• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS ON SEXUAL DEVIATION OF SAME SEX AMONG FEMALE PRISONERS AT CORRECTIONAL FACILITY FOR WOMEN CLASS II A WAYHUI SOUTH LAMPUNG By Muhammad Guntur Hartotrisno, Sunarto, Budi Rizki Husin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ABSTRACT A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS ON SEXUAL DEVIATION OF SAME SEX AMONG FEMALE PRISONERS AT CORRECTIONAL FACILITY FOR WOMEN CLASS II A WAYHUI SOUTH LAMPUNG By Muhammad Guntur Hartotrisno, Sunarto, Budi Rizki Husin"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYIMPANGAN SEKSUAL SESAMA JENIS OLEH WARGA BINAAN PERMSYARAKATAN DI

LEMBAGA PERMASYARAKATAN WANITA KELAS IIA WAYHUI LAMPUNG SELATAN

Oleh:

Muhammad Guntur Hartotrisno, Sunarto, Budi Rizki Husin Email : mgunturh@gmail.com

Penyimpangan seksual merupakan tingkah laku seksual yang tidak dapat dierima oleh masyarakat dan tidak sesuai dengan tata cara serta norma agama, yang mana cara untuk mendapatkan kenikmatan seksual ini dengan jalan yang tidak wajar, salah satunya adalah lesbianisme. Lesbianisme ialah penyimpangan seksual terhadap pasangan seksual yang berjenis kelamin sama dan juga hubungan sesama jenis antar kaum perempuan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya penangulangan terhadap penyimpangan seksual sesama jenis yang dilakukan oleh warga binaan pemasyarakatan serta bagaimana penerapan sanksi terhadap warga binaan pemasyarakatan yang melakukan penyimpangan seksual sesama jenis dilembaga pemasyarakatan wanita wayhui lampung selatan. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur studi kepustakaan dan studi lapangan. Analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa penyimpangan seksual sesama jenis oleh warga binaan pemasyarakatan dilembaga pemasyarakatan wanita way hui lampung selatan terjadi karena faktor lingkungan yang diisi oleh warga binaan pemasyarakatan yang hanya berjenis kelamin wanita dan hasrat seksual yang tidak dapat dipenuhi, serta kurangnya rasa kepedulian dari orang terdekat yang berada diluar lembaga pemasyarakatan. Sehingga hal tersebut disalurkan oleh warga binaan pemasyarakatan tersebut kepada teman sesama jenisnya. Saran yang dapat penulis berikan terhadap masalah penyimpangan seksual sesama jenis adalah dengan banyak memberikan siraman rohani kepada warga binaan karena dengan melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan keimanan warga binaan pemasyarakatan dapat mencegah dirinya sendiri untuk melakukan tindakan yang dilarang oleh agama, serta menambah anggota jaga dilembaga pemasyarakatan agar dapat melakukan pengawasan serta pembinaan lebih optimal.

(2)

ABSTRACT

A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS ON SEXUAL DEVIATION OF SAME SEX AMONG FEMALE PRISONERS AT CORRECTIONAL FACILITY

FOR WOMEN CLASS II A WAYHUI SOUTH LAMPUNG By

Muhammad Guntur Hartotrisno, Sunarto, Budi Rizki Husin Email : mgunturh@gmail.com

(3)

I. PENDAHULUAN

Secara luas kriminologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejahatan yang dapat dijadikan konsep untuk mencegah terjadinya kejahatan. Berkembangnya studi yang dilakukan secara ilmiah mengenai tingkah laku manusia memberikan dampak kepada kurangnya perhatian para pakar kriminologi terhadap hubungan antara hukum dan organisasi kemasyarakatan. Kemunculan aliran positif mengarahkan para pakar kriminologi untuk lebih menaruh perhatian kepada pemahaman tentang pelaku kejahatandaripada sifat dan karakteristik kejahatan, asal mula hukum serta dampak-dampaknya. Perhatian terhadap hubungan hukum dengan organisasi kemasyarakat muncul kembali pada pertengahan abad 20, karena hukum mulai dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan sifat dan karaktersitik suatu kejahatan. Para pakar kriminologi berkeyakinan bahwa pandangan atau perspektif seseorang terhadap hubungan antara hukum dan masyarakat memberikan pengaruh yang penting dalam penyelidikan-penyelidikan yang bersifat kriminologis.1

Penyimpangan seksual dapat diartikan sebagai segala bentuk penyimpangan seksual, baik arah, minat maupun peninjauan untuk menentukan sikap seksual. Penyimpangan adalah gangguan atau kelainan. Sedangkan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini

1

Mustofa,Muhammad, kriminologi, Jakarta, Fisip, UI Press, 2007.Hlm.2

bisa bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Obyek seksualnya juga bisa berupa orang lain, diri sendiri maupun obyek dalam khayalan.2

Penyimpangan seksual merupakan salah satu bentuk perilaku yang menyimpang karena melanggar norma–norma yang berlaku. Penyimpangan seksual dapat juga diartikan sebagai bentuk perbuatan yang mengabaikan nilai dan norma yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan hukum. 3 Penyimpangan seksual sering terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan, yang di lakukan oleh Warga Binaan Pemasyarakatan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Hal ini dapat terjadi karena di dalam lembaga pemasyarakatan selain di bedakan oleh kasus yang dilakukan oleh narapidana serta umur narapidana tersebut, namun di lembaga pemasyarakatan juga di bedakan menurut jenis kelaminnya. Seperti di lembaga pemasyarakatan wanita hanya di huni oleh warga binaan pemasyarakatan berjenis kelamin wanita saja. Sehingga warga binaan pemasyarakatan yang berada di dalam lembaga pemasyarakatan tidak dapat memenuhi kebutuhan seksualnya dengan normal.

Warga Binaan Pemasyarakatan adalah narapidana, anak didik pemasyarakatan dan klien

2

Retnaningtias.,Setyaningsih. Perilaku Seksual Remaja Retardasi Mental. Jurnal Priskologi Proyeksi.Vol.4(2), Hlm.57-72. 3

(4)

pemasyarakatan. Warga Binaan Pemasyarakatan di tempatkan dan di bina oleh Lembaga Pemasyarakatan maupun Rumah Tahanan Negara.Dalam pasal 1 angka 3 UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Permasyarakatan tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Sebelum dikenal istilah lapas di Indonesia, tempat tersebut di sebut dengan istilah penjara.

Indonesia merupakan suatu negara hukum, pernyataan tersebut termuat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa “Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat)”. Yang dimaksud dengan Negara Hukum tersebut ialah Negara yang menegakkan supermasi hukum untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggung-jawabkan (akuntabel).4

Berbicara tentang pertanggung-jawaban, seseorang yang telah melakukan kejahatan wajib menerima hukuman (sanksi) untuk mengembalikan keseimbangan kehidupan masyarakat yang baik. Pelaksanaan hukuman itu sebagai tujuan hukum pidana untuk memenuhi rasa adil yang dikehendaki oleh masyarakat, serta memberi efek jera kepada pelaku agar tidak mengulangi perbuatannya. Jadi, setiap orang yang telah melakukan kejahatan wajib dihukum sesuai dengan sanksi dalam perundang-undangan.

4

Majelis Pemusyawaratan Rakyat RI,

Panduan Pemasyarakatan UUD NKRI Tahun 1945 (Sesuai dengan Urutan Bab, Pasal, dan Ayat), Jakarta: Sekjen MPR RI, 2009, hlm. 46.

Sejalan dengan perkembangan zaman, hukum berkembang mengikuti setiap kebutuhan manusia. Hukum terus mengalami perubahan guna perbaikan-perbaikan di segala segi kehidupan manusia, tak terkecuali di dalam sistem kepenjaraan di Indonesia. Sistem kepenjaraan telah mengalami perubahan karena dianggap tidak sesuai dengan sistem pemasyarakatan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.5

Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan lembaga "rumah penjara" secara berangsur-angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial, agar narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri, keluarga, dan lingkungannya.6Sistem pemasyarakatan yang dianut oleh Indonesia, diatur oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, hal ini merupakan pelaksanaan dari pidana penjara yang merupakan perubahan ide secara yuridis filosofis dari sistem kepenjaraan menjadi ke sistem pemasyarakatan.7

5

Soerjono Soekanto,Pokok-Pokok Sosiologi Hukum,Jakarta, PT Raja Grafin, 2011, hlm. 1.

6

Siswanto Sunarso, Penegakan Hukum Psikotropika dalam Kajian Sosiologi Hukum, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 7.

7

(5)

Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal PemasyarakatanKementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dan juga merupakan himpunan dari norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di kehidupan masyarakat.Lembaga Pemasyarakatan merupakan tahap akhir dari sistem peradilan pidana. Dalam pembinaannya di Lembaga Pemasyarakatan sering terjadi penyimpangan seksual sesama jenis di dalam lembaga pemasyarakatan. Hal ini terjadi karena di dalam Lembaga Pemasyarakatan hanya terdapat Warga Binaan Pemasyarakatan yang sejenis di tempatkan di dalam lembaga pemasyarakatan itu sendiri. Sebagai contoh adalah di Provinsi Lampung terdapat beberapa Lembaga Pemasyarakatan, di antarantya adalah Lembaga Pemasyarakatan Narkotika yang di huni oleh Warga Binaan Pemasyarakatan laki-laki yang memiliki kasus berkaitan dengan narkotika. Lalu ada Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak yang di huni oleh Anak Bermasalah Hukum laki-laki yang melakukan tindak pidana di bawah 17tahun. Ada Rumah Tahanan Negara bagi Warga Binaan Pemasyarakatan laki-laki yang belum di putus oleh hakim. Kemudian ada Lembaga Pemasyarakatan Rajabasa yaitu LP umum yang di huni oleh Warga Binaan Pemasyarakatan laki-laki. Dan ada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan sering terjadi penyimpangan seksual yang

di lakukan oleh Warga Binaan Pemasyarakatannya. Baik di lakukan dengan cara paksaan maupun di lakukan dengan kemauan Warga Binaan Pemasyarakatan itu sendiri. Kasus penyimpangan seksualseperti menyukai sesama jenis di dalam lingkungan Warga Binaan Pemasyarakatan bagaikan penyakit menular, karena banyak Warga Binaan Pemasyarakatan yang tidak menyukai sesama jenis justru setelah melalui pendekatan oleh Warga Binaan Pemasyarakatan lain yang menyukai sesama jenis justru saling memiliki ketertarikan, dan cendrung setelahnya melakukan penyimpangan seksual yang lebih mengarah ke hal yang lebih dari itu.

Dengan alasan-alasan yang dikemukakan di atas maka penulis terdorong untuk melakukan kajian lebih mendalam tentang penyimpangan seksualyang di lakukan oleh Warga Binaan Pemasyarakatan Wanita di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatandalam bentuk skripsi dengan mengangkat judul “Analisis Kriminologis Terhadap Penyimpang-an Seksual Sesama Jenis Oleh Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan.”

Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

(6)

Lembaga Pemasyarakatan Wanita Wayhui Lampung Selatan?

2. Bagaimanakah upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan dalam mencegah dan menindak lanjuti penyimpangan seksual yang di lakukan Warga Binaan Pemasyarakatan?

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif empiris yang langsung terjun ke lembaga pemasyarakatn wanita way hui lampung selatan. data yang diperoleh dari skripsi ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan, yaitu dengan melaku-kan pengumpulan referensi yang berkaitan dengan objek penelitian hukum primer diantaranya adalah KUHP, Perpu, serta bahan hukum sekunder lainya yang relevan dengan penelitian, serta analisis penelitian memakai analisis kualitatif.

II. PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Penyimpangan Seksual Sesama Jenis

Faktor utama yang mengakibatkan adanya penyimpangan seksual sesama jenis tersebut di karenakan lingkungan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan tersebut hanya di huni oleh warga binaan pemasyarakatan berjenis kelamin wanita saja. Dan aktifitas serta pergaulannya hanya terbatas di ruang lingkup lembaga pemasyarakatan tersebut.

Penyimpangan tersebut juga banyak terjadi dalam praktiknya saat warga

binaan pemasyarakatan tersebut memiliki masalah dan mulai menceritakan keluh kesahnya kepada teman satu kamar maupun satu bloknya di Lembaga Pemasyarakatan tersebut, kemudian muncul rasa peduli yang bertimbal balik sehingga muncul rasa suka sesama warga binaan pemasyarakatan tersebut. Faktor lain yang dapat terjadi di karenakan warga binaan pemasyarakatan tersebut. Selain itu faktor dari dalam diri individu adalah warga binaan pemasyarakatan tersebut membutuhkan perhatian atau kepedulian, hal ini bisa membuat individu tersebut dapat tertarik dengan sesama jenisnya ketika apa yang dibutuhkannya di berikan oleh teman sesama jenisnya selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan tersebut.

Analisis dari penulis mengenai hal penyimpangan seksual sesama jenis oleh warga binaan pemasyarakatan yaitu, penyimpangan seksual sesama jenis sudah marak dalam kehidupan manusia saat ini, namun dalam kasus ini penyimpangan seksual sesama jenis terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Penyebab utamanya adalah dari lingkungan yang hanya sejenis dan adanya dorongan hasrat seksual yang tidak dapat di salurkan dengan benar sehingga terjadinya penyimpangan seksual sesama jenis tersebut.

(7)

kemampuan mereka untuk membedakan antara benar dan salah. Sedangkan Criminoloids mencakup suatu kejahatan ambigus yang termasuk penjahat kambuhan (habitul kriminal) yaitu penjahat karna nafsun dan berbagai tipe.8Teori ini mengemukakan bahwa seseorang melakukan kejahatan akan tergantung pada situasi dan kondisi. Berdasarkan wawancara dengan para narasumber penelitian maka penulis dapat menganalisis beberapa faktor penyebab pelaku melakukan penyimpangan seksual sesama jenis oleh warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan yaitu sebagai berikut:

1. FaktorBiologis

Menurut Asmaroni 9 ia melakukan perbuatannya karena didorong oleh kebutuhan yang tidak tersalurkan dan kurangnya rasa kepedulian terhadapnya oleh orang terdekat yang ada di luar Lembaga Pemasyarakatan, sehingga hal ini dapat di salurkan kepada teman satu bloknya yang saling memiliki ketertarikan dan saling membutuhkan kebutuhan biologisnya.

2. FaktorPsikologis

Faktor psikologis merupakan pendekatan yang digunakan kriminologi dalam menjelaskan sebab musabab atau sumber kejahatan berdasarkan masalah-masalah kepribadian dan tekanan-tekanan kejiwaan yang dapat mendorong seseorang berbuat prilaku menyimpang.

8

Ibid.hlm.38 9

Hasil Wawancara dengan Asmaroni, Warga Binaan Pemasyarakatan LP Wanita Klas IIA Wayhui.29 Mei 2017

a. Kejiwaan pelaku penyimpangan seksual sesama jenis

b. RendahnyaTingkat Keimanan 3. Faktor Sosiologis

Faktor sosiologis yaitu pendekatan yang digunakan kriminologi dalam menjelaskan faktor-faktor sebab musabab dan sumber timbulnya kejahatan berdasarkan interaksisosial, proses-proses soisal, struktur-struktur sosial dalam masyarakat termasuk unsur-unsur kebudayaan10

a. Lingkungan Tempat Tinggal Erna Dewi11 menambahkan bahwa lingkungan tempat tinggal dari wirga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Way hui Lampung Selatan menjadi hal yang utama dapat terjadinya penyimpangan seksual sesama jenis dikarenakan warga binaan yang ada telah melebihi kapasitas Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri, hal ini mengakibatkan individu-individu yang ada di dalam kamar maupun blok yang ada semakin mudah terganggu pola fikirnya.

b. Kurangnya Pengawasan Dari Pihak Lembaga Pemasyarakatan Bahwa penyimpangan seksual sesama jenis yang terjadi di masyarakat merupakan penyimpangan sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat. Serta belum adanya undang-undang khusus yang mengatur tentang penyimpangan seksual sesama jenis tersebut. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan, hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya

10

Ibid.hlm.30. 11

HasilWawancaradengan Erna Dewi.Dosen

Fakultas Hukum Universitas

(8)

pengawasan yang dilakukan pihak Lembaga Pemasyarakatan. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh warga binaan pemasyarakatan untuk saling melakukan hubungan langsung baik secara kontak fisik maupun saling bertemu satu sama lain. Kurangnya pegawai Lembaga Pemasyarakatan menjadi faktor yang utama dalam melakukan pengawasan kepada warga binaan pemasyarakatannya, ditambah lagi dengan warga binaan pemasyarakatannya yang melebihi kapasitas Lembaga Pemasyarakatan. Hal ini dapat terjadi karena semakin banyaknya masyarakat yang melakukan perbuatan melanggar hukum.

Berdasarkan keterangan tersebut maka penulis berpendapat bahwa kurangnya kontrol serta pengawasan dari pihak Lembaga Pemasyarakatan serta lingkungan di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang tidak kondusif yang dikarenakan banyaknya warga binaan pemasyarakatan melebihi kapasitas yang dimiliki Lembaga Pemasyarakatan berpotensi terjadinya penyimpangan seksual sesama jenis oleh warga binaan pemasyarakatan. Serta kurangnya jumlah pegawai Lembaga Pemasyarakatan juga menjadi hal yang penting karena dalam pengawasan warga binaan pemasyarakatan menjadi kurang optimal.

c. Perkembangan Media

Penyimpangan seksual sesama jenis memang merupakan suatu prilaku yang menyimpang dan diluar batas kewajaran baik dari norma-norma yang berlaku di masyarakat maupun di dalam agama Islam, hal ini memang menjadi perdebatan karena Indonesia sendiri merupakan negara

yang bermayoritas penduduknya beragama islam.

Penyimpangan seksual sesama jenis juga dapat digolongkan kejahatan ketika memang salah satu pihak tidak menerima dengan hal yang dilakukan terhadapnya seperti pelecehan seksual dan lainnya. Sehingga kejahatan seperti ini perlu di tindak lanjuti dan di berikan efek jera agar para pelaku tidak mengulangi kembali kejahatan yang diperbuatnya.

Berbagai pemaparan dari para responden di atas, maka penulis dapat menganalisi faktor- faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya penyimpangan seksual sesama jenis

oleh warga binaan

pemasyarakatan,yaitu:

a. Adanya perilaku menyimpang; b. Keadaan lingkungan tinggal yang

semuanya berkelamin sejeni; c. Ketaatan dalam menjalankan

perintah agama yang rendah; d. Kurangnya rasa kepedulian dari

keluarga maupun kerabat dari narapidana;,

(9)

B. Upaya Penanggulangan Penyimpangan Seksual Oleh Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan

Upaya penanggulangan penyimpang-an seksual sesama jenis oleh warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan harus dilaksanakan secara komprehensif, dengan tujuan untuk pencegahan dan penanggulangan penyimpangan seksual sesama jenis oleh warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan. Penerapan peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia serta peraturan-peraturan yang ada di dalam Lembaga Pemasyarakatan merupakan aturan hukum yang harus di terapkan di dalam pembinaan warga binaan pemasyarakatan sehingga tidak terjadi kejahatan maupun penyimpangan seksual di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Upaya menanggulangi suatu kejahatan G.Peter Hoefnagels menyatakan bahwa ada dua upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi suatu kejahatan, yaitu upaya yang melalui jalur penal (hukum pidana) dan upaya yang melalui jalur non penal (di luar hukum pidana) 12 . Upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal lebihmenitikberatkan pada sifat repressive (penindasan/ pemberantasan/ penumpasan) setelah terjadinya suatu kejahatan. Sedangkan jalur non penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif 12

Barda Nawawi Arief. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan.Log.cit

(pencegahan/ penangkalan/ pengendalian) sebelum kejahatan terjadi.

Berdasarkan penelitian dengan melakukan wawancara kepada para narasumber maka diketahui bahwa upaya penanggulangan penyimpang-an seksual sesame jenis oleh warga binaan pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan lapas wanita kelas II A Way Hui Lampung Selatan. dilaksanakan dengan upaya penal dan upaya non penal adalah sebagai berikut:

1. Upaya penanggulangan penal Pemberian sanksi yang diterapkan kepada warga binaan pemasyarakat-an ypemasyarakat-ang melakukpemasyarakat-an penyimppemasyarakat-angpemasyarakat-an seksual harus sesuai dengan peraturan menteri hukum dan hak asasi manusia, hal ini bertujuan agar warga binaan pemasyarakatan yang melakukan penyimpangan seksual ini merasa jera dan tidak akan melakukan perbuatannya kembali. Selain itu sanksi yang di tegakan oleh Lembaga Pemasyarakatan ini juga bertujuan agar warga binaan pemasyarakatan lainnya tidak melakukan pelanggaran maupun kejahatan di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

(10)

baik ialah apabila sistem peradilan pidana bekerja secara obyektif dan tidak bersifat memihak serta

memperhatikan dan

mempertimbangkan secara seksama nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. 2. Upaya Non Penal

Upaya non penal meliputi penggunaan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi- kondisi sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempengaruhi upaya pencegahan terjadinya kejahatan.13 Upaya non penal penanggulangan penyimpangan seksual sesama jenis oleh warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan dilaksanakan melalui diadakannya kegiatan-kegiatan di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang bertujuan agar warga binaan pemasyarakatan memiliki banyak kegiatan sehingga waktu mereka saat di dalam Lembaga Pemasyarakatan tidak diisi dengan prilaku negatif. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan dalam upaya mencegah terjadinya penyimpangan seksual sesama jenis oleh warga binaan pemasyarakatan maupun kejahatan-kejahatan lainnya yang bisa saja terjadi didalam Lembaga Pemasyarakatan. Adapun beberapa kegiatan yang rutin dan harapkan dapat menjadi kegiatan yang utama untuk mencegah terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh warga binaan pemasyarakatan adalah:

a. Pemberian Siraman Rohani b. Pemberian Kegiatan Kesenian c. Pemberian Kegiatan Jasmani

13

BardaNawawiArif.Op.Cit.hlm.12

Berdasarkan uraian diatas dapat dianalisis bahwa beberapa hal yang terkait upaya non penal terhadap penyimpangan seksual sesama jenis oleh warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan harus semaksimal mungkin dilakukan agar prilaku menyimpang ini tidak dilakukan terus menerus oleh warga binaan pemasyarakatan, selain itu diadakannya kegiatan ini juga dapat mencegah tindakan kejahatan lainnya yang sering terjadi di Lembaga Pemasyarakatan. Kegiatan-kegiatan yang diadakan Lembaga Pemasyarakatan ini juga menjadi hal yang positif sehingga dapat membentuk pribadi warga binaan pemasyarakatan yang lebih baik lagi, juga dapat memberikan keterampilan yang dapat dipergunakan oleh warga binaan pemasyarakatan ketika sudah keluar dari Lembaga Pemasyarkatan.

(11)

binaan pemasyarakatan didalam Lembaga Pemasyarakatan juga harus diperhatikan, karena jika kebutuhan pokok warga binaan pemasyarakatan tidak terpenuhi dapat memicu keributan serta kejahatan lainnya oleh warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan.

III. PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan:

1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab warga binaan pemasyarakatan melakukan penyimpangan seksual sesama jenis di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan,berdasarkan penelitian, yaitu:

a. Faktor Biologis

Faktor biologis yaitu faktor sebagai hasrat pelaku kejahatan untuk menyalurkan kebutuhan seksual yang tidak tersalurkan, sehingga penyaluran tersebut dilakukan dengan melanggar hukum atau bukan pada tempat yang tepat karena kurang nya ketaatan dalam menjalankan perintah agama, kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai akidah dari dalam diri pelaku. b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang menjelaskan sebab-musabab atau sumber kejahatan berdasarkan masalah-masalah kepribadian dan tekanan-tekanan kejiwaan yang dapat mendorong seseorang berbuat kejahatan, karena adanya perilaku seksual yang menyimpang sehingga menuntun seseorang tersebut kepada tingkah laku komplusif dan patologis. Hal

ini disebabkan oleh multifaktoral, yang mencakup gejala-gejala di luar dan di dalam pribadi yang berkaitan.

c. Faktor Sosiologis

Faktor Sosiologi smerupakan suatu penjelasan yang menjelaskan sumberti mbulnya kejahatan berdasarkan interaksi sosial, proses-proses sosial, struktur-struktur sosial dalam Lembaga Pemasyarakatan.Dalam faktor sosiologis, timbulnya seseorang untuk melakukan penyimpangan seksual sesama jenis didalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan karena kurangnya rasa kepedulian dan perhatian dari keluarga terdekat warga binaan pemasyarakatan sehingga penyimpangan seksual sesama jenis dapat terjadi saat warga binaan pemasyarakatan mulai saling memberikan kepedulian dan rasa perhatian antar warga binaan pemasyarakatan.

d. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor dimana warga binaan pemasyarakatan melakukan aktifitas kesehariannya bersama orang-orang serta lingkungannya,

didalam Lembaga

(12)

2. Upaya penanggulangan yang dilakukan dalam menanggulangi tindak pidana pencabulan antara lain:

a. Upaya yang bersifat preventif antara lain memberikan aktifitas-aktifitas didalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan, seperti pemberian aktifitas rohani secara rutin agar warga binaan pemasyarakatan dapat membentengi diri dengan keimanan. Serta kegiatan seperti pemberian keterampilan -keterampilan yang diharapkan agar warga binaan pemasyara-katan mengisi waktunya di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Wayhui Lampung Selatan dengan kegiatan positif dan tidak memberikan waktu untuk warga binaan pemasyarakatan melakukan penyipangan seksual sesama jenis. b. Upaya yang bersifat represif merupakan suatu bentuk upaya yang menitikberatkan pada suatu penindasan, pemberantasan dan penumpasan untu memberikan efek jera bagi para pelaku tindak kejahatan. Upaya penanggulangan ini berupa memindahkan warga binaan pemasyarakatan kedalam sel pengasingan.

B. Saran

1. Jumlah warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan yang melebihi kapasitas diharapkan agar ditambah kapasitas Lembaga Pemasyarakatan dengan menambah sel dan blok penjara. 2. Agar diintensifkan lagi

penyuluhan kerohanian agar dapat meningkatkan keimanan

warga binaan pemasyarakatan. Serta menambahkan pegawai Lembaga Pemasyarakatan agar dapat membina dan melakukan pengawasan dengan efektif. DAFTAR PUSTAKA

Arief, Barda Nawawi. 2010.

Masalah Penegakan Hukum

dan Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan.

Jakarta:Prenada Media Group Majelis Pemusyawaratan Rakyat RI.

Panduan Pemasyarakatan

UUD NKRI Tahun 1945

(Sesuai dengan Urutan Bab. Pasal. dan Ayat). Jakarta: Sekjen MPR RI. 2009. hlm. 46. Muhammad. Mustofa. 2007.

Kriminologi. Jakarta. Fisip. UI Press.

Priyatna, Dwidja. 2006. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia. Bandung. PT Refika Aditama.

Sawitri, Supardi. 2006. Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual. Bandung:Refika Aditama.

Setyaningsih. Retnaningtias.

Perilaku Seksual Remaja Retardasi Mental. Jurnal Priskologi Proyeksi.Vol.4(2). Soekanto, Soerjono. 2011.

Pokok-Pokok Sosiologi Hukum.

Jakarta. PT Raja Grafin.

Sunarso, Siswanto. 2004. Penegakan Hukum Psikotropika dalam Kajian Sosiologi Hukum. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Guru Besar yang berperanan sebagai pemimpin berimpak tinggi seperti yang terkandung dalam aspek dan standard kualiti Standard 1 SKPMg2 semestinya berupaya

Adapun pola penanganan malaria yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara antara lain : Peningkatan kerjasama lintas program dan sektoral,

Upacara kematian bagi mereka merupakan bagian dari sosialisasi, dan erat berkaitan dengan keyakinan yang ditanamkan oleh agama mereka, bahwa kematian adalah sebenarnya awal

Berdasarkan penelitian Fadli (2013) diketahui bahwa pada Stasiun 11 Blok III Selat Bengkalis merupakan perairan laut berkadar ammonia tertinggi dibandingkan

Ta próba się nie udaje, a bohater powieści, krocząc po kolejnych kryptach, jest coraz bliższy własnej śmierci, która i tak toczy się w nim już od dawna: „Może Duduś

"Today, businesses are defined more by their relationships than by their products!" 14 Beyond attracting a large number of customers, Amazon has built a

Adanya pesaing yang menjual produk dengan harga yang lebih murah, kami menyiasati ancaman itu dengan selalu mencari inofasi pada produck kami dari segi rasa, bentuk, dan kemasan,

Input pendapatan akrual yang tidak terotorisasi Memastikan pencatatan dilakukan secara valid Assistant Manager Pelaporan Keuangan bagian akuntansi melakukan verifikasi