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, meninterpretasikan dan

menerapkan kebijakan yang telah diseleksi.

Tahapan implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan dengan apa

yang terjadi setelah suatu perundang-undangan ditetapkan dengan memberikan

otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk output yang jelas dan dapat diukur.

Dengan demikian tugas implementasi kebijakan sebagai suatu penghubung yang

memungkinkan tujuan-tujuan kebijakan mencapai hasil melalui aktivitas atau

kegiatan dari program pemerintah.

5. Evaluasi kebijakn (policy assesment)

Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilain terhadap kebijakan

yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penilaian ini semua proses implementasi

dinilai apakah telah sesuai dengan yang telah ditentukan atau direncanakan dalam

program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran (kriteria-kriteria) yang telah

(6)

Menurut Dunn evaluasi kebijakan publik mengandung arti yang berhubungan

dengan penerapan skala penilaian terhadap hasil kebijakan dan program yang

dilakukan.7

7

(7)

Gambar 2.1 Proses Kebijakan Publik

Sumber: Dunn, 1994: 17

penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Penilaian Kebijakan Implementasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Perumusan

forecasting

Rekomendasi

kebijakan

Monitoring

b k

Evaluasi

(8)

2.2 Implementasi Kebijakan

2.2.1 Pengertian Implementasi

Implementasi kebijakan merupakan rangkain kegiatan setelah suatu kebijakan

dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah

dirumuskanakan sia-sia belaka. Oleh karena itulah implementasi kebijakan

mempunyai kedudukan yang penting didalam kebijakan publik.8

Mazmanian dan Sabatier mengatakan masalah imlementasi kebijakan berarti

berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program

diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang

terjadi setelah proses pengesahan kebijakan, baik itu menyangkut usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya maupun usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu

pada masyarakat ataupun peristiwa-peristiwa.

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah yang

telah dirancang atau didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.

9

Menurut George C. Edwards implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan

kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan

bagi masyarakat yang dipengaruhinya.10

8

Drs.Hessel Nogi S.Tangklilisan,M.Si, Kebijakan Publik Yang Membumi (yogyakarta: YPAPI,2003),hal.17.

9

Solihin Abdul Wahab, Pengantar Analisis Kebijakan Publik (malang: UMM Press, 2008), hal. 176. 10

(9)

2.2.2 Model Implementasi Kebijakan Publik

Dalam rangka untuk mengimplementasikan kebijakan publik, dikenal

beberapa model implementasi yaitu 11

A. Model Merilee S. Grindle

:

Keberhasilan implementasi Menurut Merilee S. Grindle dipengaruhi oleh dua

variabel besar yaitu :

1. Variabel isi kebijakan (contect of implementation)

a. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat

dalam isi kebijakan

b. Jenis manfaat yang diterima oleh target group

c. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan

d. Apakah letak sebuah program sudah tepat

e. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan

rinci

2. Variabel lingkungan kebijakan mencakup :

a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki

oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan

b. Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa

c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran

11

(10)

A. Model Van Meter dan Van Horn

Menurut Meter dan Horn ada 6 variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi,

yaitu :

1. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat

direalisir;

2. Sumberdaya implementasi berupa sumberdaya manusia maupun

sumberdaya non-manusia;

3. Hubungan antar organisasi Dalam banyak program, implementasi sebuah

program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu

diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu

program;

4. Karakteristik agen pelaksana adalah yang mencakup struktur birokrasi,

norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang

semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program;

5. Kondisi sosial, politik, ekonomi, variabel ini mencakup sumberdaya

ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi

kebijakan.

Disposisi implemator ini mencakup tiga hal yang penting, yakni :

1. respons implemator terhadap kebijakan, yang akan memenuhi

kemauanya untuk melaksankan kebijakan

2. kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan,dan

3. intesitas disposisi implemator, yakni preferensi nilai yang dimuliki

(11)

B. Model George C. Edwards III

Dalam pandangan Edwards III implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat

variabel, yaitu :

1. Komunikasi

2. Sumberdaya

3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

2.2.3 Model George C. Edwards III

Dalam penelitian ini saya menggunakan model implementasi George

C.Edwards Dalam pandangan Edwards ada Empat variabel yang berperan penting

dalam pencapain keberhasilan implementasi, yaitu12

1. Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan

dengan baik jika terjadi komunikasi yang efektif antara pelaksana program

(kebijakan) dengan para kelompok sasaran (target group). Ada beberapa hal

yang harus diperhatikan dalam proses komunikasi yaitu Trasmisi (cara

penyampain informasi), Kejelasan informasi, serta Konsistensi (dalam

penyampain informasi).

:

2. Sumber daya, setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang

memadai, baik sumber daya manusia maupun sumberdaya finansial. Sumber

12

(12)

daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implemator

yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya finasial

adalah kecukupan modal investasi atas sebuah program/kebijakan. Keduanya

harus diperhatikan dalam implementasi kebijakan pemerintah. Sebab tanpa

kehandalan implemator kebijakan kurang enerjik dan berjalan lambat dan

seadanya. Sedangkan sumberdaya finansial menjamin keberlangsungan

kebijakan. Tanpa ada dukungan finansial yang memadai, program tak dapat

berjalan efektifdan cepat dalam mencapai tujuan dan sasaran. Oleh karena itu

Untuk memenuhi sumberdaya agar berjalan secara efektif sangat diperlukan

staf/pegawai yang menjalankan program itu sendiri atau yang menangani

program tersebut dan fasilitas yang digunakan untuk mendukung berjalanya

suatu program.

3. Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada

implemator kebijakan. karakter yang penting dimiliki implemator adalah

kejujuran, komitmen, dan demokratis. Implemator yang memiliki komitmen

tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan diantara hambatan yang ditemui

dalam program/kebijakan. Kejujuran mengarahkan implemator untuk tetap

berada dalam aras program yang telah digariskan dalam guideline program.

Komitmen dan kejujuran membawanya semakin antusias dalam

melaksanakan tahap-tahap program secara konsisten. Sikap yang demokratis

akan meningkatkan kesan baik implemator dan kebijakan dihadapkan anggota

(13)

menumbuhkan rasa percaya dan kepedulian kelompok sasaran terhadap

implemator dan kebijakan.

4. Struktur Birokrasi, menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam

implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal

penting pertama adalah mekanisme/fragmentasi, dan struktur organisasi

pelaksana sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah

ditetapkan melalui standar operasional prosedur (SOP) yang dicantumkan

dalam guideline program/kebijakan. SOP yang baik mencantumkan kerangka

kerja yangjelas, sistematis, tidak berbelit-belit dan mudah dipahami oleh

siapapun karena akan menjadi acuan dalam bekerjanya implemator.

Sedangkan struktur organisasi pelaksana pun sejauh mungkin menghindari hal

yang berbelit, panjang dan kompleks. Struktur organisasi pelaksana harus

dapat menjamin adanya pengambilan keputusan atas kejadian luar biasa

dalam program secara cepat. Dan hal ini hanya dapatlahir jika struktur

didesain secara ringkas dan fleksibel menghindari “virus Weberian” yang

kaku, terlalu hirarkhis dan birokratis.

Keempat variabel diatas memiliki keterkaitan satu sama lainnya dalam

mencapai tujuan dan sasaran kebijakan. Semuanya saling bersinergi dalam mencapai

tujuan dan satu variabel akan sangat mempengaruhi variabel yang lain seperti dapat

(14)

Gambar 2.2

Faktor Penentu Implementasi Menurut Edwards III

Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi

Disposisi

Struktur Birokrasi

Sumber Edwards III, 1980: 148

2.3 Bantuan Oprasional Sekolah (BOS)

2.3.1 Pengertian Bantuan Oprasional Sekolah (BOS)

BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk

penyediaan pendanaan biaya operasi non-operasional bagi satuan pendidikan dasar

sebagai pelaksana program wajib belajar.

Menurut Peraturan Pemerintah 48 tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan,

(15)

pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan

sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, dan lain-lain,

Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang

diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.

2.3.2 Tujuan Bantuan Operasional Sekolah

Secara umum program BOS membantu meringankan beban masyarakat

terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.

Selain itu, diharapkan program BOS juga dapat ikut berperan dalam mempercepat

pencapaian standar pelayanan minimal di sekolah.

Secara khusus program BOS bertujuan untuk:

1. Membebaskan pemungutan bagi seluruh peserta didik SD/SDLB

SMP/SMPLB/ SD-SMP SATAP/SMPT Negeri terhadap biaya operasi

sekoah;

2. Membebaskan pungutan seluruh peseerta didik miskin dari seluruh pungutan

dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;

3. Meringankan bebaan biaya operasi sekolah bagi peserta didik di sekolah

swasta.

2.3.3 Sasaran Program dan Besar Baantuan

Sasaran program BOS adalah seluruh SD/SDLB dan SMP/SMPLB/SMPT,

(16)

diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di

Indonesia.

Dengan mempertimbangkan bahwa biaya operasional sekolah ditentukan oleh

jumlah peserta didik besar dan beberapa komponen biaya tetap yang tidak tergantung

dengan jumlah pesrta didik, maka dari mulai 2014 ini besar dana BOS yang diterima

oleh sekolah dibedakan menjadi dua kelompok sekolah, sebagai berikut:

1. Sekolah dengan jumlah perserta didik minimal 80 (SD/SDLB) dan 120

(SMP/SMPLB/Satap)

BOS yang diterima oleh sekolah, dihitung berdasarkan jumlah peserta didik dengan

ketentuan:

a. SD/SDLB : Rp 580.000,-/peserta didik/tahun

b. SMP/SMPLB/SMPT/Satap : RP 710.000,-/peserta didik/tahun

2. Sekolah dengan jumlah peserta didik dibawah 80 (SD/SDLB) dan 120

(SMP/SMPLB/Satap)

Agar pelayanan di sekolah dapat berjalan dengan baik, maka pemerintah akan

memberikan dana BOS bagi setingkat SD dengan jumlah peserta didik kurang dari 80

peserta didik sebanyak 80 peserta didik dan SMP yang kurang dari 120 peserta didik

sebanyak 120 peserta didik. Akan tetapi kebijakan ini tidak berlaku bagi

sekolah-sekolah dengan kriteria sebagai berikut:

(17)

b. Sekolah yang tidak diminati oleh masyarakatsekitar karena tidak berkembang

sehingga jumlah peserta didik sedikit dan masih terdapat alternatif sekolah

lain disekitarnya.

c. Sekolah yang terbukti dengan sengaja membatasi jumlah peserta didik dengan

tujuan untuk memperoleh dana Bos dengan kebijakan khusus .

Agar kebijakan khusus ini tidak salah sasaran dan menimbulkan efek negatif,

maka mekanisme pemberian perlakuan khusus ini mengikuti langkah sebagai berikut:

a. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota memverifikasi sekolah yang akan

mendapatkan kebijakan khusus tersebut.

b. Berdasarkan hasil verifikasi, Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota mengirim

surat kepada Tim Manajemen BOS Provinsi dengan dilampiri daftar sekolah

yang direkomendasikan dan daftar sekolah yang tidak direkomendasikan

memperoleh perlakuan khusus tersebut dengan diberikan data jumlah peserta

didik di tiap sekolah. Surat rekomendasi ini disampaikan kepada Tim

Manajemen BOS Provinsi hanya satu kali dalam satu tahun pada awal tahun

anggaran (periode penyaluran triwulan 1). Apabila Tim BOS Kabupaten/Kota

tidak mengirim rekomendasi tersebut, maka dianggap semua sekolah yang

jumlah peserta didiknya di bawah batas minimal berhak memperoleh alokasi

khusus.

c. Tim Manajemen BOS Provinsi menyalurkan dana BOS sesuai rekomendasi

Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota.Jadi jumlah dana BOS yang diterima

(18)

a. SD sebesar = 80 x Rp580.000,-/tahun

= Rp46.400.000,-/tahun

b. SMP/Satap sebesar = 120 x Rp710.000,-/tahun

= Rp85.200.000,-/tahun

Khusus untuk Sekolah Luar Biasa (SLB), terdapat 3 (tiga) kemungkinan yang

terjadi di lapangan:

a. SDLB yang yang berdiri sendiri tidak menjadi satu dengan SMPLB, dana

BOS yang diterima sebesar = 80 x Rp580.000,- = Rp46.400.000,-/tahun.

b. SMPLB yang berdiri sendiri tidak menjadi satu dengan SDLB, danaBOS yang

diterima sebesar = 120 x Rp710.000,- = Rp85.200.000,-/tahun.

c. SLB dimana SDLB dan SMPLB menjadi satu pengelolaan, danaBOS yang

diterima sebesar = 120 x Rp710.000,- = Rp85.200.000,-/tahun.

Untuk SMP Terbuka dan TKB Mandiri, jumlah dana BOS yangditerima tetap

didasarkan jumlah peserta didik riil karena pengelolaan dan pertanggungjawabannya

disatukan dengan sekolah induk. Sekolah yang memperoleh dana BOS dengan

perlakuan khusus iniharus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. Harus memberitahukan secara tertulis kepada orang tua pesertadidik dan

memasang di papan pengumuman jumlah dana BOSyang diterima sekolah;

(19)

c. Bagi sekolah swasta harus memiliki dampak terhadap penurunaniuran/beban

biaya yang ditanggung oleh orang tua.

2.3.4 Waktu Penyaluran Dana

Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode

Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember.

Pada tahun anggaran 2014, dana BOS akan diberikan selama 12 bulanuntuk

periode Januari sampai dengan Desember 2014, yaitu Triwulan Idan II tahun

anggaran 2014 tahun ajaran 2013/2014 dan Triwulan III dan IV tahun anggaran 2014

tahun ajaran 2014/2015.

Bagi wilayah yang sangat sulit secara geografis (wilayah terpencil)sehingga

proses pengambilan dana BOS oleh sekolah mengalami hambatan atau memerlukan

biaya pengambilan yang mahal, penyalurandana BOS oleh sekolah dilakukan setiap

semester, yaitu pada awalsemester.

Penentuan wilayah terpencil ditetapkan dengan ketentuansebagai berikut:

a. Unit wilayah terpencil adalah kecamatan;

b. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota mengusulkan nama-nama kecamatan

terpencil kepada Tim Manajemen BOS Provinsi,selanjutnya Tim Manajemen

BOS Provinsi mengusulkan daftar namatersebut ke Tim Manajemen BOS

(20)

c. Kementerian Keuangan menetapkan daftar alokasi dana BOS wilayah

terpencil berdasarkan usulan Kementerian Pendidikan danKebudayaan.

2.3.5 Sekolah Penerima BOS.

1. Semua sekolah SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SATAP/SMPT negeri

wajib menerima dana BOS;

2. Sekolah swasta yang menolak BOS harus melalui persetujuan orang tua

peserta didik melalui komite sekolah dan tetap menjaminkelangsungan

pendidikan peserta didik miskin di sekolah tersebut;

3. Semua sekolah SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SATAP/SMPT negeri

dilarang melakukan pungutan kepada orang tua/wali pesertadidik;

4. Untuk SD/SDLB swasta dan SMP/SMPLB/SMPT swasta dapat memungut

biaya pendidikan yang digunakan untuk memenuhikekurangan biaya investasi

dan biaya operasi;

5. Semua sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS yang

telah ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah;

6. Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang tua/wali

peserta didik yang mampu untuk memenuhi kekuranganbiaya yang diperlukan

oleh sekolah. Sumbangan dapat berupa uangdan/atau barang/jasa yang

bersifat sukarela, tidak memaksa, tidakmengikat, dan tidak ditentukan jumlah

maupun jangka waktupemberiannya;

7. Pemerintah daerah harus ikut mengendalikan dan mengawasi pungutan yang

(21)

tua/wali peserta didik tersebut mengikuti prinsipnirlaba dan dikelola dengan

prinsip transparansi dan akuntabilitas;

8. Menteri dan Kepala Daerah dapat membatalkan pungutan yang dilakukan

oleh sekolah apabila sekolah melanggar peraturanperundang - undangan dan

dinilai meresahkan masyarakat.

2.3.6 Program BOS dan Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu

Melalui program BOS yang terkait pendidikan dasar 9 tahun, setiappengelola

program pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut.

1. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses pendidikan

dasar 9 tahun yang bermutu;

2. BOS harus memberi kepastian bahwa tidak ada peserta didik miskinputus

sekolah karena alasan finansial seperti tidak mampu membelibaju

seragam/alat tulis sekolah dan biaya lainnya;

3. BOS harus menjamin kepastian lulusan setingkat SD dapatmelanjutkan ke

tingkat SMP;

4. Kepala sekolah SD/SDLB menjamin semua peserta didik yang akanlulus

dapat melanjutkan ke tingkat SMP/SMPLB;

5. Kepala sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah

dilingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;

(22)

7. BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua yang mampu, atauwalinya

memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikatkepada sekolah.

Sumbangan sukarela dari orang tua peserta didikharus bersifat ikhlas, tidak

terikat waktu dan tidak ditetapkanjumlahnya, serta tidak mendiskriminasikan

mereka yang tidakmemberikan sumbangan.

2.3.7 Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Dana BOS diterima oleh sekolah secara utuh, dan dikelola secaramandiri oleh

sekolah dengan melibatkan dewan guru dan KomiteSekolah dengan menerapkan

MBS sebagai berikut:

1. Sekolah mengelola dana secara profesional, transparan danakuntabel;

2. Sekolah harus memiliki Rencana Jangka Menengah yang disusun 4

Tahunan;

3. Sekolah harus menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalambentuk

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), dimana dana BOS

merupakan bagian integral dari RKAS tersebut;

4. Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus didasarkan hasil evaluasi diri

sekolah;

5. Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus disetujui dalam rapatdewan

pendidik setelah memperhatikan pertimbangan KomiteSekolah dan

disahkan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/kota (untuksekolah negeri)

(23)

2.4 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan secara abstrak

kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Melalui konsep peneliti dapat menyederhanakan pemikiranya dengan menggunakan

satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang

lainya13

1. Kebijakan Publik

. Maka untuk itu peneliti menguraikan definisi konsep sebagai berikut:

Kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dilakukan pemerintahlewat keputusan

bersama aktor-aktor politik untuk pencapaian tujuan negara secara utuh dengan cara

pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk

memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.

2. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan

struktur kebijakan. Tahap ini menentukan apakah suatu kebijakan yang telah

ditempuh oleh pemerintah benar-benar aplikabel di lapangan dan berhasil

menghasilkan output dan outcomes seperti yang direncanakan. Untuk dapat

mewujudkan output dan outcomes yang ditetapkan, maka kebijakan publik perlu di

implementasikan. implementasi kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

implementasi Program Dana BOS Tahun 2014 di SDLB Kebayakan. Dan dalam

penelitian ini peneliti menggunakan model implementasi dari George C. Edwards III

13

(24)

yaitu implementasi kebijakannya dipengaruhi oleh empat variabel yaitu: 1.

komunikasi, 2. sumberdaya, 3. disposisi, 4. Struktur birokrasi.

3. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

BOS merupakan program pemerintah yang pada dasarnya untuk penyedian

pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai

(25)

2.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang kebijakan publik, implementasi kebijakan

dan tentang bantuan operasional sekolah, sistematika penulisan.

BAB III METOTOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang

meliputi keadaan geografis, visi dan misi sekolah, tujuan sekolah.

BAB V PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan data-data yang diperoleh selama penelitian

(26)

BAB VI ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisis data yang diperoleh selama penelitian dan

memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VII PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang

dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi

Gambar

Gambar 2.1 Proses Kebijakan Publik
Gambar 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam larangan perkawinan antar warga Desa Kemantren dan Desa Wado, Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora,masyarakat berpedoman dengan kepercayaan yang dipelajari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja di Kabupaten Mamuju tentang perilaku seks pranikah tergolong baik, hal ini ditunjukkan dengan jumlah

Menurut Amir Rohkyatmo (1986:76)jenis tari berdasarkan fungsi adalah tari upacara, tari hiburan dan tari pertunjukan. Tari upacara sebagai media persembahan

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu sekolah yang berkeingian untuk menjadi sekolah

Namun terhalang oleh belum adanya media online yang informatif untuk pemesanan yang menjelaskan secara detail makanan yang di tawarkan sebagai media promosi

(Chicago: Moody Press, 1981), hlm 233.. menanggapi panggilan Allah sebagai pem- berian anugerah, tugas dan tanggung jawab dari Allah. Oleh karena itu, seseorang yang

Pengertian anak dan batas umur tentang anak telah diatur dalam Undang- undang sebagai berikut : Pengertian anak menurut pasal 1 ayat 2 Undang - Undang No 4 Tahun 1979

Perintah pada baris pertama adalah untuk mendapatkan standard deviasi dari nilai estimasi, perintah pada baris kedua adalah untuk mendapatkan nilai.. Penggambaran plot residu