• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keaktifan dan hasil belajar materi pengelolaan lingkungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2011-2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keaktifan dan hasil belajar materi pengelolaan lingkungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2011-2012."

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

vi

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

(TSTS) UNTUK SISWA KELAS XA SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN 2011- 2012

Firmando

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2012

Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus dengan subyek penelitian adalah siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu dan pokok bahasan pengelolaan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XA pada materi Pengelolaan Lingkungan di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dimana pada setiap siklus memiliki empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan kuisioner, lembar observasi, dan hasil tes pada tiap siklus. Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan analisis deskriptif kuantitatif-kualitatif. Data kualitatif akan digunakan untuk memperkuat deskripsi data kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan : 1) aktivitas siswa dalam 5 unsur pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dari siklus I ke siklus II, yaitu pada tingkat K sebesar 17.9% menjadi 7.3%, tingkat C sebesar 44.3% menjadi 33.9%, dan tingkat B sebesar 37.6% menjadi 58.6% dan 2) Hasil belajar siswa yang diukur dengan skor rata-rata dan persentase ketuntasan belajar secara klasikal dari data awal, siklus I, dan siklus II. Skor rata-rata diperoleh hasil (57.06, 53.33, dan 73.66) dan ketuntasan belajar klasikal diperoleh hasil (20.68%, 30%, dan 83.3%). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

Kata Kunci : Keaktifan Siswa, Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), dan

(2)

vii

IMPROVING ACTIVENESS AND LEARNING RESULT OF ENVIRONMENTAL MANAGEMENT MATERIAL USING TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TYPE OF COOPERATIVE LEARNING

MODEL FOR XA STUDENTS OF PANGUDI LUHUR SEDAYU SENIOR HIGH SCHOOL IN THE ACADEMIC YEAR OF 2011-2012

Firmando environment. This research was aimed to know whether the application of Two Stay Two Stray (TSTS) type of cooperative learning model could improve activeness and learning results of XA students of Pangudi Luhur Sedayu Senior High School. This research was done in 2 cycles and each cycle had four steps namely planning, implementing, observation, and reflecting. The data gathering was done using questionnaire, observation sheet, and test results in each cycle. The data analysis used in this Classroom Action Research was quantitative-qualitative descriptive analysis. The qualitative data would be used to support the description of the quantitative data.

Research result showed that the implementation of Two Stay Two Stray type of cooperative learning model increased: (1) students’ activity

in 5 elements Two Stay Two Stray type of cooperative learning from cycle I to cycle II, in which level K from 17,9% became 7,3%, level C from 44,3% became 33,9%, and level B from 37,6% became 58,6% and (2) Students’ learning result measured by average scores and the

percentage of the learning completeness classically from the previous data, cycle I, and cycle II. From the average scores results were obtained (57,06, 53,33, and 73,66) and from the learning completeness results were obtained (20,68%, 30%, and 83,3%). From the data above it is

concluded that there was an improvement in students’ activeness and

learning result after joining Two Stay Two Stray cooperative learning process.

(3)

i

PENGELOLAAN LINGKUNGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

(TSTS) UNTUK SISWA KELAS XA SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN 2011- 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Firmando

NIM : 081434003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vi

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

(TSTS) UNTUK SISWA KELAS XA SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN 2011- 2012

Firmando

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2012

Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus dengan subyek penelitian adalah siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu dan pokok bahasan pengelolaan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XA pada materi Pengelolaan Lingkungan di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dimana pada setiap siklus memiliki empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan kuisioner, lembar observasi, dan hasil tes pada tiap siklus. Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan analisis deskriptif kuantitatif-kualitatif. Data kualitatif akan digunakan untuk memperkuat deskripsi data kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan : 1) aktivitas siswa dalam 5 unsur pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dari siklus I ke siklus II, yaitu pada tingkat K sebesar 17.9% menjadi 7.3%, tingkat C sebesar 44.3% menjadi 33.9%, dan tingkat B sebesar 37.6% menjadi 58.6% dan 2) Hasil belajar siswa yang diukur dengan skor rata-rata dan persentase ketuntasan belajar secara klasikal dari data awal, siklus I, dan siklus II. Skor rata-rata diperoleh hasil (57.06, 53.33, dan 73.66) dan ketuntasan belajar klasikal diperoleh hasil (20.68%, 30%, dan 83.3%). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

Kata Kunci : Keaktifan Siswa, Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), dan

(9)

vii

IMPROVING ACTIVENESS AND LEARNING RESULT OF ENVIRONMENTAL MANAGEMENT MATERIAL USING TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TYPE OF COOPERATIVE LEARNING

MODEL FOR XA STUDENTS OF PANGUDI LUHUR SEDAYU SENIOR HIGH SCHOOL IN THE ACADEMIC YEAR OF 2011-2012

Firmando environment. This research was aimed to know whether the application of Two Stay Two Stray (TSTS) type of cooperative learning model could improve activeness and learning results of XA students of Pangudi Luhur Sedayu Senior High School. This research was done in 2 cycles and each cycle had four steps namely planning, implementing, observation, and reflecting. The data gathering was done using questionnaire, observation sheet, and test results in each cycle. The data analysis used in this Classroom Action Research was quantitative-qualitative descriptive analysis. The qualitative data would be used to support the description of the quantitative data.

Research result showed that the implementation of Two Stay Two Stray type of cooperative learning model increased: (1) students’ activity

in 5 elements Two Stay Two Stray type of cooperative learning from cycle I to cycle II, in which level K from 17,9% became 7,3%, level C from 44,3% became 33,9%, and level B from 37,6% became 58,6% and (2) Students’ learning result measured by average scores and the

percentage of the learning completeness classically from the previous data, cycle I, and cycle II. From the average scores results were obtained (57,06, 53,33, and 73,66) and from the learning completeness results were obtained (20,68%, 30%, and 83,3%). From the data above it is

concluded that there was an improvement in students’ activeness and

learning result after joining Two Stay Two Stray cooperative learning process.

(10)

viii

Karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Bapak dan Ibuku tercinta yaitu A. Manungkalit dan Kundari yang tak pernah lelah mencurahkan kasih sayangnya padaku.

Adik-adikku tersayang Romauli Manungkalit, Daniel Manungkalit, dan Yonatan Manungkalit.

Kekasihku Viviani Diah Riyantika yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayangnya selama ini padaku.

Terima kasih atas perhatian dan dukungan yang kalian berikan padaku selama ini. Inilah karya kecilku yang aku persembahkan sebagai wujud rasa cinta dan rasa

(11)
(12)
(13)

xi

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI………... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK………..... vi

ABSTRACT... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR……… ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 7

(14)

xii

A. Belajar dan Pembelajaran... 10

B. Hasil Belajar... 12

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar 16 D. Keaktifan Siswa... 17

E. Metode Pembelajaran……….. 18

1. Pembelajaran Kooperatif... 18

2. Pembelajaran Kooperatif TipeTSTS……….. 23

F. Penelitian Relevan... 28

G. Materi Pengelolaan Lingkungan………... 29

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 30

B. Setting Penelitian... 30

C. Hipotesa Penelitian………. 30

D. Variabel Penelitian………. 31

E. Rancangan Penelitian... 31

F. Instrumen Penelitian... 42

G. Metode Pengumpulan Data... 43

H. Validasi Instrumen………. 45

I. Metode Analisis Data... 46

(15)

xiii

A. Observasi Awal Tindakan Kelas... 54

B. Deskripsi Tiap Siklus 1. Siklus I... 55

2. Siklus II... 62

C. Hasil Penelitian dan Analisis Data 1. Hasil Observasi Keaktifan Siswa a. Kuisioner………. 68

a.1. Kuisioner Awal Siklus I……….. 68

a.2. Kuisioner Akhir Siklus II……… 69

b. Lembar ObservasiSiswa………... 70

2. Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa a. Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus I………. 75

b. Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus II………. 78

D. Pembahasan 1. Keaktifan Belajar Siswa……….... 80

2. Hasil Belajar Ranah Kognitif…….... 83

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA... 88

(16)

xiv

Tabel. 3.1. Metode Pengumpulan Data……….... 43

Tabel.3.2. Lembar Observasi Pengamatan Lima Unsur Pembelajaran Kooperatif... 47

Tabel.3.3. Penskoran Kuisioner Keaktifan Belajar Siswa………. 51

Tabel.3.4. Kualifikasi Persentase Skor Kuisioner Keaktifan Siswa………... 52

Tabel.3.5. Indikator Keberhasilan Tindakan……….. 52

Tabel 4.1. Hasil kuisioner siswa pada awal siklus I………... 68

Tabel 4.2. Hasil kuisioner siswa pada akhir siklus II……… 69

Tabel 4.3. Hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran………... 70

Tabel 4.4. Hasil testawal……….. 75

Tabel 4.5. Hasil test siklus I………. 76

Tabel 4.6. Hasil test siklus II………. 78

(17)

xv

Gambar.2.1. Skema diskusi model pembelajaran tipe TSTS.... 24

Gambar.3.1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas... 32

Gambar.4.1. Guru melakukan presentasi didepan kelas Siklus I…………. 57

Gambar.4.2. Siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok Siklus II…….. 58

Gambar.4.3. Siswa melakukan kegiatan presentasi kelompok Siklus I…… 60

Gambar.4.4. Guru Melakukan Presentasi di depan Kelas Siklus II………. 64

Gambar.4.5. Siswa Melakukan Kegiatan Diskusi Kelompok Siklus II…... 65

Gambar.4.6. Siswa Melakukan Kegiatan Presentasi Kelompok Siklus II… 66

(18)

xvi

Lampiran 1. Surat KeteranganIjin Penelitian………. 89

Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian……… 90

Lampiran 3. Materi PengelolaanLingkungan………. 91

Lampiran 4. Silabus... 103

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 105

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa siklus I dan II... 128

Lampiran 7. Hasil Lembar Kerja Siswa siklus I dan II... 135

Lampiran 8. Kisi-kisi soal test (test awal, tessiklus I dan II)………... 139

Lampiran 9. Soal Test Awal………... 142

Lampiran 10. Panduan Skoring Test Awal………... 146

Lampiran 11. Kunci jawaban Soal Test Awal……….. 147

Lampiran 12. Soal Test Siklus I………..………. ... 148

Lampiran 13. Panduan Skoring TestSiklus I………. ..…. . . .…… 150

Lampiran 14. Kunci jawaban soal TestSiklus I……….. 151

Lampiran 15. Soal Test Siklus II………..………... 152

Lampiran 16. Panduan Skoring Test Siklus II………. ..…. . ... 154

Lampiran 17. Kunci jawaban soal Test Siklus II……… 155

Lampiran 18. Hasil Test Awal, Test Siklus I, Test Siklus II Siswa………… 156

Lampiran 19. Nilai Test Awal, Test Siklus I, Test SiklusII………... 172

Lampiran 20. Kisi-kisi Kuisioner... 175

Lampiran 21. Lembar Kuisioner……….. 176

(19)

xvii

Lampiran 24. Lembar Observasi……….. 184

Lampiran 25. Analisis Lembar Observasi……… 186

Lampiran 26. Hasil Observasi Siswa………... 188

Lampiran 27. Daftar Nama Kelompok Diskusi Siklus I dan Siklus II………. 194

Lampiran 28. Aktivitas Gurudi Kelas……….. 198

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat dua kegiatan yang saling

mempengaruhi, yaitu guru mengajar dan siswa belajar. Guru

mengajarkan bagaimana siswa harus belajar, sementara siswa belajar

bagaimana seharusnya belajar baik itu melalui berbagai pengalaman

belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif,

psikomotor, dan afektif. Siswa dituntut untuk selalu aktif dalam setiap

proses pembelajaran yang dilakukan. Keaktifan inilah yang dapat

membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Apabila siswa

hanya diam dan selalu mengikuti apa yang diberikan guru, maka

pemahaman siswa hanya sebatas materi yang disampaikan.

Menurut Mulyasa (2002: 32), pembelajaran dikatakan berhasil dan

berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar

peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam

proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang

tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.

Berdasarkan hal ini, peranan guru sangat diperlukan untuk meningkatkan

keaktifan belajar siswa, karena keaktifan siswa merupakan penentu

dalam keberhasilan proses pembelajaran. Penerapan metode mengajar

yang bervariasi berupaya untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam

(21)

pendidikan. Metode pengajaran yang baik hendaknya disesuaikan dengan

karakteristik materi yang akan disampaikan. Penerapan metode-metode

yang bervariasi akan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam proses

pembelajaran.

Strategi pembelajaran merupakan cara yang dipilih untuk

menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran

tertentu. Pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan

kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang

dihadapi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Suharsini, 2007).

Menurut Slameto (2010), metode mengajar mempengaruhi belajar.

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar

siswa sehingga menjadi tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang

baik dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang

menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak

jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu

sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau

gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru yang progresif

berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu

meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi

siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka metode

mengajar harus diusahakan yang tepat, efisien dan efektif.

Pembelajaran kooperatif dalam lingkungan pendidikan sangat

(22)

mencapai hasil yang maksimal yaitu, adanya aktifitas pembelajaran

kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus

didasarkan pada perubahan informasi secara sosial dalam

kelompok-kelompok belajar yang setiap pembelajaran bertanggung jawab atas

pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran

anggota-anggota yang lain ( Huda, 2011 : 29 ).

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara

berkelompok untuk bekerja sama dan saling berinteraksi dalam

mengerjakan tugas akademik untuk mencapai tujuan bersama. Adapun

beberapa model pembelajaran kooperatif, antara lain : Student Teams

Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT),

Jigsaw, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC),

Teams Assisted Individualization (TAI), Two Stay Two Stray (TSTS), dan

Think Pair Share (TPS). Menurut Lie (2002: 62), salah satu model

pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah pembelajaran

kooperatif. Salah satunya adalah tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Pada

tipe ini terdapat beberapa tahap yang harus dilalui selama proses

pembelajaran. Tahap awal, siswa belajar dalam suatu kelompok dan

diberikan suatu materi yang dirancang sebelumnya oleh guru. Setelah itu

siswa diberi kesempatan untuk membagikan hasil dan informasi dengan

kelompok lain. Banyak kegiatan belajar yang diwarnai dengan

kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat

(23)

bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan observasi di kelas XA SMA Pangudi Luhur sedayu,

Pembelajaran yang umumnya dilakukan di kelas adalah dengan

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Selama proses

pembelajaran masih ditemukan kelemahan-kelemahan, yaitu: masih

banyak siswa yang kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru,

sebagian besar siswa cenderung diam dan siswa tidak memperhatikan

pelajaran yang diterangkan oleh guru, khususnya siswa yang duduk di

belakang.

Pada saat guru menerangkan pelajaran dengan menggunakan

metode ceramah, banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran

dengan baik sehingga kelas terkesan di dominasi oleh siswa-siswa yang

mempunyai kemampuan diatas rata-rata. Melalui metode ceramah ini

siswa terlihat bosan, ngantuk, dan malas mengikuti pelajaran yang

disampaikan guru. Siswa tidak aktif bertanya ataupun mengemukakan

pendapatnya sehingga informasi hanya berjalan satu arah yaitu dari guru

kepada siswa.

Pada saat guru memberikan pertanyaan, siswa menjawab

pertanyaan guru secara bersamaan. Siswa akan menjawab pertanyaan

guru jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab. Jika diberi kesempatan

untuk bertanya, siswa hanya berbisik-bisik dengan teman bahkan

(24)

besar siswa tidak memanfaatkan buku pelajaran yang ada untuk

membantu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Mereka hanya

menggunakan catatan yang diberikan guru. Setelah selesai mengerjakan

tugas, siswa tidak mempresentasikan hasilnya, tetapi hanya dibahas

bersama oleh guru. Hal ini dikarenakan siswa tidak ada yang berani

mempresentasikan hasil tugas mereka.

Dari informasi yang didapat dari guru bidang studi, guru pernah

menerapkan pembelajaran kooperatif, yaitu: Siswa dibentuk dalam

kelompok kecil dan diberikan tugas untuk mengerjakan soal. Hasilnya

siswa lebih aktif dalam kelas, tetapi terdapat beberapa kendala, yaitu

guru mengalami kesulitan mengkondisikan siswa karena siswa ingin

selalu diperhatikan sementara guru harus berkeliling. Sedangkan metode

ceramah cenderung mengakibatkan siswa kurang aktif karena hanya

mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas maka dilakukan

penelitian dengan judul: “Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar

Materi Pengelolaan Lingkungan Dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Siswa Kelas XA

(25)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, permasalahan penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Apakahpenerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray (TSTS) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa

kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu pada materi Pengelolaan

Lingkungan tahun ajaran 2011 - 2012 ?

C. Batasan Masalah

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas XA SMA Pangudi

Luhur Sedayu tahun ajaran 2011-2012.

2. Obyektif Penelitian

Objek penelitian ini adalah Peningkatan Keaktifan dan Hasil belajar

siswa.

3. Materi Pokok

Pengelolaan Lingkungan

4. Parameter

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah adanya

peningkatan hasil belajar siswa kelas XA SMA Pangudi Luhur

Sedayu tahun ajaran 2011/2012 dalam aspek kognitif dan afektif.

(26)

a. Hasil belajar siswa dalam aspek kognitif mencakup pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Hasil

belajar siswa dapat diketahui melalui soal tes yang dikerjakan

siswa pada pelaksanaan penelitian.

b. Hasil belajar siswa dalam aspek afektif mencakup sikap siswa

dalam hal menerima, merespon, dan menghargai terhadap proses

pembelajaran, yaitu meliputi kedisiplinan, sikap ketika guru

sedang menyampaikan materi, dan sikap ketika teman sedang

mengeluarkan pendapat. Hasil belajar siswa dalam aspek afektif

dapat diukur dengan lembar kuisioner dan lembar observasi

siswa.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XA pada materi

Pengelolaan Lingkungan di SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran

(27)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas ini, antara lain bagi guru, bagi

siswa, bagi sekolah dan bagi peneliti.

1. Bagi Guru

a. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan gambaran,

pendekatan dan model pembelajaran Biologi serta menambah

wawasan dan pengalaman melaksanakan pembelajaran dalam hal

ini meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan model Two Stay

Two Stray (TSTS). Selain itu, guru diharapkan dapat mengasah

kreativitas guru dalam melakukan proses pembelajaran

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

strategi belajar mengajar.

c. Memberikan suatu inovasi dalam dunia pendidikan khususnya

dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi

pelajaran Biologi.

2. Bagi Siswa

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

Two Stray (TSTS) diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan

hasil belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

Memberikan informasi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

dengan penerapan model pembelajaran aktif dalam pembelajaran di

(28)

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan inspirasi dan referensi terkait dengan penelitian

(29)

10

BAB II

DASAR TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

Menurut Dahar (2006 : 3), belajar dihasilkan dari pengalaman

dengan lingkungan yang didalamnya terjadi hubungan-hubungan

antara stimulus dan respon. Menurut Winkel (2009:5), belajar adalah

suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan

pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

Belajar merupakan suatu proses akibat dari pengalaman serta

interaksi aktif dengan lingkungan sehingga menghasilkan perubahan

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar

merupakan kegiatan yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang

sedang terjadi dalam diri seorang yang sedang belajar, tidak dapat

diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan,

hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa melakukan

sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui

(30)

2. Pembelajaran

Menurut Dahar (2006 : 169), pembelajaran adalah penggunaan

jenis-jenis belajar yang tepat dengan memberi kesempatan pada siswa

untuk mengungkapkan konsep sebelumnya dan kesempatan untuk

berdebat dan menguji konsep ini sehingga dapat meningkatkan

kesadaran akan kemampuan untuk menggunakan pola penalaran yang

terlibat dalam pembentukan dan pengujian pengetahuan konseptual.

Menurut Suherman (2003: 8), pembelajaran merupakan upaya

penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar

tumbuh dan berkembang secara optimal. peristiwa belajar yang

disertai proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik

daripada belajar yang semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan

sosial dalam masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada

peran guru, sumber belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja

diciptakan. Sedangkan menurut Usman (2000 :4), pembelajaran

merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan

guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian

kegiatan yang melibatkan guru, siswa, dan sumber belajar dalam suatu

lingkungan yang kondusif dalam rangka mencapai tujuan belajar yang

(31)

B. Hasil Belajar

Menurut Bloom dalam Sudjana (1989 : 22), hasil belajar secara

garis besar dibagi dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah afektif

dan ranah psikomotoris.

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi.

a) Pengetahuan atau ingatan

Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat

rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini

menjadi prasyarat bagi hasil belajar berikutnya. Hal ini

berlaku bagi semua bidang studi, baik bidang Matematika,

IPA, IPS maupun Bahasa.

b) Pemahaman

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan

adalah pemahaman. Pemahaman dapat dibedakan dalam tiga

kategori:

1. Pemahaman terjemahan

Menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, misalnya

(32)

2. Pemahaman penafsiran

Menghubungkan bagian-bagian yang terdahulu dengan

yang diketahui berikutnya atau menghubungkan

beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,

membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

3. Pemahaman ekstrapolasi

Pemahaman untuk melihat dibalik yang tertulis, dapat

membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat

memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus,

ataupun masalahnya.

c) Aplikasi

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan abstraksi berupa

ide, teori atau penunjuk teknis kedalam situasi konkret atau

situasi khusus. Abstraksi tersebut merupakan prinsip atau

generalisasi yang sifatnya umum.

Bloom dalam Sudjana (1989: 26), membedakan delapan tipe

aplikasi yang akan dibahas dalam menyusun tes kemampuan

aplikasi.

1. Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang akan

diterapkan dalam situasi yang dihadapi.

2. Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat

(33)

3. Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu

prinsip atau generalisasi.

4. Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari

prinsip dan generalisasi.

5. Dapat menjelaskan gejala baru berdasarkan prinsip dan

generalisasi tertentu.

6. Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan

prinsip dan generalisasi tertentu.

7. Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu

dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan

prinsip dan generalisasi yang relevan.

8. Dapat menjelaskan alas an menggunakan prinsip dan

generalisasi bagi situasi yang dihadapi.

d) Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi

unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya

dan susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang

kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe

sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang

mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat

memilahkan integritas menjadi bagian yang tetap terpadu,

untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain

(34)

e) Sintesis

Sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur atau

bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh. Salah satu berpikir

sintesis adalah menjadikan orang menjadi lebih kreatif.

Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak

dicapai dalam pendidikan.

f) Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu

yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja,

pemecahan, metode, materil, dll.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan

internalisasi.

3. Ranah Psikomotoris

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan

refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampian kompleks dan

(35)

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010), belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang dapat menentukan keberhasilan yang dicapai.

Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa, dan dari luar

misalnya dukungan orang tua, serta lingkungan.

a. Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam individu itu

sendiri. Faktor intern terdiri dari aspek jasmani dan psikologis.

Aspek jasmani sangat mendukung peserta didik sehingga dapat

melaksanakan kegiatan belajar dengan baik, karena apabila

kesehatannya terjaga akan sangat berpengaruh pada hasil belajar

yang diperoleh. Aspek psikologis merupakan kemampuan berupa

intelegensi, bakat, sikap, minat dan motivasi yang merupakan faktor

yang dapat mempengaruhi pada kualitas pengetahuan yang terserap

oleh peserta didik, karena cara belajar peserta didik dipengaruhi oleh

aspek psikologis tersebut.

b. Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar yang

mempengaruhi diri individu. Faktor ekstern dibagi menjadi tiga

faktor utama yaitu latar belakang keluarga, lingkungan sekolah, dan

masyarakat. Aspek lingkungan keluarga mempengaruhi

perkembangan individu karena kegiatan belajar yang berlangsung

ketika berada di lingkungan rumah dan kepedulian orang tua

terhadap kegiatan belajar anak pada saat belajar di rumah. Aspek

(36)

belajar yang tercipta antara peserta didik dan guru. Aspek

lingkungan sekolah meliputi sarana dan prasarana, media

pembelajaran,

D. Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam

proses belajar mengajar yang beraneka ragam seperti pada saat siswa

mendengarkan ceramah, mendiskusikan, membuat suatu alat, membuat

laporan pelaksanaan tugas dan sebagainya. Diedrich dalam Hamalik

(2005:172) membagi kegiatan belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu:

1. Visual activities (kegiatan-kegiatan visual) seperti membaca,

mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati

orang lain bekerja atau bermain.

2. Oral Activities (kegiatan-kegiatan lisan) seperti

mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian,

mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan

pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan) seperti

mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan

sebagainya.

4. Writing activities (kegiatan-kegiatan menulis) seperti menulis

cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan

(37)

5. Drawing activities (kegiatan-kegiatan menggambar) seperti

menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan

sebagainya.

6. Motor activities (kegiatan-kegiatan motorik) seperti

melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, bermain,

berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

7. Mental activities (kegiatan-kegiatan mental) seperti

merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan

sebagainya.

8. Emotional activities (kegiatan-kegiatan emosional) seperti

menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup,

dan sebagainya.

E. Metode Pembelajaran

1. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suyatno (2009; 51), pembelajaran kooperatif adalah

kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama

saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan,

atau inkuiri. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5

siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok

heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis

(38)

perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar

belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan

keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya,

seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada

teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang

berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

b. Menyajikan informasi.

c. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.

d. Membimbing kelompok belajar dan bekerja.

e. Evaluasi.

f. Memberikan penghargaan.

Menurut Sadker, 1997 dalam Huda (2011: 66), pembelajaran

kooperatif selain meningkatkan keterampilan kognitif, psikomotor,

dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan

manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini:

1. Siswa yang diajari dengan struktur-struktur kooperatif akan

memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi; hal ini

khususnya berlaku bagi siswa-siswa SD untuk mata pelajaran

(39)

2. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan

memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang

lebih besar untuk belajar.

3. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada

teman-temannya, dan diantara mereka akan terbangun rasa

ketergantungan yang positif (positive interdependence) untuk

proses belajar mereka nanti.

4. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa

terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan

etnik yang berbeda-beda.

Metode pembelajaran kooperatif ini mempunyai

kelebihan-kelebihan yaitu:

a. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

b. Siswa dapat berkomunikasi dengan temannya

c. Dapat meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran

d. Dapat meningkatkan pemahaman dalam prestasi belajar

Roger dan Johnson seperti yang dinyatakan oleh Lie (2002:

31), mengemukakan adanya lima unsur dasar dalam pembelajaran

kooperatif meliputi:

1. Saling ketergantungan positif (positive interdependence)

Siswa harus merasa senang bahwa mereka saling tergantung

positif dan saling terikat sesama anggota kelompok. Mereka

(40)

dengan demikian materi tugas haruslah mencerminkan aspek

saling ketergantungan, seperti tujuan belajar, sumber belajar,

peran kelompok dan penghargaan. Selain itu, guru perlu

menciptakan kelompok kerja yang efektif serta menyusun tugas

yang diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami

materi yang disampaikan oleh guru.

2. Tatap Muka (face to face interaction)

Belajar kooperatif membutuhkan siswa untuk bertatap muka

satu dengan yang lainnya dan berinteraksi secara langsung.

Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam

pencapaian tujuan belajar dan memberikan sumbangan pikiran

dalam pemecahan masalah, siswa juga harus mengembangkan

keterampilan komunikasi secara efektif.

3. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability).

Setiap anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari

materi dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompok.

Hal inilah yang menuntut tanggung jawab perseorangan untuk

melaksanakan tugas dengan baik.

4. Komunikasi antar anggota

Keterampilan sosial sangat penting dalam belajar kooperatif dan

harus diajarkan pada siswa. Siswa harus dimotivasi untuk

menggunakan keterampilan berinteraksi dalam kelompok yang

(41)

yang perlu dan sengaja diajarkan seperti tenggang rasa, sikap

sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik

teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak

mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang

bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi.

5. Evaluasi proses kelompok (group processing).

Guru perlu mengalokasikan waktu khusus untuk mengevaluasi

proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya

anggota kelompok dapat bekerja sama dengan lebih efektif.

Siswa memproses keefektifan kelompok mereka dengan cara

menjelaskan tindakan mana yang dapat menyumbang dan mana

yang tidak, dan membuat keputusan terhadap tindakan yang bisa

dilanjutkan atau yang perlu diubah. Fase-fase dalam proses

kelompok meliputi umpan balik, refleksi dan peningkatan

(42)

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Two Stay

Two Stray (TSTS). Model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray

(TSTS) ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1990.

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil

informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak

kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan

individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat

pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar

sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama

lainnya.

Menurut Huda (2011:140-141), langkah-langkah model

pembelajaran tipe TSTS adalah sebagai berikut.

a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat.

b. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan

dan dikerjakan bersama.

c. Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta

meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain.

d. Dua orang yang “tinggal” dalam kelompok bertugas membagikan

informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka.

e. “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok semula dan

(43)

f. Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil

pekerjaan mereka semua.

Prosedur:

1. Salah satu siswa dari masing-masing kelompok memulai

dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai

tugas yang sedang mereka kerjakan.

2. Siswa berikutnya lalu ikut memberikan kontribusi

pemikirannya.

3. Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan

menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.

Berikut disajikan gambar skema diskusi Model pembelajaran

tipe TSTS yang dilakukan.

Gambar. 2.1. Skema diskusi model pembelajaran tipe TSTS.

Keterangan:

(44)

Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan sebagai

berikut.

1. Persiapan

Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat

silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas

siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan

masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus

heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.

2. Presentasi Guru

Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal

dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang

telah dibuat.

3. Kegiatan Kelompok

Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang

berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu

kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi

permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan

klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil (4 siswa)

yaitu dengan mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota

kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau

memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.

Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok

(45)

sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas

menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah

memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri

dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya

serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

4. Formalisasi

Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan

yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan

kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa

ke bentuk formal.

5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan

Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan

siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil

pembelajaran dengan tipe TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan

pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor

(46)

Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan.

Adapun kelebihan dari tipe TSTS adalah sebagai berikut :

1. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.

2. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna

3. Lebih berorientasi pada keaktifan.

4. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:

1. Membutuhkan waktu yang lama

2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan

tenaga)

(47)

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan terkait dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut.

Faishal (2008) dalam penelitian tindakan kelasnya yang berjudul “

Penerapan Pembelajaran Model Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk

Meningkatkan 5 Unsur Pembelajaran Kooperatif dan Prestasi Belajar

Siswa Kelas XB Semester II MAN 3 Malang” menunjukkan bahwa

aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II.

Sari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui model pembelajaran Kooeratif

Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI IPS 4

MAN 2 Pati Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa model pembelajaran kooperatif TSTS (Two Stay Two Stray) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 4 MAN 2 Pati tahun ajaran

2009/2010. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar

siswa dari siklus I ke siklus II.

Wahyunigsih (2009) dengan penelitian tindakan kelasnya yang

berjudul “Eksperimentasi Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray

(TSTS) Dan JIGSAW Ditinjau dari Akivitas Siswa Kelas VII Semester II

SMP Muhammadiyah 1 Surakarta” menunjukkan bahwa aktivitas siswa

meningkat selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dibuktikan

(48)

G. Materi Pengelolaan Lingkungan

Dalam penelitian ini, Standar Kompetensi yang digunakan adalah SK. 4.

“Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi

dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem”.

Kompetensi dasar yang digunakan adalah KD 4.3.

“Mengkaitkan hubungan kegiatan manusia dengan masalah perusakan

dan pemeliharaan lingkungan”.

Secara garis besar materi yang akan diajarkan dalam model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut:

1. Keseimbangan lingkungan

2. Aktivitas manusia dan dampaknya terhadap lingkungan

3. Limbah dan Pengolahannya

4. Penanganan limbah dengan cara daur ulang

5. Upaya pencegahan pencemaran lingkungan

(49)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan analisis deskriptif kuantitatif-kualitatif.

Data kualitatif akan digunakan untuk memperkuat deskripsi data

kuantitatif.

B. Setting Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

a) Waktu penelitian : bulan Maret 2012 sampai Mei 2012

b) Tempat penelitian : SMA Pangudi Luhur Sedayu

2. Subyek Penelitian

Subyek yang teliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas XA SMA

Pangudi Luhur Sedayu pada semester II (genap) tahun ajaran 2011–

2012 yang berjumlah 32 siswa.

3. Obyektif Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar

Siswa.

C. Hipotesa Penelitian

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

(TSTS) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XA

SMA Pangudi Luhur Sedayu pada materi Pengelolaan Lingkungan

(50)

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Variabel terikat : keaktifan dan hasil belajar siswa.

2. Variabel bebas : model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian Khemmis & Mc

Taggart yang terdiri dari 4 komponen berulang dalam satu siklus, yaitu:

1. Perencanaan (planning)

2. Pelaksanaan tindakan (acting)

3. Pengamatan (observing)

4. Refleksi (reflecting)

Tahap-tahap penelitian tindakan kelas (PTK) ini nantinya yang

membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian, sehingga

diperoleh data yang dapat dikumpulkan sebagai jawaban dari

permasalahan penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2

siklus, yaitu siklus I dengan pokok bahasan keseimbangan

lingkungan dan aktivitas manusia dan dampaknya terhadap

lingkungan , dan siklus II dengan pokok bahasan limbah dan

pengolahannya, penanganan limbah dengan cara daur ulang, dan

(51)
(52)

a. Observasi dan Refleksi Awal

Berdasarkan hasil observasi, di kelas XA SMA Pangudi Luhur

Sedayu sudah diterapkan pembelajaran kooperatf namun pada

pelaksanaannya masih belum optimal hal ini dapat diketahui bahwa

pembelajaran di kelas lebih sering menggunakan metode ceramah dan

belum adanya kelompok kooperatif sehingga peneliti kesulitan untuk

memperoleh data lima unsur pembelajaran kooperatif. Situasi kelas

pada saat pembelajaran tidak terlalu aktif sehingga informasi hanya

berjalan satu arah yaitu dari guru kepada siswa.

Data hasil belajar menunjukkan bahwa rata-rata kelas sebesar

65.96 diantaranya 46.6% (14 siswa) telah tuntas belajar sedangkan

53.3% ( 16 siswa) belum tuntas belajar. Padahal SKM klasikal di SMA

Pangudi Luhur Sedayu ditentukan sebesar 70 % dari jumlah (Σ) siswa

yang mencapai daya serap minimal≥70. Data ini menunjukkan bahwa

pembelajaran belum menunjukkan hasil belajar yang maksimal. Untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa sekaligus diharapkan dapat

meningkatkan prestasi belajarnya maka diterapkan pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray ( TSTS)

b. Siklus I (2 x pertemuan–3 JP)

Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 2 kali

pertemuan sebanyak 3 x 45 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan

pada hari Selasa, 22 Mei 2012 sedangkan pertemuan kedua

(53)

1. Perencanaan Tindakan Siklus I

Berdasarkan observasi awal, maka peneliti merencanakan tindakan

kelas untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray (TSTS).

Rencana tindakan adalah sebagai berikut:

1. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) pokok

bahasan Pengelolaan Lingkungan.

2. Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa).

3. Membuat soal tes pada siklus I.

4. Menyiapkan alat/bahan/sumber belajar yang diperlukan untuk

pembelajaran pada siklus I.

5. Menyusun lembar observasi tentang aktivitas siswa yang berisi lima

unsur pembelajaran kooperatif selama proses belajar kooperatif tipe

TSTS

6. Menyusun lembar observasi tentang aktivitas guru selama proses

pembelajaran tipe TSTS berlangsung

7. Membagi siswa dalam 8 kelompok yang masing-masing

beranggotakan 4 orang, pembagian kelompok didasarkan atas

(54)

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tahap pelaksanaan tindakan berupa penerapan kegiatan

pembelajaran yang telah disusun dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

TSTS. Secara garis besar, pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

TSTS adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

• Pada awal pelajaran guru pelaksana menyampaikan salam

pembuka kepada siswa dan menyiapkan kondisi belajar siswa.

• Guru Pelaksana mempresentasikan tentang bagaimana

pelaksanaan pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

• Guru pelaksana tindakan mengorganisasikan siswa kedalam 8

kelompok kerja dan siswa melakukan kegiatan diskusi secara

berkelompok.

• Memberikan apersepsi kepada siswa: dengan menanyakan

“apakah yang kalian ketahui tentang Perubahan dan Pencemaran

Lingkungan ?”

• Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

• Tes awal siswa (Pilihan Ganda).

• Guru pelaksana tindakan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang

(55)

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini siswa melakukan 4 tahap kegiatan:

• Guru pelaksana menjelaskan materi pelajaran yang akan diajarkan.

• Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam LKS.

• Dua orang siswa dari masing-masing kelompok bertamu ke

kelompok lain secara terpisah untuk bertukar pendapat mengenai

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.

• Setelah bertamu siswa kembali ke kelompok semula dan memberi

informasi yang diperolehnya dari bertamu ke kelompok lain.

c) Tindak Lanjut

• Pada kegiatan ini salah satu kelompok diminta mempresentasikan

hasil diskusi kelompoknya dan kelompok yang lain bisa

mengajukan pendapat atau pertanyaan.

• Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi

tentang perubahan dan pencemaran lingkungan yang telah mereka

pelajari.

d) Evaluasi

Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif

menggunakan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) siswa diberi tes

tertulis sebanyak 10 buah soal subyektif dalam waktu 15 menit. Tes

dilakukan secara individu dan siswa diminta agar tidak bekerja sama

(56)

3. Observasi Siklus I

Pengamatan dilakukan oleh guru dan dibantu oleh 2 orang observer

selama pelaksanaan tindakan. Yang menjadi fokus pengamatan adalah:

a. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TSTS serta respon siswa

terhadap pembelajaran tipe TSTS.

b. Keaktifan siswa selama proses belajar yang menyangkut lima

unsur-unsur kooperatif, yaitu: interaksi tatap muka, keterampilan

komunikasi antar individu dan kelompok, saling ketergantungan

positif, tanggung jawab individu dan evaluasi proses kelompok.

4. Refleksi Siklus I

Refleksi dilakukan oleh guru dan peneliti pada akhir siklus I. Hasil

refleksi menjadi acuan dan penyempurnaan tindakan pada siklus II.

Inti pembahasan adalah:

a. Menganalisis kelebihan dan kekurangan yang masih terdapat pada

rancangan pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

(57)

c. Siklus II (1 x pertemuan2 JP)

Siklus II dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan pada hari Jumat,

25 Mei 2012 dengan alokasi waktu 2x45 menit (90 menit). Materi yang

dibahas dalam tindakan siklus II ini adalah limbah dan pengolahannya,

penanganan limbah dengan cara daur ulang, dan upaya pencegahan

pencemaran lingkungan.

1. Perencanaan Tindakan Siklus II

Berdasarkan refleksi pelaksanaan siklus I, maka guru merencanakan

tindakan untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TSTS

untuk siklus II. Pada dasarnya pelaksanaan tindakan pada siklus II

tidak berbeda dengan siklus I. Instrumen yang digunakan meliputi

lembar observasi aktivitas siswa, dan soal tes siklus II. Rencana

tindakan siklus II adalah sebagai berikut:

a. Memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I

b. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) pokok

bahasan adalah limbah dan pengolahannya, penanganan limbah

dengan cara daur ulang, dan upaya pencegahan pencemaran

lingkungan.

c. Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa) siklus II.

d. Membuat soal tes pada siklus II.

e. Menyiapkan alat/bahan/sumber belajar yang diperlukan untuk

(58)

f. Menyusun lembar observasi tentang aktivitas siswa yang berisi

lima unsur pembelajaran kooperatif selama proses belajar

kooperatif tipe TSTS.

g. Menyusun lembar observasi tentang aktivitas guru selama proses

pembelajaran tipe TSTS berlangsung

h. Kelompok pada siklus II diubah dari siklus I.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Tahap pelaksanaan tindakan berupa penerapan kegiatan

pembelajaran yang telah tersusun dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe TSTS. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah

sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

• Menyampaikan salam pembuka kepada siswa dan

menyiapkan kondisi belajar siswa

• Mengabsen siswa

• Memberikan apersepsi kepada siswa: dengan menanyakan:

“Apakah yang kalian ketahui mengenai limbah?”

“Bagaimana cara pengelolahannya ?”

(59)

b) Kegiatan inti

• Guru mengajak siswa menemukan penyebab munculnya

berbagai jenis limbah dalam lingkungan hidup.

• Pada pertemuan ini susunan kelompok diubah dari susunan

kelompok awal

• Siswa duduk berkelompok (4 orang) untuk berdiskusi dan

menjawab pertanyaan mengenai berbagai jenis limbah yang

terdapat pada LKS

• Mengajak siswa untuk mengerjakan LKS tentang ”limbah

dan pengelolaannya” dalam kelompok dengan jujur, peduli,

serta tanggungjawab.

c) Tindak lanjut

• Presentasi hasil diskusi (dipilih secara acak)

• Melakukan pembahasan hasil diskusi.

• Membuat kesimpulan hasil diskusi

d) Evaluasi

• Melakukan tes siklus II, Tes dilakukan secara individu dan

siswa diminta agar tidak bekerja sama dengan teman yang

(60)

3. Observasi

Pada tahap observasi, kegiatan yang dilakukan yaitu observasi siswa

selama proses pembelajaran di kelas. Kegiatan observasi dilakukan

oleh guru bidang studi biologi dan rekan peneliti yang berperan

sebagai pengamat dalam proses pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

4. Refleksi

Data yang diperoleh dari tindakan siklus II dianalisis dan digunakan

(61)

E. Instrumen

Instrumen yang digunakan ada 2 macam, yaitu instrumen

pembelajaran dan instrumen penelitian.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen yang digunakan dalam pembelajaran, meliputi :

a) Silabus Biologi Kelas X.(Lampiran 4)

b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk tiap siklus ( Lampiran 5)

c) Lembar Kerja Siswa ( lampiran 6)

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian, meliputi :

a) Soal tes tertulis ( Lampiran 8)

b) Kisi-kisi soal test ( Lampiran 9)

c) Panduan skoring tes ( Lampiran 10)

d) Kunci jawaban tes ( Lampiran 11)

e) Kisi-kisi kuisioner ( Lampiran 20)

f) Lembar kuisioner ( Lampiran 21)

(62)

F. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Tabel. 3.1. Metode Pengumpulan Data

Jenis Data Alat

Pengumpulan Data

Sumber Data Cara Analsis Data

Jenis tes yang digunakan dalam memperoleh data kuantitatif hasil

belajar ranah kognitif siswa adalah soal-soal pilihan ganda. Soal

pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban benar

atau paling tepat. Menurut Sudjana (1989: 48), dilihat dari strukturnya,

bentuk soal pilihan ganda terdiri dari stem, option, kunci dan distractor.

a) Stem

Pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan

dinyatakan.

b) Option

(63)

c) Kunci

Jawaban yang palng tepat

d) Distractor (pengecoh)

Jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.

2. Lembar Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keaktifan

siswa. Data diperoleh dari siswa dengan menggunakan lembar

observasi aktivitas siswa yang meliputi lembar observasi pengamatan

lima unsur pembelajaran kooperatif selama proses pembelajaran

berlangsung di dalam kelas dan kelompok diskusi. Lembar observasi

dibuat untuk mengukur tingkat keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran. Hasil observasi keaktifan siswa dianalisis secara

kuantitatif dan kualitatif deskriptif.

3. Kuisioner

Tujuan penggunaan kuisioner dalam proses pembelajaran menurut

Sudjana (1989: 72) adalah :

a. Untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai

bahan dalam menganalisis tingkah laku hasil dan proses belajarnya

b. Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapainya dan

proses belajar yang ditempuhnya

c. Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum

dan program belajar mengajar

(64)

G. Validasi Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diuji keabsahannya

dengan cara :

1. Instrumen tes

Validasi instrumen tes dilakukan dengan mempertimbangkan

validitas isi. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat

penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut

mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak

dibentuk (Sudjana, 1989:13).

2. Instrumen bentuk non tes

Validasi instrumen non tes yang meliputi kuisioner, observasi siswa.

Validasi dalam hal ini yaitu dengan membuat kisi-kisi. Selanjutnya,

akan meminta bantuan ahli yang berkompeten dibidangnya (judgment

experts) untuk menilai apakah instrumen yang dibuat telah memenuhi

(65)

H. Metode Analisis Data

1. Tes

Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda dan selanjutnya akan

dianalisis dengan berbeda antara tes sebelum melakukan penelitian dan tes

pada saat melakukan penelitian. Hal ini dikarenakan soal tes yang

digunakan berbeda yaitu 20 soal pada tes awal dan 10 soal saat tes

tindakan siklus I dan tindakan siklus II.

a. Analisis soal tes awal sebelum melakukan tindakan penelitian.

Nilai =

× 100

b. Analisis soal tes tindakan siklus I dan tindakan siklus II.

(66)

2. Lembar Observasi

Penilaian terhadap hasil lembar observasi siswa menggunakan aturan

sebagai berikut :

Tabel.3.2. Lembar Observasi Pengamatan Lima Unsur Pembelajaran Kooperatif

No Nama

1. Interaksi tatap muka

K: Jika siswa tidak saling duduk berhadapan pada saat berdiskusi

C: Jika siswa duduk saling berhadapan tetapi tidak saling memandang

wajah pada saat berdiskusi.

B: Jika siswa duduk saling berhadapan dan memandang wajah pada saat

(67)

2. Tanggung jawab individu

K: Siswa tidak mengerjakan LKS dan tidak dapat menjelaskan kepada

kelompok tentang materi yang ditugasinya.

C: Siswa mengerjakan LKS tetapi tidak dapat menjelaskan kepada

kelompok tentang materi yang ditugasinya.

B: Siswa mengerjakan LKS dan dapat menjelaskan kepada kelompok

tentang materi yang ditugasinya.

3. Saling ketergantungan positif

K: Siswa tidak aktif bertanya dan tidak aktif memberikan pendapatnya

selama diskusi, tidak mengerjakan LKS serta tidak mendengarkan

pendapat temannya.

C: Siswa tidak aktif bertanya dan tidak aktif memberikan pendapatnya

selama diskusi, tetapi mengerjakan LKS dan mendengarkan pendapat

temannya.

B: Siswa aktif bertanya, aktif memberikan pendapatnya selama diskusi,

mengerjakan LKS dan mendengarkan pendapat temannya.

4. Ketrampilan berkomunikasi antar individu dalam kelompok

K: Selama diskusi siswa tidak dapat menyampaikan pendapat atau

mengajukan pertanyaan dengan jelas sehingga tidak mudah

dimengerti oleh temannya, suka memotong penjelasan atau pertanyaan

teman dan apabila mengajukan pertanyaan tidak mengacungkan

(68)

C: Selama diskusi siswa tidak dapat menyampaikan pendapat atau

pertanyaan dengan jelas sehingga tidak mudah dimengerti oleh

temannya, menghormati pendapat teman dan apabila mengajukan

pertanyaan mengacungkan tangan lebih dahulu. Jika siswa mau

mendengarkan dan menghargai pendapat anggota kelompoknya

tampak seperti (senyuman, kontak mata, angkat telunjuk dan menepuk

punggung)

B: Selama diskusi siswa dapat menyampaikan pendapat atau mengajukan

pertanyaan dengan jelas sehingga mudah dimengerti oleh temannya,

menghormati pendapat teman dan apabila mengajukan pertanyaan

mengacungkan tangan dahulu

5. Evaluasi proses kelompok

K: Siswa tidak berpartisipasi dalam kerja kelompok yaitu tidak

mengerjakan LKS, tidak dapat menjelaskan materi yang menjadi

tugasnya, tidak mau mendengarkan temannya dan sebagainya.

C: Siswa hanya mengerjakan LKS tetapi tidak dapat menjelaskan materi

yang menjadi tugasnya, mau mendengarkan pendapat temannya.

B: Siswa mengerjakan LKS, dapat menjelaskan materi yang menjadi

(69)

Untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran data

yang sudah tercatat dalam lembar observasi aktivitas siswa dihitung

Gambar

grafik dengan
Gambar. 2.1. Skema diskusi model pembelajaran tipe TSTS.
Tabel. 3.1. Metode Pengumpulan Data
Tabel 4.1. Hasil kuisioner siswa pada awal siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

kata menjadi kata “pisang goreng” dengan bantuan guru Anak mampu melihat video proses pertumbuhan pisang dan menyusun kartu. kata menjadi kata “pisang goreng” tanpa

Hasil belajar siswa yang diperoleh apabila menerapkan pendekatan SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan meningkatkan aspek produk (kognitif),

Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kegiatan melipat kertas dengan kreativitas anak terbukti adanya peningkatan dari minggu pertama sampai minggu keenam dalam semua aspek

Dalam rangka memecahkan perilaku yang menyimpang dari para aktor pemegang peran baik itu lembaga pelaksana aturan, pengelola parkir, petugas parkir dan pengguna jasa

Dalam penelitian ini, metode WebQual yang digunakan adalah WebQual versi 4.0 yang telah dimodifikasi dengan menambahkan dimensi kualitas antarmuka pengguna (user

Dari mayoritas responden yaitu sebanyak 61.18% yang memberikan penilaian baik terhadap pelayanan yang dirasakan pelanggan tersebut artinya bahwa, pelanggan menilai

The objective of this research is to find out if there is any significant difference of English speaking ability between boarding and non-boarding school of the

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa untuk proses-proses yang menggunakan query standar ADO mempunyai kinerja rata-rata 78,76% lebih baik dari ODBC, sedangkan untuk