• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN NANOKOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOLNANOSERAT SELULOSA YANGDIISOLASI DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSISJACK) DENGAN METODE LEDAK UAP THE MANUFACTURE OF NANOCOMPOSITES POLYVINYL ALCOHOLCELLULOSE NANOFIBER ISOLATED FROM EMPTY BUNCH FRUIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBUATAN NANOKOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOLNANOSERAT SELULOSA YANGDIISOLASI DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSISJACK) DENGAN METODE LEDAK UAP THE MANUFACTURE OF NANOCOMPOSITES POLYVINYL ALCOHOLCELLULOSE NANOFIBER ISOLATED FROM EMPTY BUNCH FRUIT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN NANOKOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL/NANOSERAT SELULOSA

YANGDIISOLASI DARI TANDAN KOSONG KELAPA

SAWIT

(ELAEIS GUINEENSISJACK) DENGAN METODE LEDAK UAP

THE MANUFACTURE OF NANOCOMPOSITES POLYVINYL ALCOHOL/CELLULOSE

NANOFIBER ISOLATED FROM EMPTY BUNCH FRUIT PALM OIL (ELAEIS

GUINEENSIS JACK) WITH STEAM EXPLOSION

Dwi Indria Cherlina* , Saharman Gea, Hamonangan Nainggolan

Departemen Kimia,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus Usu Medan, Medan, Indonesia

*Corresponding Author:dwicherlina18@gmail.com

Submit : 10 April 2017 Accepted : 26 Mei 2017

ABSTRACT

The manufacture of nanocomposites polyvinyl alcohol/cellulose nanofiber isolated from empty bunch fruit palm oil has been done. The isolation process was carried out in two stages : α-cellulose from EBFPO which followed by isolation of CN from cellulose using steam explosion method. The process of α-cellulose hydrolysis was done using H2C2O4 11%. Nanocomposites PVA/CN was characterized by

morphological, thermal, and mechanical analysis. FT-IR spectra show aC-O-C stretch of cellulose nanofiber at 1059,99 cm-1, which indicated that there is glycoside bonding in compound structure. The peaks near

2900,94 cm-1and 3348,42 cm-1are representative of the C-H and OH groups. The result of transmission

electron microscopy (TEM) image shows that diameter of cellulose nanofibre around 44,6 nm. PVA/CNnanocomposites at the optimum ratio of (80:20)% showed the thermal stability around 263,48oC

and tensile strength around 17,41 Mpa and Young’s Modulus 0,9 Gpa, and surface area was smooth and homogen

Keywords: Empty Bunch Fruit Palm Oil, α-Cellulose, Cellulose Nanofiber, Nanocomposites, Polyvinyl Alcohol

PENDAHULUAN

Pemanfaatan serat alam sebagai bahan pengisi dalam pembuatan biokomposit telah menarik perhatian selama beberapa dekade terakhir, antara lain pemanfaatan selulosa berbasis serat alam seperti pisang, kapas, rami, sisal, dan

serat-serat kayu yang digunakan untuk

memperkuat plastik karena kekuatan serta kekakuan yang relatif tinggi dan densitas yang

rendah[1,2,.3,4]. Residu tanaman pertanian dapat

menjadi sumber serat alami berharga karena ketersediannya sepanjang tahun dan ramah lingkungan. Biokomposit memiliki aplikasi komersial di masa depan yang akan membuka

potensi bahan terbarukan yang kurang

dimanfaatkan dan memberikan pasar berbasis

industri pertanian non-makanan[5]. Namun, sifat

plastik dengan serat alami yang lebih mudah

terurai memiliki keunggulan tersendiri

dibandingkan plastik sintesis. Oleh sebab itu, kemajuan teknologi untuk menghasilkan serat alam dengan ukuran pori hingga nanometer sangat

menarik untuk digunakan dan memberikan

pengaruh yang baik[6,7,8,9]. Selulosa merupakan

biopolimer yang berlimpah di alam yang bersifat dapat diperbaharui, mudah terurai, tidak beracun, dan juga merupakan polimer karbohidrat yang tersusun atas β-D glukopiranosa dan terdiri dari tiga gugus hidroksi per anhidro glukosa

menjadikan selulosa memiliki derajat

fumgsionalitas yang tinggi. Selulosa menjadi salah satu bahan utama yang sangat popular digunakan dalam ilmu kesehatan, biomaterial,

produksi kertas dan bahan makanan[10].

Beberapa metode digunakan untuk

mengekstraksi mikroserat dengan kemurnian tinggi dari dinding sel tumbuhan, umumnya didasarkan pada perlakuan kimia dan mekanik secara berurut.Metode ledak uap merupakan salah satu metode yang baik dan berkualitas dalam

pembuatan serat alam.Bahan biomassa

(2)

telah dilakukan[11,12]. PVA memiliki berat molekul

antara 26.300-30.000, titik leleh 180-190oC,

derajat hidrolisis 86,5-89%, dan dapat

terdegradasi secara alami. Hal ini menyebabkan PVA banyak digunakan sebagai bahan kemasan alternatif yang menjanjikan karena sifatnya yang sangat baik dalam pembentukan kemasan, tahan terhadap minyak dan lemak, memiliki kekuatan tarik, dan fleksibilitas tinggi. Akan tetapi sifat ini sangat bergantung pada kelembaban dimana semakin tinggi kelembaban maka akan semakin banyak air yang diserap dari lingkungan sekitar Sehingga menyebabkan film PVA.mengalami penurunan kekuatan tarik, kekuatan sobek dan mengalami kenaikan perpanjangan. Menurut

[13].PVA memiliki kompatibilitas yang baik jika

ditambahkan pengisi berupa nanoserat selulosa (NSS) sehingga dapat menghasilkan produk nanokomposit yang ramah lingkungan. Dengan demikian penambahan NSS pada film berbasis PVA diharapkan mampu meningkatkan dan memperbaiki sifat mekanik film PVA yang dihasilkan.

Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan

pembuatan nanokomposit serat nenas

menggunakan metode ledak uap[14]. Adapun

tahapan isolasi selulosa dari serat nenas tersebut antara lain meliputi proses alkali, pemutihan, dan proses hidrolisis. Proses ledak uap menggunakan tekanan 130 kPa yang dikuti tahapan hidrolisis

dengan penambahan H2C2O4 11% menghasilkan

nanoserat selulosa dengan diameter 5-15 nm.

Penelitian mengenai sifat mekanik,

morfologi, dan sifat barrier dari nanokomposit

berbasis PVA dan NSS yang diisolasi dari ampas tebu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanokomposit dengan variasi berat NSS 7,5% menunjukkan hasil paling maksimal yakni memiliki nilai kekuatan tarik sebesar 60 MPa ketika diberikan beban sebesar 100 kgf dan suhu

terdekomposisi pada 260oC[15]. Akan tetapi pada

sintesis nanoselulosa dari serat nenas dan aplikasinya sebagai pengisi berukuran nano pada film berbasis PVA, variasi berat selulosa 40% menunjukkan hasil yang paling maksimal yakni memiliki kekuatan tarik sebesar 80 MPa ketika

diberikan beban sebesar 500 kgf[16].

Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud mengisolasi NSS yang berasal dari TKKS dengan menggunakan metode ledak uap yang selanjutnya dijadikan sebagai bahan pengisi pada pembuatan nanokomposit.Dalam penelitian ini, penulis menggunakan TKKS dari produksi CPO sebagai sumber selulosa yang berperan

untuk pemanfaatan limbah.Nanokomposit yang dihasilkan kemudian diuji sifat mekanik, morfologi, dan termalnya.

METODE PENELITIAN Alat-alat

Alat-alat gelas, Neraca Analitis, Termometer, Hot

plate, Oven, Magnetic Stirer, Seperangkat alat TGA, Seperangkat alat SEM, Seperangkat alat TEM, pH universal, Alat uji tarik, Seperangkat

alat FTIR,Autoklaf,High shear homogenizer.

Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tandan kosong kelapa sawit, Aquadest,

NaOCl(p),NaOH, CH3COOH, H2C2O4, PVA.

Pembuatan Larutan PVA 10%

Sebanyak 25 g serbuk PVA dilarutkan dalam aquadest sebanyak 250 mL dan campuran

dipanaskan pada suhu 80oC selama 2 jam dan

didinginkan.

Penyiapan Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan kosong kelapa sawit direndam dan dibersihkan dengan air kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kering.Dipotong

kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan

blender.Diayak dengan saringan berukuran 80 mesh.

Isolasi α-Selulosa dari Tandan Kosong Kelapa Sawit

Sebanyak 75 g serbuk TKKS yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan 1 L larutan NaOH 2%.Dimasukkan ke dalam autoklaf dan diatur tekanan sebesar 130

kPa dan temperatur 130oC selama 1

jam.Dihilangkan tekanan secara mendadak dan dikeluarkan serat TKKS dari autoklaf dan dicuci dengan air sampai pH netral. Selanjutnya diputihkan dengan menggunakan 1 L campuran larutan yang terdiri dari 200 mL NaOH 17,5%,

200 mL CH3COOH 17,5%, 600 mL NaOCl

1,75%, dan dipanaskan pada suhu 80oC. Disaring

dan dicuci filtrat sampai pH netral.Dikeringkan α-selulosa yang dihasilkan di dalam oven pada suhu

60oC dan kemudian ditimbang.

Isolasi Nanoserat Selulosa dari α-Selulosa

Sebanyak 10 g α-selulosa dihidrolisis dengan 250

mL H2C2O4 11% di dalam autoklaf dengan

tekanan 130 kPa, suhu 130oC, dan waktu selama

(3)

Diatur kembali tekanan sebesar 130 kPa selama 15 menit dan diulangi proses hidrolisis selama 8 kali. Didinginkan, disaring, dan dicuci residu sampai pH netral. Dihomogenkan dengan

menggunakan high shear homogenizer dengan

kecepatan putaran sebesar 8.000 rpm selama 4 jam. Dikeringkan suspensi di dalam oven pada temperatur 60oC[14].

Pembuatan Nanokomposit PVA/Nanoserat Selulosa

Sebanyak 28,5 g PVA 10% dimasukkan ke dalam beaker glass. Ditambahkan NSS ke dalamnya dengan variasi berat 5, 10, 15, 20, dan 25 berat (b/b) PVA 10%. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan stirer selama 2 jam. Kemudian dicetak menggunakan teflon dengan diameter 120 mm dan dikeringkan di dalam oven pada suhu

60oC sampai diperoleh berat konstan[15].

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi α-Selulosa dari TKKS

Melalui serangkaian proses ledakan uap dan pemutihan maka diperoleh α-selulosa yang berwarna putih. Pada tahap isolasi α-selulosa digunakan 75 g serat TKKS dan pada akhir proses dihasilkan α-selulosa murni sekitar 30 g (sebanyak 40% dari berat awal serat TKKS).

Produksi Nanoserat Selulosa dari α-Selulosa

α-selulosa yang diperoleh dari tahap sebelumnya

kemudian dihidrolisis menggunakan H2C2O4 11%

di dalam autoklaf dan dilanjutkan dengan proses

homogenisasi menggunakan high shear

homogenization. Dari 10 g α-selulosa yang digunakan, dihasilkan 7 g nanoserat selulosa (sekitar 70% dari berat awal α-selulosa).

Analisa Gugus Fungsi dengan FT-IR

Spektrum FT-IR dari NSS, PVA, dan nanokomposit PVA/NSS terletak pada kisaran

panjang gelombang 4000-500 cm-1dapat dilihat

pada Gambar 1.Rentang energi getaran untuk molekul organik bersesuaian dengan radiasi infra merah dengan bilangan gelombang antara

1200-4000 cm-1.Bagian tersebut berguna untuk

mendeteksi adanya gugus fungsi dalam senyawa organik. Untuk pita serapan OH stretching dari PVA, NSS, dan nanokomposit PVA/NSS (80:20)% masing-masing terletak pada bilangan

gelombang 3402,43 cm-1, 3348,42 cm-1 dan

3340,71 cm-1. Puncak serapan yang disebabkan

oleh C-H stretching dari grup alkil pada PVA, NSS, dan nanokomposit PVA/NSS (80:20)% masing-masing diserap pada bilangan gelombang

2993,52 cm-1, 2900,94 cm-1, dan 2931,80 cm-1..

Intensitas puncak pada daerah 1095,57cm-1

meningkat dengan adanya penambahan nanoserat selulosa pada matrik PVA dikarenakan kontribusi dari ikatan C-O-C cincin piranosa yang berasal dari komponen selulosa yang mana menunjukkan sebuat pita yang melebar. Pita ini menunjukkan kemungkinan adanya interaksi PVA dengan nanoserat selulosa.

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500

1095.57

Bilangan Gelom bang (1/cm ) NSS PVA

PVA/NSS (80:20)%

Gambar 1.Spektrum FTIR dari NSS, PVA, dan Nanokomposit PVA/NSS dengan Variasi Berat (80:20)%

Analisa Morfologi dengan TEM

Hasil analisa morfologi NSS dengan menggunakan TEM dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar dapat dilihat partikel-partikel

nanoserat selulosa yang saling berpisah satu sama lain dan dapat diketahui ukuran dari partikel NSS

yang dihasilkan dengan menggunakan software

(4)

memiliki ukuran yang homogen dan berdasarkan data yang diperoleh NSS memiliki ukuran diameter rata-rata sekitar 44,6 nm. Dari hasil

dapat ditarik kesimpulan bahwa NSS telah berhasil diisolasi dari α-selulosa yang berasal dari serat TKKS.

Gambar 2.Hasil Analisa Morfologi NSS dengan TEM Pada Skala 200 nm

Analisa Sifat Mekanik Nanokomposit

PVA/NSS

Pada penelitian ini pengujian sifat mekanik dari film polivinil alkohol tanpa bahan pengisi NSS dan film nanokomposit dengan beberapa variasi berat nanoserat selulosa diuji melalui analisa uji tarik pada temperatur kamar menggunakan beban sebesar 2000 kgf dengan kecepatan 5 mm/menit. Ketebalan rata-rata dari film nanokomposit yang dihasilkan adalah 0,1-0,2 mm. Kekuatan tarik dari film PVA dan nanokomposit PVA/NSS dapat dilihat dari Tabel 1

Tabel 1. Data Pengujian Sifat Mekanik dari Film PVA dan Nanokomposit PVA/NSS

Komposisi

(90:10)

10,88

0,7

PVA + NSS

(85:15)

14,51

0,8

PVA + NSS

(80:20)

17,41

0,9

PVA + NSS

(75:25

15,83

0,8

Dari hasil kekuatan tarik terlihat bahwa variasi berat PVA/NSS (80:20) (b/b) merupakan variasi berat yang paling baik karena dapat meningkatkan kekuatan tarik dan modulus Young’s dari nanokomposit yang dihasilkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Peningkatan kekuatan tarik dari nanokomposit yang dihasilkan mungkin disebabkan oleh kekakuan rantai yang melekat pada nanoserat selulosa (disebabkan kekuatan ikatan hidrogen inter dan –intra molekular pada selulosa itu sendiri) dan distribusi homogen dari nanoserat selulosa pada polimer dan kompatibilitas yang tinggi antara serat dan matriks yang lebih dibantu oleh area permukaan interfasial yang tinggi. Ikatan hidrogen diantara nanoserat selulosa dan matriks PVA menyebabkan peningkatan kekuatan tarik dari nanokomposit yang dihasilkan.Akan tetapi peningkatan penambahan berat nanoserat selulosa sebesar 25% memberikan efek penurunan nilai uji tarik dan modulus Young’s. Hal ini mungkin disebabkan karena efek dilusi atau kecenderungan aglomerasi dari partikel berukuran

nanometer yang sangat aktif[15].

Analisa Degradasi Termal dengan TGA

TGA yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui

stabilitas termal dari NSS, PVA, dan

nanokomposit PVA/NSS yang dihasilkan.

Pada Gambar 4terlihat bahwa

(5)

yang lainnya. Dekomposisi awal PVA/NSS

(80:20)% terjadi pada suhu 45,64oC sampai

267,23oC dengan penurunan massa sebesar 13%

dari massa awal. Penurunan ini disebabkan oleh penguapan air dan senyawa yang memiliki berat molekul yang rendah. Dekomposisi maksimum dari PVA/NSS (80:20)% terjadi pada suhu

334,15oC dengan massa residu sebesar 38,68%,

dan hamir semua mengalami proses pirolisis pada

suhu 984,941oC dengan massa residu sebesar

11,80%. Sedangkan ketahanan termal pada perbandingan dengan berat nanoserat selulosa 5, 10, 15, dan 25 % berada dibawah nanokomposit dengan variasi berat nanoserat selulosa 20%.

0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05

5

Gambar 3.Grafik Tegangan-Regangan dariPVAdan Nanokomposit PVA/NSS

0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0

Gambar 4.Analisa TGA dari NSS, PVA,dan Nanokomposit PVA/NSS

Analisa Morfologi dengan SEM

Hasil analisa SEM nanokomposit

PVA/NSS dapat dilihat pada Gambar 5 yang menunjukkan permukaan dari nanokomposit PVA/NSS.Pada Gambar 5a terlihat permukaan dari film PVA yang rata tanpa kehadiran nanoserat selulosa. Gambar 5b dan 5c terlihat permukaan nanokomposit PVA/NSS dengan perbandingan variasi berat (80:20)% dan (75:25)%. Pada Gambar 5b dengan perbandingan PVA/NSS (80:20)% terlihat bahwa distribusi nanoserat selulosa pada film nanokomposit yang

dihasilkan lebih merata dan homogen

dibandingkan dengan nanokompositPVA/NSS

dengan perbandingan (75:25)% yang

memperlihatkan permukaan yang tidak merata atau tidak homogen dan terlihat kasar. Hal ini sesuai dengan analisa kekuatan mekanik yang dihasilkan dimana perbandingan nanokomposit PVA/NSS (80:20)% memiliki nilai kekuatan uji tarik dan modulus Young’s yang terbaik.

Sedangkan perbandingan nanokomposit

(6)

Gambar 5a.Hasil Analisa SEM dari Film PVA

Gambar 5b.Hasil Analisa SEM dari Nanokomposit PVA/NSS dengan Variasi Berat (80:20)%

Gambar 5c.Hasil Analisa SEM dari Nanokomposit PVA/NSS dengan Variasi Berat (75:25)%

KESIMPULAN

Dari penelitian dan analisa yang dilakukan maka diperoleh:

1. α-selulosa telah berhasil diisolasi dari serat TKKS dengan menggunakan metode ledak uap. α-selulosa yang diperoleh berwarna putih dan dari 75 g TKKS diperoleh 30 g α-selulosa (40% dari berat awal serat TKKS).

2. Nanoserat Selulosa telah berhasil diperoleh melalui hidrolisis α-selulosa menggunakan

H2C2O411% dan metode ledak uap. Dari 10 g

α-selulosa diperoleh 7 g NSS (70% dari berat

awal α-selulosa). Hasil analisa TEM

menunjukkan NSS memiliki diameter rata-rata 44,6 nm.

3. Analisa sifat mekanik, morfologi, dan ketahanan termal dari nanokomposit PVA/NSS menunjukkan bahwa variasi berat NSS sebesar 20% memberikan hasil yang terbaik dengan nilai uji tarik sebesar 17,41 MPa dan modulus

Young’S 0,9 GPa, suhu dekomposisi 267,23oC

dengan massa residu sebesar 11,80% dan permukaan yang lebih rata dan homogen.

UCAPAN TERIMA KASIH

(7)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Alves, C., Ferrão, P.M.C., Silva, A.J.,

Reis, L.G., Freitas, M., Rodrigues, L.B.

(2010). Ecodesign of Automotive

Components Making Use of Natural Jute

Fiber Composites. Journal of Cleaner

Production. 18, 313–327.

[2] Arib, R.M.N., Sapuan, S.M., Ahmad, M.M.H.M., Paridah, M.T., and Zaman, H.M.D.K. (2006). Mechanical Properties of Pineapple Leaf Fibre Reinforced

Polypropylene Composites.Journalof

Materials & Design. 27, 391–396.

[3] Jacob, M., Varughese, K.T., and Thomas, S. (2006). Dielectric Characteristics of Sisal–Oil Palm Hybrid Biofibre Reinforced

Natural Rubber Biocomposites. Journal

of Materials Science. 41, 5538–5547. [4] John, M.J., Anandjiwala, R.D., Pothan,

L.A., and Thomas, S. (2009). Cellulosic Fibre Reinforced Green Composites.

Journal of Composite Interfaces. 14, 733– 751.

[5] John, M.J., and Thomas, S. (2008).

Biofibres and Biocomposites.Journal of

Carbohydrate Polymers. 71, 343–364.

[6] Jacob,M., Jose,S., Varughese,K.T., and

Thomas,S. (2010). Viscoelastic and

Thermal Properties of

Woven-Sisal-Fabric-Reinforced Natural-Rubber

Biocomposites.Journal of Applied Polymer

Science.117, 614-621.

[7] Chakrabarty, A., Sain, M., & Kortschot, M.

(2006). Cellulose Microfibers as

Reinforcing Agents for Structural Materials. In K. Oksman, & M. Sain (Eds.), Cellulose

Nanocomposites: Processing,

Characterization, and Properties.ACS

Symposium Series.169–186

[8] Dufresne, A and Vigno, M. (1998).

Improvement of Starch Film Performances

Using Cellulose Microfibrils. Journal of

Macromolecules. 31, 2693-2696.

[9] Nakagaito,A.N., and Yano,H. (2005).

Novel High-Strength Biocomposites Based on Microfibrillated Cellulose Having

Nano-Order-Unit Web-Like Network

Structure.Applied Physics A: Materials

Science & Processing.80, 155-159

[10] Coffey, D.G., Bell, D.A., and Handerson.

1995. Cellulose and Cellulose Derivates.

New York.

[11] Kaushik, A and Singh, M.(2011).Isolation

and Characterization of Cellulose Nanofibrils from wheat Straw Using Steam Explosion Coupled with High Shear Homogenization.

[12] Deepa, B., Abraham, E., Cherian, B.M., Bismarck, A., Blaker, J.J., Pothan, L.A., Leao, A.L., Souza, S.F., Kottaisamy, M. (2011).Structure, Morphology and Thermal Characteristics of Banana Nano Fibers

Obtained by Steam Explosion.Journal of

Bioresource Technology. 102,1988-1997. [13] Roohani, M., Habibi, Y., Belgacem, Y.M.,

Ebrahim, G., Karimi, A.N., Dufresne, A. (2008). Cellulose Whiskers Reinforced

Polyvinyl Alcohol Copolymer

Nanocomposites. European Polymer

Journal.44, 2489-2498.

[14] Cherian, B.M., Leaou,A.L., Souza, S.F., Costa, L.M.M., Olyveira, G.M., Kottaisamy, M., Nagarajan, E.R., Thomas,S. (2011). Cellulose Nanocomposites with Nanofibres Isolated from Pineapple Leaf Fibers for

Medical Applications. Journalof

Carbohydrate Polymers,86, 1790-1798. [15] Mandal, A., and Chakrabarty, D. (2013).

Studies on the Mechanical, Thermal,

Morphological and Barrier Properties of

Nanocomposites Based on

Poly(vinyl Alcohol) and Nanocellulose

from Sugarcane Bagasse. Journal of

Industrial and Engineering Chemistry

[16] Irani, E.S. (2015). Sintesis Nanoselulosa Dari Serat Nenas Dan Aplikasinya Sebagai Nanofiller pada Film Berbasis Polivinil

Alkohol.Jurnal penelitian pascapanen.

Volume 12, No 1: 11-19.Carbohydrate

Research. 346: 75-85

Gambar

Gambar 1.Spektrum FTIR dari NSS, PVA, dan Nanokomposit PVA/NSS dengan Variasi Berat (80:20)%
Tabel 1.Data Pengujian Sifat Mekanik dari FilmPVA dan Nanokomposit PVA/NSS
Gambar 3. Grafik Tegangan-Regangan dariPVAdan Nanokomposit PVA/NSS
Gambar 5a.Hasil Analisa SEM dari Film PVA

Referensi

Dokumen terkait

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA SEKRETARIAT DAERAH. KABUPATEN

[r]

Analisis Jenis Pohon Pakan di Sekitar Sarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Hutan Primer dan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung.. Universitas

Tujuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan tujuan pembelajaran kooperatif pada umumnya. Pembelajaran kooperatif STAD bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa

Dalam Tugas 2 ini kamu diminta mencari sebuah tulisan yang ada dalam buku, koran, majalah, atau internet tentang taman nasional yang ada di Indonesia. Indonesia memiliki

Dengan ini menyatakan bahwa saya sebagai Penerima Dana bantuan sosial berupa barang telah menggunakan barang tersebut sesuai dengan usulan proposal hibah dan

[r]

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah kemampuan penalaran siswa yang diajar