Kabupaten Boalemo Hal VII - 1
BAB VII
Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Boalemo
7.1. Arahan RTRW Kabupaten Boalemo
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Kabupaten Boalemo menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten yang
ditetapkan oleh Peraturan Daerah no 3 tahun 2012 tentang RTRW Kab. Boalemo Tahun
2011 - 2031. Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Boalemo, beberapa
yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten Boalemo adalah sebagai berikut.
7.1.1. Arahan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
Wilayah Kabupaten Boalemo yang ditetapkan sebagai kawasan Pengembangan
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), meliputi:
Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi; Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya.
A. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana kawasan
strategis dari sudut kepentingan ekonomi terdiri atas;
Kawasan Pelabuhan Tilamuta;
Kawasan Perdagangan barang dan jasa Tilamuta;
Kota Terpadu Mandiri Paguyaman – Wonosari (KTM Pawonsari) di Kecamatan
Kabupaten Boalemo Hal VII - 2
Kawasan minapolitan di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan
Dulupi, Kecamatan Botumoito, dan Kecamatan Paguyaman Pantai.
B. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya
Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya di Kabupaten Boalemo, terdiri
atas yaitu kawasan pusat pemerintahan dan kota pendidikan Tilamuta.
C. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Dan
Penggunaan Teknologi Tinggi
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pemanfaatan sumberdaya alam dan
penggunaan teknologi tinggi di Kabupaten Boalemo berupa;
Blok pertambangan emas, perak dan tembaga Pohuwato-Boalemo dan
Gorontalo-Paguyaman; dan
Kawasan wisata bahari Bolihutuo, Kecamatan Botumoito.
7.1.2. Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang yang Mencakup:
A. Arahan Pengembangan Pola Ruang
1. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung
a) Rencana Pengembangan Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap
Kawasan Bawahannya
Kawasan Resapan Air
Rencana perlindungan kawasan resapan air di Kabupaten Boalemo, meliputi :
a. Mempertahankan fungsi hutan lindung, hutan produksi, dan perkebunan
tanaman keras sebagai daerah tangkapan air bagi;
b. Melakukan konservasi kawasan hutan yang sekaligus berfungsi sebagai
kawasan penyangga dan resapan air sebagai potensi air baku;
c. Melakukan perlindungan, penataan, dan/atau penanganan kawasan
resapan air di kawasan hilir sungai melalui penghijauan dan pembuatan
sumur resapan di kawasan hunian/permukiman yang sekaligus berfungsi
pengendali banjir;
d. Melakukan perlindungan, penataan, dan/atau pengaturan
sumber-sumber air baku permukaan dan sumber-sumber air baku tanah dalam melalui
Kabupaten Boalemo Hal VII - 3 e. Melakukan sosialisasi pentingnya fungsi hutan lindung, hutan produksi,
dan perkebunan tanaman keras sebagai daerah tangkapan air bagi
Kabupaten Boalemo kepada seluruh lapisan masyarakat.
Kawasan resapan air di Kabupaten Boalemo terdapat di Kecamatan
Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi Paguyaman, Wonosari, dan
Paguyaman Pantai.
Kawasan Hutan Mangrove
Kawasan hutan mangrove di Kabupaten Boalemo merupakan kawasan
dengan total luas 1.959,75 Ha. Kawasan hutan mangrove terdapat di
Kecamatan Paguyaman, Paguyaman Pantai, Dulupi, Tilamuta, Botumoito, dan
Mananggu.
Kawasan Pesisir
Wilayah pesisir dan laut merupakan tatanan ekosistem yang memiliki
hubungan sangat erat dengan daerah lahan atas (upland) baik melalui aliran
air sungai, air permukaan (run off) maupun air tanah (ground water), dan
dengan aktivitas manusia. Keterkaitan tersebut menyebabkan terbentuknya
kompleksitas dan kerentanan di wilayah pesisir. Oleh karenanya kawasan
pesisir perlu dijaga untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem.
Kawasan pesisir di kabupaten Boalemo tersebar di beberapa kecamatan
dengan rincian sebagai berikut:
1)
Kec. Batumuito dengan Luas 109,0092) Kec. Dulupi dengan luas 32,3 Ha
3) Kec. Mananggu dengan luas 68,09 Ha
4) Kec. Paguyaman pantai dengan luas 205,85 ha
5) Kecamatan Tilamuta dengan luas 69,43 ha
b) Rencana Pengembangan Kawasan Perlindungan Setempat
Sempadan Pantai
Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian sepanjang
Kabupaten Boalemo Hal VII - 4 fungsi pantai. Adapun ketentuan dari kawasan sempadan pantai yaitu daratan
sepanjang tepian laut dengan jarak minimal selisih 130 kali dari titik pasang air
laut tertinggi dan titik pasang air laut terendah atau daratan sepanjang tepian
laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak
proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. Kawasan sempadan
pantai terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, dan
Paguyaman Pantai. Adapun ketentuan kawasan sempadan pantai yaitu :
daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal selisih 130 kali dari titik
pasang air laut tertinggi dan titik pasang air laut terendah; atau daratan
sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau
terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik
pantaiSempadan Sungai
Sempadan Sungai
Daerah aliran sungai mempunyai karakter ekosistem alam yang sangat
dipengaruhi oleh sistem hidrologi sungainya. Kualitas interkoneksi hulu dan
hilir sangat penting. Kestabilan debit air dipengaruhi oleh musim penghujan
dan kemarau, iklim serta interkoneksi antara lingkungan darat dengan
lingkungan perairannya. Prinsipnya selama mungkin menahan dan
memanfaatkan air sebelum mengalir sampai ke laut, ditindaklanjuti dengan
membangun one river one plan one management. Agar sistem hidrologi
sungai terlindung baik kestabilan volume debit air maupun kualitas airnya,
maka daerah hulu sungai lebih difungsikan sebagai kawasan lindung makro
DAS sedangkan sempadan sungai di daerah hilir difungsikan sebagai kawasan
lindung setempat. Sungai dan jalur hijau sempadannya juga sangat dibutuhkan
untuk mobilitas ragam perikanan dalam mobilitas hulu-hilir dan sebaliknya,
yang sangat diperlukan dalam menjaga keberlanjutan regenerasinya. Adapun
ketentuan sempadan sungai di Kabupaten Boalemo yakni untuk sepanjang
sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya
5 (lima) meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul dan sungai bertanggul di
dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter.
Kabupaten Boalemo Hal VII - 5 dibedakan atas sungai besar dengan daerah pengaliran sungai seluas 500 km2,
penentuan sempadannya dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan
luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan dan ditetapkan
sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan dan sungai kecil yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas
kurang dari 500 km2, ditetapkan sekurang- kurangnya 50 (Lima Puluh) meter
dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Untuk sungai tidak bertanggul di
dalam kawasan perkotaan dibedakan atas tiga yakni sepanjang sungai yang
mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai
pada waktuditetapkan. Untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3
(tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan
sekurang-kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan. Sedangkan sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih
dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30
(tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Penanggulangan DAS kritis dapat dilakukan melalui reboisasi hutan
melalui usaha hutan rakyat, serta revitalisasi sistem hidrolika dengan
membangun embung dan situs di daerah hulu maupun hilir.
Kawasan sempadan sungai terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito,
Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari dan Paguyaman Pantai. Adapun
ketentuan kawasan sempadan sungai yaitu:
Sepanjang sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan
sekurang-kurangnya 5 (Lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
Sepanjang sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan
sekurang-kurangnya 3 (Tiga) meter ;
Sepanjang sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, yaitu:
o Sepanjang sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas 500 km2. Pada sungai besar dilakukan ruas per ruas
Kabupaten Boalemo Hal VII - 6 yang bersangkutan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
o Sepanjang sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas kurang dari 500 km2, ditetapkan sekurang-kurangnya 50
(Lima Puluh) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Sepanjang sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, yaitu:
o Sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga)
meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
o Sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter
sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan
sekurang-kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada
waktu ditetapkan;
o Sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20
(dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga
puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan
o Sepanjang sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi
sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau; dan
o Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan,
adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan konstruksi
dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan
sungai serta bangunan sungai
Sekitar danau/waduk
Kawasan sekitar danau atau waduk merupakan kawasan tertentu di
sekeliling danau atau waduk yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk. Adapun kriteria
penetapan sempadan danau/waduk adalah daratan sepanjang tepian danau
atau waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau
atau waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kabupaten Boalemo Hal VII - 7 mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk sebagai potensi
sumberdaya air permukaan.
Kawasan sekitar danau/waduk di Kabupaten Boalemo terdapat di
Kecamatan Mananggu dengan ketentuan sempadan danau sepanjang tepian
danau lebarnya antara 50 – 100 m dari titik pasang.
Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Ruang terbuka hijau di Kabupaten Boalemo disediakan dengan
ketentuan paling sedikit 30% dari setiap luas wilayah perkotaan.
c) Rencana Pengembangan Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya
Kawasan Suaka Alam
Kawasan suaka alam yaitu Kawasan suaka alam Nantu Boliohuto terdapat
di Kecamatan Wonosari dengan luas kurang lebih 11.006,24 Ha.
Rencana Penanganan Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang sering dan berpotensi
tinggi terhadap terjadinya bencana alam. Pada wilayah Kabupaten Boalemo
terdapat kawasan rawan bencana alam yang terdiri dari kawasan rawan
bencana alam longsor, banjir dan kawasan rawan ombak besar. Adapun
wilayah di Kabupaten Boalemo yang merupakan wilayah rawan bencana alam
terdiri atas:
o Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Mananggu,
Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari dan Paguyaman
Pantai;
o kawasan rawan tsunami, terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito,
Tilamuta, Dulupi, Paguyaman dan Paguyaman Pantai; dan
o Kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito,
Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, dan Wonosari.
2. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya
a) Rencana Peruntukan Kawasan Hutan Produksi
Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT)
Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kabupaten Boalemo Hal VII - 8 Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman, Kecamatan Wonosari
dan Kecamatan Paguyaman Pantai dengan luasan kurang lebih 44.089 Ha
Kawasan Hutan Produksi Tetap
Kawasan hutan produksi tetap terdapat di kecamatan Mananggu,
Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan
Paguyaman, dan Kecamatan Paguyaman Pantai dengan luasan kurang lebih
14.498 Ha.
Kawasan Hutan Produksi yang dapat di konversi
Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi terdapat di Kecamatan
Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan
Dulupi dengan luasan kurang lebih 4.812 Ha.
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat terdapat di Kecamatan Mananggu,
Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan
Paguyaman, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman Pantai
b) Rencana Peruntukan Kawasan Pertanian
Rencana Peruntukan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan
Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan terdiri atas:
a. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan padi terdapat di
Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Dulupi,
Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman;
b. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan jagung dan palawija
lainnya terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito,
Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari,
Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai; dan
c. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lainnya terdapat di
Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta,
Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan
Kabupaten Boalemo Hal VII - 9
Pertanian Holtikultura
Kawasan peruntukan pertanian hortikultura terdapat di Kecamatan
Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi,
Kecamatan Paguyaman, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman
Pantai
Kawasan Perkebunan
Kawasan peruntukan perkebunan terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan perkebunan cengkeh, terdapat di Kecamatan
Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan
Dulupi, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai;
b. Kawasan peruntukan perkebunan kakao, terdapat di Kecamatan
Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan
Dulupi, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan
Paguyaman Pantai;
c. Kawasan peruntukan perkebunan kelapa, terdapat di Kecamatan
Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan
Dulupi, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan
Paguyaman Pantai;
d. Kawasan peruntukan perkebunan kelapa sawit, terdapat di Kecamatan
Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan
Dulupi, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan
Paguyaman Pantai;
e. Kawasan peruntukan perkebunan tebu, terdapat di Kecamatan Dulupi,
Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman; dan
f. Kawasan peruntukan perkebunan lainnya, terdapat di Kecamatan
Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan
Dulupi, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan
Paguyaman Pantai
Kawasan Pertanian Berkelanjutan
Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan selanjutya ditetapkan
Kabupaten Boalemo Hal VII - 10
Rencana Peruntukan Kawasan Peternakan
Kawasan peruntukan peternakan terdapat di Kecamatan Mananggu,
Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan
Wonosari, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai.
Rencana Peruntukan Kawasan Perikanan
Kawasan peruntukan perikanan tangkap di pesisir dan laut yaitu di
Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta,
Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai.
Kawasan peruntukan budidaya perikanan yaitu:
Kawasan peruntukan budidaya perikanan laut dan perikanan air payau
terdapat di Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan
Tilamuta, Kecamatan Dulupi dan Kecamatan Paguyaman Pantai; dan
Kawasan peruntukan budidaya perikanan air tawar terdapat di
Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta,
Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Wonosari.
Kawasan pengolahan hasil perikanan yaitu pengembangan minapolitan di
Kecamatan Mananggu, Kecamatan Botumoito, Kecamatan Tilamuta,
Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Paguyaman Pantai
didukung oleh pembangunan infrastruktur dasar yang dapat menunjang
kegiatan usaha perikanan.
Rencana Peruntukan Kawasan Pertambangan
1. Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam
Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam berupa kawasan
peruntukan pertambangan emas, perak dan tembaga terdapat di Kecamatan
Mananggu, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari dan
Kecamatan Paguyaman
2. Kawasan peruntukan pertambangan mineral batuan.
Kabupaten Boalemo Hal VII - 11
Kawasan peruntukan pertambangan granit granodiorit terdapat di
Kecamatan Mananggu, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Paguyaman,
Kecamatan Dulupi, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman
Pantai;
Kawasan peruntukan pertambangan basal terdapat di Kecamatan
Botumoito dan Kecamatan Tilamuta;
Kawasan peruntukan pertambangan dasit terdapat di Kecamatan
Mananggu, Kecamatan Tilamuta, dan Kecamatan Dulupi;
Kawasan peruntukan pertambangan batu gamping terdapat di
Kecamatan Paguyaman Pantai;
Kawasan peruntukan pertambangan sirtu terdapat di Kecamatan
Wonosari; dan
Kawasan peruntukan pertambangan tanah liat terdapat di Kecamatan
Paguyaman dan Kecamatan Wonosari
Rencana Kawasan Peruntukan Industri
Di Kabupaten Boalemo kawasan peruntukan industri dikembangkan
untuk menunjang komoditi unggulan di bidang pertanian, perikanan,
perkebunan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata. Adapun kawasan
peruntukan industry di Kabupaten Boalemo meliputi :
Kawasan peruntukan industri besar terdapat di Kecamatan Mananggu,
Tilamuta, Wonosari dan Paguyaman;
Kawasan peruntukan industri sedang terdapat di Kecamatan Mananggu,
Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari dan Paguyaman
Pantai; dan
Kawasan peruntukan industri rumah tangga terdapat di Kecamatan
Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari dan
Paguyaman Pantai.
Rencana Peruntukan Kawasan Pariwisata
Pengembangan sektor pariwisata sangat strategis karena menghasilkan
multi dampak baik positif maupun negatif. Sifat budaya yang dialektis
Kabupaten Boalemo Hal VII - 12 karena masuknya budaya-budaya luar baik melalui para wisatawan maupun
teknologi informatika dan komunikasi. Selain itu, peningkatan aksesibilitas ke
kawasan-kawasan preservasi juga dapat menurunkan kualitas lingkungan dan
terganggunya habitat berbagai flora dan fauna langka mempunyai resiko
semakin punahnya ragam hayati. Tentu saja berbagai dampak positif akan
terwujud apabila sektor pariwisata ini dikembangkan secara aktif, diantaranya
tumbuh berkembangnya lapangan kerja seperti pemandu wisata, jasa
transportasi, perhotelan, restauran, informasi, komunikasi, cindera mata,
kesenian, serta perdagangan jasa maupun produk lainnya yang bermuara ke
peningkatan ragam sumber dan volume pendapatan masyarakat lokal.
Secara umum, rencana kawasan pariwisata di Kabupaten Boalemo,
merupakan kawasan yang potensil dikembangkan sebagai tujuan maupun
obyek wisata meliputi:
Kawasan peruntukan pariwisata budaya, terdiri atas:
o Tarian etnis Minahasa, Tarian etnis Sangihe Talaud, Hadra etnis Jawa
Tondano di Kecamatan Mananggu;
o Perkampungan suku Bajo, Tarian suku Bajo, Tarian di atas bara api,
Tarian etnis Arab, Tarian Pakarena di Kecamatan Tilamuta;
o Wisata Ngaben di Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Wonosari;
dan
o Reog Ponorogo, Tarian Kuda Lumping, Tari Kecak Bali, Pencak silat
NTB di Kecamatan Wonosari.
Kawasan peruntukan pariwisata alam, terdiri atas:
o Pulau Bitila, wisata pantai Kramat, danau teratai, di Kecamatan
Mananggu;
o Pantai Boalemo Indah, pemandian air panas Dulangea, Taman Laut
Pulau Monduli di Kecamatan Botumoito;
o Pulau pasir putih, pulau Mohupomba, wisata alam air terjun
Ayuhulalo, air terjun Dulamayo dan air terjun Tenilo di Kecamatan
Tilamuta;
Kabupaten Boalemo Hal VII - 13
o Taman laut Pulau Limba, teluk Bubaa di Kecamatan Paguyaman
Pantai; dan
o Ekowisata Sungai Paguyaman, Sungai Moliliulo, dan Hutan Nantu di
Kecamatan Wonosari.
Kawasan peruntukan pariwisata buatan yaitu kolam renang di Kecamatan
Tilamuta
Rencana Peruntukan Kawasan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi utama antara lain :
1) Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan
interaksi sosial,
2) Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta
sarana bagi pembinaan keluarga.
Rencana pengembangan permukiman di wilayah Kabupaten Boalemo
diselaraskan dengan meningkatnya jumlah penduduk yang membutuhkan
prasarana dan sarana permukiman yang memenuhi kelayakan dan mampu
menunjang aktivitas masyarakat dalam berkehidupan dan berpenghidupan.
Rencana Peruntukan Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang kegiatan utamanya adalah non
agraris dan lebih menonjolkan pada kegiatan pemerintahan, pelayanan jasa
sosial dan ekonomi. Untuk mengatur sistem kota-kota dalam suatu wilayah,
dan pembentukan deliniasi kawasan perkotaan, diperlukan penataan terhadap
kawasan perkotaan, yang ditujukan untuk:
Mencapai tata ruang perkotaan yang optimal, serasi, selaras dan
seimbang dalam pengembangan kehidupan manusia secara luas;
Meningkatkan fungsi kawasan perkotaan secara serasi dan seimbang
antara perkembangan lingkungan dan nilai-nilai kehidupan masyarakat;
Kabupaten Boalemo Hal VII - 14 Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kemakmuran rakyat
dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan
alam dan lingkungan sosial.
Kawasan peruntukan permukiman perkotaan di Kabupaten Boalemo
dikembangkan di Tilamuta sebagai bagian dari Ibukota Kabupaten Boalemo
dan berfungsi sebagai pusat distribusi utama (Pusat Pelayanan Utama).
Sedangkan konsentrasi wilayah lainnya yaitu Kecamatan Mananggu,
Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Wonosari, Paguyaman dan Paguyaman Pantai.
Pada kawasan perkotaan diarahkan pengembangannya untuk berbagai
kegiatan perkotaan yang meliputi; permukiman perkotaan, sarana dan
prasarana permukiman (fasilitas sosial dan umum), infrastruktur (jaringan
jalan dan angkutan, air bersih, drainase, air limbah, persampahan, listrik dan
telekomunikasi, kawasan fungsional kota (perdagangan/komersil,
pemerintahan, jasa/perkantoran, industri, dan terminal). Pola permukiman
perkotaan yang rawan terhadap bencana alam seperti banjir, gempa dan
Tsunami harus menyediakan tempat evakuasi berupa lapangan terbuka atau bukit di tempat ketinggian ≥20 m di atas permukaan laut.
Rencana Peruntukan Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan pedesaan merupakan kawasan dengan kegiatan utamanya
berorientasi pada kegiatan pertanian/agraris, termasuk pengelolaan
sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi pertanian. Pada kawasan pedesaan kondisi kepadatan
bangunan, penduduk serta prasarana dan sarana perkotaan yang rendah, dan
kurang intensif dalam pemanfaatan lahan untuk keperluan non agraris.
Kawasan permukiman perdesaan yang terdiri dari sumberdaya buatan seperti
perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana perdesaan
seperti jalan, irigasi, drainase, prasarana pengolahan limbah cair maupun
padat diarahkan pembangunannya tetap menjaga kelestarian alam.
Bangunan-bangunan perumahan diarahkan menggunakan nilai kearifan
Kabupaten Boalemo Hal VII - 15 Kawasan peruntukan permukiman perdesaan di Kabupaten Boalemo
terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman,
Wonosari dan Paguyaman Pantai..
Kawasan peruntukan lainnya
Rencana kawasan peruntukan lainnya merupakan kawasan olahraga,
kawasan perdagangan, serta pertahanan dan keamanan.
Kawasan olahraga dikembangkan secara berhirarki pada masing-masing pusat
dan sub pusat kegiatan secara proporsional.
Kawasan perdagangan merupakan kawasan yang potensil dimanfaatkan
untuk kegiatan perdagangan yang meliputi:
Kawasan perdagangan skala kabupaten di PKW, PKL, PKLp; dan
Kawasan perdagangan skala kecamatan yang terdistribusi di seluruh
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan ibukota-ibukota
kecamatan.
Kawasan pertahanan dan keamanan terdiri atas:
Komando distrik militer di Kecamatan Tilamuta;
Komando rayon militer tersebar di seluruh kecamatan;
Polisi resort di Kecamatan Tilamuta; dan
Polisi sektor tersebar di seluruh kecamatan
B. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Terkait Keciptakaryaan
1. Pengembangan Jaringan Air Baku Untuk Air Minum
Pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh dari sumbernya berasal dari sumber air
bersih air tanah dan air permukaan yang dimanfaatkan dengan mengambil
langsung dari mata air, sungai, maupun dengan pembuatan sumur gali dan sumur
pompa. Kualitas air sumur yang digunakan rata-rata berkualitas cukup baik dan
tidak berbau, namun permasalahan muncul pada aspek kuantitas air tersebut,
Kabupaten Boalemo Hal VII - 16 Arahan pengembangan dan pengelolaan jaringan air baku untuk air bersih adalah
sebagai berikut :
Air di badan-badan sungai yang berada di luar kawasan lindung dan
merupakan sumber utama dengan debit yang besar dan kualitas air yang
sedang sampai baik, dapat dimanfaatkan untuk keperluan irigasi, perikanan,
dan air baku bagi penyediaan air bersih perkotaan/perdesaan.
Air di badan-badan sungai yang termasuk kawasan lindung tidak boleh
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, kecuali untuk kondisi khusus atau
telah mendapat ijin dari instansi yang berwenang.
Air di sejumlah mata air di kawasan perbukitan yang kondisi tutupan
lahannya terpeliHara dengan baik, dapat dimanfaatkan dengan tetap
mempertimbangkan debit yang aman bagi kelestarian mata air dan bagi
kawasan di bawahnya.
Air tanah dangkal di kawasan permukiman dapat dimanfaatkan terutama
untuk pemenuhan kebutuhan air bersih domestik pada skala penggunaan
individu (unit rumah tangga) yang relatif kecil.
Air tanah dalam, jika potensinya mencukupi maka dapat dimanfaatkan
dengan perijinan dan pengawasan oleh instansi yang berwenang.
Jaringan air baku untuk air minum, terdiri atas:
Air permukaan, terdiri atas:
1. air permukaan DAS Tilamuta
2. air permukaan DAS Paguyaman
Embung, meliputi:
Embung Desa Botumoito di Kecamatan Botumoito;
Embung Dulangea di Kecamatan Botumoito;
Embung Tutulo di Kecamatan Botumoito;
Embung Taman Polohungo di Kecamatan Dulupi;
Embung kebun tebu Desa Tangga Jaya di Kecamatan Dulupi;
Embung Desa Huwongo di Kecamatan Paguyaman;
Embung kebun tebu Desa Huwongo di Kecamatan Paguyaman;
Kabupaten Boalemo Hal VII - 17
Embung Desa Harapan di Kecamatan Wonosari;
Embung Pangea di Kecamatan Wonosari;
Embung kebun tebu Mekar Jaya di Kecamatan Wonosari;
Embung Trirukun di Kecamatan Wonosari;
Embung Raharja di Kecamatan Wonosari; Embung Piloliyanga di Kecamatan Tilamuta.
Sedangkan jaringan air bersih ke kelompok pengguna yaitu pengembangan
jaringan perpipaan di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta, Dulupi,
Paguyaman, Wonosari dan Paguyaman Pantai
2. Jaringan air bersih ke kelompok pengguna
Pengembangan jaringan perpipaan di Kecamatan Mananggu, Kecamatan
Botumoito, Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Dulupi, Kecamatan Paguyaman,
Kecamatan Wonosari, dan Kecamatan Paguyaman Pantai.
3. Sistem pengendali banjir
Sistem pengendalian banjir dilakukan dengan pembangunan, rehabilitasi,
operasional serta pemeliharaan sarana dan prasarana pengendalian termasuk
embung di daerah hulu dan hilir berbasis DAS yang mengalir di wilayah Kabupaten
Boalemo.
4. Rencana Sistem Persampahan
Daerah pelayanan meliputi seluruh desa di Kabupaten Boalemo. Dengan sistem
manajemen pengelolaan sampah, terutama untuk pengangkutan dari TPS menuju
TPA yang dilakukan secara terintegrasi oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Boalemo. Pada kawasan-kawasan perkotaan akan disediakan tempat pengelolaan
sampah terpadu (TPST) meliputi Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta,
Dulupi, Paguyaman, Wonosari, dan Paguyaman Pantai
Berdasarkan prediksi jumlah timbulan sampah Kabupaten Boalemo, maka dapat
ditentukan jumlah kebutuhan peralatan persampahan yang Harus dimiliki oleh
badan Lingkungan Hidup Kabupaten Boalemo khususnya untuk pelayanan
Kabupaten Boalemo Hal VII - 18 Berdasarkan hasil prediksi dan permasalahan yang ada, maka arahan
pengembangan prasarana persampahan meliputi :
Umur TPA Polohungo diperkirakan sampai Tahun 2028.
Pengurangan masukan sampah ke TPA dengan konsep reduce-reuse-recycle
di sekitar wilayah sumber sampah.
Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan
kaidah teknis.
Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak
dan tidak bergerak.
Mengembangkan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan
kabupaten sekitarnya yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan
penyediaan TPA.
Tempat Pemrosesn Akhir Sampah (TPA)
Tempat pemrosesan akhir (TPA) di Kabupaten Boalemo yaitu di Dusun IV Jalan
Baru, Desa Poluhungo, Kecamatan Dulupi dan direncanakan di Kecamatan
Wonosari.
Pengelolaan Persampahan
Sistem pengelolaan persampahan di wilayah perencanan sebagai berikut :
Upaya reduksi dan pengolahan sampah dilaksanakan secara terpadu sejak di
TPS - TPA sampah.
Sampah rumah tangga dan hasil penyapuan jalan akan diolah di TPA yang
ada, dengan target tingkat pelayanan dan merupakan tanggung jawab
Pemerintah Kabupaten Boalemo.
Pewadahan dan Pengelolaan di Sumber Timbulan Sampah
Pewadahan timbulan sampah bertujuan untuk memudahkan pengumpulan
sampah, dengan batasan-batasan sebagai berikut :
Volume wadah individual 60 liter dimana dapat menampung sampah rumah
tangga selama 2 (dua) hari dengan asumsi satu KK rata-rata terdiri atas 5
Kabupaten Boalemo Hal VII - 19 Untuk domestik, wadah dapat berupa tong sampah yang terbuat dari bahan
yang tidak korosif, konstruksi murah, mudah dirawat dan wadah tertutup.
Wadah diletakkan di depan rumah untuk memudahkan pengumpulan
sampah.
Wadah untuk kawasan komersial dan fasilitas umum menggunakan bin
container.
Wadah komunal ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau namun tidak
terlalu dekat dengan rumah
Pengumpulan Sampah
Pengelolaan diserahkan kepada RT setempat yang bertanggungjawab terhadap
pengumpulan sampah dari sumber ke depo/TPS. Kecuali sumber yang
mengHasilkan sampah 2,5 m3 atau lebih per hari diwajibkan untuk
mengumpulkan dan mengangkut sampah sendiri langsung ke lokasi pembuangan
akhir (TPA).
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sampah.
TPS yang direncanakan berupa landasan container dan Transfer Depo. Landasan
kontainer digunakan untuk lokasi-lokasi dengan akumulasi timbulan sampah yang
besar namun memungkinkan dibangunnya transfer depo. Transfer depo ini
diletakkan di perkantoran, pertokoan, permukiman tidak teratur dan sebagainya.
Pada landasan ini diletakkan hauled containt untuk menampung timbulan
sampah kemudian langsung diangkut dengan arm roll truck.
Pengangkutan Sampah
Aktivitas Pengelolaan kegiatan pengangkutan sampah adalah merupakan
tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Boalemo yang bertugas mengelola
sistem pengangkutan dari Depo/TPS sampai TPA.
Pengangkutan dengan arm roll truck untuk mengangkut hauled container .
Sampah harus tertutup selama pengangkutan sehingga tidak tercecer di
Kabupaten Boalemo Hal VII - 20 Pengangkutan sebaiknya dilakukan pagi hari atau malam hari disaat
perkantoran, pendidikan, dll tidak dilakukan.
Tempat Pembuangan Akhir
TPA yang dioperasikan adalah TPA Polohungo yang terletak di desa Polohungo
kecamatan Dulupi.
Kegiatan Pengomposan
Adapun tujuan dari kegiatan komposting tersebut adalah :
Mengolah sampah organik menjadi produk yang bermanfaat.
Mendesiminasikan pengolahan kompos dan pemanfaatannya sebegai
bentuk pemberdayaan komunitas dan pendidikan.
Selain sistem pengelolaan seperti disebutkan di atas, yang perlu dilakukan
adalah peningkatan peran serta masyarakat dan peran swasta untuk
bekerjasama mensukseskan sistem pengelolaan persampahan yang akan
diterapkan dengan melakukan sosialisasi.
5. Rencana Sistem Air Limbah
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Kabupaten Boalemo adalah instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) komunal yaitu di Kecamatan Tilamuta dan
direncanakan di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Dulupi, Wonosari,
Paguyaman dan Paguyaman Pantai.
Tujuan rencana sistem sanitasi lingkungan adalah memenuhi kebutuhan akan
sistem prasarana yang berfungsi mengalirkan air limbah domestik (air limbah
rumah tangga) yang berasal dari perumahan dan permukiman, dalam mencapai
ruang hidup yang sehat dan produktif
Jenis limbah yang ada di Kabupaten Boalemo di bedakan menjadi dua, yaitu
limbah domestik (rumah tangga) dan limbah industri. Sedangkan berdasarkan
sistem pembuangan limbahnya, di Kabupaten Boalemo menggunakan sistem
setempat atau individual. Dalam jangka pendek, pengembangan sistem publik air
kotor tidak memungkinkan untuk dikembangkan mengingat investasi yang cukup
Kabupaten Boalemo Hal VII - 21 ditekankan pada pengoptimalan sistem yang sudah ada, dan mengembangkan
sistem individual dan komunal yang sudah diarahkan pada sistem publik.
Arahan pengembangan pengelolaan sistem pembuangan air limbah di
Kabupaten Boalemo adalah sebagai berikut :
Untuk Limbah Rumah Tangga
Berdasarkan standar, dengan kepadatan penduduk < 200 jiwa/Ha, maka
dipergunakan sistem pembuangan on site sanitation. Pada sistem ini pengelolaan
limbah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga/kegiatan.
Komunal, secara bersama-sama oleh beberapa keluarga, yang biasanya
berupa jamban jamak, MCK atau tangki septik komunal diterapkan pada
wilayah-wilayah padat penduduk.
Menerapkan sistem limbah cair bercampur yaitu dengan memanfaatkan
saluran atau selokan air hujan yang telah ada dengan cara merehabilitasi
fungsi saluran atau meredesain saluran yang ada.
Bagi kawasan baru dan perumahan atau real estate Harus merehabilitasi
saluran air hujannya dengan menggunakan system tercampur atau
mendesain bagi yang belum terbangun.
Pengelolaan air limbah masih memungkinkan untuk diterapkan system on
site dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) menyatu dengan TPA.
Untuk Limbah Cair Rumah Sakit/Puskesmas
Harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan
melakukan pengelolaan secara baik.
Harus melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya ke
badan air.
Pengolahan limbah toksin seperti limbah cair sisa obat-obatan dan
suntikan, Harus dipisahkan dari pengolahan limbah cair yang bersifat non
toksin.
Untuk Limbah Cair Industri
Setiap industri harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan
Kabupaten Boalemo Hal VII - 22 Perlunya monitoring dan pengawasan terhadap limbah cair yang di buang
ke badan air melalui inventarisasi jenis industri guna memudahkan
monitoring dan pengawasan.
6. Rencana Sistem Pengembangan Jaringan Drainase
Tujuan dari rencana sistem pengembangan saluran drainase di Kabupaten
Boalemo adalah mengalirkan air permukaan ke badan air penerima atau
bendungan resapan buatan, dalam mencapai ruang hidup yang sehat dan
produktif.
Sistem drainase di Kabupaten Boalemo masih menggunakan sistem drainase
gabungan, adalah sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan yang sama baik untuk air permukaan maupun air limbah yang
diolah.
Penanganan pada sistem drainase di Kabupaten Boalemo adalah :
Saluran primer : melalui program kali bersih, normalisasi dan perawatan
lainnya
Saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti
sistem jaringan jalan
Selain itu, berdasarkan data kejadian banjir dapat dilihat bahwa pada areal
dimana akan dijadikan pengembangan Perkotaan Tilamuta sebagai Ibukota
Kabupaten Boalemo sering terjadi genangan akibat banjir yang datangnya dari
Sungai Tilamuta. Luas genangan ini akan semakin bertambah manakala lahan
pertanian berubah menjadi lahan terbagun. Untuk mengatasi terjadinya banjir di
daerah ini dan di daerah lainnya perlu disusun sistem drainase yang memadai.
Pembangunan sistem drainase seyogyanya dilakukan secara terpadu dengan
pembangunan prasarana kota yang lain, yang mendukung rencana
pengembangan wilayah sehingga system drainase ini dapat berfungsi secara
optimal.
7. Jalur Evakuasi Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam (KRBA) di Kabupaten Boalemo, terdiri atas;
Kabupaten Boalemo Hal VII - 23 rawan banjir. Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Mananggu,
Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman, Wonosari dan Paguyaman Pantai.
Kemudian kawasan rawan gelombang pasang terdapat di Kecamatan Mananggu,
Botumoito, Tilamuta, Dulupi, Paguyaman dan Paguyaman Pantai, sedangkan
kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Mananggu, Botumoito, Tilamuta,
Dulupi, Paguyaman, dan Wonosari. Berdasakan KRBA tersebut maka direncanakan
jalur evakuasi bencana yaitu diarahkan mengikuti jaringan jalan menuju daerah
dataran tinggi, perbukitan, dan pegunungan terdekat di sekitar kawasan tersebut.
C. Ketentuan Zonasi Bagi Pengembangan Kecipta Karyaan
1. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung yaitu:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi hutan lindung
1) Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
2) Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi
luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi;
3) Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi
luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi, dan penurunan
keanekaragaman hayati spesifik lokal;
4) Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan
bagi penduduk sekitar kawasan hutan dengan luasan tetap, tidak
mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat;
5) Dalam kawasan hutan lindung masih diperkenankan dilakukan kegiatan
lain yang bersifat komplementer terhadap fungsi hutan lindung;
6) Pembangunan prasarana wilayah yang harus melintasi hutan lindung
dapat diperkenankan dengan ketentuan :
- Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang
budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut;
- Mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh menteri kehutanan; dan
- Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang
Kabupaten Boalemo Hal VII - 24 7) Kegiatan pertambangan di kawasan hutan lindung masih diperkenankan
sepanjang tidak dilakukan secara terbuka (open peat), dengan syarat
harus dilakukan reklamasi areal bekas penambangan sehingga kembali
berfungsi sebagai kawasan lindung;
8) Kawasan hutan lindung dapat dialihfungsikan sepanjang mengikuti
prosedur dan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
disetujui oleh Menteri Kehutanan; dan
9) Perlindungan terhadap kekayaan genetis.
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan resapan air
1) Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak
terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan
air hujan;
2) Dalam kawasan resapan air tidak diperkenankan adanya kegiatan
budidaya;
3) Permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan resapan air
sebelum ditetapkan sebagai kawasan lindung masih diperkenankan
namun harus memenuhi syarat :
- Tingkat kerapatan bangunan rendah (KDB maksimum 20 %, dan KLB
maksimum 40 %);
- Perkerasan permukaan menggunakan bahan yang memiliki daya
serap air tinggi; dan
- Dalam kawasan resapan air wajib dibangun sumur-sumur resapan
sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Penerapan prinsip keseimbangan debit air pada sistem saluran drainase
dan sistem aliran sungai;
5) Pengendalian pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan
budidaya, yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan
air hujan sesuai daya dukung lingkungan;
Kabupaten Boalemo Hal VII - 25 7) Kegiatan penghijauan dan penyediaan sumur resapan dan/atau waduk
pada lahan terbangun yang sudah ada sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
8) Menjaga fungsi hidrogeologis kawasan karst, dengan memperhatikan
pelarangan kegiatan penambangan di kawasan tersebut;
9) Penerapan prinsip kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air
hujan (zero delta Q policy) terhadap setiap kegiatan budidaya
terbangun yang diajukan izinnya;
10) Ketentuan pelarangan kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat
mengganggu bentang alam, kesuburan dan keawetan tanah, fungsi
hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta fungsi lingkungan hidup;
dan
11) Ketentuan pelarangan kegiatan yang merusak kualitas dan kuantitas air,
kondisi fisik kawasan, dan daerah tangkapan air.
c. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Sempadan Pantai
1) Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
2) Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang
dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
3) Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman
rekreasi;
4) Penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5) Dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan dilakukan
kegiatan budidaya yang mengakibatkan terganggunya fungsi sungai;
6) Dalam kawasan sempadan sungai masih diperkenankan dibangun
prasarana wilayah dan utilitas lainnya dengan ketentuan :
- Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang
budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut; dan
- Dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku;
7) Ketentuan perizinan bangunan hanya untuk pengelolaan badan air atau
Kabupaten Boalemo Hal VII - 26 8) Ketentuan tanah timbul sebagai lahan milik negara dan merupakan lahan
bebas, diperuntukkan bagi perluasan kawasan lindung;
9) Ketentuan pelarangan membuang secara langsung limbah padat, limbah
cair, limbah gas dan limbah B3;
10) Ketentuan pengendalian budidaya perikanan air tawar sesuai daya
dukung dan daya tampung sungai dan waduk/situ;
11) Ketentuan pelarangan kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat
mengganggu kelestarian sumberdaya air, keseimbangan fungsi lindung,
kelestarian flora dan fauna, serta pemanfaatan hasil tegakan;
12) Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang aktivitas rekreasi
dan penetapan lebar sempadan ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan;
13) Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman
rekreasi secara terbatas dengan tetap memperhatikan aspek pelestarian
alur sungai;
14) Pemanfaatan untuk pemasangan reklame dan papan pengumuman;
15) Pemanfaatan untuk pemasangan bentangan kabel listrik, kabel telepon,
dan pipa air minum;
16) Pemanfaatan untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan dan
jembatan;
17) Menyediakan taman minimal 10% (sepuluh persen) dari lebar sempadan;
dan
18) Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan prasarana
lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air.
d. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Sempadan Sungai
1) Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
2) Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang
dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
3) Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman
Kabupaten Boalemo Hal VII - 27 4) Penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5) Dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan dilakukan
kegiatan budidaya yang mengakibatkan terganggunya fungsi sungai;
6) Dalam kawasan sempadan sungai masih diperkenankan dibangun
prasarana wilayah dan utilitas lainnya dengan ketentuan :
Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang
budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut; dan
Dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku;
Ketentuan perizinan bangunan hanya untuk pengelolaan badan air
atau pemanfaatan air;
7) Ketentuan tanah timbul sebagai lahan milik negara dan merupakan lahan
bebas, diperuntukkan bagi perluasan kawasan lindung;
8) Ketentuan pelarangan membuang secara langsung limbah padat, limbah
cair, limbah gas dan limbah B3;
9) Ketentuan pengendalian budidaya perikanan air tawar sesuai daya
dukung dan daya tampung sungai dan waduk/situ;
10) Ketentuan pelarangan kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat
mengganggu kelestarian sumberdaya air, keseimbangan fungsi lindung,
kelestarian flora dan fauna, serta pemanfaatan hasil tegakan;
11) Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang aktivitas rekreasi
dan penetapan lebar sempadan ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan;
12) Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman
rekreasi secara terbatas dengan tetap memperhatikan aspek pelestarian
alur sungai;
13) Pemanfaatan untuk pemasangan reklame dan papan pengumuman;
14) Pemanfaatan untuk pemasangan bentangan kabel listrik, kabel telepon,
dan pipa air minum;
15) Pemanfaatan untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan dan
Kabupaten Boalemo Hal VII - 28 16) Menyediakan taman minimal 10% (sepuluh persen) dari lebar sempadan;
dan
17) Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan prasarana
lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air.
e. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Sekitar Mata Air
1) Dalam kawasan sempadan mata air tidak diperkenankan melakukan
kegiatan budidaya yang dapat merusak mata air;
2) Dalam kawasan sempadan mata air masih diperkenankan melakukan
kegiatan penunjang pariwisata alam sesuai ketentuan yang berlaku;
3) Pemanfaatan ruang terbuka hijau;
4) Penetapan lebar sempadan mata air sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5) Pelarangan membuang secara langsung limbah padat, limbah cair, limbah
gas dan limbah B3;
6) Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat menurunkan fungsi ekologis
dan estetika kawasan dengan mengubah dan/atau merusak bentang
alam serta kelestarian fungsi mata air termasuk akses terhadap kawasan
mata air;
7) Ketentuan pelarangan kegiatan pemanfaatan di sempadan mata air
dalam radius 200 meter dari lokasi pemunculan mata air;
8) Ketentuan pelarangan kegiatan yang mengubah dan/atau merusak
kondisi fisik kawasan mata air serta kelestarian mata air; dan
9) Pengamanan daerah hulu
f. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Suaka Alam
1) Dalam kawasan suaka alam dilarang melakukan kegiatan budi daya
apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak
mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem
alami yang ada;
2) Pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;
3) Ketentuan pelarangan pemanfaatan biota yang dilindungi peraturan
Kabupaten Boalemo Hal VII - 29 4) Ke tentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung
dan daya tampung lingkungan;
5) Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merubah bentang alam dan
ekosistem;
6) Pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam secara terbatas dengan
tetap memperhatikan aspek peresapan air;
7) Dalam kawasan suaka alam masih diperkenankan dilakukan kegiatan
penelitian, wisata alam, dan kegiatan berburu yang tidak mengakibatkan
penurunan fungsi kawasan;
8) Dalam kawasan suaka alam masih diperkenankan pembangunan
prasarana wilayah, bangunan penunjang fungsi kawasan, dan bangunan
pencegah bencana alam sesuai ketentuan yang berlaku; dan
9) Perlindungan terhadap kekayaan genetis.
g. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Cagar Alam
1) Pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;
2) Pelarangan pemanfaatan biota yang dilindungi peraturan
perundang-undangan;
3) Pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
4) Pelarangan kegiatan yang dapat mengubah bentang alam dan ekosistem;
dan
5) Perlindungan terhadap kekayaan genetis
h. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Taman Wisata Alam
1) Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
2) Pendirian bangunan dibatasi untuk menunjang kegiatan wisata alam,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
3) Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain ketentuan pada poin b;
4) Pengembangan zonasi kawasan menjadi zona inti dan zona pemanfaatan;
5) Pelarangan pendirian bangunan pada zona pemanfaatan;
6) Tidak diperkenankan dilakukan budidaya yang merusak dan/atau
Kabupaten Boalemo Hal VII - 30 7) Dalam kawasan taman wisata alam masih diperbolehkan dilakukan
pembangunan prasarana wilayah bawah laut sesuai ketentuan yang
berlaku.
i. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Cagar Budaya Dan Ilmu
Pengetahuan
1) Dalam kawasan cagar budaya dilarang melakukan kegiatan budidaya
apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak
mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem
alami yang ada;
2) Pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan dan pariwisata;
3) Ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak
sesuai dengan fungsi kawasan;
4) Hak akses masyarakat terhadap kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan;
5) Pengendalian pemanfaatan ruang untuk pendidikan, penelitian, dan
pariwisata;
6) Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merusak cagar budaya;
7) Keten tuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah bentukan geologi
tertentu yang mempunyai manfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan;
8) Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang mengganggu kelestarian
lingkungan di sekitar cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen nasional, serta
wilayah dengan bentukan geologi tertentu;
9) Lingku ngan fisik dan non-fisik disekitar cagar budaya harus ditata agar
sesuai dengan keberadaan cagar budaya sebagai landmark kawasan;
10) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan diperkenankan untuk
difungsikan sebagai objek wisata;
11) Kawasan cagar budaya dilindungi dengan sempadan sekurang-kurangnya
memiliki radius 100 m, dan pada radius sekurang-kurangnya 500 m tidak
Kabupaten Boalemo Hal VII - 31 12) Tidak diperkenankan adanya bangunan lain kecuali bangunan pendukung
cagar budaya dan ilmu pengetahuan; dan
13) Perlindungan terhadap kekayaan genetis.
j. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Rawan Bencana Tanah
Longsor
1) Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis dan
ancaman bencana;
2) Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana dan kepentingan umum;
3) Pelarangan melakukan kegiatan budidaya terbangun pada kawasan
rawan tanah longsor;
4) Prioritas kegiatan penanaman vegetasi yang berfungsi untuk
perlindungan kawasan;
5) Pengendalian pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan tipologi
dan tingkat kerawanan atau risiko bencana;
6) Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk serta
penentuan relokasi untuk kawasan rawan longsor dengan kerentanan
tinggi, baik sebelum dan setelah bencana;
7) Arahan zonasi untuk kawasan rawan longsor dengan tingkat kerawanan
tinggi;
8) Arahan zonasi untuk kawasan rawan longsor dengan tingkat kerawanan
sedang;
9) Ketentuan pelarangan membangun industri/pabrik;
10) Izin pengembangan hunian terbatas dan budidaya lainnya, dengan
ketentuan tidak mengganggu kestabilan lereng sehingga melebihi batas
amannya; dan
11) Kegiatan pertambangan diperbolehkan dengan memperhatikan
kestabilan lereng dan didukung upaya reklamasi lereng.
12) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana banjir; dan
13) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan gempa bumi.
Kabupaten Boalemo Hal VII - 32 1) Penetapan batas dataran banjir;
2) Pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan pembangunan
fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan
3) Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman
dan fasilitas umum penting lainnya.
l. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan gempa bumi, terdiri
atas:
1) Penerapan sistem peringatan dini bencana gempa bumi;
2) Penerapan standar konstruksi bangunan tahan gempa; dan
3) Rehabilitasi dan konservasi lahan dengan melakukan mitigasi atas
bencana gempa bumi.
2. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya Bidang Kecipta Karyaan
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi :
1) Pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kelestarian
sumberdaya hutan;
2) Kemampuan untuk melakukan pemulihan kondisi sumberdaya alam;
3) Mengutamakan pemanfaatan hasil hutan melalui pembangunan hutan
tanaman industri;
4) Larangan pendirian bangunan pada hutan produksi kecuali hanya untuk
menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan;
5) Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan
pengamanan kawasan dan pemanfaatan hasil hutan;
6) Pengembangan fungsi hutan produksi menjadi hutan berfungsi lindung;
7) Ketentuan jarak penebangan pohon yang diperbolehkan di kawasan
hutan produksi lebih besar dari 500 meter dari tepi waduk, lebih besar
dari 200 meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa,
lebih besar dari 100 meter dari tepi kiri kanan sungai, 50 meter dari kiri
kanan tepi anak sungai, lebih besar dari 2 kali kedalaman jurang dari tepi
jurang, lebih besar dari 130 kali selisih pasang tertinggi dan pasang
Kabupaten Boalemo Hal VII - 33 8) Dalam kawasan hutan produksi tidak diperkenankan adanya kegiatan
budidaya kecuali kegiatan kehutanan dan pembangunan sistem jaringan
prasarana wilayah dan bangunan terkait dengan pengelolaan budidaya
hutan produksi;
9) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dapat dialih fungsikan
untuk kegiatan lain di luar kehutanan setelah potensi hutan tersebut
dimanfaatkan dan sesuai peraturan perundangan yang berlaku;
10) Kegiatan kehutanan dalam kawasan hutan produksi tidak diperkenankan
menimbulkan gangguan lingkungan seperti bencana alam;
11) Kawasan hutan produksi tidak dapat dialih fungsikan untuk kegiatan lain
di luar kehutanan;
12) Sebelum kegiatan pengelolaan hutan produksi dilakukan wajib dilakukan
studi kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi
dari lembaga yang berwenang;
13) Ketentuan konversi hutan produksi dengan skor lebih kecil dari 124 di
luar hutan suaka alam dan hutan konservasi, serta secara ruang
dicadangkan untuk pengembangan infrastruktur, pertanian dan
perkebunan;
14) Ketentuan luas kawasan hutan dalam setiap DAS atau pulau, paling
rendah 30% dari luas daratan; dan
15) Ketentuan luas hutan lebih kecil dari 30 % perlu menambah luas hutan,
dan luas hutan lebih besar dari 30 % tidak boleh secara bebas
mengurangi luas kawasan hutan di kabupaten/kota.
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan :
1) Dalam kawasan perkebunan dan perkebunan rakyat tidak diperkenankan
penanaman jenis tanaman perkebunan yang bersifat menyerap air dalam
jumlah banyak, terutama kawasan perkebunan yang berlokasi di daerah
hulu/kawasan resapan air;
2) Bagi kawasan perkebunan besar tidak diperkenankan merubah jenis
Kabupaten Boalemo Hal VII - 34 3) Dalam kawasan perkebunan besar dan perkebunan rakyat
diperkenankan adanya bangunan yang bersifat mendukung kegiatan
perkebunan dan jaringan prasarana wilayah;
4) Alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi lainnya dapat dilakukan
sepanjang sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5) Sebelum kegiatan perkebunan besar dilakukan diwajibkan untuk
dilakukan studi kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh
tim evaluasi dari lembaga yang berwenang;
6) Kegiatan perkebunan tidak diperkenankan dilakukan di dalam kawasan
lindung;
7) Ketentuan kemiringan lahan 0-8% untuk pola monokultur, tumpangsari,
interkultur atau campuran melalui konservasi vegetatif mencakup
tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa dan pengelolaan tanah
minimum;
8) Ketentuan kemiringan lahan 8-15% untuk pola tanam monokultur,
tumpangsari, interkultur atau campuran, tindakan konservasi vegetatif
dan tindakan konservasi sipil teknis;
9) Ketentuan kemiringan lahan 15-40% untuk pola tanam monokultur,
interkultur atau campuran, melalui tindakan konservasi vegetatif dan
tindakan konservasi sipil teknis, serta menggunakan tanaman tahunan
perkebunan yang bersifat konservasi; dan
10) Ketentuan komoditas berdasarkan kesesuaian lahan, serta luas minimum
dan maksimum penggunaan lahan untuk perkebunan dan pemberian hak
atas areal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan:
1) Kawasan budidaya perikanan tidak diperkenankan berdekatan dengan
kawasan yang bersifat polutif;
2) Kegiatan budidaya perikanan tidak diperkenankan dilakukan di dalam
Kabupaten Boalemo Hal VII - 35 3) Dalam kawasan perikanan masih diperkenankan adanya kegiatan lain
yang bersifat mendukung kegiatan perikanan dan pembangunan sistem
jaringan prasarana sesuai ketentuan yang berlaku;
4) Kawasan perikanan diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) Dalam kawasan perikanan masih diperkenankan dilakukan kegiatan
wisata alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan;
6) Kegiatan perikanan tidak diperkenankan dilakukan di dalam kawasan
lindung;
7) Pengembangan komoditas budidaya perikanan disesuaikan dengan
kebutuhan pasar;
8) Perlindungan kawasan pemijahan;
9) Pengembangan sarana dan prasarana perikanan;
10) Pemanfaatan sumber daya perikanan setinggi-tingginya tidak melampaui
potensi lestari;
11) Penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan pelarangan pemanfaatan
zat beracun dan bom;
12) Penerapan sanksi administrasi dan sanksi adat terhadap pelaku
penangkapan ikan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam poin f;
13) Pengendalian pemanfaatan ruang untuk pembudidayaan ikan air tawar
dan jaring apung;
14) Pengendalian pemanfaatan ruang untuk kawasan penangkapan ikan di
perairan umum;
15) Pengendalian pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan
memperhatikan kelestariannya; dan
16) Pengendalian kawasan budidaya ikan di kolam air tenang, kolam air
deras, kolam jaring apung, sawah dan tambak sesuai ketentuan
Kabupaten Boalemo Hal VII - 36
d. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan :
1) Pengaturan kawasan tambang dengan memperhatikan keseimbangan
antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara risiko dan manfaat;
2) Pengaturan bangunan lain disekitar instalasi dan peralatan kegiatan
pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan
memperhatikan kepentingan daerah;
3) Kegiatan usaha pertambangan sepenuhnya harus mengikuti ketentuan
yang berlaku di bidang pertambangan;
4) Kegiatan usaha pertambangan dilarang dilakukan tanpa izin dari
instansi/pejabat yang berwenang;
5) Kawasan pasca tambang wajib dilakukan rehabilitasi (reklamasi dan/atau
revitalisasi) sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan lain,
seperti pertanian, kehutanan, dan pariwisata;
6) Pada kawasan pertambangan diperkenankan adanya kegiatan lain yang
bersifat mendukung kegiatan pertambangan;
7) Kegiatan permukiman diperkenankan secara terbatas untuk menunjang
kegiatan pertambangan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
keselamatan;
8) Sebelum kegiatan pertambangan dilakukan wajib dilakukan studi
kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari
lembaga yang berwenang;
9) Keseimbangan biaya dan manfaat serta keseimbangan risiko dan
manfaat;
10) Pengendalian bangunan di sekitar instalasi dan peralatan kegiatan
pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan
memperhatikan kepentingan wilayah sekitarnya;
11) Ketentuan pelarangan kegiatan penambangan terbuka di dalam kawasan
lindung;
12) Ketentuan pelarangan kegiatan penambangan di kawasan rawan
Kabupaten Boalemo Hal VII - 37 13) Ketentuan pelarangan kegiatan penambangan yang menimbulkan
kerusakan lingkungan;
14) Ketentuan pelarangan lokasi pertambangan pada kawasan perkotaan;
15) Penetapan lokasi pertambangan yang berada pada kawasan perdesaan
harus mematuhi ketentuan mengenai radius minimum terhadap
permukiman dan tidak terletak di daerah resapan air untuk menjaga
kelestarian sumber air dan kelengkapan lainnya, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
16) Ketentuan pelarangan lokasi penggalian pada lereng curam lebih besar
dari 40% dan kemantapan lerengnya kurang stabil, untuk menghindari
bahaya erosi dan longsor.
e. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 huruf e ditetapkan sebagai berikut :
1) Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung
dan daya tampung lingkungan;
2) Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
3) Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan
pariwisata;
4) Pengembangan budaya masyarakat;
5) Pengendalian pemanfaatan potensi alam;
6) Penentuan lokasi wisata alam dan wisata minat khusus yang tidak
mengganggu fungsi kawasan lindung;
7) Pengendalian pertumbuhan sarana dan prasarana penunjang wisata yang
mengganggu fungsi kawasan lindung, terutama resapan air;
8) Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau dan
peninggalan sejarah;
9) Ketentuan pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya dan taman
wisata alam untuk kegiatan wisata dilaksanakan sesuai asas konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistem serta luas lahan untuk
pembangunan sarana dan prasarana paling luas 10% dari luas zona