BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Investasi
2.1.1 Definisi Investasi
Investasi adalah penempatan dana atau penanaman modal untuk satu atau
lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang.
2.1.2 Proses Investasi
Dalam memahami proses investasi, seorang investor sebaiknya terlebih
dahulu mengetahui beberapa konsep dasar investasi dan ini akan menjadi dasar bagi investor dalam setiap tahapan pembuatan keputusan investasi yang akan diambil. Adapun yang menjadi dasar dalam proses keputusan investasi adalah
harus dipahami hubungan antara return yang diharapkan dan resiko yang akan diterima dari suatu investasi. Semakin besar return yang akan diterima maka kemungkinan resiko yang diterima dari suatu investasi pun akan semakin besar.
Ini menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat resiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi mempunyai hubungan yang searah dan linear, dan
2.1.3 Proses Keputusan Investasi
Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan (on going process). Proses keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan
investasi yang terbaik. Sehubungan dengan hal itu, meliputi lima tahap keputusan sehingga investasi dapat dikelola dengan baik, yaitu :
1. Penentuan tujuan investasi 2. Penentuan Kebijakan investasi 3. Pemilihan kebijakan Investasi
4. Pemilihan asset
5. Pengukuran dan evaluasi
Seorang investor pada akhirnya memutuskan membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan
resiko yang terkait dengan investasi tersebut.
2.1.4 Tipe-tipe Investasi
Dalam investasi ada dikenal tipe-tipe investasi keuangan. Investasi yang termasuk dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva
keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara maupun dengan cara lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari
2.1.4.1 Investasi Langsung
Merupakan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan, investasi ini dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan
dipasar uang (money market), pasar modal (capital market) dan atau pasar turunan (derivatif market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan dan biasanya dapat diperoleh
melalui bank komersial, aktiva ini berupa sertifikat deposito dan tabungan di bank.
Berikut adalah macam-macam investasi langsung :
1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjual-belikan yaitu: tabungan dan deposito.
2. Investasi langsung dapat diperjualbelikan di pasar uang adalah berupa T-bill dan deposito yang dapat dinegosiasi. Investasi langsung di pasar modal berupa surat-surat berharga pendapatan tetapdan saham baik saham preferen
dan saham biasa, sedangkan investasi langsung dipasar turunan adalah Opsi dan Futures Contract.
2.1.4.2 Investasi Tidak Langsung
Merupakan pembelian saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portfolio aktiva keuangan dari perusahaan lain. Perusahaan investasi adalah
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam
kepada investor setelah penjualan saham perdananya. Pemegang saham dapat
juga sebaliknya menjual kembali sahamnya ke perusahaan reksa dana bersangkutan.
Investor yang akan berinvestasi, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung pada umumnya perlu mengamati perubahan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham. Perubahan harga saham ini bisa dipicu
oleh kondisi internal perusahaan maupun analisis fundamental dapat mencakup analisis terhadap keadaan perekonomian dari suatu negara misalnya kondisi makroekonomi yang bersifat fluktuatif dapat mempengaruhi perubahan harga
saham.
2.2 Pasar Modal
2.2.1 Definisi Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Dengan demikian, pasar modal juga diartikan sebagai pasar untuk memperjual belikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti
saham dan obligasi. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik.
Lembaga pasar modal adalah merupakan pelengkap disektor keuangan
terhadap dua lembaga lainya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik dana dalam hal
pada akhirnya dapat memaksimumkan penghasilan (Marzuki Usman dalam J
supranto, 1992).
Pasar modal dapat dikatakan sebagai pasar abstrak, dimana yang diperjual belikan adalah dana-dana jangka panjang yaitu dana yang keterikatannya dalam
investasi lebih dari satu tahun.
2.2.2 Jenis dan Fungsi Pasar Modal
Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada
beberapa macam, yaitu:
1) Pasar Perdana ( Primary Market )
Pasar perdana terjadi pada saat perusahan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan
analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
2)
Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan.
Pasar Sekunder ( Secondary Market )
Pasar Sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara investor setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu
selambat-lambatnya 90 hari setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus dicatatkan di bursa. Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli
Harga saham pasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan ekspektasi pasar,
pihak yang berwenang adalah pialang, adanya beban komisi untuk penjualan dan pembelian, pemesanannya dilakukan melalui anggota bursa, jangka waktunya tidak terbatas. Tempat terjadinya pasar sekunder di dua tempat,yaitu:
1. Bursa reguler
Bursa reguler adalah bursa efek resmi seperti bursa efek jakarta (BEJ) dan
bursa efek surabaya (BES). 2. Bursa paralel
Bursa paralel atau over the counter adalah suatu sistem perdagangan efek
yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dengan bentuk pasar sekunder yang diatur dan
a) Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Di mana investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui
pembelian efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal. Sebaliknya perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan
instrument keuangan jangka panjang melalui pasar modal tersebut.
diselenggarakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek
(PPUE), diawasi dan dibina oleh Bapepam. Over the counter karena pertemuan antara penjual dan pembeli tidak dilakukan di suatu tempat tertentu tetapi tersebar diantara kantor para broker atau dealer.
2.2.3 Peranan Strategis Pasar Modal
Pasar Modal mendorong perkembangan investasi. Peran dan manfaat
b) Pasar modal memberikan alternatif investasi. Di mana pasar modal memudahkan alternatif berinvestasi yang memberikan keuntungan dengan sejumlah resiko tertentu.
c) Pasar modal memungkinkan para investor memiliki perusahaan yang sehat
dan berprospek baik. Di mana perusahaan yang sehat dan memiliki prospek yang baik tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang tertentu saja. Penyebaran
kepemilikan secara luas dapat mendorong perkembangan perusahaan menjadi lebih transparan.
d) Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan.
Keikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih profesional, efisien
dan berorientasi pada keuntungan sehingga tercipta kondisi “ good corporate governance”.
e) Peningkatan aktivitas ekonomi nasional. Dengan adanya pasar modal perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju dan menciptakan kesempatan
2.2.4 Instrument Pasar Modal
Instrumen pasar modal meliputi surat-surat berharga yang diperjual belikan melalui pasar modal. Instrumen pasar modal sekarang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia adalah saham, obligasi dan rights.
1) Saham
Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang
menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap asset dan pendapatan suatu perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.
Saham dapat dibedakan menjadi 2 yakni : I. Saham Preferen (prefered stock)
1. Memiliki hak yang terlebih dahulu memperoleh deviden 2. Tidak memiliki hak suara
3. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan
pengurus.
II. Saham Biasa (Common Stock)
1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba 2. Memiliki hak suara
3. Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan setelah semua
2) Obligasi
Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya. Meskipun demikian obligasi bukan tanpa resiko karena bisa saja obligasi tersebut tidak terbayar kembali akibat kegagalan penerbitnya
dalam memenuhi kewajibannya. 3) Right
Merupakan hak yang diberikan kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru yang diterbitkan oleh suatu perusahaan.
2.3 Tingkat Pengembalian Saham
Pada prinsipnya, seseorang mau melakukan investasi apabila uang yang dia keluarkan pada saat ini akan memberikan uang yang lebih banyak di masa yang
akan datang (return). Tingkat pengembalian dari suatu saham dapat diperoleh dari dividen dan capital gain.
1) Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah
mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham
tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa
berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan
dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
2.Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Misalnya Investor membeli saham XYZ dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang
dijualnya.
Secara matematis, rumus menghitung return yang diharapkan dari sekuritas
adalah dalam persamaan berikut ini : E(R) =
Dimana :
E(R) = Return yang diharapkan dari suatu sekuritas
Ri = Return ke-i yang mungkin terjadi
Pri = probabilitas return ke-i
Return Saham = Pt – P
Pt = Harga saham sekarang
Pt-1
2.4 Resiko
= Harga saham periode sebelumnya.
Resiko investasi bisa diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan
antara return aktual dengan return yang diharapkan (Eduardus Tandelin, 2001). Resiko merupakan suatu kejadian yang bersifat merugikan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Resiko investasi terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Resiko Sistematis (Systematic risk), resiko ini sering juga disebut resiko pasar, karena risiko ini dirasakan dampaknya oleh semua peserta pasar.
Risiko ini timbul sebagai akibat dampak dari suatu kejadian terbaru (current event) yang sangat berpengaruh terhadap pasar. Biasanya berkaitan dengan resiko perekonomian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Resiko
pasar ini tergolong sebagai resiko yang tidak bisa dihindari, risiko ini hanya bisa diturunkan, melalui penundaan pembelian bagi investor beli atau sejenak
meninggalkan pasar bagi investor jual. Contoh risiko sistematis ini : resiko politik, resiko inflasi, resiko suku bunga, dll.
2. Resiko Tidak Sistematis (Non Systematic Risk), resiko ini timbul dari
faktor-faktor internal dan eksternal atau kondisi fundamental perusahaan. Resiko ini dapat dikurangi dengan usaha mendiversifikasikan risiko yang dilakukan
efisien. Contohnya, resiko finansial perusahaan seperti kondisi likuiditas,
solvabilitas, dll.
2.5 Capital Asset Pricing Model (CAMP)
CAMP merupakan sebuah model yang menggambarkan hubungan antara resiko dan return yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas. Model CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model
CAPM merupakan pengembangan teori portofolio yang dikemukan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk
/unsystematic risk).
Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang
ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah
yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya
identik.
Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio.
Sehingga strategi yang efisien adalah passive strategy. Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau
CAMPT pertama kali dikenalkan oleh Sharpe, Lintner dan Mossin pada pertengahan tahun 1960-an. Model CAMP merupakan model keseimbangan yang
menggambarkan hubungan resiko dengan return secara lebih sederhana, dan William Sharpe dalam membangun model CAPM diilhami dari teori
portofolio yang diajukan oleh Harry Markowits. Markowitz mengusulkan sebuah model untuk menjelaskan korelasi diantara return sekuritas. Model ini mengasumsikan bahwa return dari sekuritas ke-i tergantung pada sebuah faktor
yang mendasari, nilai yang diwakili oleh indeks, dalam notasi matematika dinyatakan sebagai:
ri = ai + Bi.F + ui
ri = return sekuritas i
Bi = Beta dari sekuritas i
F = indeks (belum tentu indeks pasar)
ui = error term
Namun, diantara beberapa yang menjadi keunggulan model CAMP ini, terdapat berbagai alasan yang memungkinkan kegagalan dari pengujian CAPM secara empiris yang dikemukakan oleh Hary Markowizt ini, antara lain:
1. Portofolio yang dibentuk tidak mencerminkan keseluruhan dari kemungkinan portofolio yang ada
2. Beta (b) bukanlah alat ukur yang tepat untuk mengukur resiko 3. Adanya efek dari pajak
hanya menggunakan satu variabel (disebut juga variabel beta) untuk
menggambarkan resiko.
Salah satu alternatif teori model keseimbangan selain CAMP adalah Arbitrage Pricing Theory (APT). Sama halnya CAPM, APT menggambarkan
hubungan antara resiko dan return, tetapi dengan menggunakan asumsi atau prosedur yang berbeda. Perkiraan return yang diharapkan suatu sekuritas dengan
menggunakan APT tidak terlalu dipengaruhi oleh portfolio pasar seperti CAMP. Pada model CAMP, portfolio pasar sangat berpengaruh karena diasumsikan bahwa resiko yang relevan adalah resiko yang di ukur dengan beta yang
menunjukkan sensivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar, sedangkan pada model APT return sekuritas diharapkan dari suatu sekuritas bisa
dipengaruhi oleh beberapa sumber resiko lainnya (bukan hanya diukur dengan beta).
Model keseimbangan APT menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang
mungkin menentukan return saham dan didasari pandangan bahwa return yang diharapkan untuk suatu sekuritas akan dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko
dan faktor-faktor resiko tersebut akan menunjukkan kondisi perekonomian secara umum. Dengan demikian APT mengasumsikan bahwa sekuritas yang berbeda akan mempunyai sensitivitas terhadap faktor-faktor risiko sistematis yang berbeda
pula. Investor dapat memilih bentuk portfolio tergantung dari preferensinya terhadap resiko, karena investor mempunyai perilaku yang berbeda terhadap
terhadap perubahan pada faktor tersebut, maka melalui model APT ini investor
dapat menentukan estimasi return yang diharapkan untuk berbagai sekuritas.
2.6.1 Tingkat Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga harga barang jasa secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga yang sifatnya sementara seperti momen hari raya (tidak terus menerus) dan kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya.
Irham Fahmi (2006:79) mengatakan bahwa inflasi merupakan suatu keadaan
menurunnya nilai mata uang pada suatu negara dan naiknya harga barang yang berlangsung secara sistematis.
Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif, tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru
mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah
untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat, inflasi
bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara
inflasi yang sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Pekerjaan yang sulit adalah menciptakan tingkat yang dapat menggerakkan dunia usaha menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat
menutupi pengangguran, perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai, dan harga saham di pasar bergerak normal.
Inflasi dapat diartikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontiniu sehingga daya beli masyarakat menjadi menurun.
Inflasi dapat juga diartikan sebagai suat proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai
mata uang secara kontiniu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi
Walaupun analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi terhadap inflasi sejak tahun1970-an dapat dibedakan menjadi dua kelompok aliran, yakni keynesian dan Monetaris namun dalam beberapa literatur disebutkan versi yang berbeda, dimana
2.6.1.1 Teori-Teori Inflasi 1. Teori Inflasi Klasik
Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan
jumlah jumlah uang, serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama
dengan kenaikan harga. Jadi menurut klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka obatnya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit. Pendapat klasik tersebut jauh dapat dirumuskan sebagai berikut:
Inflasi = f ( jumlah uang beredar, kredit) 2. Teori Inflasi Keynes
Teori ini mengasumsikan bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi
walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik. Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambah
permintaan uang transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku suku bunga. Hal ini akan mencegah permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.
Inflasi = f (jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi) 3. Teori Inflasi Moneterism
akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa disektor riil.
Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta
penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing, sehingga teori ini menurut moneterisme dapat dinotasikan sebagai berikut :
inflasi = f (kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif) 4. Teori Ekspektasi
Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi
berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian
rasional adalah suatu tindakan yang logika untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat dinotasikan menjadi :
Inflasi = f (ekspektasi adaftif, ekspektasi rasional).
2.6.1.2Asal Inflasi
Ditinjau dari asal terjadinya, maka inflasi dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu :
a. Domestic Inflation
Adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan harga disebabkan
karena adanya kejutan (shock) dari dalam negeri, baik karena perilaku masyarakat maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang
b. Imported Inflation
Adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri terutama barang-barang impor
atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum dapat diprodukasi didalam negeri.
2.6.1.3 Bobot Inflasi
Inflasi jika ditinjau dari sudut bobotnya, dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
a. Inflasi Ringan
Inflasi ringan disebut juga creeping inflation. Inflasi ringan adalah inflasi
dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10 % per tahun.
b. Inflasi Sedang
Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada diantara 10% – 30% per tahun atau melebihi dan digit dan sangat mengancam struktur
dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. c. Inflasi Berat
Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30%
d. Inflasi Sangat Berat
Inflasi sangat berat yang juga disebut hyper inflation adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100 % per tahun, sebagaimana yang terjadi di masa Perang Dunia II ( 1939-1945 ). Untuk keperluan perang terpaksa harus
dibiayai dengan cara mencetak uang secara berlebihan.
2.6.1.4 Mengukur Inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
1. Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
2. Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP ini sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian
akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
3. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
4. Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Kenaikan inflasi adalah sinyal negatif bagi investor di pasar modal, karena inflasi akan meningkatkan pendapatan dan biaya-biaya bagi perusahaan. Jika
keuntungan perusahaan akan menurun yang pada akhirnya akan menurunkan
harga saham perusahaan.
2.6.2 Volume Perdagangan Saham
Volume pedagangan saham merupakan satu indikator yang digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap kejadian atau informasi yang berkaitan dengan suatu saham. Volume perdagangan saham merupakan keseluruhan dari nilai transaksi
pembelian maupun penjualan saham oleh investor, sehingga melalui volume perdagangan dapat diketahui suatu informasi tentang saham yang ada di pasar modal.
Melalui perdagangan saham ini dapat dilihat apakah individu menilai sesuatu melalui informasi yang dikeluarkan perusahaan dan bagaimana informasi
itu dapat menjadi suatu pertimbangan apakah akan di lakukan pembelian atau penjualan saham, sehingga informasi itu menghasilkan suatu keputusan perdagangan dan pada akhirnya diharapkan memperoleh keuntungan lebih.
Volume perdagangan saham di pasar modal dapat dijadikan indikator penting bagi investor. Naiknya volume perdagangan saham di pasar modal
menunjukkan kenaikan aktivitas jual beli saham oleh para investor di pasar modal. Perubahan volume perdagangan diukur dengan aktivitas volume perdagangan yang diukur dengan Trading Volume Activity (TVA), dimana TVA merupakan
2.6.3 Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar (money supply) adalah total stok uang dalam perekonomian pada periode tertentu yang biasanya dalam kurun waktu satu tahun anggaran. Mengenai jumlah uang beredar bukan hanya untuk uang yang beredar
dan berada di tangan masyarakat, melainkan seluruh uang yang dikeluarkan secara resmi oleh bank sentral maupun bank umum.
Ada dua defenisi yang jumlah uang beredar yang banyak dipakai, kedua defenisi ini disusun berdasarkan dua pendekatan, yaitu pendekatan transaksional dan pendekatan likuiditas.
2.6.3.1 Pendekatan Transaksional
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menghitung jumlah uang beredar
dalam arti sempit (narrow money) yang dikenal dengan M1, karena pendekatan transaksional ini memandang bahwa jumlah uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang yang diperlukan untuk keperluan transaksi. Di Indonesia yang
tercakup dalam M1 adalah uang kartal tambah dengan uang giral. Dimana uang kartal terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku sedangkan uang giral
terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka, dan tabungan rupiah yang sudah jatuh tempo.
2.6.3.2 Liquidity Approach
Pendekatakan ini mengartikan bahwa jumlah uang beredar adalah jumlah uang untuk kebutuhan transaksi ditambah uang kuasi. Pertimbangannya adalah
yang dapat digunakan untuk kebutuhan transaksi. Pendekatan ini digunakan
untuk menghitung jumlah uang beredar dalam arti luas (broad money) yang dikenal dengan M2. Uang kuasi terdiri dari simpanan berjangka dan tabungan penduduk pada bank umum.
Jumlah uang beredar yang tinggi di masyarakat akan menimbulkan exces liquidity, yang mengakibatkan masyarakat akan mencari berbagai alternatif
investasi untuk menyalurkan kelebihan dana tersebut. Apabila masyarkat memilih untuk menyalurkan dananya dengan berinvestasi di pasar modal dimana investasi di pasar modal maka akan mengakibatkan harga-harga saham akan semakin
meningkat.
2.6.4 Kurs
Kurs adalah harga dari satu mata uang dalam mata uang yang lain. Kurs sering disebut dengan valuta asing ini adalah pertukaran mata uang suatu negara terhadap negara lainnya. Perbandingan nilai antara mata uang suatu negara
terhadap negara lain menimbulkan suatu nilai, yang disebut kurs valuta asing (foreign exchange rate).
Ketika mata uang relatif negara terapresiasi (nilainya naik secara relatif terhadap mata uang lainnya), barang yang dihasilkan oleh negara tersebut di luar negeri menjadi lebih mahal dan barang-barang luar negeri di negara tersebut
menjadi lebih murah (asumsi harga barang domestik konstan di kedua negara). Sebaliknya, ketika mata uang suatu negara terdepresiasi, barang-barangnegara
Kurs valuta asing yang ditentukan dalam pasar bebas tergantung kepada
permintaan dan penawaran mata uang asing tersebut. Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu disebabkan karena adanya perubahan
dalam permintaan dan penawaran valuta asing tersebut. Karena adanya perubahan dari kurs valuta asing tersebut maka di sini terdapat resiko terhadap perubahan
tersebut yang disebut dengan exchange rate risk. Exchange rate risk merupakan resiko terhadap perubahan dalam exchange rate sejenis valuta yang mempunyai dampak yang tidak vafourable dalam cost untuk memperoleh revenue.
2.6.4.1 Jenis Nilai Tukar
Dalam literatur ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara (Mankiw, 2003:127). Misalnya, jika nilai tukar antara dolar AS dan rupiah adalah 9000 per dolar, maka kita dapat
menukar 1 dolar untuk 9000 rupiah di pasar uang sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Nilai tukar riil
menyatakan tingkat di mana pelaku ekonomi dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang-barang-barang dari negara lain.
Nilai tukar riil di antara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan
tingkat harga di kedua negara. Hubungan nilai tukar riil suatu mata uang dengan nilai tukar nominal, harga barang domestik dan harga barang luar negeri dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio tingkat harga merupakan perbandingan antara tingkat harga dalam
negeri dengan tingkat harga di luar negeri. Dari rumus diatas, maka jika nilai tukar riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan barang barang domestik relatif lebih mahal. Sedangkan jika nilai tukar riil rendah,
barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang-barang-barang domestik relatif lebih murah.
2.6.4.2 Sistem Valuta Asing
Pada setiap negara terdapat suatu sistem kurs valuta asing yang ditentukan oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah masing-masing negara tersebut. Ada
3 jenis sistem kurs valuta asing yang dipakai suatu negara, yaitu :
a. Sistem kurs bebas, atau sering disebut juga sistem kurs mengambang. Dalam
sistem ini tidak ada campur tangan pemerintah untuk menstabilkan nilai kurs. Nilai tukar kurs ditentukan oleh permintaan dan penawaaran terhadap valuta asing.
b. Sistem kurs tetap, dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan turut campur secara aktif dalam pasar valuta asing dengan
membeli atau menjual valuta asing jika nilainya menyimpang dari standar yang telah ditentukan.
c. Sistem kurs terkontrol/terkendali, dalam sistem ini pemerintah atau bank
sentral negara yang bersangkutan mempunyai kekuasaan eksklusif dalam menentukan alokasi dari penggunaan valuta asing yang tersedia. Warga
Perubahan nilai tukar sangat berdampak pada tingkat return ataupun risiko
yang akan diterima oleh investor karena risiko perubahan nilai tukar paling berpengaruh pada perusahaan yang sebagian besar bisnisnya melakukan transaksi mata uang. Perubahan nilai tukar pada umumnya pada akhirnya dapat
mempengaruhi arus kas yang akan diterima oleh perusahaan itu, sehingga akan berpengaruh pada pilihan investasi.
2.6.5 Suku Bunga
Suku bunga adalah harga aset finansial (Yoopi, 2004). Suku bunga Bank Indonesia adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. SBI dalam hal ini mengacu pada BI rate yang ditentukan oleh bank
indonesia. SBI ini menjadi salah satu kebijakan moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Dengan menerbitkan
dan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan dana yang beredar dimasyarakat.
Pada umumnya investor akan menggunakan menggunakan tingkat suku bunga ini sebagai perbandingan dengan alternatif investasi lain, untuk memperoleh keuntungan mana yang lebih besar. Karena SBI ini diterbitkan oleh
negara, sehingga SBI ini merupakan investasi yang bersifat bebas resiko, sehingga menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor. Pada waktu
diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian
yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.
2.7 Kerangka Konseptual
Adapun gambaran secara ringkas dari penelitian ini dapat dijelaskan melalui kerangka konseptual di bawah ini adalah:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dari kerangka pemikiran diatas dijelaskan hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun variabel bebas, seperti tingkat
inflasi, volume perdagangan, kurs dan jumlah uang beredar dalam hal ini adalah M2, serta tingkat suku bunga SBI. Masing-masing variabel bebas tersebut
memiliki hubungan dan memberi pengaruh terhadap variabel terikat dalam hal ini adalah return saham sektor pertambangan.
Tingkat Inflasi
Volume
Kurs
JUB (M2)
Tingkat Pengembalian Saham Sektor Pertambangan
2.8 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:
1) Model APT signifikan dalam menjelaskan kinerja saham sektor pertambangan.
2) Variabel makroekonomi yaitu: Inflasi, Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, Tingkat suku bunga SBI mempunyai hubungan yang negatif terhadap return saham, sebaliknya Volume perdagangan saham dan Jumlah uang beredar
(M2) mempunyai pengaruh positif retun saham sektor pertambangan.
3) Tingkat inflasi, volume perdagangan saham, nilai tukar rupiah, jumlah uang
beredar (M2) dan tingkat suku bunga SBI secara simultan berpengaruh terhadap return saham sektor pertambangan yang listed di Bursa Efek Indonesia.
4) Tingkat inflasi, volume perdagangan saham, nilai tukar rupiah, jumlah uang beredar (M2) dan tingkat suku bunga SBI secara parsial berpengaruh