• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Siti Gia Syauqiyah Fitri, Vina Septifiana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Siti Gia Syauqiyah Fitri, Vina Septifiana"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Semirata 2013 FMIPA Unila |333

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel

pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

Siti Gia Syauqiyah Fitri, Vina Septifiana

Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa syauqiyahfitri@gmail.com

Abstrak. Kreativitas adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah berdasarkan data dan informasi yang tersedia, dengan penekanan pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Kreativitas merupakan salah satu proses berpikir level tinggi yang perlu dimiliki siswa dan dikembangkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kreativitas siswa dalam pembuatan model struktur 3-dimensi (3D) sel pada pembelajaran subkonsep struktur dan fungsi sel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes kreativitas, berupa soal uraian yang terdiri atas 10 soal dengan jenjang kognitif C4-C6. Indikator kreativitas yang diukur meliputi indikator kemampuan berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal, memperinci dan evaluasi. Kreativitas siswa dalam pembuatan model 3D sel juga diamati menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kreativitas sangat tinggi (58%) dan tinggi (38%), hanya sedikit siswa (4%) yang berkemampuan cukup. Kreativitas siswa yang baik juga tercermin dari hasil observasi selama pembelajaran berlangsung. Hal ini berarti kreativitas siswa tidak hanya muncul saat siswa dihadapkan pada masalah abstrak (melalui soal) yang menuntut dihasilkannya pemikiran kreatif, namun siswa juga mampu merealisasikan pemikiran kreatif tersebut menjadi sebuah karya nyata berupa model struktur 3D sel.

Kata kunci:kreativitas, model struktur 3 D sel, subkonsep struktur dan fungsi sel

PENDAHULUAN

Kreativitas sangat sulit didefinisikan dan diukur, namun seringkali para ilmuwan menggunakan tes berpikir divergen untuk memperkirakan atau mengestimasi potensi berpikir kreatif yang dimiliki seseorang. Seseorang yang berpikir secara konvergen cenderung hanya memiliki satu jawaban atas suatu permasalahan, sedangkan seseorang yang kreatif (memiliki kemampuan berpikir divergen) mampu memberikan banyak pemecahan (jawaban) atas suatu permasalahan. Ide yang disampaikan seseorang yang kreatif bersifat original, unik, dan baru.

Terdapat tiga komponen yang mendasari terbentuknya sebuah kreativitas, yaitu pengetahuan, proses berpikir kreatif, dan motivasi. Pengetahuan meliputi keseluruhan pemahaman dan informasi

relevan yang mengantarkan seseorang menuju usaha kreatifnya. Sementara proses berpikir kreatif berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan memahami atau melakukan pendekatan terhadap suatu permasalahan yang dihadapinya. Aspek ini bergantung pada kepribadian dan gaya berpikir atau bekerja orang tersebut. Hal terakhir yang diperlukan dalam sebuah kreativitas adalah motivasi, terutama motivasi internal berupa keinginan atau hasrat dari dalam diri dan ketertarikan terhadap sesuatu yang dia kerjakan.

(2)

menerima informasi yang disampaikan oleh guru, tapi ia juga dapat melakukan modifikasi terhadap informasi tersebut dan menciptakan pemikiran-pemikiran kreatif yang menunjang prestasi akademiknya di sekolah. Siswa kreatif akan lebih toleran terhadap tantangan dalam belajar dan juga dapat menghasilkan solusi masalah berdasarkan informasi yang terbatas.

Pengukuran terhadap kemampuan berpikir kreatif meliputi beberapa indikator, yaitu lancar (fluency) menyampaikan banyak ide/solusi; luwes (flexibility) menyampaikan ide dari beberapa kategori berbeda; asli (originality) menyampaikan ide yang tidak biasa atau jarang disampaikan orang lain; detil atau rinci (elaboration) menyampaikan ide secara rinci atau detil. Penelitian ini melibatkan pembuatan model struktur 3D sel untuk mengetahui kreativitas siswa sekaligus memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna dapat memudahkan siswa untuk mengingat informasi yang ia pelajari lebih lama.

Maksud dari belajar bermakna dalam proses pembuatan model struktur 3D sel adalah siswa mengalami apa yang sedang ia pelajari. Pembuatan model struktur 3D sel merupakan masalah yang harus dipecahkan siswa secara kreatif dan dalam proses berpikir kreatifnya siswa perlu memiliki pengetahuan tentang struktur sel itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kreativitas siswa dalam pembuatan model 3D sel pada subkonsep struktur dan fungsi sel.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 4 Kabupaten Bekasi. Populasi terdiri dari seluruh siswa kelas XI IPA, berjumlah 6 kelas. Sampel penelitian adalah XI IPA 2 sebanyak 24 siswa, yang ditentukan secara acak (simple random sampling).

Kreativitas siswa diukur menggunakan instrumen tes tertulis berisi 10 soal uraian

yang diberikan kepada siswa pada hari yang sama sebelum kegiatan pembuatan model struktur 3D sel dilaksanakan. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kreativitas siswa secara individual berdasarkan indikator kreativitas yaitu, berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal, memperinci dan menilai. Masing-masing indikator tersebut diwakili oleh 2 soal dari 10 soal yang diujikan. Tes dilaksanakan selama 30 menit, agar siswa memiliki waktu yang cukup dalam memberikan jawaban. Sebelum tes dilakukan, instrumen terlebih dahulu dinilai kelayakan oleh ahli dan diujicoba untuk memperoleh validitas dan reliabilitasnya.

Sebagai data pendukung, dilakukan observasi selama proses pembelajaran. Observer terdiri atas 4 orang, masing-masing mengamati ciri-ciri kreatif yang muncul pada satu kelompok siswa menggunakan lembar observasi. Data yang diperoleh digunakan untuk mengkonfirmasi apakah informasi yang diberikan oleh siswa saat mengisi soal uraian sesuai dengan ciri-ciri kreatif yang muncul selama kegiatan pembuatan model struktur 3D sel berlangsung atau tidak. Sebelum digunakan, lembar observasi juga telah melalui proses uji kelayakan oleh dua orang ahli.

Data yang diperoleh dari tes uraian dan lembar observasi masing-masing dihitung berdasarkan kemunculan indikator kreativitas siswa selama kegiatan menggunakan rumus berikut:

x 100%

Keterangan :

Np = Nilai persen yang dicari atau yang diharapkan

R = Skor yang diperoleh siswa

Sm = Skor maksimum dari tes yang bersangkutan

100 = Bilangan tetap

(3)

Semirata 2013 FMIPA Unila |335 Tabel 4. Kategori Penilaian Tingkat Kreativitas

Rentang Keterangan

0,81 - 1,00 Sangat tinggi 0,61 - 0,80 Tinggi

0,41 - 0,60 Cukup

0,21 - 0,40 Rendah

0,00 - 0,20 Sangat rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas siswa kelas XI IPA 2 di SMAN 4 Kabupaten Bekasi dalam pembuatan model struktur 3D sel terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu kategori sangat tinggi, tinggi dan cukup (Gambar 1). Sebagian besar siswa memiliki kreativitas sangat tinggi dan tinggi. Tingginya nilai kreativitas siswa yang diukur melalui tes uraian ini didukung dengan penilaian hasil observasi siswa yang juga menunjukkan kategori tinggi. Berdasarkan data ini dapat dikatakan bahwa kreativitas siswa tidak hanya muncul pada dimensi proses berpikir kreatif yakni saat siswa mampu menjawab permasalahan melalui soal secara divergen tapi siswa juga mampu merealisasikan pemikiran kreatif tersebut menjadi sebuah karya kreatif berupa model struktur 3D sel.

Selama proses pembelajaran sebagian besar siswa terlihat aktif dan antusias dalam membuat struktur 3D sel. Siswa juga terlihat senang dan bangga dengan hasil karya yang dibuatnya. Hanya ada seorang siswa yang terlihat tidak terlibat secara aktif dalam pembuatan model struktur 3D sel. Siswa yang bersangkutan lebih banyak menggunakan telepon genggamnya, tanpa berfokus pada pembelajaran. Hasil tes berpikir divergen siswa tersebut pun menunjukkan nilai yang rendah. Motivasi, terutama berupa keinginan atau hasrat dari dalam diri dan ketertarikan terhadap sesuatu yang seseorang kerjakan merupakan salah satu komponen terbentuknya sebuah kreativitas.

Gambar 8. Tingkat Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model 3D sel

Gambar 9. Perbandingan Nilai Rata-rata Aspek Kreativitas Siswa

Pada Gambar 2 terlihat semua aspek kreativitas siswa muncul selama proses pembuatan model 3D Sel. Nilai aspek kemampuan berpikir lancar, luwes dan asli berada pada rentang 81-100%, dikategorikan sangat tinggi, sedangkan nilai kemampuan memperinci dan menilai memiliki nilai antara 61-80%, termasuk dalam kategori tinggi.

(4)

mengungkapkan keingintahuannya tentang gambar yang disajikan dalam soal.

Seseorang terlahir dengan memiliki potensi rasa ingin tahu, imajinasi dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri dan kreatif. Pada penelitian ini, banyak hal yang memungkinkan siswa mampu membuat pertanyaan. Pertama mungkin dikarenakan selama kegiatan pembelajaran, siswa tidak merasa tertekan atau ketakutan dalam mengungkapkan gagasannya dalam membuat pertanyaan. Kedua, siswa mampu menganalisis kedua gambar yang disajikan dalam soal. Ketiga, siswa memiliki keingintahuan yang besar berkaitan dengan gambar. Oleh karena itu, pandangan tersebut menyebabkan siswa menganggap dirinya perlu untuk mengajukan pertanyaan.

Kemampuan berpikir lancar yang tinggi dalam penelitian ini juga tercermin saat siswa mampu memberikan variasi jawaban terhadap satu pertanyaan. Siswa dengan lancar menyebutkan berbagai jenis bahan yang dapat dijadikan model struktur 3D sel. Kemampuan ini ternyata berkaitan erat dengan kemampuan siswa untuk dapat berpikir fleksibel dalam memikirkan suatu bahan yang lazim digunakan orang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, menjadi bahan untuk membuat model sel yang tidak lazim di masyarakat. Jika pemikiran siswa tidak luwes atau fleksibel, maka ia akan kesulitan untuk menyebutkan bahan apa saja yang dapat digunakan untuk membuat model sel.

Kemampuan berpikir luwes siswa mencapai nilai 86,9%, dengan kategori sangat baik (Gambar 2). Nilai ini merupakan yang tertinggi dibanding keempat aspek kreativitas yang lain. Kemampuan berpikir luwes merupakan kemampuan berpikir yang menunjang kemampuan berpikir yang lain. Tingginya kemampuan berpikir luwes siswa dicirikan

dengan kemampuan siswa dalam memikirkan beragam cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah apakah siswa mampu memikirkan berbagai alternatif pembelajaran biologi pada konsep sel selain menggunakan buku teks atau tidak. Sumber acuan yang digunakan siswa dalam menjawab pertanyaan antara lain dengan memanfaatkan internet, mengamati objek langsung dengan bantuan mikroskop, menggunakan media gambar, membuat model struktur 3D sel. Jawaban yang diberikan siswa bervariasi sesuai dengan tingkat berpikirnya. Tingkat berpikir siswa bervariasi mulai dari hanya mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi hingga mencipta.

Sementara itu, kemampuan berpikir luwes siswa juga tercermin saat siswa mampu merubah arah berpikirnya secara spontan untuk menyelesaikan suatu masalah. Pada penelitian ini, siswa mampu merubah sudut pandangnya dalam memilih bahan untuk membuat model struktur 3 D sel berdasarkan kriteria yang diminta dalam soal. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh informasi bahwa rata-rata jawaban siswa untuk soal tersebut adalah 83%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu berpikir luwes. Keluwesan siswa dalam berpikir juga terlihat dalam penilaian hasil observasi, yakni saat siswa mampu menggunakan bahan-bahan sehari-hari untuk membuat sebuah model struktur 3D sel.

(5)

Semirata 2013 FMIPA Unila |337 dibuat siswa tidak semua memenuhi

kriteria model yang layak digunakan dalam pembelajaran. Namun pada penelitian ini faktor yang dinilai adalah kreativitas siswa dalam proses pembuatan model tersebut. Model sel yang dibuat siswa dengan cara mengkombinasikan berbagai jenis makanan merupakan ide yang asli dari mereka dan belum pernah ada sebelumnya. Kombinasi bahan-bahan yang mereka ciptakan memiliki dasar dan alasan yang kuat sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing.

Kepercayaan diri siswa untuk mengungkapkan ide-ide yang orisinal dapat dipengaruhi oleh motivasi dan kepercayaan yang diberikan oleh guru ketika penelitian berlangsung. Kepercayaan yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat menumbuhkan rasa percaya diri sehingga siswa merasa nyaman dan tidak merasa takut [9]. Rasa takut dapat menghambat timbulnya kreativitas siswa. Meminimalisir timbulnya rasa takut pada siswa dapat memberikan ruang untuk mengembangkan kreativitasnya. Dengan demikian diharapkan ide-ide kreatif siswa dapat dimunculkan tanpa adanya tekanan seperti rasa cemas atau takut karena menyampaikan ide yang tidak bermutu.

Keterampilan memperinci siswa pada penelitian ini termasuk kategori tinggi

(72.9%). Tingginya kemampuan

memperinci terlihat dari kemampuan siswa membuat detil-detil dari gambar sel yang mereka buat. Walaupun demikian tidak ada siswa yang mendapatkan skor sempurna dikarenakan siswa tidak menambahkan warna terhadap gambar yang mereka buat. Hasil tes kreativitas tersebut ternyata bertolak belakang dengan hasil observasi dan dokumentasi. Produk model sel yang dibuat oleh siswa memiliki warna yang beraneka ragam.

Keterampilan menilai (mengevaluasi) siswa pada penelitian ini merupakan nilai

yang paling rendah meskipun termasuk kategori tinggi. Kemampuan menilai siswa menunjukkan ia mampu menentukan pendapatnya sendiri mengenai suatu hal. Dalam hal ini siswa mampu memberikan penilai terhadap bahan yang ia gunakan sesuai dengan sudut pandangya.

Pada dasarmya kreativitas siswa dalam menciptakan sebuah model struktur 3 D sel merupakan sebuah proses yang melibatkan kemampuan kognitif tingkat tinggi. Berdasarkan hirearki hasil belajar menurut taksonomi Bloom kemampuan mencipta merupakan tingkatan yang paling tinggi. Kreativitas siswa akan muncul apabila siswa mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang struktur sel sebelumnya. Pengetahuan dan pemahaman saja belum cukup karena siswa harus dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk kemudian menganalisis bagian-bagian dari struktur sel yang akan mereka buat. Kemampuan analisis tersebut dapat menghantarkan siswa ke tingkat berpikir yang selanjutnya, yaitu kemampuan menilai. Siswa harus mampu menilai bahan-bahan apa saja yang sesuai dengan karakteristik bagian-bagian dari struktur sel yang akan dibuatnya. Barulah kemudian siswa dapat menciptakan kombinasi baru untuk membuat model struktur 3D sel.

(6)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil tes kreativitas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 58% siswa memiliki kreativitas sangat tinggi dan 38% memiliki kreativitad tinggi, dan hanya sedikit siswa (4%) yang berkemampuan cukup. Tingkat kreativitas siswa juga tercermin dari hasil observasi selama pembelajaran berlangsung. Hal ini berarti kreativitas siswa tidak hanya muncul saat siswa dihadapkan pada masalah abstrak (melalui soal) yang menuntut dihasilkannya pemikiran kreatif, namun siswa juga mampu merealisasikan pemikiran kreatif tersebut menjadi sebuah karya nyata berupa model struktur 3D sel.

DAFTAR PUSTAKA

Hong, E and R.M. Milgram. (2010). Creative Thinking Ability: Domain Generality and Specificity. Creativity Research Journal, 22(3), 272–287. Adams, K. (2006). The Sources of

Innovation and Creativity. NCEE. Washington, DC.

Munandar, U. (2004). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Adimahatsya. Jakarta.

Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka cipta. Jakarta.

Purwanto, M. (2004). Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. PT. Rosda Karya. Bandung.

Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi). Bumi Aksara. Jakarta.

Muslich, M. (2007). KTSP dasar pemahaman dan pengembangan. Bumi aksara. Malang.

Djamrah, S.B & Zain, A. (2006). Strategi belajar mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Santrock, J.W. (2010). Psikologi pendidikan edisi 3. Salemba Humanika. Jakarta.

Gambar

Tabel 4. Kategori Penilaian Tingkat Kreativitas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis secara historis dan dialektik terdapat pesan yang terkandung dalam teks video yang berjudul “pacar gue ganteng”, yaitu adanya pesan u Tui menjaga

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk

Bahan baku yang mempunyai kerapatan tinggi akan menghasilkan briket arang. dengan kerapatan tinggi, sedangkan bahan baku yang mempunyai kerapatan rendah

Product Moment Pearson. Adapun alat-alat analisis rasio laporan keuangan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah keterlambatan pembayaran angsuran kredit adalah current

Berdasarkan analisis perhitungan prosentase angket indikator siswa dapat mengakui bahwa “saya telah menguasai pelajaran melalui evaluasi” dalam item Nomor 3 siswa

Kustodian Sentral Efek Indonesia announces ISIN codes for the following securities :..

Standar akuntansi yang digunakan sebagai prinsip syariah merupakan kunci sukses bagi bank atau lembaga keuangan syariah untuk menjalankan sistemnya dalam rangka