• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN - DOCRPIJM 8ae11a6e6d BAB VIIBab 7 RC Pebangunan Infra Bidang CK RPIJM 16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN - DOCRPIJM 8ae11a6e6d BAB VIIBab 7 RC Pebangunan Infra Bidang CK RPIJM 16"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

7 - 1

7.1.

SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

Pada bagian ini uraian kondisi perumahan meliputi stok perumahan yang ada, luasan dan persebaran kawasan perumahan, dan layanan prasarana dan sarana dasar sebagai hasil analisis terhadap tingkat pelayanannya terhadap besaran penduduk yang harus dilayaninya.

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2014 pada sepuluh (10) wilayah kecamatan perencanaan diperoleh gambaran jumlah rumah yang terbangun oleh sektor formal (developer) dan sebagian besar oleh masyarakat mencapai 14.777 rumah atau seluas 119,87 ha. Jumlah rumah terbangun terbanyak berada di Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Batulicin dan Kecamatan Satui.

Kepadatan bangunan di delapan wilayah kecamatan dibandingkan dengan luas wilayahnya relatif rendah. Demikian pula jika ditinjau dari kepadatan bangunan terhadap luasan kawasan permukimannya, yang terlihat pada sepuluh wilayah kecamatan juga relatif rendah. Kepadatan rumah terbesar berada di Kecamatan Simpang Empat yang mempunyai kecenderungan ke arah kepadatan sedang dalam jangka waktu menengah hingga panjang (di atas 100 rumah/Ha).

Kondisi backlog (selisih antara jumlah KK dengan jumlah rumah yang tersedia, dengan anggapan setiap KK mendapatkan hak rumah) tertinggi terjadi di Kecamatan Simpang Empat sebesar 12.324 buah rumah, menyusul Kecamatan Satui sebanyak 9.343 buah rumah dan Kecamatan Kusan Hilir sebanyak 7.791 buah rumah. Jika dicermati jumlah angka ini mempunyai bobot prosentase tidak sedikit. Untuk sepuluh kecamatan seluruhnya backlog yang terjadi sebanyak 44.395 buah atau dibutuhkan penyediaan rumah sebanyak 66 % dari jumlah yang telah ada. Hal ini memberikan gambaran pula bahwa di dalam setiap 100 rumah terdapat 66 rumah didalamnya yang dihuni lebih dari satu KK.

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

P

P

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

U

U

N

N

A

A

N

N

I

(2)

7 - 2

7.2.

PRIORITAS SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

A. Visi Dan Misi Penyelenggaraan Perumahan Dan Permukiman

Visi Kabupaten Tanah Bumbu yang hendak dicapai pada tahun 2011-2015 adalah:

“Terwujudnya Kabupaten Tanah Bumbu Sebagai Pusat Pelabuhan, Perdagangan Dan

Pariwisata Terdepan Di Kalimantan Berbasis Ekonomi Kerakyatan Menuju Tanah Bumbu

Yang Maju, Unggul, Mandiri, Sejahtera, Aman, Religius Dan Berakhlak Mulia Serta

Berintelektual Tinggi”.

Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2011-2015 tersebut, maka misi pembangunan Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan penataan ruang wilayah yang mendorong pembangunan berkelanjutan dengan peningkatan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas

2. Meningkatkan daya saing daerah yang berbasis ekonomi kerakyatan melalui peningkatan jaringan jasa distribusi lokal, regional dan nasional

3. Mengembangkan Wisata Unggulan yang selaras dengan Pembangunan Kehidupan Beragama, Sosial dan Budaya

4. Pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan Sumber Daya Alam yang berkelanjutan; 5. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing dengan

peningkatan akses layanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau 6. Menyelenggarakan tata kelola birokrasi yang baik dan bersih.

Tujuan dalam penataan ruang di Kabupaten Tanah Bumbu ditetapkan berdasarkan potensi masalah, isu strategis serta visi misi Kabupaten yang telah disusun. Hal ini agar tujuan penataan ruang Kabupaten Tanah Bumbu mampu mengembangkan potensi dan meminimalisir permasalahan yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu terkait upaya pengembangan ekonomi wilayah yang mandiri dan sejahtera.Tujuan penataan ruang Kabupaten Tanah Bumbu adalah Penataan ruang Kabupaten Tanah Bumbu bertujuan untuk

Mewujudkan Kabupaten Yang Produktif Melalui Pusat Perdagangan, Industri Dan

Pariwisata Terdepan Di Kalimantan Serta Menuju Masyarakat Yang Maju, Unggul,

Mandiri, Sejahtera, Realigus Dan Berahlak Mulia Serta Berintelektual Tinggi”.

B. Kebijakan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kabupaten Tanah Bumbu

(3)

7 - 3 Tabel 7.1.

Kebijakan Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman

1 RTRW Kabupaten Tanah Bumbu

1. Pengembangan kawasan terbangun pada lahan yang sesuai dengan kriteria fisik kawasan permukiman, meliputi: kemiringan lereng, ketersediaan dan mutu sumber air bersih, bebas dari potensi banjir/genangan.

2. Pembatasan perkembangan kawasan terbangun yang berada atau berbatasan dengan kawasan lindung.

3. Pengembangan permukiman harus memperhatikan sempadan perbatasan administrasi antar wilayah kabupaten sekurang-kurangnya 50 m di kiri kanan garis sempadan perbatasan wilayah serta berfungsi sebagai ruang terbuka hijau.

4. Pengembangan kawasan permukiman harus memperhatikan sempadan sungai.

Sumber : RTRW Kab. Tanah Bumbu

Tabel 7.2.

Rencana Pusat Permukiman Perkotaaan

No Jenis Pusat Lokasi Wilayah Pelayanan Fungsi

1.

PWP&PKW

(Pusat Wilayah Pembangunan dan Pusat Kegiatan Wilayah

Batulicin

Seluruh wilayah Kab. Tanah Bumbu, WP Tanah Bumbu dan sebagian wilayah provinsi

Kalimantan Selatan Bagian Timur-Tenggara

-Pusat WP Timur-Tenggara Tanah Bumbu dan pusat pelayanan transportasi regional, internasional baik transportasi darat, laut dan udara

-Pusat Kapet Batulicin yang terletak pada alur laut kepulauan Indonesia (ALKI II) yg bercirikan kawasan industri & perdagangan

-Pusat Pemerintahan Kab. Tanah Bumbu

-Kawasan perumahan permukiman perkotaan -Pusat Fasilitas Sosial,

budaya, dan politik

-Pusat Sungai Loban, melayani Kecamatan Kusan Hilir & Sungai Loban.

-Pusat Sungai Danau, melayani Kecamatan Satui dan Angsana. -Pusat Binawara,

melayani Kecamatan Kuranji & Kusan Hulu. -Pusat Mantewe,

melayani Kec.Mantewe dan Karang Bintang. -Pusat Pagatan, mela-yani

Kec. Kusan Hilir

-Pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan -Kawasan perumahan

permukiman -Pusat Fasilitas Sosial,

(4)

7 - 4 No Jenis Pusat Lokasi Wilayah Pelayanan Fungsi

4. PKL-II

Rencana Pusat-Pusat Permukiman Perdesaan

No Kecamatan Desa Pusat Pertumbuhan

1 Kecamatan Satui UPT Wonorejo

UPT Sumberbaru

2 Kecamatan Angsana UPT Porwodadi

UPT karang Indah

3 Kecamatan Sungai Loban Desa Sebamban Lama Desa Batu Merantai

4 Kecamatan Kuranji DesaSariutama

5 Kecamatan Kusan Hulu Desa Teluk Kepayang 6 Kecamatan Kusan Hilir Desa Pulau Tanjung 7 9 Kecamatan Karang Bintang Desa Manunggal

10 Kecamatan Mantewe Desa Rejosari

Sumber : RTRW Kab. Tanah Bumbu

C. Ketentuan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman 1. Pola dan arah pengembangan kota

Pola dan arah pengembangan Kabupaten Tanah Bumbu berdasarkan tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, adalah sebagai berikut:

a. Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan peruntukan permukiman terdiri dari peruntukan permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan. Rencana kawasan peruntukan permukiman direncanakan seluas kurang lebih 17.818 hektar yang tersebar di seluruh kecamatan, kawasan permukiman diarahkan dikembangkan pada pusat-pusat fasilitas umum yang terletak di PKL,PKLp,PPK dan PPL.

Rencana pengembangan kawasan permukiman di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebagai berikut:

1. Rencana Pengembangan kawasan perumahan skala besar diarahkan di Kecamatan

Batulicin, Simpang Empat, Sungai Loban, Kuranji, dan Kecamatan Satui

(5)

7 - 5 Pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Tanah Bumbu, dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

1. Pengembangan perumahan tidak terencana.

Program yang dapat dilakukan adalah pengembangan perumahan penduduk eksisting, dalam hal ini direncanakan program pembangunan kembali (revitalisasi) perumahan yang telah ada, terutama bagi bangunan permukiman yang sudah tidak layak huni. Program ini dapat direalisasikan dengan bantuan dari pemerintah, baik itu Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

2. Pengembangan perumahan terencana

Program yang direncanakan dalam pengembangan ini adalah pembangunan perumahan baru, dimana program tersebut memang telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang telah diproyeksikan untuk 20 tahun yang akan datang, sehingga diharapkan pembangunan permukiman baru ini dapat menampung kebutuhan masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu untuk 20 tahun yang akan datang. Program ini dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah melalui program KPR PERUMNAS (Perumahan Nasional) maupun pihak swasta (developer).

3. Pengembangan perumahan transmigrasi

Untuk pengembangan kawasan perumahan skala besar maupun secara individu harus sesuai dengan rencana tata ruang yang sifatnya lebih rinci.

b. Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan

Perkotaan diartikan sebagai pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta permukiman yang memperlihatkan watak dan ciri kehidupan wilayah.

Kawasan Permukiman Perkotaan adalah kawasan yang dominasi kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya.

Untuk Kabupaten Tanah Bumbu yang termasuk dalam kawasan permukiman perkotaan adalah pemukiman yang berada di ibukota kecamatan terutama pada lingkup wilayah kecamatan. Kawasan ini secara rinci dijabarkan dalam RDTRK masing-masing kecamatan, sesuai dengan peraturan Daerah mengenai batas wilayah Kecamatan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 2 Tahun 1987 tentang rencana tata ruang wilayah. Dengan demikian ketentuan luas masing-masing Kecamatan akan berbeda-beda tergantung pada kondisi geografi wilayah yang bersangkutan.Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi:

1. Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat menjadikan sebagai tempat

hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh sarana dan prasarana permukiman.

(6)

7 - 6

3. Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha

4. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil. Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis Pengelolaannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan hasil

5. Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai

6. Penyediaan permukiman selain disediakan oleh pengembang dan masyarakat, juga diarahkan pada penyediaan Kasiba/Lisiba Berdiri Sendiri, perbaikan kualitas permukiman dan Pengelolaan perumahan secara vertikal

7. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan

antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau

8. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan kecamatan; serta

9. Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan bersesuaian.

c. Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan

Pengertian desa ditinjau dari segi kegiatannya adalah kegiatan ekonomi yang lebih dominan berupa pertanian, jumlah penduduk relatip kecil, cara hidupnya yang tradisional dan status serta susunan masyarakatnya yang homogen.

Kawasan pemukiman pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, dengan tingkat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi skala lokal.Dengan demikian di Kabupaten Tanah Bumbu yang termasuk di dalam kawasan ini terletak di semua desa yang berada dalam kawasan pusat desa. Kawasan pusat desa dalam hubungan ini perlu adanya penataan ruang khusus yang dijabarkan dalam rencana penataan kawasan yang dijabarkan dalam rencana penataan kawasan pusat desa. Berdasarkan analisa menurut kepadatan Bruto per kecamatan, maka Pengelolaan kawasan permukiman direkomendasikan sebagai berikut:

1. Pada permukiman kepadatan tinggi, dengan mengembangkan daerah permukiman

2. Pada pemukiman sedang, agar dipertahankan

(7)

7 - 7 Tabel 7.4.

Rencana Luasan Kawasan Budidaya di Kabupaten Tanah BumbuTahun 2012-2032

Hutan Produksi Terbatas

Hutan Produksi

Tetap

Kawasan Industri dan Pergudangan

Kawasan

Pelabuhan Pariwisata

Perikanan Budidaya

Perikanan Tangkap

Permukiman Perdesaan

Permukima n Perkotaan

Pertanian Lahan Basah

Tanaman Tahunan Perkebunan

Jumlah

KEC. ANGSANA 16.24 159.70 358.88 0.50 2378.02 180.57 14395.90 17489.81

KEC. BATULICIN 381.56 193.52 0.00 3.88 4527.88 918.06 4281.98 10306.89

KEC. KARANG BINTANG 251.63 1315.82 581.28 465.97 19322.21 21936.90

KEC. KURANJI 1105.66 15842.65 16948.31

KEC. KUSAN IILIR 5.11 268.15 4486.71 67.51 1658.55 1103.88 5409.28 10253.17 23252.34

KEC. KUSAN ULU 9207.83 25300.29 1423.08 3551.59 43074.33 82557.11

KEC. MANTEWE 1580.96 36418.89 2567.78 26339.84 66907.47

KEC. SATUI 6703.29 33303.51 848.81 0.12 982.44 0.00 4499.57 2657.77 1623.24 42764.08 93382.83

KEC. SIMPANG EMPAT 1298.75 2538.51 1063.74 1214.55 0.00 0.00 55.95 6991.12 26663.00 39825.62

KEC. SUNGAI LOBAN 18.72 795.15 0.02 1990.38 21018.62 23822.89

Kawasan Pesisir 11.27 0.04 644.19 36039.27 0.04 166.90 36861.72

Grand Total 18790.82 95038.92 2790.14 2488.91 1841.75 7102.00 36107.30 16998.70 15861.96 12148.69 224122.69 433291.89

KECAMATAN

KAWASAN BUDIDAYA

(8)

7 - 8 Peta 7.1.

(9)

7 - 9 Tabel: 7.5.

Jumlah Rumah dan Backlog Per-Kecamatan Tahun 2015

No. Kecamatan Jumlah Rumah (Unit) Jumlah KK Backlog

1. Angsana 3303 6677 3374

2. Batulicin 3734 5725 1991

3. Karang Bintang 4699 6501 1802

4. Kuranji 2287 3566 1279

5. Kusan Hilir 9464 17255 7791

6. Kusan Hulu 5177 7184 2007

7. Mantewe 5078 6904 1826

8. .Simpang Empat 15938 28262 12324

9. Satui 11315 20658 9343

10. Sungai Loban 5035 7692 2657

JUMLAH 66030 110425 44395

Sumber Data: Bidang Penataan dan Pengawasan Bangunan Kab Tanah Bumbu 2015, Diolah

7.3. LUASAN DAN PERSEBARAN KAWASAN PERUMAHAN

Kesesuaian lokasi perumahan ini adalah perbandingan antara kawasan permukiman yang ada dengan rencana tata ruang setempat, mengingat bahwa rencana tata ruang ini dipastikan telah mengacu pada RTRW Kabupaten. Berdasarkan hasil kunjungan lapangan, sebagian besar lokasi perumahan telah sesuai dengan RUTRK/RDTRK kota-kota kecamatan yang ada. Namun demikian juga terdapat kawasan perumahan yang lokasinya tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada. Ketidak sesuaian lokasi ini terjadi baik pada area permukiman yang tumbuh secara spontan, tanpa didukung oleh dokumen-dokumen pembangunan yang resmi (ijin lokasi, ijin mendirikan bangunan dan lain-lain) maupun kawasan yang didukung dengan dokumen-dokumen resmi. Dari hasil peninjauan lapangan keadaan tersebut terjadi di kota/kawasan sebagai berikut:

Tabel: 7.6.

Permukiman Organis dan Anorganis Kabupaten Tanah Bumbu 2015

No. Kecamatan

Permukiman Organis Permukiman Anorganis

Unit Luas (Ha) Unit Luas (Ha)

1. Angsana 3303 1520.40 - -

2. Batulicin 3734 1335.69 2413 25.34

3. Karang Bintang 4699 383.39 424 5.00

4. Kuranji 2287 1129.93 1376 10.32

(10)

7 - 10 No. Kecamatan

Permukiman Organis Permukiman Anorganis

Unit Luas (Ha) Unit Luas (Ha)

6. Kusan Hulu 5177 854.84 - -

7. Mantewe 5078 820.73 - -

8. Simpang

Empat 15938 1459.35 4821 36.16

9. Satui 11315 1563.50 2072 15.54

10. Sungai Loban 5035 1646.84 108 0.81

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Tanah Bumbu 2015

(11)

7 - 11

7.4.

ARAHAN KEBIJAKAN SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional

Misi pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan permukiman dalam RPJMN Tahun 2007 adalah: Terwujudnya pembangunan yang lebih

merata dan berkeadilan, ditandai oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh

2. Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

Sementara itu arahan pembangunan nasional sesuai dengan misi pembangunan nasional Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah:

A. Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memerhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memerhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya.

B. Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang. Rencana pembangunan dijabarkan dan disinkronisasikan ke dalam rencana tata ruang yang konsisten, baik materi maupun jangka waktunya.

(12)

7 - 12 D. Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah wilayah

tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, selain dengan pemberdayaan masyarakat secara langsung melalui skema pemberian dana alokasi khusus, termasuk jaminan pelayanan publik dan keperintisan, perlu pula dilakukan dilakukan penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis dalam satu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’.

E. Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan pembangunan yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan yang bersifat keamanan, juga diperlukan pendekatan kesejahteraan. Perhatian khusus diarahkan bagi pengembangan pulau pulau kecil di perbatasan yang selama ini luput dari perhatian.

F. Pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil diseimbangkan pertumbuhannya dengan mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional. Upaya itu diperlukan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan fisik kota yang tidak terkendali (urban sprawl & conurbation), seperti yang terjadi di wilayah pantura Pulau Jawa, serta untuk mengendalikan arus migrasi masuk langsung dari desa ke kota-kota besar dan metropolitan, dengan cara menciptakan kesempatan kerja, termasuk peluang usaha, di kota-kota menengah dan kecil, terutama di luar Pulau Jawa. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi sejak tahap awal.

G. Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dikendalikan dalam suatu sistem wilayah pembangunan metropolitan yang kompak, nyaman, efisien dalam pengelolaan, serta mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan melalui:

(13)

7 - 13 2) Pengembangan kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan seperti industri jasa

keuangan, perbankan, asuransi, dan industri telematika serta peningkatan kemampuan keuangan daerah perkotaan; dan

3) Perevitalan kawasan kota yang meliputi pengembalian fungsi kawasan melalui pembangunan kembali kawasan; peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya; serta penataan kembali pelayanan fasilitas publik, terutama pengembangan sistem transportasi masal yang terintegrasi antarmoda.

H. Percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah ditingkatkan, terutama di luar

Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor

penggerak’ pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya maupun dalam melayani

kebutuhan warga kotanya. Pendekatan pembangunan pembangunan yang perlu dilakukan, antara lain, memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kota masing-masing.

I. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara sinergis (hasil produksi wilayah perdesaan merupakan backward linkages dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan)

dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’. Peningkatan keterkaitan

tersebut memerlukan adanya perluasan dan diversifikasi aktivitas ekonomi dan perdagangan (nonpertanian) dipedesaan yang terkait dengan pasar di perkotaan. J. Pembangunan perdesaan didorong melalui pengembangan agroindustri padat pekerja,

(14)

7 - 14 K. Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di

setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah disusun secara hierarki. Dalam rangka mengoptimalkan penataan ruang perlu ditingkatkan (a) kompetensi sumber daya manusia dan kelembagaan di bidang penataan ruang, (b) kualitas rencana tata ruang, dan (c) efektivitas penerapan dan penegakan hukum dalam perencanaan, pemanfaatan, maupun pengendalian pemanfaatan ruang.

L. Peningkatan kerja sama antardaerah akan terus ditingkatkan dalam rangka memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif setiap daerah; menghilangkan ego pemerintah daerah yang berlebihan; serta menghindari timbulnya inefisiensi dalam pelayanan publik. Pembangunan kerja samaantardaerah melalui sistem jejaring antardaerah akan sangat bermanfaat sebagai sarana berbagi pengalaman, berbagi keuntungan dari kerja sama, maupun berbagi tanggung jawab pembiayaan secara proporsional, baik dalam pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana maupun dalampembangunan lainnya.

M. Sistem ketahanan pangan diarahkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian pangan nasional dengan mengembangkan kemampuan produksi dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.

N. Koperasi yang didorong berkembang luas sesuai kebutuhan menjadi wahana yang efektif untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif para anggotanya, baik produsen maupun konsumen di berbagai sektor kegiatan ekonomi sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Sementara itu, pemberdayaan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam rangka mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan kapasitas usaha dan ketrampilan pengelolaan usaha serta sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha.

(15)

7 - 15 P. Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya diarahkan pada:

1) Penyelenggaraan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai, layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung oleh prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel, mandiri, dan efisien

2) Penyelenggaraan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya yang mandiri mampu membangkitkan potensi pembiayaan yang berasal dari masyarakat dan pasar modal, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan; dan

3) Pembangunan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya yang memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup. Q. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan

pada:

1. Peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi

2. Pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat; 3. Penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional; 4. Penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan

sanitasi bagi masyarakat miskin.

R. Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara bertahap dengan mengutamakan prinsip kesetaraan dan nondiskriminasi. Sejalan dengan proses demokratisasi, pemenuhan hak dasar rakyat diarahkan pada peningkatan pemahaman tentang pentingnya mewujudkan hak-hak dasar rakyat. Kebijakan penanggulangan kemiskinan juga diarahkan pada peningkatan mutu penyelenggaraan otonomi daerah sebagai bagian dari upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin.

(16)

7 - 16

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Pasal 3 UU UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menyatakan bahwa tujuan diselenggarkannya Perumahan dan kawasan permukiman untuk: 1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman

2. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan

4. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman

5. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan

6. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Sementara itu pada pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Pada pasal 15 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah. Pembangunan rumah susun bertujuan untuk: 1. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan

(17)

7 - 17 2. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah pekotaan dengan

memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi,dan seimbang

3. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi kehidupan masyarakat, dengan tetap mengutamakan ketentuan diatas.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh. Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan nasional berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang, demikian juga untuk arah kebijakan penanggulangan kemiskinan daerah berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.

Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan: 1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin

2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin 3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil 4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menetapkan target yang harus dicapai dalam bidang pekerjaan umum dan tata ruang, sementara itu untuk bidang permukiman target yang harus dicapai adalah:

1. Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat perindividu melakukan perjalanan sebesar 100% pada tahun 2014

2. Berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

7.5.

KONDISI EKSISTING SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan pengumpulan data sekunder dapat ditampilkan profil masing-masing kawasan kumuh sesuai dengan tipologi kawasan kumuh, yaitu kawasan kumuh berat, kumuh sedang dan kumuh ringan. Data profil yang disampaikan masing-masing lokasi terdiri dari:

a. Data administrasi b. Data kependudukan

(18)

7 - 18 Permukiman di Kabupaten Tanah Bumbu menyebar di seluruh wilayah baik berupa perkampungan maupun perumahan terencana dan tertata yang dibangun oleh pemerintah/perusahaan berupa perumahan dinas. Bahkan banyak sekali rumah kontrakan yang sengaja dibangun oleh perorangan untuk disewakan yang dikenal dengan sebutan rumah bedak. Di sepanjang Jalan Raya Batulicin penyebaran permukiman lebih banyak pada sisi timur dan barat jalan dari arah Kota Banjarmasin dan terletak di belakang perdagangan dan jasa sepanjang koridor Jalan Raya Batulicin. Untuk kondisi permukiman sisi barat merupakan permukiman kampung nelayan, sementara pada sisi timur lebih banyak mencirikan perkampungan masyarakat biasa.

Tabel 7.7.

Desa Nelayan di Kabupaten Tanah Bumbu

Kecamatan Desa Nelayan

Kecamatan Simpang Empat

Batu Ampar Sungai Dua Gunung Besar Tungkaran Pangeran Pulau Panjang Kampung Baru

Kecamatan Batulicin

Batulicin Kersik Putih Segumbang Sepunggur ApiApi

Kecamatan Kusan Hilir

Betung Pulau Salak Beringin Sungai Lembu Gusunge Wiritasi Juku Eja Pejala Kota Pagatan Kampung Baru

Muara Ujung

Kecamatan Sungai Loban

Sebamban Baru Sungai Loban Sungai Dua Laut Sebamban Lama

Kecamatan Angsana Angsana Bunati

Kecamatan Satui

Satui Barat Setarap Sungai Cuka

(19)

7 - 19 Adapun rencana pengembangan permukiman di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu lebih difokuskan pada Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa serta kawasan nelayan yang ada di wilayah ini. Khusus untuk kawasan terpilih sebagai pusat pengembangan Desa didasarkan pada pendekatan pembangunan kawasan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya , yaitu sumber daya dominan baik yang belum diolah maupun sumber daya yang tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber daya buatan maupun sumber daya manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat sesuai dengan azas TRIDAYA yang intinya adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman. Selain itu, berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan juga terdapat kawasan-kawasan terpilih sebagai pusat pengembangan desa (KTP2D) untuk menunjang desa sekitarnya. Desa-desa yang terpilih sebagai pusat pengembangan diharapkan akan mampu memicu dan memacu perkembangan desa-desa disekitarnya. lokasi rencana pengembangan permukiman yang sesuai dikembangkan di kabupaten Tanah Bumbu yaitu berada di beberapa desa yang ada di Kecamatan Sungai Loban.

Gambar 7.1.

Kondisi Permukiman Di Kabupaten Tanah Bumbu

(20)

7 - 20 tidak didukung oleh prasarana secara memadai tergambar dari buruknya sistem sanitasi, jalan lingkungan, serta terbatasnya prasarana lingkungan dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi setempat. Masyarakat Tanah Bumbu masih belum sadar akan pentingnya IMB. Hal tersebut terlihat dari rendahnya jumlah bangunan yang telah memiliki IMB di Kabupaten Tanah Bumbu. Tahun 2014 terdapat 495.412 bangunan, namun hanya 1.572 yang telah memiliki IMB. Jumlah Tersebut hanya 0,31% dari jumlah bangunan yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu.Walaupun dari tahun ke tahun jumlah IMB yang diterbitkan.

Semakin meningkat namun peningkatan tersebut tidak signifikan dan masih sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah seluruh bangunan yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu. Sejatinya IMB adalah alat untuk mengontrol pembangunan dan memastikan bahwa lokasi pembangunan yang ada telah berada di lokasi pembangunan telah berada di zona yang tepat sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan. Pengaturan tersebut dilakukan agar kota dapat ditata dengan baik dan tidak akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Penataan dengan menggunakan IMB merupakan salah satu cara Pemerintah Daerah untuk mengontrol pembangunan di daerah mereka agar sesuai dengan visi dan misi daerah tersebut. Pembangunan perumahan PNS baik untuk lingkup kabupaten dan masing-masing kecamatan.

7.5.1. ISU STRATEGIS SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Beberapa isu strategis sektor Pengembanga Permukiman Kabupaten Tanah Bumbu, yaitu:

1. Penataan Kawasan Kumuh Nelayan

Kawasan Kumuh Nelayan terletak di sepanjang pesisir kabupaten Tanah Bumbu. Kawasan permukiman nelayan tersebut telah ada sejak lama, dan terus berkembang menjadi kawasan permukiman dengan masalah semakin kompleks. Masalah umum yang dihadapi oleh kawasan permukiman nelayan adalah kepadatan kawasan yang tinggi, permukiman yang tidak tertata, saluran drainase yang buruk dan kebersihan lingkungan yang sangat minim

2. Penataan kawasan kumuh perkotaan

Kawasan kumuh perkotaan biasanya terletak di dekat kawasan-kawasan strategis 3. Pengembangan perdesaan potensial untuk mengurangi kemiskinan

4. Penataan kawasan rawan bencana

5. Penyediaan rumah yang layak bagi pekerja tambang dan perkebunan.

7.5.2. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permasalahan pembangunan di Kabupaten Tanah Bumbu yaitu: 1. Belum Tersedianya kawasan permukiman yang sehat

(21)

7 - 21 sehingga membuat masalah perumahan yang ada semakin kompleks. Pembangunan kawasan permukiman seharusnya memperhatikan banyak aspek, baik dari sisi teknis, bencana, lokasi, dan kesehatan lingkungan. Perpaduan seluruh aspek tersebut diharapkan mampu menciptakan kondisi permukiman yang sehat bagi penghuninya.

2. Belum Tersedianya RTH di Pusat Permukiman

Ketersediaan taman publik yang tersebar merata di setiap kecamatan juga merupakan salah satu masalah dalam pembangunan kawasan permukimana di Tanah Bumbu. Ruang terbuka publik merupakan salah satu penunjang kegiatan sosial masyarakat. Taman juga berfungsi sebagai penghasil oksigen bagi kawasan perkotaan, sehingga kawasan perkotaan menjadi lebih sejuk untuk ditinggali.

3. Belum tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap dengan menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan lingkungan permukiman yang telah ada di sekitarnya.

7.5.3. ANALISIS KEBUTUHAN

Analisis kebutuhan pengembangan perumahan dan permukiman di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu berdasarkan kebutuhannya adalah terbagi menjadi beberapa program dan kegiatan yaitu:

1. Program pengembangan perumahan

Program ini dikembangkan menjadi beberapa kegiatan yang meliputi kegiatan yang terdiri dari:

a. Kegiatan penetapan kebijakan dan strategi serta program perumahan

b. Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat, berupa pembangunan infrastruktur perumahan dan pembangunan perumahan.

c. Kegiatan pembangunan rusunawa

d. Kegiatan koordinasi pembangunan perumahan dan lembaga atau badan usaha yang diwujudkan dalam pembentukan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan pendampingan penyiapan kawasan perumahan bari

e. Kegiatan pembangunan rumah PNS dan rumah dinas. 2. Program lingkungan sehat perumahan

Program ini dikembangkan menjadi kegiatan pembangunan sarana dan prasarana atau infrastruktur kawasan permukiman kumuh.

7.5.4. USULAN PROGRAM PEMBIAYAAN

(22)

7 - 22 Tabel 7.8.

Usulan Program Dan Pembiayaan Bidang Perumahan Dan Permukiman

TUJUAN SASARAN PROGRAM /

KEGIATAN LOKASI

INDIKATOR KINERJA ESTIMASI KEGIATAN

TARGET PER TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020 2021

Uraian Target Volu

(23)

7 - 23

TUJUAN SASARAN PROGRAM /

KEGIATAN LOKASI

INDIKATOR KINERJA ESTIMASI KEGIATAN

TARGET PER TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020 2021

Uraian Target Volu

(24)

7 - 24

TUJUAN SASARAN PROGRAM /

KEGIATAN LOKASI

INDIKATOR KINERJA ESTIMASI KEGIATAN

TARGET PER TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020 2021

Uraian Target Volu

(25)

7 - 25

TUJUAN SASARAN PROGRAM /

KEGIATAN LOKASI

INDIKATOR KINERJA ESTIMASI KEGIATAN

TARGET PER TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020 2021

Uraian Target Volu

(26)

7 - 26

TUJUAN SASARAN PROGRAM /

KEGIATAN LOKASI

INDIKATOR KINERJA ESTIMASI KEGIATAN

TARGET PER TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020 2021

Uraian Target Volu

(27)

7 - 27

TUJUAN SASARAN PROGRAM /

KEGIATAN LOKASI

INDIKATOR KINERJA ESTIMASI KEGIATAN

TARGET PER TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020 2021

Uraian Target Volu

(28)

7 - 28

TUJUAN SASARAN PROGRAM /

KEGIATAN LOKASI

INDIKATOR KINERJA ESTIMASI KEGIATAN

TARGET PER TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020 2021

Uraian Target Volu

(29)

7 - 29

TUJUAN SASARAN PROGRAM /

KEGIATAN LOKASI

INDIKATOR KINERJA ESTIMASI KEGIATAN

TARGET PER TAHUN

2016 2017 2018 2019 2020 2021

Uraian Target Volu

(30)

7 - 30 Peta 7.2.

Sebaran Perumahan Tertata Kabupaten Tanah Bumbu

(31)

7 - 31

7.6.

PROFIL KAWASAN KUMUH

Dari hasil pengamatan lapangan dan pengumpulan data sekunder dapat ditampilkan profil masing-masing kawasan kumuh sesuai dengan tipologinya. Data profil yang disampaikan masing-masing lokasi terdiri dari:

1. Tata Letak

2. Kondisi Tata Bangunan dan Lingkungan 3. Kependudukan

4. Kelengkapan Sarana 5. Prasarana Lingkungan.

7.6.1. PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH BERAT

A. Kawasan Batulicin

1. Tata Letak

Deliniasi kawasan permukiman kumuh berat Batulicin merupakan permukiman di wilayah Rukun Tetangga (RT) 1 s.d RT. 5, RT. 6 dan RT. 12, dengan luas areal mencapai 27, 91 hektar. Secara administrasi, kawasan permukiman Batulicin bagian dari wilayah administrasi Kelurahan Batulicin, wilayah Kecamatan Batulicin.

Secara geografis, kawasan permukiman ini terletak di sebelah utara pelabuhan ferry, merupakan permukiman yang menempati areal lahan di bantaran sungai Batulicin. Permukiman di kawasan Batulicin dapat digolongkan dalam perumahan berpola kampung. Umumnya permukiman ini dibangun penghuninya sendiri, menurut pola dan bentuk yang berkembang secara sporadis, oleh karenanya selalu berubah-ubah sesuai kebutuhan mereka.

2. Kondisi Tata Bangunan dan Lingkungan

(32)

7 - 32

3. Kependudukan

Kawasan permukiman ini dihuni oleh 474 orang kepala keluarga atau 1.700 orang penduduk yang huniannya tersebar di 5 unit rukun tetangga. Berdasarkan standar yang ada, kampung ini masuk ke dalam kategori pemukiman dengan tingkat kepadatan yang rendah karena dengan luas deliniasi sekitar 28,87 hektar dengan tingkat kepadatan sebesar 59 orang perhektar.

4. Kelengkapan Sarana

Saat ini layanan kesehatan dipenuhi oleh adanya puskesmas yang berada di lingkup RT. 6, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan ibadah, telah terbangun 2 unit langgar yang terletak di RT. 2 dan RT. 12. Sarana lainnya adalah sarana Posko Pemadam Kebakaran yang terletak di RT. 6 berseberangan dengan Puskesmas.

5. Prasarana Lingkungan

Kawasan permukiman Batulicin dilalui Jalan Negara yang menghubungkan kawasan ini dengan kawasan pusat Kota Batulicin. Untuk kebutuhan pergerakan dalam kawasan permukiman sendiri, beberapa ruas jalan lingkungan telah terjalin dengan tanpa perkerasan (titian kayu ulin) dan perkerasan semen. Untuk beberapa ruas jalan lingkungan, pembangunan dan pemeliharaannya dilakukan secara swadaya oleh penduduk.

Ketersediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan penduduk kawasan permukiman Batulicin umumnya bersumber dari PDAM. Sedangkan untuk kebutuhan MCK (mandi, cuci, dan kakus) dengan memanfaatkan aliran air Sungai Batulicin. MCK yang memanfaatkan aliran sungai Batulicin hanya permukiman yang berada di lingkup RT. 1 s.d RT. 5, bangunan MCK ini berupa MCK terapung.

Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan penerangan atau kebutuhan energi listrik sehari-hari, penduduk Kawasan permukiman Batulicin dilayani oleh PT. PLN Sektor Batulicin sebagai satu-satunya pemasok kebutuhan energi listrik yang kegiatannya didukung oleh 1 unit gardu distribusi.

(33)

7 - 33

7.6.2. PROFIL KAWASAN KUMUH BERAT KECAMATAN BATULICIN

Berdasarkan hasil penilaian pada tahap sebelumnya, diketahui bahwa tipologi kawasan kumuh berat terdapat di 1 (satu) kawasan yang terkatagorikan setelah Teridentifikasi Kawasan-kawasan yang kawasan Kumuh dalam Pedoman PU Tahun 2007 tekniks penilaian, 1 (satu) kawasan berada di Kelurahan Batulicin. Pada Kecamatan Batulicin tipologi kumuh berat, kumuh sedang dan kumuh ringan terdapat pada Kelurahan/Desa yang terkatagorikan kumuh.

1. Profil Kawasan Kumuh Berat Kelurahan Batulicin

a) Data Administrasi

Secara administrasi kawasan yang terkatagori kumuh berat yang berada di kelurahan Batulicin tepatnya sebagai Ibu Kota Kabupaten tanah Bumbu, yang di mana mendominasi setiap pertumbuhan dalam segi struktur ruang dan Pembangunan Perkotaan. Namun dengan perkembangan suatu kota di mana suatu sebagai kebutuhan lahan terhadap penggunaan perumahan dan kegiatan yang lain, Dalam penanganan percepatan pembangunan yang berkelanjutan dalam kawasan permukiman yang layak huni & sehat bagi masyarakat yang bernaung. Namun dengan seiring perkembangan masih terdapat kawasan-kawasan yang terkatagori kumuh besar seperti kelurahan Batulicin di RT 01, 02, 04, 05, 06, 07, 08, 09 dan 15. Kawasan kumuh berat yang terdelenasi dengan luasan 11 Ha merupakan kawasan permukiman di sepanjang muara sungai.

b) Data Kependudukan

Berdasarkan data profil Kelurahan Batulicin tahun 2012 di ketahui bahwa jumlah penduduk di tiap RT 01 dengan jumlah 524 jiwa, RT 02 dengan jumlah 217 jiwa, RT 04 dengan jumlah 171 jiwa, RT 05 dengan jumlah 318 jiwa, RT 06 dengan jumlah 264 jiwa, RT 07 dengan jumlah 411 jiwa, RT 08 dengan jumlah 541 jiwa dan RT 09 dengan jumlah 73 jiwa, dari jumlah yang terkatagori 8 (delapan) RT dengan jumalah keseluruhan jumlah 2519 jiwa.

c) Kondisi permukiman beserta prasarana dan sarana

(34)

7 - 34 sudah melekat sebagai bangunan rumah panggung. Dari jumlah 8 (delapan) RT yang terkatagori kumuh berat yang berda di pinggiran sungai dan permukiman yang padat, dengan jarak antara 1,5 m - 3,0 meter. Kondisi jalan lingkungan yang berada di pinggiran sungai yang menggunakan jembatan yang lebar 1,5 meter yang hanya dapat di gunakan hanya oleh kendaraan roda 2 (dua). Dan kondisi jalan lingkungan dengan perkerasan aspal dengan lebar 4 meter.

Gambar. 7.2.

Kondisi Kawasan Kumuh Kelurahan Batulicin

d) Dokumentasi dan peta lokasi Kawasan Kumuh Batulicin

(35)

7 - 35 Peta 7.3.

(36)

7 - 36

7.6.3. PROFIL KAWASAN KUMUH SEDANG KECAMATAN BATULICIN

Profil Kawasan Kumuh Sedang Desa Segumbang

a. Data Administratif

Secara geografis kawasan Kumuh Desa segumbang berada di bagian Kecamatan Batulicin. Desa Segumbang terbagi atas 3 RT, wilayah tersebut pernah terjadi pemekaran 3 wilayah pada tahun 1974 hingga kini di terbagi atas 2 wilayah Kelurahan Gunung tinggi dan Desa polewali dengan perkembangan penduduk yang cenderung sinifikan. Kawasan Kumuh yg terdelenasi dengan luasan 6,1 Ha.

b. Data Pendudukan

Desa Segumbang terbagi atas 3 Rt yang di mana, dalam penilaian hasil tipologi yang berdasarkan survey lasung dalam penentuan lokasi yang di katagorikan kumuh berat. Hal hasil dalam penentuan secara administratif Desa segumbang berada di RT 01 dengan jumlah 678 jiwa dengan 47,94 % dari jumlah 1410 jiwa keseluruhan RT. Dengan perkembang penduduk yang berkelanjutan atas kebutuhan suatu ruang di mana sebagai tempat tinggal, kawasan yang terindikator kumuh besar berada di Sepanjang sungai dengan kependudukan terbesar di Desa Segumbang.

c. Kondisi permukiman berserta Prasarana dan Sarana

(37)

7 - 37 Pada kawasan Desa Segumbang sebagai daerah pesisir dan mata pencarian warga sehari-hari sebagai pentambak dan nelayan. Melihat kondisi jaringan air bersih belum terlayani dan kualitas air yang berada pada kawasan tersebut di masih air payau dengan rasa air yang agak asin di karenakan berdekatan dengan pesisir, namun melihat kondisi warga menggunakan air sebagai kebutuhan sehari-hari masih banyak beli air besih dengan galon atau mobil pengangkut. Lain hal dengan kondisi sanitasi yang di pergunakan oleh warga yang tidak terdapat pada rumah individu yang masih pergunakan MCK komunal/luar yang masih di pinggiran aliran sungai. Namun dengan di perburuh kdengan kondisi persampahan yang masih pengelolahan di bakar dan ada bebebrapa dari warga masih pembuang limbah atau sampah ke sungai sebagai pembuang alternatif yang tidak terdapat ruang sebagai tempat lokasi sampah.

d. Dokumen dan Peta lokasi

(38)

7 - 38 Peta 7.4.

(39)

7 - 39

Profil Kawasan Kumuh Sedang Desa Kusambi

a. Data Administrasi

Secara administrasi kawasan Desa Kusambi berada di wilayah administrasi Kecamatan Batulicin, Desa Kusambi yang dari hasil tipologi penilaian yang teridentifikasi dari 3 RT hanya 2 RT yang termasuk dalam indikator pedoman PU tentang penilaian tekhnik permukiman Tindak kumuh ialah RT 02 dan RT 03 dengan luasan kekumuhan 2,72 Ha yang teridentifikasi.

b. Data Pendudukan

Berdasarkan data Profil Kecamatan Batulicin tahun 2012 di ketahui bahwa jumlah penduduk Desa Kusambi berjumlah ± 571 jiwa. Pada tahun 2010 Desa Kusambi dilakukan pemekaran wilayah di mana terbagi atas pecahan administrasi desa-desa lain seperti Deesa suka maju dan Desa Danau Indah.

c. Kondisi permukiman berserta Prasarana dan Sarana

Kondisi permukiman pada Rt 02 dan RT 03 masih bangunan temporer/kayu dengan penilaian > 50%. Jarak antara bangunana satu dengan yang lainnya rata-rata berjarak anatar > 3,0 meter. Melihat kondisi jalan lingkungan berupa perkerasan jalan tanah pasir berbatuan dengan konsi yang sudah rusak, dan sebagian jalan sudah ada penahan beton sebagai median jalan berguna penompang batas jalan dan lebar jalan 6 meter berserta median jalan. Laian hal jalan lingkungan yang perkerasannya hanaya tanah dengan lebar jalan ± 4 meter.

(40)

7 - 40 Pada kawasan ini pelayanan air bersih masih belum terjangkau/terlayani sehingga warga yang naung di kawasan hannya memanfaatkan air sumur dan ada beberapa memakai air sungai sebagai kebutuhaan sehari-hari. Untuk sistem sanitasi di Desa Kusambi masih medominasi Pelayanan < 60% penggunaan wc dalam rumah walaupun masih ada menggunakan wc cubluk yang berada di pinggiran sungai. Kondisi persampahan di kawasan kumuh biasanaya masing-masing rumaha tangga mengumpulkan dan dibakar atau membuang lasung ke aliran sungai hal ini masih sama dengan wilayah-wilayah kumuh lainnya dalam limbah rumah tangga atau alami masih membakar sehingga resiko membakar sampah bisa berdampak terhadap becana kebaran atau kebakaran pepohonan/hutan.

d. Dokumen dan Peta lokasi

(41)

7 - 41 Peta 7.5.

(42)

7 - 42

Profil Kawasan Kumuh Sedang Desa Suka Maju a. Data Administrasi

Secara administrasi kawasan ini berada di wilayah Kecamatan Batulicin, Desa Suka Maju pada RT 01 dan Rt 03 sepanjang koridor jalan termasuk dalam kawasan kumuh Sedang dengan luasan kekumuhan 2,72 Ha, kawasan ini merupakan kawasan permukiman perdesaan. Merupakan kawasan yang masih didominasi oleh kawasan pertanian.

b. Data Pendudukan

Berdasarkan data profil Kecamatan Tanah BumbuTahun 2012 di ketahui bahwa jumlah penduduk pada Desa Suka Maju dengan jumlah 496 jiwa.

c. Kondisi permukiman berserta Prasarana dan sarana

Dimana suatu kawasan yang berkembang dengan pesat atau maju di karenakan suatu kawasan di dominasi dengan prasarana dan sarana yang menunjang. Meninjau kondisi eksisting Desa Maju bersama setelah penilaian berdasarkan pedoman Departemen PU tahun 2007 tentang kriteria Pedoman Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh Penyangga Kota Metropolitan. Untuk kondisi permukiman pada RT 03 dan Rt 01 didominasi oleh struktur bangunan teporer/kayu tanpa pelapisan papan kayu menggunakan cat, sehingga terlihat kumuh dengan kondisi fisik bangunan lapuk. Kondisi jalan lingkungan berupa perkerasan urugan pasir bercampuran batu coral dengan lebar 6 meter dengan titian lebar ±1 meter. Setelah itu kondisi jaringan air bersih yang belum terlayani oleh fasilitas PDAM sebagai penyuplai air bersih. Pada kawasan ini belum terdapat jaringan drainase. Untuk sanitasi setiap rumah sudah memilikinya. Kondisi persampahan lingkungan masih dikelola oleh masing-masing warga dikumpul dan di bakar.

d. Dokumen dan Peta Lokasi

(43)

7 - 43 Peta 7.6.

(44)

7 - 44

Profil Kawasan Kumuh Sedang Desa Danau Indah

a. Data Administrasi

Secara administrasi kawasan ini berada di wilayah Kecamatan Batulicin. Desa Danau Indah yang dari hasil tipologi penilaian masuk pada Kawasan Kumuh

Sedang merupakan kawasan perukiman perdesaan. suatu kawasan yang secara

geografis terletak jauh dari pusat pertumbuhan dan secara aksesibilitas sulit dicapai. Permukiman dikawasan ini juga dominan berada di bantaran sungai dan Kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian.

b. Data Pendudukan

Berdasarkan data profil Kecamatan Batulicin dalam angka Tahun 2012 diketahui bahwa jumlah penduduk yang ada di desa Danai Indah dengan jumlah 499 jiwa. Melihat kawasan merupakan kawasan pertanian yang menjadi andalan yang dominan sehingga kawasan untuk di distribusikan ke wilayah lain atau sebagai

Pemasok barang dari hinterland, bisa juga dari desa / kota lain.

c. Kondisi permukiman berserta Prasaranan dan Sarana

Pada kondisi permukiman di RT o1 didominasi oleh bangunan rumah temporer/kayu, jarak antara banguna dengan yang lainnya kurang dari 3 meter. Kondisi jalan lingkungan dengan perkerasan jalan tanah dengan lebar hannya ± 3 meter. Kawasan ini belum terlayani oleh jaringan PDAM yang termasuk unit pelayanan air bersih. Pada kawasan ini tidak terdapat jaringan drainase, dan kondisi Pelayanan < 30% - 60% pada jaringan sanitasi yang masih menggunakan WC di luar rumah atau cubluk. Dan kondisi persampahan yang masih mengelolah dengan pengumpulan dan dibakar.

(45)

7 - 45 Peta 7.7.

(46)

7 - 46

Profil Kawasan Kumuh Sedang Desa Maju Bersama a. Data administrasi

Secara administrasi kawasan ini berada di wilayah Kecamatan Batulici, setelah penilaian di Desa Maju Bersama di RT o1 dan RT o3 masuk pada kawasan kumuh sedang , kawasan ini merupakan permukiman desa dengan luasan kekumuhan yang terdelenasi 7 Ha sepanjang koridor jalan dengan perkembangan bangunanan yang mendominasi.

b. Data Pendudukan

Berdasarkan data profil Kecamatan Batulicin dalam angka Tahun 2012 diketahui bahwa jumlah penduduk yang ada di desa Maju bersama dengan jumlah 13.391 jiwa.

c. Kondisi permukiman berserta Prasarana dan Sarana

Kondisi Permukiman pada Desa Suka Maju pada RT o1 didominasi oleh bangunan rumah Temporer/kayu dengan penilaian topologi > 50% di kawasan kumuh dan dengan kondisi jarak antara bangunan kurang ± 3 meter. Kawasan dalam penilaian kumuh Sedang, pada jaringan air besih PDAM kawasan ini belum terlayani setiap di permukiman di Desa suka maju. Untuk kondisi jalan lingkungan di kawasan ini dengan lebar 6 meter dengan perkerasan pasir berbatuan. Dan kawasan ini belum terlayani oleh jaringan air bersih yang masih memakai air sehari-hari dengan air sumur dan kondisi air pada sumurpun tidak bagus, kualitasnya air yang masih bercampur minyak dapat di lihat gambar 4.31 begitu juga dengan kondisi jaringan drainase yang belum ada ditepi sepanjang jalan namun melihat kondisi badan jalan yang lebih tinggi dari pekarangan perumahan yang lebih landai membuat air hujan dan limbah ringan berada di bagian rumah. Dan kondisi sanitasi pada kawasan ini dengan pelayanan. Namun melihat kondisi persampahan di kawasan ini masih melakukanpengelolaan dikumpul dan dibakar.

d. Dokumen dan Peta Lokasi

(47)

7 - 47 Peta 7.8.

(48)

7 - 48

7.6.4. PROFIL KAWASAN KUMUH RINGAN KECAMATAN BATULICIN

Profil Kawasan Kumuh Ringan Desa Gunung Tinggi a. Data administrasi

Secara administrasi kawasan ini berada di wilayah Kecamatan Batulicin. Kelurahan Gunung Tinggi yang dari hasil tipologi penilaian masuk pada Kawasan

Kumuh Ringan merupakan kawasan permukiman Perkotaan, karena kawasan

ini termasuk kawasan pemerintahan Kabupaten tanah bumbu.

b. Data Penduduk

Berdasarkan data profil Kecamatan Batulicin dalam angka Tahun 2012 diketahui bahwa jumlah penduduk yang ada di desa Gunung Tinggi dengan jumlah 1.111 jiwa.

c. Kondisi permukiman berserta Prasarana dan Sarana

Untuk Kawasan permukiman kumuh ringan pada Desa Gunung Tinggi RT 03 segi struktur bangunan yang masih merekat dengan budaya rumah panggung, yang dimana terdapat rumah semi permanen dengan struktur pondasi bawah dengan bangunana batu bata dan bangunan pondasi atas menggunakan kayu sehingga dalam katagori kumuh di kawasan dengan penilaian 25% - 50%. Setalah penilaian kondisi fisik bangunan, di lanjutkan dengan kondisi jarak antara bangunan satu dengan yang lainnya, dengan jarak antara >3 meter di karenakan masyarakat setempat, mayoritas dalam pekerjaan sebagai petani dengan lahan rumah dan sawah 1 lokasi sehingga jarak antara rumah dengan yang lain berjauhan.

Kondisi jalan lingkungan di kawasan dengan perkerasan aspal lebar 6 meter di jalan Kabupaten dan lebar 4 meter di jalan lingkungan permukiman dengan dengan kondisi masih nyaman. Lain hal dengan jaringan air bersih yang masih belum terlayani hingga ke permukiman penduduk, masih menggunakan sumur bor atau tadahan ujan sebagai kebutuhan sehari-hari. Melihat kondisi persampahan yang sistem pengelolahan masih menggunakan dengan cara membakar. Untuk jaringan sanitasi di kawasan kumuh ringan sudah di miliki oleh setiap permukiman.

d. Dokumen dan Peta Lokasi

(49)

7 - 49 Peta 7.9.

(50)

7 - 50

Profil Kawasan Kumuh Ringan Desa Poliwali

a. Data Administrasi

Secara administrasi kawasan ini berada di wilayah Kecamatan Batulicin. Terbentuk Desa Poliwali setelah pemekaran dari Desa Segumbang pada tahun 2010. Desa Poliwali terkatagori kumuh ringan pada RT 02, kawasan ini merupakan kawasan masih berkembang dan jarak ke pusat kegiatan sekitar ± 7 kilometer.

b. Data Pendudukan

Berdasarkan data profil Kecamatan Batulicin dalam angka Tahun 2012 diketahui bahwa jumlah penduduk yang ada di desa Poliwali dengan jumlah 370 jiwa.

c. Kondisi Permukimana berserta Prasarana dan Sarana

Kondisi permukiman pada Desa Poliwali RT didominasi oleh bangunan rumah temporer/kayu dengan jarak bangunan satu dan yang lainnya berkisar antara > 3,0 meter. Melihat kondisi jalan lingkungan berupa perkerasan jalan aspal dengan lebar 4 meter yang berada di jalan pehubung jalan lokal, sedangkan jalan lingkungan dengan pola pemukiman yang berkelompok hanya beberapa perumahan saja, yang menandai karakteristik permukiman pertanian dengan jalan masih perkerasan tanah. Sedangkan jaringan air bersih PDAM masih belum terlayani di setiap kawasan Desa Poliwali di setiap permukiman menggunakan sumur sebagai kebutuhan sehari-hari untuk air minum dan lain-lain. Setelah menijau kondisi eksisting pada sanitasi, setiap rumah sudah memiliki tidak terdapat di luar rumah atau cubluk. Namun kondisi persampahan di lingan masih di kelolah oleh masing-masing warga dikumpul dan di bakar.

d. Dokumen dan Peta Lokasi

(51)

7 - 51 Peta 7.10.

(52)

7 - 52

7.7.

SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (PBL)

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya

Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah:

 Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan

 Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

7.7.1. PROFIL RINCI PENATAAN BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN

Profil penataan bangunan gedung dan lingkungan terdiri dari fungsi, bentuk dan komposisi bangunan. untuk mengkaji dan memahami fungsi, bentuk, dan komposisi bangunan sebagai karakter bangunan di wilayah perencanaan dapat dipahami melalui sub pokok bahasan berikut ini.

Sebagai gambaran umum kawasan untuk rencana Tata Bangunan & Lingkungan di Kabupaten Tanah Bumbu yaitu meliputi Kawasan cepat tumbuh Simpang Empat Batulicin serta kawasan perkantoran Gunungtinggi. Pesatnya perkembangan kawasan perencanaan hingga saat ini ditunjang oleh posisinya yang strategis yaitu berada pada lintasan jalan Raya Batulicin. Jalan ini merupakan jalan lintas regional antar propinsi (arteri primer) yang menghubungkan Kalsel dengan Kaltim. Disamping itu, keberadaan pelabuhan Samudera Batulicin juga tidak kalah pentingnya sebagai salah satu andalan yang memacu pertumbuhan dan perkembanganb kota. Fungsi inilah yang menjadikan Kota Batulicin sebagai inlet/outlet Pulau Kalimantan di bagian Timur, bersama Balikpapan, Tarakan dan Nunukan.

(53)

7 - 53 Dengan aksesibilitas yang tinggi tersebut, untuk mencapai kawasan perencanaan dapat dilakukan dan dicapai berbagai arah/ lokasi, yaitu:

 Dari arah utara, yaitu dari arah Kabupaten Kota Baru hingga Kabupaten Pasir (Propinsi Kalimantan Timur), dicapai melalui jalan Raya Batulicin yang juga merupakan akses jalan Trans Kalimantan lintas selatan. Jalan ini juga menghubungkan Kota Batulicin dengan beberapa kota kecamatan di wilayah Kabupaten Kotabaru.

 Dari arah selatan, yaitu dari arah Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Banjar hingga Kota Banjarmasin dicapai melalui jalan Raya Batulicin (jalan Trans Kalimantan lintas selatan), jalan ini juga menjadi jalan penghubung menuju Kabupaten Kotabaru melalui pelabuhan ferry. Jarak Kota Batulicin dengan Kota Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut) sekitar 187 Kilometer, terhadap kota Martapura sekitar 247 Kilometer dan terhadap Kota Banjarmasin berjarak 256 Kilometer. Lihat gambar 3.1 yang menunjukkan gambaran orientasi wilayah perencanaan terhadap wilayah eksternalnya.

 Dari arah timur menghubungkan dengan Kabupaten Kota Baru terutama wilayah administrasi Kota yaitu, Kota Baru, karena dibatasi oleh selat laut sehingga perjalanan untuk sampai di Kota Baru harus ditempuh melalui jalur penyeberangan laut baik mempergunakan sarana transportasi speed boat, klotok, maupun kapal penyeberangan Ferry yang

dapat dijumpai di Pelabuhan. Dimana pelabuhan penyeberangan yang melayani perjalanan ke Kota Baru adalah Pelabuhan speed boat yang berjarak ± 400 meter ke arah timur dari Simpang Empat maupun pelabuhan Ferry yang terletak sisi timur yang melewati jalan seberang Kantor Desa Batu Licin yang berjarak sekitar ± 1 Kilometer.  Dari arah barat, yaitu terdapat akses Jalan Transmigrasi atau Plajau, selain

menghubungkan dengan bagian barat Kota Batulicin seperti kawasan Sari Gadung, juga menghubungkan dengan Kecamatan Karang Bintang hingga ke Kota Kandangan melalui jalan Plajau-Loksado dan dari Kandangan (Kabupaten HSS) dan dapat dilanjutkan ke Kota Barabai (Kabupaten HST).

(54)

7 - 54 Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Keberadaan bangunan gedung penting sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya untuk mencapai berbagai sasaran yang menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional.

Sesuai dengan fungsinya bangunan gedung terdiri dari fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha dan fungsi sosial dan budaya. Sesuai dengan kewenangannya maka kajian ataupun perumusan program pengembangan bangunan gedung lebih dititikberatkan pada bangunan gedung dengan fungsi sosial dan budaya, yaitu dengan fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan sosial dan budaya yang meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum

7.7.2. ARAHAN KEBIJAKAN

Arahan kebijakan yang menjadi acuan dalam penyelenggaraan bangunan gedung adalah Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Amanah dalam UU No. 28/2002 menyatakan bahwa dalam setiap penyelanggaraan bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. 1. Persyaratan administratif bangunan gedung meliputi:

a. status hak atas tanah

b. status kepemilikan bangunan gedung c. izin mendirikan bangunan

2. Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi : a. Tata bangunan :

 Peruntukan dan intensitas bangunan gedung

 Arsitektur bangunan gedung - Penampilan bangunan gedung

- Tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya

- Keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa

 Pengendalian dampak lingkungan

Gambar

Gambar. 7.2.
Gambar. 7.3. Profil Kawasan Kumuh Desa Segumbang
Gambar. 7.5. Profil Kawasan Kumuh Desa Kusambi
Grafik Data IMB Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2005 S/D 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul Kriteria Pemilih dalam Pemilihan Kepala Negara Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu ditinjau dari Fiqh Siyasah oleh Ariza Rahmawati

Fokus penelitian yang peneliti ambil adalah mencari data yang mendalam menegenai teknik pembelajaran Clearest Point dan Student summary dalam meningkatkan

Diamati secara spasial, pertumbuhan ekonomi dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya menempatkan Kalimantan Barat dengan pertumbuhan tertinggi dibanding wilayah

Saya berusaha untuk memilih kata-kata yang saya ucapkan dalam lingkungan kerja agar tidak menyinggung rekan

BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran mempunyai kebijakan bahwa pemberian bonus kepada nasabah yang mempunyai tabungan wadi’ah adalah separuh dari ER tabungan Amanah.. BPRS

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa aktivitas rerata gross β dalam cuplikan sedimen pada muara dan pesisir dipengaruhi oleh sedimen sungai yang mengandung

Teknik Melambungkan Bola Rounders (Aziz Syamsir:2000:8.9) Menangkap bola dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan, yang perlu diperhatikan dalam menangkap bola

Dalam rangka penguatan informasi pertanian di pedesaan, maka kegiatan diseminasi inovasi teknologi pertanian hasil penelitian Badan Litbang Pertanian, perlu didukung oleh