• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluhan Kesehatan 2.1.1 Pengertian Penyuluhan Kesehatan - Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluhan Kesehatan 2.1.1 Pengertian Penyuluhan Kesehatan - Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun "

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyuluhan Kesehatan

2.1.1 Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan secara umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana, 2005).

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain; sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Sedangkan penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan sesorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau memengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan sehat (Depkes, 2002).

(2)

2.1.2 Sasaran Penyuluhan Kesehatan

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan, dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan sebagainya.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan dan lain-lain.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).

2.1.3 Materi/Pesan

(3)

penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003). 2.1.4 Metode

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.

Metode yang dikemukakan antara lain : 1. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.

Bentuk dari pendekatan ini antara lain : a. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut.

b. Wawancara

(4)

mempunyai dasar pengertian kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilihn metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan.

Metode ini mencakup :

a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar. 1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah:

a) Persiapan

(5)

b) Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran. Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan harus tertuju keseluruh peserta. Berdiri di depan/dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.

2) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan perananan, permainan stimulasi. 3. Metode penyuluhan massa

(6)

ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa. Beberpa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.

2.1.5 Alat Bantu dan Media Penyuluhan 2.1.5.1 Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo, 2007).

(7)

untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu : 1. Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu terjadinya penyuluhan. Misalnya gambar.

2. Alat bantu dengar

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu proses penyampaian bahan penyuluhan. Misalnya radio.

3. Alat bantu lihat-dengar

Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada waktu proses penyuluhan. Misalnya televisi, video cassette.

Tujuan yang hendak dicapai :

1. Tujuan penyuluhan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

(8)

2.1.5.2Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.

Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan antara lain adalah :

1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi. 2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

3. Media dapat memperjelas informasi. 4. Media dapat mempermudah pengertian.

5. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

6. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata. 7. Media dapat memperlancar komunikasi.

Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

(9)

terjadi melalui panca indera manusia, yakni : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Manusia memiliki rasa ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan pengetahuan (Meutia, 2009).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain cognitive mempunyai 6 (enam) tingkatan :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

(10)

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya penggunaan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagain dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

(11)

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Sebagai contohnya yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan atau senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu (Azwar, 2005).

Menurut Kwick sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi/tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia (Notoatmodjo, 2003).

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Allport 1954 bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

1. Keyakinan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 2. Kepercayaan, ide terhadap suatu konsep

(12)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosional memegang peranan yang sangat penting.

2.3.2 Indikator Sikap Terhadap Kesehatan

Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, antara lain : (Notoatmodjo, 2007)

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang tehadap gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit dan sebagainya.

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, istirahat cukup dan sebagainya.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

(13)

2.4 Remaja Putri

2.4.1 Pengertian Remaja

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin

“adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Baik kematangan fisik,

sosial maupun psikologis (Widyastuti, 2009).

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah, jika telah menikah maka tergolong ke dalam dewasa. Menurut BKKBN adalah usia antara 10-19 tahun (Widyastuti, 2009). Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1999). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Papalia, 2001). 2.4.2 Perkembangan Remaja

(14)

Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu:

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.

b. Perkembangan Kognitif

(15)

dalam Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.

Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya (Santrock, 2007).

c. Perkembangan Kepribadian dan Sosial

(16)

lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup.

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstrakurikuler dan bermain dengan teman. Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.

(17)

2.5 Anatomi dan Fisiologi Payudara 2.5.1 Anatomi Payudara

a. Struktur. Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adiposa yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak di atas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah jaringan glandular actual (Sloane, 2003).

1. Jaringan glandular terdiri dari 15–20 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula) sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20 mulut (opening).

2. Lobus–lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa). Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada otot pektoralis sampai fasia superfisial tepat dibawah kulit.

3. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori. Sel-sel alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan setelah kelahiran merupakan unit glandular yang mensintesis dan mensekresi susu.

(18)

areola terdapat beberapa kelenjar sebasea (Montgomery’s tubercles) yang berguna sebagai penghasil lubrikasi puting ketika menyususi (Ross, 2001).

b. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara

1. Suplai arteri ke payudara berasal terutama berasal dari cabang arteri subclavia, yaitu : a.thoracica interna yang memperdarahi bagian medial, a.thoracica lateral yang memperadarahi bagian lateral. Kontribusi tambahan berasal dari arteri thoracoacromial dan arteri interkostal 2–5. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan superfisial yang menuju vena subclavia dan vena brachiocephalica (Monkhouse, 2007). 2. Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan

areola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar. Hal ini secara klinis memiliki hubungan signifikan dengan metastasis kanker payudara (Sloane, 2003).

c. Persarafan. Kelenjar mamae dipersarafi oleh nervus interkostal T2-6 (Monkhouse, 2007).

2.5.2 Fisiologi Payudara

(19)

1. Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara yang berhubungan rapat dengan umur.

Pada waktu lahir payudara merupakan suatu sistem saluran yang bermuara ke mamilla. Beberapa hari sesudah lahir sebagian besar bayi-bayi dari kedua seks menunjukkan pembesaran kelenjar payudara sedikit dan mulai bersekresi sedikit mengeluarkan kolostrum yang menghilang sesudah kira-kira satu minggu kemudian, kelenjar payudara kembali dalam keadaan infatil, tidak aktif (Prawirohardjo, 2009).

Dengan permulaan pubertas antara 10-15 tahun, areola membesar dan lebih mengandung pigmen. Payudara pun menyerupai satu “cakram”. Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga berbentuk seperti kuncup. Hal ini terjadi di bawah pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat. Terutama yang tumbuh ialah jaringan lemak dan jaringan ikat di antara 15-20 lobus payudara, saluran-saluran lobus tidak banyak tumbuh. Biasanya payudara sudah sempurna terbentuk setelah haid mulai (Prawirohardjo, 2009).

2. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid

(20)

ditangguhkan sampai pemeriksaan sesudah haid selesai (Prawirohardjo, 2009).

3. Perubahan kelenjar payudara waktu hamil dan laktasi

Beberapa minggu sesudah konsepsi timbul perubahan-perubahan pada kelenjar payudara. Payudara jadi penuh, tegang, areola lebih banyak mengandung pigmen dan puting sedikit membesar. Pada awal trimester kedua mulai timbul sistem alveolar; baik duktus-duktus maupun asinus-asinus menjadi hipertrofi di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat, alveolus-alveolus mulai terisi cairan, yakni kolostrum di bawah pengaruh prolaktin. Karena inhibisi estrogen progesteron, kolostrum tidak tidak dikeluarkan, hanya pada bulan-bulan terakhir dapat dikeluarkan beberapa tetes. Sesudah persalinan kolostrum keluar dalam jumlah yang besar, dan lambat laun diganti dengan air susu, jikalau bayi disusui dengan teratur. Biasanya sesudah 24 jam mulai dikeluarkan air susu biasa dan sesudah 3-5 hari produksinya teratur (Prawirohardjo, 2009).

(21)

2.6 Kanker Payudara

2.6.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan oleh sel ganas (kanker) yang tumbuh pada jaringan payudara, biasanya duktus (saluran yang membawa susu ke puting) dan lobulus (kelenjar yang menghasilkan susu). Sel kanker dikarakteristikkan dengan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan kemampuan sel-sel ini untuk invasi jaringan normal secara lokal atau menyebar melalui tubuh, yang melalui prosesnya disebut metastasis (National Cancer Institute, 2011).

2.6.2 Etiologi dan Faktor Resiko

Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Akan tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan faktor resiko atau kemungkinan terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor itu disebut faktor resiko. Perlu diingat, apabila seorang perempuan mempunyai faktor resiko, bukan berarti perempuan tersebut pasti akan menderita kanker payudara, tetapi faktor tersebut akan meningkatkan kemungkinannya untuk terkena kanker payudara. Banyak perempuan yang mempunyai satu atau beberapa faktor resiko tetapi tidak pernah menderita kanker payudara sampai akhir hidupnya (Rasjidi, 2009).

(22)

a. Faktor yang berhubungan dengan diet : (Kemenkes, 2010)

Faktor resiko ini dapat dibagi dua yaitu faktor resiko yang memperberat terjadinya kanker dan yang mengurangi terjadinya kanker.

1. Beberapa faktor yang memperberat seperti :

a) Peningkatan berat badan yang bermakna pada saat pasca menopause b) Diet ala barat yang tinggi lemak (western style)

c) Minuman beralkohol

2. Faktor resiko yang mempunyai dampak positif seperti : a) Peningkatan konsumsi serat

b) Peningkatan konsumsi buah dan sayur b. Hormon dan faktor reproduksi

1. Menarche atau menstruasi pertama pada usia relatif muda (kurang dari 12 tahun). Ketika seorang wanita mengalami menstruasi lebih awal, rentang waktu antara perkembangan payudara dengan kehamilan cukup bulan pertama kali biasanya lebih lama dari pada wanita yang menstruasi kemudian. Selama waktu ini, jaringan payudara immatur, lebih aktif dan rentan terhadap pengaruh hormon.

2. Menopause atau mati haid pada usia relatif lebih tua (lebih dari 50 tahun)

3. Nullipara/belum pernah melahirkan

(23)

kali. Sel-sel payudara immatur tersebut sangat berespon terhadap hormon esterogen. Kehamilan cukup bulan pertama membuat sel-sel payudara menjadi matur dan tumbuh lebih teratur. Inilah alasan utama mengapa kehamilan membantu memproteksi kanker payudara. Hamil juga mereduksi jumlah total siklus menstruasi yang mungkin alasan lain mengapa hamil lebih dini menawarkan efek protektif.

5. Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (≥7 tahun). Masih terdapat kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi oral dalam perkembangan kanker payudara. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kontrasepsi oral berperan dalam meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita pramenopause, tetapi tidak ada wanita dalam pasca menopause.

6. Tidak menyusui. Menyusui dapat menurunkan resiko kanker payudara, khususnya jika wanita menyusui lebih lama dari 1 tahun. Ini kurang menguntungkan untuk wanita yang menyusui kurang dari satu tahun. Ada beberapa alasan mengapa menyusui menjaga kesehatan payudara : a) Memproduksi susu yang akan membatasi kemampuan sel-sel

payudara untuk berproliferasi tidak terkendali.

b) Kebanyakan wanita memiliki siklus menstruasi yang lebih sedikit ketika menyusui yang berefek menurunkan level esterogen.

(24)

c. Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara

Pada masa pertumbuhan, perubahan organ payudara sangat cepat dan rentan terhadap radiasi pengion.

d. Riwayat keluarga

Pada kanker payudara, telah diketahui beberapa gen yang dikenali mempunyai kecenderungan untuk terjadinya kanker payudara, yaitu gen BRCA1, BRCA2 dan juga pemeriksaan histopatologi faktor proliferasi “p53 germline mutation”.

Pada masyarakat umum yang tidak dapat memeriksakan gen dan faktor proliferasinya, maka riwayat kanker pada keluarga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit.

1. Tiga atau lebih keluarga (saudara ibu klien atau bibi) dari sisi keluarga yang sama terkena kanker payudara atau ovarium.

2. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium usia di bawah 40 tahun.

3. Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan ovarium.

4. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga. 5. Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga e. Riwayat adanya penyakit tumor jinak

(25)

Dengan mengetahui faktor resiko yang ada, akan memudahkan kita untuk mengidentifikasi apakah wanita tersebut tergolong resiko tinggi atau tidak, mengintervensi serta memodifikasi faktor resiko yang ada.

2.6.3 Klasifikasi

Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker payudara (survival rate) per stadium sebagai berikut : (Kemenkes RI, 2010)

1. Stadium 0 : 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang terdeteksi oleh mammografi atau USG)

2. Stadium I : 5-years survival rate 85% 3. Stadium II : 5-years survival rate 60-70% 4. Stadium III : 5-years survival rate 30-50% 5. Stadium IV : 5-years survival rate 15% 2.6.4 Pencegahan

(26)

2.6.4.1 Program Pengendalian Kanker Payudara a. Pencegahan Primer

1) Promosi dan edukasi pola hidup sehat

2) Menghindari faktor resiko (riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan tinggi lemak, kurang serat, perokok aktif dan pasif, pemakaian obat hormonal >5 tahun).

b. Pencegahan Sekunder 1) SADARI

2) Pemeriksaan Klinis Payudara (CBE/Clinical Breast Examination), untuk menemukan ukuran benjolan kurang dari 1 cm

3) USG, untuk mengetahui batas-batas tumor dan jenis tumor

4) Mammografi, menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala tumor dan adanya keganasan

c. Pencegahan Tersier 1) Diagnosis dan Terapi

(27)

Standar pengobatan kanker meliputi: operasi, radiasi, kemoterapi, dan hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi. Pengobatan harus terpadu meliputi psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.

2) Pelayanan Paliatif

Hampir di seluruh dunia pasien kanker terdiagnosis dalam stadium lanjut dan pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi, dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker. Untuk kasus seperti ini pengobatan yang realistis adalah mengurangi nyeri dengan pelayanan paliatif. Diyakini, pelayanan paliatif yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara.

2.6.5 Deteksi Dini

Upaya deteksi dini kanker adalah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, belum menimbulkan kerusakan berarti, pada golongan masyarakat tertentu dan waktu tertentu (Sukardja, 2000)

Upaya ini sangat penting, sebab apabila kanker payudara dapat dideteksi pada stadium dini dan diterapi secara tepat maka tingkat kesembuhan yang cukup tinggi (80-90%) (Kemenkes RI, 2010).

(28)

karena sumber daya di Negara-negara itu cukup memadai untuk melakukan program tesebut, sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, penapisan secara massal dengan USG dan mammografi belum memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga kesehatan terlatih yang diikuti dengan promosi dan edukasi tentang pengobatan yang baik kepada masyarakat (bahwa kanker payudara apabila ditemukan pada stadium awal dan dilakukan operasi akan meningkatkan kemungkinan untuk sembuh dan waktu untuk bertahan hidup lebih lama) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari penapisan yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker payudara (Kemenkes RI, 2010).

Selain penapisan, penemuan dini merupakan strategi lain yang penting untuk menemukan kanker stadium dini. Penemuan dini dimulai dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya kelainan di payudara mereka sendiri, dengan cara memasyarakatkan program SADARI bagi semua perempuan dimulai sejak usia subur, sejak 85% kelainan di payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan missal (Kemenkes RI, 2010).

(29)

Menurut rekomendasi American Cancer Society penapisan pada kanker payudara yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai cara : (Smith, 2003)

a. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Tenaga Medis Terlatih (Clinical Breast Examination)

1. Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan melaksanakan SADARI, sedangkan umur 20-30 tahun dianjurkan CBE dilakukan setiap tiga tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan.

2. Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan CBE setiap tahun. b. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)

1. Apabila pada pemeriksaan CBE terdapat benjolan dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun mammografi.

2. USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya massa kistik dan solid/ padat yang mengarah pada keganasan, dan pada perempuan di bawah usia 40 tahun.

c. Pemeriksaan Penapisan Mammografi

1. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan berkala, setiap satu tahun sekali pada perempuan di atas 40 tahun.

(30)

2.6.6 Pengobatan

Pada stadium I, II, IIIa (stadium operabel), sifat pengobatan adalah kuratif. Pengobatannya yaitu operasi (primer) dan terapi yang bersifat adjuvan.

1) Stadium I pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.

2) Stadium II pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.

3) Stadium IIIa adalah dengan simple mastektomi dengan radiasi dan kemoterapi.

4) Stadium IIIb dan IV, sifat pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama untuk mengurangi penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup. Dengan pengobatan radiasi, kemoterapi dan hormonal.

5) Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu kemoterapi dan hormonal.

2.7 SADARI

2.7.1 Pengertian SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya.

2.7.2 Tujuan

(31)

2. Untuk mendeteksi adanya benjolan pada stadium awal 3. Untuk melihat adanya perubahan abnormal pada payudara 2.7.3 Waktu SADARI

1. 7-10 hari setelah menstruasi dimana payudara saat itu tidak bengkak dan tidak nyeri bila ditekan.

2. Untuk wanita yang tidak lagi menstruasi (menopause), maka dipilih tanggal yang sama setiap bulannya.

2.7.4 Cara Melakukan SADARI

Cara melakukan SADARI : (Depkes, 2007) 1. Perhatikan dan amati :

a. Perhatikan dengan teliti payudara anda dimuka cermin tanpa berpakaian sambil berdiri tegak, dengan kedua lengan lurus kebawah disamping badan. Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara di depan kaca. Perhatikan juga bila ada benjolan di payudara. Amati dengan teliti.

b. Angkatlah kedua lengan lurus keatas dan ulangi periksa. Mengangkat kedua lengan dimaksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia di bawahnya.

(32)

2. Tindakan berikutnya lakukan perabaan payudara dalam posisi berbaring dengan cara :

a. Rabalah denga tiga ujung jari tengah yang dirapatkan.

b. Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap dimulai dari pinggir dengan mengikuti arah putaran jarum jam. Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara sirkuler atau radier. c. Lakukan perabaan pada payudara kanan dengan cara berbaring dengan

tangan kanan di bawah kepala dan letakkanlah bantal kecil di bawah punggung kanan. Raba seluruh permukaan payudara kanan dengan gerakan pada memutar dari luar ke dalam atau radier.

d. Lakukan hal yang sama seperti di atas tetapi dengan tangan kiri di bawah kepala, sedangkan tangan kanan meraba payudara kiri.

e. Perhatikan bila ada benjolan yang mencurigakan.

f. Pencetlah pelan-pelan daerah sekitar putting dan amatilah apakah keluar cairan yang tidak normal (tidak biasa).

g. Pemeriksaan ketiak. Bagilah payudara menjadi 4 bagian, ¼ dekat axilla. Beri perhatian khusus karena ditempat tersebut sering ditemukan tumor payudara serta lakukan juga pemeriksaan ketiak. Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

(33)

a. Terjadi pigmentasi kulit payudara (perubahan warna, bertambah hitam atau menjadi putih)

b. Perubahan letak puting susu (retraksi puting susu) c. Perubahan kulit payudara menjadi keriput

d. Puting susu mengeluarkan cairan darah

e. Pergerakan payudara terbatas, artinya saat menggerakkan tangan payudara tidak ikut bergerak

f. Terdapat luka atau ulkus pada payudara

g. Pada waktu melihat payudara dapat menggunakan cermin sehingga mudah terlihat perubahan

Bila terdapat benjolan :

Meraba payudara untuk mengetahui benjolan adalah sebagai berikut : a. Di bagian mana terdapat benjolan

b. Berapa jumlah benjolan

c. Bagaimana bentuk benjolan lunak atau keras d. Berapa kira-kira ukurannya

e. Bagaimana pergerakan benjolan dengan sekitarnya f. Saat meraba apakah terasa nyeri

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan studi kepustakaan dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut : (Notoatmodjo, 2003)

(34)

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang diteliti adalah pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI dengan menggunakan metode ceramah, praktek dan tanya jawab terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam upaya deteksi dini kanker payudara. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap sebelum dilakukan intervensi diukur dengan pretest dan untuk melihat sejauh mana pengaruh metode tersebut diukur dengan postest.

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka konsep dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu :

1. Pengetahuan remaja putri SMK Negeri 3 Tebing Tinggi sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI lebih baik dari pengetahuan sebelumnya.

2. Sikap remaja putri SMK Negeri 3 Tebing Tinggi sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI lebih baik dari sikap sebelumnya.

Penyuluhan Kesehatan Pengetahuan

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan wanita terhadap deteksi dini terjadinya kanker payudara dengan SADARI dan diharapkan dengan adanya

Wanita dengan risiko rata-rata adalah wanita tanpa riwayat menderita kanker payudara, tanpa riwayat kanker payudara dalam keluarga, tidak mengalami mutasi gen yang

Hasil penelitian ini yang telah dilakukan tentang pengaruh pendidikan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) terhadap pengetahuan siswi dalam upaya deteksi dini kanker

Pendidikan kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker payudara yang dihubungkan dengan pengertian pendidikan kesehatan yang telah disebutkan diatas adalah: suatu upaya atau

Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI merupakan suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan berupa benjolan pada

Perbedaan perilaku deteksi dini kanker payudara sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang kanker payudara pada wanita usia 20 - 40 tahun di

Berdasarkan analisis situasi, masalah yang dihadapi mitra jemaat GMIT Bukit Kasih RSS Baumata adalah pengetahuan mengenai kanker payudara dan SADARI sebagai deteksi dini masih terbatas,

Hal itu karena masih kurangnya atensi dari kaum wanita dalam memahami kanker payudara guna menghindarkan diri dari serangan kanker payudara serta cara melakukan deteksi sejak