• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motif Dan Tindakan Pilihan Junk Food Pada Remaja Sma Di Kota Cimahi, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motif Dan Tindakan Pilihan Junk Food Pada Remaja Sma Di Kota Cimahi, Jawa Barat"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

YULINDA DEVIANTY

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Motif dan Tindakan Pilihan Junk food pada Remaja SMA di Kota Cimahi, Jawa Barat” adalah benar saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

(3)

SMA di Kota Cimahi, Jawa Barat. Dibimbing oleh NURAINI W PRASODJO

Pangan yang saat ini digemari oleh remaja adalah junk food. Pilihan pangan junk food tanpa disadari dapat berdampak terhadap berat badan. Hal tersebut dapat dilihat pada prevalensi status gizi gemuk pada remaja yang mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Peningkatan status gizi gemuk pada remaja diduga sebagai akibat dari tindakan pilihan pangan yang dilatarbelakangi oleh motif pilihan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motif utama pada remaja terhadap tindakan pilihan junk food pada remaja. Penelitian ini menggunakan analisis tabulasi silang, uji statistik uji t, Rank Spearman dan Chi-Square. Sebanyak 60 responden dipilih secara porposive, yang merupakan siswa kelas X dan XI dengan status gizi gemuk dan normal di SMAN Cimahi. Hasil dari penelitian ini adalah remaja memiliki motif rasional instrumental dalam tindakan pilihan junk food.Tindakan pilihan junk food

berhubungan dengan besar uang saku yang dimiliki remaja.

Kata kunci: Motif pilihan pangan, Remaja, Tindakan pilihan pangan

YULINDA DEVIANTY. Public High School Strudent’s Motives and Selection Practises of Junk Food in Cimahi, West Java. Supervised by NURAINI W PRASODJO

Food that is currently favored by adolescents is junk food. Food selection of junk food can unwittingly affect body weight. It can be seen in the prevalence of fat on the nutritional status of adolescents has increased over the last three years. Improved nutritional status of obese adolescents allegedly as a result of the actions of food choice was motivated by food choice motives. This study aims to analyze the main motive in adolescents against the actions selection of junk food in adolescents. This study uses cross tabulation analysis, statistical t test, Spearman Rank and Chi-Square. A total of 60 respondents selected by purposive, which is a class X and XI with obese and normal nutritional status at SMAN 3 Cimahi. The results of this study were young had a rational motive instrumental in the selection of actions food. Selection practises of junk food associated with large allowance owned adolescents.

(4)

YULINDA DEVIANTY

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)
(6)
(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Motif dan Tindakan Pilihan Junk food pada Remaja di Kota Cimahi, Jawa Barat” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selain itu penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan pustaka ini tidak lepas dari kontribusi dan dukungan semua pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir Nuraini W Prasodjo, MS sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk segala arahan, masukan, kritik, dan saran, serta sabar dalam membimbing penulis selama penulisan ini.

2. Orangtua tercinta Bapak Wahyu Jatmiko dan Ibu Neneng Siti Yamah serta kakak Nurwinda Anggraeni sebagai sumber motivasi utama yang telah membantu serta memberikan dukungan dan doa yang tak terbatas kepada penulis hingga mampu menjalani banyak hal sampai pada tahapan ini. 3. Guru-guru SMA Negeri 3 Cimahi khususnya Ibu Agusta Dewi Rubiasari

selaku Humas yang telah memberikan izin peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Cimahi.

4. Siswa SMA Negeri 3 Cimahi yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi responden penelitian ini

5. Haerani Aslesmana, Fithriyah Sholihah, Nuraini, Paramita Dwi Febriani, Rohmah Khayati, Maharani DJ, A. Aris Pradana serta Dita yang selalu mengisi hari-hari dalam menempuh pendidikan di KPM yang telah memberi semangat dan dukungan dalam penyusunan Skripsi.

6. Semua Dosen yang luar biasa dalam memberikan pengajaran dan teman-teman Mahasiswa SKPM 49, BEM FEMA, Forum For Indonesia dan KKN-P Desa Rembul yang telah memberikan keceriaan bersama-sama selama ini melewati masa kuliah di IPB.

7. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada penulis selama ini.

Penulis berharap kajian mengenai Motif dan Pola Pilihan Junk food pada Remaja Berstatus Gizi Gemuk ini mampu memberikan manfaat dan sumbangsih kepada khazanah ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2016

(8)

DAFTARTABEL xii

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 18

Teknik Penentuan Responden dan Informan 18

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 19

Definisi Operasional 20

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 23

Gambaran Umum Aksesibiitas Terhadap Pangan Jajanan di SMAN 3 Cimahi 23

Posisi Sekolah di Kecamatan Cimahi Utara 23

Lokasi Penjual Pangan 24

Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan 30

Kondisi Status Gizi 32

TINDAKAN DAN MOTIF PILIHAN JUNK FOOD 33

Frekuensi Mangonsumsi Junk food pada Remaja 33

Keragaman Jenis Junk food yang Dikonsumsi pada Remaja 36

Motif Utama Pilihan Junk Food 37

HUBUNGAN MOTIF UTAMA PILIHAN JUNK FOOD DENGAN

KARAKTERISTIK INDIVIDU 43

(9)

Hubungan Motif Utama Pilihan Pangan Junk food dengan

Besar Uang Saku 45

Hubungan Motif Utama Pilihan Junk food dengan Pengetahuan Gizi dan

Keamanan Pangan 47

HUBUNGAN MOTIF TERHADAP TINDAKAN PILIHAN JUNK FOOD 49

Hubungan Motif Utama Pilihan Junk food dengan Frekuensi Mengonsumsi

Junk food 49

Hubungan Motif Utama Pilihan Junk food dengan Keragaman Jenis Junk food

yang Dikonsumsi 54

HUBUNGAN BESAR UANG SAKU DENGAN TINDAKAN PILIHAN

PANGAN 59

Hubungan Besar Uang Saku dengan Ferkuensi Mengonsumsi Junk Food 59

Hubungan Besar Uang Saku dengan Keragaman Jenis Junk Food 60

DAFTAR PUSTAKA 63

LAMPIRAN 67

(10)
(11)

DAFTARTABEL

1 Jumlah dan persentase remaja menurut usia di SMA Negeri 3 Cimahi

tahun 2016 27

2 Jumlah dan persentase remaja menurut jenis kelamin di SMA Negeri 3

Cimahi tahun 2016 28

3 Jumlah dan persentase remaja menurut besar uang saku di SMA Negeri 3

Cimahi, tahun 2016 28

4 Jumlah dan persentase remaja menurut pekerjaan orang tua di SMA

Negeri 3 Cimahi, tahun 2016 30

5 Jumlah dan persentase remaja menurut pekerjaan orang tua di SMA

Negeri 3 Cimahi, tahun 2016 32

6 Jumlah dan persentase remaja berstatus gizi gemuk dan remaja normal menurut frekuensi mengonsumsi junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun

2016 33

7 Rata-rata frekuensi konsumsi remaja menurut jenis junk food pada remaja berstatus gizi gemuk dan normal di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016 35 8 Jumlah dan persentase remaja laki-laki dan perempuan menurut frekuensi

mengonsumsi junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016 36

9 Jumlah dan persentase remaja berstatus gizi gemuk dan remaja normal menurut keragaman jenis junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016 36 10 Jumlah dan persentase remaja laki-laki dan perempuan menurut

keragaman jenis junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016 37 11 Jumlah dan persentase remaja laki-laki menurut status gizi dan motif

utama pilihan junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016 41

12 Jumlah dan persentase remaja perempuan menurut status gizi dan motif

utama pilihan junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016 41

13 Jumlah dan persentase remaja menurut jenis kelamin dan motif utama

pilihan junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016 44

14 Jumlah dan persentase remaja menurut besar uang saku dan motif utama

pilihan junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016 45

15 Jumlah dan Persentase remaja menurut pengetahuan gizi dan keamanan pangan dan motif utama pilihan junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun

2016 47

16 Jumlah dan persentase remaja berstatus gizi gemuk menurut frekuensi mengonsumsi junk food dan motif utama pilihan junk food, di SMAN 3

Cimahi, tahun 2016 50

17 Jumlah dan persentase remaja berstatus gizi normal menurut frekuensi mengonsumsi junk food dan motif utama pilihan junk food, di SMAN 3

(12)

18 Jumlah dan persentase remaja berstatus gizi gemuk menurut keragaman jenis junk food dan motif utama pilihan junk food, di SMAN 3 Cimahi,

tahun 2016 55

19 Jumlah dan persentase remaja berstatus gizi normal menurut keragaman jenis junk food dan motif utama pilihan junk food, di SMAN 3 Cimahi,

tahun 2016 57

20 Jumlah dan persentase remaja menurut besar uang saku dan frekuensi

mengonsumsi junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016 59

21 Jumlah dan persentase remaja menurut besar uang saku dan keragaman

jenis junk food di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016 60

DAFTARMATRIK

1 Pengertian junk food menurut remaja berstatus gizi gemuk dan normal 31

DAFTARGAMBAR

1 Kerangka Pemikiran 14

2 Status gizi remaja laki-laki dan perempuan di SMAN 3 Cimahi, tahun 2016 32

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Wilayah Kota Cimahi 68

2 Rencana alokasi waktu penelitian 69

3 Hasil uji statistik 70

(13)
(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan Undang-undang nomor 9 tahun 2001 menimbang kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Cimahi Kabupaten Bandung. Meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah di Kabupaten Bandung, perlu membentuk Kota Cimahi sebagai daerah otonom. Otonomi membawa perubahan pada penghidupan masyarakat, dari berpenghidupan agraris menjadi industri (Nasution Z 2009). Perubahan penghidupan tersebut membawa perputaran ekonomi di Kota Cimahi berputar cepat. Perputaran ekonomi yang cepat meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat yang meningkat. Peningkatan kemampuan daya beli khususnya dalam hal pangan, merubah pola konsumsi. Perubahan pola konsumsi tersebut dapat digambarkan oleh tindakan konsumsi pangan pada remaja yang beralih dari pangan sehat menjadi lebih banyak mengonsumsi junk food.

Gejala remaja menyukai junk food terlihat dari banyaknya restoran-restoran junk food seperti KFC (Kentucky Fried Chicken) dan McD (McDonald's) yang dikunjungi. Perubahan tindakan konsumsi tersebut dapat berdampak pada kesehatan dan perubahan berat badan remaja (Selena T et al. 2007; Nurdin 2014). Menurut Ensaff et al.(2008) sebagian besar remaja banyak mengkonsumsi pangan yang mengandung banyak lemak jenuh dan gula serta kurang diimbangi dengan konsumsi pangan nabati (sayur dan buah). Pilihan pangan tersebut yang mengakibatkan peningkatan remaja yang mengalami kegemukan. Terjadi gejala peningkatan status gizi gemuk pada remaja di tingkat global (Brown et al. 2015). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia terjadi peningkatan status gizi gemuk pada remaja usia 15-18 tahun yang signifikan. Status gizi gemuk meningkat dari 1.4 persen pada tahun 2010 menjadi 7.5 persen pada tahun 2013 (Riskesdas 2010, 2013). Salah satu kota di Indonesia yang remajanya mengalami peningkatan stratus gizi gemuk adalah Kota Cimahi.

(16)

Motif terhadap pilihan pangan pada remaja dapat dipengaruhi usia dan jenis kelamin remaja. Pada usia 15-21 tahun perempuan mulai mempedulikan berat badanya, sehingga mengurangi konsumsi daging dan peningkatan konsumsi sayuran (Nicklausa et al. 2005). Hal tersebut berbeda keadaannya dengan remaja laki-laki yang cenderung mengabaikan berat badannya sehingga mengonsumsi daging lebih banyak dibanding perempuan. Selain motif yang disebabkan oleh karakteristik remaja (usia dan jenis kelamin), motif juga dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar diri remaja atau faktor ekstrinsik.

Motif-motif pada remaja saat memilih pangan tidak selalu berpengaruh pada pilihan pangan yang dikonsumsi. Faktor lain yang dapat memengaruhi pilihan pangan adalah keluarga. Keluarga memengaruhi pilihan pangan dalam melalui nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga dan strategi yang dilakukan orangtua (Contento et al. 2006). Biasanya setiap keluarga memiliki aturan yang disepakati dan dijalankan oleh setiap anggota keluarga dalam memilh jenis pangan. Menurut Bassett et al. (2008) orang tua khususnya ibu cenderung mendorong anggota keluarga termasuk remaja mengkonsumsi jenis pangan yang sehat. Dengan demikian pernyataan umum penelitian ini adalah apa dan bagaimana faktor yang berpengaruh pada tindakan pilihan pangan?

Masalah Penelitian

Remaja merupakan penerus bangsa yang memiliki peran dalam pembangunan nasional di masa depan. Sebagai sumberdaya manusia yang memiliki pengaruh dalam pembangunan nasional maka penting untuk memperhatikan kualitas remaja. Menurut Setiawati (2006) untuk meningkatkan sumberdaya manusia banyak faktor yang harus diperhatikan, salah satunya gizi dan kesehatan. Status gizi gemuk dan kesehatan diantaranya dipengaruhi oleh tindakan pilihan pangan yang dikonsumsi (Nurdin 2014; Briawan dan Puspadewi 2014). Data status gemuk pada remaja menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun (Riskesdas 2010 dan 2013). Dengan ditemukan fakta tersebut dapat dibuat perumusan masalah sebagai berkut:

1. Bagaimana tindakan dan motif pilihan pangan pada remaja?

2. Bagaimana kaitan motif utama pilihan pangan dengan karakteristik individu?

3. Bagaimana kaitan motif dengan tindakan pilihan pangan?

(17)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan tindakan remaja dalam memilih jenis pangan. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi tindakan dan motif pilihan junk food pada remaja.

2. Menganalisis kaitan motif utama pilihan junk food dengan karateristik individu .

3. Menganalisis hubungan tindakan pilihan junk food dengan motif utama pilihan junk food.

4. Menganalisis hubungan tindakan pilihan junk food dengan besarnya uang saku.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi akademisi, pembuat kebijakan, dan masyarakat pada umumnya mengenai kajian tindakan pilihan janis pangan di kalangan remaja. Secara spesifik dan terperinci manfaat yang didapat oleh berbagai pihak adalah sebagai berikut:

1. Bagi akademisi

Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian mengenai kecenderungan tindakan pilihan jenis pangan pada remaja di kota Cimahi

2. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat khususnya pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai faktor yang memengaruhi tindakan pilihan jenis pangan pada remaja dan pengaruh tindakan pilihan jenis makan terhadap status gizi remaja

3. Bagi remaja

(18)
(19)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Motif

Menurut Sun (2007) terdapat aspek motif dalam pemilihan pangan yang dapat memengaruhi kebiasaan makan remaja. Motif dalam ilmu sosial merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua aspek penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri individu yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan 2010). Terdapat sembilan motif yang dapat memengaruhi pilihan pangan pada individu yaitu (1) kesehatan, (2) kenyaman, (3) harga, (4) daya tarik sensorik, (5) suasana hati, (6) kandungan pada makanan, (7) pengendalian berat badan, (8) familiaritas dan (9) masalah etika dan norma (Sun 2007; Alawiyah 2015; Ensaff et al. 2008).

Weber mengaitkan antara motif dengan tindakan sosial (Johnson 1986). Pada perspektif Weber baik motif, perasaan individu maupun pikiran adalah gejala sosial subyektif yang relatif sulit diamati. Namun demikian aspek ini menurut Weber penting dicermati sebagai suatu gejala yang dapat menjelaskan suatu tindakan sosial (Johnson 1986). Tindakan sosial sendiri oleh Weber diklasifikasikan menjadi tindakan rasional dan non rasional. Rasionalitas menurut Weber adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sadar. Weber mengatakan terdapat juga tindakan yang didasari oleh emosi dan kebiasaan. Berdasarkan hal tersebut Weber membuat tipologi tindakan ke dalam tindakan yang rasional dan non rasional. Tindakan yang didasari motif rasional mencakup tindakan rasional instrumental dan rasional berorientasi nilai. Sementara tindakan yang didasari oleh motif yang non rasional mencakup tindakan tradisional dan tindakan afektif.

Tindakan rasional instrumental merupakan tindakan yang didasarkan pertimbangan dan pilihan secara sadar dalam menentukan tujuan dan memilih alat atau cara untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Tindakan rasional istrumental dapat digambarkan ketika seseorang lebih memilih membeli pangan dengan harga yang murah sehingga dapat menghemat uang yang dimiliki. Hal lain yang dapat menggambarkan tindakan rasional instrumental yaitu ketika seseorang merasa lapar memilih diantara dua jenis pangan dikonsumsi pangan camilan atau pangan lengkap (full meal), karena uang yang dimiliki terbatas maka individu tersebut membeli camilan dengan harga yang lebih murah dan membuat kenyang. Tindakan rasional lainnya adalah tindakan rasional berorientasi nilai yang didalamnya terdapat pertimbangan sadar dalam memilih alat atau cara untuk mencapai tujuan dengan nilai agama, kemanusiaan maupun norma yang sudah mutlak. Tipe tindakan rasional berorientasi nilai dapat dicontohkan oleh seseorang yang bersedekah dengan tujuan beribadah. Tindakan rasional berorientasi nilai jika digambarkan dalam hal pangan, sekelompok orang yang tidak mengonsumsi pangan yang bersumber dari hewan karena kepercayaan yang dianutnya.

(20)

perencanan sadar, namun karena keabiasaan yang dilakukan individu. Jika dikaitkan dalam pangan salah satu yang dapat menggambarkan tipe tindakan ini adalah budaya atau kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok dan beranggapan belum makan jika belum mengonsumsi nasi. Sama seperti tindakan tradisional, tindakan afektif dilakukan tanpa refleksi atau perencanaan sadar, namun pada tindakan ini didominasi oleh perasaan atau emosi individu. Adapun kejadian yang dapat menggambarkan tindakan afektif yaitu ketika seseorang merasa stress tanpa sadar memilih pangan dengan rasa pedas.

Menggunakan perspektif Weber kesembilan motif dalam penelitian Sun (2007) dan Alawiyah (2015) dapat diklasifikasikan pada empat tipe motif yang mendasari tindakan sosial. Kesehatan, pengendalian berat badan, kenyamanan dan harga merupakan motif yang dapat diklasifikasikan dalam tipe motif rasional instrumental. Sedangkan motif yang diklasifikasikan dalam tipe motif rasional berorientasi nilai adalah morif masalah etika dan norma. Motif familiaritas merupakan motif yang dapat diklasifikasikan dalam tipe motif tradisional. Motif daya tarik sensorik dan suasana hati merupakan motif yang dapat diklasifikasikan dalam tipe motif afektif.

Motif yang diklasifikasikan dalam motif rasional intrumental diantaranya motif kesehatan dan pengendalian berat badan. Motif tersebut termasuk dalam tipe motif rasional instrumental karena individu memilih pangan yang mengandung gizi seimbang secara sadar untuk mencapai tujuan kesehatan dan mengendalikan berat badan. Pilihan pangan remaja sangat memengaruhi kesehatan ketika dewasa. Maka banyak orang tua membiasakan anak remajanya untuk mengonsumsi pangan yang sehat. Kebiasaan remaja untuk memilih pangan sehat yang diajarkan atau disosialisasikan oleh orang tua memiliki dampak positif terhadap pilihan pangan remaja. Remaja mulai memperhitungkan dan memilih pangan yang dapat bermanfaat untuk kesehatan. Contento et al. (2006) menyatakan kesehatan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam memilih pangan pada remaja. Remaja mengaitkan menjaga bentuk tubuh dengan kesehatan dalam pilihan pangan (Briawan dan Puspadewi 2014). Motif lain yang diklasifikasikan kedalam tipe motif rasional instrumental adalah kenyamanan. Briawan dan Puspadewi (2014) mengatakan bahwa remaja memilih pangan berdasarkan kemudahan memperoleh pangan dan kenyamanan saat mengonsumsi. Kenyamanan yang dimaksud dilihat dari cara remaja untuk mengonsumsi pangan tersebut. Remaja akan memilih pangan yang mudah dimakan karena keterbatasan waktu. Seperti yang dikemukakan Ensaff et al. (2008) dan Bassett et al. (2008) kenyamanan dilihat dari cara mengonsumsi, remaja lebih suka mengonsumsi pangan yang mudah dibawa dan dimakan dimana saja. Menurut para remaja pangan yang mudah dikonsumsi adalah jenis junk food.

Motif lain yang terdapat dalam tipe motif rasional instrumental yaitu motif biaya atau harga dari pangan yang dikonsumsi. Pada motif biaya atau harga, para remaja sedikit mempertimbangkan harga ketika membeli makan di kantin sekolah karena mereka menilai harga tersebut sesuai dengan besar uang saku yang remaja miliki. Keadaan terbalik jika remaja membeli pangan di luar sekolah (Ensaff et al.

(21)

Tipe motif tradisional terdiri misalnya pertimbangan familiaritas atau keakraban karena motif ini merupakan dorongan seseorang memilih pangan berdasarkan kebiasaan dan tanpa pertimbangan yang sadar. Motif familiaritas merupakan motif yang sering dimiliki oleh remaja untuk memilih pangan. Contento et al. (2006) menyatakan remaja akan mengonsumsi pangan yang sudah biasa dikonsumsi oleh keluarganya. Tipe tindakan yang memiliki kesamaan berupa tindakan non rasional adalah tipe tindakan afektif. Pada tipe tindakan afektif terdiri atas motif daya tarik sensorik. Maksud dari motif daya tarik sensorik adalah dorongan atau alasan memilih pangan berdasarkan rasa dan tampilan dari pangan. Remaja sangat mementingkan rasa dan tampilan dari pangan yang akan dikonsumsi. Faktor yang paling memengaruhi pemilihan pangan pada remaja adalah rasa dan tampilan pangan yang akan dimakan. Bukan hanya memilih pangan yang memiliki rasa lezat, remaja akan memilih pangan yang biasa diberi oleh orang tua mereka (Ensaff et al. 2008).

Tindakan Pilihan Pangan

Pilihan pangan dapat didefinisikan sebagai kegiatan memilih dan menyeleksi pangan (Alawiyah 2015). Merujuk pada definisi tersebut terdapat beberapa konsep dalam pilihan pangan yaitu (1) frekuensi pilihan pangan dan (2) keragaman pilihan pangan.

1. Frekuensi Mengonsumsi Pangan

Berdasarkan survei yang dilakukan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) yang dilakukan di wilayah Jakarta, menujukkan 85 persen siswa SD (Sekolah Dasar) membawa bekal makanan, tetapi hanya separuhnya membawa setiap hari (Zahir 2014). Bekal yang dibawa didominasi oleh produk olahan seperti sosis atau nugget, biskuit dan makanan ringan (snacks). Sebanyak sembilan puluh tiga persen siswa biasa mengonsumsi makanan instan di rumah, dan separuhnya mengonsumsi dengan frekuensi 2-3 kali seminggu. Jenis yang dominan dikonsumsi adalah mie instan serta produk olahan hewan seperti sosis dan nugget. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 konsumsi produk mie ternyata sangat tinggi, terutama dikalangan usia anak dan remaja. Lima belas persen anak pada kelompok usia 10-14 tahun dan 15-19 tahun mengonsumsi mie lebih dari 1 kali per hari. Lebih dari sepertiga anak Indonesia usia 10-19 tahun mengonsumsi mie 3-6 kali per minggu. Sekitar tiga puluh enam persen pada anak usia 10-14 tahun dan 34.5 persen pada kelompok 15-19 tahun mengonsumsi mie 3-6 kali per minggu.

2. Keragaman Pilihan Pangan

(22)

yang mengandung zat gizi secara lengkap baik jenis maupun jumlah. Keragaman konsumsi pangan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas zat-zat gizi dalam pangan. Menurut penelitian Herlina (2015) ketidak beragaman konsumsi pangan, dalam jangka panjang akan berdampak pada status gizi maupun kualitas sumber daya manusia. Berbagai data menunjukkan bahwa kekurangan gizi pada anak-anak sebagai akibat rendahnya konsumsi pangan akan berdampak terhadap pertumbuhan fisik, mental dan intelektual.

Pangan

Pangan merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan manusia. Terdapat beragam jenis pangan yang dapat dikonsumsi manusia, oleh karena itu pangan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Pada penelitian yang dilakukan Ensaff et al. (2008) pangan dibedakan menurut sumbernya yaitu pangan nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayuran dan buah-buahan serta pangan hewani yang berasal dari hewan, seperti daging, susu, dan telur. Remaja cenderung mengonsumsi pangan seperti sayur dan buah dalam jumlah yang sedikit dan lebih banyak mengonsumsi pangan yang mengandung banyak lemak jenuh dan gula. Pilihan pangan tersebut mengakibatkan peningkatan remaja yang mengalami obesitas atau kegemukan. Mengutamakan konsumsi olahan nabati (sayuran, buah, kacang-kacangan, dan biji-bijian) dan mengurangi konsumsi produk hewani (ayam, ikan, daging, susu, dan telur) dapat memberi manfaat bagi kesehatan pada remaja (Ensaff et al. 2008). Menurut penelitian Nicklausa et al.

(2005) perbedaan gender dapat memengaruhi pilihan pangan nabati dan hewani. Remaja perempuan cenderung memiliki minat yang tinggi terhadap konsumsi pangan nabati seperti sayuran. Sedangkan remaja laki-laki lebih meminati daging.

Pangan menurut kandungan gizi yang dikandung dibedakan menjadi pangan sehat dan tidak sehat (Contento et al. 2006). Pangan sehat yang dimaksud dalam penelitian tersebut merupakan pangan yang disediakan oleh orang tua atau sekolah seperti sayuran, ayam bakar, dan susu sebagai hidangan penutup, sedangkan contoh pangan tidak sehat adalah junk food (hamburger, sandwich, soda, yoghurt dan kentang goreng). Brown et al. (2015) menyatakan pangan sehat merupakan pangan tradisional yang berbahan dasar sayur dan buah. Contoh pangan tidak sehat adalah pangan non-tradisional yaitu junk food yang menjadi pangan favorit remaja.

“Pangan yang sehat adalah pangan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin, serta bebas dari kuman, bahan berbahaya, bahan cemaran dan bahan tambahan pangan yang tidak diperbolehkan seperti formalin, boraks, dan lain-lain” (Briawan dan Puspadewi 2014).

(23)

sebagai pangan yang memiliki kalori tinggi dan pangan yang mengandung gula tinggi. Pangan tidak sehat tersebut biasa diasumsikan sebagai junk food.

Junk food biasa diartikan sebagai pangan sampah, karena kandungan nutrisi dalam jenis pangan ini rendah. Menurut Nurmalina dan Valley (2011) biasanya jenis junk food mengandung kadar garam, gula, lemak, atau kalori yang tinggi, tetapi rendah vitamin, mineral, dan juga serat. Jenis junk food sangat disukai oleh semua orang terutama remaja. Nurmalina dan Valley (2011) memberi contoh jenis

junk food adalah snack yang diberi tambahan garam, cuci mulut yang manis-manis, burger, fried chicken, minuman kaleng, candy bar, donat, dan french fries.

Donat dan fried fries termasuk kedalam jenis junk food karena digoreng dalam waktu yang cukup lama dan setelah digoreng minyak meresap lebih banyak sehingga membuat pangan beresiko pada kesehatan tubuh.

Remaja

Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dari manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Notoatmodjo 2007). Menurut Riskesdas (2013) penduduk digolongkan sebagai remaja ketika berusia 13-18 tahun dan dikategorikan kembali menjadi remaja 13-15 tahun dan remaja usia 16-18 tahun.

Menurut WHO (World Health Organization) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan hingga relatif mandiri (Notoatmodjo 2007).

Secara garis besar, remaja merupakan mereka yang sedang mengalami perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan perubahan tersebut menyangkut perubahan fisik atau biologis dan psikologis.

(24)

disisi lain masih terdapat kontrol keluarga terutama orang tua dalam memengaruhi tindakan remaja.

Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi indikator baik-buruknya penyediaan pangan sehari-hari (Irianto 2007). Sesuai dengan pernyataan Soetardjo (2011) mendefinisikan status gizi sebagai keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan pangan. Pemeriksaan status gizi dapat dilakukan dengan pemeriksaan langsung dan pemeriksaan tidak langsung. Status gizi dapat diketahui dangan cara pemeriksaan langsung yang meliputi pemeriksaan antropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Berdasarkan cara-cara pengukuran status gizi tersebut, antropometri merupakan cara yang sering digunakan. Hal itu terjadi karena memiliki beberapa kelebihan yaitu alat pengukuran mudah diperoleh, pengukuran mudah dilakukan, biaya murah, hasil pengukuran mudah disimpulkan dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah (Irianto 2007). Secara umum pengertian antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan pemeriksaan tidak langsung dapat dilakukan secara survei konsumsi, statistik vital dan faktor ekologi. Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Pengukuran status gizi dapat berguna untuk mengetahui masalah utama gizi yaitu obesitas pada semua kelompok usia. Pengukuran anthropometri untuk mengetahui status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar lengan atas, tebal lemak di bawah kulit.

Pengukuran status gizi secara antropomentri disajikan dalam bentuk Indeks Massa Tubuh menurut usia (IMT/U). Berdasarkan baku antropometri WHO 2007 untuk usia 5-18 tahun, status gizi ditentukan berdasarkan nilai Zscore

(25)

Karakteristik Individu

Individu dalam mengambil keputusan akan dipengaruhi oleh faktor internal seperti karakteristik individu. Faktor ini merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu yan terdiri dari jenis kelamin, besar uang saku, serta pengetahuan gizi dan keamanan pangan. Jenis kelamin merupakan salah satu bagian dari karakteristik individu. Jenis kelamin akan menggambarkan sosialisasi gender yang terjadi. Sosialisasi gender timbul akibat harapan-harapan dari masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan. Perbedaan harapan akan menjadikan perbedaan juga pada peran gender yang terdapat pada laki-laki dan

perempuan. Peran gender biasanya identik dengan kata “feminin” dengan

“maskulin”. Vartanian et al. (2006) dalam studi pilihan pangan mengasosiasikan

“feminin” sebagai orang yang memakan pangan sehat dengan porsi kecil.

Sedangkan “maskulin” diasosiasikan sebaliknya. “Feminin” biasanya melekat pada perempuan. Perempuan akan memiliki frekuensi makan lebih sedikit jika dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Setiawati (2006) yang menyatakan sebanyak 3.2 persen persen sampel perempuan terbiasa makan satu kali sehari, tetapi tidak ada satupun sampel laki-laki yang terbiasa makan satu kali sehari.

(26)

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan data, status gizi gemuk pada remaja terus meningkat terutama pada remaja akhir berusia 15 sampai 18 tahun (Riskesdas 2010; 2013). Peningkatan remaja berstatus gizi gemuk jika dibandingkan menurut lokasi tempat tinggal, lebih banyak ditemukan di kota dibanding di desa. Perbedaan status gizi di kota dan desa dapat disebabkan berbagai faktor. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status gizi adalah tindakan pilihan pangan. Remaja yang tinggal di kota kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi pangan yang mengandung tinggi lemak, gula, garam, dan kalori tetapi rendah vitamin, mineral, dan serat. Kandungan-kandungan gizi tersebut biasanya terdapat pada junk food, maka pangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah junk food. Hal ini dipertegas dengan pernyataan ahli gizi yang mendefinisikan junk food sebagai makanan sampah karena mengandung vitamin, mineral, dan serat yang rendah (Nurmalina dan Valley 2011). Tindakan pilihan pangan remaja yang tinggal di perkotaan dan pedesaan cenderung berbeda karena remaja perkotaan lebih mudah mendapat junk food. Pada penelitian ini melihat tindakan pilihan pangan menurut frekuensi remaja mengkonsumsi jenis junk food dan keragaman jenis junk food

yang dikonsumsi dalam jangka waktu satu bulan.

Tindakan pilihan pangan pada remaja di perkotaan akan berbeda antar remaja karena setiap remaja dipengaruhi oleh berbagai motif utama pilihan pangan yang berbeda. Berbagai motif utama pilihan pangan yang dimiliki remaja diklasifikasikan menjadi tiga motif berdasarkan teori tindakan sosial Weber yaitu rasional instrumental, tradisional dan afektif. Secara keseluruhan, motif ini dapat memengaruhi tindakan pilihan pangan pada seorang remaja. Motif rasional instrumental sendiri terdiri dari motif utama ekonomi, memenuhi rasa kenyang, kemudahan mendapat pangan dan kesehatan. Motif utama ekonomi merupakan alasan atau dorongan remaja memilih pangan berdasarkan harga pangan yang terjangkau dan alasan untuk menghemat uang saku. Selain motif utama ekonomi terdapat motif utama memenuhi rasa kenyang merupakan dorongan mengonsumsi pangan yang hanya timbul ketika seorang remaja merasa lapar. Ada juga remaja yang memiliki motif utama kemudahan mendapat pangan merupakan alasan seorang remaja mengonsumsi pangan karena pangan tersebut mudah didapat dimana saja. Sementara motif utama kesehatan merupakan alasan remaja memilih pangan yang dikonsumsi karena ingin menjaga tubuh mereka dari serangan penyakit.

Sementara hanya terdapat satu motif utama yang diklasifikasikan dalam motif tradisional. Menurut Weber yang dikutip oleh Johnson (1986) tradisional merupakan tindakan yang dilakukan remaja berdasarkan kebiasaan yang dilakukan dan tanpa pertimbangan sadar. Berdasarkan pengertian tersebut maka motif utama yang termasuk dalam motif tradisional adalah motif utama familiaritas. Maksud dari motif utama familiaritas adalah remaja mengonsumsi pangan karena alasan kebiasaan sejak kecil mengonsumsi pangan tertentu. Sebagian besar remaja mengonsumsi pangan yang dikonsumsi sejak kecil bersama keluarga mereka. Contento et al. (2006) menyatakan remaja akan memilih pangan yang sudah biasa dikonsumsi bersama keluarganya.

(27)

motif afektif merupakan motif dengan tingkat rasionalitas paling rendah karena dilakukan tanpa perencanaan sadar serta didominasi oleh perasaan dan emosi (Johnson 1986). Motif utama pilihan pangan suasana hati meliputi dorongan remaja mengonsumsi pangan untuk mengurangi beban pikiran atau rasa “stress”

serta alasan merasa suka terhadap pangan. Motif utama daya tarik sensorik meliputi alasan remaja memilih pangan yang memiliki tampilan lucu dan menggugah selera atau memiliki rasa yang lezat.

Sifat feminin diasosiasikan berdasarkan orang yang memakan pangan sehat dengan porsi kecil. Sebaliknya maskulin merupakan orang yang memakan pangan tidak sehat dengan porsi besar. Secara normatif, sifat feminin diasosiasikan pada jenis kelamin perempuan sedangkan sifat maskulin diasosiasikan pada jenis kelamin laki-laki. Perempuan identik dengan mengonsumsi pangan dengan porsi kecil. Sebaliknya laki-laki mengonsumsi pangan dengan jumlah besar. Hal tersebut terjadi karena adanya norma pada masyarakat bahwa perempuan harus lebih memperhatikan bentuk tubuh dibanding laki-laki. Perempuan akan dipandang positif jika memiliki bentuk tubuh yang langsing, serta dipandang kurang baik jika bertubuh besar. Sebaliknya masyarakat kurang mempermasalahkan laki-laki yang bertubuh gemuk. Sosialisasi yang berbeda antar jenis kelamin, yang terjadi terus menerus dan terinternalisasi akan membentuk motif-motif remaja yang berbeda dalam pilihan pangan. Diduga jenis kelamin laki-laki akan memiliki motif memenuhi rasa kenyang, sebaliknya perempuan tidak akan memilih motif tersebut dalam pilihan pangan

Uang saku merupakan sumberdaya finansial yang digunakan untuk membeli pangan oleh remaja. Variasi uang saku yang dimiliki remaja dapat ditentukan oleh status keuangan orang tua. Status keuangan tersebut akan berkaitan dengan jenis pekerjaan yang dimiliki orang tua. Jenis pekerjaan yang berbeda akan memengaruhi status ekonomi. Orang tua dengan status ekonomi tinggi umumnya memberi uang saku yang besar, sebaliknya pada status ekonomi rendah akan memberi uang saku dalam jumlah kecil. Besar kecilnya uang saku remaja akan memengaruhi pilihan pangan yang dilihat berdasarkan keragaman dan frekuensi mengonsumsi junk food. Semakin besar uang saku yang dimiliki maka remaja bisa mendapatkan pangan dengan frekuensi sering yang bervariasi. Berdasarkan hal tersebut diduga semakin besar uang saku yang dimiliki maka semakin tinggi frekuensi dan keragaman mengonsumsi junk food.

(28)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Keterangan:

: Berhubungan

Motif Utama Pilihan Junk food

Tindakan Pilihan Junk Food:

a. Frekuensi

mengkonsumsi junk food

b. Keragaman jenis junk food

Motif Rasional Instrumental: a. Ekonomi

b. Memenuhi rasa kenyang c. Kemudahan mendapat

pangan d. Kesehatan

Motif Tradisional: a. Familiaritas

Motif Afektif: a. Suasana hati b. Daya tarik sensorik Karakteristik Individu

Jenis kelamin

Pengetahuan gizi dan keamanan pangan

(29)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah:

H1 :Terdapat hubungan antara karakteristik individu yang meliputi jenis

kelamin, besar uang saku, serta pengetahuan gizi dan keamanan pangan dengan motif pilihan pangan.

H1 : Terdapat hubungan antara motif utama pilihan pangan yang

meliputi motif ekonomi, memenuhi rasa kenyang, kemudahan mendapat pangan, kesehatan, familiaritas, suasana hati dan daya tarik sensorik dengan tindakan pilihan junk food.

(30)
(31)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan kombinasi pendekatan kuantitatif didukung dengan pendekatan kualitatif. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), metode penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer. Sementara kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif dilakukan dalam penelitian ini dalam upaya memperkaya data agar lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan pemberian kuesioner pada masing-masing responden untuk memperoleh data primer terkait karakteristik individu, motif dan tindakan pilihan pangan. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam kepada guru pembina Bimbingan Konseling (BK) juga merangkap sebagai humas dan dengan melakukan penarikan kasus pada empat responden yang terdiri dari satu responden laki- laki berstatus gizi normal dan status gizi gemuk serta perempuan yang berstatus gizi normal dan status gizi gemuk.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan. Berdasarkan data Riskesdas Jawa Barat (2013) prevalensi kegemukan dan kekurusan pada remaja berdasarkan tempat tinggal, perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding pedesaan. Melihat data Riskesdas Jawa Barat 2013 Kota Cimahi merupakan salah satu dari 12 kota dan kabupaten yang memiliki prevalensi gemuk diatas nasional. Selain berdasarkan pertimbangan data awal mengenai status gizi remaja, pemilihan Kota Cimahi sebagai tempat penelitian karena masyarakat Kota Cimahi merupakan contoh masyarakat desa transisi, dimana mengalami perubahan dalam sikap dan pandangan hidup tradisional ke arah modern. Menurut data dinas kesehatan kota Cimahi, pada kelurahan Cibabat terdapat jumlah remaja berstatus gizi gemuk yang banyak dibandiing kelurahan lainnya. Karena keterbatasan dana dan waktu penelitian penelitian akan dilakukan di SMA Negeri 3 Cimahi. Penentuan SMA Negeri 3 Cimahi sebagai tempat penelitian dengan beberapa pertimbangan seperti data status gizi remaja didapatkan dari UKS (Unit Kesehatan Sekolah) dan UKS SMA Negeri 3 Cimahi merupakan salah satu UKS terbaik di Cimahi. Jika dilihat dari letak geografis SMA Negeri 3 Cimahi merupakan tempat strategis, terdapat di tengah Kota Cimahi diduga banyak mendapatkan imbas perkembangan masyarakat.

(32)

istirahat sekolah. Hal ini dilakukan karena mempertimbangkan keterbatasan waktu penelitian dan waktu siswa SMAN 3 Cimahi. Pengisian kuisioner dilakukan pada jam istirahat sekolah dengan harapan tidak akan mengganggu jam belajar siswa. Beberapa siswa yang sedang membeli jajanan di kantin atau yang sedang beristirahat di luar kelas diminta untuk mengisi kuisioner yang telah disediakan.

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang didapatkan melalui observasi langsung, wawancara mendalam dengan humas SMAN 3 Cimahi yang merangkap sebagai guru bimbingan konseling, dan kuesioner yang diisi oleh para siswa berstatus gizi normal dan gemuk. Kuesioner tersebut dimaksud sebagai daftar pertanyaan untuk memperoleh data dari para responden serta ditujukan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik individu, motif utama pilihan pangan, serta tindakan pilihan pangan. Tindakan pilihan pangan dalam penelitian ini dilihat dari keragaman dan frekuensi remaja mengkonsumsi junk food. Telah dilakukan uji realibilitas untuk menguatkan kuesioner sebagai salah satu instrumen. Menurut uji

Cronbach’s didapat alpa sebesar 0.64. Aturan dalam penentuan nilai alpa yaitu jika alpa > 0.90 maka realibilitas sempurna, jika nilai alpa 0.70 < alpa < 0.90 maka realibilitas banyak, jika nilai alpa 0.70 < alpa < 0.5 maka realibilitas moderat dan jika nilai alpa < 0.5 maka realibilitas sedikit. Tabel uji realibilitas pada kuesioner penelitian ini menujukkan angka 0.636 artinya kuesioner memiliki realibilitas moderat.

Adapun data sekunder diperoleh peneliti melalui studi literature yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder juga diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini seperti dinas kesehatan kota Cimahi dan pihak SMA Negeri 3 Cimahi. Data yang diambil dari lembaga-lembaga tersebut adalah data yang berkaitan dengan tujuan penelitian, seperti data status gizi remaja kota Cimahi, nama dan jumlah siswa, profil sekolah serta data yang terkait lainnya.

Teknik Penentuan Responden dan Informan

(33)

gizi normal. Teknik purposive sampling dinilai efektif dan efisien dalam penelitian ini karena jumlah populasi yang cukup banyak dan terdapat kendala tidak terdapat data terbaru mengenai status gizi remaja atau siswa SMA Negeri 3 Cimahi.

Selain berasal dari responden, data dalam pada penelitian ini bersuber dari informan. Pemilihan informan pada penelitian ini dilakukan secara sengaja. Pada penelitian ini melibatkan humas SMAN 3 Cimahi yang merangkap sebagai guru bimbingan konseling sebagai informan. Selain guru dalam penelitian ini menarik kasus yaitu perwakilan dari siwa berstatus gizi gemuk dan normal yang terdiri dari siswa laki- laki dan perempuan total kasus yang diambil sebanyak delapan siswa. Informan berguna untuk melengkapi data kualitatif mengenai tindakan pilihan pangan pada siswa SMA Negeri 3 Cimahi.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Unit analisis penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Cimahi berusia 15 sampai 18 tahun yang memiliki status gizi normal dan gemuk. Data yang diperoleh dari pendekatan kuantitatif melalui kuesioner diolah menggunakan

Microsoft Excel 2007 dan perangkat lunak SPSS for windows versi 16.0 dalam bentuk Tabel distribusi, frekuensi, dan tabulasi silang. Sebelum turun ke lapang dan mengumpulkan data dari kuesioner, maka akan dilakukan uji realibilitas dan validitas untuk mendukung pernyataan bahwa kusioner yang digunakan valid dan reliabel. Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi lapang, dan analisis dokumen disajikan secara deskriptif untuk mengetahui gambaran umum penelitian, dan data pendukung hasil kuesioner. Analisis data kualitatif dilakukan dengan reduksi data, yakni pemilihan, pemusatan perhatian, serta penyederhanaan terhadap data sehingga menjawab pertanyaan penelitian. Dalam melakukan wawancara mendalam akan direkam dan dituliskan dalam catatan lapangan. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan.

Analisis data kuantitatif yang digunakan adalah uji korelasi Rank Spearman dan Chi-Square untuk melihat hubungan antar variabel yang akan diuji. Uji korelasi Rank Spearman, untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal. Adapun variabel dengan skala ordinal yaitu variabel yaitu besar uang saku serta pengetahuan gizi dan keamanan pangan dengan frekuensi mengonsumsi junk food dan keragaman jenis junk food. Terdapat kriteria pengukuran yang digunakan untuk mengambil kesimpulan menurut Supranto (2010) sebagai berikut:

0 : menujukkan tidak adanya hubungan < 0.5 : menujukkan hubungan lemah 0.5-0.75 : menujukkan hubungan cukup kuat 0.75-0.9 : menujukkan hubungan kuat

0.9 < 1 : menujukkan hubungan sangat kuat

(34)

Uji korelasi Chi-Square digunakan untuk menghubungkan variabel dengan data berbentuk nominal, yaitu hubungan antara variabel jenis kelamin dengan motif utama pilihan pangan. Selain kedua variabel tersebut uji statistik Chi-Square digunakan untuk menguji data berbentuk ordinal dan nominal yaitu besar uang saku serta tingkat pengetahuan gizi dan pangan dihubungkan dengan motif utama pilihan pangan, selain itu untuk menguji motif utama pilihan pangan dengan tindakan pilihan junk food. Hipotesis akan diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian Rank Speaarman dan Chi-Square. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji korelasi Rank Spearman dan Chi-Square adalah jika nilai signifikansi > 0.05. Maka diterima dan jika nilai signifikansi < 0.05 maka ditolak dan diterima. Sementara pada uji korelasi Rank Spearman

jika nilai koefisien korelasi positif maka hubungan antara variabel yang diukur adalah searah. Sedangkan jika nilai koefisien korelasi negatif maka hubungan antar variabel yang diukur adalah tidak searah.

Data kualitatif mengenai digunnakan untuk memperkuat data motif utama pilihan pangan diolah melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Tahap pertama, ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertawaktu, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak diperlukan. Kedua ialah penyajian data berupa menyusun segala informasi dan data yang telah diverifikasi. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya akan dituliskan dalam rancangan skripsi.

Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan untuk Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan skala pengukuran. Variabel-variabel tersebut dijelaskan menjadi berikut:

1. Karakteristik individu adalah ciri khas dan faktor-faktor yang dimiliki masing-masing remaja. Karakteristik individu memiliki indikator terdiri dari: a. Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk, fungsi dan sifat secara biologis yang

berpengaruh pada upaya meneruskan garis keturunan. Jenis kelamin diukur menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua, yaitu:

 Laki- laki : 1  Perempuan : 2

b. Uang saku merupakan uang yang digunakan remaja untuk membeli pangan dalam satu hari. Uang saku diukur dengan skala pengukuran ordinal. Jumlah uang saku ditentukan dengan menghitung rata-rata dan standar deviasi keseluruhan penapatan responden. Jumlah uang saku pada penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu:

 Rendah : <Rp. 16.000

(35)

 Tinggi : > Rp.25.000

c. Pengetahuan gizi adalah kemampuan individu menjawab hal-hal yang berhubungan dengan gizi, meliputi fungsi zat gizi, pangan sumber zat gizi tertentu, obesitas, dan makanan sehat yang diukur dengan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah (Setiawati 2006). Pengetahuan gizi dapat diukur dengan skala ordinal. Pengkategorian pengetahuan gizi dapat dibagi tiga yaitu:

 Rendah : <7  Sedang : 7≤x≤14  Tinggi : >14

2. Status gizi merupakan keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dab penggunaan pangan (Soetardjo 2011). Status gizi dapat digolongkan sebagai berikut:

 Normal : Zscore (IMT/U) ≥ -2 sampai ≤ 1  Gemuk : Zscore (IMT/U) > 1 sampai ≤ 2

3. Motif merupakan dorongan atau alasan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan dalam pemilihan pangan. Motif dapat diukur dengan skala nominal. Motif pilihan pangan dikategorikan dalam tiga motif yang terdiri dari:

a. Motif rasional instrumental merupakan motif yang sangat rasional karena dalam tindakan ini meliputi pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan dan alat yang digunakan untuk mencapainya. Tipe motif ini terdiri atas tiga motif utama pilihan junk food yaitu:  Motif utama ekonomi merupakan dorongan untuk memilih pangan

dengan harga terjangkau dan menghemat uang saku.

 Motif utama memenuhi rasa kenyang merupakan dorongan untuk

b. Motif tradisional merupakan motif yang didasari oleh kebiasaan yang dilakukan dan tanpa pertimbangan sadar. Motif tindakan ini terdiri atas satu motif utama pilihan pangan yaitu:

 Motif utama familiaritas merupakan dorongan untuk memilih pangan karena kebiasaan sejak kecil mengonsumsi pangan tertentu.

c. Motif afektif merupakan motif dengan tingkat rasionalitas paling rendah karena dilakukan tanpa perencanaan sadar serta didominasi oleh perasaan dan emosi. Tipe motif ini terdiri atas dua motif utama pilihan pangan yaitu:

 Motif utama suasana hati merupakan dorongan untuk memilih pangan karena perasaan suka terhadap pangan yang dikonsumsi atau berdasarkan perasaan yang dialaminya atau dengan tujuan mengurangi beban pikiran yang sedang dirasakan.

(36)

4. Tindakan pilihan pangan jenis junk food adalah kekhasan atau kebiasaan berulang yang dilakukan remaja. Tindakan pilihan pangan jenis junk food

dapat dilihat dari frekuensi dan keragaman jenis junk food.

Frekuensi mengonsumsi junk food diukur dengan menggunakan skala ordinal: a. Frekuensi remaja mengkonsumsi pangan jenis junk food dalam waktu sebulan. Frekuensi mengonsumsi junk food diukur dengan menggunakan skala ordinal:

 Jarang, jika frekuensi mengonsumsi pangan jenis junk food < 36 kali mengonsumsi pangan

 Sering, jika frekuensi mengonsumsi pangan jenis junk food 36≤x≤61 kali mengonsumsi pangan

 Sering sekali, jika frekuensi mengonsumsi pangan jenis junk food

>61 kali mengonsumsi pangan.

b. Keragaman jenis junk food merupakan variasi makanan junk food yang dikonsumsi oleh remaja dalam waktu sebulan. Keragaman jenis junk food

diukur dengan menggunakan skala ordinal:

 Rendah, jika keragaman jenis pangan yang dikonsumsi < 4 jenis pangan

 Sedang, jika keragaman jenis pangan yang dikonsumsi 4≤x≤6 jenis pangan

(37)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Aksesibiitas Terhadap Pangan Jajanan di SMAN 3 Cimahi

Posisi Sekolah di Kecamatan Cimahi Utara

Kecamatan Cimahi Utara merupakan satu dari tiga kecamatan yang berada di kota Cimahi. Terdapat empat kelurahan di Kecamatan Cimahi Utara, yaitu Kelurahan Pasirkaliki, Cibabat, Citeureup, dan Kelurahan Cipageran. Kecamatan Cimahi Utara memiliki berbagai sarana yang dapat menunjang kebutuhan warganya. Sarana yang terdapat di Kecamatan Cimahi Utara antara lain sarana kesehatan seperti puskesmas dan klinik kesehatan. Terdapat juga klinik dokter, bidan, dan posyandu. Sarana lain yang dapat menunjang kemajuan warga Kecamatan Cimahi Utara adalah sekolah. Jumlah sekolah yang terdapat di Cimahi Utara yaitu berjumlah 68 sekolah yang terdiri 26 Sekolah Dasar (SD) Negeri dan 7 SD swasta. Selain itu pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat 3 sekolah negeri dan 11 sekolah swasta. Sementara pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) terdapat 1 SMA negeri, 2 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri, 6 SMA swasta dan SMK swasta sebanyak 8 sekolah (Data statistik Kecamatan Cimahi Utara 2015).

Penelitian ini dilakukan di SMAN 3 Cimahi. Sekolah tersebut terletak di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat. Lokasi SMAN 3 Cimahi merupakan lokasi strategis, karena dekat dengan pusat perintahan kota Cimahi dan pusat-pusat perdagangan. Sarana transportasi berupa jalan dari SMAN 3 Cimahi menuju jalan utama maupun pusat pemerintahan kota Cimahi keadaannya terbilang baik, karena jalan tersebut sudah beraspal. Alat transportasi umum yang digunakan dari jalan utama kota menuju SMAN 3

Cimahi adalah angkutan kota yang biasa disebut “angkot”. Waktu operasi angkot

yang melintasi SMAN 3 Cimahi yaitu dari pukul 05.00 hingga pukul 19.00 WIB. Angkot yang melintas di SMAN 3 Cimahi masih terbilang jarang melintas karena jumlahnya yang sedikit. Jarangnya angkot yang melintas mengakibatkan sebagian besar siswa memilih menggunakan kendaraan bermotor roda dua milik pribadi atau berjalan kaki untuk siswa yang tempat tinggalnya dekat dengan sekolah.

(38)

dan sehat, kedua terpenuhinya menu seimbang, ketiga terpeliharanya kesehatan siswa siswi, lalu melindungi siswa siswi dari jajanan yang tidak sehat, dan misi kelima adalah menjadi tempat pembelajaran siswa siswi untuk membudayakan pola hidup sehat. Pihak SMAN 3 Cimahi memberikan kebijakan kepada para siswa untuk membeli makanan yang sudah disediakan dikantin sekolah dan dianjurkan untuk membawa makanan dari rumah. Pengelola kantin SMAN 3 Cimahi menyediakan pangan yang sangat beragam dari mulai pangan yang biasa disebut makanan ringan hingga makanan berat seperti nasi dan lauk pauknya.

Waktu belajar siswa dimulai sejak pukul 07.00 WIB hingga 14.45 WIB pada hari Senin sampai Kamis dan Sabtu, sedangkan hari jumat pukul 07.00 WIB sampai 11.15 WIB. Waktu istirahat pada hari Senin sampai Kamis dan Sabtu sebagian besar siswa lebih memilih untuk membeli pangan ringan seperti kripik, seblak, gorengan yang dijual di kantin sekolah atau menggunakan waktu istirahat untuk beribadah shalat dzuhur bagi siswa yang beragama muslim. Waktu belajar mengajar kemudian dilanjutkan hingga pukul 14.45 WIB.

Waktu pulang sekolah dimanfaatkan sebagian siswa untuk melakukan kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah. Selain itu terdapat siswa yang mengikuti kegiatan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Bagi siswa yang tidak memiliki kegiatan di luar sekolah, sebagian dari mereka lebih memilih pulang langsung ke rumah atau pergi berkumpul bersama teman- teman sebaya. Terdapat beberapa tempat favorit yang biasa dijadikan tempat berkumpul. Sebagian besar tempat berkumpul para siswa merupakan tempat makan seperti

KFC (Kentucky Fried Chicken), McD (McDonald's) atau warung-warung sekitar sekolah. Semua tempat tersebut dapat diakses dengan mudah oleh para siswa. Tempat-tempat tersebut dapat diakses menggunakan kendaraaan pribadi maupun kendaraan umum. Alasan lain adalah tempat- tempat tersebut menyediakan jajanan yang rasanya disukai oleh para siswa selain itu harga dari jajanan tersebut sesuai dengan uang saku para siswa.

Lokasi Penjual Pangan

Menurut Statistik Daerah Kecamatan Cimahi Utara (2015) sektor perdagangan memberikan kontribusi besar terhadap Kota Cimahi khususnya Kecamatan Cimahi Utara. Kegiatan perdagangan di Kecamatan Cimahi Utara dapat digambarkan dengan banyaknya masyarakat yang mengunjungi pasar

(39)

Pangan yang disediakan di tempat wisata kuliner yang terdapat di Kelurahan Cibabat yaitu pangan ringan atau jajanan sampai pangan lengkap (full meal). Pangan ringan yang biasa disediakan dan umumnya diminati remaja adalah seblak, gorengan, mie instan dan bakso.

Selain memperoleh pangan dari tempat wisata kuliner yang terdapat di Kecamatan Cibabat remaja biasa memperoleh pangan dari warung-warung atau toko yang tersebar di Kecamatan Cimahi Utara. Berdasarkan Profil Kecamatan Cimahi Utara (2014) terdapat 2171 warung dan toko yang tersebar di Cimahi Utara. Karena jumlah warung dan toko yang sangat banyak, maka remaja dapat menemukan warung sepanjang jalan dengan mudah. Pangan yang dapat diperoleh dari warung dan toko sangat beragam contohnya pangan ringan seperti soft drink,

keripik, ciki atau pangan kemasan siap konsumsi lainnya. Jenis pangan-pangan tersebut dapat juga diperoleh di tempat lain seperti supermarket atau toserba. Data Profil Cimahi Utara (2014) menujukkan terdapat sebanyak 20 lokasi supermarket atau toserba.

(40)
(41)

KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN

Pembahasan ini akan membahas karakteristik responden (remaja) yaitu (1) usia, (2) jenis kelamin, (3) uang saku, (4) pekerjaan orangtua dan (5) pengetahuan gizi dan keamanan pangan. Setiap remaja yang dijadikan responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Responden dari penelitian ini merupakan siswa kelas X dan XI di SMAN 3 Cimahi yang berusia antara 16-18 tahun dan memiliki status gizi gemuk atau normal. Jumlah keseluruhan responden terdiri dari 60 remaja dari jumlah total siswa kelas X dan XI sebanyak 859 siswa. Berikut penjelasan karakteristik remaja yang diduga secara langsung atau tidak dapat berhubungan dengan motif pilihan pangan pada remaja:

Usia

Usia dihitung menurut tahun sejak remaja lahir hingga penelitian ini berlangsung. Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) usia remaja dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu remaja usia 13 sampai 15 tahun dan remaja 16 sampai 18 tahun. Pada penelitian ini, usia remaja yang merupakan siswa SMAN 3 Cimahi berada pada kisaran usia 16 sampai 18 tahun (Tabel 1).

Tabel 1 Jumlah dan persentase remaja menurut usia di SMA Negeri 3 Cimahi tahun 2016

Usia Jumlah (n) Persentase (%)

16 tahun 19 31.7

17 tahun 27 45.0

18 tahun 14 23.3

Total 60 100.0

Mayoritas responden berada pada usia 17 tahun, yaitu sebanyak 45.0 persen (27 orang) dari 60 orang total jumlah responden. Kemudian Tabel tersebut menggambarkan bahwa responden yang berusia 16 tahun berjumlah 31.7 persen siswa (19 orang) dan siswa yang berusia 18 tahun menjadi minoritas karena berjumlah 23.3 persen siswa (14 orang). Mayoritas responden berusia 17 tahun merupakan siswa kelas XI.

Jenis Kelamin

(42)

X dan kelas XI, SMA Negeri 3 Cimahi yang berjumlah 859 orang, dengan persentase siswa laki-laki 46.9 persen (403 orang) dan siswa perempuan 53.1 persen (456 orang). Jenis kelamin dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sosialisasi gender yang disepakati oleh sebagian besar masyarakat. Remaja sudah mendapat sosialisasi dari tingkat keluarga yaitu unit terkecil dalam masyarakat. Sosialisasi gender yang diberikan oleh masyarakat pada remaja laki-laki dan perempuan kerap berbeda. Sosialisasi yang diberikan pada remaja perempuan biasa disebut dengan kata “feminimitas”. Feminimitas ini digambarkan oleh tuntutan yang lebih kepada remaja perempuan untuk menjaga bentuk tubuhnya. Selain sosialisasi mengenai bentuk tubuh, terdapat perbedaan sosialisasi mengonsumsi pangan antara remaja laki-laki dengan perempuan. Sosialisasi mengonsumsi pangan tersebut meliputi porsi pangan yang dikonsumsi dan cara mengonsumsi pangan. Bagi remaja perempuan porsi pangan yang dikonsumsi cenderung sedikit sedangakan remaja laki-laki tidak terlalu membatasi porsi.

Tabel 2 Jumlah dan persentase remaja menurut jenis kelamin di SMA Negeri 3 Cimahi tahun 2016

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki- laki 27 45.0

Perempuan 33 55.0

Total 60 100.0

Besar Uang Saku

Besar uang saku merupakan banyak uang yang digunakan remaja untuk membeli makanan dan minuman ketika waktu sekolah, biasanya setiap remaja mendapatkan uang saku setiap hari. Besar uang saku yang dimiliki remaja cukup beragam, berkisar dari RP 5.000 sampai RP 50.000. Remaja yang memiliki uang saku kurang dari Rp 16.000 termasuk dalam kategori memiliki uang saku rendah. Uang saku yang masuk dalam sedang yaitu Rp 16.000 sampai Rp 25.000, untuk besar uang saku lebih dari Rp 25.000 masuk dalam kategori tinggi.

Tabel 3 Jumlah dan persentase remaja menurut besar uang saku di SMA Negeri 3 Cimahi, tahun 2016

Uang Saku Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 25 41.7

Sedang 23 38.3

Tinggi 12 20.0

Total 60 100.0

(43)

sedang yaitu sebanyak 38.3 persen. Sebagian besar remaja yang memiliki uang saku rendah, membawa bekal makanan dari rumah. Waktu sekolah yang cukup lama, membuat para remaja memilih membawa bekal makanan dari rumah. Mereka menggunakan uang saku mereka untuk membeli minuman segar atau makanan- makanan ringan seperti gorengan, seblak, dan kripik.

Pekerjaan Orang Tua

(44)

Tabel 4 Jumlah dan persentase remaja menurut pekerjaan orang tua di SMA Negeri 3 Cimahi, tahun 2016

Pekerjaan Orang tua Jumlah (n) Persentase (%)

Ayah

Pegawai Negeri 4 6.7

Pegawai BUMN 3 5

ABRI/ POLRI 9 15

Wiraswasta 18 30

Tidak Bekerja 2 3.3

Lainnya 24 40

Total 60 100

Ibu

Pegawai Negeri 4 6.7

Wiraswasta 6 10

Tidak Bekerja 41 68.3

Lainnya 9 15

Total 60 100

Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan

(45)

Matrik 1 Pengertian Junk food menurut remaja berstatus gizi gemuk dan normal Pengertian Junk food

Status Gizi Gemuk Status Gizi Normal

 Makanan enak tetapi tidak sehat  Makanan yang tidak baik dikonsumsi karena tidak ada gizi

 Makanan yang jika dikonsumsi berlebihan akan menimbulkan efek negatif

 Makanan jika dikonsumsi berlebihan akan berdampak negatif

 Mmakanan cepat saji yang mengandung tinggi kalori dan lemak

 Makanan cepat saji

 Makanan yang kurang bermanfaat untuk tubuh

 Makanan yang dapat merusak tubuh

 Makanan cepat saji yang tidak baik dikonsumsi setiap hari

 Makanan sampah

 Makanan yang tidak memiliki nutrisi yang baik bagi tubuh

 Makanan yang mengandung tinggi kalori dan lemak  Makanan yang sulit dicerna

sehingga kurang baik untuk tubuh

 Makanan tidak baik jika dikonsumsi terlalu sering  Makanan yang kandungan

gizinya sudah hilang

 Makanan yang dimasak dengan suhu tinggi dan mengakibatkan kandungan vitamin atau gizi dalam makanan berkurang

(46)

...disini para siswa sering mendapat penyuluhan mengenai kesehatan, baru kemarin ada mahasiswa kebidanan ngasih penyuluhan tentang kesehatan reproduksi, sebelumnya pernah ada yang ngasih penyuluhan tentang keamanan pangan.”(ADR, 54th)

Tabel 5 Jumlah dan persentase remaja menurut tingkat pengetahuan, di SMA Negeri 3 Cimahi, tahun 2016

Tingkat Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 0 0 terlihat perbedaan persentase status gizi gemuk pada remaja laki-laki dan perempuan. Status gizi gemuk pada remaja laki-laki sebesar 6.9 persen sedangkan remaja perempuan sebesar 24.7 persen. Terdapat juga siswa yang berstatus gizi kurus sebanyak 7.4 persen laki- laki dan 3 persen perempuan.

Gambar 2 Status gizi remaja laki-laki dan perempuan di SMAN 3 Cimahi, tahun 20161

Persentase status gizi remaja didapatkan dari data UKS (Unit Kesehatan Sekolah) pada awal tahun ajaran 2015-2016. Data tersebut merupakan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan seluruh siswa kelas X, maka terjadi perbedaan persentase status gizi siswa pada setiap tahun. Menurut salah satu pembina UKS perbedaan persentase status gizi pada tidak berubah secara signifikan. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan jumlah siswa kelas X setiap tahunnya. Jumlah siswa kelas X pada tahun ajaran 2015-2016 sebanyak 432 siswa laki-laki dan perempuan.

1

Data UKS SMA Negeri 3 Cimahi tahun 2016

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran
Tabel 4 Jumlah dan persentase remaja menurut pekerjaan orang tua di SMA
Tabel 7  Rata-rata frekuensi konsumsi menurut jenis junk food pada remaja
Tabel 11  Jumlah dan persentase remaja laki-laki menurut status gizi  dan motif
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi pada remaja puteri bersataus gizi normal dan berstatus gizi lebih berdasarkan aktivitas fisik di SMA Batik

Judul Penelitian : Perbedaan Frekuensi Konsumsi Fast Food, Asupan Energi, Asupan Lemak Dan Status Gizi Pada Remaja Puteri Di SMA Desa Dan Kota Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi (fast food) makanan cepat saji, aktivitas fisik dan status gizi pada remaja di SMA Negeri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi (fast food) makanan cepat saji, aktivitas fisik dan status gizi pada remaja di SMA Negeri

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Siap Saji Modern ( Fast Food ), Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Remaja SMA Islam PB.Soedirman di Jakarta

Gambaran Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji ( Fast Food), Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Remaja di SMA Negeri 1 Padangsidimpuan..

Artinya Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara iklan makanan dan minuman yang sering dilihat dengan frekuensi konsumsi junk food

Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Oktaviani, et al bahwa asupan zat gizi makro dan juga energi pada fast food dapat mempengaruhi status gizi para