• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANUSIA MENURUT AJARAN ISLAM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANUSIA MENURUT AJARAN ISLAM (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MANUSIA MENURUT AJARAN ISLAM

A. Konsep Manusia dalam Al-Qur’an

Konsep manusia dalam AI-Qur'an dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang saling menunjuk pada makna manusia yaitu kata basyar, insan, dan al-nas.

1. Basyar

Disebutkan dalam Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an, bahwa istilah ini berasal dari kata dasar basyarah, artinya bagian permukaan kulit, sedangkan adamah adalah bagian dalamnya. Manusia disebut dengan basyar karena kulit mereka lebih banyak terlihat di permukaan tubuhnya dibanding rambut, berbeda dengan hewan yang umumnya lebih banyak ditutupi bulu, rambut, dan wool. Dari kata dasar yang bermakna “kulit” ini pula muncul istilah mubasyarah, artinya persentuhan kulit dengan kulit secara langsung, dan bangsa Arab memakainya sebagai kiasan dari hubungan suami istri. Kabar gembira juga disebut dengan bisyarah dan busyra, karena ketika seseorang bergembira maka darah menyebar ke seluruh kulitnya sehingga tampak nyata perubahannya, terutama pada wajah. Dengan demikian, ketika manusia disebut basyar dalam bahasa Arab, yang dimaksud adalah entitas fisik yang makan, minum, berjalan di pasar, beranak-pinak, berubah dari kecil menjadi dewasa, dan akhirnya mati. Basyar adalah manusia secara biologis dan fisiologis sebagai materi di alam raya ini. Ini pula inti gugatan kaum kafir kepada para Nabi yang dikirim kepada mereka, karena secara fisik mereka adalah basyar, makhluk berbadan wadak seperti umatnya. Hanya saja, mereka mendapatkan wahyu dari Allah, dan inilah yang membuat mereka berbeda dari manusia lainnya.

Allah memakai konsep basyar dalam AI-Qur'an sebanyak 37 kali, salah satunya al-Kahfi: 110, yaitu : Innama anaa basayarun mitslukum (Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Konsep basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia, seperti asalnya dari tanah liat atau lempung kering (al-Hijr. 33; ar-Rum: 20), serta manusia makan dan minum (al-Mu'minuun: 33). Basyar adalah makhluk yang sekedar berada (being) yang statis seperti hewan.

2. Insan

(2)

konsekuensi taklif dan amanah kemanusiaan. Sebab, ia telah diistimewakan dengan ilmu, bayan, akal, dan tamyiz (kemampuan memilah).

Kenyataan ini disertai dengan aneka rintangan yang pasti menghadangnya berupa ujian baik maupun buruk, fitnah lalai karena merasa kuat dan mampu, ditambah perasaan sebagai makhluk yang menempati posisi tertinggi di alam semesta sehingga bisa menyeretnya menuju kesombongan dan ujub. Perasaan inilah yang seringkali menjerumuskan manusia (insan) dan membuatnya lupa bahwa ia pada dasarnya makhluk yang lemah, yang sedang menempuh kehidupan dunia dari alam tak dikenal menuju alam gaib. Dengan kata lain, ketika disebut sebagai insan, maka yang dimaksud adalah kualitas-kualitas spesifik dan istimewa dalam diri manusia yang membuatnya layak menerima kekhilafahan, taklif, dan dilebihkan diatas malaikat.

Kata insan disebutkan dalam AI-Qur'an sebanyak 70 kali, di antaranya (al-Alaq: 5), yaitu: Allamal insaana maa lam ya'lam (Dia, mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya).Konsep insan selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-Ahzab: 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.

Kata ini terulang dalam Al-Qur’an sebanyak 70 kali dengan berbagai konteksnya, yaitu :

a. Menjelaskan tentang manusia:

1) Asal kejadian manusia dari tanah terdapat dalam: Q.S. Hijr [15]: 26, Al-Mu’minûn [23]: 12, As-Sajadah [32]: 7, Al-Rahmân [55]: 14.

2) Kejadian manusia dari setetes mani (nutfah), terdapat dalam: Q.S. An-Nahl [16]: 4, Yasin [36]: 77, Al-Qiyâmah [75]: 36, Al-Insân [76]: 1-2, ‘Abasa [80]: 17, dan At-Târiq [86]: 5.

3) Kejadian manusia dari segumpal darah, terdapat dalam Q.S. Al-‘Alaq [96]: 2. 4) Kejadian manusia dalam susah payah, terdapat dalam Q.S. Al-Balad [90] :

4.

5) Kejadian manusia dalam sebaik-baiknya bentuk terdapat dalam Q.S. At-Tin [95]: 4.

b. Menjelaskan sifat-sifat negatif manusia:

(3)

[22]:66, Fushshilat [41]:49,51, as-Syura [42]:48, az-Zukhruf [43]:15, dan al-‘Ādiyăt [100]:6.

2) Pragmatis terhadap Allah (ingat ketika kesulitan dan lupa ketika kelapangan), seperti dalam surat Yŭnus [10]:12, az-Zumar [39]:8,49 dan Fushshilat [41]:51.

3) Kikir dan suka keluh kesah dan tergesa-gesa, seperti dalam surat: al-Isra’ [17]:11,100 dan Ma’arij [70]:19 dan al-Anbiya [21]:37.

4) Suka membantah, zalim dan melampaui batas, seperti terdapat dalam surat: al-Kahfi [18]:54, al-Ahzab [33]:72, al-Qiyamah [75]:5 dan al-‘alaq [96]:6.

3. Naas

Penggunaan kata An Nas dalam Al Quran dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang berawal dari lakilaki dan perempuan, kemudian berkembang menjadi suku bangsa untuk saling mengenal, tersurat dalam Firman Allah surat Al-Hujurat/49:13.

        

           

 

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan danmenjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnyaorang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah swt ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah swt Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Sejalan dengan konteks kehidupan sosial, maka peran manusia dititikberatkan pada upaya untuk menciptakan keharmonisan hidup bermasyarakat. Masyarakat dalam ruang lingkup yang paling sederhana, yaitu keluarga, masyarakat, bangsa hingga antar bangsa. Yang dalam aplikasina sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.

Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti (az-Zummar. 27), yaitu : Walaqaddlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (Sesungguhnya telah Kami buatkan bagimanusia dalam al-Qur'an ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk sosial atau secara kolektif.

(4)

makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan llahi atau ruh Allah, memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menantang takdir Allah.

B. Konsep Penciptaan Manusia

Al Qur'an dan telah menjelaskan secara periodik dan sistematik tentang tahap-tahap perkembangan embrio dalam rahim, Allah Ta`ala berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu'minun 12-14).

Setelah Allah Ta`ala menyebutkan dalam Al Qur'an tentang embriologi, Rasulullah SAW juga menegaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud RA. Bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang selalu benar dan dibenarkan "Sesungguhnya setiap kamu dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya 40 hari berupa nuthfah. Kemudian menjadi 'alaqah selama itu juga, kemudian menjadi mudghah selama itu juga, kemudian diutus kepadanya Malaikat, maka ia meniupkan ruh padanya dan ditetapkan empat perkara : ditentukan rizkinya, ajalnya, amalnya dan ia celaka atau bahagia” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Al Qur'an dan Al Hadits di atas menunujukkan bahwa Allah Ta`ala menciptakan manusia melalui fase-fase berikut :

1. Nutfah

nuthfatun adalah sperma laki-laki dan sel telur perempuan yang telah bertemu dan terjadi pembuahan kemudian terjadi perubahan dari keadaan yang satu kepada yang lain dan dari bentuk yang satu kepada bentuk yang lain.

(5)

Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :

“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).

Riset para ahli embriologi menyebutkan bahwa selain mengandung spermatozoa (sperma) air mani juga tersusun dari berbagai campuran yang berlainan yang mempunyai fungsi masing-masing, misalnya mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi spermatozoa, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma. Air mani yang tersusun dari berbagai campuran tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur'an. "Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (mani)". (QS. As Sajdah : 7-8). Kata-kata sulalah (saripati) pada ayat tersebut merupakan bagian yang mendasar atau "bagian dari satu kesatuan".

2. ‘Alaqah

Peringkat pembentukan alaqah ialah pada hujung minggu pertama / hari ketujuh . Pada hari yang ketujuh telor yang sudah disenyawakan itu akan tertanam di dinding rahim (qarar makin). Selepas itu Kami mengubah nutfah menjadi alaqah. "Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah". (al ‘Alaq/96:2).

Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk sebuah sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.

Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq” dalam Al Qur’an. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

(6)

Pembentukan mudghah dikatakan berlaku pada minggu keempat. Perkataan mudghah disebut sebanyak dua kali di dalam al-Quran iaitu surah al-Hajj ayat 5 dan surah al-Mukminun ayat 14:

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”. (QS. al-Hajj ayat 5)

"...lalu segumpal darah itu Kami jadikan daging,..." ( QS. Al Mukminun : 14) Mudghah yang mempunyai arti segumpal daging ini merupakan fase yang mana berbentuk lengkung, dengan penampakan gelembung-gelembung serta alur-alur.

Embrio yang tumbuh berumur 40-42 hari tidak lagi mirip dengan embrio hewan karena sudah dilengkapi dengan pendengaran, penglihatan, kulit, otot dan tulang sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW dari Hudzaifah ibnu Asid : "Ketika nuthfah telah lewat 42 malam dari penciptaan, Allah Ta`ala mengirim malaikat untuk membentuknya dan menciptakan pendengaran, penglihatan, kulit, otot dan tulang. Kemudian malaikat bertanya : Ya Allah, ini akan dijadikan laki-laki atau perempuan ? Dan Allah memutuskan apa yang dikehendakiNya, .." (HR. Muslim)

Diperingkat ini sudah berlaku pembentukan otak, saraf tunjang, telinga dan anggota-anggota yang lain. Selain itu sistem pernafasan bayi sudah terbentuk.Vilus yang tertanam di dalam otot-otot ibu kini mempunyai saluran darahnya sendiri. Jantung bayi pula mula berdengup. Untuk perkembangan seterusnya, darah mula mengalir dengan lebih banyak lagi kesitu bagi membekalkan oksigen dan pemakanan yang secukupnya. Menjelang tujuh minggu sistem pernafasan bayi mula berfungsi sendiri.

(7)

Pada peringkat ini iaitu minggu kelima, keenam dan ketujuh ialah peringkat pembentukan tulang yang mendahului pembentukan oto-otot. Apabila tulang belulang telah dibentuk, otot-otot akan membungkus rangka tersebut.

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al Mu’minun:14)

Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an adalah benar kata demi katanya.1[6]

Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.

Kemudian pada minggu ketujuh terbentuk pula satu sistem yang kompleks. Pada tahap ini perut dan usus , seluruh saraf, otak dan tulang belakang mula terbentuk. Serentak dengan itu sistem pernafasan dan saluran pernafasan dari mulut ke hidung dan juga ke pau-paru mula kelihatan. Begitu juga dengan organ pembiakan, kalenjar, hati, buah penggang, pundi air kencing dan lain-lain terbentuk dengan lebih sempurna lagi. Kaki dan tangan juga mula tumbuh. Begitu juga mata, telinga dan mulut semakin sempurna. Pada minggu kelapan semuanya telah sempurna dan lengkap.

5. Peniupan Ruh

Yaitu peringkat peniupan roh. Para ulamak Islam menyatakan bilakah roh ditiupkan ke dalam jasad yang sedang berkembang? Mereka hanya sepakat mengatakan peniupan roh ini berlaku selepas empat puluh hari dan selepas

(8)

terbentuknya organ-organ tubuh termasuklah organ seks. Nilai kehidupan mereka telah pun bermula sejak di alam rahim lagi. Ketika di alam rahim perkembangan mereka bukanlah proses perkembangan fizikal semata-mata tetapi telahpun mempunyai hubungan dengan Allah s.w.t melalui ikatan kesaksian sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di dalam al-Quran surah al-A'raf : 172.

“dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (al-A'raf : 172.)

Dengan ini entiti roh dan jasad saling bantu membantu untuk meningkatkan martabat dan kejadian insan disisi Allah s.w.t

Ruh merupakan penggerak dan pertanda dari kehidupan seorang hamba, tanpa adanya ruh maka jasad yang telah terbentuk tidak akan sempurna. Tentang ruh ini Allah Ta`ala berfirman : "Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Isra' : 85)

Para ahli ilmu mendefinisikan ruh sebagai organ lembut yang berada pada badan. Proses peniupan ruh oleh malaikat tersebut diiringi dengan proses penentuan rizkinya, ajalnya, amalnya dan ia celaka atau bahagia. Proses peniupan ruh pada embrio tersebut ketika berumur 120 hari sebagaimana disebutkan pada hadits dari Abi Abdirrahman Abdillah bin Mas'ud RA. yang sudah tersebut di atas.

Hal lain yang disebutkan dalam Al Qur'an adalah bahwa embrio terselubungi oleh tiga kegelapan "dzulumatin tsalats". Para pakar embriologi menyebutkan bahwa maksud dari tiga tabir kegelapan itu adalah ; 1. Dinding bagian dalam perut ibu, 2. Dinding uterus, dan 3. Membran amniokorionik. Maha benar Allah Ta`ala dengan firmanNya : "…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan…". (QS. Az Zumar : 6).

C. Konsep Fitrah

(9)

dari kata alfitra yang berarti pecahan atau belahan. Secara umum pemaknaan fitrah dalam al Qur’an dapat dikelompokan setidaknya emapat makna:

1) Proses penciptaan langit dan bumi 2) Proses penciptaan manusia

3) Pengaturan alam semesta dan isinya secara serasi dan seimbang

4) Pemaknaan pada agama Allah sebagai acuan dasar dan pedomanbagi manusia dalam menjalankan tudas dan fungsinya

Apabila makna fitrah dirujuk pada manusia maka makna fitrah memiliki berbagai pengertian. Seperti dalam surat Ar-Rum ayat 30, yang bermakna bahwa fitrah manusia yaitu potensi mannusia untuk beragama atau bertauhid kepada Allah. Bahkan iman bawaan telah diberikan kepada manusia sejak lahir.

“Tiap-tiap anak dilahirkan diatas fitrah maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, Majusi”.

Makna fitrah harus mencakup tentang manusia yang membutuhkan interaksi terhadap lingkungannya. Hal ini dikarenakan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Hal ini dikarenakan, dalam pelaksanaan kekhalifaannya, manusia senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain ataupun makhluk lainnya. Untuk itu, menurut Hasan Langgulung fitrah berarti potensi-potensi yang dimiliki manusia. Potensi-potensi tersebut meruakan keterpaduanya yang tersimpul dalam al asma’ul al husnah (sifat-sifat Allah).

Tentu saja potensi manusia yang tersimpan dalam sifat Allah tidakk sempurna. Tetapi memiliki keterbatasan yang dimilikinya. Sehingga manusia selalu membutuhkan bantuan dan pertolongan dari Tuhannya dalam upaya pemenuhan ssemua kebutuhannya. Keadaan ini menyadarkan manusia atas keterbatasannya dan ke-Mahakuasaan Allah. Potensi yang telah diberikan Allah kepada manusia menjadikan berfikir dan mampi mengemban amanat yang diberikan oleh Allah kepadanya.

Dari kedua dalil diatas yang memuat kata fitrah, maka fitrah dapat diambil pengertian sebagai berikut:

1) Fitrah Allah maksudnya ciptaanAllah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengarh lingkungan.

(10)

3) Fitrah yang mengandung kecenderungan yang netral. Dengan demikian, manusia harus melakukan usaha pendidikan aspek eksternal.

D. Konsep Ibadah

1. Pengertian Ibadah

Dari segi bahasa, kata ”ibadah” : berarti ”taat” , tunduk, merendah diri dan menghambakan diri. Manusia belum dikatakan beribadah, apabila tidak mau tunduk kepada perintah-perintahNya, enggan mengikuti jalan yang digariskan-Nya dan tidak mau taat kepada aturan-aturan-Nya, meskipun ia mengakui bahwa Allah adalah Pencipta dan yang memberikan rezeki kepadanya. Dengan demikian, unusr-unsur dari ibadah ialah pertama, taat dan tunduk kepada Allah dan yang kedua, adalah cinta kepada Allah

Dasar hukum islam tentang ibadah diantaranya adalah : a. QS Al Baqoroh : 21.

b. QS. Adz-dzariyat : 56.

c. Hadis Riwayat Bukhari Muslim 2. Ruang Lingkup Ibadah

Ibadah bukan hanya berupa shalat, zakat, puasa dan haji seperti yang menjadi pengertian banyak orang. Ibadah mempunyai pengertian yang lebih luas lagi . Untuk lebih detail berikut disebutkan macam atau ruang lingkup ibadah sebagai berikut: a. Ibadah umum

Semua perbuatan yang diizinkan Allah, bila dikerjakan dengan tujuan memperoleh keridloan Allah. Unsur terpenting (niat) yang ikhlas (menempuh jalan yang halal dan menjauhi jalan yang haram).

b. Ibadah Khusus

Di antara ibadah khusus adalah sebagai berikut :

1) Ibadah yang macam dan cara pelaksanaannya ditentukan dalam syara’.

2) Bersifat tetap, mutlak, manusia tinggal melaksanakan sesuai dengan peraturan dan tuntunan yang ada, tidak boleh mengubah, menambah, mengurangi. Seperti : wudlu, shalat, puasa ramadlan, zakat,dan haji.

3. Prinsip-Prinsip Ibadah

Untuk memberikan pedoman ibadah yang bersifat final, Islam memberikan prinsip-prinsip ibadah sebagai berikut:

(11)

b. Ibadah tanpa perantara (hubungan manusia dengan Allah langsung), dapat dilaksanakan di manapun.

c. Ikhlas komponen ibadah yang akan diterima. d. Ibadah sesuai tuntunan.

e. Memelihara keseimbangan (rohani dan jasmani). f. Mudah dan Meringankan.

4. Urgensi Ibadah

Beberapa ayat Al-Qur’an telah jelas mengaitkan perintah ibadah kepada Tuhan dengan tujuan memperoleh takwa.Takwa dalam ajaran Islam merupakan satu-satunya ukuran nilai kemuliaan manusia di hadapan Allah. Beberapa urgensi ibadah antara lain :

a. Tujuan seluruh yang wujud di alam ini b. Iman untuk membersihkan hati dari syirik c. Shalat mensucikan diri dari takabur d. Zakat untuk pemerataan rezeki e. Puasa menguji keihklasan manusia

f. Mewajibkan amar ma’ruf - nahi munkar kemaslahatan manusia

E. Konsep Khalifah

Seperti makhluk lainnya, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia diciptakan secara alamiah karena Allah menciptakan Adam dari tanah. (QS. al-Hijr, 15:26) Ayat ini menunjukkan bahwa jika diorganisir kedalam diri manusia akan menghasilkan ekstrak sulâlah (air mani), dan jika masuk kedalam rahim air mani akan mengalami sebuah proses kreatif, seperti dinyatakan dalam (QS. al-mu’minun, 23:12-14). Tetapi manusia berbeda dari makhluk ciptaan Allah lainnya, karena ia diberi ruh serta potensi-potensi yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Oleh sebab itu, dengan ciri-ciri khususnya seperti badan, akal, dan ruhyang membedakan manusia dari makhluk lainnya dan menjadikan manusia sebagai makhluk termulia, dan dengan segenap kemampuannya manusia menerima amanah Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. (QS. Al-Baqarah, 1:30)

(12)

al-An’am:165, Yunus:14 dan 72, fathir:39). Adapun bentuk khulafadiulang sebanyak tiga kali, seperti dalam QS. al-A’raf:69 dan 74, an-Naml:62).

Seluruh kata tersebut berakar pada kata “khulafa” yang pada mulanya mempunyai arti “dibelakang”. Dari sini kata khalifah sering diartikan sebagai “pengganti” karena yang menggantikan selalu berada atau datang di belakang, sesudah yang digantikannya. Namun kata khalifah yang ditujukan kepada Nabi Daud (QS. Shad: 26) menunjukkan arti “penguasa”.

Dari penjelasan di atas, dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa katakhalifah baik berarti pengganti atau penguasa, keduanya mengacu pada tugas manusia di muka bumi, oleh kaena itu manusia berkewajiban untuk memelihara dan menjaga alam semesta beserta isinya. Maka sebagai khalifah ia bertanggung jawab terhadap sesama makhluk dan sebagai hamba ia bertanggung jawab terhadap Tuhannya, karena manusia sebagai makhluk yang lebih dimuliakan maka ia juga berkewajiban untuk menjaga dan memelihara keselamatan, harta, kehormatan, nyawa, kebebasan dan nama baik.

Kemulian yang diberikan Allah kepada manusia, sebelumnya telah ditawarkan kepada gunung, langit dan bumi dimana semuanya menolak tawaran tersebut (QS. al-Ahzab:72) karena amanah tersebut teramat berat untuk dilaksanakan. Namun dengan ketakwaan dan kemulyaan akal manusia dan kesediannnya untuk menimba ilmu pengetahuan yang berbagai jenis dan karena keahliannya mampu melaksanakan kerja-kerja akal dalam berbagai bidang, maka manusia menerima tugas berat tersebut. Jadi, kemulian manusia itu merupakan karunia tak terkira yang diberikan Allah termasuk ketika Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud menghormati manusia.

Namun satu hal yang harus diingat bahwa, kekuasaan seorang khalifah pada dasarnya tidaklah mutlak, karena kekuasaannya dibatasi oleh pemberi mandat kekhalifahan yaitu Allah swt. Dan sebagai pemegang mandat Tuhan, seorang khalifah tidak diperbolehkan melawan hukum-hukum yang telah ditetapkan Tuhan.

(13)

tersebut mereka terus berpegang teguh pada “fitrah” mereka yang tidak dapat dirubah, walaupun untuk sementara waktu dapat terganggu (QS. ar-Rum:30).

Menurut Fazlur Rahman, manusia-manusia seperti inilah yang merupakan puncak ciptaan Tuhan, mereka ini melampaui para malaikat baik dalam pengetahuan maupun kesalehan.[4] Adapun fitrah yang dimaksud disini adalah kecenderungan manusia untuk kembali kepada agama, yaitu Allah. Dan kecenderungan ini akan selalu ada dalam diri setiap manusia, meskipun terkadang manusia memiliki kecenderungan pada kemaksiatan karena pengaruh lingkungan. Namun hal itu pun yang merupakan ciri dari kemuliaan kompleksitas manusia yang membedakannya dari makhluk lain termasuk malaikat, karena malaikat hanya mampu untuk tunduk dan patuh pada Allah namun tidak memiliki kebebasan untuk berfikir dan berekspresi dalam pelaksanaan amalnya.

1. Manusia Sebagai Hamba Allah

Manusia selain berperan sebagai khalifah di bumi memiliki kedudukan lainnya di alam ini, yaitu sebagai hamba yang harus beribadah kepada Allah swt. (QS. Adz-Zariat, 51:56) [5]. Al-Maraghi menjelaskan bahwa Allah menciptakan jin dan manusia agar mereka dapat mengetahui atau mengenal Tuhannya, mereka tidak hanya mengenal wujud Tuhannya saja, namun mereka juga dapat meyakini keberadaannya. Itulah konsekwensi logis dari kedudukan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang selalu bergantung dan berlindung kepada-Nya.

Esensi dari ‘abd adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan yang semuanya itu hanya layak diberikan kepada Tuhan.[7] Ketaatan dan ketundukan kepada Tuhan akan senantiasa berlaku pada manusia dan makhluk ciptaan lainnya, oleh karena itu manusia terikat oleh hukum-hukum Tuhan yang telah menjadi kodrat pada setiap makhluk ciptaannya. Namun sebagai makhluk yang memiliki kemuliaan dan kelebihan dibanding yang lainnya, manusia tidak sepenuhnya terikat pada hukum alamiah saja, karena dengan kemampuan akalnya ia mampu untuk mengolah potensi alam menjadi sesuatu yang baru yang diperlukan bagi kehidupannya, sehingga kemudian manusia terikat oleh hukum-hkum berfikir dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan pemikirannya.

(14)

disimpulkan bahwa esensi seorang khalifah adalah kebebasan dan kreatifitas, sedangkan sebagai ‘abd adalah ketaatan dan kepatuhan.

Dengan demikian manusia selain sebagai khalifah yang mengelola dan memelihara alam semesta ini dengan segala potensi-potensi yang dimilikinya, juga sebagai ‘abd yang seluruh aktifitasnya harus berdasarkan ibadah kepada Allah. Jika hal ini terlaksana dengan baik, maka manusia sebagai khalifah tidak akan berbuat kemungkaran, korupsi dan perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Untuk dapat melaksanakan fungsi ke-khalifahan dan ibadah dengan baik, maka manusia perlu diberikan pendidikan, pengajaran, pelatihan, keterampilan, teknologi dan sarana pendukung lainnya. Dengan demikian secara tersirat menunjukan bahwa konsep kekhalifahan dan ibadah dalam al-Qur’an erat kaitannya dengan pendidikan.

F. Konsep Amanah

Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk dilaksanakan (Q.S. 32 : 72) yang tercakup di dalamnya khilafah ilahiyah (khalifat allah, ibad allah), khilafah takwiniah (al-taklif al-syar’iah) dalam kaitannya dengan hablun min allah dan hablun min al-nas.

Dalam ajaran Al-Qur’an manusia adalah makhluk yang memikul beban (mukallaf). Pembebanan (taklif) meliputi hak dan kewajiban. Setiap beban yang diterima manusia harus dilaksanakan sebagai amanah.

Amanah mempunyai akar kata yang sama dengan kata iman danaman, sehingga mu’min berarti yang beriman, yang mendatangkan keamanan, juga yang memberi dan menerima amanah. Orang yang beriman disebut juga al-mu’min, karena orang yang beriman menerima rasa aman, iman dan amanah. Bila orang tidak menjalankan amanah berarti tidak beriman dan tidak akan memberikan rasa aman baik untuk dirinya dan sesama masyarakat lingkungan sosialnya. Dalam sebuah hadis dinyatakan “Tidak ada iman bagi orang yang tidak berlaku amanah”.

(15)

Manusia diperintah Allah untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya (Q.S. 4 : 58), hal ini berkaitan dengan tatanan berinteraksi sosial (muamalah) atau hablun min al-nas. Sifat dan sikap amanah harus menjadi kepribadian atau sikap mental setiap individu dalam komunitas masyarakat agar tercipta harmonisasi hubungan dalam setiap gerak langkah kehidupan. Dengan memiliki sikap mental yang amanah akan terjalin sikap saling percaya, positif thinking, jujur dan transparan dalam seluruh aktifitas kehidupan yang pada akhirnya akan terbentuk model masyarakat yang ideal yaitu masyarakat aman, damai dan sejahtera.

1. Pengertian Amanah

Amanah secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina- amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah berarti pesan, perintah, keterangan atau wejangan.

Amanah menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat, diantaranya menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.

Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa amanah adalah menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa.

Amanah merupakan hak bagi mukallaf yang berkaitan dengan hak orang lain untuk menunaikannya karena menyampaikan amanah kepada orang yang berhak memilikinya adalah suatu kewajiban.

Ahmad Musthafa Al-Maraghi membagi amanah kepada 3 macam, yaitu : a. Amanah manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus

(16)

b. Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya yang merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara keseluruhan. Termasuk pada jenis amanah ini adalah pemimpin berlaku adil terhadap masyarakatnya, ulama berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan memberi petunjuk kepada mereka untuk memiliki i’tikad yang benar, memberi motivasi untuk beramal yang memberi manfaat kepada mereka di dunia dan akhirat, memberikan pendidikan yang baik, menyuruh berusaha yang halal serta memberikan nasihat-nasihat yang dapat memperkokoh keimanan agar terhindar dari segala kejelekan dan dosa serta mencintai kebenaran dan kebaikan. Amanah dalam katagori ini juga adalah seorang suami berlaku adil terhadap istrinya berupa salah satu pihak pasangan suami-istri tidak menyebarkan rahasia pasangannya, terutama rahasia yang bersifat khusus yaitu hubungan suami istri. c. Amanah manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan

bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah melakukan yang membahayakan dirinya di dunia dan akhirat.

Dengan memperhatikan pendapat Ahmad Musthafa Al-Maraghi tersebut, amanah melekat pada diri setiap manusia sebagai mukallaf dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah, individu dan makhluk sosial.

Disamping 3 macam amanah tersebut di atas, terdapat satu macam amanah lagi yakni Amanah terhadap lingkungan. Amanah terhadap lingkungan hidup berupa memakmurkan dan melestarikan lingkungan (Q.S. 11 : 61), tidak berbuat kerusakan di muka bumi (Q.S.7 :85). Eksploitasi terhadap kekayaan alam secara berlebihan tanpa memperhatikan dampak negatifnya yang berakibat rusaknya ekosistem, ilegal loging, ilegal maning dan pemburuan binatang secara liar merupakan sikap tidak amanah terhadap lingkungan yang berakibat terjadinya berbagai bentuk bencana alam seperti gempa bumi, longsor dan banjir serta bencana lainnya yang mempunyai dampak rusak bahkan musnahnya tatanan sosial kehidupan manusia.

2. Amanah dalam Muamalah

Muamalah adalah ajaran Islam yang menyangkut aturan-aturan dalam menata hubungan antar sesama manusia agar tercipta keadilan dan kedamaian dalam kebersamaan hidup manusia.

(17)

dalam kontak sosial antara satu pihak dengan pihak lainnya dalam masyarakat. Dengan demikian muamalah menjadi sangat penting. Dalam sebuah hadis dinyatakan “Agama itu adalah muamalah”.

Manusia menurut ajaran Islam adalah khalifah di muka bumi, bertugas menata kehidupan sebaik mungkin sehingga tercipta kedamaian dalam hidup di tengah manusia yang dinamis. Kehidupan damai tidak serta merta, akan tetapi diciptakan dan dirancang. Oleh karena itu perlu diciptakan perangkat-perangkat dan aparat-aparat untuk menciptakan perdamaian tersebut.

Amanah (trust) adalah modal utama untuk terciptanya kondisi damai dan stabilitas di tengah masyarakat, karena amanah sebagai landasan moral dan etika dalam bermuamalah dan berinteraksi sosial. Firman Allah dalam Q.S. 4 : 58 sebagai berikut :

          

             

   

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Dalam kitab-kitab sejarah perjuangan Rasulullah, amanah merupakan salah satu diantara beberapa sifat yang wajib dimiliki para Rasul. Mereka bersifat jujur dan dapat dipercaya, terutama dalam urusan yang berkaitan dengan tugas kerasulan, seperti menerima wahyu, memelihara keutuhannya dan menyampaikannya kepada manusia, tanpa penambahan, pengurangan atau penukaran sedikitpun. Mereka juga bersifat amanah dalam arti terpelihara dari hal-hal yang dilarang oleh Allah baik lahir maupun batin.

Menepati amanah merupakan moral yang mulia, Allah swt. menggambarkannya sebagai orang mukmin yang beruntung (Q.S.23:8), sebaliknya Allah tidak suka orang-orang yang berkhianat dan tidak merestui tipu dayanya (Q.S.12:52), dan orang yang mengkhianati amanah termasuk salah satu sifat orang munafik (hifokrit).

(18)

Al-wadi’ah adalah harta benda yang dititipkan oleh seseorang kepada orang lain untuk dipelihara sebaik-baiknya. Sedangkan Ariyah adalah izin yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain untuk memanfaatkan harta benda yang dimilikinya dengan tidak meminta imbalan apapun .

Penerima barang titipan ini, baik dalam bentuk wadi’ah maupun ariyah diberi amanah oleh pemiliknya untuk merawat dan memelihara keutuhan dan keselamatan barang titipan itu dengan sebaik-baiknya.

Apabila sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya (Q.S.2 : 283).

Namun demikian jika barang yang diamanatkan itu rusak atau hilang, penerima amanah itu tidak berkewajiban untuk mengganti atau memperbaikinya, kecuali atas kelalaian penerima amanah tersebut.

Dalam hukum muamalah termasuk katagori amanah adalah wadi’ah, luqatah, rahn, ijarah dan ariyah 9.

Dalam melaksanakan amanah dari lima macam amanah tersebut di atas, terdapat perbedaan satu dengan yang lainnya, yaitu :

a. Wadiah, barang titipan disampaikan kepada pemiliknya apabila pemiliknya meminta barang titipan tersebut.

b. Luqathah, barang temuan (luqatah) diumumkan selama satu tahun di tempat yang sekiranya dapat diketahui oleh masyarakat umum dengan harapan orang yang memiliki barang yang ditemukan tersebut mengetahuinya. Apabila setelah diumumkan dalam jangka satu tahun tidak ada yang memilikinya, maka barang tersebut boleh digunakan. Dan apabila setelah digunakan ternyata pemiliknya ada, maka harus membayar/mengganti dengan barang sejenisnya atau harganya.

c. Rahn (gadai/jaminan), barang yang menjadi jaminan atas hutang diberikan kepada pemiliknya apabila pemilik barang (rahn) tersebut telah melunasi hutangnya. d. Ijarah dan ariyah, apabila telah selesai pekerjaan dan penggunaan barang, maka

barang tersebut wajib dikembalikan kepada pemiliknya sebelum diminta oleh pemiliknya.

(19)

Amanah merupakan unsur yang amat vital dan sangat urgen keberadaanya dalam kelangsungan roda perekonomian, karena bencana terbesar di dalam pasar dewasa ini adalah meluasnya tindakan manipulasi, dusta, batil, khianat, bahkan menzalimi orang dengan perdagangan yang dilakukan, misalnya berbohong dalam mempromosikan barang (taghrir), mudah bersumpah, menimbun stok barang demi keuntungan pribadi, mengadakan persekongkolan jahat untuk memperdaya konsumen (tamajil), menyembunyikan kerusakan barang (tadlis) dan sebagainya. Pada hakikatnya perdagangan yang demikian disibukkan oleh laba kecil dari pada laba besar, terpaku kepada keberuntungan yang fana dari pada keberuntungan yang kekal.

Inilah yang dikatakan oleh Nabi Muhammad saw. ketika beliau ke luar rumah dan melihat komunitas manusia sedang bertransaksi jual beli. Beliau berseru, wahai para pedagang! Pandangan para pedagang langsung terarah kepada beliau, Nabipun melanjutkan perkataannya, sesungguhnya para pedagang dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan durhaka, kecuali mereka yang bertaqwa kepada Allah, berbuat baik dan benar (HR. Tirmizi). Dalam hadis lain beliau bersabda : Sesungguhnya para pedagang adalah pendurhaka. Mereka berkata : Ya Rasulallah, bukankah jual beli dihalalkan? Nabi menjawab: Benar, tetapi mereka terlalu mudah bersumpah sehingga mereka berdosa dan terlalu banyak berbicara sehingga mereka mudah berbohong . (HR. Ahmad).

Amanah bertambah penting pada saat seseorang membentuk serikat dagang, melakukan bagi hasil (mudharabah) atau wakalah (menitipkan barang barang untuk menjalankan proyek yang disepakati bersama). Dalam hal ini, pihak yang lain percaya dan memegang janji demi kemaslahatan bersama, jika salah satu pihak menjalankannya hanya demi kemalahatan atau keuntungan pihaknya tanpa memikirkan kemaslahatan atau keuntungan pihak lain, maka ia telah berkhianat. Dalam sebuah hadis qudsi Allah berfirman : Aku adalah yang ketiga dari dua orang yang berserikat, selama salah satu dari keduanya tidak menghianati temannya, apabila salah satu dari keduanya berkhianat, Aku keluar dari mereka. (HR. Abu Dawud dan Hakim).

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Dimethoate, Alfametrin, Abamektin dan Sipermetrin secara penyemprotan

Pada kondisi lingkungan yang subur gulma akan tumbuh dengan cepat dan pada kondisi lingkungan yang kurang baik gulma juga dapat tumbuh namun tidak terlalu cepat

Peran pesantren yang begitu besar terhadap masyarakat kini mendapat tantangan yang begitu berat, terutama di zaman modern pada saat sekarang ini, dimana posisi

LIABILITAS DAN EKUITAS.. Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011.. BANK Sandi Posisi Tgl.

Hasil menunjukkan bahwa indeks trombosit pada kelompok terpapar memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan kontrol untuk parameter MPV, PDW, P-LCR dan PCT

Justifikasi : Rencana kegiatan pengelolaan dampak terhadap tanah dan air PT KJP tertuang dalam Dokumen Rencana Kelola Lingkungan (RKL) PT Karya Jaya Parakawan Tahun 2001. Beberapa

Keuntungan utama dari penerapan pelat sandwich dibandingkan dengan menggunakan pelat baja konvensional adalah sebagai berikut: (1) mengurangi kebutuhan penegar,

1) Pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru bimbingan konseling (konselor) yaitu peningkatan sumber daya guru bisa