• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Plagiarisme - Pendeteksian Kesamaan Pada Dokumen Teks Menggunakan Kombinasi Algoritma Enhanced Confix Stripping Dan Algoritma Winnowing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Plagiarisme - Pendeteksian Kesamaan Pada Dokumen Teks Menggunakan Kombinasi Algoritma Enhanced Confix Stripping Dan Algoritma Winnowing"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Plagiarisme

2.1.1.Pengertian plagiarisme

Maxim Mozgovoy (2007) mengemukakan bahwa komputer jika dan hanya jika dapat mendeteksi plagiarisme apabila sejumlah dokumen dianggap mirip.

Plagiarisme merupakan proses pengambilan gagasan dari orang lain tanpa menyertakan citasi penulis asli. Hal ini dapat dicontohkan dengan menggunakan poin-poin umum atau mengutip beberapa kata dan mengubahnya dari tulisan asli tanpa menyebutkan sumber tulisan (Lancaster, 2003).

Berbagai pemicu untuk melakukan tindakan plagiat di dunia akademi didasarkan pada tiga faktor umum berikut (Lako, 2012):

1. Kecerobohan mahasiswa dan kelalaian dosen

Keinginan mahasiswa menyelesaikan skripsi, tesis, ataupun disertasinya secara instan tanpa bekerja keras dan mengikuti tahap penulisan ilmiah yang benar menjadikan karya ilmiah yang dikerjakan tidak sesuai standar. Di sisi lain, para dosen pembimbing tidak bekerja dengan maksimal. Beberapa hanya berorientasi pada hasil karya ilmiah semata, tanpa mau repot mengecek apakah karya ilmiah yang dihasilkan mahasiswanya terbebas dari tindak plagiarisme. 2. Desakan finansial (biasanya dilakukan oleh dosen)

(2)

3. Ketidakpuasan terhadap ketenaran produk dan diri sendiri Kasus ini banyak terjadi di kalangan penulis (dosen senior) yang selalu merasa kurang terkenal terhadap penelitian yang telah dilakukannya. Ketidakpuasannya dilakukan dengan melakukan plagiasi terhadap karya sendiri (autoplagiarism) dan plagiasi antarbahasa.

Sistem pendeteksian plagiarisme dapat diaplikasikan untuk jurnal, artikel, novel, essay, maupun bahasa pemrograman (Kurniawati & Wicaksana, 2008). Menurut Telepovska dan Gajdos (2010) aplikasi pendeteksian tersebut dapat mengunakan sistem lokal (terisolasi secara offline dan hanya menggunakan database individu) ataupun menggunakan sistem global (berjalan secara online dan menggunakan servis internet sehingga dokumen yang dicari lebih beragam).

Dari penelitian yang dilakukan Alzahrani et al (2012) ditemukan ada beberapa cara melakukan tindak plagiat, seperti:

1. Text Manipulation (Manipulasi Teks)

Plagiarisme dapat dilakukan dengan memanipulasikan teks asli sehingga menyamarkan isi dari teks duplikat. Hal ini dapat dilakukan dengan menyinonimkan ataupun mengantonimkan beberapa frase dari teks asli, mengubah pola kalimat asli, dan mereduksi kata-kata yang dianggap tidak penting.

2. Translation (Menerjemahkan)

Dengan menerjemahkan kalimat dari satu bahasa ke bahasa lain dianggap lebih efisien dalam melakukan tindakan plagiat. Tetapi harus dipertimbangkan kembali jika melakukan penerjemahan dengan google translate maupun secara manual, terkadang dapat menghasilkan terjemahan yang kurang tepat.

3. Idea Adoption (Mengadopsi Ide)

Cara ini sangat fatal dalam dunia pendidikan. Mengadopsi ide orang lain dapat dikatakan sebagai pencuri intelektual. Solusi untuk tindakan ini dapat dikembangkan dengan algoritma fuzzy.

(3)

proporsi/persentasi kata, kalimat, paragraf yang diplagiat. Sastroasmoro juga menyimpulkan plagiarisme ringan 0–29%, plagiarisme sedang 30–70%, plagiarisme berat atau total 71–100%. Keempat, berdasarkan pola plagiarisme, seperti plagiarisme kata demi kata (word for plagiarizing) dan plagiarisme mozaik.

2.1.2.Peraturan dan hukum yang mengatur plagiarisme

Menteri Pendidikan Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Nomor 17 Tahun 2010 yang berisikan Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi. Di dalam Bab IV, Pasal 7, disebutkan bahwa:

(1) Pada setiap karya ilmiah yang dihasilkan di lingkungan perguruan tinggi harus dilampirkan pernyataan yang ditandatangani oleh penyusun bahwa:

a. Karya ilmiah tersebut bebas plagiat;

b. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut, maka penyusunnya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pimpinan perguruan tinggi wajib mengunggah secara elektronik semua karya ilmiah mahasiswa/dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang telah dilampiri pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui portal Garuda (Garba Rujukan Digital) sebagai titik akses tehadap karya ilmiah mahasiswa/dosen/peneliti/tenaga kependidikan Indonesia, atau portal lain yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.

Peraturan Menteri Pendidikan Indonesia dimaksudkan agar setiap karya ilmiah yang dihasilkan dari dunia pendidikan Indonesia tidak mengandung aksi plagiat.

Seperti yang telah dijelaskan di awal, keaslian suatu karya, seperti karangan atau ciptaan merupakan suatu hal esensial dalam perlindungan hukum melalui hak cipta. Perlindungan hukum melalui hak cipta diberikan kepada karya pengarang, artis, musisi, programer, dan lainnya, yakni melindungi hak-hak pencipta dari tindakan peniruan dan mereproduksi tanpa izin (Purwaningsih, 2005).

(4)

Undang-Undang Hak Cipta Indonesia, menyatakan bahwa hak cipta merupakan hak yang dikhususkan bagi pencipta karya untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangan yang berlaku. Menurut pasal 12 ayat 1, UU Hak Cipta, ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:

1. Buku, program komputer, pamflet, layout karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lainnya;

2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; 4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

5. Drama atau drama musikal, tari koreografi, pewayangan, dan pantomime; 6. Seni rupa dalam segala bentuk (seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi,

pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan); 7. Arsitektur;

8. Peta; 9. Seni Batik; 10.Fotografi; 11.Sinematografi;

12.Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lainnya.

Pelanggaran hak cipta terjadi apabila materi hak cipta digunakan tanpa izin dan harus ada kesamaan antara dua karya yang dibandingkan; jika seluruh atau sebagian dari karya yang telah dilindungi hak cipta telah dikopi. Dengan semakin meningkatnya kesadaran hukum yang berlaku atas kekayaan intelektual, diharapkan penyelesaian ganti rugi dapat diseimbangkan dengan tuntutan pidana. (Purwaningsih, 2005).

2.2.Citasi

(5)

Dengan dibuatnya citasi tidak akan mengurangi keaslian suatu karya, melainkan membantu para pembaca lainnya untuk membandingkan ide penulis dengan sumber citasi yang disebutkan. Citasi juga akan membantu membebaskan penulis dari tindak plagiarisme. Ada beberapa model citasi yang dapat diikuti oleh penulis karya ilmiah (dapat disesuaikan dengan instansi terkait), seperti (plagiarism.org):

a. Model Humaniora, terdiri dari: Chicago dan MLA (Modern Language Association)

b. Model Sains, terdiri dari: ACS (American Chemical Society), IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers), NLM (National Library of

Medicine), dan Vancouver (Biological Science)

c. Model Ilmu Sosial, terdiri dari: AAA (American Anthropological Association), APA (American Psychological Association), APSA (American Political Science Association), dan Legal

2.3.Algoritma Stemming Bahasa Indonesia

Stemming merupakan bagian dari proses Information Retrieval (IR), yang mengubah

beberapa kata ke bentuk kata dasarnya sebelum dilakukan pengindeksan. Contoh, kata

dibaca, membaca, pembaca, akan diubah ke kata dasarnya, yaitu “baca” (Peng, 2007).

Pada dasarnya proses stemming bekerja tergantung pada bahasa yang diteliti. Khusus untuk topik berbahasa Indonesia, proses algoritma stemming awalnya diperkenalkan oleh Nazief dan Adriani pada tahun 1996. Algoritma ini bekerja berdasarkan struktural morfologi kalimat bahasa Indonesia, yang terdiri dari prefiks (awalan), sufiks (akhiran), infiks (sisipan), dan konfiks (awalan+akhiran). Lalu Asian pada tahun 2007 mengembangkan algoritma stemming tersebut dengan menambah beberapa aturan, dan diperkenalkan dengan nama algoritma Confix Stripping Stemmer. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh I Putu Adhi Kerta Mahendra pada

(6)

2.3.1.Algoritma enhanced confix stripping stemmer

Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Andita Dwiyoga Tahitoe (2010) proses stemming untuk bahasa Indonesia dengan performa yang paling baik adalah dengan

menggunakan algoritma Enhanced Confix Stripping (ECS) Stemmer. Algoritma ini merupakan pengembangan dari algoritma Confix Stripping (CS) Stemmer, dan berhasil mereduksi jumlah term pada algoritma Confix Stripping Stemmer hingga 32.66%, sedangkan pada awalnya Confix Stripping Stemmer hanya mampu mereduksi 30.95% term (Mahendra, 2008).

Berdasarkan penelitian Mahendra (2008), tahapan kerja algoritma Enhanced Confix Stripping Stemmer adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Aturan Dasar Awalan - Akhiran Yang Berlaku

Pasangan Awalan – Akhiran Yang Berlaku Be – lah

Be – an Me – i

Di – i Pe – i Te – i

Tabel 2.2. Urutan Pengembalian Akhiran

No Akhiran Tipe

1. -i, -kan, -an Derivation Suffixes (DS) 2. -ku, -mu, -nya Possessive Pronoun (PP) 3. -lah, -kah, -tah, -pun Inflectional Particle (P)

Tabel 2.3. Aturan Pemenggalan Awalan Algoritma Stemmer Nazief dan Adriani

Aturan Format Kata Pemenggalan

1 berV… ber-V… | be-r-V…

2 berCAP… ber-CAP… dimana C!=„r‟ & P!=‟er‟

3 berCAerV… ber-CaerV… dimana C!=‟r‟

4 belajar bel-ajar

5 beC1erC2… be-C1erC2… dimana C1!={„r‟ | „l‟}

6 terV… ter-V… | te-rV…

7 terCerV… ter-CerV… dimana C!=‟r‟

(7)

Tabel 2.3. Aturan Pemenggalan Awalan Algoritma Stemmer Nazief dan Adriani (lanjutan)

Aturan Format Kata Pemenggalan

9 teC1erC2… te-C1erC2… dimana C1!=‟r‟

23 perCAP… per-CAP… dimana C!=‟r‟ dan P!=‟er‟

24 perCAerV… per-CAerV… dimana C!=‟r‟

25 pem{b|f|V}… pem-{b|f|V}…

32 pelV… pe-lV… kecuali “pelajar” yang menghasilkan “ajar”

33 peCerV… per-erV… dimana C!={r|w|y|l|m|n}…

34 peCP… pe-CP… dimana C!={r|w|y|l|m|n} dan P!=‟er‟

1. Perhatikan Aturan Dasar pada Tabel 2.1., jika input kata sesuai dengan pasangan yang ada, maka lakukan penghilangan awalan terlebih dahulu. Jika tidak ada, maka penghilangan akhiran dilakukan terlebih dahulu.

2. Lakukan recording (penyusunan kembali kata-kata yang mengalami proses stemming berlebih) apabila diperlukan.

3. Lakukan loopPengembalianAkhiran.

4. Lakukan pengecekan apakah terdapat tanda hubung („-‟) yang menandakan input kata tersebut adalah kata ulang. Jika benar, maka lakukan proses stemming pada potongan kata di sebelah kiri dan kanan tanda hubung. Apabila hasil stemming memberikan hasil yang sama, maka kata dasar dari kata ulang tersebut adalah hasil yang didapatkan.

(8)

Pada setiap langkah dilakukan proses pengecekan output stemming ke kamus data. Apabila ditemukan, maka proses berhenti.

Proses loopPengembalianAkhiran bekerja seperti berikut:

1. Kembalikan seluruh awalan yang telah dihilangkan, sehingga menghasilkan model kata seperti: [DP+[DP+[DP]]] + Kata Dasar. Pemenggalan awalan dilanjutkan dengan proses pencarian di kamus.

2. Kembalikan akhiran sesuai urutan pada Tabel 2.2. Untuk setiap pengembalian, lakukan langkah 3) hingga 5) berikut. Khusus untuk akhiran “-kan”,

pengembalian pertama dimulai dengan “k”, lalu dilanjutkan dengan “an”.

3. Lakukan pengecekan ke kamus data. Apabila kata dasar ditemukan, proses dihentikan. Apabila gagal, maka lakukan proses pemenggalan awalan berdasarkan aturan pada Tabel 2.3.

4. Lakukan recording jika diperlukan.

5. Apabila pengecekan di kamus tetap gagal setelah recording, maka awalan-awalan yang telah dihilangkan dikembalikan lagi.

Tabel 2.4. Aturan Pemenggalan Awalan Algoritma Enhanced Confix Stripping Stemmer

Aturan Format Kata Pemenggalan

1 berV… ber-V… | be-r-V…

2 berCAP… ber-CAP… dimana C!=„r‟ & P!=‟er‟

3 berCAerV… ber-CAerV… dimana C!=‟r‟

4 belajar bel-ajar

5 beC1erC2… be-C1erC2… dimana C1!={„r‟ | „l‟}

6 terV… ter-V… | te-rV…

7 terCerV… ter-CerV… dimana C!=‟r‟

8 terCP… ter-CP… dimana C!=‟r‟ dan P!=‟er‟

9 teC1erC2… te-C1erC2… dimana C1!=‟r‟

10 me{l|r|w|y}V… me-{l|r|w|y}V…

11 mem{b|f|v}… mem-{b|f|v}…

12 mempe… mem-pe…

13 mem{rV|V}… me-m{rV|V}… | me-p{rV|V}…

14 men{c|d|j|s|z}… men-{c|d|j|s|z}…

15 menV… me-nV… | me-tV…

16 meng{g|h|q|k}… meng-{g|h|q|k}…

17 mengV… meng-V… | meng-kV… | (mengV-… jika V=‟e‟)

18 menyV… meny-sV…

19 mempA… mem-pA… dimana A!=‟e‟

(9)

Tabel 2.4. Aturan Pemenggalan Awalan Algoritma Enhanced Confix Stripping Stemmer (lanjutan)

Aturan Format Kata Pemenggalan

21 perV… per-V… | pe-rV…

23 perCAP… per-CAP… dimana C!=‟r‟ dan P!=‟er‟

24 perCAerV… per-CAerV… dimana C!=‟r‟

25 pem{b|f|V}… pem-{b|f|V}…

26 pem{rV|V}… pe-m{rV|V}… | pe-p{rV|V}…

27 pen{c|d|j|z}… pen-{c|d|j|z}…

28 penV… pe-nV… | pe-tV…

29 pengC… peng-C…

30 pengV… peng-V… | peng-kV… | (pengV-… jika V=‟e‟)

31 penyV… peny-sV…

32 pelV… pe-lV… kecuali “pelajar” yang menghasilkan “ajar”

33 peCerV… per-erV… dimana C!={r|w|y|l|m|n}…

34 peCP… pe-CP… dimana C!={r|w|y|l|m|n} dan P!=‟er‟

35 terC1erC2… ter-C1erC2… dimana C1!=‟r‟

36 peC1erC2… pe-C1erC2… dimana C1!={r|w|y|l|m|n}

Pada Tabel 2.3. dan Tabel 2.4., simbol C merupakan konsonan, simbol V merupakan vokal, simbol A merupakan vokal atau konsonan, dan simbol P merupakan

partikel atau fragmen dari suatu kata, misalnya “er”. Dari kedua tabel dapat dilihat

beberapa perbedaan. Awalan yang diikuti huruf awal pada setiap kata dasar telah dikelompokkan menjadi kumpulan konsonan, vokal, atau partikel. Seperti, aturan no.29 pada awalan algoritma Stemmer Nazief dan Adriani, pemenggalan awalan

“peng-{g|h|q}” telah dikelompokkan menjadi “peng-C” pada awalan algoritma Enhanced Confix Stripping Stemmer. Dan terdapat beberapa aturan tambahan pada

algoritma ECS, yaitu aturan no. 35 dan no. 36.

2.4.Algoritma Winnowing

Salah satu algoritma yang digunakan untuk mendeteksi bentuk kesamaan pada dokumen teks adalah algoritma Winnowing. Pada dasarnya sistem pendeteksian haruslah memiliki 3 unsur utama yang harus dipenuhi, seperti (Schleimer et al, 2003):

1. Whitespace insensitivity, sistem pencocokan teks seharusnya tidak terpengaruh pada spasi, adanya huruf kapital, berbagai tanda baca, dan sebagainya;

(10)

3. Position independence, sistem seharusnya tidak bergantung pada posisi kata yang dicari sehingga apabila ditemukan kata yang terindeksi sama dengan posisi berbeda masih dapat dikenali;

Algoritma Winnowing dipilih karena algoritma ini sudah memenuhi unsur untuk proses pendeteksian. Implementasi dari algoritma Winnowing membutuhkan masukan berupa file teks dan menghasilkan keluaran berupa nilai hash yang disebut fingerprint (Purwitasari et al, 2011). Setiap kata yang terkandung dalam file teks

diubah terlebih dahulu menjadi sebuah kumpulan nilai hash dengan teknik rolling hash. Nilai hash merupakan nilai numerik dari perhitungan ASCII untuk setiap

karakter. Lalu kumpulan nilai hash yang disebut fingerprint tersebut digunakan untuk mendeteksi kemiripan antardokumen (Aziz et al, 2012).

2.4.1.Rolling hash

Teknik Rolling Hash pada awalnya digunakan pada algoritma Rabin-Karp. Setiap karakter di dalam dokumen teks diubah (encode) menjadi nilai array bilangan bulat, sehingga nilai masukan yang awalnya berupa karakter menjadi fungsi hash berupa angka. Untuk membandingkan dua string yang dianggap sama, maka setiap A[i] = B[i] dan membutuhkan waktu sebesar O(n). Panjang waktu yang dibutuhkan tergantung pada panjang iterasi elemen string yang dibandingkan (Cormen et al, 2009).

Menurut Cormen (2009), metode dasar untuk mencari perbandingan antara kedua string dokumen A dan B adalah:

a. Asumsikan dokumen A memiliki panjang elemen string p, dan dokumen B memiliki panjang q.

b. Lakukan hashing pada dokumen A untuk mendapatkan h(A) dengan waktu sebesar O(p).

c. Lakukan iterasi pada dokumen B dengan panjang elemen string p, dan bandingkan h(A) dengan waktu sebesar O(qp).

d. Jika nilai hash substring tidak cocok dengan h(A), bandingkan substring yang ada dengan A. Jika cocok, berhenti, jika tidak, lakukan kembali hingga ditemukan waktu sebesar O(p).

(11)

Contoh, lakukan hashing 5 substring pada kata “komputer”. Hash I: „kompu‟, hash II:

„omput‟, dan seterusnya. Dengan teknik rolling hash, maka didapatkan bahwa kedua hash yang saling dibandingkan akan menghasilkan substring yang sama, yaitu:

„ompu‟ dan berlaku untuk perbandingan hasil hash berikutnya.

Digunakannya perhitungan operasi modulo agar tidak mempersulit sistem menghitung dalam jumlah banyak, selama nilai modulo yang digunakan tidak terlalu besar pula (Ellard, 1997).

Persamaan teknik rolling hash (Cormen, 2009) adalah sebagai berikut:

( ) ( [ ] [ ] [ ] [ ]

[ ] )

……… (1)

Untuk menghitung hash lanjutan, persamaannya adalah:

( ) ( ( ) [ ]) [ ] ……… (2)

Dimana:

b : Nilai bilangan basis (10) k : Nilai ASCII karakter h(k) : Nilai hash

m : Nilai bilangan prima (10007)

L : Banyaknya karakter yang di-hashing S(i) : Nilai hash awal

S(i+1) : Nilai hash berikutnya

2.4.2.Tahapan penerapan algoritma winnowing

Beberapa tahapan dalam penerapan algoritma Winnowing adalah sebagai berikut (Purwitasari et al, 2011):

1. Tahap Pertama: Membuang karakter yang tidak relevan seperti tanda baca, spasi, dan simbol-simbol lainnya.

2. Tahap Kedua: Membentuk rangkaian gram.

(12)

4. Tahap Keempat: Membentuk window yang terdiri dari nilai hash yang dihasilkan.

5. Tahap Kelima: Membentuk nilai fingerprint yang unik, dengan memilih nilai terendah dari setiap baris di dalam window.

2.4.3.Pengukuran dan persentase similarity

Perhitungan similaritas antardua dokumen diambil dari pemilihan nilai fingerprint hash terunik, seperti (Taufik, 2012):

……… (3)

Keterangan :

S : Similaritas

Nt : Total hash yang sama

Nx : Total substring pembanding

Ny : Total substring uji

Penilaian persentase similaritas antardua dokumen yang dibandingkan menurut A. Benny Mutiara & Sinta Agustina (2008) adalah sebagai berikut:

1. Kategori Nihil (0%)

Kedua dokumen tidak terindikasi plagiat karena benar-benar berbeda baik dari segi isi dan kalimat secara keseluruhan.

2. Kategori Sedikit Kesamaan (<15%)

Kedua dokumen hanya mempunyai sedikit kesamaan. 3. Kategori Plagiat Sedang (15-50%)

Kedua dokumen terindikasi plagiat tingkat sedang. 4. Kategori Mendekati Plagiarisme (>50%)

Hasil uji menunjukkan lebih dari 50%, dapat dikatakan bahwa dokumen yang diuji mendekati tingkat plagiarisme.

5. Kategori Plagiarisme (100%)

(13)

2.5.Penelitian Terdahulu

Aplikasi pendeteksian plagiat pada dokumen teks telah banyak dibuat sebelumnya. Dengan metode dan algoritma yang berbeda-beda didapatkan aplikasi dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Alfarisi (2011) menyatakan hasil pengujian dari penelitian yang dilakukannya meggunakan metode Latent Semantic Analysis menghasilkan perbandingan yang lebih cepat karena pada metode LSA terdapat semantic space pada awal perbandingan. Dan algoritma Sherlock menghasilkan keakuratan perbandingan yang lebih tepat, tetapi waktu yang diperlukan lebih lama.

Penggabungan algoritma Smith-Waterman dengan pre-processing pada aplikasi yang telah dibuat oleh Novanta (2009) menghasilkan bobot terjadinya tindakan plagiat menjadi lebih akurat, dan menyebabkan bertambahnya waktu proses.

Purwitasari (2011) pada penelitiannya berhasil menemukan kesamaan nilai fingerprint pada 2 file yang dianggap sama (hasil copy-paste) dengan menggunakan

algoritma Hashing (Winnowing) yang berbasis N-Gram.

Mahendra (2008) berhasil melakukan pengembangan pada algoritma Confix Stripping Stemmer dengan mereduksi jumlah term hingga 32.66%, sedangkan

awalnya hanya mampu mereduksi 30.95%. Algoritma pengembangan tersebut selanjutnya dinamakan Enhanced Confix Stripping Stemmer.

Hasil dari penelitian Nugroho (2011) adalah penggunaan algoritma Rabin-Karp yang telah dimodifikasi menghasilkan akurasi nilai similarity yang relatif sama

dengan penggunaan algoritma Rabin-Karp biasa, tetapi waktu prosesnya menjadi lebih baik. Dan penggunaan kgram yang semakin kecil menghasilkan akurasi similarity yang lebih baik daripada kgram yang lebih besar.

(14)

Tabel 2.5. Penelitian Terdahulu

Nama

(Tahun) Judul Penelitian Keterangan Hasil Alfarisi

(2011)

Analisis Dan Perancangan Sistem Pendeteksi Kesamaan Dokumen Teks Menggunakan Metode Latent Semantic Analysis

-Awal perbandingan lebih cepat (LSA)

-Keakuratan perbandingan lebih tepat, tapi waktu lebih lama (Sherlock)

Audi Novanta (2009)

Pendeteksian Plagiarisme Pada Dokumen Teks Dengan Menggunakan Algoritma Smith-Waterman

Dengan pre-processing, bobot plagiat lebih akurat, tapi proses bertambah

Purwitasari (2011)

Deteksi Keberadaan Kalimat Sama Sebagai Indikasi Penjiplakan Dengan Algoritma Hashing Berbasis N-Gram.

- Algoritma Winnowing berhasil menemukan lesamaan nilai fingerprint dua dokumen

copy-paste

Mahendra (2008)

Enhanced Confix Stripping

Stemmer And Ants Algorithm For

Classifying News Document In

Indonesian Language.

Perancangan Sistem Deteksi Plagiarisme Dokumen Teks Dengan Konsep Similarity Menggunakan Algoritma Rabin Karp

Gambar

Tabel 2.3. Aturan Pemenggalan Awalan Algoritma Stemmer Nazief dan Adriani
Tabel 2.3. Aturan Pemenggalan Awalan Algoritma Stemmer Nazief dan Adriani
Tabel 2.4. Aturan Pemenggalan Awalan Algoritma Enhanced Confix Stripping
Tabel 2.4. Aturan Pemenggalan Awalan Algoritma Enhanced Confix Stripping
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan mesin pengering menggunakan rak yang berputar (rotari), dimana rak yang berputar ini akan memutar lada yang ada didalamnya selama

Hasil wawancara dengan NZR menunjukkan bahwa siswa dengan nama NZR dapat memanfaatkan konsep-konsep yang telah ia pelajari yang dalam hal ini adalah bangun datar yang

Maka dari itu diperlukan bahan restorasi yang memiliki efek samping yang minimal yaitu resin komposit. Resin komposit yang saat ini dikembangkan adalah resin komposit nano yaitu

Ini merupakan satu persoalan utama bagi mereka yang tidak memahami bagaimana model 4MAT dapat membantu dalam menghasilkan pengajaran mata pelajaran Sejarah yang lebih efektif

Alat pengambil sekret endometrium adalah balai endometre yang di indonesiakan menjadi sapu endometrium, yaitu alat berbentuk seperti sonde inseminasi yang terbuat

Bagi hasil maksimal sesuai syariah + keuntungan Uchrawi 2,5% (I 0 +R)x 700.. • Komposisi portofolio investasi saat ini yang tidak memberikan hasil optimal. • Dibentuk

Menimbang, bahwa setelah memperhatikan segala uraian dalam berita acara sidang, pertimbangan hukum dan amar putusan sebagaimana tercantum di dalam Putusan

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar adalah salah satu entitas akuntansi di bawah Badan Pembinaan Akuntansi Instansi yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan